Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM

ILMU TILIK TERNAK

Nama Praktikan : Muhammad Rayhan Ardiansyah


NIM : 23010121130116
Kelas : ITT F
Asisten : Adi Rahman Satrio

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi
1 Handling Ternak Besar Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan handling Manajemen handling
 Bangsa Ternak : Friesian Holstein merupakan cara menangani ternak dengan tujuan mengendalikan merupakan suatu upaya yang
ternak tersebut. Handling berguna untuk kegiatan tagging pada dilakukan oleh manusia kepada
(FH) ternak, pemotongan tanduk, penyembelihan hewan, penimbangan hewan dengan tujuan
 Jenis Ternak : Sapi Perah bobot badan, pendugaan umur ternak dan lain-lain dengan tetap mengendalikan hewan sesuai
Handling Ternak Kecil memperhatikan aspek kesejahteraan hewan. Hal ini sesuai dengan dengan yang kita inginkan tanpa
pendapat Awaludin et al. (2017) yang menyatakan, bahwa menyakiti hewan tersebut dan
 Bangsa Ternak : Jawarandu, Etawa manajemen handling merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tanpa mencederai pelaksana
 Jenis Ternak : Kambing potong dan manusia kepada hewan dengan tujuan mengendalikan hewan handling. (Awaludin et al. 2017).
sesuai dengan yang kita inginkan tanpa menyakiti hewan tersebut
perah
dan tanpa mencederai pelaksana handling. Hal ini diperkuat oleh Handling diperlukan untuk
pendapat Utami dan Yulinanda (2020) yang menyatakan, bahwa mempermudah penanganan
handling diperlukan untuk mempermudah penanganan ternak, baik ternak, baik di lapangan maupun
di lapangan maupun di dalam kandang. di dalam kandang. (Utami dan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan handling Yulinanda 2020).
ternak besar dilakukan dengan penggiringan dari kandang ke
padang penggembalaan dengan memegang keluh yang merupakan Hal yang dilakukan dalam
titik kendali ternak Hal ini sesuai dengan pendapat Toharmat et al. handling dengan melakukan
(2020) yang menyatakan, bahwa hal yang dilakukan dalam pemotongan kuku, pemotongan
handling dengan melakukan pemotongan kuku, pemotongan tanduk, pemberian tanda pada
tanduk, pemberian tanda pada ternak, pencukuran bulu, ternak, pencukuran bulu,
pengukuran bobot ternak, pemeriksaan kebuntingan, pendugaan pengukuran bobot ternak,
umur ternak, dan pengebirian ternak. Sedangkan, pada ternak kecil pemeriksaan kebuntingan,
dilakukan penggiringan di padang penggembalaan dengan pendugaan umur ternak, dan
memegang tali pada leher ternak, jika ternak bergerak maju angkat pengebirian ternak. Sedangkan,
tali keatas untuk menghentikan gerakan. Hal ini sesuai dengan pada ternak kecil dilakukan
pendapat Utami dan Yulinanda (2020) yang menyatakan, bahwa penggiringan di padang
handling diperlukan untuk mempermudah penanganan ternak, baik penggembalaan dan perobohan
di lapangan maupun di dalam kandang. ternak. (Toharmat et al. 2020).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan terdapat
beberapa konsep yang harus dipahami dalam menangani ternak Semakin jauh jarak ternak
ruminansia besar agar memudahkan saat proses pemindahan dengan peternak, maka flight
ternak. Flight zone merupakan wilayah dari ternak yang luasnya zone akan semakin luas pula.
bergantung pada kejinakan ternak, semakin jinak ternak maka (Qayyum et al. 2020).
semakin tidak memiliki flight zone, begitu pula sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Qayyum et al. (2020) yang menyatakan Point of balance memberikan
bahwa, semakin jauh jarak ternak dengan peternak, maka flight efektivitas pergerakan dalam
zone akan semakin luas pula. Ternak memiliki bagian atau sisi handling ternak. (Hofmeyr 2020).
yang tidak dapat dilihat yang disebut sebagai blind spot. Titik
tengah kendali ternak atau point of balance merupakan pundak dari
ternak tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hofmeyr
(2020) yang menyatakan, bahwa point of balance memberikan
efektivitas pergerakan dalam handling ternak.
Perbedaan yang paling terlihat dalam handling ternak
