Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA FARMAKOKINETIKA

PRAKTIKUM I
FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

Nama Praktikan : Ni Putu Wanda Aprillia


Nim : 211021077
Kelas : A6C
Kelompok : 4 (Empat)
Hari, Tgl Praktikum : Jumat, 31 Maret 2023
Dosen Pengampu : Apt. I.G.N. Agung Windra Wartana,S.Farm.,M.Sc.
Asisten Dosen : Ni Luh Putu Ayu Dewi Pramitha Sari

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2023
PRAKTIKUM 1

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui prinsip farmakokinetika IV kompartemen terbuka.


2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika IV kompartemen
terbuka.
3. Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat
yang diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka.

II. DASAR TEORI


Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatifdan
tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah totalobat di
dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam
(dua cara pemberian yang paling biasa adalah infusintravena danregimen oral dengan
dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam.(Mycek, 2014).

Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam


tubuh.Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisiko –
kimia yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetik ini
merupakansalah satu unsur penting yang menentukan profil keadaan zat aktif pada
tingkat biofase dan yang selanjutnya menentukan aktivitas terapeutik obat
(Devissaguet, Aiache, 2013)

Farmakokinetika meneliti perjalanan obat, mulai dari saat


pemberiannya, bagaimana absorbsi dari usus, transport dalam darah,
dan distribusinya ke tempatkerjanya dan jaringan lain. Begitu pula bagaimana
perombakannya (biotranformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya
farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan tubuh terhadap
obat (Tan. H.T,2014)
Faktor fisiopatologik yang berpengaruh pada fase farmakokinetik
danfarmakodinamik suatu obat di dalam tubuh (Devissaguet, Aiache, 2013).

Keturunan Posisi tubuh pH air kemih


Jenis kelamin Aktivitas relative Aliran air kemih
Umur Keadaan gizi Aliran darah
Morfologi Kehamilan Lingkungan
Farmakogenetik Menopause Keadaan patologi
Kronofarmakologo Suhu Efek non spesifik

Pelepasan obat dari sediaan dalam perkembangan pengetahuan biofarmasi


sekarang sudah dapat dikontrol, demikian juga absorbsi obat sudah dapat
dipertimbangkan dengan seksama faktor – faktor yang mempengaruhinya. Kecepatan
eliminai obat dari tubuh sangat ditentukan oleh parameter farmakokinetik obat
tersebut. Dalam mengatur kecepatan pelepasan obat,diharapkan kita akan dapat suatu
blood level yang terkontrol (Syukri, 2014)

Analisis farmakokinetika dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan


parameter-parameter farmakokinetika. Pada tahap selanjutnya parameter- parameter
tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan misalnya menentukan laju
absorpsi, metabolisme dan ekskresi melalui urin: memperhitungkan ketersedian
hayati (bioavailabilitas) suatu produk; menghubungkan respon farmakologi dengan
konsentrasi obat di dalam plasma, cairan tubuh lain atau jaringan; memprediksi kadar
obat dalam darah setelah pemberian dosis ganda; mengoptimalkan aturan dosis untuk
obat-obat tertentu dan masih banyak lagi. Dalam mempelajari analisis
farmakokinetika terlebih dahulu harus dipahami tetang model kompartemen, ordo
kinetika, strategi penelitian dan teknik analisis obat dalam cairan biologis. (Wagner,
2015)
Grafik 1. Kurva Kadar dalam Plasma-Waktu
Pada grafik di atas menunjukkan keterkaitan antara biofarmasetika dan
farmakokinetika obat. Arti dari grafik tersebut adalah obat yang diminum harus
berada pada rentang jendela terapeutik (therapeutic window) yang merupakan suatu
konsentrasi obat dapat berefek pada batas yang aman dan tidak menimbulkan efek
toksik. MEC (Minimum Effect Concentration) merupakan konsentrasi minimal yang
harus dicapai oleh obat untuk menimbulkan suatu efek farmakologis. Jika konsentrasi
obat yang diminum masih berada di bawah MEC, maka obat akan menimbulkan
respon sub terapeutik, yaitu obat tidak akan bisa menimbulkan suatu efek
farmakologis. MTC (Minimum Toxic Concentration) merupakan konsentrasi obat
mulai bersifat toksik pada tubuh. Jika konsentrasi obat yang diminum berada diatas
MTC, maka dapat mengakibatkan toksik pada tubuh. Lama kerja obat (Duration of
Action) merupakan selisih waktu antara waktu mulai kerja obat dan waktu yang
dibutuhkan oleh obat untuk kembali ke MEC. AUC (Area Under the Curve)
merupakan suatu kurva yang menggambarkan waktu untuk mencapai kadar pucak di
dalam plasma. Waktu kadar puncak dalam plasma (t-max) merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum dan menunjukkan laju
absorpsi obat. Kadar puncak dalam plasma (C-max) umumnya menunjukkan absorpsi
dan eliminasi obat (Shargel et al, 2015).

