Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat Wilayah Pesisir dan
Kepulauan”
Analisis data SSGI tahun 2022 Kab. Kepulauan Talaud
(Masalah Stunting,Wasting,Underweight)
Dosen Pengampu: dr. Nancy S.H. Malonda, MPH

Disusun Oleh:

Mariana S. Laoh (211111010217) Michelle S.P Ratu (211111010231)


Heidiana Joy Bentian (211111010214) Vanessa Nelwan (21111101023)
Febyati A. Lariwu (211111010225) Gracia Piri (211111010226)
Indri Yani Aer (211111010227) Rahel Irot (211111010234)
Rachel M. Frans (211111010245) Swingly D. Laletaa (211111010221)

Kelompok 4

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas rahmat dan
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul
Makalah ini, yaitu, “Analisis data SSGI tahun 2022 Kab. Kepulauan Talaud (Masalah
Stunting, Wasting, Underweight)

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
yaitu dr Nancy S.H. Malonda, MPH yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, memberikan
kritik dan saran yang membangun bisa membantu kami menjadi lebih baik. Harapan kami
semoga makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri terutama bermanfaat bagi dunia
pendidikan.

Kelompok 4

Manado, 15 April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..…. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...................... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 3

1.3 Tujuan…………………………………………………………………........................ 3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 4

2.1 Masalah Gizi dan Penyebab Masalah Gizi di Kep. Talaud …………………………… 4

2.2 Intervensi Masalah Gizi di Kep. Talaud……………………………………………….. 7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….. 10

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...................... 10

3.2 Saran……………………………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...………………… 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. gizi optimal adalah
adanya keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.Kekurangan gizi merupakan
salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi dan anak. Apabila anak kekurangan
gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga) dan protein (zat pembangun) akan
mengakibatkan anak menderita kekurangan gizi yang disebut Kurang Energi dan Protein
(KEP) tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat
terganggunya pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental dan terganggunya
sistem pertahanan tubuh, sehingga dapat menjadikan penderita KEP tingkat berat dan
sangat mudah terserang penyakit infeksi.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di
Indonesia.Prevalensi yang tinggi banyak terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun
(balita). Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi. Kelompok ini
merupakan kelompok umur yang paling sering terjadi status gizi kurang. Balita
merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapatkan perhatian khusus,
kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa hidup sehat pada balita. Dampak
yang lebih serius dari kekurangan zat gizi.
Kepulauan Talaud atau yang dikenal dengan sebutan bumi Porodisa merupakan
salah satu kabupaten di bagian paling utara Provinsi Sulawesi Utara dari wilayah
Indonesia bagian Timur dan yang berbatasan dengan negara Filipina. Kabupaten
kepulauan Talaud ini adalah pemekaran Kabupaten Sangihe-Talaud.Kabupaten ini secara
de facto sejak tahun 2002 menjadi daerah otonom,2 berdasarkan UU Nomor 8 Tahun
2002 tentang Pembentukkan Kabupaten Kepulauan Talaud. Oleh karena itu, Kabupaten
Kepulauan Talaud yang sekarang ini berfungsi sebagai badan pemerintahan lokal, yang
menjalankan kegiatan-kegiatan dalam pembuatan peraturan dan keputusan, serta fungsi-
fungsi pelayanan dalam batas wilayahnya secara otonom.Menurut SSGI masalah gizi
yang ada di kepulauan talaud ada 3 cakupan
1
yaitu: Stunting,Wasting,Underweight.Masalah gizi ini angka kejadian cukup tinggi dan
sering terjadi. Sementara untuk masalah atau penyebab dari Stunting di Kepulauan
Talaud dikarenalan Praktek pengasuhan yang tidak baik dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan orang tua tentang kesehataan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta
sesudah melahirkan, Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care, Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas, Kurangnya akses ke makanan
begizi dan Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi pada anak Hal ini dilakukan karena melihat dalam pengukuran data di
bulan oktober belum maksimal karna kekurangan alat ukur Antropometri di setiap
Puskesmas. Dan hasil validasi data pengukuran akan di publikasikan di bulan Desember
2022,upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Talaud dalam
pencegahan dan percepatan penurunan stunting yaitu Pemberian tablet FE bagi remaja
putri, ibu hamil, dan ibu Nifas.