ruminansia besar dengan ternak ruminansia kecil adalah jumlah
besar tenaga yang dibutuhkan oleh peternak. Pada perobohan
ternak besar membutuhkan banyak orang dan alat bantu berupa tali
tambang, sedangkan pada ternak kecil dapat dilakukan oleh satu
orang dan tanpa alat bantu.
2 Metode Pendugaan Umur Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan metode untuk Tingkatan umur ternak dapat
 Poel pada sapi Brahman Cross : 3 mengetahui umur ternak salah satunya adalah pendugaan umur dilihat dari jumlah gigi seri
dengan melihat poel pada gigi dan cincin tanduk. Poel adalah permanen. (Riffiandi et al. 2015).
pasang penggantian gigi seri susu pada ternak dengan gigi seri tetap,
 Lingkar Tanduk pada sapi Friesian jumlah poel menandakan umur pada ternak. Hal ini sesuai dengan Jumlah lingkar tanduk
Holstein (FH) : 2 cincin pendapat Riffiandi et al. (2015) yang menyatakan, bahwa tingkatan ditambah dua akan menentukan
umur ternak dapat dilihat dari jumlah gigi seri permanen. Hal umur ternak. (Pradana et al.
pertama yang dilakukan adalah mengendalikan ternak 2014).
menggunakan tali pada hidung ternak, membuka mulut sapi
dengan tangan dilakukan dari samping mulut ternak dan melihat Pertumbuhan tanduk
jumlah gigi serinya. Selain melihat poel pada gigi seri, pendugaan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
umur ternak dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada faktor intrinsik dan faktor
cincin tanduk. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradana et al. (2014) ektrinsik. Faktor intrinsik antara
yang menyatakan, bahwa jumlah lingkar tanduk ditambah dua lain status genetik dan
akan menentukan umur ternak. reproduksi. Sedangkan faktor
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Sapi Bx ektrinsik antara keadaan geografi
memiliki poel tiga pasang sehingga sapi tersebut berumur tiga lingkungan dan pakan yang
tahun, hal ini sesuai dengan pendapat Karno (2017) yang dikonsumsi. (Solehudin et al.
menyatakan, bahwa poel menunjukkan adanya pergantian gigi 2019).
ternak, sehingga seberapa banyak tingkat pergantian gigi bisa
menjadi dasar menduga umur ternak. Lingkar tanduk pada sapi FH Poel menunjukkan adanya
berjumlah dua apabila dimasukkan dalam rumus perhitungan sapi pergantian gigi ternak, sehingga
tersebut berumur empat tahun. Pendugaan umur ternak seberapa banyak tingkat
menggunakan metode lingkar tanduk mengalami beberapa pergantian gigi bisa menjadi
kesulitan yaitu tertukar antara goresan pada tanduk dengan lingkar dasar menduga umur ternak.
tanduk sebenarnya. Pertumbuhan tanduk dipengaruhi oleh nutrisi (Karno 2017).
pakan, kebuntingan ternak dan pemotongan tanduk, menurut
Solehudin et al. (2019) yang menyatakan, bahwa pertumbuhan Pertumbuhan tanduk
tanduk dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
ektrinsik. Faktor intrinsik antara lain status genetik dan reproduksi. faktor intrinsik dan faktor
Sedangkan faktor ektrinsik antara keadaan geografi lingkungan ektrinsik. Faktor intrinsik antara
dan pakan yang dikonsumsi. lain status genetik dan
Hal ini menyebabkan pendugaan umur ternak dengan metode reproduksi. Sedangkan faktor
lingkar tanduk memiliki tingkat keakuratan dibawah metode poel ektrinsik antara keadaan geografi
pada gigi. Hal ini sesuai dengan pendapat Karno (2017) yang lingkungan dan pakan yang
menyatakan bahwa pendugaan umur sapi berdasarkan tumbuhnya dikonsumsi. (Solehudin et al.
tanduk dan cincin tanduk adalah yang paling kurang akurat. 2019).
Metode melihat poel pada gigi disebut lebih akurat karena gigi
pada ternak tidak dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat Pendugaan umur sapi
mengubah gigi ternak tersebut, menurut Pandiangan (2016) pola berdasarkan tumbuhnya tanduk
erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dan cincin tanduk adalah yang
dapat digunakan untuk menduga umur ternak. paling kurang akurat. (Karno
2017).

Pola erupsi gigi pada ternak


memiliki karakteristik tertentu
sehingga dapat digunakan untuk
menduga umur ternak.
(Pandiangan 2016).

