DALAM PEMASARAN
ABSTRAK
Maslow dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan yang bisa dibagi menjadi lima tingkatan yang akan menjadi motivasi bagi
orang tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman, kelima kebutuhan manusia itu
dikembangkan menjadi delapan kebutuhan dengan penyisipan diantara lima
kebutuhan yang ada dengan bentuk kebutuhan yang baru karena perubahan gaya
hidup dan kehidupan sosial masyarakat. Dalam melakukan penilaian tingkat
kebutuhan untuk marketing mix disarankan menggunakan teori klasik lima tingkat
kebutuhan, karena dengan teori delapan tingkat kebutuhan akan banyak terjadi
kerancuan antar tiap tingkat kebutuhan yang akan menyebabkan penilai sukar
untuk menentukan langkah yang tepat dalam melakukan advertensi.
PENDAHULUAN
Maslow dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan yang bisa dibagi menjadi lima tingkatan yang akan menjadi motivasi bagi
orang tersebut. Penelitian tersebut berdasarkan pada hal-hal berikut (Heyligen,
1992):
– Keseluruhan bagian dari objek secara terintegrasi merupakan dasar dari teori
motivasi
– Tuntutan kelaparan dan tuntutan fisiologis lainnya dianggap bukan sebagai titik
pusat dalam model teori motivasi devinitif
– Sebuah teori harus memfokuskan pada hasil akhir daripada pada tahapan-
tahapannya
– Biasanya ada jalur-jalur tradisional yang mengarah pada tujuan yang sama. Jalur-
jalur ini tidak dijadikan sebagai dasar teori
– Setiap perilaku motivasi baik perbuatan maupun pembelian, harus dimengerti
untuk menjadi saluran dimana kebutuhan dasar dapat diungkapkan ataupun
Teori motivasi Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan manusia adalah hirarkis dan
dibagi menjadi lima tahapan yang secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Biological and Physiological needs – udara, makanan, air, perumahan, istirahat,
dll
2. Safety needs – keamanan, hukum, kestabilan, keamanan kerja, dll
3. Belongingness and Love needs – keluarga, kelompok kerja, hubungan, teman, dll
4. Esteem needs – rasa percaya diri, status sosial, pencapaian, keahlian,
kemandirian, prestise, tanggung jawab manajerial, dominasi, dll
5. Self-Actualization needs – realisasi potensi diri, rasa puas diri, puncak karir,dll
2. Aesthetic Needs
Pada saat ini estetika merupakan suatu kebutuhan, seseorang yang telah mencapai
tingkat kepuasan pada kebutuhan kognitifnya akan mencari suatu keindahan,
kesempurnaan, dan keserasian bentuk pada segala sesuatu yang berhubungan
dengannya. Seperti ketika seseorang telah mencapai puncak karirnya, dia
menginginkan rumah yang indah, mobil yang bagus, perhiasan, baju yang bagus
untuk dinikmati sendiri bukan sebagai sarana mendapatkan pengakuan dari orang
lain, hal ini merupakan kebutuhan estetika.
3. Transcedence Needs
Merupakan kebutuhan untuk membawa / mengajak orang lain untuk beraktualisasi
diri. Ketika seseorang telah mencapai taraf aktualisasi diri, yang berarti dia sudah
merasa sebagai dirinya sendiri dan telah mencapai tingkat kepuasan akan hidupnya
dan menjalani hidup dan pekerjaannya karena keinginan dari dirinya sendiri, bukan
karena untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang lain, dia akan mengajak
orang lain untuk menjalani hidup seperti dirinya dan menjadi mentor bagi orang lain
agar dapat mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan seperti dirinya.
Pada kedua tahapan kebutuhan terakhir tidak ada barang tertentu yang menjadi
sarana untuk memenuhi kebutuhannya, karena kedua tahapan terakhir lebih banyak
mengarah pada aksi yang dilakukan oleh orangnya dan bukan pada produk barang /
jasa yang digunakannya.
Produk yang dapat ditawarkan pada esteem need dan aesthetic needs hampir sama,
karena memang kebutuhan riil pada kedua tahapan tersebut hampir sama, hanya
sudut pandang dan pola pikir yang mendasarinya berbeda.
Sekolah dapat ditawarkan pada berbagai tingkat kebutuhan, karena memang
sekolah mempunyai bermacam-macam aspek yang dapat dipenuhi, seperti pada
kebutuhan akan keamanan, seseorang yang telah mendapatkan pendidikan akan
merasa aman karena dia mempunyai skill, pengetahuan dan lebih dihargai daripada
orang yang tidak bersekolah. Pada tingkat esteem needs, sekolah yang terkenal dan
gelar yang didapatkan dari sekolah menjadi suatu kebanggaan.
Penerapan teori motivasi sangat baik dilakukan pada proses advertising pada
marketing mix. Produk barang dan jasa bisa diberikan kesan yang berbeda pada saat
marketing communication yang dapat berupa iklan. Sebagai contoh untuk iklan
makanan suplemen, dengan ingredients yang sedikit berbeda, mungkin dengan efek
yang hampir sama, dengan dua macam iklan yang berbeda dan kemasan yang
berbeda bisa ditujukan pada orang dengan tingkatan kebutuhan yang berbeda.
Untuk kalangan pada tingkat kebutuhan fisiologis dan safety mungkin lebih
ditonjolkan efek penambahan tenaga yang didapat bila mengkonsumsi makanan
suplemen tersebut, karena untuk kedua kalangan tersebut penambahan tenaga
dianggap lebih penting, dari sisi kalangan fisiologis, penambahan tenaga berarti
penambahan kerja yang bisa menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, sedangkan untuk kalangan safety, penambahan tenaga membuat mereka
merasa bisa menjalankan tugasnya lebih baik. Pada tahapan diatasnya diberikan
PENUTUP
Teori motivasi dan kebutuhan merupakan bagian dari teori perilaku manusia yang
dapat digunakan untuk menilai dan memperkirakan perilaku manusia berdasarkan
tingkat kebutuhan yang sedang dijalaninya. Pembagian tingkat kebutuhan yang
dilakukan oleh Maslow sangat logis dan dapat menjelaskan perilaku manusia
berdasarkan tingkatan kebutuhannya. Penambahan yang dilakukan oleh peneliti
sesudahnya sebenarnya hanya mengembangkan tingkat Self Actualization Needs,
karena sebenarnya ketiga tambahan tersebut mempunyai ciri yang hampir sama
dengan Self Actualization needs, dan mungkin merupakan bagian darinya.
Karakteristik bentuk kebutuhan, perilaku individu dan pencapaian individu
pada Trascedence Needs sama dengan Self Actualization Needs, jadi pada
hakekatnya kedua tingkatan itu sama, hanya pada seseorang yang berada
trascedence needs telah melampaui Self Actualization Needs, tetapi tingkah laku dan
langkah yang dilakukan mencerminkan sifat Self Actialization Needs. Jadi sebaiknya
tidak perlu dipisahkan antara Trascedence Needs dan Self Actualization Needs.
Pada cognitive Needs dan Aesthetic Needs, keduanya tidak mempunyai jalur
hubungan yang jelas dan sangat memungkinkan untuk terbalik urutannya pada
beberapa individu tertentu, dan adakalanya salah satu tidak akan dicapai oleh
beberapa orang. Jadi sebenarnya Cognitive Needs dan Aesthetic Needs berada pada
DAFTAR PUSTAKA
Boeree, C.George, Abraham Maslow Biography, 1998
@http://www.nidus.org.
Heyligen, Francis, Behavioral Science, Volume 37, 1992, A Cognitive-Systemic
Reconstruction Of Maslow’s Theory Of Self-Actualization
Huitt, W. (2004). Maslow’s hierarchy of needs. Educational Psychology
Interactive @http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/regsys/maslow.html.
Tuel, Jesse, Maslow’s Hierarchy: Applications for the Workplace, 2001
@tueljess@yahoo.com
http://www.businessballs.com/maslow.htm
http://www.w3c.org/TR/1999/REC-html401-19991224/loose.dtd