Anda di halaman 1dari 87

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI DIRI

BAGI WARGA BINAAN DI RUMAH TAHANAN


KELAS IIB KOTABUMI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

OLEH

RIZAL FAUZAN
NPM : 1841040414
Jurusan: Bimbingan Konseling Islam (BKI)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H/2021
ii
BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI DIRI
BAGI WARGA BINAAN DI RUMAH TAHANAN
KELAS IIB KOTABUMI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

OLEH

RIZAL FAUZAN
NPM : 1841040414
Jurusan: Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Pembimbing I : Dr.Hj. Sri Ilham Nasution, M. Pd.

Pembimbing II : Umi Aisyah, M.Pd.I.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H/2021 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi bagi


WargaBinaan Pasca Bebas di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi

Nama : Rizal Fauzan

NPM : 1841040414

Jurusan : Bimbingan Konseling Islam

Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

MENYETUJUI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Diseminarkan dalam Seminar Proposal Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Pembimbing I Pembimbing II.

`
Dr. Hj. Sri Ilham Nasution, M.Pd. Umi Aisyah, M.Pd.I.
NIP. 196909151994032002 NIP.198909012018012003

Ketua Jurusan,
Bimbingan Konseling Islam

Dr. Mubasit, S.Ag, MM


NIP. 197311141998031002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN iii


DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul 1
B. Latar Belakang Masalah 4
C. Fokus Penelitian 9
D. Rumusan Masalah 10
E. Tujuan Penelitian 10
F. Manfaat Penelitian 10
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan 11
H. Metode Penelitian 13
I. Sistematika Penelitian 21

BAB II BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI


DIRI WARGA BINAAN BAGI WARGA BINAAN

A. Bimbingan Sosial 22
1. Pengertian Bimbingan Sosial 22
2. Fungsi Bimbingan Sosial 23
3. Materi Bimbingan Sosial 25
4. Pelaksanaan Bimbingan Sosial 28
5. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Sosial 30
B. Aktualisasi Diri Warga Binaan 32
1. Pengertian Aktualisasi dan Warga Binaan 32
2. Faktor-Faktor Aktualisasi Diri Warga Binaan 36
3. Cara Mencapai Aktualisasi Diri Warga Binaan 40
4. Indikator Aktualisasi Diri Warga Binaan 41

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH TAHANAN


KELAS IIB KOTABUMI
A. Profil Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi
1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Tata Kerja, Struktur
Organisasi dan Uraian Tugas
2. Visi dan Misi Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi
3. Indikator Keberhasilan
4. Program Kegiatan
5. Proses Pelayanan Sosial Warga Binaan
6. Sarana

iv
B. Pelaksanaan Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri
Warga Binaan
1. Gambaran Aktualisasi Diri Warga Binaan di Rumah
Tahanan Kelas IIB Kotabumi
2. Tahapan- Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Sosial di
Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI


UPAYA AKTUALISASI DIRI WARGA BINAAN DI RUMAH
TAHANAN KELAS IIB KOTABUMI

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN

v
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan

memudahkan dalam memahami proposal ini, maka perlu adanya uraian

tentang proposal yang hendak diajukan. Dengan penegasan tersebut dapat

menghindari kesalahpahaman dalam memahami makna yang terkandung

dalam proposal ini, disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan

terhadap pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun judul proposal ini

berjudul “Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas

Bagi Warga Binaan Di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi”. Selanjutnya

penulis tegaskan beberapa istilah penting yang terdapat pada judul tersebut:

Bimbingan sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan membantu

individu mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial.1 Bimbingan sosial dapat

dikatakan sebagai suatu bantuan untuk menghadapi atau memecahkan

masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian konflik dan

penyesuaian diri. Maka bimbingan sosial adalah usaha yang dilakukan

pembimbing untuk individu agar dapat mengenal lingkungan sosialnya dan

mencegahan masalah-masalah sosialnya, baik dilingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat.2

1
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012), h. 82.
2
Nurwahida Alimuddin, Komunikasi dakwah dalam bimbingan sosial menumbuhkan kemampuan
adaptasi Mad’u, - Vol. 10 NO. 2, (2014), h. 241-256.

1
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud bimbingan sosial

dalam penelitian ini adalah pengarahan, pemberian bantuan kepada warga

binaan pasca bebas dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

sosial seperti penyesuaian diri, mengatasi masalah-masalah yang menyangkut

pada bidang sosial dan aktualisasi diri warga binaan.

Upaya adalah sebuah kegiatan yang berupa usaha, ikhtiar dalam

mencapai suatu tujuan, memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar.3

Dalam hal ini upaya yang dimaksud oleh peneliti yaitu usaha yang dilakukan

oleh petugas pemasyarakatan di Rumah Tahanan dalam memberi pengarahan,

pedoman, dan bantuan kepada warga binaan dalam proses aktualisasi diri

pasca bebas melalui pelaksanaan bimbingan sosial.

Aktualisasi diri adalah keinginan sebagai kebutuhan dan pencapaian

tertinggi yang ada pada setiap manusia.4 Aktualisasi diri dapat didefinisikan

sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, kebutuhan dan

kapasitas, dengan melalui tahapan-tahapan peningkatan kebutuhan, Maslow

menjelaskan bahwa aktualisasi dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu, kebutuhan

fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. 5

Berdasarkan pengertian tersebut dapat maka, aktualisasi adalah

penggunaan segala potensi diri untuk mencapai ataupun memenuhi kebutuhan

yang diinginkan dengan cara menerapkan kemampuan diri yang ada pada

individu, sikap yang diperoleh secara bertahap selama proses perkembangan

berlangsung, dan mampu mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain.