3 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bobot badan Untuk melakukan metode
 Panjang Badan : 148,25 cm pada ternak dapat diduga apabila telah mengetahui panjang badan, pendugaan bobot badan perlu
 Tinggi Badan : 131 cm tinggi badan dan lingkar dada pada ternak. Hal ini sesuai dengan diketahui terlebih dahulu panjang
 Lingkar Dada : 175 cm pendapat Akbar et al. (2016) yang menyatakan, bahwa untuk badan, tinggi badan, serta lingkar
melakukan metode pendugaan bobot badan perlu diketahui terlebih dada yang dimiliki oleh ternak
dahulu panjang badan, tinggi badan, serta lingkar dada yang supaya mendapatkan hasil yang
dimiliki oleh ternak supaya mendapatkan hasil yang konkrit. Data konkrit. (Akbar et al. 2016).
dari bagian tubuh tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang sudah
ada dan dikembangkan, diantaranya rumus Schoorl, rumus Winter Rumus Winter lebih mudah
dan rumus Winter Modifikasi Arjodarmoko. Menurut Iqbal et al. untuk dilakukan dan mendekati
(2017) yang menyatakan, bahwa rumus Winter lebih mudah untuk bobot sapi asli dibandingkan
dilakukan dan mendekati bobot sapi asli dibandingkan rumus yang rumus yang lainnya. (Iqbal et al.
lainnya. 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan
data panjang badan 148,25 cm, tinggi badan 131 cm dan lingkar Rumus winter tidak tepat
dada 175 cm yang apabila dimasukkan kedalam rumus Winter digunakan untuk pendugaan
menjadi 419 kg meski mendekati bobot asli namun selisihnya bobot badan sapi bali flores,
cukup jauh, hal ini sesuai dengan pendapat Villandasari et al. sehingga harus dimodifikasi.
(2019) yang menyatakan, bahwa rumus winter tidak tepat (Villandasari et al. 2019).
digunakan untuk pendugaan bobot badan sapi bali flores, sehingga
harus dimodifikasi. Schoorl menjadi 388 kg dan Modifikasi Menggunakan rumus
menjadi 454 kg. Bobot sapi asli yang diamati setelah ditimbang di modifikasi baru ini lebih akurat,
tempat penimbangan adalah 454 kg. Rumus Winter Modifikasi efektif dan efisien digunakan
merupakan rumus yang akurat atau paling mendekati angka asli dalam pendugaan bobot badan
bobot badan ternak karena telah disesuaikan dengan kondisi sapi po jantan. (Tarigan 2020).
fisiologis ternak yang ada di Asia. Menurut Tarigan (2020)
menggunakan rumus modifikasi baru ini lebih akurat, efektif dan
efisien digunakan dalam pendugaan bobot badan sapi po jantan.
Pendugaan bobot badan ternak digunakan untuk penggemukan
bakalan sapi potong.
4 Penilaian BCS pada Sapi: Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pengukuran BCS dapat digunakan untuk
 Skor BCS Sapi Nelore 02757= 4 variable kualitatif salah satunya adalah Body Condition Score atau pendugaan status nutrisi,
 Skor BCS Sapi Nelore 02779= 5 BCS merupakan penilaian kondisi ternak, hal ini sesuai dengan mengetahui status produksi sapi.
pendapat Siska dan Anggrayni (2020) yang menyatakan, bahwa (Siska dan Anggrayni 2020).
BCS dapat digunakan untuk pendugaan status nutrisi, mengetahui
status produksi sapi. Penilaian BCS bertujuan mengetahui tingkat Lemak yang terdapat di tubuh
kegemukan dari ternak potong, rentan nilai pada sapi 1-9 dan pada ternak berkaitan dengan nilai
kambing 1-5. Bagian yang diamati dalam BCS adalah back, tail BCS. (Anisa et al. (2017).
head, hooks dan pin, ribs, brisket dan perototan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anisa et al. (2017) yang menyatakan, bahwa Tata cara penilaian BCS pada
lemak yang terdapat di tubuh ternak berkaitan dengan nilai BCS. ternak dengan memperhatikan
Semakin tinggi nilai BCSnya, semakin tinggi pula kualitas ternak perototan, perlemakan, serta urat
siap potong. dengan penglihatan, perabaan,
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan penilaian dan penekanan pada tubuh hewan
dilakukan dengan mengamati perlemakan, perototan, dan urat, lalu ternak. (Purnamasari et al. 2020).
dicocokkan dengan kartu penilaian yang sudah disediakan. Hal ini BCS sapi berada pada nilai 1-9
sesuai dengan pendapat Purnamasari et al. (2020) yang dan score idealnya pada rentang