Kurva kadar plasma–waktu dihasilkan melalui pengukuran konsentrasi obat


dalam cuplikan plasma yang diambil pada berbagai jarak waktu setelah pemberian
suatu obat. Konsentrasi obat dalam tiap cuplikan plasma digambar pada koordinat
kertas semilogaritma terhadap waktu pengambilan cuplikan plasma. Selama obat
mencapai sirkulasi umum sistemik, konsentrasi obat dalam plasma akan naik sampai
maksimum. Pada umumnya absorbsi suatu obat terjadi lebih cepat dari pada
eliminasi. Selama obat diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik, obat didistribusikan ke
semua jaringan dalam tubuh dan juga secara bersamaan dieliminasi. Eliminasi suatu
obat dapat tercapai melalui ekskresi atau biotransformasi, atau kombinasi dari
keduanya (Shargel dan Yu, 2015).

Pemberian obat
dengan dosis tertentu kepada subyek

Pencuplikan sampel melalui cairan


biologis (misal darah atau urin ) atau
jaringan

Penetapan kadar obat utuh dan atau


metabolinya terhadap fungsi waktu

Data

Penetapan model
kompartemen farmakokinetika

Penjabaran model
kompartemen

Gambar 1. Tahap analisis farmakokinetika (Wagner, 1975)


Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuhatau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2017). 
Parameter farmakokinetika didefinisikan sebagai besaran yang diturunkan
secara matematik dari hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya didalam darah
atau urin, dimana parameter ini akan menjadi acuan bagi keefektifan perubahan
fisiologi pada tahap farmakokinetika. Didasarkan pada hubungannya dengan
perubahan fisiologis, parameter farmakokinetika dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :

 Parameter farmakokinetika primer yaitu parameter yang nilainya dipengaruhi


secara langsung oleh perubahan fisiologi. Termasuk dalam parameter ini
adalah tetapan laju absorpsi (ka); fraksi obat yang diabsorpsi (f); volume
distribusi (Vd); sedangkan pembersihan renal (ClR) dan pembersihan hepatik
(ClH).
 Parameter farmakokinetika sekunder adalah parameter yang nilainya
tergantung pada parameter farmakokinetika primer. Tetapan laju eliminasi
(kel), waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi) dan fraksi obat yang diekskresikan
dalam bentuk utuh (fe) adalah contoh dari parameter farmakokinetika
sekunder ini (Rowland & Tozer, 2015)
 Parameter farmakokinetika turunan, nilai parameter ini tidak hanya tergantung
pada parameter farmakokinetika primer tetapi juga pada dosis seperti pada
dijumpai pada kadar obat dalam plasma dalam kondisi tunak (Css) dan luas
daerah di bawah kurva kadar obat dalam plasma lawan waktu (AUC),
(Rowland & Tozer, 2015).

Ketergantungan parameter farmakokinetika primer terhadap variabel fisiologi

PARAMETER FARMAKOKINETIKA
PRIMER FAKTOR FISIOLOGI
Tetapan laju absorpsi (ka) Aliran darah pada tempat
absorpsi, pengosongan lambung
(oral), motilitas usus (oral)
Bioavailabilitas Pengosongan lambung, sekresi
asam lambung dan enzim
hidrolitik pada empedu dan
motilitas usus.
Pembersihan Hepatik (ClH); Aliran darah hepatik, keterikatan
bioavailabilitasa dalam darah,aktivitas
hepatoselular.
Pembersihan renal (ClR) Aliran darah ginjal, keterikatan
dalam darah, sekresi aktif,
reabsorpsi aktif, filtrasi
glomerular, pH urin,aliran urin
Volume distribusi (Vd); Keterikatan dalam darah,
keterikatan dengan jaringan,
partisi pada lemak, komposisi
tubuh, ukuran tubuh
a
Eliminasi hepatik diasumsikan sebagai satu-satunya penyebab penurunan
bioavailabilitas. (Rowland&Tozer,2015)
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat)
yangberinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi menjadidua
jenis (Neal, 2016) :

1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan


2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat
denganberlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi)

Ada banyak cara “pengiriman” obat atau memasukannya kedalam tubuh. Ada


beragam “rute” mulai menelan melalui mulut (oral), ke kulit melalui permukaan
tubuh (topical), disuntikkan kebawah kulit (subkutan),disuntikkan langsung ke
pembuluh darah (Intravena), atau disuntikkanpada oto (Intramuskular) (Parker, 2017).

Obat-obat yang diberikan dengan jalur pemberian ekstravaskular seperti


peroral contohnya parasetamol, mengalami suatu tahapan yang disebut absorpsi yaitu
absorbsi pada saluran cerna (gastrointestinal absorbtion). Pada proses absorbsi ini,
obat terlebih dahulu harus melewati membran pada tempat absorbsi seperti dinding
pembuluh kapiler pada saluran cerna agar dapat tersedia dalam saluran sistemik dan
siap memberikan aksi. Tahap absorbsi tidak akan terjadi pada obat-obat yang
diberikan dengan jalur pemberian intravaskular (misalnya secara intravena,
intraarterial, intraspinal dan intraserebral), karena obat tidak perlu menembus suatu
membran agar dapat tersedia pada saluran sistemik. Proses absorbsi obat pada saluran
cerna ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologi seperti waktu tinggal dalam
saluran cerna (transit time); kecepatan pengosongan lambung; tempat absorpsi
(lambung, usus); keefektifan luas permukaan pada tiap tempat absorpsi; pH pada
saluran cerna; aliran darah pada tempat absorpsi; ada dan tidaknya makanan dalam
saluran cerna serta masih banyak lagi (Wagner, 2017).

Obat dapat diberikan secara oral atau parenteral (yakni melalui


jaurnongastrointestinal) (Neal, 2016).

Parenteral, bukan melalui saluran pencernaaan tetapi denganpenyuntikan


lewat jalur lain, seperti subkutan, intramuscular dan lain-lain(Dorland, 2013).

Obat-obat parenteral diberikan melalui injeksi yang meliputi rutepemberian


secara intravena, intramuscular, subkutan, intratecal, danintraarteri.Oleh karena itu,
obat-obat ini harus memenuhi standarsterilisasi dan osmolaritas yang ketat.Selain itu,
karena obat-obat inidiinjeksikan secara kedalam jaringan atau aliran darah, setiap
kesalahanperhitungan dapat menyebabkan efek samping yang serius (Ansel, 2016).

Bentuk sediaan parenteral (di luar usus) dapat berupa larutan,suspense,


emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak (Syamsuni,2016).

Jika obat diberikan secara suntikan intravena, maka obat masuk kedalam
darah dan secara cepat terdistribusi kejaringan. Penurunankonsentrasi obat dalam
plasma dari waktu kewaktu (yaitu kecepataneliminasi obat) dapat diukur (kanan atas)
dengan mengambil sampeldarah secara berulang. Pada awalnya serigkali konsentrasi
menurun dengan cepat, namun kemudian kecepatan penurunan berkurang
secaraprogresif.Kurva tersebut disebut eksponensial, dan hal ini berarti padawaktu
tertentu terjadi eliminasi fraksi konstan pada obat dalam satusatuan waktu. Banyak
obat menunjukkan suatu penurunan eksponensialdalam konsentrasi plasma karena
kecepatan kerja proses eliminasi obatbiasanya proporsional terhadap konsentrasi obat
dalam plasma (Neal,2016).

Proses yang terlihat adalah(Neal, 2016) :

1. Eliminais urin oleh filtrasi glomerulus


2. Metabolisme, biasanya oleh hati
3. Ambilan oleh hati dan selanjutnya eliminasi melalui empedu

Suntikan intravena.Obat langsung masuk kedalam sirkulasi dan tidakmelewati


sawar absorpsi (Neal, 2016)

Analisis model kompartemen adalah tahapan yang pertama dilakukan setelah


didapat data kadar obat tak berubah atau metabolitnya dalam darah atau urin (cairan
biologis yang paling sering digunakan). Tahap ini penting untuk mencocokkan data
hasil uji dengan rumus perhitungan parameter farmakokinetika. Setelah berada di
dalam badan (sirkulasi sitemik) obat akan terdistribusi dengan cepat ke berbagai
organ dengan sifat beragam. Badan dianggap suatu kumpulan kompartemen (multi
kompartemen) yang terpisah satu sama lain, untuk menyederhanakannya badan
dianggap sebagai suatu sistem satu atau dua kompertemen terbuka. hal tersebut
didasarkan pada asumsi bahwa proses perpindahan (distribusi) obat antar
kompertemen bersifat bolak-balik antara darah disatu pihak dan tempat distribusi di
pihak lain. Cara pengerjaannya adalah dengan mengikuti metode plot semilogaritma
kadar obat lawan laktu dengan perhitungan matematika.

1. Model satu kompartemen terbuka.

Diasumsikan bahwa badan adalah kompertemen tunggal, seluruh


kompertemen yang ada dianggap sebagai sentral. Kompartemen
sentral didefinisikan sebagai jumlah seluruh bagian badan (organ
atau jaringan) dimana kadar obat didalamnya segera berada
dalam kesetimbangan dengan kadar obat dalam darah atau
plasma (Ritschel, 1992). Pada model ini seolah- olah tidak
terdapat fase distribusi. Adanya fase distribusi hanya
digambarkan dengan Vd.
2. Model dua kompartemen terbuka.

Dalam model ini tubuh dibagi menjadi dua kompertemen, sentral dan
perifer. Arti terbuka mengacu pada kenyataan bahwa obat yang semula
masuk dalam badan pada akhirnya akan dikeluarkan kembali (pada
waktu tak hingga, sampai kadar obat sama dengan nol). Kompertemen
perifer dianggap sebagai jumlah seluruh bagian badan (organ, jaringan
atau bagian darinya) tempat obat akhirnya tersebar namun
kesetimbangan tidak segera tecapai (Ritschel, 2013). Pada model dua
kompartemen terbuka tampak adanya kurva bifasik pada kertas
semilogaritma. Karena itu jelas bahwa plot kurva semilogaritma kadar
obat dalam darah lawan waktu dapat digunakan sebagai penanda model
kinetika suatu obat.

