Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM

ILMU TILIK TERNAK

Nama Praktikan : Samuel Jeremy Immanuel


NIM : 23010121130131
Kelas : ITT A
Asisten : Dimas Bagus Danu Alam

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi
Handling Ternak Besar Salah satu cara untuk menangani hewan ternak adalah dengan Manajemen handling merupakan
handling ternak. Handling ternak bertujuan untuk menguasai dan suatu upaya yang dilakukan oleh
• Bangsa Ternak : Sapi mengendalikan hewan agar mudah untuk diperlakukan sesuai manusia kepada hewan dengan
• Jenis Ternak : PFH (Peranakan kemauan kita, sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan seperti, tujuan mengendalikan hewan
pemberian tanda pada ternak, kastrasi ternak, pemotongan tanduk sesuai dengan yang kita inginkan
Frisien Holstein) dan kuku, pemeriksaan kesehatan ternak, pemeriksaan kebuntingan tanpa menyakiti hewan tersebut
Handling Ternak Kecil ternak, penyembelihan ternak, pemasangan tali kendali, juga dan tanpa mencederai pelaksana
pendugaan umur ternak dengan tidak menyakiti ternak tersebut. Hal handling. (Awaludin et al., 2017).
• Bangsa Ternak : Kambing ini sesuai dengan pendapat Awaludin et al. (2017) yang menyatakan
• Jenis Ternak : Jawarandu bahwa, handling bertujuan untuk menguasai hewan dengan tidak Ternak yang menjauhi evaluator
menyakiti hewan. memiliki flight zone yang lebih
Pada praktikum kali ini, dilakukan handling pada ternak besar besar. (Qayyum et al., 2020).
yakni sapi PFH dan ternak kecil yakni kambing Jawarandu.
Handling ternak besar dilakukan penggiringan dari kandang ke
1
tempat penimbangan, melakukan penggiringan di padang
penggembalaan, dan perobohan ternak, sedangkan pada ternak kecil
dilakukan penggiringan di padang penggembalaan dan perobohan
ternak.
Dalam menangani ternak besar, terdapat konsep untuk
memudahkan dalam memindahkan ternak. Flight zone merupakan
wilayah dari ternak itu sendiri yang luasnya tergantung dari tingkat
kejinakan ternak, semakin jinak ternak semakin tidak memiliki
flight zone pula. Konsep dari flight zone ini dengan mendorong
ternak ke bagian tepi lalu memasukinya dan jika ingin
menghentikan gerakan ternak dapat bergerak mundur ke luar dari
flight zone. Menurut Qayyum et al. (2020) yang menyatakan
bahwa, semakin jauh jarak ternak dengan peternak, maka flight zone
akan semakin luas pula. Terdapat bagian yang tidak dapat dilihat
oleh ternak disebut sebagai blind spot yang terdapat pada bagian
belakang ternak. Seorang peternak harus menghindari blind spot
untuk menghindari ternak terkejut. Point of balance merupakan titik
tengah kendali ternak saat penggiringan yang terdapat di pundak
ternak. Ternak akan bergerak maju saat kita berada di posisi
belakang point of balance begitu sebaliknya.
Perbedaan paling mencolok dalam menghandling ternak besar
dengan ternak kecil adalah jumlah tenaga yang dibutuhkan.
Handling ternak besar membutuhkan tenaga yang lebih besar
dibandingkan saat menghandling ternak kecil. Saat melakukan
perobohan, ternak besar memerlukan alat bantu berupa tali agar
ternak dapat dirobohkan dengan mudah, sedangkan pada ternak
kecil dapat langsung dirobohkan tanpa alat bantu tali.

