Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN TEORI KEBUTUHAN MASLOW

DALAM PEMASARAN

ABSTRAK
Maslow dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan yang bisa dibagi menjadi lima tingkatan yang akan menjadi motivasi bagi
orang tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman, kelima kebutuhan manusia itu
dikembangkan menjadi delapan kebutuhan dengan penyisipan diantara lima
kebutuhan yang ada dengan bentuk kebutuhan yang baru karena perubahan gaya
hidup dan kehidupan sosial masyarakat. Dalam melakukan penilaian tingkat
kebutuhan untuk marketing mix disarankan menggunakan teori klasik lima tingkat
kebutuhan, karena dengan teori  delapan tingkat kebutuhan akan banyak terjadi
kerancuan antar tiap tingkat kebutuhan yang akan menyebabkan penilai sukar
untuk menentukan langkah yang tepat dalam melakukan advertensi.
 
PENDAHULUAN
Maslow dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan yang bisa dibagi menjadi lima tingkatan yang akan menjadi motivasi bagi
orang tersebut. Penelitian tersebut berdasarkan pada hal-hal berikut (Heyligen,
1992):
–   Keseluruhan bagian dari objek secara terintegrasi merupakan dasar dari teori
motivasi
–  Tuntutan kelaparan dan tuntutan fisiologis lainnya dianggap bukan sebagai titik
pusat dalam model teori motivasi devinitif
–    Sebuah teori harus memfokuskan pada hasil akhir daripada pada tahapan-
tahapannya
–   Biasanya ada jalur-jalur tradisional yang mengarah pada tujuan yang sama. Jalur-
jalur ini tidak dijadikan sebagai dasar teori
–    Setiap perilaku motivasi baik perbuatan maupun pembelian, harus dimengerti
untuk menjadi saluran dimana kebutuhan dasar dapat diungkapkan ataupun

Ajie Wahyujati, 2009


1
terpenuhi secara simultan. Secara tipikal biasanya suatu tindakan mempunyai
lebih dari satu motivasi
–    Secara praktis setiap bagian organisasi harus dimengerti sebagai pemotivasi dan
termotivasi
–    Kebutuhan manusia membentuk dirinya sendiri dalam suatu potensi. Dengan
kata lain, adanya suatu kebutuhan akan mengurangi tingkat kepuasan akan
kebutuhan yang terdahulu
–  Daftar perangsang tidak akan mengarahkan kita untuk berbagai masalah teoritis
maupun praktis
–   Klasifikasi motivasi didasarkan pada tujuan bukan pada rangsangan yang
mengarahkannya atau perilaku motivasinya
–    Teori motivasi harus difokuskan pada perilaku manusia, bukan binatang
–   Situasi dan lingkungan dimana objek penelitian berada harus diperhitungkan,
tetapi situasi dan lingkungan itu sendiri tidak dapat secara ekslusif menjadi
penjelasan akan tingkah laku
–   Tidak hanya integrasi dari objek yang diperhitungkan, tetapi juga kemungkinan
reaksi terisolasi, spesifik, parsial dan tersegmentasi
–    Teori motivasi tidak sama dengan teori perilaku, motivasi hanya satu kelas
determinan dari perilaku

Teori motivasi Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan manusia adalah hirarkis dan
dibagi menjadi lima tahapan yang secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Biological and Physiological needs – udara, makanan, air, perumahan, istirahat,
dll
2. Safety needs – keamanan, hukum, kestabilan, keamanan kerja, dll
3. Belongingness and Love needs – keluarga, kelompok kerja, hubungan, teman, dll
4. Esteem needs – rasa percaya diri, status sosial, pencapaian, keahlian,
kemandirian, prestise, tanggung jawab manajerial, dominasi, dll
5. Self-Actualization needs – realisasi potensi diri, rasa puas diri, puncak karir,dll

Ajie Wahyujati, 2009


2
PEMBAHASAN
Kelima tingkat kebutuhan manusia dalam hirarki kebutuhan Maslow saling
berhubungan dan membentuk tingkatan tingkatan seperti gambar diatas. Kebutuhan
yang berada di tingkat bawah, bila sudah terpenuhi akan memicu kebutuhan di
tingkat atasnya. Bila suatu kebutuhan muncul, maka kebutuhan yang lalu akan
berkurang atau sudah hilang, dalam arti sudah / akan tercapai dan terus berjalan
dalam tingkatan yang diharapkan.

Teori Kebutuhan Manusia


1. Physiological Needs
Yaitu kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, tempat tinggal, dll. Merupakan
kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga
disebut sebagai tuntutan fisik. Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling
penting dari semua kebutuhan, misalnya seseorang yang tidak mempunyai apapun di
dunia ini motivasi yang paling besar adalah kebutuhan fisiologis dibandingkan
kebutuhan lainnya. Seseorang yang kekurangan makanan, keamanan, hubungan,
dan percaya diri, pasti lebih menginginkan makanan daripada kebutuhan yang lain.
Bila semua kebutuhannya tidak terpenuhi dan kemudian individu tersebut
terdominasi oleh kebutuhan fisiologis, maka kebutuhan yang lainnya akan
dikesampingkan atau bahkan terlupakan. Seperti orang yang kekurangan makanan
misalnya, karena lapar keinginan yang ada hanyalah makanan, tidak ada keinginan
yang lain, yang difikirkan, dimimpikan, dibicarakan, dilakukan, diinginkan semua
tentang makanan. Bahkan pada tingkat kebutuhan ini, bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan suatu trauma yang menyebabkan ketika sudah mampu memenuhi
kebutuhannya dan berlebih dia akan menimbun dan mempersiapkan kebutuhannya
yang pernah tidak tercapai agar tidak terulang kembali.
 
2.  Safety Needs
Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan, maka akan timbul suatu bidang
kebutuhan yang secara garis besar dinyatakan sebagai kebutuhan akan keamanan.

Ajie Wahyujati, 2009


3
Kebutuhan akan kemanan ini dapat kita amati lebih jelas pada anak-anak dan balita,
karena pada orang dewasa kita tidak bisa dengan mudah mengetahui apa yang ada
dalam perasaannya, karena orang dewasa sudah bisa menutupi dan
menyembunyikan perasaan dan fikirannya dari orang lain.
Seorang bayi, akan bereaksi secara total bila merasa keamanannya
terganggu, seperti mendapatkan stimulan yang berbeda dari biasanya pada
inderanya, misalnya bila ada suara berisik didekatnya, dipegang secara kasar,
kehilangan suara orangtuanya, atau digendong oleh orang asing, dll.
Seorang anak akan merasa nyaman bila segala sesuatu berjalan sesuai
kebiasaan, tidak berubah-ubah dan rutin. Anak akan menginginkan dunia yang biasa
dia jalani, terprediksi dan terarah. Ketidak adilan dan ketidak konsistenan orang tua
misalnya dalam peraturan dan hukuman bila melanggar akan menyebabkan seorang
anak merasa khawatir dan tidak aman, fokusnya bukan pada peraturan ataupun
hukumannya tapi pada pandangannya bahwa dunia menjadi tidak terprediksi dan
tidak konsisten. Peran sentral orang tua keluarga yang normal pada anak adalah hal
yang mutlak. Pertengkaran, perkelahian, perceraian, dan kematian pada orang tua
adalah suatu hal yang menyebabkan semacam terror bila terjadi pada masa anak-
anak. Bila anak tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang tidak biasa, aneh, dan tidak
terarah akan memicu perasaan bahaya ataupun terror, misal hilang di keramaian,
berpisah sementara dengan orang tua, bertemu dengan orang dengan wajah tidak
familiar, dsb. Dari hal tersebut diketahui bahwa anak-anak menganggap orang tua
sebagai pelindungnya, bukan sebagai pemberi makan atau orang yang
menyayanginya.

3. Belonging and Love Needs


Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, maka akan timbul
kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan kebersamaan. Pada tahap kebutuhan ini
seseorang akan mulai merasakan ketidak hadiran, teman, kekasih, anak, dll.
Seseorang akan menginginkan untuk disayangi, mendapatkan tempat di suatu
kelompok, dan ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Seseorang akan
menikmati berkumpul dengan teman-temannya, diterima dengan baik di

Ajie Wahyujati, 2009


4
perkumpulan yang disukainya, mempunyai kekasih, memiliki kelompok yang seide,
disayangi oleh orang-orang disekitarnya, dan akan membutuhkan cinta, cinta yang
dimaksud disini adalah mencintai dan dicintai, bukan ditinjau dari sisi hubungan sex,
hubungan sex dimasukkan dalam kebutuhan fisiologis.

4. Esteem Needs (Kebutuhan akan Penghargaan)


Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil dan kokoh, punya
penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama adalah keinginan akan kemampuan,
prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak menentukan
pilihan sendiri. Kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan,
perhatian dari orang lain, dan penghargaan. Dengan pencapaian Esteem Needs,
orang akan merasa puas akan dirinya sendiri, berharga, mempunyai kelebihan,
mampu, berguna dan dibutuhkan. Sedangkan kegagalan mencapai kebutuhan ini
akan mengakibatkan perasaan lemah, tidak berguna, dan rendah diri.

5. Self Actualization Needs


Setelah semua kebutuhan terpenuhi dan berada pada posisi nyaman, berkecukupan
dan bekerja sesuai dengan keinginannya maka pada diri seseorang akan muncul
kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan akan aktualisasi diri dapat dideskripsikan
dimana seorang pelukis merasa harus melukis, seorang penyair harus membuat
syair, karena hal tersebut akan memuaskan dirinya. Seseorang melakukan pekerjaan
yang dilakukannya bukan karena untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, keamanan,
kehidupan sosial, ataupun penghargaan, tapi karena untuk kepuasan dirinya sendiri.

Seiring dengan perkembangan jaman, kelima kebutuhan manusia itu dikembangkan


menjadi delapan kebutuhan dengan penyisipan diantara lima kebutuhan yang ada
dengan bentuk kebutuhan yang baru karena perubahan gaya hidup dan kehidupan
sosial masyarakat.

Ajie Wahyujati, 2009


5
 Ketiga kebutuhan yang ditambahkan adalah:
1. Cognitive Needs
Kebutuhan akan pengetahuan, yang berarti orang pada saat ini menganggap
pengetahuan sebagai suatu kebutuhan, orang membutuhkan ilmu dan menginginkan
untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahuinya. Pada saat seseorang telah
terpenuhi kebutuhan akan penghargaannya, maka dia akan berusaha untuk menjadi
lebih tahu akan hal-hal lain, baik didalam bidangnya maupun diluar bidangnya.
Misalnya seorang professor yang pada tingkat profesinya sudah berada di posisi
tertinggi, akan tetapi dia belum mencapai tingkat aktualisasi diri, karena dia merasa
dia masih perlu mempelajari bidang ilmu lain, maka dia berada dalam posisi
memenuhi kebutuhan kognitifnya.

2. Aesthetic Needs
Pada saat ini estetika merupakan suatu kebutuhan, seseorang yang telah mencapai
tingkat kepuasan pada kebutuhan kognitifnya akan mencari suatu keindahan,
kesempurnaan, dan keserasian bentuk pada segala sesuatu yang berhubungan
dengannya. Seperti ketika seseorang telah mencapai puncak karirnya, dia
menginginkan rumah yang indah, mobil yang bagus, perhiasan, baju yang bagus
untuk dinikmati sendiri bukan sebagai sarana mendapatkan pengakuan dari orang
lain, hal ini merupakan kebutuhan estetika.

3. Transcedence Needs
Merupakan kebutuhan untuk membawa / mengajak orang lain untuk beraktualisasi
diri. Ketika seseorang telah mencapai taraf aktualisasi diri, yang berarti dia sudah
merasa sebagai dirinya sendiri dan telah mencapai tingkat kepuasan akan hidupnya
dan menjalani hidup dan pekerjaannya karena keinginan dari dirinya sendiri, bukan
karena untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang lain, dia akan mengajak
orang lain untuk menjalani hidup seperti dirinya dan menjadi mentor bagi orang lain
agar dapat mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan seperti dirinya.

Ajie Wahyujati, 2009


6
Perilaku Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, perilaku masyarakat dapat diambil
secara garis besar berdasarkan pencapaian tingkat kebutuhannya. Dalam masyarakat
kita orang yang masih dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis mau mengerjakan
apapun untuk mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan hidupnya, walaupun
dengan resiko yang besar, seperti menjadi buruh angkut, pembantu rumah tangga,
tenaga kerja di luar negeri dan sebagainya, karena kebutuhannya mereka
mengesampingkan factor keamanan yang dianggap kurang penting.
Untuk golongan masyarakat yang telah relative terpenuhi kebutuhan
fisiologisnya, mereka mulai memperhatikan keamanan, dalam hal ini keamanan bisa
berarti banyak hal. Keamanan dalam tempat kerja, para pekerja konstruksi bangunan
yang telah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya, seperti pada tingkatan mandor
misalnya, biasanya menggunakan peralatan pengaman yang disediakan, berbeda
dengan buruh yang walaupun bekerja di posisi yang beresiko tinggi jarang
menggunakan peralatan pengaman. Keamanan dari keadaan menganggur, menjadi
pekerja tetap dan bukan sebagai pekerja kontrak yang tidak ada jaminan kontinuitas
kerja dan bergabung dengan serikat pekerja. Menabung untuk merasa aman dari
kekurangan.
Kebutuhan untuk bersosialisasi dan cinta akan timbul bila seseorang telah
merasa aman dalam hidupnya. Berhubungan dengan teman, sahabat, mempunyai
kekasih, dsb. Seseorang akan merasa bahagia bila berkumpul dengan teman-
temannya, berhubungan dangan kekasihnya, merasa nyaman berada bersama
kelompoknya, dalam dunia kerja seseorang akan merasa nyaman bila bekerja
dengan kelompoknya, dan tidak nyaman bila dengan kelompok lain. Dalam
kehidupan sosial, setelah kebutuhan fisiologis dan keamanannya terpenuhi
seseorang akan mulai membutuhkan cinta dan mau melakukan apapun untuknya,
padahal mungkin ketika dia masih berada pada tingkat sebelumnya dan belum
membutuhkan cinta dia mencemooh dan mentertawakan cinta.
Kebutuhan akan penghargaan timbul ketika kebutuhan sosialisasi dan cinta
terpenuhi, penghargaan ini dapat berupa suatu tingkatan tertentu dalam karir,

Ajie Wahyujati, 2009


7
penghargaan atas hasil karyanya, ataupun jabatan yang berhasil diperoleh. Di sisi lain
kebutuhan penghargaan juga dapat dihubungkan dengan status sosial dan prestise
seseorang, seseorang akan berusaha mencapai status sosial yang lebih tinggi dan
prestise, seperti menempati posisi tertentu dalam masyarakat, seperti misalnya
dalam masyarakat pedesaan menjadi kepala desa, atau menjadi ketua suatu
perkumpulan. Kebutuhan akan prestise dan penghargaan juga dapat berupa
pengakuan dari keberhasilannya yang kadang kala diukur berdasarkan barang yang
dimiliki, seperti misalnya rumah, mobil mewah dan sebagainya.
Kebutuhan kognitif timbul ketika seseorang merasa perlu mengetahui
tentang lingkungan sekitarnya dan hal-hal yang terjadi di dunia, hal ini timbul ketika
seseorang telah mempunyai harga diri yang menimbulkan rasa percaya diri, sehingga
dia merasa perlu mengembangkan dirinya menjadi lebih tahu tentang dunia diluar
dunianya, hal ini berhubungan dengan karir seseorang yang telah terpenuhi tingkat
kebutuhan penghargaannya adalah seseorang yang telah mencapai posisi hampir
mencapai puncak karirnya, jadi dia menginginkan pengetahuan agar dia dapat
mendapatkan kemajuan dari pengetahuan-pengetahuan baru yang didapatkannya.
Kebutuhan estetika adalah keinginan akan keindahan yang berupa benda,
suasana dan apapun yang memuaskan penikmatnya. Kebutuhan akan estetika ini
biasanya timbul ketika seseorang sudah merasa puas akan dirinya dan sudah
memperoleh pengetahuan akan hal-hal baru, sehingga banyak terjadi kejenuhan
yang akan bisa dikurangi dengan menikmati keindahan yang ada disekitarnya. Pada
tingkatan ini keindahan yang dimiliki ditujukan untuk diri sendiri dan tidak
dimaksudkan untuk dipamerkan kepada orang lain seperti pada tahap kebutuhan
akan penghargaan.
Kebutuhan aktualisasi diri dicapai ketika seseorang telah merasa puas dengan
dirinya, karirnya, pengetahuan yang dimiliki dan lingkungannya. Pada tahap ini
seseorang melakukan hal yang dikerjakan karena dirinya menyukainya, misalnya
seseorang melakukan pekerjaannya karena dia menyukainya bukan karena gaji
ataupun status sosial yang akan didapatkannya. Misalnya professor yang sudah
pensiun tapi masih tetap mengajar dan melakukan penelitian karena dia menyukai
hal tersebut bukan karena hal lainnya.

Ajie Wahyujati, 2009


8
Kebutuhan untuk membantu orang lain mengaktualisasikan diri, timbul ketika
seseorang telah beraktualisasi diri dan melihat orang-orang disekitarnya belum bisa
mengaktualisasikan dirinya, dari sudut pandang lain orang yang belum menikmati
hidupnya, dan berusaha membantu orang-orang tersebut agar bisa mencapai
tingkatan kepuasan akan hidup dan menikmati hidupnya. Situasi yang sering terjadi
adalah ketika seseorang mencapai puncak karir, telah mendapatkan penghargaan
tertinggi dalam kehidupannya, dan mempunyai status sosial dan lingkungan yang
baik, ketika dia akhirnya pensiun akan merasa ada yang hilang dari hidupnya, pada
kondisi seperti inilah orang perlu dibantu untuk kembali mencapai tingkatan
aktualisasi diri, karena biasanya mereka yang baru saja memasuki masa pensiun
dengan tanpa persiapan akan menurun tingkat kebutuhannya menjadi kebutuhan
akan pengakuan, karena mereka merasa tidak berguna lagi bagi lingkungannya dan
tidak mempunyai status sosial seperi ketika masih bekerja dan sebagainya. Orang
yang telah mempersiapkan masa pensiunnya tidak mengalami hal seperti ini, dan
bila mempunyai teman yang menghadapi permasalahan seperti itu akan membantu
mengembalikan motivasinya.
Teori motivasi ini sangat berguna bagi orang yang mempelajari tentang
perilaku manusia, misalnya untuk penerapan proses pemasaran. Ketika akan
melakukan proses segmenting dan targeting akan bisa lebih tepat sasaran ketika
mencapai target pasar dengan tingkat motivasi yang sesuai, dikombinasikan dengan
advertising yang tepat sasaran. Contoh produk yang bisa dipasarkan untuk tiap
tahapan kebutuhan:
1. Physiological Needs: bahan konsumsi pokok,
2. Safety Needs : alarm perumahan, asuransi (kesehatan, jiwa, pendidikan),
sekolah
3. Belongingness and Love Needs: biro jodoh, club, tempat rekreasi keluarga,
chat line, dsb
4. Esteem Needs: produk fashion, mobil mewah, rumah mewah, kosmetik,
furniture, sekolah, dsb
5. Cognitive Needs: internet, sekolah, buku, seminar, dsb

Ajie Wahyujati, 2009


9
6. Aesthetic Needs: produk fashion, mobil mewah, rumah mewah, kosmetik,
peralatan olah raga, dsb
7. Self Actualization Needs: -
8. Trascedence Needs: -

Pada kedua tahapan kebutuhan terakhir tidak ada barang tertentu yang menjadi
sarana untuk memenuhi kebutuhannya, karena kedua tahapan terakhir lebih banyak
mengarah pada aksi yang dilakukan oleh orangnya dan bukan pada produk barang /
jasa yang digunakannya.
Produk yang dapat ditawarkan pada esteem need dan aesthetic needs hampir sama,
karena memang kebutuhan riil pada kedua tahapan tersebut hampir sama, hanya
sudut pandang dan pola pikir yang mendasarinya berbeda.
Sekolah dapat ditawarkan pada berbagai tingkat kebutuhan, karena memang
sekolah mempunyai bermacam-macam aspek yang dapat dipenuhi, seperti pada
kebutuhan akan keamanan, seseorang yang telah mendapatkan pendidikan akan
merasa aman karena dia mempunyai skill, pengetahuan dan lebih dihargai daripada
orang yang tidak bersekolah. Pada tingkat esteem needs, sekolah yang terkenal dan
gelar yang didapatkan dari sekolah menjadi suatu kebanggaan.
Penerapan teori motivasi sangat baik dilakukan pada proses advertising pada
marketing mix. Produk barang dan jasa bisa diberikan kesan yang berbeda pada saat
marketing communication yang dapat berupa iklan. Sebagai contoh untuk iklan
makanan suplemen, dengan ingredients yang sedikit berbeda, mungkin dengan efek
yang hampir sama, dengan dua macam iklan yang berbeda dan kemasan yang
berbeda bisa ditujukan pada orang dengan tingkatan kebutuhan yang berbeda.
Untuk kalangan pada tingkat kebutuhan fisiologis dan safety mungkin lebih
ditonjolkan efek penambahan tenaga yang didapat bila mengkonsumsi makanan
suplemen tersebut, karena untuk kedua kalangan tersebut penambahan tenaga
dianggap lebih penting, dari sisi kalangan fisiologis, penambahan tenaga berarti
penambahan kerja yang bisa menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, sedangkan untuk kalangan safety, penambahan tenaga membuat mereka
merasa bisa menjalankan tugasnya lebih baik. Pada tahapan diatasnya diberikan

Ajie Wahyujati, 2009


10
kesan makanan suplemen yang memberikan tambahan tenaga dan kemampuan
kerja otak, hal tersebut bisa mengena untuk kalangan safety need dan esteem need,
karena untuk kalangan safety, dengan bertambahnya tenaga dan kerja otak yang
lebih baik akan membuat mereka lebih bisa menjalakan pekerjaan dan membuat
mereka aman dari penilaian buruk dari atasan. Sedangkan untuk kalangan esteem
need, mereka akan lebih mengutamakan pertambahan kinerja otaknya, sehingga
mereka bisa lebih berkarya dan mendapatkan penghargaan. Dari kedua jenis
suplemen tadi yang isinya biasanya hampir sama, dengan proses pengiklanan dan
perbedaan kemasan untuk mengarahkan pada pangsa pasar tertentu, bisa dilakukan
pembedaan harga yang cukup banyak selisihnya.

PENUTUP
Teori motivasi dan kebutuhan merupakan bagian dari teori perilaku manusia yang
dapat digunakan untuk menilai dan memperkirakan perilaku manusia berdasarkan
tingkat kebutuhan yang sedang dijalaninya. Pembagian tingkat kebutuhan yang
dilakukan oleh Maslow sangat logis dan dapat menjelaskan perilaku manusia
berdasarkan tingkatan kebutuhannya. Penambahan yang dilakukan oleh peneliti
sesudahnya sebenarnya hanya mengembangkan tingkat Self Actualization Needs,
karena sebenarnya ketiga tambahan tersebut mempunyai ciri yang hampir sama
dengan Self Actualization needs, dan mungkin merupakan bagian darinya.
     Karakteristik bentuk kebutuhan, perilaku individu dan pencapaian individu
pada Trascedence Needs sama dengan Self Actualization Needs, jadi pada
hakekatnya kedua tingkatan itu sama, hanya pada seseorang yang berada
trascedence needs telah melampaui Self Actualization Needs, tetapi tingkah laku dan
langkah yang dilakukan mencerminkan sifat Self Actialization Needs. Jadi sebaiknya
tidak perlu dipisahkan antara Trascedence Needs dan Self Actualization Needs.
            Pada cognitive Needs dan Aesthetic Needs, keduanya tidak mempunyai jalur
hubungan yang jelas dan sangat memungkinkan untuk terbalik urutannya pada
beberapa individu tertentu, dan adakalanya salah satu tidak akan dicapai oleh
beberapa orang. Jadi sebenarnya Cognitive Needs dan Aesthetic Needs berada pada

Ajie Wahyujati, 2009


11
tingkatan yang sama, maka dari itu lebih baik Cognitive dan Aesthetic needs
diposisikan pada tingkat yang sama pada pyramid teori kebutuhan.
            Untuk kebutuhan marketing mix, penggunaan perinsip teori motivasi sangat
dianjurkan, karena dengan perinsip-perinsip yang ada akan lebih efektif dalam
melakukan segmentasi, karena yang kita nilai adalah motivasi dari dalam diri
seseorang, bukan dari sisi pendapatannya atau pendidikannya. Motivasi dalam diri
seseorang akan sangat mempengaruhi cara pandangnya terhadap berbagai hal, dan
penilaian dengan melihat motivasi seseorang hampir selalu akurat dalam
pemrakiraan kebutuhannya, karena kita menglobalisasikan kebutuhannya dalam
cara pandang yang sama tiap individu dalam taraf tingkat kebutuhan yang sama.
       Dalam melakukan penilaian tingkat kebutuhan untuk marketing mix
disarankan menggunakan teori klasik lima tingkat kebutuhan, karena dengan teori
delapan tingkat kebutuhan akan banyak terjadi kerancuan antar tiap tingkat
kebutuhan yang akan menyebabkan penilai sukar untuk menentukan langkah yang
tepat dalam melakukan advertensi.
     Memang ketiga tambahan dalam piramida teori motivasi tersebut mewakili
tingkat kebutuhan “baru” yang memang ada dalam kehidupan dan berbeda dengan
yang lainnya bila dilihat dari sisi psikologisnya. Akan tetapi bila kita melihat dari sisi
marketing, ada dua argumen dari penulis bagi ketiga tambahan tersebut:
1. Aesthetic needs dan Cognitive needs adalah masa peralihan dari Esteem
needs ke Self Actualization needs. Keduanya terjadi pada seseorang yang
telah sebenarnya terpenuhi esteem needs-nya tetapi masih menikmati
berada di posisi seperti itu, seseorang telah mendapatkan penghargaan,
pengakuan dan kepercayaan diri yang tinggi, tetapi dia masih menyukai
keadaan seperti itu dan belum berubah kebutuhannya menjadi self
actualization needs. Jadi kedua tingkat kebutuhan tersebut sebenarnya masih
sama sifat-sifat motivasinya dengan Esteem needs bila ditinjau dari sisi
marketing.
2. Transcedence needs adalah pengembangan dari Self-actualization needs yan
terjadi bila seseorang sudah cukup lama berada dalam posisi Self
actualization needs yang telah tercukupi. Sifat-sifat motivasi yang ada pada

Ajie Wahyujati, 2009


12
kedua tingkat kebutuhan itu sama dan tidak perlu dibedakan untuk proses
marketing.
 
Jadi bila kita akan menggunakan teori motivasi untuk keperluan marketing strategy,
lebih baik kita menggunakan teori klasik lima tingkat pyramid kebutuhan Maslow
daripada menggunakan teori perkembangannya.

DAFTAR PUSTAKA
 Boeree, C.George, Abraham Maslow Biography, 1998
@http://www.nidus.org.
 Heyligen, Francis, Behavioral Science, Volume 37, 1992, A Cognitive-Systemic
Reconstruction Of Maslow’s Theory Of Self-Actualization
 Huitt, W. (2004). Maslow’s hierarchy of needs. Educational Psychology
Interactive @http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/regsys/maslow.html.
 Tuel, Jesse, Maslow’s Hierarchy: Applications for the Workplace, 2001
@tueljess@yahoo.com
 http://www.businessballs.com/maslow.htm
 http://www.w3c.org/TR/1999/REC-html401-19991224/loose.dtd

Ajie Wahyujati, 2009


13

Anda mungkin juga menyukai