Analisis ordo kinetika penting untuk perhitungan parameter


farmakokinetika, karena dari asumsi ordo kinetika ini diturunkan secara
matematis parameter farmakokinetika. Dalam farmakokinetika
penerapannya hanya terbatas pada ordo nol dan ordo pertama. Kinetika
suatu obat dikatakan mengikuti ordo nol bila penurunan kadar obat
dalam waktu tertentu tidak tergantung pada jumlah obat yang
dipindahkan pada waktu tertentu itu. Bila penurunan kadar obat pada
waktu tetentu tergantung pada jumlah obat yang dipindahkan pada
waktu tertentu itu, maka hal ini adalah penanda kinetika obat tersebut
mengikuti ordo pertama. (Ritschel, 2013).
 Sifat dari model satu kompartemen terbuka

Intravaskular Ekstravaskular
Aplikasi
(Intravena, intrakardiak, (oral, peroral,
intra- arterial) rectal,intramuscular, subkutan,
intrakutan)
Tidak ada absorpsi, semua obat Absorpsi berjalan seturut pelepasan
yang diinjeksikan berada dalam obat dan mekanisme absorpsi; pada
sirkulasi sitemik, distribusi yang waktu 0 tidak terdapat obat pada
cepat antara aliran darah dan sirkulasi sistemik; selama terjadi
jaringan; kesetimbangan (steady proses absorpsi, konsentrasi obat
state) langsung tercapai; meningkat sampai puncak (peak)
Sifat penurunan kadar obat tergantung dan kemudian menurun sejalan
pada ekskresi dan metabolisme. dengan eliminasi (metabolisme dan
ekskresi); tidak semua obat
terabsorpsi.

BODY
BODY

D ka kel
D kel
Vd C
Vd C
Model

D = dosis yang
D = dosis yang diberikan Vd = volume
diberikan Vd = volume distribusi
distribusi C = kadar obat dalam
C = kadar obat dalam plasma Ka = tetapan laju
plasma kel = tetapan laju absorpsi
eliminasi kel = tetapan laju eliminasi

kel
Log Log
BLOO Kada Kadar
D r
LEVEL waktu
(pada kertas waktu
semi logaritma)

(Ritschel, 2013)
Farmakokinetika mempelajari nasib obat di dalam tubuh, maka dari
itu pemahamannya dapat dikaji dari aksi hayati dan aksi biologi. Agar timbul
efek yang dikehendaki maka setelah diberikan obat harus melalui tahapan
farmasetika, farmaklogi, dan, farmakodinamika terlebih dahulu. Tahap
farmasetika (disintegrasi sediaan obat, disolusi zat aktif) bermanfaat agar
obat tersedia dan siap pada tempat absorpsinya. Tahap farmakokinetika
bermanfaat menyediakan obat pada sirkulasi sistemik, sehingga siap
memberikan aksi, tahap ini meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Fraksi obat yang tersedia dalam sirkulasi sistemik dinyatakan
dengan ketersediaan hayati atau bioavailabilitas. Tahap farmakodinamika
terjadi pada saat obat berinteraksi dengan reseptor pada jaringan sasaran
sehingga dapat menimbulkan efek. (Ariens dan Simonis, 2013)

Sifat dari model dua kompartemen terbuka

Intravaskular Ekstravaskular
Aplikasi
(Intravena, intrakardiak, (oral, peroral, rectal,
intra- arterial) intramuscular, subkutan,
intrakutan)
Tidak ada absorpsi, semua Absorpsi berjalan seturut
obat yang diinjeksikan berada pelepasan obat dan mekanisme
dalam sirkulasi sitemik; absorpsi; pada waktu 0 tidak
distribusi yang lambat antara terdapat obat pada sirkulasi
Sifat aliran darah dan jaringan; sistemik; selama terjadi
kesetimbangan (steady state) absorpsi, konsentrasi obat
tercapai beberapa saat setelah meningkat sampai puncak
pemberian; penurunan kadar (peak) diikuti penurunan
pada tahap pertama kurva dikarenakan distribusi lambat
kadar obat terjadi karena sampai tercapai
distribusi; penurunan kadar kesetimbangan; penurunan
obat pada bagian kedua monoeksponen tergantung
tergantung pada pada pendistribusian kembali
pendistribusian kembali (back distribution) obat dari
(back distribution) obat dari jaringan ke darah, ekskresi dan
jaringan ke dalam darah, metabolisme
ekskresi dan metabolisme.