Dan untuk Wasting dipengaruhi oleh faktor langsung,yaitu asupan makanan yang
tidak adekuat.Wasting merupakan masalah kesehatan yang menojol di negara-negara
miskin dan negara-negara berkembang yang menimbulkan dampak yang sangat
besar.wasting dapat memberikan peningkatan resiko kematian anak. Di
Kab.KepulauanTalaud angka kejadian wasting yang terjadi sangat tinggi sehingga
menempati urutan pertama di provinsi sulawesi utara.Berdasarkan data dari SSGI
Prevalensi Angka kejadian wasting sebesar 11.7% pada tahun 2022.
Untuk Underweight sendiri merupakan keadaan gizi kurang yang terjadi akibat
kurangnya asupan zat gizi. Menurut Depkes RI, underweight adalah status gizi yang
didasarkan pada indeks massa tubuh, yang merupakan padanan istilah dari Gizi Kurang.
Menurut WHO, underweight merupakan status gizi yang menggambarkan gizi kurang
yaitu saat Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2.
Underweight sering kali merupakan gejala dari suatu penyakit. Seseorang yang memiliki
berat badan underweight mungkin memiliki risiko kematian yang lebih besar
dibandingkan dengan seseorang dengan IMT normal (18,5-24,9 kg/m2). Underweight
merupakan cerminan dari status gizi seseorang. Seseorang yang mengalami underweight
rentan terkena masalah kesehatan.

2
Berdasarkan data dari hasil SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada tahun 2022
ditemukan Prevalensi Angka Kejadian Balita Underweigh (berat badan menurut umur) di
Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 21,9% dan berada di posisi kedua tertinggi
prevalensi angka kejadian balita underweight di Provinsi Sulawesi Utara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasikan Masalah dan Penyebab Masalah Gizi di Kepulauan Talaud
2. Mengintervensikan Masalah Gizi yang ada di Kepulauan Talaud

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Masalah dan Penyebab Masalah Gizi di Kepulauan Talaud
2. Mengetahui Intervensi Masalah Gizi yang ada di Kepulauan Talaud

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Gizi dan Penyebab Masalah Gizi di Kep. Talaud


Ada 3 cakupan masalah gizi menurut SSGI yaitu:
Stunting,Wasting,Underweight. Di kab.Talaud 3 masalah gizi ini angka kejadian
cukup tinggi dan serinng terjadi.
1. Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang biasanya disebabkan oleh pemberian
asupan gizi yang kurang dalam kurun waktu yanng cukup lama yang diakibatkaan
oleh pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Menurut
kementrian kesehatan ,Stunting dapat terjadi mulai dari janin yang masihh ada dalam
kandungan dan akan nampak ketika anak sudah berusia 2 tahun.Stunting merupakan
masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan bisa
meningkatkan resiko kesakitan,kematian dan hambatan pada pertumbuhan anak baik
motorik maupun mental.
Di Kab.KepulauanTalaud angka kejadian stunting yang terjadi cukup tinggi
dibandingkan 2 cakupan masalah gizi wasting dan underweight, hal ini di sebabkan
pernikahan dini. Belum siap untuk menikah dan tidak berpenghasilan tetap, malah
sudah menikah, Darisitulah ketika mengandung si ibu dan anak tidak mendapatkan
gizi yang cukup.,penanganan stunting terus diseriusi Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Talaud. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan Talaud Martji Leong.
Menurut SSGI. Berdasarkan data dari SSGI Prevalensi Angka kejadian stunting di
Kab.Kepulauan Talaud mencapai 26.0 % pada tahun 2022.

4
2. Wasting
Wasting adalah kekurangan gzi yang ditandai dengan berat badan yang terlalu
kurus menurut tinggi badanya.Wasting mengakibatkan balita berisiko mengalami
ketertinggalan tumbuh kembang secara jangka panjang, penurunan fungsi sistem
imunitas, peningkatan keparahan dan kerentanan terhadap penyakit menular, serta
peningkatan risiko kematian terutama balita yang mengalami severe wasting (Unicef/
WHO/The World Bank, 2019) Wasting dipengaruhi oleh faktor langsung,yaitu asupan
makanan yang tidak adekuat.Wasting merupakan masalah kesehatan yang menojol di
negara-negara miskin dan negara-negara berkembang yang menimbulkan dampak
yang sangat besar.wasting dapat memberikan peningkatan resiko kematian anak.
Di Kab.KepulauanTalaud angka kejadian wasting yang terjadi sangat tinggi
sehingga menempati urutan pertama di provinsi sulawesi utara.Berdasarkan data dari
SSGI Prevalensi Angka kejadian wasting sebesar 11.7% pada tahun 2022.

5
3. Underweight
Underweight merupakan keadaan gizi kurang yang terjadi akibat kurangnya
asupan zat gizi. Menurut Depkes RI, underweight adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks massa tubuh, yang merupakan padanan istilah dari Gizi Kurang. Menurut
WHO, underweight merupakan status gizi yang menggambarkan gizi kurang yaitu
saat Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2.
Underweight sering kali merupakan gejala dari suatu penyakit. Seseorang yang
memiliki berat badan underweight mungkin memiliki risiko kematian yang lebih
besar dibandingkan dengan seseorang dengan IMT normal (18,5-24,9 kg/m2).
Underweight merupakan cerminan dari status gizi seseorang. Seseorang yang
mengalami underweight rentan terkena masalah kesehatan.
Berdasarkan data dari hasil SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada tahun
2022 ditemukan Prevalensi Angka Kejadian Balita Underweigh (berat badan menurut
umur) di Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 21,9% dan berada di posisi kedua
tertinggi prevalensi angka kejadian balita underweight di Provinsi Sulawesi Utara

6
2.2 Intervensi Masalah Gizi di Kep. Talaud
Intervensi Masalah Gizi
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka stunting
adalah yang tertinggi di kepulauan Talaud. Berikut ini telah dijabarkan beberapa
intervensi yang perlu dilakukan.

A. Intervensi Spesifik
Intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan
gizi dan kesehatan. Sasaran utama dari intervensi spesifik adalah anak dalam 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK), intervensi ini bersifat jangka pendek.
Secara detail intervensi gizi spesifik di Talaud sebagai berikut :
1) Intervensi spesifik dengan sasaran ibu hamil meliputi program :
 Makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi
dan protein kronis,
 Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat,
 Mengatasi kekurangan iodium,
 Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil,
 Melindungi ibu hamil dari malaria,
 Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang gizi.
2) Intervensi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan, meliputi
program :
 Melakukan inisiasi menyusui dini/IMD,
 Mendorong pemberian kolostrum,
 Mendorong pemberian ASI Eksklusif,
 Memberikan KIE tentang gizi.
3) Intervensi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan,
meliputi program :
 Edukasi untuk tetap memberikan ASI hingga 2 tahun,
 Edukasi ibu untuk memberikan MP-ASI secara tepat sesuai dengan prinsip
gizi seimbang,

7
 Memberikan KIE tentang gizi,
 Memberikan obat cacing pada anak sesuai kebutuhan,
 Suplementasi zinc,
 Fortifikasi zat besi pada makanan,
 Suplementasi vitamin A dosis tinggi sesuai program,
 Mencegah malaria,
 Memberikan imunisasi lengkap,
 Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

B. Intervensi Sensitif
Intervensi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk penurunan kecepatan
stunting. Sasaran dari intervensi sensitif lebih luas meliputi masyarakat umum.
Intervensi ini bersifat jangka Panjang.
Beberapa intervensi sensitif yang berkaitan dengan upaya penurunan stunting
balita di Talaud yaitu :
1) Meningkatkan akses masyarakat terhadap ketersediaan air bersih,
2) Meningkatkan fasilitas sanitasi yang memadai,
3) Memberikan pendidikan pengasuhan dan gizi pada orangtua dan masyarakat,
4) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin,
5) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi,
6) Sinkronisasi batas usia perkawinan,

7) Memberikan edukasi tentang gizi dan kesehatan pada calon pengantin.

C. Intervensi Pendukung
Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan
kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah intervensi prioritas
dilakukan. Seperti untuk sasaran kelompok 1.000 HPK yakni, kelompok sasaran
ibu hamil yang dilakukan yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin. Kemudian untuk kelompok sasaran ibu menyusui dan anak 0-23 bulan yang

8
dilakukan ialah dengan imunisasi serta suplementasi vitamin A. Di Kabupaten
Talaud pemeriksaan ataupun imunisasi ini rutin dilakukan setiap bulannya oleh
masing-masing Puskesmas yang terdapat disetiap Kecamatan.

D. Intervensi Terintegrasi
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi
spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk
mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi penyebab langsung dan
tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup komitmen politik
dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta
kapasitas untuk melaksanakan. Penurunan stunting memerlukan pendekatan yang
menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung. Kerangka
konseptual Intervensi penurunan stunting terintegrasi.
Pemerintah kabupaten/kota diberikan kesempatan untuk berinovasi untuk
menambahkan kegiatan intervensi efektif lainnya berdasarkan pengalaman dan
praktik baik yang telah dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota dengan
fokus pada penurunan stunting.
Target indikator utama dalam intervensi penurunan stunting terintegrasi adalah:
1. Prevalensi stunting pada anak baduta dan balita
2. Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita
4. Prevalensi wasting (kurus) anak balita
5. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
6. Prevalensi anemia pada ibu hamil dan remaja putri
7. Prevalensi kecacingan pada anak balita
8. Prevalensi diare pada anak baduta dan balita

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keadaan Stunting, Wasting, Underweight pada Balita tentu saja harus mendapat
perhatian serius dari semua pihak. Karena balita yg Stunting dapat berpengaruh pada
kesehatan dan kapasitas kecerdasan balita selanjutnya. Jika tidak ada intervensi akan
sangat merugikan kualitas generasi penerus bangsa.
3.2 Saran
Saran kepada pihak Puskesmas agar memberikan edukasi kepadsa ibu balita. Bagi
Keluarga diharapkan dapat berperan aktif dalam menjaga asupan gizi balitanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI BUKU SAKU


Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022

Rhamadani, R., Adrianto, R., & Noviasty, R. (2020). Underweight, Stunting, Wasting dan
Kaitannya Terhadap Asupan Makan, Pengetahuan Ibu, dan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan. Jurnal Riset Gizi, 8(2), 101–105.

Soedarsono, A., & Sumarni, S. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wastingpada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Media Gzi Kesmas, 10(2), 237–345.

Kebijakan, B., Kesehatan, P., & Ri, K. K. (n.d.). BUKU SAKU Hasil Survei Status Gizi Indonesia
(SSGI) 2022.

Kesehatan, J. I., Husada, S., & Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya
Stunting Problems and Prevention. Juni, 11(1), 225–229.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.253

Muna, N.F., Rachma, N., Hartati, E. and Ulliya, S., 2015. Gambaran Citra Tubuh Remaja
yang Underweight di SMA Futuhiyyah Mranggen Demak (Doctoral dissertation,
Faculty of Medicine).

Evan, F. (2022) Ini Upaya Dinas Kesehatan Untuk Mencegah dan Percepatan Penurunan
Stunting di Talaud, Barta1.com. Available at: https://barta1.com/v2/2022/11/19/ini-
upaya-dinas-kesehatan-untuk-mencegah-dan-percepatan-penurunan-stunting-di-
talaud/ (Accessed: 15 April 2023).

Siswati, T. (2018). STUNTING (H. Kusnanto & T. Sudargo (eds.)). Husada Mandiri.

Kementerian PPN/ Bappenas (2018) ‘Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting


Terintegrasi di Kabupaten/Kota’, Rencana Aksi Nasional dalam Rangka Penurunan
Stunting: Rembuk Stunting, (November), pp. 1–51. Available at:
https://www.bappenas.go.id.

11

Anda mungkin juga menyukai