menyatakan, bahwa tata cara penilaian BCS pada ternak dengan 5-7. (Budiawan et al. 2015).
memperhatikan perototan, perlemakan, serta urat dengan
penglihatan, perabaan, dan penekanan pada tubuh hewan ternak . BCS merupakan indikator
Pada Sapi Nellor 02757 bagian back agak nyata, ribs nyata, hooks yang sangat penting untuk
dan pins nampak nyata, tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit keberhasilan reproduktivitas
berlemak dan perototan penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor ternak sapi. (Netika et al. 2019).
02757 memiliki nilai BCS 4 dan menunjukkan kategori kurang
ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiawan et al. (2015) yang
menyatakan, bahwa BCS sapi berada pada nilai 1-9 dan score
idealnya pada rentang 5-7.
Pada Sapi Nellor 02779 bagian back agak nyata, ribs iga
nomor 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks dan pins nampak nyata,
tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan perototan
penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor 02779 memiliki nilai BCS
5 dan menunjukkan kategor ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Budiawan et al. (2015) yang menyatakan, bahwa BCS sapi berada
pada nilai 1-9 dan score idealnya pada rentang 5-7. BCS penting
untuk keberhasilan reproduksi pada ternak sapi, menurut Netika et
al. (2019) yang menyatakan, bahwa BCS merupakan indikator
yang sangat penting untuk keberhasilan reproduktivitas ternak sapi.
Perobohan Ternak: Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan perobohan Pengikatan burley
Kambing ternak besar menggunakan metode Burley dan metode Rope menggunakan tali yang dililitkan
 Memegang kaki bagian dalam lalu Squeeze serta memegang kaki bagian dalam lalu dijepit di leher lalu disilangkan di antara
dijepit menggunakan kaki menggunakan kaki untuk ternak kecil. Metode burley dilakukan kaki depan yang kemudian ujung
 Memegang kaki bagian dalam dengan lilitan tali di leher yang disilangkan di kaki depan, tali ditarik ke atas untuk
Sapi kemudian disilangkan di bagian punggung, lalu tarik tali ke bawah disilangkan di punggung,
 Metode 1 : Burley melewati selangkang kanan dan kiri. Hal ini sesuai dengan kemudian ujung tali di tarik ke
 Metode 2 : Rope Squeeze pendapat Awaludin et al. (2017) yang menyatakan, bahwa bawah melewati selangkang
pengikatan burley menggunakan tali yang dililitkan di leher lalu kanan dan kiri. (Awaludin et al.
disilangkan di antara kaki depan yang kemudian ujung tali ditarik 2017).
ke atas untuk disilangkan di punggung, kemudian ujung tali di
tarik ke bawah melewati selangkang kanan dan kiri. Hal ini Dalam merobohkan ternak
diperkuat dengan pendapat Awaludin et al. (2021) yang dibutuhkan tali yang kuat dan
5 menyatakan, bahwa dalam merobohkan ternak dibutuhkan tali panjang. (Awaludin et al. 2021).
yang kuat dan panjang. Sedangkan pada metode rope squeeze
dibuat berupa simpul kupu-kupu. Metode burley merupakan
Kelebihan dari metode burley adalah ikatan tali yang lebih metode yang paling sederhana
sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Holdsworth et al. sehingga mudah untuk
(2022) yang menyatakan, bahwa metode burley merupakan metode disosialisasikan dan dipraktikan.
yang paling sederhana sehingga mudah untuk disosialisasikan dan (Holdsworth et al. 2022).
dipraktikan. Kelebihan metode rope squeeze membutuhkan sedikit
tenaga karena memanfaatkan titik terlemah sapi dan tidak Metode rope squeeze lebih
menyakiti sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aleman et al. efektif untuk dilakukan dan tidak
(2017) yang menyatakan bahwa metode rope squeeze lebih efektif mencederai sapi. (Aleman et al.
untuk dilakukan dan tidak mencederai sapi. Namun metode rope 2017).
squeeze simpul talinya lebih rumit dan dalam pelaksanaannya
berlangsung lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, I., E. Rianto, dan A. Purnomoadi. 2016. Pengaruh kandungan total digestible
nutrients ransum terhadap keluaran kreatinin pada sapi madura jantan. J. Animal
agriculture. 2(3): 85-93.
Aleman, M., K. M. Weich, dan J. E. Madigan. 2017. Survey of veterinarians using a novel
physical compression squeeze procedure in the management of neonatal
maladjustment syndrome in foals. J. Animals. 7(9): 69-75.
Anisa, E., Y. S. Ondho, dan D. Samsudewa. 2017. Pengaruh body condition score (BCS)
berbeda terhadap intensitas birahi sapi induk simmental peranakan ongole (SIMPO).
J. Sain Peternakan Indonesia. 12(2): 133 – 141.
Awaludin, A., N. Hasanah, Nurkholis, S. Nusantoro, E. Kustiawan, dan N. D. Wahyono.
2021. Pencegahan helminthiasis pada ternak sapi di kelompok ternak sido makmur
Jember. J. Ilmiah Fillia Cendekia. 6(1): 1 – 5.
Awaludin, A., Y. R. Nugraheni dan S. Nusantoro. 2017. Teknik handling dan penyembelihan
hewan qurban. J. Pengabdian Masyarakat Peternakan. 2(2): 84 – 97.
Budiawan, A., Ihsan, M. N., & Wahjuningsih, S. 2015. Hubungan body condition score
terhadap service per conception dan calving interval sapi potong Peranakan Ongole di
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. J. Tropical Animal Production. 16(1): 34-
40.
Hofmeyr, I. 2020. Six basic behavioural traits in cattle. Stockfarm. 10(11): 34-35.
Holdsworth, S. E., N. J. Kells, E. Vallée, N. Ward, D. J. Mellor, dan N. J. Beausoleil. 2022.
Evaluating the behavioural responses of healthy newborn calves to a thoracic
squeeze. J. Animals. 12(7): 840-847.
Iqbal, M., D. Rahmat, dan N. Hilmia. 2017. Evaluasi penyimpangan bobot badan dugaan
berdasarkan rumus winter terhadap bobot badan aktual pada sapi pasundan. Students
eJournal. 6(1): 1 – 12.
Karno, R. 2017. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin terhadap Bobot Badan Sapi Bali di
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.
(Skripsi).
Netika, M., R. Darsono, B. Utomo, I. Mustofa, dan T. W. Suprayogi. 2019. Hubungan antara
body condition score (bcs) dengan produksi susu sapi perah friesian holstein (FH).
Ovozoa. 8(2): 89-93.
Pandiangan, J. 2016. Penetapan Rumus Regresi terhadap Penentuan Bobot Karkas
berdasarkan Bobot Hidup Sapi Persilangan Simmental di Rumah Pemotongan Hewan
Lubuk Buaya Kota Padang. Universitas Andalas, Padang. (Skripsi).
Pradana, W., M. J. Rudyanto, dan I K. Suada. 2014. Hubungan umur, bobot dan karkas sapi
bali betina yang dipotong di rumah potong hewan temesi. Indonesia Medicus
Veterinus. 3(1): 37 – 42.
Purnamasari, L., M. E. Krismaputri, H. Khasanah, dan N. Widodo. 2020. Peningkatan
kemandirian peternak desa klabang melalui village breeeding center dan penerapan
teknologi pengolahan pakan lokal. J. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi
Masyarakat. 9(2): 15-24.
Qayyum, A., S. Baco, dan Zulkharnaim. 2020. Studi temperamen sapi bali bertanduk dan
tidak bertanduk. J. ITP. 8(1): 22- 28.
Riffiandi, N., R. Priyanto, dan H. Nuraini. 2015. Pendugaan bobot hidup sapi peranakan
ongole (PO) dan sapi pesisir menggunakan pencitraan digital. J. Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 3(3): 153 – 156.
Siska, I. dan Y. I. Anggrayni. 2020. Body condition score (BCS), tingkat laktasi dan
hubungannya dengan produksi susu sapi perah peranakan friesian holstein (PFH). J.
Ilmu Ternak. 20(2): 115 – 125.
Solehudin, R. Hutasoit, K. Simanuhuruk, S. Elieser dan S.P. Ginting. 2019. Indeks Ukuran
Tubuh, Lingkar Skrotum dan Panjang Tanduk Kambing Boerka dengan Pakan
Imbangan Energi-Protein Berbeda. Hal. 438-446.
Tarigan, E.S. 2020. Penentuan Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole Jantan berdasarkan
Profil Body Condition Score di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Universitas
Pembangunan Panca Budi, Medan. (Skripsi).
Toharmat, G. M., A. M. Fuah, L. Cyrilla, dan Y. Triyonggo. 2020. Strategi pengembangan
kompetensi sumber daya manusia pasca unloading dari kapal ternak camara nusantara
indonesia. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 8(1): 36-41.
Villandasari, H.N., P. Suparman dan A. Setyaningrum. 2019. Uji ketepatan rumus winter
terhadap bobot badan sapi bali flores. J. Animal Science and Technology. 1(2): 191-
196.