3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1988), h. 995.
4
V.Mark Durand dan David H.Barlow, Teori Humanistic Psikologi Abnormal, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), h. 29-30.
5
Indra Prapto Nugroho dan Titi Fatiyaah, Saya Bersyukur Setiap Saat: Bagaimana Kebersyukuran
Berhubungan Dengan Aktualisasi Diri, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol 4, No 1 ( 2019), h. 1.

2
Kemudian individu mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki untuk menciptakan, memadukan pemikiran dan

imajinasi sehingga menghasilkan sesuatu sifat yang bersifat asli baik berupa

ide-ide, kegiatan dan performa unik yang dapat menarik minat banyak orang

atau sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru dalam usaha

penyelesaian masalah. Serta mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya yang

mencangkup pangan, sandang dan papan dengan cara yang baik dan tidak

merugikan individu lain, dapat melakukan aktivitas tanpa adanya ancaman

dari lingkungan yang dapat mengganggu keselamatan, memiliki rasa cinta

dan empati yang mengikat pada kelompok dan masyarakat, merasa dihargai

dan mampu meraih impian, mampu menggunakan semua bakat, potensi, serta

menggunakan kualitas dan kapasitas secara penuh.

Warga Binaan adalah sebutan yang diberikan kepada individu yang

terkena tindak pidana atau terbukti melanggar hukum dan telah dijatuhi

hukuman pidana atas tindakannya yang melanggar hukum, yang akan

ditempatkan pada tempat tertentu yaitu Rumah Tahanan Negara (RUTAN)

atau yang sering di kenal dengan istilah dengan Penjara.6

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan warga

binaan dalam penelitian ini adalah warga binaan yang telah menjalani 2/3

masa tahanan dan telah menjadi tahanan pendamping yang diberikan

kesempatan agar dapat membaur dengan warga binaan pemasyarakatan dan

masyarakat.

6
Hasruddim Nur, Interaksi Antara Sesama Warga Binaan Di Rutan Kelas II B Enrekang
Kabupaten Enrekang, , Vol 1, NO. 1, (2018), h. 29.

3
Rumah tahanan yaitu tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama

proses penyidikan, dan pemeriksaan disidang pengadilan di Indonesia,

Rumah tahanan merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia.7 Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan

Kelas IIB Kotabumi yang terletak di Klp. Tujuh, Kec. Kotabumi Selatan,

Kabupaten Lampung Utara, Lampung.

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud peneliti

Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga

Binaan Di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi adalah suatu proses layanan

bimbingan sosial yang diberikan oleh konselor pemasyarakatan dengan

bentuk sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) untuk warga binaan

yang akan bebas ataupun mendapatkan pengurangan masa tahanan dalam

mencapai aktualisasi diri setelah kembali ke masyarakat. Serta kemampuan

seseorang dalam menggunakan segala bentuk potensi yang ada pada dirinya

untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan juga

mampu mengembangkan kemandirian dan kreativitas.

B. Latar Belakang Masalah

Individu yang melakukan tindak pidana atau kejahatan muncul

karena suatu faktor yang mendorong individu untuk melakukan tindakan-

tindakan tersebut mulai dari faktor keluarga, budaya, ekonomi, politik,

psikologis serta faktor biologisnya, Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi

pendorong individu melakukan penyimpangan norma tersebut, harus

7
Ahmad Sanusi, Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan Negara Di Luar Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia,,E-Journal, Vol 10, No 2, (2016), h. 18.

4
berhadapan dengan penegak hukum Negara. Individu yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan hariannya akan terpaksa untuk melakukan perbuatan

pidana atau kejahatan.8

Warga Binaan merupakan seseorang yang sedang menjalani masa

tahanan atau masa hukuman yang disebabkan oleh perilaku di masa lalunya

dan dipertanggung jawabkan melalui hukuman yang dijalankan pada lembaga

pemasyarakatan. Individu yang ditangkap dan terbukti bersalah oleh

pengadilan selanjutnya dimasukan kedalam lembaga Pemasyarakatan atau

Rumah Tahanan untuk dibina, pembinaan ini dilakukan dengan harapan dapat

membantu mereka supaya mampu berfikir sehat dan mampu membuat

keputusan yang baik, sehingga tidak mengulangi kesalahannya kembali. 9

Warga Binaan yang telah bebas yang sering dianggap sebagai sampah

masyarakat, pembuat masalah, penjahat dikarnakan perilaku dimasa lalunya

yang merugikan orang lain sehingga dibina di Rumah Tahanan yang dikenal

oleh masyarakat sebagai tempat bagi orang-orang yang memiliki perilaku

buruk ataupun tempat bagi orang yang mempunyai masalah hukum. Coleman

dalam Syahra mengemukakan bahwa sebagai narapidana yang sedang dalam

proses pembinaan dan akan kembali nanti masyarakat membutuhkan

narapidana untuk mempersiapkan diri menghubungi masyarakat. Kapan

narapidana yang kembali ke masyarakat perlu memahami bahwa ada banyak

aspek yang mendukung proses sosialisasi. Setidaknya ada tiga hal.

8
Dwianto Bayu Susanto, “Pola Pelaksanaan Bimbingan Narapidana Selama Pembebasan
Bersyarat Untuk Tidak Melakukan Tindak Pidana (Studi di Balai Pemasyarakatan Kelas AI Malang)”,
(Jurnal Ilmiah,Universitas Brawijaya, 2013), h. 1.
9
Yuyun Nurulaen, Lembaga Pemasyarakatan masalah dan solusi, ( Bandung: Marja, 2012), h. 13.

