PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
OLEH
RIZAL FAUZAN
NPM : 1841040414
Jurusan: Bimbingan Konseling Islam (BKI)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
OLEH
RIZAL FAUZAN
NPM : 1841040414
Jurusan: Bimbingan Konseling Islam (BKI)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1841040414
MENYETUJUI
Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
`
Dr. Hj. Sri Ilham Nasution, M.Pd. Umi Aisyah, M.Pd.I.
NIP. 196909151994032002 NIP.198909012018012003
Ketua Jurusan,
Bimbingan Konseling Islam
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul 1
B. Latar Belakang Masalah 4
C. Fokus Penelitian 9
D. Rumusan Masalah 10
E. Tujuan Penelitian 10
F. Manfaat Penelitian 10
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan 11
H. Metode Penelitian 13
I. Sistematika Penelitian 21
A. Bimbingan Sosial 22
1. Pengertian Bimbingan Sosial 22
2. Fungsi Bimbingan Sosial 23
3. Materi Bimbingan Sosial 25
4. Pelaksanaan Bimbingan Sosial 28
5. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Sosial 30
B. Aktualisasi Diri Warga Binaan 32
1. Pengertian Aktualisasi dan Warga Binaan 32
2. Faktor-Faktor Aktualisasi Diri Warga Binaan 36
3. Cara Mencapai Aktualisasi Diri Warga Binaan 40
4. Indikator Aktualisasi Diri Warga Binaan 41
iv
B. Pelaksanaan Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri
Warga Binaan
1. Gambaran Aktualisasi Diri Warga Binaan di Rumah
Tahanan Kelas IIB Kotabumi
2. Tahapan- Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Sosial di
Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
dalam proposal ini, disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan
terhadap pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun judul proposal ini
penulis tegaskan beberapa istilah penting yang terdapat pada judul tersebut:
lingkungan masyarakat.2
1
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012), h. 82.
2
Nurwahida Alimuddin, Komunikasi dakwah dalam bimbingan sosial menumbuhkan kemampuan
adaptasi Mad’u, - Vol. 10 NO. 2, (2014), h. 241-256.
1
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud bimbingan sosial
Dalam hal ini upaya yang dimaksud oleh peneliti yaitu usaha yang dilakukan
pedoman, dan bantuan kepada warga binaan dalam proses aktualisasi diri
tertinggi yang ada pada setiap manusia.4 Aktualisasi diri dapat didefinisikan
sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, kebutuhan dan
yang diinginkan dengan cara menerapkan kemampuan diri yang ada pada
2
Kemudian individu mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan
imajinasi sehingga menghasilkan sesuatu sifat yang bersifat asli baik berupa
ide-ide, kegiatan dan performa unik yang dapat menarik minat banyak orang
mencangkup pangan, sandang dan papan dengan cara yang baik dan tidak
dan empati yang mengikat pada kelompok dan masyarakat, merasa dihargai
dan mampu meraih impian, mampu menggunakan semua bakat, potensi, serta
terkena tindak pidana atau terbukti melanggar hukum dan telah dijatuhi
binaan dalam penelitian ini adalah warga binaan yang telah menjalani 2/3
masyarakat.
6
Hasruddim Nur, Interaksi Antara Sesama Warga Binaan Di Rutan Kelas II B Enrekang
Kabupaten Enrekang, , Vol 1, NO. 1, (2018), h. 29.
3
Rumah tahanan yaitu tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama
Hukum dan Hak Asasi Manusia.7 Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan
Kelas IIB Kotabumi yang terletak di Klp. Tujuh, Kec. Kotabumi Selatan,
Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga
Binaan Di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi adalah suatu proses layanan
seseorang dalam menggunakan segala bentuk potensi yang ada pada dirinya
7
Ahmad Sanusi, Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan Negara Di Luar Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia,,E-Journal, Vol 10, No 2, (2016), h. 18.
4
berhadapan dengan penegak hukum Negara. Individu yang tidak dapat
tahanan atau masa hukuman yang disebabkan oleh perilaku di masa lalunya
Rumah Tahanan untuk dibina, pembinaan ini dilakukan dengan harapan dapat
Warga Binaan yang telah bebas yang sering dianggap sebagai sampah
yang merugikan orang lain sehingga dibina di Rumah Tahanan yang dikenal
buruk ataupun tempat bagi orang yang mempunyai masalah hukum. Coleman
8
Dwianto Bayu Susanto, “Pola Pelaksanaan Bimbingan Narapidana Selama Pembebasan
Bersyarat Untuk Tidak Melakukan Tindak Pidana (Studi di Balai Pemasyarakatan Kelas AI Malang)”,
(Jurnal Ilmiah,Universitas Brawijaya, 2013), h. 1.
9
Yuyun Nurulaen, Lembaga Pemasyarakatan masalah dan solusi, ( Bandung: Marja, 2012), h. 13.
5
Diperlukan Sosialisasi, yaitu kepercayaan, informasi, norma. Tiga hal ini
binaan pasca bebas terdapat pada citra diri yang buruk ada pada masyarakat,
oleh karena itu masyarakat berpandangan bahwa orang yang telah keluar dari
penjara atau orang yang telah habis masa tahanannya masih sering dianggap
dan adanya ketakutan pada mantan narapidana ini akan menyebabkan dampak
negatif bagi usaha yang di bangun dimasyarakat.11 Citra diri sebagai mantan
dari masyarakat.
lakukan guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satu kondisi yang
6
ekonomi yang rendah atau kemiskinan, tetapi suatu kenyataan yang sulit
warga binaan akan sulit dalam mencapai aktualisasi diri setelah mereka
dan citra buruk yang didapat dari latar belakang mantan narapidana yang
sulitnya mencari pekerjaan dan pasangan hidup, kebutuhan rasa aman yang
membuat warga binaan setelah bebas merasa cemas akan rasa aman dan
kebutuhan akan dihargai sulit didapatkan oleh warga binaan karena citra
buruk yang melekat pada diri mereka yang menyebabkan mantan narapidana
12
Ambar Teguh Sulistiyani, kemitraan dan Model – Model Pemberdayaan, (Jogjakarta: Gava
Media, 2004), h. 17.
13
Utami, R. S., & Magdalena, M. Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat,
2020, h. 3.
7
dipandang rendah oleh masyarakat, karena hambatan-hambatan yang harus
dilalui oleh warga binaan dalam mencapai aktualisasi atau kebutuhan agar
dapat menggunakan bakat diri, potensi diri serta menggunakan kualitas dan
kapasitas yang ada pada diri narapidana, salah satu bimbingan yang dapat
diberikan adalah bimbingan sosial yang dapat membantu warga binaan dalam
yang sesuai dengan norma dan aturan yang ada, selain itu juga sebagai
masalah-masalah sosial.
sosial dalam upaya membantu aktualisasi diri untuk warga binaan yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sabar Anju Padang selaku Ketua
agar mereka dapat mengaktualisasikan diri pasca bebas dari Rumah Tahanan
diterapkan melalui sidang TPP di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi yang
14
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling….... h. 82.
8
terletak di Jl.Tjoekoel Soebroto, Klp. Tujuh, Kec. Kotabumi Selatan.,
meneliti dan mengkaji lebih lanjut lagi mengenai bagaimana pelaksanaan dari
bimbingan sosial sebagai upaya aktualisasi diri pasca bebas bagi warga
Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan Di Rumah Tahanan
Melatih tindakan dan pola pikir mereka agar dapat memenuhi kebutuhan
2. Batasan Masalah
Bimbingan Sosial yang diterima oleh Warga Binaan pasca bebas dalam
15
Wawancara penulis dengan Bapak Sabar Anju Padang, pada Senin tanggal 22 November 2021
9
b. Subjek penelitian ini hanya pada warga binaan di Rutan Kelas II B
Kotabumi.
D. Rumusan Masalah
Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah
E. Tujuan Penelitian
Bimbingan Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk sumbangan ilmu
2. Secara Praktis
10
Tinjauan pustaka penting dilakukan untuk mengetahui letak
16
Retno Ayu Untari, Pemberdayaan Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP),
Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Apik Mandiri Melalui Agribisnis, Skripsi, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung, 2019.
11
berfokus pada Bimbingan Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca
sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah
12
Pada Waria” di Yogyakarta 2019. Hasil dari penelitian ini adalah ketiga
informan dari penelitian ini telah mengaktualisasikan diri mereka, hal ini
kepuasan hidup yang baik dan keinginan mereka dalam hidup sudah
narasumber (waria).
Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di
H. Metode Penelitian
18
Richard Varianto Setiawan, Aktualisasi Diri Pada Waria, Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas
Psikolgi, Universitas Sanata Dharma, 2019.
13
mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan di lapangan.19
cara terjun langsung ke lokasi penelitian secara faktual dan aktual dari
Kotabumi.
b. Sifat Penelitian
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa di masa
14
yang diteliti yaitu dapat mengetahui bagaimana Pelaksanaan mengenai
2. Sumber Data
tertulis, foto, rekaman dan lain-lain.22 terdapat dua jenis sumber data yang
oleh peneliti dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu
25– 35 Tahun.
22
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 67.
23
Ananta Wikrama Tungga, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 67.
15
, 1 Ketua Tim Pengamat Pemasyarakatan, dan 1 Kepala Rumah
Kotabumi.
a. Observasi
24
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 94.
25
Ibid, h. 70.
16
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak
Kotabumi.
b. Wawancara
26
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 216.
27
Ibid, h. 216.
17
pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.
kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas dan biasanya
wawancara dilakukan.29
dari bimbingan sosial, serta menggali data warga binaan yang mengikuti
c. Dokumentasi
28
Ibid, h. 212.
29
Ibid, h. 212.
18
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.31
datanya sudah jenuh. Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan pada
saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Untuk menyajikan data agar
dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan
a. Pengumpulan Data
30
Ibid, h. 219.
31
Sugiono, Metode Penelitian………,h. 333.
19
kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian
b. Reduksi Data
c. Penyajian Data
memberikan tindakan.
d. Penarikan Kesimpulan
32
Ibid, h. 237.
33
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang
Metode-Metode Baru, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h.16-18.
20
I. Sistematika Penulisan
Bab I, berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah, fokus dan
Bab II, pada bab ini memuat uraian tentang landasan teori yang terkait
dengan dua sub tema yaitu yang pertama ada pengertian bimbingan sosial,
sosial, tujuan bimbingan sosial. Yang kedua yaitu pengertian aktualisasi diri
warga binaan, aspek- aspek aktualisasi diri warga binaan, cara mencapai
seperti sejarah berdirinya Rumah Tahanan kelas IIB Kotabumi, visi dan misi,
fakta dan data penelitian dalam pelaksanaan bimbingan sosial dalam aktualisasi
warga binaan.
Bab IV, adalah analisis penelitian yang meliputi analisis data yang telah
dilakukan oleh peneliti yang fakta dan terarah tentang pelaksanaan bimbingan
penelitian.
21
BAB II
A. Bimbingan Sosial
hubungan sosial baik yang sesuai norma dan aturan yang ada, selain itu juga
sosialnya.35
34
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012), h. 82.
35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Intregrasi) (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013). h. 125.
36
Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizki Press,
2009),h.55.
22
Samsul Munir menjelaskan bahwa pengertian bimbingan sosial
adalah suatu usaha dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal dan
ada dan mengem bangkan sesuai dengan norma - norma yang berlaku,
sekitar.
tidak efektif jika tidak memberikan fungsi atau keuntungan tertentu, oleh
dengan sehat.38
37
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 61.
38
Inge Noermalasari, “ Pelaksanaan Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Pecandu Napza di UPT Rehabilitas Sosial Anak Nakal dan Korban Napza (ANKN), Vol 5, No 2,
(2016), h. 5.
23
a. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan sosial, konselor secara
dan kelebihan dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada di
individu tidak terpecah lagi dan dapat mengintegrasi diri dalam segala
d. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan sosial digunakan
sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih
sehat.
24
g. Menghilangkan gejala-gejala yang fungsional. Konselor membantu
dengan lingkungan sosial, terutama dalam tata cara pergaulan yang dilandasi
39
Tohirin, Bimbingan dan Konseling……, h. 27.
25
a. pemantapan kemampuan berkomunikasi dengan baik melalui ragam lisan
tinggi tata krama, sopan santun, nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu,
bersifat logis, efektif, dan produktif. Disamping itu juga memuat materi
40
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka cipta,2004), h.
64.
41
Ibid , h. 30.
26
yang berlandaskan norma dan nilai agama maupun adat istiadat yang
berlaku, serta mengenalkan pada pola yang mengarah pada hidup sederhana,
kelemahan diri dan cara dalam pengambilan keputusan yang tepat serta
lingkungan sosial.
sosial.43
mematuhi peraturan yang ada pada lingkungan sekitar dan individu mampu
42
Dewa Ketut Sukardi, 2010, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Rineka Cipta: Jakarta, 2010), h. 36.
43
Tohirin, Bimbingan dan Konseling……..., h. 127.
27
individu dibantu untuk menjalani kewajiban-kewajiban mengembangkannya
a. Analisis Kebutuhan
non tes dan tes atau dengan pengumpulan fakta, laporan diri, observasi,
b. Perencanaan
pelaksanaannya.
c. Pelaksanaan
44
Riswani, Antologi Penelitian Bimbingan Dan Konseling, ( LPPM UIN SUSKA:RIAU, 2014), h.
87.
28
Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memperhatikan aspek
bimbingan.45
d. Evaluasi
e. Tindak Lanjut
45
Ibid, h. 87
29
Menurut Hendarno, tujuan bimbingan sosial adalah saling menolong
umum yaitu:
46
Mahdatul Maghfiroh, “Implementasi Bimbingan Sosial Pada Lansia Di Panti Wredha Harapan
Ibu Ngaliyan Semarang; Studi Analisis Tujuan Dan Fungsi BKI,” 2017, (Skripsi, Universitas Negeri
Walisongo Semarang, 2017), h. 31
47
Nurwahida Alimuddin, “Komunikasi Dakwah Dalam Bimbingan Sosial Menumbuhkan Adaptasi
Mad’u,” Al-Mishbah Vol. 10, no. 2, Juli-Desember (2014), h. 245.
48
ibid, h. 246.
30
Berdasarkan tujuan bimbingan sosial diatas, dapat disimpulkan
begitu berat yang dialami oleh warga binaan pasca bebas. Dikarenakan
perubahan kondisi sebelum masuk lapas, dalam kondisi ini peran dari
sikap yang terjadi mental yang mulai stabil, kesadaran diri akan apa yang
31
c. Bimbingan Sosial Masyarakat
berbagai macam kegiatan seperti kerja bakti antar sesama serta olahraga
ialah kebutuhan yang alami dan tidak ditekan oleh suatu budaya.50
mencari jati diri dan mengembangkan potensi dan sifat-sifat yang ada dalam
diri. Aktualisasi akan berubah sesuai dengan perjalan hidup individu ketika
49
T F Giyandri, “Penerapan Bimbingan Sosial Pada Anak Pelaku Pidana Narkotika Di Lpka
Tangerang,” Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik Vol 9, no. 1 (2020), h. 108.