Metode Pendugaan Umur Pendugaan umur adalah salah satu metode atau cara untuk Penelitian ini diawali dengan
mengetahui umur ternak, meskipun dengan data atau informasi penentuan tingkatan umur
• Poel :3 seadanya. Dalam menduga umur ternak (terutama ternak besar), berdasarkan jumlah gigi seri
• Lingkar Tanduk : 2 dapat dilihat dari gigi biasa disebut poel dan tanduknya. Poel permanen. (Riffiandi et al., 2015)
merupakan gigi seri susu yang telah berganti menjadi gigi seri
• Bangsa Ternak : Nellor permanen yang dapat menunjukkan umur ternak, dimana satu poel Penentuan umur ternak dengan
• Jenis Ternak : Peranakan Ongole berarti ternak tersebut berumur satu tahun. Hal ini sesuai dengan melihat lingkar cincin tanduk
pendapat Riffiandi et al. (2015) yang menyatakan bahwa, tingkatan adalah dengan cara menjumlahkan
umur ternak dapat dilihat dari jumlah gigi seri permanen. Hal angka dua pada tiap lingkar cincin
2
pertama yang dilakukan adalah dengan menghandle sapi lewat tali tanduk. (Pradana et al., 2014).
yang ada di hidungnya, lalu membuka mulut sapi dan melihat
jumlah gigi serinya. Dari hasil tersebut, dapat dilihat sapi yang kami
teliti memiliki enam gigi seri permanen, berarti sapi tersebut
berumur tiga tahun.
Selain melihat dari gigi, umur ternak juga dapat diduga dengan
mengetahui jumlah lingkar tanduknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Pradana et al. (2014) yang menyatakan bahwa, jumlah
lingkar tanduk ditambah dua akan menentukan umur ternak. Sapi
yang dilihat lingkar tanduknya merupakan sapi betina PFH. Dari
hasil praktikum ini, didapatkan lingkar tanduk berjumlah dua, yang
apabila dimasukkan ke dalam rumus menghasilkan umur ternak
adalah empat tahun.
Pelaksanaan pendugaan umur metode lingkar tanduk cukup
kesulitan dikarenakan susahnya menemukan lingkar tanduk yang
dimaksud pada sapi (harus dilakukan perabaan dan penglihatan
berkali-kali). Hal yang membedakan antar lingkar tanduk adalah
adanya degradasi warna pada tanduk, biasanya lingkar tanduk
pangkal akan berwarna hitam, menuju lingkar tanduk selanjutnya
berwarna abu-abu, lalu menuju putih. Lingkar tanduk dapat
dipengaruhi oleh nutrisi pakan, pemotongan tanduk, dan musim
sehingga pendugaan umur metode lingkar tanduk memiliki tingkat
keakuratan lebih kecil dibandingkan dengan metode gigi atau poel.

Pendugaan Bobot Badan Bobot badan ternak dapat diprediksi atau diduga apabila Dalam usaha untuk mengatasi
• Panjang Badan : 144 cm terdapat bagian tertentu ternak yang diketahui, seperti, panjang kendala yang dihadapi jika alat
• Tinggi Pundak : 132 cm badan (PB), tinggi pundak (TP), dan lingkar dada (LD). Hal ini ukur untuk menduga bobot badan
• Lingkar Dada : 172 cn sesuai dengan pendapat Susanto et al. (2017) yang menyatakan ternak yang berkapasitas besar
bahwa, dimensi tubuh ternak dapat digunakan untuk pendugaan tidak tersedia, dapat dilakukan
bobot, jka alat ukur kurang tersedia. Bagian-bagian yang sudah penaksiran bobot badan ternak
diketahui tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang sudah tersebut dengan menggunakan
dikembangkan oleh peneliti (dapat menggunakan berbagai macam dimensi tubuhnya. (Susanto et al.,
3 rumus seperti, rumus Denmark, Schrool, dan Winter). Menurut 2017).
Iqbal et al. (2017) yang menyatakan bahwa, rumus Winter lebih
mudah untuk dilakukan dan mendekati bobot asli dibandingkan Pendugaan bobot badan dengan
rumus yang lainnya. rumus Winter dihitung
Pada praktikum kali ini, didapatkan data pada sapi jantan PFH berdasarkan ukuran lingkar dada
dengan panjang badan 144 cm, tinggi pundak 132 cm, dan lingkar dan panjang badan ternak,
dada 172 cm (berdasarkan penghitungan kelompok) yang apabila sehingga pendugaan bobot badan
dimasukkan ke dalam rumus Winter menjadi 426 kg, Denmark dengan menggunakan rumus
menjadi 361 kg, dan Schrool menajdi 376,36. Bobot asli sapi
tersebut setelah ditimbang di tempat penimbangan adalah 406 kg Winter lebih mudah untuk
yang membuktikan rumus Winter merupakan rumus yang paling dilakukan. (Iqbal et al., 2017).
mendekati angka asli bobot ternak.
Hasil paling mendekati masih terlalu jauh dibandingkan bobot
aslinya dikarenakan terdapat kesalahan saat melakukan pengukuran.
Terjadi kesalahan dalam menggunakan tongkat ukur dan roll meter,
yakni, roll meter dalam posisi yang tidak sewajarnya (meteran
terbalik) yang menyebabkan kelebihan angka pengukuran, lalu pada
saat mengukur panjang badan posisi tongkat ukur tidak pas dengan
posisi tulang yang dikehendaki sehingga juga menyebabkan
kelebihan angka pengukuran.
Pendugaan bobot badan ternak sendiri memiliki manfaat yang
berguna untuk usaha peternakan. Pendugaan bobot ternak dapat
diaplikasikan pada saat hendak membeli ternak potong, membeli
ternak bakalan, hingga untuk mengetahui kesehatan dari ternak itu
sendiri.

Penilaian BCS pada Sapi: Pengukuran variabel kualitatif salah satunya adalah dengan BCS dapat digunakan untuk
• Scor Bcs = 5 (03064) dan 6 (02779) menilai BCS (Body Condition Score) dari ternak tersebut. Menurut pendugaan status nutrisi,
Siska dan Anggrayni (2020) yang menyatakan bahwa, pendugaan mengetahui status produksi sapi.
status nutrisi ternak dapat diketahui lewat penilaian BCS. Penilaian (Siska dan Aggrayni, 2020).
BCS ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kegemukan dari ternak
potong yang memiliki rentan nilai 1 – 9 pada sapi dan 1 – 5 pada Skor kondisi tubuh atau Body
kambing. Bagian-bagian yang dinilai BCSnya adalah bagian back, Condition Score (BCS) induk erat
4 tail head, pins, hooks, ribs, brisket, dan perototan. Hal ini sesuai hubungannya dengan status
dengan pendapat Anisa et al. (2017) yang menyatakan bahwa, cadangan energi tubuh ternak.
lemak yang terdapat di tubuh ternak berkaitan dengan nilai BCS. (Anisa et al., 2017).
Semakin tinggi nilai BCSnya, semakin tinggi pula kualitas ternak
siap potong.
Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross)
peranakan nellor dengan eartag 03064 yang pada bagian backnya
tidak nyata, iga no 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks dan pinsnya
nampak nyata, tailheadnya berlemak banyak, tulang brisketnya
tidak ada lemak, dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai
BCS pada sapi 1 adalah 5,5 dan menunjukkan bahwa sapi 1
mendekati angka ideal.
Pada sapi 2 juga merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross)
peranakan nellor dengan eartag 02779 yang pada bagian backnya
tidak nyata, ribsnya tidak nyata, hooks dan pinsnya tidak ada lemak,
tailheadnya sedikit berlemak, tulang brisketnya sedikit berlemak,
dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi
2 adalah 6 dan menunjukkan bahwa sapi 2 merupakan sapi yang
ideal.
Sapi yang ideal adalah sapi yang memiliki skor BCS 5 hingga
6. Apabila skor kurang dari 5, biasanya sapi akan dilakukan
penggemukan, tetapi apabila terlalu kurus, penggemukan tidak akan
mencapai skor BCS yang ideal karena bentuk tubuh dari ternak
tersebut yang tidak kuat menahan lemak yang terlalu banyak.
Ternak yang memiliki skor BCS lebih dari 6 sudah dapat dikatakan
ternak gemuk atau bahkan terlalu gemuk. Para peternak dalam
melakukan pemilihan bakalan yang akan digemukkan biasanya akan
memilih sapi dengan skor BCS 4 karena sangat ideal untuk
dilakukan penggemukan dari segi harga beli, pakan, hingga nanti
pada saat harga jual.
Perobohan Ternak: Perobohan ternak bertujuan untuk menguasai ternak Siapkan tali tambang yang kuat
• Metode 1 : rope squeeze sepenuhnya untuk dilakukan tindakan tertentu dengan memberi dengan panjang sekitar 6 m.
• Metode 2 : burley tekanan pada titik-titik lemah ternak yang membuat ternak menjadi (Awaludin et al., 2021).
posisi rebah. Menurut Awaludin et al. (2021) yang menyatakan
bahwa, dalam merobohkan ternak dibutuhkan tali yang kuat dan Metode Burley mudah diterima
panjang. dan dipraktekkan oleh panitia
Pada praktikum kali ini, dilakukan perobohan ternak sapi qurban serta juru sembelih dari
dengan dua metode, metode rope squeeze dan metode burney. masyarakat mampu melakukan
Metode rope squeeze memiliki simpul tali yang lebih rumit, namun penyembelihan dengan baik
memiliki keunggulan dapat memilih arah jatuh ternak serta menggunakan pisau potong yang
membutuhkan tenaga yang lebih sedikit. Metode burley memiliki khusus untuk penyembelihan
simpul tali yang sederhana, namun kita tidak dapat memilih arah (pisau potong standar sembelih).
jatuh dan tenaga yang dibutuhkan lebih banyak. (Awaludin et al., 2017)
Terjadi kesalahan saat menggunakan metode rope squeeze
yakni, arah jatuh sapi salah sehingga menyebabkan sapi hampir mati
dikarenakan leher sapi tertarik dengan posisi tegang serta tali yang
5
digunakan melukai tubuh dari sapi. Hal tersebut dapat terjadi karena
padaa saat menarik tali, posisi kaki sapi dalam keadaan melebar dan
tidak dibiarkan terlebih dahulu untuk memberi waktu sapi
merapatkan kembali kaki belakangnya.
Dari dua metode tersebut, metode rope squueze dapat
dikatakan membutuhkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan
dengan metode burley, namun dalam pelaksanaannya metode burley
lebih mudah untuk dilakukan dari awal pemasangan tali hingga
perobohan. Hal ini sesuai dengan pendapat Awaludin et al. (2017)
yang menyatakan bahwa, metode burley lebih mudah dilakukan
pada saat ingin melakukan penyembelihan.
Perobohan pada ternak kecil yakni kambing Jawarandu
dilakukan menggunakan ternak jantan dan betina. Metode yang
dilakukan adalah menjepit badan kambing menggunakan kedua kaki
lalu tangan memegang kaki bagian dalam dan direbahkan, lalu
metode langung dari samping kambing dengan tangan memegang
kaki seberangnya dan direbahkan. Pada praktikum ini terjadi
kesulitan dikarenakan tangan yang pendek sehingga sulit untuk
merobohkan ternak jantan yang memiliki badan besar dan memiliki
pergerakan yang sangat aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, E., Y. S. Ondho, dan D. Samsudewa. 2017. Pengaruh body condition score (BCS)
berbeda terhadap intensitas birahi sapi induk simmental peranakan ongole (SIMPO).
J. Sain Peternakan Indonesia. 12 (2): 133 – 141.
Awaludin, A., Y. R. Nugraheni, dan S. Nusantoro. 2017. Teknik handling dan penyembelihan
hewan qurban. J. Pengabdian Masyarakat Peternakan. 2 (2): 84 – 97.
Awaludin, A., N. Hasanah, Nurkholis, S. Nusantoro, E. Kustiawan, dan N. D. Wahyono. 2021.
Pencegahan helminthiasis pada ternak sapi di kelompok ternak sido makmur Jember.
J. Ilmiah Fillia Cendekia. 6 (1): 1 – 5.
Iqbal, M., D. Rahmat, dan N. Hilmia. 2017. Evaluasi penyimpangan bobot badan dugaan
berdasarkan rumus winter terhadap bobot badan aktual pada sapi pasundan.
Students eJournal. 6 (1): 1 – 12.
Pradana, W., M. J. Rudyanto, dan I K. Suada. 2014. Hubungan umur, bobot dan karkas sapi
bali betina yang dipotong di rumah potong hewan temesi. Indonesia Medicus Veterinus.
3 (1): 37 – 42.
Qayyum, A., S. Baco, dan Zulkharnaim. 2020. Studi temperamen sapi bali bertanduk dan tidak
bertanduk. JITP. 8 (1): 22 – 28.
Riffiandi, N., R. Priyanto, dan H. Nuraini. 2015. Pendugaan bobot hidup sapi peranakan
ongole (PO) dan sapi pesisir menggunakan pencitraan digital. J. Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 3 (3): 153 – 156.
Siska, I. dan Y. I. Anggrayni. 2020. Body condition score (BCS), tingkat laktasi dan
hubungannya dengan produksi susu sapi perah peranakan friesian holstein (PFH).
J. Ilmu Ternak. 20 (2): 115 – 125.
Susanto, M. R. A., R. K. Dewi, dan M. Dahlan. 2017. Kesesuaian rumus schrool dan pita kkur
terhadap bobot badan sapi brahman cross di kelompok ternak sumber jaya dusun
Pilanggot desa Wonokromo kecamatan Tikung kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak.
8 (1): 19 – 25.
LAMPIRAN DATA

A. Handling Ternak
• Sapi
Start Finish Bobot Badan Ternak Start Finish

00.00 01.15 406 kg 00.00 01.04

01.15 Total Waktu yang Diperlukan 01.04

• Kambing/Domba
Start Finish

00.00 00.30

Total waktu yang Diperlukan 00.30

• Perobohan Ternak (Sapi)


Start Finish

00.00 01.44 → Rope Squeeze

00.00 02. 19→ Burley


B. Tabel Penilaian BCS
Sapi : Potong
Ras : Peranakan Nelore
Jenis Kelamin : Jantan
Ear Tag : 03064
BCS : 5,5

Bagian Nilai BCS


Tubuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nampak Nampak Nampak Agak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Back nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata
✔️

Iga Iga No.


bagian 1 atau 2 Tidak Tidak Tidak Tidak
Nyata Nyata Nyata
Ribs depan bisa jadi nyata nyata nyata nyata
nyata nyata
✔️
Tidak
Nampak Nampak Nampak Nampak Nampak Sedikit Tidak Tidak
Hooks ada
nyata nyata nyata nyata nyata berlemak nyata nyata
dan pins lemak
✔️
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlemak
Sedikit Sedikit Berlemak
ada ada ada ada ada sangat
Tailhead berlemak Berlemak banyak
lemak lemak lemak lemak lemak banyak
✔️
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlemak
Sedikit Berlemak sangat
Tulang ada ada ada ada ada Berlemak
berlemak banyak banyak
brisket lemak lemak lemak lemak lemak
✔️
Tidak Tidak Tidak
Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh
Perototan ada ada ada
✔️
Sapi : Potong
Ras : Peranakan Nelore
Jenis Kelamin : Jantan
Ear Tag : 02779
BCS :6

Bagian Nilai BCS


Tubuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nampak Nampak Nampak Agak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Back nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata nyata
✔️
Iga Iga No.
bagian 1 atau 2 Tidak Tidak Tidak Tidak
Nyata Nyata Nyata
Ribs depan bisa jadi nyata nyata nyata nyata
nyata nyata
✔️
Tidak
Nampak Nampak Nampak Nampak Nampak Sedikit Tidak Tidak
Hooks ada
nyata nyata nyata nyata nyata berlemak nyata nyata
dan pins lemak
✔️
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlemak
Sedikit Sedikit Berlemak
ada ada ada ada ada sangat
Tailhead berlemak Berlemak banyak
lemak lemak lemak lemak lemak banyak
✔️
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Berlemak
Sedikit Berlemak sangat
Tulang ada ada ada ada ada Berlemak
berlemak banyak banyak
brisket lemak lemak lemak lemak lemak
✔️
Tidak Tidak Tidak
Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh
Perototan ada ada ada
✔️
C. Pendugaan Umur
• Tanduk
Sapi : Perah
Ras : PFH
Jenis Kelamin : Betina
Keterangan Umur Ternak

Jumlah cincin tanduk = 2 4 tahun

• Poel Gigi
Sapi : Potong
Ras : Brahman Cross
Jenis Kelamin : Jantan
Keterangan Umur Ternak

Jumlah Poel = 3 pasang 3-3,5 tahun

D. Pendugaan Bobot Badan


No Bangsa Jenis Panjang Lingkar Tinggi Winter Schrool Denmark
Ternak Ternak Kelamin Badan Dada Pundak
1. PFH Jantan 144 cm 172 cm 132 cm 426 kg 376, 36 361
kg kg

• Winter
𝐿𝐷 2 𝑥𝑃𝐵 (172)2 𝑥 144
BB = = = 426 kg
10000 10000

• Schrool
(𝐿𝐷+22)2 (172+22)2
BB = = = 376,36 kg
100 100

• Denmark
(𝐿𝐷+18)2 (172+18)2
BB = = = 361 kg
100 100
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Tabel 1. Gambar pendugaan umur sapi


Poel Lingkar tanduk

Sapi 1 (nellor) poel 3 (umur 3) Sapi 2 (PFH) lingkar tanduk 2 (umur 4)

Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor yang
memiliki 3 poel (6 gigi seri permanen) dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 1
berumur sekitar 3 – 3,5 tahun. Sapi 2 merupakan sapi betina peranakan Frisien Holstein
yang memiliki 2 lingkar tanduk dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 2 berumur
sekitar 4 tahun.

Tabel 2. Gambar penilaian BCS sapi


03064 02779

Sapi 1 (nellor) eartag: 03064, BCS 5,5 Sapi 2 (nellor) eartag: 02779, BCS 6

Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor dengan
eartag 03064 yang pada bagian backnya tidak nyata, iga no 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks
dan pinsnya nampak nyata, tailheadnya berlemak banyak, tulang brisketnya tidak ada
lemak, dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi 1 adalah 5,5.
Pada sapi 2 juga merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor dengan
eartag 02779 yang pada bagian backnya tidak nyata, ribsnya tidak nyata, hooks dan
pinsnya tidak ada lemak, tailheadnya sedikit berlemak, tulang brisketnya sedikit berlemak,
dan perototannya penuh. Hal ini menunjukkan nilai BCS pada sapi 2 adalah 6.

Tabel 3. Gambar pendugaan bobot badan sapi


Mengukur panjang, tinggi Penimbangan

Sapi PFH jantan


Sapi 2 (bangsa) poel … (umur….)
Sapi 1 merupakan sapi jantan PFH yang diukur tinggi pundak, panjang badan, serta
lebar dadanya menggunakan tongkat pengukur. Dari kelompok 1 didapatkan hasil panjang
badan= 144 cm, lebar dada= 172 cm, dan tinggi pundak=132 cm yang dari hasil tersebut
kemudian dimasukkan ke rumus-rumus untuk menduga bobot badan.

Tabel 4. Gambar penggiringan sapi dan kambing


Sapi Kambing

Sapi (PFH) Kambing (Jawa randu)

Penggiringan ternak perlu menguasai teknik handling yang baik dan benar. Pada sapi
pusat kendali handling terdapat pada hidungnya, sedangkan pada kambing terdapat pada
lehernya. Proses penggiringan sapi lebih berat dibandingkan penggiringan kambing,
namun pada kambing jantan juga memerlukan tenaga yang lebih dikarenakan pada saat itu
kambing jantan sedang dalam birahi (terlalu aktif bergerak).
Tabel 5. Gambar perobohan kambing
Jantan Betina

Kambing (Jawa randu)

Perobohan kambing dibedakan menjadi perobohan kambing betina untuk perempuan


dan kambing jantan untuk laki-laki. Dilakukan dua metode yakni, dengan menjepit ternak
lalu direbahkan dan dari samping lalu direbahkan. Kesulitan terbesar dalam perobohan
kambing jantan adalah badannya yang besar dan memiliki pergerakan yang kuat dan aktif
dikarenakan pada saat itu kambing jantan sedang mengalami berahi.

Tabel 6. Gambar perobohan sapi


Rope squeeze Burley

Sapi PFH jantan

Pada sapi dilakukan perobohan menggunakan dua metode, metode rope squeeze dan
metode burley. Metode rope squeeze memiliki simpul tali yang lebih rumit dibandingkan
dengan metode burley. Tenaga yang dibutuhkan dalam metode rope squeeze lebih sedikit
dikarenakan metode ini mengincar titik lemah ternak sehingga tidak dapat bergerak dan
mudah untuk dirobohkan, akan tetapi dalam pelaksanaannya, metode burley lebih mudah
untuk dilakukan dari awal pemasangan tali hingga perobohan, meskipun tenaga yang
dibutuhkan lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai