Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PRAKTIKUM VI
TITIK LEBUR

Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 27 Desember 2022


Kelas : A6C
Kelompok : II
Nama Kelompok :
Ni Putu Ryan Utami Ari (211021075)
Ni Putu Sintya Pratiwi (211021076)
Ni Putu Wanda Aprillia (211021077)
Ni Wayan Eka Arisetia Dewi (211021078)
Ni Wayan Harum Rusinta Sari (211021079)
Gelombang : Selasa II
Nama Dosen : apt. Dhianchinantyan Windydaca Brata Putri. S.Farm,. M.Farm.
Nama Asdos : Ni Putu Ari Wiriani

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Melaksanakan praktikum titik lebur dengan menggunakan alat melting point
2. Mahasiswa dapat menentukan titik lebur beberapa senyawa
II. DASAR TEORI
Titik leleh padatan kristal didefinisikan sebagai suhu di mana padatan diubah
menjadi cairan di bawah tekanan total satu atmosfir. Pada titik leleh tekanan uap dari
fase padat sama dengan tekanan uap dari fase cair yang dinamakan mencair sehingga
fase padat dan fase cair benar-benar dalam kesetimbangan satu sama lain. (Tim Dosen,
2022)
Untuk zat murni titik leleh biasanya tajam, rentang pelelehan dari 0,5 sampai 1,0
derajat celcius. Karena ketajaman dari pelelehan ini titik leleh dapat dipergunakan
sebagai suatu kriteria dari kemurnian atau sebagai alat indikasi suatu padatan. Adanya
suatu pengotor yang sedikit larut dalam padatan yang meleleh biasanya akan
menghasilkan suatu daerah pelelehan yang besar dan menurunkan suhu di mana
pelelehan terjadi. (Tim Dosen, 2022)
Titik didih normal adalah temperatur dimana tekanan uap cairan menjadi sama
dengan tekanan luar, yaitu 760 mmHg atau sistem terbuka (Kosman, 2005). Jarak lebur
adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat, suhu awal dicatat pada saat
zat menciut atau membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, sedangkan suhu akhir
dicatat pada saat hilangnya fase padat. (Ditjen POM, 1979)
Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang. (Martin, 1990)
Titik lebur merupakan suatu suhu di mana suatu zat padat berubah bentuk dalam
keadaan zat padat menjadi leburan atau cair. Prinsip energi titik lebur, di mana titik
atau energi dan di mana lebur dalam keadaan terletak pada penetapan pemberian energi
panas. Titik lebur lebih bersifat karakteristik di mana digunakan untuk menentukan
sifat fisika dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lainnya
perbedaan tersebut dilihat dalam kekuatan ikatan antar molekul bisa berbeda karena
struktur kimianya yang berbeda dan penyusunannya juga berbeda. (Syarif, 2012)
Titik lebur suhu di mana terjadinya perubahan zat padat menjadi cair. Gaya antar
molekul memiliki pengaruh kuat pada titik lebur (Rusli, 2007). Titik lebur adalah suhu
di mana zat padat mengalami perubahan zat menjadi cair. (Sri, 2015)
Pada titik lebur getaran pada partikel zat dapat mengatasi kekuatan gaya tarik-
menarik yang beroperasi pada zat padat. Seperti titik didih titik lebur zat padat
tergantung pada kekuatan gaya tarik-menarik. (Sri, 2015)
Suatu metode yang digunakan untuk menetapkan bobot molekul zat dengan
melarutkannya di dalam zat lain yang baru melebur, kemudian menetapkan penurunan
titik bekunya metode tersebut adalah metode rast. (Pudyaatmaka, 2002)
Penerapan titik lebur secara teliti dapat dilakukan dengan cara mengukur suhu
secara berulang kali pada saat terjadi kesetimbangan antara fase padat dan cairnya. Cara
lainnya yaitu dengan cara pendinginan dan pemanasan secara berulang. Penurunan titik
lebur dapat dilakukan sebagai dasar penentuan berat molekul, cara ini juga dikenal
dengan metode rast yang mengukur penurunan titik lebur. (Sutrisno, 2003)
Penurunan titik lebur disebabkan karena kenaikan tekanan yang dapat
dimanfaatkan dalam ski es. Tekanan dari ski menurunkan titik lebur es dan juga
menyebabkan melebur di bawah ski, lapisan tipis dan cair ini memberikan aksi sebagai
pelicin sehingga memungkinkan Ski dapat meluncur di atas permukaan yang keras dari
es. (Moechtar, 1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik lebur, yaitu (Rusli, 2007)
1. Suhu
2. Zat pengotor
3. Penempatan pada termometer, dan lain sebagainya
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
cepat atau lambatnya zat mempengaruhi cepat lambatnya proses pelelehan. Hal ini
dikarenakan, apabila semakin sedikit tersebut meleleh adalah : (Fessenden,1997)
1. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat.
Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit
terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya Sampel
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat sampel yang digunakan maka semakin
cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel
yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan Dalam Kapiler.
Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas yang
bertahan. Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama
dengan tekanan di atas permukaan zat cair. Bila tekanan uap sama dengan
tekanan luar atau tekanan diatas permukaan zat cair, mulai terbentuk
gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam
gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong
diri lewat permukaan dan bergerak ke fasa gas diatas cairan, sehingga cairan
tersebut mendidih.

Setiap larutan ataupun cairan murni memiliki kebutuhan suhu yang berbeda-beda untuk
mencapai titik beku, titik cair, dan titik didihnya masing-masing. Titik didih normal cairan murni
atau larutan adalah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karena zat terlarut menurunkan
tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih
tinggi dari pada titik didih pelarut murni. Peristiwa ini disebut sebagai peningkatan titik didih,
merupakan metode alternatif untuk menentukkan masa molar (Syukri, 1999)
Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan
yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain,
semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk
senyawa tersebut. (Syukri, 1999)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat-alat
1. Cawan
2. Pipa kapiler
3. Tabung kapiler
4. Seperangkat alat melting point

3.2 Bahan-bahan

1. Asam benzoate
2. Asam asetil salisilat
3. Paracetamol
4. Asam salisilat
5. Asam sitrat
IV. CARA KERJA

Sejumlah Kristal sampel dihaluskan kemudian dimasukkan sedikit


dengan cara menekan mulut kapiler pada serbuk sampel

Tabung kapiler kemudian dipegang vertical dan dimasukkan serbuk


Kristal sampel dan ditutup

Tabung kapiler yang telah berisi serbuk sampel dimasukkan dalam


suatu alat melting point, dicatat titik leleh dari sampel
V. HASIL PERCOBAAN
Sampel Titik Leleh (oC)
Literatur Percobaan
Asam Benzoat 122,3oC 123,6 - 126,0oC
Asam Asetil Salisilat 135oC 126,5 - 130,0oC
Parasetamol 169oC 155,1 - 159,4oC
Asam Salisilat 158,6oC 156,2 – 158,4oC
Asam Sitrat 163oC 145,9 – 147,7oC

VI. PEMBAHASAN
Titik lebur merupakan suatu suhu di mana suatu zat padat berubah bentuk dalam
keadaan zat padat menjadi leburan atau cair. Prinsip energi titik lebur, di mana titik atau
energi dan di mana lebur dalam keadaan terletak pada penetapan pemberian energi panas.
Titik lebur lebih bersifat karakteristik di mana digunakan untuk menentukan sifat fisika
dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lainnya perbedaan tersebut
dilihat dalam kekuatan ikatan antar molekul bisa berbeda karena struktur kimianya yang
berbeda dan penyusunannya juga berbeda. (Syarif, 2012)
Penurunan titik lebur disebabkan karena kenaikan tekanan yang dapat
dimanfaatkan dalam ski es. Tekanan dari ski menurunkan titik lebur es dan juga
menyebabkan melebur di bawah ski, lapisan tipis dan cair ini memberikan aksi sebagai
pelicin sehingga memungkinkan Ski dapat meluncur di atas permukaan yang keras dari es.
(Moechtar, 1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik lebur, yaitu (Rusli, 2007)
1. Suhu
2. Zat pengotor
3. Penempatan pada termometer, dan lain sebagainya
Praktikum kali ini dilakukan bercobaan titik lebur yang bertujuan untuk
menentukan titik lebur dari beberapa senyawa. Alat yang digunakan yaitu alat Melting
Point yang berfungsi untuk untuk menentukan suhu peleburan pada setiap sampel. Sampel
yang digunakan, yaitu Asam Benzoat, Asam Asetil Salisilat, Parasetamol, Asam Salisilat,
dan Asam Sitrat. Sampel yang akan di uji dimasukkan secukupnya ke dalam tabung kapiler,
suhu pada alat Melting Point diatur sesuai suhu pada literatur setiap sampel, kemudian
sampel dimasukkan ke dalam alat Melting Point dan amati ada suhu ke berapa sampel
mulai meleleh dan pada suhu ke berapa sampel meleleh sempurna.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu pada sampel Asam
Benzoat mulai meleleh pada suhu 123,6oC dan meleleh sempurna pada suhu 126,0 oC,
hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang mana pada literatur Asam Benzoat meleleh
sempurna pada suhu 122,3 oC. Asam Asetil Salisilat mulai meleleh pada suhu 126,5 oC
dan meleleh sempurna pada suhu 130,0 oC , hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang
mana pada literatur Asam Asetil Salisilat meleleh pada suhu 135 oC. Parasetamol mulai
meleleh pada suhu 155,1 oC dan meleleh sempurna pada suhu 159,4 oC, hasil ini tidak
sesuai dengan literatur yang mana pada literatur Parasetamol meleleh sempurna pada suhu
169 oC. Asam Salisilat mulai meleleh pada suhu 156,2 oC dan meleleh sempurna pada
suhu 158,4 oC, hasil ini sudah mendekati literatur namun masih belum sesuai, yang mana
pada literatur Asam Salisilat meleleh pada suhu 158,6 oC. Sampel terakhir yaitu Asam
Sitrat, mulai meleleh pada suhu 145,9 oC dan meleleh sempurna pada suhu 147,7 oC.
Dari ke 5 sampel yang di ujikan, semua sampel tidak sesuai dengan literatur.
Ketidaktepatan hasil yang diperoleh dengan literatur yang ada disebabkan karena suhu
yang kurang terkontrol dan adanya kontaminasi baik pada sampel maupun alat yang
digunakan, maka dari itu sampel dan alat-alat yang akan digunakan untuk percobaan harus
steril agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Suatu zat dapat dikatakan murni
apabila hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan sama dengan literatur yang
ada. Jika suatu zat tidak murni makai katan antar molekulnya akan semakin kecil dan
mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil daripada zat murni.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa praktikum ini
bertujuan untuk menentukan titik lebur dari beberapa senyawa. Adapun beberapa senyawa
atau sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu, asam benzoate, asam asetil salisilat,
paracetamol, asam salisilat, dan asam sitrat dengan menggunakan seperangkat alat melting
point. Pada proses praktikum ini hal yang harus diperhatikan adalah kesterilan alat yang
digunakan, baik pada alat melting point maupun tabung kapiler. Suatu zat dikatakan murni
apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literatur.
Titik lebur pada Asam Asetil Salisilat adalah pada suhu 130,0°C, hal ini tidak sesuai
dengan literatur yang menyatakan titik lebur dari Asam Asetil Salisilat adalah pada suhu
135°C. Titik lebur pada Asam Salisilat adalah pada suhu 158,4°C, hal ini sesuai dengan
literatur yang praktikkan dapatkan yaitu Asam Salisilat akan mulai melebur pada suhu
158,6°C. Dari 5 sampel yang diujikan, 4 sampel hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
literatur disebabkan karena massa zat, kemurnian zat, kondisi alat percobaan, faktor
kesalahan yang mungkin terjadi sehingga dapat terjadi ketidaksesuaian titik lebur saat
dilakukan praktikkan pada percobaan dengan literatur yaitu, kotoran yang larut atau
sebagian larut akan menyebabkan turunnya titik lebur dari bahannya yang murni dan
kotoran yang tidak larut akan menyebabkan peleburan yang tidak nyata. Oleh karena itu,
suatu titik lebur yang tegas dan tajam adalah pada umumnya merupakan kriteria yang baik
bagi suatu senyawa organik bentuk kristal yang murni.
VIII. SARAN
Diharapkan sebelum melakukan praktikum ini, para praktikkan memahami cara
penggunaan alat melting point yang baik dan benar , berkonsentrasi saat memasukkan stick
ke dalam melting point agar didapatkan hasil yang tepat serta akurat, dan saat melakukan
uji coba sampel yang diuju dahulu adalah sampel dengan titik leleh paling rending sesuai
dengan literature yang didapat.
LAMPIRAN

menentukan titik lebur dari menentukan titik lebur bahan yang digunakan pada
asam asetil salisilat dari asam sitrat praktikum ini

Bahan digerus menggunakan menentukan titik lebur Menentukan titik lebur dari
mortir dari asam salisilat asam benzoat
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden, R. J. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Aksara
Kosman ,R .2005. Kimia Fisika. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Martin, Afried. Dkk. 1990. Dasar – dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika. Jakarta :
universitas Indonesia press.
Moechtar. 1990. Vikositas cairan. Yogjakarta . UGM-press
Pudyaalmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus kimia. Jakarta balai Pustaka.
Pusis. 2007. Penuntun kimia organic sintesis. Makassar : universitas muslim Indonesia
Syarif. 2012. Titik lebur. Jakarta : vlaby.com
Sri, Fitria. 2015. Pengertian titik lebur. Jakarta . ecoratus hayati.
Sutrisno. 2003. Penetapan titik lebur. Jakarta : UTC konary.
Tim dosen . 2022. Modul praktikum kimia organic. Bali. Universitas bali internasional.

Anda mungkin juga menyukai