50
Hayail Umroh, Perempuan dan Aktualisasi, Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan
Anak, Vol 7, NO 1, (2018), h. 49.
32
yang mempunyai prilaku menyimpang pada dasarnya bukan disebabkan
oleh sifat yang negatif, namun disebabkan karena individu tersebut tidak
memberikan perhatian pada manusia, terutama pada nilai - nilai moral dan
martabat secara penuh. Hal tersebut akan tercapai bila melalui penyaluran
kita bisa” kebutuhan ini persoalan tentang diri yang ingin menjadi sempurna
51
Sundarsana, Gede Nugraha, Pengaruh Cybertherapy Terhadap Pengembangan AktualisasiDiri
Remaja Kelas XI SMA Negeri 1 Singaraja, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 1, No 1, (2017),
h. 21.
52
Syauta, Betsy AmandaYuniasanti, RenySyauta, Kerja Pada Wanita Karir di PT Kusuma
Sandang, Universitas Yogyakarta, Vol 17, NO 1 (2015), h. 51.
53
C.George Boeree, Personality Theoris Melacak Kepribadian Anda Melalui Psikolog Dunia,
(Yogyakarta: Prismasophie, 2010), h. 258.
33
pemasyarakatan”. Penggolongan warga binaan yang diatur dalam beberapa
1. Narapidana
a. Narapidana Laki-Laki.
b. Narapidana wanita.
tahun.
negara untuk di didik dan ditempatkan di Lapas anak paling lama sampai
c. Anak sipil anak yang atas permintaan orang tua atau walinya
3. Klien Pemasyarakatan
a. Terpidana pemasyarakatan.
54
Republik Indonesia, UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Journal of Geotechnical
and Geoenvironmental Engineering ASCE, Vol 120, No 11, (1995), h. 259
34
d. Anak negara yang berdasarkan keputusan menteri atau pejabat di
e. Menyampaikan keluhan;
lainnya;
keluarga;
yang berlaku.56
55
Ibid, h. 259.
56
Ibid.h. 9.
35
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa warga
pada tujuan yang bermanfaat baik untuk diri sendiri dan keluarganya
adalah:
hati.
mempunyai rasa tanggung jawab yang besar atas tugas yang ia miliki, hal
36
c. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri
banyak.57
bahwa individu memiliki sikap asli yang inventif dan inovatif meski
belajar dari siapa saja yang mengajarkan, mampu bertingkah laku lebih
57
Mohamad Redohin Akbar, Hubungan Aktualisasi Diri Dengan Komitmen Organisasi Pada
Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) Komunitas Musik Studio Tiga Periode 2017,( Skripsi, Universitas
Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018), h. 23-24.
58
Anggisari,Inka, Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kuatnya Stimulan Pada Penyandang Disabilitas
Dewasa, (Artikel Umum, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2018), h. 4.
37
Menurut Maslow, mencapai taraf aktualisasi diri tidaklah mudah
karakter.
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri maupun dari
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, cemas akan hari esok dan sulit dalam
59
Syafitri, Selviana., Pembinaan Harga Diri dan Kepercayaan dengan Aktualisasi Diri pada
Komunitas Modern Dance di Samarinda.eJournal Psikologi, Vol 2, NO. 2, (2014), h. 99.
38
a. Dorongan karena kekurangan,kekurangan yang ada pada diri individu
tersebut, baik dalam segi fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta.
dimilikinya.
akan termotivasi dengan rasa tidak puas dan rasa ingin lebih karena ingin
terbaik.60
Ada delapan model tingkah laku yang harus dipahami dan dilakukan
60
Hasneli, Gambaran Aktualisasi Diri Penyandang Tuna Netra(Studi pada Boy Sandi Penyanyi
Minang, e-journal Psikologi Islam, Vol 9, NO 2,(2018), h. 34.
39
a. Lakukan segala sesuatu dengan utuh dan tanpa pamrih. Masukan diri ke
menyerap mu.
rasakan.
d. Apabila ragu jujurlah. Jika melihat ke dalam dirimu dan jujur, kamu akan
e. Dengar dengan hal yang kamu sukai, bersiaplah untuk tidak popular.
mampu untuk melakukan hal baru dengan sepenuh hati, bertanggung jawab,
61
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadia n. (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah),
h. 209.
40
pelajaran dari setiap kejadian yang dilalui, agar individu mampu
beberapa kebutuhan pokok. Hal ini juga dikemukakan oleh maslow bahwa
Maslow”, dimulai dari kebutuhan biologis dasar motif psikologis yang lebih
a. Kebutuhan Fisiologis
b. Kebutuhan Keamanan
tidak adil.
62
Taty Fauzi, Pelaksanaan Pelayanan Konseling Kelompok, ( Jakarta:Tirasmart 2018), 11.
41
c. Kebutuhan sosial
a. Kebutuhan Pertumbuhan
diberikan kepadanya baik itu hal baru ataupun hal yang sudah
dikuasainya.
potensi yang ada, kemampuan dan bakat yang ada dalam diri individu
42
mendapat dukungan berupa fasilitas dan kesempatan yang diberikan
d. Kebutuhan Dorongan
64
Arianto, T. Erlita Ervina, Analisis Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri, Penghargaan dan
Kebutuhan Sosial Terhadap Pengembangan Karir, Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, Vol 9, No 1, (2021),
100 - 101.
43
BAB III
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kotabumi diresmikan pada tanggal 21 Maret
2006. Dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP dan PP No. 27
tahun 1983 tentang pelaksanaan UU NO.8 tahun 1981, dikenal sebuah Institusi baru
yakni Rumah Tahanan Negara.
Salah satu fungsi utama Rutan adalah: memberikan Pelayanan kepada Tahanan,
didalamnya tercakup Perawatan dan Kesehatan Tahanan, Pembinaan, Bantuan Hukum,
Penyuluhan Jasmani dan Rohani serta Pembinaan Bimbingan Kegiatan untuk Tahanan
sesuai dengan apa yang menjadi tupoksi dalam rutan.
44
Pemasyarakatan sebagai proses akhir dari sistem pemidanaan. Dengan adanya Rumah
Tahanan Negara maka pelaksanaan wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan
tahanan ini berada pada Kepala Rumah Tahanan Negara beserta staf – stafnya dan
tanggung jawab yuridisnya berada pada Pejabat yang memerintahkan penahanan.
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kotabumi sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang menekankan perlindungan, pelayanan, perawatan
dan pembinaan bagi para Tahanan maupun Warga Binaan yang melayani wilayah hukum
kabupaten Lampung Utara.
