PRAKTIKUM VI
TITIK LEBUR
Setiap larutan ataupun cairan murni memiliki kebutuhan suhu yang berbeda-beda untuk
mencapai titik beku, titik cair, dan titik didihnya masing-masing. Titik didih normal cairan murni
atau larutan adalah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karena zat terlarut menurunkan
tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih
tinggi dari pada titik didih pelarut murni. Peristiwa ini disebut sebagai peningkatan titik didih,
merupakan metode alternatif untuk menentukkan masa molar (Syukri, 1999)
Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan
yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain,
semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk
senyawa tersebut. (Syukri, 1999)
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat-alat
1. Cawan
2. Pipa kapiler
3. Tabung kapiler
4. Seperangkat alat melting point
3.2 Bahan-bahan
1. Asam benzoate
2. Asam asetil salisilat
3. Paracetamol
4. Asam salisilat
5. Asam sitrat
IV. CARA KERJA
VI. PEMBAHASAN
Titik lebur merupakan suatu suhu di mana suatu zat padat berubah bentuk dalam
keadaan zat padat menjadi leburan atau cair. Prinsip energi titik lebur, di mana titik atau
energi dan di mana lebur dalam keadaan terletak pada penetapan pemberian energi panas.
Titik lebur lebih bersifat karakteristik di mana digunakan untuk menentukan sifat fisika
dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lainnya perbedaan tersebut
dilihat dalam kekuatan ikatan antar molekul bisa berbeda karena struktur kimianya yang
berbeda dan penyusunannya juga berbeda. (Syarif, 2012)
Penurunan titik lebur disebabkan karena kenaikan tekanan yang dapat
dimanfaatkan dalam ski es. Tekanan dari ski menurunkan titik lebur es dan juga
menyebabkan melebur di bawah ski, lapisan tipis dan cair ini memberikan aksi sebagai
pelicin sehingga memungkinkan Ski dapat meluncur di atas permukaan yang keras dari es.
(Moechtar, 1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik lebur, yaitu (Rusli, 2007)
1. Suhu
2. Zat pengotor
3. Penempatan pada termometer, dan lain sebagainya
Praktikum kali ini dilakukan bercobaan titik lebur yang bertujuan untuk
menentukan titik lebur dari beberapa senyawa. Alat yang digunakan yaitu alat Melting
Point yang berfungsi untuk untuk menentukan suhu peleburan pada setiap sampel. Sampel
yang digunakan, yaitu Asam Benzoat, Asam Asetil Salisilat, Parasetamol, Asam Salisilat,
dan Asam Sitrat. Sampel yang akan di uji dimasukkan secukupnya ke dalam tabung kapiler,
suhu pada alat Melting Point diatur sesuai suhu pada literatur setiap sampel, kemudian
sampel dimasukkan ke dalam alat Melting Point dan amati ada suhu ke berapa sampel
mulai meleleh dan pada suhu ke berapa sampel meleleh sempurna.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu pada sampel Asam
Benzoat mulai meleleh pada suhu 123,6oC dan meleleh sempurna pada suhu 126,0 oC,
hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang mana pada literatur Asam Benzoat meleleh
sempurna pada suhu 122,3 oC. Asam Asetil Salisilat mulai meleleh pada suhu 126,5 oC
dan meleleh sempurna pada suhu 130,0 oC , hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang
mana pada literatur Asam Asetil Salisilat meleleh pada suhu 135 oC. Parasetamol mulai
meleleh pada suhu 155,1 oC dan meleleh sempurna pada suhu 159,4 oC, hasil ini tidak
sesuai dengan literatur yang mana pada literatur Parasetamol meleleh sempurna pada suhu
169 oC. Asam Salisilat mulai meleleh pada suhu 156,2 oC dan meleleh sempurna pada
suhu 158,4 oC, hasil ini sudah mendekati literatur namun masih belum sesuai, yang mana
pada literatur Asam Salisilat meleleh pada suhu 158,6 oC. Sampel terakhir yaitu Asam
Sitrat, mulai meleleh pada suhu 145,9 oC dan meleleh sempurna pada suhu 147,7 oC.
