Laporan Itt Rayhan 2
Laporan Itt Rayhan 2
3 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bobot badan Untuk melakukan metode
Panjang Badan : 148,25 cm pada ternak dapat diduga apabila telah mengetahui panjang badan, pendugaan bobot badan perlu
Tinggi Badan : 131 cm tinggi badan dan lingkar dada pada ternak. Hal ini sesuai dengan diketahui terlebih dahulu panjang
Lingkar Dada : 175 cm pendapat Akbar et al. (2016) yang menyatakan, bahwa untuk badan, tinggi badan, serta lingkar
melakukan metode pendugaan bobot badan perlu diketahui terlebih dada yang dimiliki oleh ternak
dahulu panjang badan, tinggi badan, serta lingkar dada yang supaya mendapatkan hasil yang
dimiliki oleh ternak supaya mendapatkan hasil yang konkrit. Data konkrit. (Akbar et al. 2016).
dari bagian tubuh tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang sudah
ada dan dikembangkan, diantaranya rumus Schoorl, rumus Winter Rumus Winter lebih mudah
dan rumus Winter Modifikasi Arjodarmoko. Menurut Iqbal et al. untuk dilakukan dan mendekati
(2017) yang menyatakan, bahwa rumus Winter lebih mudah untuk bobot sapi asli dibandingkan
dilakukan dan mendekati bobot sapi asli dibandingkan rumus yang rumus yang lainnya. (Iqbal et al.
lainnya. 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan
data panjang badan 148,25 cm, tinggi badan 131 cm dan lingkar Rumus winter tidak tepat
dada 175 cm yang apabila dimasukkan kedalam rumus Winter digunakan untuk pendugaan
menjadi 419 kg meski mendekati bobot asli namun selisihnya bobot badan sapi bali flores,
cukup jauh, hal ini sesuai dengan pendapat Villandasari et al. sehingga harus dimodifikasi.
(2019) yang menyatakan, bahwa rumus winter tidak tepat (Villandasari et al. 2019).
digunakan untuk pendugaan bobot badan sapi bali flores, sehingga
harus dimodifikasi. Schoorl menjadi 388 kg dan Modifikasi Menggunakan rumus
menjadi 454 kg. Bobot sapi asli yang diamati setelah ditimbang di modifikasi baru ini lebih akurat,
tempat penimbangan adalah 454 kg. Rumus Winter Modifikasi efektif dan efisien digunakan
merupakan rumus yang akurat atau paling mendekati angka asli dalam pendugaan bobot badan
bobot badan ternak karena telah disesuaikan dengan kondisi sapi po jantan. (Tarigan 2020).
fisiologis ternak yang ada di Asia. Menurut Tarigan (2020)
menggunakan rumus modifikasi baru ini lebih akurat, efektif dan
efisien digunakan dalam pendugaan bobot badan sapi po jantan.
Pendugaan bobot badan ternak digunakan untuk penggemukan
bakalan sapi potong.
4 Penilaian BCS pada Sapi: Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pengukuran BCS dapat digunakan untuk
Skor BCS Sapi Nelore 02757= 4 variable kualitatif salah satunya adalah Body Condition Score atau pendugaan status nutrisi,
Skor BCS Sapi Nelore 02779= 5 BCS merupakan penilaian kondisi ternak, hal ini sesuai dengan mengetahui status produksi sapi.
pendapat Siska dan Anggrayni (2020) yang menyatakan, bahwa (Siska dan Anggrayni 2020).
BCS dapat digunakan untuk pendugaan status nutrisi, mengetahui
status produksi sapi. Penilaian BCS bertujuan mengetahui tingkat Lemak yang terdapat di tubuh
kegemukan dari ternak potong, rentan nilai pada sapi 1-9 dan pada ternak berkaitan dengan nilai
kambing 1-5. Bagian yang diamati dalam BCS adalah back, tail BCS. (Anisa et al. (2017).
head, hooks dan pin, ribs, brisket dan perototan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anisa et al. (2017) yang menyatakan, bahwa Tata cara penilaian BCS pada
lemak yang terdapat di tubuh ternak berkaitan dengan nilai BCS. ternak dengan memperhatikan
Semakin tinggi nilai BCSnya, semakin tinggi pula kualitas ternak perototan, perlemakan, serta urat
siap potong. dengan penglihatan, perabaan,
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan penilaian dan penekanan pada tubuh hewan
dilakukan dengan mengamati perlemakan, perototan, dan urat, lalu ternak. (Purnamasari et al. 2020).
dicocokkan dengan kartu penilaian yang sudah disediakan. Hal ini BCS sapi berada pada nilai 1-9
sesuai dengan pendapat Purnamasari et al. (2020) yang dan score idealnya pada rentang
menyatakan, bahwa tata cara penilaian BCS pada ternak dengan 5-7. (Budiawan et al. 2015).
memperhatikan perototan, perlemakan, serta urat dengan
penglihatan, perabaan, dan penekanan pada tubuh hewan ternak . BCS merupakan indikator
Pada Sapi Nellor 02757 bagian back agak nyata, ribs nyata, hooks yang sangat penting untuk
dan pins nampak nyata, tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit keberhasilan reproduktivitas
berlemak dan perototan penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor ternak sapi. (Netika et al. 2019).
02757 memiliki nilai BCS 4 dan menunjukkan kategori kurang
ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiawan et al. (2015) yang
menyatakan, bahwa BCS sapi berada pada nilai 1-9 dan score
idealnya pada rentang 5-7.
Pada Sapi Nellor 02779 bagian back agak nyata, ribs iga
nomor 1 atau 2 bisa jadi nyata, hooks dan pins nampak nyata,
tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan perototan
penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor 02779 memiliki nilai BCS
5 dan menunjukkan kategor ideal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Budiawan et al. (2015) yang menyatakan, bahwa BCS sapi berada
pada nilai 1-9 dan score idealnya pada rentang 5-7. BCS penting
untuk keberhasilan reproduksi pada ternak sapi, menurut Netika et
al. (2019) yang menyatakan, bahwa BCS merupakan indikator
yang sangat penting untuk keberhasilan reproduktivitas ternak sapi.
Perobohan Ternak: Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan perobohan Pengikatan burley
Kambing ternak besar menggunakan metode Burley dan metode Rope menggunakan tali yang dililitkan
Memegang kaki bagian dalam lalu Squeeze serta memegang kaki bagian dalam lalu dijepit di leher lalu disilangkan di antara
dijepit menggunakan kaki menggunakan kaki untuk ternak kecil. Metode burley dilakukan kaki depan yang kemudian ujung
Memegang kaki bagian dalam dengan lilitan tali di leher yang disilangkan di kaki depan, tali ditarik ke atas untuk
Sapi kemudian disilangkan di bagian punggung, lalu tarik tali ke bawah disilangkan di punggung,
Metode 1 : Burley melewati selangkang kanan dan kiri. Hal ini sesuai dengan kemudian ujung tali di tarik ke
Metode 2 : Rope Squeeze pendapat Awaludin et al. (2017) yang menyatakan, bahwa bawah melewati selangkang
pengikatan burley menggunakan tali yang dililitkan di leher lalu kanan dan kiri. (Awaludin et al.
disilangkan di antara kaki depan yang kemudian ujung tali ditarik 2017).
ke atas untuk disilangkan di punggung, kemudian ujung tali di
tarik ke bawah melewati selangkang kanan dan kiri. Hal ini Dalam merobohkan ternak
diperkuat dengan pendapat Awaludin et al. (2021) yang dibutuhkan tali yang kuat dan
5 menyatakan, bahwa dalam merobohkan ternak dibutuhkan tali panjang. (Awaludin et al. 2021).
yang kuat dan panjang. Sedangkan pada metode rope squeeze
dibuat berupa simpul kupu-kupu. Metode burley merupakan
Kelebihan dari metode burley adalah ikatan tali yang lebih metode yang paling sederhana
sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Holdsworth et al. sehingga mudah untuk
(2022) yang menyatakan, bahwa metode burley merupakan metode disosialisasikan dan dipraktikan.
yang paling sederhana sehingga mudah untuk disosialisasikan dan (Holdsworth et al. 2022).
dipraktikan. Kelebihan metode rope squeeze membutuhkan sedikit
tenaga karena memanfaatkan titik terlemah sapi dan tidak Metode rope squeeze lebih
menyakiti sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aleman et al. efektif untuk dilakukan dan tidak
(2017) yang menyatakan bahwa metode rope squeeze lebih efektif mencederai sapi. (Aleman et al.
untuk dilakukan dan tidak mencederai sapi. Namun metode rope 2017).
squeeze simpul talinya lebih rumit dan dalam pelaksanaannya
berlangsung lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, I., E. Rianto, dan A. Purnomoadi. 2016. Pengaruh kandungan total digestible
nutrients ransum terhadap keluaran kreatinin pada sapi madura jantan. J. Animal
agriculture. 2(3): 85-93.
Aleman, M., K. M. Weich, dan J. E. Madigan. 2017. Survey of veterinarians using a novel
physical compression squeeze procedure in the management of neonatal
maladjustment syndrome in foals. J. Animals. 7(9): 69-75.
Anisa, E., Y. S. Ondho, dan D. Samsudewa. 2017. Pengaruh body condition score (BCS)
berbeda terhadap intensitas birahi sapi induk simmental peranakan ongole (SIMPO).
J. Sain Peternakan Indonesia. 12(2): 133 – 141.
Awaludin, A., N. Hasanah, Nurkholis, S. Nusantoro, E. Kustiawan, dan N. D. Wahyono.
2021. Pencegahan helminthiasis pada ternak sapi di kelompok ternak sido makmur
Jember. J. Ilmiah Fillia Cendekia. 6(1): 1 – 5.
Awaludin, A., Y. R. Nugraheni dan S. Nusantoro. 2017. Teknik handling dan penyembelihan
hewan qurban. J. Pengabdian Masyarakat Peternakan. 2(2): 84 – 97.
Budiawan, A., Ihsan, M. N., & Wahjuningsih, S. 2015. Hubungan body condition score
terhadap service per conception dan calving interval sapi potong Peranakan Ongole di
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. J. Tropical Animal Production. 16(1): 34-
40.
Hofmeyr, I. 2020. Six basic behavioural traits in cattle. Stockfarm. 10(11): 34-35.
Holdsworth, S. E., N. J. Kells, E. Vallée, N. Ward, D. J. Mellor, dan N. J. Beausoleil. 2022.
Evaluating the behavioural responses of healthy newborn calves to a thoracic
squeeze. J. Animals. 12(7): 840-847.
Iqbal, M., D. Rahmat, dan N. Hilmia. 2017. Evaluasi penyimpangan bobot badan dugaan
berdasarkan rumus winter terhadap bobot badan aktual pada sapi pasundan. Students
eJournal. 6(1): 1 – 12.
Karno, R. 2017. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin terhadap Bobot Badan Sapi Bali di
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.
(Skripsi).
Netika, M., R. Darsono, B. Utomo, I. Mustofa, dan T. W. Suprayogi. 2019. Hubungan antara
body condition score (bcs) dengan produksi susu sapi perah friesian holstein (FH).
Ovozoa. 8(2): 89-93.
Pandiangan, J. 2016. Penetapan Rumus Regresi terhadap Penentuan Bobot Karkas
berdasarkan Bobot Hidup Sapi Persilangan Simmental di Rumah Pemotongan Hewan
Lubuk Buaya Kota Padang. Universitas Andalas, Padang. (Skripsi).
Pradana, W., M. J. Rudyanto, dan I K. Suada. 2014. Hubungan umur, bobot dan karkas sapi
bali betina yang dipotong di rumah potong hewan temesi. Indonesia Medicus
Veterinus. 3(1): 37 – 42.
Purnamasari, L., M. E. Krismaputri, H. Khasanah, dan N. Widodo. 2020. Peningkatan
kemandirian peternak desa klabang melalui village breeeding center dan penerapan
teknologi pengolahan pakan lokal. J. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi
Masyarakat. 9(2): 15-24.
Qayyum, A., S. Baco, dan Zulkharnaim. 2020. Studi temperamen sapi bali bertanduk dan
tidak bertanduk. J. ITP. 8(1): 22- 28.
Riffiandi, N., R. Priyanto, dan H. Nuraini. 2015. Pendugaan bobot hidup sapi peranakan
ongole (PO) dan sapi pesisir menggunakan pencitraan digital. J. Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 3(3): 153 – 156.
Siska, I. dan Y. I. Anggrayni. 2020. Body condition score (BCS), tingkat laktasi dan
hubungannya dengan produksi susu sapi perah peranakan friesian holstein (PFH). J.
Ilmu Ternak. 20(2): 115 – 125.
Solehudin, R. Hutasoit, K. Simanuhuruk, S. Elieser dan S.P. Ginting. 2019. Indeks Ukuran
Tubuh, Lingkar Skrotum dan Panjang Tanduk Kambing Boerka dengan Pakan
Imbangan Energi-Protein Berbeda. Hal. 438-446.
Tarigan, E.S. 2020. Penentuan Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole Jantan berdasarkan
Profil Body Condition Score di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Universitas
Pembangunan Panca Budi, Medan. (Skripsi).
Toharmat, G. M., A. M. Fuah, L. Cyrilla, dan Y. Triyonggo. 2020. Strategi pengembangan
kompetensi sumber daya manusia pasca unloading dari kapal ternak camara nusantara
indonesia. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 8(1): 36-41.
Villandasari, H.N., P. Suparman dan A. Setyaningrum. 2019. Uji ketepatan rumus winter
terhadap bobot badan sapi bali flores. J. Animal Science and Technology. 1(2): 191-
196.
LAMPIRAN DATA
A. Handling Ternak
Sapi
Start Finish Bobot Badan Ternak Start Finish
07.45 07.46 454 07.50 07.51
1 menit 14 detik Total Waktu yang Diperlukan 44 detik
Kambing/Domba
Start Finish
00.00 00.06,58
00.06,58
Sapi : 02779
Ras : Nelore
Jenis Kelamin : Jantan
BCS :5
C. Pendugaan Umur
Tanduk
Sapi : Perah
Ras : PFH
Jenis Kelamin : Betina
Poel Gigi
Sapi : Potong
Ras : Brahman Cross
Jenis Kelamin : Jantan
Keterangan Umur Ternak
Jumlah Poel Gigi = 3 pasang 3 tahun
Winter
2 2
( LD +22) (175+22) 197 2
¿ =¿ = =¿ 388,09 kg
100 100 100
Schrool
2 2
LD ( inchi ) × PB(inchi) (68,9) ×58,4
¿ = =924,1 LBS/419 kg
300 300
Modifikasi
2 2
LD × PB (175) × 148,25 30625 ×148,25
¿ = = =454 kg
10.000 10.000 10.000
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Sapi 1 (Brahman Cross) poel 3 pasang Sapi 2 (PFH) Cincin tanduk 2 (umur 4
(umur 3-3,5 tahun) tahun)
Pada sapi 1 merupakan sapi jantan Bx (Brahman cross) peranakan nellor yang
memiliki 3 poel (6 gigi seri permanen) dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 1
berumur sekitar 3 – 3,5 tahun. Sapi 2 merupakan sapi betina peranakan Frisien Holstein
yang memiliki 2 lingkar tanduk dimana hal tersebut menunjukkan bahwa sapi 2 berumur
sekitar 4 tahun.
Pada sapi 1 bagian back agak nyata, ribs nyata, hooks dan pins nampak nyata,
tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan perototan penuh. Hal ini
menunjukkan Sapi Nellor 02757 memiliki nilai BCS 4 dan menunjukkan kategori
kurang ideal. Pada sapi 2 bagian back agak nyata, ribs iga nomor 1 atau 2 bisa jadi nyata,
hooks dan pins nampak nyata, tailhead sedikit berlemak, brisket sedikit berlemak dan
perototan penuh. Hal ini menunjukkan Sapi Nellor 02779 memiliki nilai BCS 5 dan
menunjukkan kategor ideal.
Pada Sapi PFH jantan panjang badan 148,25 cm, tinggi badan 131 cm dan lingkar
dada 175 cm yang apabila dimasukkan kedalam rumus Winter menjadi 419 kg, Schoorl
menjadi 388 kg dan Modifikasi menjadi 454 kg. Bobot sapi asli yang diamati setelah
ditimbang di tempat penimbangan adalah 454 kg.
Tabel 4. Gambar Penggiringan Sapi dan Kambing
Pada sapi pusat kendali handling terdapat pada hidungnya, sedangkan pada kambing
terdapat pada lehernya. Proses penggiringan sapi lebih berat dibandingkan penggiringan
kambing, namun pada kambing jantan memerlukan tenaga yang lebih dikarenakan pada
saat itu kambing jantan sedang dalam birahi dan menjadi sedikit agresif.
Tabel 5. Gambar Perobohan Ternak Sapi
Pada ternak sapi, perobohan menggunakan dua metode yaitu Burley dan Rope
Squeeze. Simpul tali pada metode Rope Squeeze lebih rumit dibandingkan simpul tali
pada metode Burley. Pada pelaksanaannya metode yang paling mudah digunakan adalah
metode Burley mulai dari pemasangan simpul tali pada tubuh ternak hingga perobohan.