Email : rutankotabumi01@gmail.com
1) 1 Kepala Rutan
2) 1 Kepala Subseksi Pelayan Tahanan
3) 1 Kepala Subseksi Pengelolaan Rutan
4) 1 Kepala Pengamanan Rutan
5) 59 Petugas (PNS&CPNS)
45
B. Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi
1.) Aula
2.) Parkiran pegawai dan pengunjung dari keluarga warga binaan
3.) Ruang tunggu dari keluarga warga binaan
4.) Masjid untuk beribadah warga binaan Beragama muslim
5.) Lapangan futsal untuk warga binaan
6.) Lapangan basket
7.) Lapangan futsal
8.) Perlengkapan salon/cukur rambut
9.) Bengkel las
10.) Perlengkapan mabel
11.) Ruangan kerajinan tangan
12.) Ruangan para pegawai lembaga pemasyarakatan
13.) Kebun warga binaan
14.) Kolam budi daya ikan
15.) Kantin untuk keluarga warga binaan
Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini juga memiliki tembok yang tinggi
dipenuhi oleh besi tajam diatasnya dari pintu depan sampai kebelakang, keliling lembaga
pemasyarakatan dan di setiap 4 sisi ada pos penjagaan yang berdiri tinggi mengitari
lembagapemasyaraktan itu. Bedasarkan wawancara bersama bapak Muhammad Hadidi:
“semua fasilitas diatas masih terawat dan masih bisa digunakan selayaknya semua
masjid dan kantin tempat berkunjung keluarga yang sedang direnovasi bersama dengan
warga binaan yang berada dalam Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi tersebut
sekalian melatih skill narapidana dan ada kebun yang diberikan pada warga binaan
yang ingin bertani, lalu hasilnya untuk konsumsi warga binaan nantinya apabila sudah
dapat dipanen”
Di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini bukan hanya ada warga binaan tapi
ada juga tahanan. Warga binaan paling banyak di lembaga pemasyaraktan ini adalah
warga binaan narkotika sekitar 70 % dan beberapa kasus lainnya. Adapun data jumlah
warga binaan dan tahanan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi bedasarkan kejahatan
atau tindak pidana yang dilakukannya yaitu sebagai berikut:
Tabel I
46
Data Penghuni RUTAN Kelas II B Kotabumi
2. VISI, Misi, Tata Nilai, Tugas Pokok, Fungsi Rumah Tahanan Kelas IIB
Kotabumi
a. Visi dan Misi
1) Visi
"Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum"
2) Misi
C. TATA NILAI
1) Profesional : Aparatur Kementerian Hukum dan HAM adalah aparat yang bekerja
keras untuk mencapai tujuan organisasi melalui penguasaan bidang tugasnya,
menjunjung tinggi etika dan integirtas profesi;
2) Akuntabel : Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku;
3) Sinergi : Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama
yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan
untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat, dan berkualitas;
4) Transparan : Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai;
5) Inovatif : Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreatifitas dan
mengembangkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
47
D. MOTTO
1. “Tiada hari tanpa berbuat kebaikan”
E. TUGAS POKOK
Rumah Tahanan Negara memiliki tugas pokok melaksanakan perawatan terhadap
tersangka atau terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
F. FUNGSI
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Rumah Tahanan
Negara menyelenggarakan fungsi:
48
7) ASEPH ALFA TIRTA sebagai PENGELOLA PEMBIMBINGAN
KEMANDIRIAN
49
G. Program Pencapaian
Sebagai upaya mewujudkan visi dan misi kami, serta meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat dan warga binaan maka telah kami lakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
“Warga binaan mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal, seperti dalam kegiatan di
kehidupan sehari-hari, kesulitan dalam berkomunikasi dengan individu lain, sulit juga
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, serta memiliki tingkat emosi yang
tidak stabil. Kami mendidik warga binaan di sini agar memiliki mental yang kuat serta
memiliki kelebihan dalam bersosial. Makanya kami berusaha untuk memberikan motivasi,
reward, pemberian arahan, penyesuaian perbaikan dan perkembangan, agar semangat
mengikuti pembinaan, agar mereka bisa memiliki kelebihan dengan mengikuti pembinaan-
pembinaan yang ada di Rumah Tahanan”.65
65
Wawancara penulis dengan Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022
pukul 10.15.
50
b. Kesulitan dalam memahami materi pembinaan, dikarenakan beberapa warga binaan
tidak memiliki riwayat pendidikan serta memilki kepribadian yang tertutup maka
warga binaan sangat kesulitan dalam pemahami materi pembinaan.
c. Penyesuaian diri, kepribadian yang tertutup warga binaan tidak saja berpengaruh
terhadap memahami materi pembinaan, melainkan berpengaruh juga terhadap
penyesuaian diri. Warga binaan harus mendapakan porsi pembelajaran untuk
meningkatkan sosial sosialnya.
d. Kepribadian dan emosi, karena kondisi mentalnya warga binaan sering menampilkan
kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga kacau, sering
termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukkan sikap, marah-marah, mudah
tersinggung, mengganggu orang lain atau membuat kacau dan bahkan merusak.
51
“Yang pertama dilakukan yaitu, sosialisasi kepada warga binaan mengenai
bimbingan sosial yang ada di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini. Sosialisasi
dilakukan guna memperkenalkan apa maksud dan tujuan dari bimbingan sosial yang
akan diikuti oleh setiap warga binaan. Kemudian pembimbing pemasyarakatan
melakukan assesment dan identifikasi warga binaan.”.66
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian layanan bimbingan sosial adalah
warga binaan dapat mencapai dan mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat
bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri setelah bebas
dari Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak
Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH dalam wawancaranya:
“Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian bimbingan sosial ini, yaitu
bagaimana warga binaan-warga binaan ini setelah bebas nanti bisa mengembangkan
kemandirian dan sosialnya di lingkungan masyarakat. Kemudian warga binaan-warga
binaan ini bisa menentukan arah hidup dan karirnya mau kemana setelah bebas dari
Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi”.68
66
Wawancara penulis dengan Bapak Mukhlisin Fardi, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022 pukul 10.15.
67
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
68
Wawancara penulis dengan Mukhlisin Fardi, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022 pukul 11.00.
52
Program penanganan warga binaan ini disusun dengan beberapa hal terkait
seperti memilih materi yang tepat, kemudian membentuk layanan dan kegiatan yang
sesuai, mengatur jadwal pelaksanaan, kerjasama serta teknis dan strateginya. Untuk
lebih jelasnya berikut ini gambaran susunan program:
“Penyusunan Program ini diadakan guna memudahkan dalam
pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, supaya materi yang disiapkan dapat
mengasah kemampuannya dalam bidang sosial tersebut”.69
Tabel II
Program Warga Binaan RUTAN Kelas II B Kotabumi
2) Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan dengan permasalahan dan
minat bakat warga binaan yang telah dipilih. Dalam setiap kelompok sosial terdapat
satu pembimbing yang akan membimbing serta mengajarkan warga binaan pada
bidang sosial tertentu, misalnya mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas,
pentingnya memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati,
kiat-kiat bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diridan
lain sebagainya. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak M Amran Faisol dalam
wawancaranya:
“Pembentukan kelompok ini diadakan guna membantu warga binaan agar terfokus
dalam memecahkan permasalahan sosial mereka, supaya mereka dapat mengasah
kemampuannya dalam bidang sosial tersebut. Dalam setiap kelompok sosial
didampingi oleh satu pembimbing yang ahli dalam bidang sosial tersebut”.70
69
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
70
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
53
akan mengajarkan, melatih, memberi arahan serta membimbing para warga binaan
agar mereka dapat mencapai indikator yang diharapkan.
b) Layanan informasi
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu warga binaan yang terkait untuk dapat menerima dan memahami
informasi yang mereka perlukan untuk bahan membuat perencanaan atau
pengambilan keputusan. Layanan informasi yang diberikan di Rumah Tahanan
Kelas IIB Kotabumi berjalan secara terus menerus dan berkelanjutan yaitu dari
awal pendataan personil pembinaan hingga warga binaan merasa dapat
berinteraksi dengan masyarakat luar setelah masa tahanan habis. Materi terkait
dengan keterampilan sosial yang pernah diberikan oleh pembimbing
pemasyarakatan antara lain komunikasi dengan orang sebaya, persahabatan,
akhlak mulia dan memahami potensi diri. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak
Bapak M Amran Faisol dalam wawancaranya:
“Proses bimbingan sosial disini awalnya berdoa seperti biasanya, setelah itu baru
pengenalan proses pembinaan sosial untuk warga binaan yang sudah paham. Dan
lebih banyak mempraktekkan dan sering-sering menjelaskan”.73
“Kondisi warga binaan mengakibatkan materi sosial yang saya ajarkan sulit
dimengerti oleh mereka, untuk itu materi sosial harus di ulang-ulang sampai mereka
mengerti. Hal ini dilihat dari proses bimbingan sosial pertama kalinya, belum sesuai
72
Ibid
73
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
55
dengan tahapan-tahapan yang sudah diajarkan oleh pemimbing RUTAN Kelas IIB
Kotabumi”.74
Berdasarkan tabel diatas, bimbingan sosial pada diri warga binaan baik
secara sikap dan perilaku dapat di nilai cukup memberikan hasil yang baik dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka mampu memahami tentang
materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing dan menciptakan perilaku yang
baik dari pada sebelumnya. Perubahan yang nampak dari keberhasilan yang terjadi
pada warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi, adalah kepercayaan
diri, mampu mandiri, dalam berinteraksi meningkat, mampu beradaptasi dengan
baik dari pada sebelumnya memiliki sikap yang tenang lebih dari sebelumnya,
meningkatkan ke-optimisan serta kr eativitas dalam mengikuti kegiatan bimbingan
sosial, dan lebih lagi memahami kemampuan yang ada didalam diri. Semua itu
terwujud menjadi satu didalam diri warga binaan pada saat evaluasi program
pembinaan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak M Amran Faisol :
“warga binaan-warga binaan yang mengi kuti sosial ini awal mereka masuk sulit
untuk berinteraksi, latihan beberapa kali hingga 2 bulan pun ada yang belum bisa,
contohnya seperti bekerja sama dengan warga binaan lain dan berinteraksi dengan
bahasa yang baik, apalagi sampai selesai proses praktek mereka belum bisa, karna
mereka merasa minder sebagai warga binaan jadi tidak mandiri, tapi kami selalu
berusaha mendorong dengan motivasi dan memberikan arahan terus menerus
dengan memenuhi hak-hak mereka sebagai layaknya keluarga mereka”.75
Wawancara dengan warga binaan yang berinisial B.W: “pada awal pembinaan
sudah diajarkan untuk berinteraksi dengan kemampuan masing-masing karna
sudah diberi contoh oleh pembimbing, saat itu belum bisa dan masih belum
percaya diri pada potensinya, alhamdulillah sekarang dia sudah bisa untuk
terbiasa berinteraksi dengan warga binaan yang lain dan memiliki beberapa
teman, karna dia sudah mencoba pelan-pelan untuk percaya dengan potensi diri
sendiri dan lebih bersemangat”.77
Wawancara dengan warga binaan yang berinisial B.A: “yang dirasakan saat itu
ketika sudah sering mengikuti sosial namun masih sulit untuk mempraktikannya,
dikarenakan merasa segan dengan orang lain. Pada saat pembinaan sosial masih
merasa cemas sulit beradaptasi dengan teman-temannya. Tapi sekarang dia sangat
senang sudah bisa mampu bersosialisasi sendiri dan bisa berbaur dengan teman-
temannya.78
Wawancara dengan warga binaan yang berinisial R.R : “warga binaan say:
“pada awal mengikuti bimbingan sosial saya hanya merasa untuk sekedar ikut saja
untuk mengikuti kegiatan tersebut, dan juga merasa sulit untuk dapat bekerja sama
dengan teman yang lain, sedikit tersinggungan,. Setelah beberapa bulan mengikuti
kegiatan sosial, sekarang sudah mau bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan dan
bisa diajak bekerja sama dengan teman-temannya yang lain.79
Wawancara dengan warga warga binaan yang berinisial N.W: “Pada waktu
awal-awal masih malu-malu. Tapi lama kelamaan setelah diberi arahan terus
menerus oleh pembimbingnya dia sekarang sudah mau berbaur dengan teman-
temannya yang lain, dan sedikit demi sedikit sudah bisa bersosialisasi.80
76
Wawancara Penulis dengan warga binaan B.W, pada hari Jum’at 25 Februari 2022 pukul 11.00.
77
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan B.W, pada hari jumat 25 Februari 2022 pukul 10.00.
78
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan B.A, pada hari jumat 25 Februari 2022 pukul 10.00.
79
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan R.R, pada hari sabtu 26 Februari 2022 pukul 10.00.
80
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan N.W, pada hari sabtu 26 Februari 2022 pukul 14.00.
58
Namun sekarang sudah memiliki rasa percaya diri, dan sikap itu terwujudkan pada
warga binaandalam membuat sosial dengan bersama-sama, bergotong-royong
saling berkerja sama untuk menyelesaikan pembuatan sosial didepan para
pembimbing dan anggota bimbingan sosial yang lain.
Dari proses wawancara terhadap hasil sikap mandiri dari warga
binaansetelah kegiatan bimbingan sosial, sebagai berikut:
Tabel IV
Sikap Warga binaan Setelah Mengikuti Bimbingan Sosial
N
Nama Perilaku Setelah Mengikuti Bimbingan Sosial
o
sudah bisa mengenali alat-alat sosial yang akan
1 D.S digunakan, kemudian sudah bisa mengerjakan
sosial sendiri.
sudah bisa membuat sosial dan sudah tidak malu-
2 B.W malu untuk mencoba mempraktekkan sosial yang
diajarkan.
sudah merasa percaya diri dan bisa beradaptasi
dengan teman-teman nya, serta tidak lagi
3 B.A
menunggu perintah pembimbing ketika akan
mengerjakan kegiatan sosial.
sudah bisa bekerja sama dengan teman-teman
yang lain, kemudian rasa ketersinggungannya
4 R.R
sudah mulai berkurang dan mau bersungguh-
sungguh mengikuti kegiatan bimbingan sosial.
sudah lebih percaya diri, dan tidak malu-malu lagi
5 N.W untuk mengikuti proses bimbingan sosial dengan
teman-temannya yang lain.
Sumber: wawancara Warga Binaan RUTAN Kelas IIB Kotabumi 2021.
59
keberhasilan bimbingan sosial sehingga membuat warga binaanikut serta dengan
kesungguhan dalam proses bimbingan sosial hal itu sejalan dengan sikap kemandirian
yang terlihat dari warga binaan-warga binaandimana kepercayaan diri warga
binaankepada pembimbing serta satu sama lain timbul dan warga binaansecara aktip
terlibat dalam proses bimbingan sosial.
Pembinaan ini berjalan bersamaan saja dengan kegiatan harian narapidana di RUTAN
ini.
Sebagaimana yang dikatakan Bapak M Ahmad Faisol :
“Pembinaan yang ada di RUTAN ini hanya meliputi pembinaan tersebut saja.
Pembinaan terhadap narapidana tidak memenuhi tahap-tahap pembinaan sesuai yang di
atur di dalam UU Pemasyarakatan, yang kemudian diperjelas dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan”81
81
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
60
terhadap kualitas pembinaan terhadap narapidana. Pembinaan pendidikan dapat
memberikan ilmu pengetahuan bahkan membuka cara berpikir dan bertingkah
laku dari narapidana tersebut. Satu-satunya pendidikan yang diterima narapidana
di RUTAN ini adalah pendidikan non-formal. Namun, realitasnya pendidikan
non-formal ini juga masih jauh dari kata baik, dikarenakan kurangnya sarana dan
prasarana yang mendukung. Hal ini ditandai dengan kurangnya media
pembelajaran mandiri seperti kurang lengkapnya buku-buku pembelajaran dan
rendahnya minat baca dari narapidana itu sendiri.
b. Faktor Kepribadian Narapidana
Dalam proses pembinaan, kesadaran diri sendiri sangatlah penting. Proses
pembinaan tidak akan bisa berjalan sempurna jika tidak ada kesadaran dan
keinginan yang kuat dari dalam diri narapidana itu sendiri. Realitasya,
narapidana di RUTAN ini banyak yang kurang memiliki kesadaran dan
keinginan untuk mengikuti pembinaan yang diadakan. Dapat dilihat dari jumlah
narapidana yang biasanya mengikuti pembinaan kerohanian yang tidak sesuai
dengan jumlah narapidana yang ada di dalam RUTAN. Dilihat juga banyak
narapidana yang masih belum mengerti arti dan tujuan dari pembinaan yang
dilakukan di dalam RUTAN. Hal ini membuat pembinaan yang dilakukan pun
sulit untuk dapat mengubah diri dan sifat dari narapidana tersebut. Karena pada
dasarnya pembinaan sangat bergantung besar pada kesadaran, keinginan, dan
tekad yang besar dari si narapidana tersebut.
2. Faktor Eksternal
a. Dana
Dana merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pembinaan
narapidana. Karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan sarana dan prasarana
untuk menjalanan pembinaan. Namun, realitasnya RUTAN Kelas II B Lampung
Utara memiliki dana yang tidak memadai untuk memberikan pembinaan yang
sempurna terhadap narapidana.
61
pembinaan yang sempurna. Padahal, pada hakikatnya narapidana memiliki
beberapa hak yang diatur dalam UU Pemasyarakatan, yang salah satunya mereka
memiliki hak untuk menerima pembinaan. Tetapi, karena kurangnya perhatian
terhadap RUTAN yang dijadikan tempat sebagai menahan narapidana membuat
proses pembinaan tidak dapat dijalankan secara sempurna oleh petugas RUTAN
tersebut
b. Sarana dan fasilitas
Sarana dan fasilitas RUTAN merupakan hal yang sangat penting juga untuk
berjalannya proses pembinaan dengan sempurna. Bangun RUTAN Kelas II B
Kotabumi ini dapat dikatakan cukup sempit untuk daya tampung tahanan serta
narapidana yang sebanyak 350 orang dengan kapasitas seharusnya hanya sanggup
menahan 300 orang. Bagaimana mungkin para tahanan dan narapidana dapat
menerima dengan baik pembinaan yang dilakukan jika sarana dan fasilitas yang
ada tidak dapat memberikan rasa nyaman bagi si terpidana. Pembinaan yang
diberikan terasa percuma jika mereka di tempatkan di tempat yang sebenarnya
dapat memberikan perasaan tertekan dan stress.
Luas kamar tahanan yang panjang hanya 8 meter dan lebar 5 meter
pastinya akan membuat narapidana berdesakan sehingga membuat mereka merasa
tidak nyaman dan stress. Pembinaan yang dilakukanpun akan terhambat karena
pikiran dan perasaan mereka terhambat. Dengan perbandingan kapasitas dan
jumlah tahanan yang ada di RUTAN tersebut dapat dikatakan sudah melebihi
kapasitas (Overcapacity).
c. Kurangnya tenaga pembina
Kurangnya tenaga pembina membuat tidak semua tahapan pembinaan
dan program pembinaan dapat dilakukan di RUTAN ini. Karena pada dasarnya
yang perlu diingat lagi bahwa RUTAN bukan sebagai tempat pembinaan bagi
narapidana membuat kurang diperhatikannya petugas pembina di RUTAN ini.
Sehingga, RUTAN Kelas II B Kotabumi ini hanya dapat memberikan
pembinaan sebisa yang mereka mampu saja. Pembinaan yang tidak sesuai tahap
dan tidak berdasar pada program pembinaan yang sudah diatur.
Sedangkan faktor pendukungnya adalah sarana. Dengan memanfaatkan
sarana yang ada di RUTAN warga binaan dapat memahami apa yang dijelaskan.
Karena warga binaan-warga binaan dapat melakukan kegiatan yang dapat
melatih ataupun membiasakan diri untuk melakukan hal yang positif. Selain itu,
kesabaran pembimbing merupakan faktor pendukung yang penting dalam
62
bimbingan. Sebab, menangani atau membimbing warga binaan diperlukan
kesabaran yang ekstra. Misalnya, ketika emosi warga binaan tidak stabil marah-
marah tidak jelas maka pembimbing harus dengan sabar mengarahkan warga
binaan agar kegiatan bimbingan sosial dapat berjalan lancar.
Karutan
63
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI
DIRI WARGA BINAAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, bahwa warga binaan di Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi, memiliki permasalahan dalam hal aktualisasi diri misalnya seperti
tidak memiliki keterampilan hidup, rendahnya keterampilan untuk bersosialisasi, merasa
terkucilkan, sulit beradaptasi dengan lingkungan, tertutup, rendahnya sikap empati terhadap
orang lain, dan sulit untuk bekerja sama dengan orang lain. Karena kondisi mentalnya, warga
binaan sering menampilkan kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang
juga kacau, sering termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukkan sikap yang labil,
marah-marah, mudah tersinggung, mengganggu orang lain atau membuat kacau dan bahkan
merusak. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dimiliki, warga binaan membutuhkan
adanya bimbingan, salah satu bimbingan yang dapat diberikan adalah bimbingan sosial yang
dapat membantu mengaktualisasikan diri warga binaan. Di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi
melaksanakan bimbingan sosial untuk warga binan yang mengalami permasalahan dalam hal
aktualisasi diri dengan pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan sosial meliputi penetapan materi layanan, tujuan
yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sember bahan untuk bimbingan sosial,
rencana penilaian, waktu dan tempat. Dalam penelitian ini penetapan materi layanan
dilakukan dengan cara pembimbing pemasyarakatan melakukan sosialisasi terhadap warga
binaan mengenai macam-macam bimbingan sosial yang akan diikuti oleh masing-masing
warga binaan untuk kemudian pembimbing pemasyarakatan menetapkan materi layanan
bimbingan sosial mana yang akan diberikan.
Yang pertama dilakukan yaitu, adanya sosialisasi kepada warga binaan mengenai
bimbingan sosial yang ada di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini. Sosialisasi
dilakukan guna memperkenalkan maksud dan tujuan dari bimbingan sosial yang akan
diikuti oleh setiap warga binaan. Kemudian pembimbing pemasyarakatan melakukan
identifikasi dan assesment kepada warga binaan. Jika warga binaan rutin mengikuti
pembinaan dan berprilaku baik dapat menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk
mendapat potongan masa tahanan, para warga binaan sebelum mengikuti kegiatan
bimbingan sosial harus mengikuti kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh bapak M Amran
Faisol di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi. Menurut warga binaan yang menjadi
sampel, sangat penting sekali adanya kegiatan sosialisasi ini karena mereka dapat mengenal
berbagai macam sosial yang sebelumnya tidak diketahui oleh warga binaan dirumah maupun
dilingkungan sekitarnya karena adanya beberapa fenomena ataupun kebiasaan baru yang ada
di lingkungan masyarakat.
64
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian layanan bimbingan sosial adalah
warga binaan dapat mencapai dan mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat bergaul
dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri setelah bebas dari Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian bimbingan
sosial ini, yaitu bagaimana warga binaan-warga binaan ini setelah bebas nanti bisa
mengembangkan kemandirian dan sosialnya di lingkungan masyarakat. Kemudian warga
binaan-warga binaan ini bisa menentukan arah hidup dan karirnya mau kemana setelah
bebas dari Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Menyusun Program
Program penanganan warga binaan ini disusun dengan beberapa hal terkait
seperti memilih materi yang tepat, kemudian membentuk layanan dan kegiatan yang
sesuai, mengatur jadwal pelaksanaan, kerjasama serta teknis dan strateginya.
Penyusunan Program ini diadakan guna memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan, supaya materi yang disiapkan dapat mengasah kemampuannya dalam
bidang interaksi sosial dan penyaluran bakat yang dimiliki warga binaan tersebut.
b. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan dengan permasalahan dan
minat bakat warga binaan yang telah dipilih. Dalam setiap kelompok sosial terdapat satu
pembimbing yang akan membimbing serta mengajarkan warga binaan pada bidang
sosial tertentu, misalnya mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif, bagaimana cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat
bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri dan lain
sebagainya. Pembentukan kelompok ini diadakan guna membantu warga binaan agar
terfokus dalam memecahkan permasalahan sosial mereka, supaya mereka dapat
mengasah kemampuannya dalam bidang sosial tersebut. Dalam setiap kelompok sosial
didampingi oleh satu pembimbing yang ahli dalam bidang sosial tersebut. Pembentukan
kelompok ini bertujuan untuk melatih warga binaan dalam bidang sosial yang telah
menjadi permasalahan sosial warga binaan, kemudian agar warga binaan dapat fokus
dalam pembinaan sosial tersebut. Dalam setiap bidang sosial akan didampingi oleh
pembimbing yang akan mengajarkan, melatih, memberi arahan serta membimbing para
warga binaan.
65
memahami materi yang diberikan, sehingga warga binaan dapat menerapkan pada diri
mereka.
Melalui Layanan Implementasi penanganan warga binaan dalam rangka
mengembangkan keterampilan sosial warga binaan yang dilakukan dengan layanan
antara lain melalui beberapa layanan, yaitu sebagai berikut:
c) Layanan Orientasi
Layanan orientasi bermaksud membantu warga binaan untuk mengenal dan
memahami lingkugan atau situasi yang akan dimasukinya setelah bebas, sehingga
warga binaan lebih mudah dan lancar dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan
sosial di lingkungan masyarakat yang akan mereka masuki setelah bebas. Salah satu
tujuan yang berkaitan dengan keterampilan sosial adalah agar warga binaan
khususnya dapat menjadi pribadi yang mantap, mandiri serta mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan baik,
sehingga warga binaan tersebut dapat menjalankan kehidupannya dengan baik seperti
warga binaan yang lain.
d) Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu warga binaan yang terkait untuk dapat menerima dan memahami
informasi yang mereka perlukan untuk bahan membuat perencanaan atau
pengambilan keputusan. Layanan informasi yang diberikan di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi berjalan secara terus menerus dan berkelanjutan yaitu dari awal
pendataan personil pembinaan hingga warga binaan merasa dapat berinteraksi
dengan masyarakat luar setelah masa tahanan habis. Materi terkait dengan
keterampilan sosial yang pernah diberikan oleh pembimbing pemasyarakatan antara
lain komunikasi dengan orang sebaya, persahabatan, akhlak mulia dan memahami
potensi diri. layanan ini bertujuan agar warga binaan dapat menjalani tugas-tugas
perkembangan, khususnya tentang keterampilan sosial dan perkembangan pribadi
sehingga warga binaan dapat mengaktualisasikan diri mereka setelah bebas dari masa
tahanan. Pada bagian ini peran yang diambil pembimbing pemasyarakatan, dengan
menjelaskan tentang pentingnya bahwa mengembangkan keterampilan sosial dan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dengan arahan tersebut diharapkan oleh
warga binaan dapat menjalani kehidupannya seperti masyarakat pada umumnya.
67
yang memberikan bimbingan sangat berpengaruh terhadap proses warga binaan dalam
mengembangkan kemandirian dan kreativitas.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan
sosial dalam mengembangkan aktualisasi diri warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi meliputi tiga tahapan, yaitu: Pertama, perencanaan kegiatan yaitu meliputi
penetapan materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber
bahan untuk bimbingan sosial, rencana penilaian, waktu dan tempat. Kedua, pelaksanaan
kegiatan yaitu mencakup menyusun program, pembentukan kelompok dan implementasi
program pengenalan melalui 2 layanan yaitu layanan orientasi dan layanan informasi.
Ketiga, evaluasi kegiatan bimbingan sosial, bahwa bimbingan sosial pada diri warga binaan
baik secara sikap dan perilaku dapat di nilai cukup memberikan hasil yang baik dan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka mampu memahami tentang materi-materi yang
disampaikan oleh pembimbing dan menciptakan perilaku yang baik dari pada sebelumnya.
Perubahan yang nampak dari keberhasilan yang terjadi pada warga binaan di Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi adalah kepercayaan diri, mampu mandiri, dalam berinteraksi
meningkat, mampu beradaptasi dengan baik dari pada sebelumnya memiliki sikap yang
tenang lebih dari sebelumnya, meningkatnya ke-optimisan serta kreativitas dalam mengikuti
kegiatan program pembinaan, dan lebih lagi memahami kemampuan yang ada didalam diri.
B. Saran
Setelah pembahasan penelitian skripsi ini, sesuai harapan peneliti agar skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, maka peneliti ingin menyampaikan saran –saran
sebagai berikut:
1. Kepada pembimbing di harapkan untuk terus memberikan perhatian, arahan, motivasi
agar warga binaan didik di rutan mentalnya secara bertahap dan menjadi lebih baik.
2. Untuk warga binaan diharapkan dapat menyadari bahwa kekurangan yang ada pada diri
masing-masing bukanlah sebuah aib dan lebih bersemangat lagi dalam menjalani
kehidupan bersosialisasi dengan teman-teman dan lebih optimis untuk menjalani
kehidupan di masa depan.
3. Untuk Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi, di harapkan mampu meningkatkan sarana
dan prasarana media pembantu agar dapat lebih mengimplementasikan metode dan
materi yang inovatif agar terciptanya kelancaran proses pembinaan di Rumah Tahanan
Kelas II B Kotabumi.
4. Melalui penelitian yang dilakukan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi, alangkah baiknya
apabila tahan sementara dan Narapidana tidak digabungkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hal ini dilakukan agar para petugas pembina dapat melakukan
70
pembinaan terhadap Narapidana dengan baik dan secara efektif menurut undangundang.
Dikarenakan dalam peraturan perundang-undangan tidak ada diberikannya pembinaan
terhadap tahanan sementara di RUTAN.
5. Menurut penjelasan yang penulis lakukan terhadap penelitian ini, bahwa pembinaan
yang ada di RUTAN memiliki beberapa hambatan. Salah satunya dilihat dari faktor
eksternal, yaitu berupa kurangnya dana pembinaan, tenaga pembina, serta sarana dan
prasarana. Sehingga, alangkah baiknya apabila hambatan-hambatan yang ada dapat
dipenuhi kebutuhannya agar pembinaan dapat berjalan dengan baik.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ananta Wikrama Tungga, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: AMELIA Surabaya. 2003.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2006.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.
Dr.Cornelis George Bore, Personality Theories Melacak Kepribadian Anda Melalui Psikolog
Dunia. Yogyakarta: Prismasophie. 2010.
Eli Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara. 2012.
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia. 2007.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2015.
Riswani, Penelitian Bimbingan dan Konseling. Riau: LPPM UIN SUSKA. 2014.
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010
Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press. 2009.
72
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Intregrasi). Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2013.
V. Mark Durand dan David H.Barlow, Teori Humanistic Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2006.
Sumber Ilmiah
Ahmad Sanusi, ‘Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan Negara di Luar Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia’, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 10 No 2, 2016.
Azmah Tafwidli Rahmi, Santi Susanti dan Herlina Agustin, ‘Pencarian informasi melalui
televisi dan film oleh tunarungu di Sumedang Information Seeking through Television
and Films by Deaf People’, Vol.5 No.1, 2021.
Betsy Amanda Syauta dan Reni Yuniasanti, Kerja Pada Wanita Karier di PT Kusuma Sandang
Mekar Jaya The Relationship Between Needs Of Self-Actualization and Working
Motivation in Career Women In PT Kusuma’, Vol. 17 No. 1, 2015.
Fitra Meri Aulia Riska, ‘Ganbaran Aktualisasi Diri Penyandang Tuna Netra (Studi pada Boy
Sandi Penyanyi Minang)’, Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam, Vol. 9 No. 1, 2019.
Hanum Aisharahma dan Ana Irhandayani, ‘Modal Sosial sebagai Sarana Meningkatkan Rasa
Percaya Diri bagi Narapidana untuk Kembali Berbaur dengan Masyarkat’,Kajian
Budaya,Perpustakaan. Vol. 4 No, 4. 2020.
Hasruddin Nur, Interaksi antara sesama warga binaan di rutan kelas II B Enrekang Kabupaten
Enrekang’, Phinisi Integration Review, Vol. 1 No. 1, 2018.
Hayail Umroh, ‘Perempuan dan aktualisasi’,Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan
Anak, Vol. 7 No. 1, 2018.
Indra Prapto Nugroho dan Titi Fariyyah, “Saya Bersyukur Setiap Saat”: Bagaimana
Kebersyukuran Berhubungan dengan Aktualisasi Diri’, Journal Ilmiah Psikologi, Vol. 4
No. 1, 2019.
73
Inge Noermalasari, ‘Pelaksanaan Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Pecandu Napza di UPT Rehabilitas Sosial Anak Nakal dan Korban Napza
(ANKN)’,Vol, 5 No. 2, 2016.
Inka Anggisari, ‘Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kuatnya Stimulan pada Penyandang Disabalitas
Dewasa’,Artikel Umum, Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
2018.
Mahdatul Maghfiroh, Implementasi Bimbingan Sosial Pada Lansia di Panti Wredha Harapan
Ibu Ngaliyan Semarang. Thesis. Universetas Negeri Walisongo Semarang. 2017.
Mohamad Ridhoddin Akbar, ‘Hubungan Aktualisasi diri dengan komitmen organisasi pada
pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Komunitas Musik Studio Tiga
(KOMMUST) periode 2017.SKRIPSI. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. 2018.
Rejil Seri Utami dan Maria Magdalena, Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Barat. 2020.
Republik Indonesia, ‘UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan’, Journal of Geotechnical
and Geoenvironmental Engineering ASCE, 1995.
Retno Ayu Untari, ‘Pemberdayaan Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP),
Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Apik Mandiri Melalui Agribisnis’, Skripsi,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN Raden Intan Lampung. 2019.
Richard Varianto Setiawan, ‘Aktualisasi Diri pada Waria’. Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
2019.
Selviana Syafitri, ‘Pengaruh Harga Diri dan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada
Komunitas Modern Dance di Samarinda’, eJournal Psikologi, Vol. 2 No. 2, 2014.
Taqy Fauzan Giyandri, ‘Penerapan Bimbingan Sosial Pada Anak Pelaku Pidana Narkotika Di
Lpka Tangerang’, Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik,Vol. 9 No. 1, 2020.
Tezar Arianto, dan Ervina Erlita ‘Analisis Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri, Penghargaan
dan Kebutuhan Sosial Terhadap Pengembangan (Survei pada PT. Bukit Angkasa
Makmur Bengkulu Tengah)’, EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 9 No. 1, 2021.
Zainul Akhyar, Muhammad Najibuddin dan Harpani Matnuh. ‘Persepsi Masyarakat Terhadap
Mantan Narapidana di Desa Benua Jinah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai
Tengah’, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,Vol. 4 No.7, 2014.
Wawancara
B.A, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial B.A, pada Jum’at 25 Februari 2022
74
B.W, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial B.W, pada Jum’at 25 Februari 2022
D.S, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial D.S, pada Jum’at 25 Februari 2022
M Amran Faisol, Wawancara Penlulis dengan Bapak M Amran Faisol, pada Kamis 24 Febrari
2022.
Mukhlisin Fardi, Wawancara Penulis dengan Bapak Mukhlisin Fardi, pada Kamis 24 Februari
2022
N.W, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial N.W, pada Jum’at 25 Februari 2022
R.R, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial R.R, pada Jum’at 25 Februari 2022
Sabar Anju Padang, Wawancara penulis dengan Bapak Sabar Anju Padang, pada Senin tanggal
22 November 2021.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran : 2 PEDOMAN WAWANCARA
5. Bagaimana sistem pembagian kamar tahanan yang digunakan di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi?
6. Bagaimana proses atau tahap pelayanan yang dilakukan Rumah Tahanan Kelas IIB
Kotabumi?
7. Bagaimana kerjasama antara Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi kepada lembaga lain,
10. Berapa jumlah warga binaan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?
11. Bagaimana suka duka nya menjadi kepala Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?
12. Kegiatan apa yang menjadi unggulan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?
13. Bagaimana peran Kepala Rumah Tahanan dalam mengembangkan Rumah Tahanan
14. Apa saja hambatan yang dilalui kepala rumah tahanan dalam kegiatan di Rumah
15. Apa saja permasalahan yang sering terjadi di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?
77
Informan : Konselor Pemasyarakatan
1. Apa saja peran konselor pemasyarakatan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?
3. Kemandirian seperti apa yang harus dicapai oleh warga binaan di Rumah Tahanan
7. Apa sajakah tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi?
10. Bagaimana pelaksanaan bimbingan sosial yang diterapkan pada warga binaan dalam
11. Bagaimana evaluasi dari bimbingan sosial yang diterapkan pada warga binaan?
12. Apa tindak lanjut dalam pelaksanaan bimbingan sosial yang diberikan kepada warga
binaan?
14. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan bimbingan di
15. Apa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya bimbingan di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi?
memberikan bimbingan?
78
Informan : Warga Binaan
1. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pihak
pemasyarakatan?
2. Apa manfaat bimbingan yang dilakukan oleh phak pemasyarakatan pada diri anda?
5. Apakah anda sudah lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain setelah
9. Bagaimana persiapan yang anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan anda setelah bebas?
79
Lampiran 3 : PEDOMAN DOKUMENTASI
Untuk melengkapi data-data yang peneliti perlukan dalam penelitian ini, maka peneliti juga
3. Struktur organisasi dan nama nama staff Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.
7. Proses Pelayanan Sosial Warga Binaan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.
80