Dari ke 5 sampel yang di ujikan, semua sampel tidak sesuai dengan literatur.
Ketidaktepatan hasil yang diperoleh dengan literatur yang ada disebabkan karena suhu
yang kurang terkontrol dan adanya kontaminasi baik pada sampel maupun alat yang
digunakan, maka dari itu sampel dan alat-alat yang akan digunakan untuk percobaan harus
steril agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Suatu zat dapat dikatakan murni
apabila hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan sama dengan literatur yang
ada. Jika suatu zat tidak murni makai katan antar molekulnya akan semakin kecil dan
mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil daripada zat murni.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa praktikum ini
bertujuan untuk menentukan titik lebur dari beberapa senyawa. Adapun beberapa senyawa
atau sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu, asam benzoate, asam asetil salisilat,
paracetamol, asam salisilat, dan asam sitrat dengan menggunakan seperangkat alat melting
point. Pada proses praktikum ini hal yang harus diperhatikan adalah kesterilan alat yang
digunakan, baik pada alat melting point maupun tabung kapiler. Suatu zat dikatakan murni
apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literatur.
Titik lebur pada Asam Asetil Salisilat adalah pada suhu 130,0°C, hal ini tidak sesuai
dengan literatur yang menyatakan titik lebur dari Asam Asetil Salisilat adalah pada suhu
135°C. Titik lebur pada Asam Salisilat adalah pada suhu 158,4°C, hal ini sesuai dengan
literatur yang praktikkan dapatkan yaitu Asam Salisilat akan mulai melebur pada suhu
158,6°C. Dari 5 sampel yang diujikan, 4 sampel hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
literatur disebabkan karena massa zat, kemurnian zat, kondisi alat percobaan, faktor
kesalahan yang mungkin terjadi sehingga dapat terjadi ketidaksesuaian titik lebur saat
dilakukan praktikkan pada percobaan dengan literatur yaitu, kotoran yang larut atau
sebagian larut akan menyebabkan turunnya titik lebur dari bahannya yang murni dan
kotoran yang tidak larut akan menyebabkan peleburan yang tidak nyata. Oleh karena itu,
suatu titik lebur yang tegas dan tajam adalah pada umumnya merupakan kriteria yang baik
bagi suatu senyawa organik bentuk kristal yang murni.
VIII. SARAN
Diharapkan sebelum melakukan praktikum ini, para praktikkan memahami cara
penggunaan alat melting point yang baik dan benar , berkonsentrasi saat memasukkan stick
ke dalam melting point agar didapatkan hasil yang tepat serta akurat, dan saat melakukan
uji coba sampel yang diuju dahulu adalah sampel dengan titik leleh paling rending sesuai
dengan literature yang didapat.
LAMPIRAN
menentukan titik lebur dari menentukan titik lebur bahan yang digunakan pada
asam asetil salisilat dari asam sitrat praktikum ini
Bahan digerus menggunakan menentukan titik lebur Menentukan titik lebur dari
mortir dari asam salisilat asam benzoat
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden, R. J. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Aksara
Kosman ,R .2005. Kimia Fisika. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Martin, Afried. Dkk. 1990. Dasar – dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika. Jakarta :
universitas Indonesia press.
Moechtar. 1990. Vikositas cairan. Yogjakarta . UGM-press
Pudyaalmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus kimia. Jakarta balai Pustaka.
Pusis. 2007. Penuntun kimia organic sintesis. Makassar : universitas muslim Indonesia
Syarif. 2012. Titik lebur. Jakarta : vlaby.com
Sri, Fitria. 2015. Pengertian titik lebur. Jakarta . ecoratus hayati.
Sutrisno. 2003. Penetapan titik lebur. Jakarta : UTC konary.
Tim dosen . 2022. Modul praktikum kimia organic. Bali. Universitas bali internasional.