PC PC

k13 ka k13
CC CC
D D.f
Model Vc C Vc C

D = dosis yang diberikan D = dosis yang diberikan


CC = kompartemen sentral CC = kompartemen sentral
PC = kompartemen perifer
k12, k21 = tetapan distribusi PC = kompartemen perifer
k13 = tetapan eliminasi dari
komp.sentral Ka = tetapan absorpsi
Vc = volume distribusi komp. F = fraksi obat terabsorpsi
sentral k12, k21 = tetapan distribusi
C = kadar obat dalam plasma k13 = tetapan eliminasi dari
β = tetapan eliminasi tota komp.sentral
Vc = volume distribusi komp.
sentral
C = kadar obat dalam plasma
β = tetapan eliminasi total

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. ALAT
Kalkulator Scientific
Laptop
Kertas Semilogaritmik
Alat Tulis
Penggaris
3.2. BAHAN
Text Book

IV. KASUS
4.1. Antibiotik

Suatu antibiotika golongan beta laktam diberikan melalui rute I.V, dengan
dosis 1500 mg. Profil konsentrasi obat yang dihasilkan pada setiap pengambilan
cuplikan darah dalam 24 jam adalah sebagai berikut:

t (jam) C (µg/mL)
0.5 19.30
1 17.57
1.8 15.11
4 9.99
5.8 7.13
8 4.71
12 2.22
18 0.719
24 0.23

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!

4.2. Anti Nyeri

Pasien ini juga diberikan obat anti-nyeri dengan dosis 65 mg secara intravena.
Profil konsentrasi obat yang teramati dalam 1 jam adalah sebagai berikut :

t (jam) Cp (mg/L)
0 54.05
0.05 31.01
0.1 19.47
0.15 13.61
0.2 10.59
0.25 8.96
0.3 8.03
0.35 7.45
0.4 7.04
0.45 6.73
0.5 6.47
0.55 6.23
0.6 6.01
0.65 5.81
0.7 5.61
0.75 5.42
0.8 5.24
0.85 5.06
0.9 4.89
0.95 4.73
1 4.57

Tentukan :
1. Mengikuti model farmakokinetika apakah data tersebut?
2. Persamaan farmakokinetika data tersebut!
3. Tentukan seluruh parameter farmakokinetika yang anda ketahui!
4. Bandingkan parameter farmakokinetika dua data tersebut dan buat
pembahasannya!
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard, C. 2016. Kalkulasi Farmasetik Panduan Untuk Apoteker .Penerbit Buku


Kedokteran, EGC : Jakarta

Devissaguet., Aiache. 2013. Farmaseutika 2 Biofarmasi Edisi ke-2.  Tehnique et Documentation


11 Rue Lavoiser . Air langga University Press

Dorland, W.A. Newman, 2013. Kamus saku Kedokteran Dorland . Penerbit buku kedokteran,
EGC. Jakarta.

E.J. Ariens., E.Mutschler., A.M.Simonis. 2013. Toksikologi Umum. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press : 1-5.

Ganiswara,Gan Sulistia, 2017, Farmakologi dan Terapi Edisi 5 ,FakultasKedokteran-Universitas


Indonesia : Jakarta.

Mycek., 2014. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta.

Neal, M.J., 2016. At a Glance  FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. Erlangga: Jakarta

Parker, Steve, 2017. Jendela Optik Seri 16 Ilmu Kedokteran. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta

Shargel, L., dan Yu, A. B. C., 2013, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan
diterjemahkan oleh Siti Sjamsiah, Edisi Kedua, Hal 85-99, Airlangga University Press,
Surabaya
Shargel Leon, Andrew B.C. Yu. 2015. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 7th
edition. USA :  McGraw-Hill Education
Shargel, L et al. 2015. Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. New York: McGraw-Hill
Companies

Syamsuni, H, 2006. Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi. PenerbitBuku Kedokteran,


EGC : Jakarta

Syukri.,Y. 2014. Biofarmasetika. UI Press. Yogyakarta.


Tan., H., Tjay dan Kirana Rahardja. 2014. Obat – Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai