Final Laporan ITT
Final Laporan ITT
Metode Pendugaan Umur Pendugaan umur adalah salah satu metode atau cara untuk Penelitian ini diawali dengan
mengetahui umur ternak, meskipun dengan data atau informasi penentuan tingkatan umur
• Poel :3 seadanya. Dalam menduga umur ternak (terutama ternak besar), berdasarkan jumlah gigi seri
• Lingkar Tanduk : 2 dapat dilihat dari gigi biasa disebut poel dan tanduknya. Poel permanen. (Riffiandi et al., 2015)
merupakan gigi seri susu yang telah berganti menjadi gigi seri
• Bangsa Ternak : Nellor permanen yang dapat menunjukkan umur ternak, dimana satu poel Penentuan umur ternak dengan
• Jenis Ternak : Peranakan Ongole berarti ternak tersebut berumur satu tahun. Hal ini sesuai dengan melihat lingkar cincin tanduk
pendapat Riffiandi et al. (2015) yang menyatakan bahwa, tingkatan adalah dengan cara menjumlahkan
umur ternak dapat dilihat dari jumlah gigi seri permanen. Hal angka dua pada tiap lingkar cincin
2
pertama yang dilakukan adalah dengan menghandle sapi lewat tali tanduk. (Pradana et al., 2014).
yang ada di hidungnya, lalu membuka mulut sapi dan melihat
jumlah gigi serinya. Dari hasil tersebut, dapat dilihat sapi yang kami
teliti memiliki enam gigi seri permanen, berarti sapi tersebut
berumur tiga tahun.
Selain melihat dari gigi, umur ternak juga dapat diduga dengan
mengetahui jumlah lingkar tanduknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Pradana et al. (2014) yang menyatakan bahwa, jumlah
lingkar tanduk ditambah dua akan menentukan umur ternak. Sapi
yang dilihat lingkar tanduknya merupakan sapi betina PFH. Dari
hasil praktikum ini, didapatkan lingkar tanduk berjumlah dua, yang
apabila dimasukkan ke dalam rumus menghasilkan umur ternak
adalah empat tahun.
Pelaksanaan pendugaan umur metode lingkar tanduk cukup
kesulitan dikarenakan susahnya menemukan lingkar tanduk yang
dimaksud pada sapi (harus dilakukan perabaan dan penglihatan
berkali-kali). Hal yang membedakan antar lingkar tanduk adalah
adanya degradasi warna pada tanduk, biasanya lingkar tanduk
pangkal akan berwarna hitam, menuju lingkar tanduk selanjutnya
berwarna abu-abu, lalu menuju putih. Lingkar tanduk dapat
dipengaruhi oleh nutrisi pakan, pemotongan tanduk, dan musim
sehingga pendugaan umur metode lingkar tanduk memiliki tingkat
keakuratan lebih kecil dibandingkan dengan metode gigi atau poel.
Pendugaan Bobot Badan Bobot badan ternak dapat diprediksi atau diduga apabila Dalam usaha untuk mengatasi
• Panjang Badan : 144 cm terdapat bagian tertentu ternak yang diketahui, seperti, panjang kendala yang dihadapi jika alat
• Tinggi Pundak : 132 cm badan (PB), tinggi pundak (TP), dan lingkar dada (LD). Hal ini ukur untuk menduga bobot badan
• Lingkar Dada : 172 cn sesuai dengan pendapat Susanto et al. (2017) yang menyatakan ternak yang berkapasitas besar
bahwa, dimensi tubuh ternak dapat digunakan untuk pendugaan tidak tersedia, dapat dilakukan
bobot, jka alat ukur kurang tersedia. Bagian-bagian yang sudah penaksiran bobot badan ternak
diketahui tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang sudah tersebut dengan menggunakan
dikembangkan oleh peneliti (dapat menggunakan berbagai macam dimensi tubuhnya. (Susanto et al.,
3 rumus seperti, rumus Denmark, Schrool, dan Winter). Menurut 2017).
Iqbal et al. (2017) yang menyatakan bahwa, rumus Winter lebih
mudah untuk dilakukan dan mendekati bobot asli dibandingkan Pendugaan bobot badan dengan
rumus yang lainnya. rumus Winter dihitung
Pada praktikum kali ini, didapatkan data pada sapi jantan PFH berdasarkan ukuran lingkar dada
dengan panjang badan 144 cm, tinggi pundak 132 cm, dan lingkar dan panjang badan ternak,
dada 172 cm (berdasarkan penghitungan kelompok) yang apabila sehingga pendugaan bobot badan
dimasukkan ke dalam rumus Winter menjadi 426 kg, Denmark dengan menggunakan rumus
menjadi 361 kg, dan Schrool menajdi 376,36. Bobot asli sapi
tersebut setelah ditimbang di tempat penimbangan adalah 406 kg Winter lebih mudah untuk
yang membuktikan rumus Winter merupakan rumus yang paling dilakukan. (Iqbal et al., 2017).
mendekati angka asli bobot ternak.
Hasil paling mendekati masih terlalu jauh dibandingkan bobot
aslinya dikarenakan terdapat kesalahan saat melakukan pengukuran.
Terjadi kesalahan dalam menggunakan tongkat ukur dan roll meter,
yakni, roll meter dalam posisi yang tidak sewajarnya (meteran
terbalik) yang menyebabkan kelebihan angka pengukuran, lalu pada
saat mengukur panjang badan posisi tongkat ukur tidak pas dengan
posisi tulang yang dikehendaki sehingga juga menyebabkan
kelebihan angka pengukuran.
Pendugaan bobot badan ternak sendiri memiliki manfaat yang
berguna untuk usaha peternakan. Pendugaan bobot ternak dapat
diaplikasikan pada saat hendak membeli ternak potong, membeli
ternak bakalan, hingga untuk mengetahui kesehatan dari ternak itu
sendiri.
Penilaian BCS pada Sapi: Pengukuran variabel kualitatif salah satunya adalah dengan BCS dapat digunakan untuk
• Scor Bcs = 5 (03064) dan 6 (02779) menilai BCS (Body Condition Score) dari ternak tersebut. Menurut pendugaan status nutrisi,
Siska dan Anggrayni (2020) yang menyatakan bahwa, pendugaan mengetahui status produksi sapi.
status nutrisi ternak dapat diketahui lewat penilaian BCS. Penilaian (Siska dan Aggrayni, 2020).
BCS ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kegemukan dari ternak
potong yang memiliki rentan nilai 1 – 9 pada sapi dan 1 – 5 pada Skor kondisi tubuh atau Body
kambing. Bagian-bagian yang dinilai BCSnya adalah bagian back, Condition Score (BCS) induk erat
4 tail head, pins, hooks, ribs, brisket, dan perototan. Hal ini sesuai hubungannya dengan status
dengan pendapat Anisa et al. (2017) yang menyatakan bahwa, cadangan energi tubuh ternak.
lemak yang terdapat di tubuh ternak berkaitan dengan nilai BCS. (Anisa et al., 2017).
Semakin tinggi nilai BCSnya, semakin tinggi pula kualitas ternak
siap potong.
Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross)
peranakan nellor dengan eartag 03064 yang pada bagian backnya
tidak nyata, iga no 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks dan pinsnya
nampak nyata, tailheadnya berlemak banyak, tulang brisketnya
tidak ada lemak, dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai
BCS pada sapi 1 adalah 5,5 dan menunjukkan bahwa sapi 1
mendekati angka ideal.
Pada sapi 2 juga merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross)
peranakan nellor dengan eartag 02779 yang pada bagian backnya
tidak nyata, ribsnya tidak nyata, hooks dan pinsnya tidak ada lemak,
tailheadnya sedikit berlemak, tulang brisketnya sedikit berlemak,
dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi
2 adalah 6 dan menunjukkan bahwa sapi 2 merupakan sapi yang
ideal.
Sapi yang ideal adalah sapi yang memiliki skor BCS 5 hingga
6. Apabila skor kurang dari 5, biasanya sapi akan dilakukan
penggemukan, tetapi apabila terlalu kurus, penggemukan tidak akan
mencapai skor BCS yang ideal karena bentuk tubuh dari ternak
tersebut yang tidak kuat menahan lemak yang terlalu banyak.
Ternak yang memiliki skor BCS lebih dari 6 sudah dapat dikatakan
ternak gemuk atau bahkan terlalu gemuk. Para peternak dalam
melakukan pemilihan bakalan yang akan digemukkan biasanya akan
memilih sapi dengan skor BCS 4 karena sangat ideal untuk
dilakukan penggemukan dari segi harga beli, pakan, hingga nanti
pada saat harga jual.
Perobohan Ternak: Perobohan ternak bertujuan untuk menguasai ternak Siapkan tali tambang yang kuat
• Metode 1 : rope squeeze sepenuhnya untuk dilakukan tindakan tertentu dengan memberi dengan panjang sekitar 6 m.
• Metode 2 : burley tekanan pada titik-titik lemah ternak yang membuat ternak menjadi (Awaludin et al., 2021).
posisi rebah. Menurut Awaludin et al. (2021) yang menyatakan
bahwa, dalam merobohkan ternak dibutuhkan tali yang kuat dan Metode Burley mudah diterima
panjang. dan dipraktekkan oleh panitia
Pada praktikum kali ini, dilakukan perobohan ternak sapi qurban serta juru sembelih dari
dengan dua metode, metode rope squeeze dan metode burney. masyarakat mampu melakukan
Metode rope squeeze memiliki simpul tali yang lebih rumit, namun penyembelihan dengan baik
memiliki keunggulan dapat memilih arah jatuh ternak serta menggunakan pisau potong yang
membutuhkan tenaga yang lebih sedikit. Metode burley memiliki khusus untuk penyembelihan
simpul tali yang sederhana, namun kita tidak dapat memilih arah (pisau potong standar sembelih).
jatuh dan tenaga yang dibutuhkan lebih banyak. (Awaludin et al., 2017)
Terjadi kesalahan saat menggunakan metode rope squeeze
yakni, arah jatuh sapi salah sehingga menyebabkan sapi hampir mati
dikarenakan leher sapi tertarik dengan posisi tegang serta tali yang
5
digunakan melukai tubuh dari sapi. Hal tersebut dapat terjadi karena
padaa saat menarik tali, posisi kaki sapi dalam keadaan melebar dan
tidak dibiarkan terlebih dahulu untuk memberi waktu sapi
merapatkan kembali kaki belakangnya.
Dari dua metode tersebut, metode rope squueze dapat
dikatakan membutuhkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan
dengan metode burley, namun dalam pelaksanaannya metode burley
lebih mudah untuk dilakukan dari awal pemasangan tali hingga
perobohan. Hal ini sesuai dengan pendapat Awaludin et al. (2017)
yang menyatakan bahwa, metode burley lebih mudah dilakukan
pada saat ingin melakukan penyembelihan.
Perobohan pada ternak kecil yakni kambing Jawarandu
dilakukan menggunakan ternak jantan dan betina. Metode yang
dilakukan adalah menjepit badan kambing menggunakan kedua kaki
lalu tangan memegang kaki bagian dalam dan direbahkan, lalu
metode langung dari samping kambing dengan tangan memegang
kaki seberangnya dan direbahkan. Pada praktikum ini terjadi
kesulitan dikarenakan tangan yang pendek sehingga sulit untuk
merobohkan ternak jantan yang memiliki badan besar dan memiliki
pergerakan yang sangat aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, E., Y. S. Ondho, dan D. Samsudewa. 2017. Pengaruh body condition score (BCS)
berbeda terhadap intensitas birahi sapi induk simmental peranakan ongole (SIMPO).
J. Sain Peternakan Indonesia. 12 (2): 133 – 141.
Awaludin, A., Y. R. Nugraheni, dan S. Nusantoro. 2017. Teknik handling dan penyembelihan
hewan qurban. J. Pengabdian Masyarakat Peternakan. 2 (2): 84 – 97.
Awaludin, A., N. Hasanah, Nurkholis, S. Nusantoro, E. Kustiawan, dan N. D. Wahyono. 2021.
Pencegahan helminthiasis pada ternak sapi di kelompok ternak sido makmur Jember.
J. Ilmiah Fillia Cendekia. 6 (1): 1 – 5.
Iqbal, M., D. Rahmat, dan N. Hilmia. 2017. Evaluasi penyimpangan bobot badan dugaan
berdasarkan rumus winter terhadap bobot badan aktual pada sapi pasundan.
Students eJournal. 6 (1): 1 – 12.
Pradana, W., M. J. Rudyanto, dan I K. Suada. 2014. Hubungan umur, bobot dan karkas sapi
bali betina yang dipotong di rumah potong hewan temesi. Indonesia Medicus Veterinus.
3 (1): 37 – 42.
Qayyum, A., S. Baco, dan Zulkharnaim. 2020. Studi temperamen sapi bali bertanduk dan tidak
bertanduk. JITP. 8 (1): 22 – 28.
Riffiandi, N., R. Priyanto, dan H. Nuraini. 2015. Pendugaan bobot hidup sapi peranakan
ongole (PO) dan sapi pesisir menggunakan pencitraan digital. J. Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 3 (3): 153 – 156.
Siska, I. dan Y. I. Anggrayni. 2020. Body condition score (BCS), tingkat laktasi dan
hubungannya dengan produksi susu sapi perah peranakan friesian holstein (PFH).
J. Ilmu Ternak. 20 (2): 115 – 125.
Susanto, M. R. A., R. K. Dewi, dan M. Dahlan. 2017. Kesesuaian rumus schrool dan pita kkur
terhadap bobot badan sapi brahman cross di kelompok ternak sumber jaya dusun
Pilanggot desa Wonokromo kecamatan Tikung kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak.
8 (1): 19 – 25.
LAMPIRAN DATA
A. Handling Ternak
• Sapi
Start Finish Bobot Badan Ternak Start Finish
• Kambing/Domba
Start Finish
00.00 00.30
• Poel Gigi
Sapi : Potong
Ras : Brahman Cross
Jenis Kelamin : Jantan
Keterangan Umur Ternak
• Winter
𝐿𝐷 2 𝑥𝑃𝐵 (172)2 𝑥 144
BB = = = 426 kg
10000 10000
• Schrool
(𝐿𝐷+22)2 (172+22)2
BB = = = 376,36 kg
100 100
• Denmark
(𝐿𝐷+18)2 (172+18)2
BB = = = 361 kg
100 100
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor yang
memiliki 3 poel (6 gigi seri permanen) dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 1
berumur sekitar 3 – 3,5 tahun. Sapi 2 merupakan sapi betina peranakan Frisien Holstein
yang memiliki 2 lingkar tanduk dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 2 berumur
sekitar 4 tahun.
Sapi 1 (nellor) eartag: 03064, BCS 5,5 Sapi 2 (nellor) eartag: 02779, BCS 6
Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor dengan
eartag 03064 yang pada bagian backnya tidak nyata, iga no 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks
dan pinsnya nampak nyata, tailheadnya berlemak banyak, tulang brisketnya tidak ada
lemak, dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi 1 adalah 5,5.
Pada sapi 2 juga merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor dengan
eartag 02779 yang pada bagian backnya tidak nyata, ribsnya tidak nyata, hooks dan
pinsnya tidak ada lemak, tailheadnya sedikit berlemak, tulang brisketnya sedikit berlemak,
dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi 2 adalah 6.
Penggiringan ternak perlu menguasai teknik handling yang baik dan benar. Pada sapi
pusat kendali handling terdapat pada hidungnya, sedangkan pada kambing terdapat pada
lehernya. Proses penggiringan sapi lebih berat dibandingkan penggiringan kambing,
namun pada kambing jantan juga memerlukan tenaga yang lebih dikarenakan pada saat itu
kambing jantan sedang dalam birahi (terlalu aktif bergerak).
Tabel 5. Gambar perobohan kambing
Jantan Betina
Pada sapi dilakukan perobohan menggunakan dua metode, metode rope squeeze dan
metode burley. Metode rope squeeze memiliki simpul tali yang lebih rumit dibandingkan
dengan metode burley. Tenaga yang dibutuhkan dalam metode rope squeeze lebih sedikit
dikarenakan metode ini mengincar titik lemah ternak sehingga tidak dapat bergerak dan
mudah untuk dirobohkan, akan tetapi dalam pelaksanaannya, metode burley lebih mudah
untuk dilakukan dari awal pemasangan tali hingga perobohan, meskipun tenaga yang
dibutuhkan lebih banyak.