LAMPIRAN DATA
A. Handling Ternak

 Sapi
Start Finish Bobot Badan Ternak Start Finish
07.45  07.46   454 07.50  07.51 
 1 menit 14 detik Total Waktu yang Diperlukan 44 detik 

 Kambing/Domba
Start Finish
00.00 00.06,58 
 00.06,58

 Perobohan Ternak (Sapi)


Start Finish
 00.00 05.06,51 (Rope Squeeze) 
00.00 03.27,78 (Burley)

B. Tabel Penilaian BCS


Sapi : 02757
Ras : Nelore
Jenis Kelamin : Jantan
BCS :4

Bagian Nilai BCS


Tubuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Namp Namp Namp
Agak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ak ak ak
nyata nyata nyata nyata nyata nyata
Back nyata nyata nyata
…… …… …… …… …… …….... ………
√ ……….
…. …. …. ….. … . .
Iga
Iga
No. 1
bagia
atau 2 Tidak Tidak Tidak Tidak
Nyata Nyata Nyata n
bisa nyata nyata nyata nyata
Ribs depan
jadi
nyata
nyata
…… …… …… …… …… ……… ………
√ ……….
…. …. …. …. …. . .
Namp Namp Namp Namp Namp Tidak Sedikit
Tidak Tidak
Hooks ak ak ak ak ak ada berlem
nyata nyata
dan nyata nyata nyata nyata nyata lemak ak
pins …… …… …… …… …… ……… ……… ………

…. …. …. ….. …. . . ….
Tailhea Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sedikit Sedikit Berlem Berlem
d ada ada ada ada ada berlem Berlem ak ak
lemak lemak lemak lemak lemak ak ak banyak sangat
banyak
…… …… …… …… …… ……… ………
√ ……….
…. …. …. …. …. . .
Berlem
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sedikit Berlem
Berlem ak
ada ada ada ada ada berlem ak
Tulang ak sangat
lemak lemak lemak lemak lemak ak banyak
brisket banyak
…… …… …… …… …… √ ……… ………. ……….
…. …. …. …. …. .
Tidak Tidak Tidak
Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh
Perotot ada ada ada
an …… …… …… …… …… ……… ……… ………

…. …. …. …. …. . . …

Sapi : 02779
Ras : Nelore
Jenis Kelamin : Jantan
BCS :5

Bagian Nilai BCS


Tubuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Namp Namp Namp
Agak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ak ak ak
nyata nyata nyata nyata nyata nyata
Back nyata nyata nyata
…… …… …… …… …… …….... ………
√ ……….
…. …. …. ….. … . .
Iga
Iga
No. 1
bagia
atau 2 Tidak Tidak Tidak Tidak
Nyata Nyata Nyata n
bisa nyata nyata nyata nyata
Ribs depan
jadi
nyata
nyata
…… …… …… …… …… ……… ………
√ ……….
…. …. …. …. …. . .
Namp Namp Namp Namp Namp Tidak Sedikit
Tidak Tidak
Hooks ak ak ak ak ak ada berlem
nyata nyata
dan nyata nyata nyata nyata nyata lemak ak
pins …… …… …… …… …… ……… ……… ………

…. …. …. ….. …. . . ….
Berlem
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sedikit Sedikit Berlem
ak
ada ada ada ada ada berlem Berlem ak
Tailhea sangat
lemak lemak lemak lemak lemak ak ak banyak
d banyak
…… …… …… …… …… ……… ………
√ ……….
…. …. …. …. …. . .
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sedikit Berlem Berlem
Tulang Berlem ak
ada ada ada ada ada berlem ak
brisket ak
lemak lemak lemak lemak lemak ak banyak sangat
banyak
…… …… …… …… …… √ ……… ………. ……….
…. …. …. …. …. .
Tidak Tidak Tidak
Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh Penuh
Perotot ada ada ada
an …… …… …… …… …… ……… ……… ………

…. …. …. …. …. . . …

C. Pendugaan Umur
 Tanduk
Sapi : Perah
Ras : PFH
Jenis Kelamin : Betina

Keterangan Umur Ternak


Jumlah Cincin Tanduk = 2 4 tahun

 Poel Gigi
Sapi : Potong
Ras : Brahman Cross
Jenis Kelamin : Jantan
Keterangan Umur Ternak
Jumlah Poel Gigi = 3 pasang 3 tahun

D. Pendugaan Bobot Badan


No. Bangsa Jenis Panjan Lingka Tinggi Winte Schoor Modifikas
Terna Terna Kelami g r Dada Punda r l i
k k n Badan k
1. PFH Jantan 148,25 175 cm 131 cm 809,51 388,09 447,725 kg
cm kg kg

 Winter
2 2
( LD +22) (175+22) 197 2
¿ =¿ = =¿ 388,09 kg
100 100 100

 Schrool
2 2
LD ( inchi ) × PB(inchi) (68,9) ×58,4
¿ = =924,1 LBS/419 kg
300 300
 Modifikasi
2 2
LD × PB (175) × 148,25 30625 ×148,25
¿ = = =454 kg
10.000 10.000 10.000
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Tabel 1. Gambar Pendugaan Umur Ternak Sapi


Poel Cincin Tanduk Sapi

Sapi 1 (Brahman Cross) poel 3 pasang Sapi 2 (PFH) Cincin tanduk 2 (umur 4
(umur 3-3,5 tahun) tahun)

Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor yang
memiliki 3 poel (6 gigi seri permanen) dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 1
berumur sekitar 3 – 3,5 tahun. Sapi 2 merupakan sapi betina peranakan Frisien Holstein
yang memiliki 2 lingkar tanduk dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 2 berumur
sekitar 4 tahun.

Tabel 2. Gambar Penilaian BCS Ternak Sapi


Sapi 1 (02757) Sapi 2 (02779)

Sapi 1 (Nellor) eartag: 02757 Sapi 2 (Nellor) eartag: 02779


BCS = 4 BCS = 5

Pada sapi 1 bagian back agak nyata, ribs nyata, hooks dan pins nampak nyata,
tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan perototan penuh. Hal ini
menunjukkan Sapi Nellor 02757 memiliki nilai BCS 4 dan menunjukkan kategori
kurang ideal. Pada sapi 2 bagian back agak nyata, ribs iga nomor 1 atau 2 bisa jadi nyata,
hooks dan pins nampak nyata, tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan
perototan penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor 02779 memiliki nilai BCS 5 dan
menunjukkan kategor ideal.

Tabel 3. Gambar Pendugaan Bobot Badan Sapi


Menimbang Bobot Badan Mengukur Panjang Badan, Tinggi
Badan dan Lingkar Dada

Sapi PFH Jantan

Pada Sapi PFH jantan panjang badan 148,25 cm, tinggi badan 131 cm dan lingkar
dada 175 cm yang apabila dimasukkan kedalam rumus Winter menjadi 419 kg, Schoorl
menjadi 388 kg dan Modifikasi menjadi 454 kg. Bobot sapi asli yang diamati setelah
ditimbang di tempat penimbangan adalah 454 kg.
Tabel 4. Gambar Penggiringan Sapi dan Kambing

Sapi PFH Kambing Etawa

Pada sapi pusat kendali handling terdapat pada hidungnya, sedangkan pada kambing
terdapat pada lehernya. Proses penggiringan sapi lebih berat dibandingkan penggiringan
kambing, namun pada kambing jantan memerlukan tenaga yang lebih dikarenakan pada
saat itu kambing jantan sedang dalam birahi dan menjadi sedikit agresif.
Tabel 5. Gambar Perobohan Ternak Sapi

Metode Burley Metode Rope Squeeze

Pada ternak sapi, perobohan menggunakan dua metode yaitu Burley dan Rope
Squeeze. Simpul tali pada metode Rope Squeeze lebih rumit dibandingkan simpul tali
pada metode Burley. Pada pelaksanaannya metode yang paling mudah digunakan adalah
metode Burley mulai dari pemasangan simpul tali pada tubuh ternak hingga perobohan.

Anda mungkin juga menyukai