5
Diperlukan Sosialisasi, yaitu kepercayaan, informasi, norma. Tiga hal ini

adalah pilar utama modal sosial.10

Fenomena-fenomena permasalahan yang dimiliki oleh warga

binaan pasca bebas terdapat pada citra diri yang buruk ada pada masyarakat,

oleh karena itu masyarakat berpandangan bahwa orang yang telah keluar dari

penjara atau orang yang telah habis masa tahanannya masih sering dianggap

sebagai penyakit masyarakat. Maka adanya bentuk diskriminasi yang

dilakukan oleh masyarakat berbentuk diskriminasi non-formal yang mana

mantan narapidana sering kali tidak diterima untuk bekerja dilingkungan

sosial, dikarenakan masyarakat tidak memiliki kepercayaan terhadap mereka

dan adanya ketakutan pada mantan narapidana ini akan menyebabkan dampak

negatif bagi usaha yang di bangun dimasyarakat.11 Citra diri sebagai mantan

narapidana yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka yang pernah

menjalankan masa tahanan membuat mereka tidak mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat.

Diskriminasi yang sering terjadi dimasyarakat membuat Warga

Binaan sulit untuk mengaktualisasi dirinya. Dengan minimnya kepercayaan

dari masyarakat membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan hidupnya

sehingga muncul potensi yang dapat membuat mantan narapidana untuk

melakukan kesalahan ataupun kejahatan kembali, yang dulu pernah mereka

lakukan guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satu kondisi yang

dapat memunculkan potensi untuk melakukan kejahatan ialah kondisi


10
H Aisharahma and A Irhandayani, “Modal Sosial Sebagai Sarana Meningkatkan Rasa Percaya
Diri Bagi Narapidana Untuk Kembali Berbaur Dengan Masyarkat", Kajian Budaya, Perpustakaan Vol 4, no. 4
(2020), h. 441–452.
11
Zainul Akhyar dan Harpani Matnuh. Muhammad Najibuddin, Persepsi Masyarakat Terhadap
Mantan Narapidana Di Desa Benua Jinah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Universitas
Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol 4, No. 7, (2014), h. 548.

6
ekonomi yang rendah atau kemiskinan, tetapi suatu kenyataan yang sulit

untuk dihindarkan bagi mantan narapidana akibat diskriminasi yang ada di

masyarakat.12 Apabila mereka mengulangi kesalahan atau kejahatan pada

masyarakat akan semakin membuat masyarakat menganggap bahwa semua

mantan warga binaan ialah orang yang harus dihindari.

Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan

potensi, mengungkapkan gagasan, memberikan evaluasi, dan memberikan

kritik dan kinerja. Sehubungan dengan kebutuhan ini, masyarakat harus

memberikan kesempatan kepada warga binaan untuk mewujudkan dirinya

secara tepat dan adil.13

Berdasarkan permasalahan-permasalahan warga binaan diatas,

warga binaan akan sulit dalam mencapai aktualisasi diri setelah mereka

kembali ke lingkungan masyarakat, dilihat dari permasalahan diskriminasi

dan citra buruk yang didapat dari latar belakang mantan narapidana yang

dialami warga binaan dapat menyebabkan mereka sulit untuk menjalani

kehidupan, baik dalam memenuhi kebutuhan fisiologis yang berdampak pada

sulitnya mencari pekerjaan dan pasangan hidup, kebutuhan rasa aman yang

membuat warga binaan setelah bebas merasa cemas akan rasa aman dan

ancaman dalam melakukan aktivitas, kebutuhan sosial warga binaan sulit

untuk melibatkan diri dan membangun hubungan sosial pada masyarakat,

kebutuhan akan dihargai sulit didapatkan oleh warga binaan karena citra

buruk yang melekat pada diri mereka yang menyebabkan mantan narapidana

12
Ambar Teguh Sulistiyani, kemitraan dan Model – Model Pemberdayaan, (Jogjakarta: Gava
Media, 2004), h. 17.
13
Utami, R. S., & Magdalena, M. Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat,
2020, h. 3.

7
dipandang rendah oleh masyarakat, karena hambatan-hambatan yang harus

dilalui oleh warga binaan dalam mencapai aktualisasi atau kebutuhan agar

dapat menggunakan bakat diri, potensi diri serta menggunakan kualitas dan

kapasitas yang ada pada diri narapidana, salah satu bimbingan yang dapat

diberikan adalah bimbingan sosial yang dapat membantu warga binaan dalam

berinteraksi dan membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.

Bimbingan Sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan

membantu individu mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial.14 Bimbingan

sosial sangat bermanfaat bagi individu untuk membangun hubungan sosial

yang sesuai dengan norma dan aturan yang ada, selain itu juga sebagai

pembantu dalam menyelesaikan masalah bagi individu yang mengalami

masalah-masalah sosial.

Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi memiliki layanan bimbingan

sosial dalam upaya membantu aktualisasi diri untuk warga binaan yang

diaplikasikan melalui program sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sabar Anju Padang selaku Ketua

Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) bahwa warga binaan memerlukan

adanya layanan bimbingan sosial. Di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi

memberikan layanan bimbingan sosial untuk warga binaan yang bertujuan

agar mereka dapat mengaktualisasikan diri pasca bebas dari Rumah Tahanan

atau kembali kepada masyarakat. Kegiatan layanan bimbingan sosial yang

diterapkan melalui sidang TPP di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi yang

14
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling….... h. 82.

8
terletak di Jl.Tjoekoel Soebroto, Klp. Tujuh, Kec. Kotabumi Selatan.,

Kabupaten Lampung Utara, Lampung. Yang diadakan secara terjadwal.15

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk

meneliti dan mengkaji lebih lanjut lagi mengenai bagaimana pelaksanaan dari

bimbingan sosial sebagai upaya aktualisasi diri pasca bebas bagi warga

binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

C. Fokus Penelitian dan Batasan Masalah


1. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pembaca dan keluar dari

pokok pembahasan, oleh karena itu penelitian memfokuskan penelitian ini

pada studi kualitatif dengan judul penelitian “ Bimbingan Sosial Sebagai

Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan Di Rumah Tahanan

Kelas IIB Kotabumi”.

Aktualisasi Diri yang dimaksudkan disini adalah bagaimana

pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam membantu Warga Binaan dalam

Melatih tindakan dan pola pikir mereka agar dapat memenuhi kebutuhan

dirinya dengan mengoptimalkan potensi dirinya setelah bebas dari masa

tahanan dan kembali pada masyarakat.

2. Batasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini antara lain :

a. Peneliti hanya meneliti dan terfokuskan pada pelaksanaan dari

Bimbingan Sosial yang diterima oleh Warga Binaan pasca bebas dalam

upaya mengaktualisasikan diri.

15
Wawancara penulis dengan Bapak Sabar Anju Padang, pada Senin tanggal 22 November 2021

9
b. Subjek penelitian ini hanya pada warga binaan di Rutan Kelas II B

Kotabumi.

D. Rumusan Masalah

Menurut pemaparan latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah yakni: Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah

Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan

Bimbingan Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga

Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk sumbangan ilmu

pengetahuan serta menumbuh kembangkan pengetahuan dalam bidang ilmu

bimbingan dan konseling, khususnya dalam bidang Bimbingan Sosial

Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan

pemikiran tentang pelaksanaan bimbingan sosial oleh konselor

pemasyarakatan dalam membantu warga binaan pasca bebas dalam

mencapai aktualisasi diri dan menjadi bahan untuk merencanakan proses

pelaksanaan bimbingan keterampilan yang lebih inovatif.

G. Kajian Terdahulu yang Relevan

10
Tinjauan pustaka penting dilakukan untuk mengetahui letak

perbedaan penelitian dengan peneliti yang sudah ada sebelumnya. Kajian

pustaka menunjukan kejujuran penulis dalam penulisan karya ilmiah (skripsi),

sehingga karya yang disusun bukan karya duplikasi atau tiruan.

Berbagai penelitian mengenai Bimbingan Sosial dan Aktualisasi diri

Warga Binaan sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dari

pengamatan penulis terdapat beberapa penelitian yang relevan dan berkaitan

dengan penelitian ini diantaranya:

1. Retno Ayu Untari Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung yang berjudul “Pemberdayaan Bekas Warga Binaan Lembaga

Pemasyarakatan (BWBLP) Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Apik

Mandiri Melalui Agribisnis di Bandar Lampung 2019.16 Hasil dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan yang mendalam

mengenai pemberdayaan dalam melatih keterampilan diri melalui

agribisnis yang diterapkan pada Bekas Warga Binaan.

Dari penelitian di atas, penulis menegaskan bahwa ada penelitian

yang dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian sebelumnya

adalah mengenai pembahasan yaitu membahas tentang warga binaan,

sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

sebelumnya membahas tentang pelatihan yang diterapkan kepada warga

binaan melalui program agribisnis, penelitian yang penulis lakukan yaitu

16
Retno Ayu Untari, Pemberdayaan Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP),
Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Apik Mandiri Melalui Agribisnis, Skripsi, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung, 2019.

11
berfokus pada Bimbingan Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca

Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

2. Ariska Popy Yanti Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Raden Intan Lampung yang berjudul

“Pengaruh Layanan Bimbingan Sosial Terhadap Peningkatan

Keterampilan Interpersonal Peserta Didik Kelas XI di SMK Negeri 7

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018” di Bandar Lampung 2017. 17

Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh pelaksanaan bimbingan sosial

terhadap peningkatan keterampilan interpersonal pada peserta didik

melalui pelatihan berkomunikasi, berempati dan menghargai lawan bicara.

Dari penelitian di atas, penulis menegaskan bahwa ada penelitian

yang dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian sebelumnya

adalah mengenai pembahasan yaitu membahas tentang pelaksanaan

bimbingan sosial, sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya

adalah penelitian sebelumnya membahas tentang pengaruh bimbingan

sosial terhadap keterampilan interpersonal pada peserta didik, sedangkan

penelitian yang penulis lakukan yaitu berfokus pada Bimbingan Sosial

sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah

Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

3. Richard Varianto Setiawan Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Aktualisasi Diri


17
Ariska Popy, Pengaruh Layanan Bimbingan Sosial Terhadap Peningkatan Keterampilan
Interpersonal Peserta Didik Kelas XI Di SMK Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018,
Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan
Lampung, 2017.

12
Pada Waria” di Yogyakarta 2019. Hasil dari penelitian ini adalah ketiga

informan dari penelitian ini telah mengaktualisasikan diri mereka, hal ini

dilihat melalui pengalaman hidup mereka. Ketiga informan juga memiliki

kepuasan hidup yang baik dan keinginan mereka dalam hidup sudah

terpenuhi.18 Hasil dari penelitian ini adalah bagaimana dinamika aktualisasi

waria, hasil penelitian ini ditentukan melalui hasil wawancara tentang

pengalaman hidup, cita-cita, potensi diri dan kepuasan hidup para

narasumber (waria).

Dari penelitian di atas, penulis menegaskan bahwa ada penelitian

yang dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian sebelumnya

adalah mengenai pembahasan yaitu membahas tentang aktualisasi diri,

sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

yang dibahas oleh penelitian sebelumnya mengenai aktualisasi diri pada

waria, penelitian yang penulis lakukan yaitu berfokus pada Bimbingan

Sosial sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di

Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian


a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk penelitian lapangan

(field research), yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha

18
Richard Varianto Setiawan, Aktualisasi Diri Pada Waria, Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas
Psikolgi, Universitas Sanata Dharma, 2019.

13
mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan di lapangan.19

Jenis penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian lapangan

yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Penelitian ini

merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan masyarakat tertentu, baik

di lembaga kemasyarakatan maupun lembaga pemerintah.20

Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data dengan

cara terjun langsung ke lokasi penelitian secara faktual dan aktual dari

permasalahan yang ada di lapangan guna mendapatkan informasi secara

sistematik mengenai Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri

Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB

Kotabumi.

b. Sifat Penelitian

Dilihat dari jenisnya maka sifat penelitian ini menggunakan

metode kualitatif deskriptf. Penelitian kualitatif adalah suatu jenis

penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh dari

statistik atau alat-alat kuantitatif lainnya. Sedangkan deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti kasus kelompok manusia, suatu

objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa di masa

sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan aktual mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.21

Jadi dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan sesuai

dengan apa adanya, guna memberikan penjelasan terhadap pokok-pokok


19
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 22.
20
Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1975), h. 22.
21
Wiraja Sujaweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 42.

14
yang diteliti yaitu dapat mengetahui bagaimana Pelaksanaan mengenai

Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca Bebas Bagi

Warga Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

2. Sumber Data

Menurut Lofland sumber data utama adalah semua bentuk kata-

kata dan tindakan, sedangkan sumber data tambahan berupa dokumen

tertulis, foto, rekaman dan lain-lain.22 terdapat dua jenis sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari tangan

pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk

tujuan spesifik studi. Contoh sumber data primer yaitu responden

individu, kelompok fokus, dan panel yang secara khusus ditentukan

oleh peneliti dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu

dari waktu ke waktu.23

Adapun kriteria yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah dengan kriteria sebagai berikut:

1) Warga Binaan yang telah menjalani 2/3 masa tahanan.

2) Warga Binaan yang telah mengikuti 3 kali program pembinaan.

3) Warga Binaan yang menjadi peserta pembinaan dengan rentan usia

25– 35 Tahun.

Berdasarkan kriteria di atas dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data primer adalah 5 Warga Binaan, 1 konselor pemasyarakatan

22
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 67.
23
Ananta Wikrama Tungga, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 67.

15
, 1 Ketua Tim Pengamat Pemasyarakatan, dan 1 Kepala Rumah

Tahanan. Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi sumber data dari

penelitian ini berjumlah 8 orang.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan

data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.24 Menurut

moloeng sumber data tambahan adalah segala bentuk dokumen, baik

dalam bentuk tertulis maupun foto. Meskipun disebut sebagai sumber

data kedua (tambahan), dokumen tidak bisa diabaikan dalam suatu

penelitian, terutama dokumen tertulis seperti buku, karya ilmiah, arsip

dokumen pribadi dan arsip dokumen resmi.25

Dalam penelitian ini data sekunder merupakan data yang

berguna untuk memperkuat dan melengkapi informasi, yaitu

dokumentasi tertulis maupun foto di Rumah Tahanan Kelas IIB

Kotabumi.

3. Alat Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat

perilaku, tindakan manusia, dan fenomena alam (kejadian-kejadian yang

ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil.

24
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 94.
25
Ibid, h. 70.

16
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. 26

Observasi terdapat dua jenis yaitu dilakukan dengan partisipan

dan nonpartisipan. Dalam observasi partisipan pengamat ikut serta dalam

kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat

atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipan pengamat tidak

ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak

ikut dalam kegiatan.27

Berdasarkan pengertian di atas peneliti akan menggunakan jenis

observasi non partisipan. Observasi akan digunakan untuk mengamati

pelaksanaan mengenai Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri

Pasca Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB

Kotabumi.

Observasi ini bertujuan untuk mencari data yang berkenaan dengan

pelaksanaan Bimbingan Sosial Sebagai Upaya Aktualisasi Diri Pasca

Bebas Bagi Warga Binaan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden

secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa

faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu:

26
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 216.
27
Ibid, h. 216.

17
pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka

secara individual. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal,

jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.28

Wawancara dibagi menjadi menjadi dua, yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara

terstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan

cermat, biasanya secara tertulis. Sedangkan wawancara tidak terstruktur

lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan

subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas

kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas dan biasanya

direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu

wawancara dilakukan.29

Berdasarkan pengertian diatas peneliti akan menggunakan

jenis wawancara terstruktur. Wawancara digunakan untuk mencari data

pelaksanaan bimbingan sosial, jadwal kegiatan bimbingan sosial, hasil

dari bimbingan sosial, serta menggali data warga binaan yang mengikuti

kegiatan bimbingan sosial tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku

yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter, data yang relevan penelitian. Dokumen merupakan catatam

28
Ibid, h. 212.
29
Ibid, h. 212.

18
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar

atau karya-karya monumental dari seseorang. 30

Berdasarkan pengertian di atas dokumentasi akan penulis

gunakan untuk mencari data seperti profil Rumah Tahanan, Jumlah

Warga Binaan dan data Staff Rumah Tahanan.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.31

Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data

kualitatif harus dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan pada

saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Untuk menyajikan data agar

mudah dipahami, maka langkah-langkah analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan

Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan dengan

beberapa bagian sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil

wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan

30
Ibid, h. 219.
31
Sugiono, Metode Penelitian………,h. 333.

19
kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian

dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan

final data ditarik dan diverifikasi.32

c. Penyajian Data

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data

dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta

memberikan tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyusun

pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi, arahan sebab

akibat, dan berbagai proposisi.33

32
Ibid, h. 237.
33
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang
Metode-Metode Baru, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h.16-18.

20
I. Sistematika Penulisan

Bab I, berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah, fokus dan

sub fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian terdahulu yang relevan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II, pada bab ini memuat uraian tentang landasan teori yang terkait

dengan dua sub tema yaitu yang pertama ada pengertian bimbingan sosial,

fungsi bimbingan sosial, materi bimbingan sosial, pelaksanaan bimbingan

sosial, tujuan bimbingan sosial. Yang kedua yaitu pengertian aktualisasi diri

warga binaan, aspek- aspek aktualisasi diri warga binaan, cara mencapai

aktualisasi diri warga binaan, indikator aktualisasi diri warga binaan.

Bab III, membahas tentang gambaran umum dalam lokasi penelitian

seperti sejarah berdirinya Rumah Tahanan kelas IIB Kotabumi, visi dan misi,

program Rumah Tahanan kelas IIB Kotabumi, struktur kepengurusan, serta

fakta dan data penelitian dalam pelaksanaan bimbingan sosial dalam aktualisasi

warga binaan.

Bab IV, adalah analisis penelitian yang meliputi analisis data yang telah

dilakukan oleh peneliti yang fakta dan terarah tentang pelaksanaan bimbingan

sosial sebagai upaya aktualisasi diri warga binaan pasca bebas.

Bab V, berisikan penutup berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

penelitian.

21
BAB II

BIMBINGAN SOSIAL DAN AKTUALISASI DIRI WARGA BINAAN

A. Bimbingan Sosial

1. Pengertian Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial merupakan merupakan layanan untuk membantu

individu mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.34

Bimbingn sosial sangat bermanfaat bagi individu yang membangun

hubungan sosial baik yang sesuai norma dan aturan yang ada, selain itu juga

sebagai pembantu dalam menyelesaikan masalah bagi individu yang

memiliki masalah-masalah sosial.

Djumur dan Surya mengatakan bimbingan sosial merupakan

bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan

dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu

mampu menyesuaikan diri dengan baik dan wajar dalam lingkungan

sosialnya.35

Bimbingan sosial menurut pendapat yang dikemukakan Yusuf

adalah program bantuan untuk memfasilitasi peserta didik agar mampu

mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insan dan

mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dialaminya.36

34
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2012), h. 82.
35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Intregrasi) (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013). h. 125.
36
Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Rizki Press,
2009),h.55.

22
Samsul Munir menjelaskan bahwa pengertian bimbingan sosial

adalah suatu usaha dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal dan

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan baik dan didasari budi

pekerti, tanggung jawab, kemasyarakatan dan kenegaraan.37

Berdasarkan pengertian diatas, menurut penulis dapat disimpulkan

bahwa Bimbingan Sosial adalah Layanan yang diterapkan untuk

membantu, membina dan mengarahkan konseli agar dapat berinteraksi

dengan baik, mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah

sosial yang dialaminya dan membentuk pribadi yang dapat bertanggung

jawab atas perilaku yang dilakukannya dengan memanfaatkan sarana yang

ada dan mengem bangkan sesuai dengan norma - norma yang berlaku,

sehingga dapat diterima oleh individu ataupun kelompok masyarakat

sekitar.

2. Fungsi Bimbingan Sosial

Suatu bimbingan dapat dikatakan efektif jika terdapat fungsi,

manfaat, atau keuntungan yang diberikan. Suatu bimbingan yang dikatakan

tidak efektif jika tidak memberikan fungsi atau keuntungan tertentu, oleh

sebab itu dalam perkembangan dan kehidupan manusia, bimbingan sosial

diselenggarakan untuk membantu permasalahan atau kebutuhan hidup

manusia dalam menyelesaikan permasalahan sosial dan mampu berinteraksi

dengan sehat.38

37
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 61.
38
Inge Noermalasari, “ Pelaksanaan Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Pecandu Napza di UPT Rehabilitas Sosial Anak Nakal dan Korban Napza (ANKN), Vol 5, No 2,
(2016), h. 5.

23
a. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan sosial, konselor secara

berkelanjutan memfasilitasi individu hingga mampu menjadi (agen of

change) bagi dirinya dan lingkungan disekitarnya. Konselor juga

berperan membimbing individu sehingga individu dapat memanfaatkan

segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.

b. Pemahaman diri secara utuh dan penuh. Individu memahami kelemahan

dan kelebihan dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada di

luar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan sosial diharapkan individu

dapat mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan

penuh seperti yang diharapkan, sehingga kepribadian yang dimiliki

individu tidak terpecah lagi dan dapat mengintegrasi diri dalam segala

aspek kehidupan secara utuh, selaras dan seimbang.

c. Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan sosial berfungsi

sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih

sehat dengan lingkungannya.

d. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan sosial digunakan

sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih

sehat.

e. Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui

bimbingan sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan

efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya.

f. Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan sosial diharapkan individu

mampu bertahan dengan keadaannya, dapat menerima keadaan dengan

lapang dada, dan mengatur kembali kondisi kehidupannya.

24
g. Menghilangkan gejala-gejala yang fungsional. Konselor membantu

individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan hal yang dapat

mengganggu sebagai akibat dari krisis.39

Dengan demikian juga kita menemukan keadaan jasmani dan rohani


yang kurang menguntungkan hendaknya tidak menjadi alasan untuk
bersedih hati, merasa rendah diri, dan sebagainya. Karena Allah Subhanahu
Wa Ta’ala menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, dan adanya
kelebihan seseorang dari yang lain memiliki maksud-maksud tertentu.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam


bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S At-Tin (95) : 4).

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas tentang tujuan dari

diselenggarakannya bimbingan sosial dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

bimbingan sosial sangat bermanfaat bagi individu, dalam meningkatkan

pengetahuan yang sesuai dalam persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan lingkungan sosial, terutama dalam tata cara pergaulan yang dilandasi

dengan budi pekerti yang luhur dan bertanggung jawab.

3. Materi Bimbingan Sosial

Dalam pelaksanaannya, bimbingan sosial disesuaikan dengan materi

bimbingan konseling. Bimbingan sosial yang diberikan mengandung materi

pokok seperti berikut :

39
Tohirin, Bimbingan dan Konseling……, h. 27.

25
a. pemantapan kemampuan berkomunikasi dengan baik melalui ragam lisan

maupun tulisan secara efektif.

b. pemantapan kemampuan dalam menerima dan dan menyampaikan

pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif

c. pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di

rumah maupun dalam lingkungan masyarakat luas dengan menjunjung

tinggi tata krama, sopan santun, nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu,

dan kebiasaan yang berlaku.

d. pemantapan dalam memahami kondisi dan peraturan yang berlaku serta

upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab, orientasi

tentang hidup berkeluarga.40

Layanan informasi dalam bimbingan sosial merupakan bantuan pada

individu tentang tugas-tugas mengembangkan diri individu. Tugas-tugas

mengembangkan hubungan sosial individu akan memberikan tata cara

bertingkah laku dengan masyarakat dan semua yang berhubungan dengan

masalah-masalah sosial dan ketertiban yang ada di masyarakat serta akibat

dari sebuah tindakan.41

Layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,

konseling perorangan, konseling kelompok, dan bimbingan kelompok,

bantuan yang diberikan berupa upaya dalam meningkatkan kemampuan

berkomunikasi baik menerima maupun menyampaikan pendapat yang

bersifat logis, efektif, dan produktif. Disamping itu juga memuat materi

kemampuan bertingkah laku yang berhubungan dengan peraturan sosial

40
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka cipta,2004), h.
64.
41
Ibid , h. 30.

26
yang berlandaskan norma dan nilai agama maupun adat istiadat yang

berlaku, serta mengenalkan pada pola yang mengarah pada hidup sederhana,

sehat, dan bergotong- royong.42

Dengan mengikuti bimbingan sosial individu akan mengetahui

kelemahan diri dan cara dalam pengambilan keputusan yang tepat serta

membuat rencana hidup sehingga mampu meningkatkan keterampilan

berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif, dan dapat

menerima dan memberikan argumentasi secara dinamis dan produktif.

Dengan demikian bimbingan sosial sangat membantu dalam meningkatkan

kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial, karena memiliki materi

yang dapat mengarahkan individu dalam menggali potensi, serta minat

dalam tentang mendalami kehidupan dan tatakrama yang berlaku di

lingkungan sosial.

Menurut Tohirin aspek-aspek sosial memerlukan layanan bimbingan

sosial adalah kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan

lingkungannya, kemampuan individu melakukan adaptasi, dan kemampuan

individu melakukan interaksi sosial dengan lingkungan keluarga maupun

sosial.43

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan materi bimbingan sosial

meliputi kemampuan berkomunikasi individu, kemampuan bertingkahlaku

dan berinteraksi sosial yang baik dengan lingkungan, bergotong-royong,

mematuhi peraturan yang ada pada lingkungan sekitar dan individu mampu

bersosialisasi dengan lingkungan. Dalam pemberian bimbingan sosial,

42
Dewa Ketut Sukardi, 2010, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Rineka Cipta: Jakarta, 2010), h. 36.
43
Tohirin, Bimbingan dan Konseling……..., h. 127.

27
individu dibantu untuk menjalani kewajiban-kewajiban mengembangkannya

dengan normal sehingga individu dapat memahami cara- cara berperilaku

dengan individu maupun lingkungan yang di dalam pelaksanaannya dapat di

salurkan melalui layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,

konseling perorangan, konseling kelompok maupun bimbingan kelompok.

4. Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Dalam mekanisme pengelolaan bimbingan sosial meliputi tahapan

analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.

a. Analisis Kebutuhan

Program bimbingan dan konseling diatur sesuai pada kebutuhan

peserta bimbingan. Data kebutuhan peserta bimbingan dikumpulkan

untuk memperbarui tujuan dan rencana program bimbingan konseling.

Kebutuhan peserta bimbingan disesuaikan dengan berbagai instrument

non tes dan tes atau dengan pengumpulan fakta, laporan diri, observasi,

dan tes yang diselengarakan oleh konselor.44

b. Perencanaan

Perencanaan sebagai alat yang digunakan dalam merespon

kebutuhan yang telah teridentifikasi, melaksanakan tahap-tahap untuk

memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi pihak yang bertanggung

jawab terhadap setiap tahap, dan mengatur jadwal program serta

pelaksanaannya.

c. Pelaksanaan

44
Riswani, Antologi Penelitian Bimbingan Dan Konseling, ( LPPM UIN SUSKA:RIAU, 2014), h.
87.

28
Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memperhatikan aspek

pengelolaan data dan pengelolaan waktu yang ada dalam pelaksanaan

bimbingan.45

Aspek pertama adalah penggunaan data. Kumpulan data akan

memberikan informasi penting dalam pelaksanaan program dan akan

diperlukan untuk mengevaluasi program dalam kaitannya dengan

kemajuan peserta bimbingan.

Aspek kedua adalah penggunaan waktu yang tersebar dalam jadwal

pelaksanaan bimbingan. Proporsi waktu perencanaan dan pelaksanaan

setiap komponen dan bidang bimbingan konseling harus mampu

memperhatikan kebutuhan peserta bimbingan jumlah konselor bimbingan

konseling dan jumlah peserta bimbingan yang di layani

d. Evaluasi

Evaluasi dalam bimbingan konseling merupakan proses pembuatan

pertimbangan secara sistematis dalam keefektifan dalam mencapai tujuan

dari program bimbingan konseling.

e. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dalam pelaksanaan bimbingan konseling menjadi alat

yang penting dalam tindak lanjut untuk menentukan program yang

direncanakan dan digunakan dalam mengambil keputusan apakah

program akan tetap dilanjutkan, revisi, dihentikan, dan meningkatkan

program bimbingan konseling.

5. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Sosial

45
Ibid, h. 87

29
Menurut Hendarno, tujuan bimbingan sosial adalah saling menolong

manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kegiatan bimbingan

sosial juga dapat membantu dalam berperan kehidupan secara berteman,

berkelompok, serta bekerja sama kelompok sosial dalam memecahkan suatu

permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat.46

Tujuan utama bimbingan sosial agar setiap individu yang

dibimbing dapat berinteraksi sosial baik dengan masyarakat umum. Selain

itu bimbingan sosial juga mempunyai tujuan untuk membantu memecahkan

permasalahan pada setiap individu-individu dalam mengatasi permasalahan

sosial yang ada pada lingkungan individu tersebut, timbulah rasa

menyesuaikan diri atau beradaptasi diri individu tersebut secara berperilaku

baik dan dapat diterima dalam lingkungan sosial.47 Ary H. Gunawan

mengemukakan bahwa tujuan bimbingan sosial terdiri dari 7 point secara

umum yaitu:

a. Menganalisis proses interaksi sosial masyarakat baik dalam lingkungan


keluarga.
b. Menganalisis perkembangan kemajuan sosial.
c. Dapat berinteraksi.
d. Mampu beradaptasi di tengah-tengah orang banyak ataupun khalayak
umum.
e. Terbiasa berinteraksi kepada semua orang.
f. Dapat memahami dan mempunyai kemampuan bergaul dan menjalin
hubungan baik antara sesama orang lain.48

46
Mahdatul Maghfiroh, “Implementasi Bimbingan Sosial Pada Lansia Di Panti Wredha Harapan
Ibu Ngaliyan Semarang; Studi Analisis Tujuan Dan Fungsi BKI,” 2017, (Skripsi, Universitas Negeri
Walisongo Semarang, 2017), h. 31
47
Nurwahida Alimuddin, “Komunikasi Dakwah Dalam Bimbingan Sosial Menumbuhkan Adaptasi
Mad’u,” Al-Mishbah Vol. 10, no. 2, Juli-Desember (2014), h. 245.
48
ibid, h. 246.

30
Berdasarkan tujuan bimbingan sosial diatas, dapat disimpulkan

bahwa tujuan bimbingan sosial adalah bimbingan sosial dapat mengatasi

permasalahan setiap individu-individu serta dapat membantu individu untuk

beradaptasi menyesuaikan diri dalam lingkungan pada umumnya.

Bimbingan sosial memiliki beberapa manfaat baik secara

perorangan, kelompok dan masyarakat, berikut adalah manfaat yang ada

dalam bimbingan sosial :

a. Bimbingan Sosial Perseorangan

Dalam bimbingan sosial dapat mengetahui gangguan psikis yang

begitu berat yang dialami oleh warga binaan pasca bebas. Dikarenakan

perubahan kondisi sebelum masuk lapas, dalam kondisi ini peran dari

psikolog, petugas lapas dan para pemuka agama untuk memberikan

bimbingan individu dengan cara pendekatan-pendekatan kerohanian oleh

pemuka agama terhadap individu-individu di lapas itu sendiri, sesuai dengan

karakteristik individu. Dengan cara tersebut maka akan terlihat perubahan

sikap yang terjadi mental yang mulai stabil, kesadaran diri akan apa yang

diperbuat dan penyesalan, melalui kesadaran diri sendiri timbulah ingin

memperbaiki diri kedepannya agar menjadi lebih baik untuk kehidupan

seseorang tersebut dalam menjalani setiap aktivitas kesehariannya.

b. Bimbingan Sosial Kelompok

Diadakan bimbingan sosial secara kelompok, individu mempunyai

kepercayaan diri, kebanggaan, kerjasama, dan sikap positif. Mereka

dianggap aktif dalam kegiatan kelompok yang diperlukan untuk saling

melengkapi kerjasama demi hasil yang maksimal.

31
c. Bimbingan Sosial Masyarakat

Narapidana yang pernah masuk dalam pemasyarakatan lingkungan

sekitar akan dianggap pengaruh buruk bagi lingkungan masyarakat

sekitarnya. Dengan diadakan kegiatan sosial masyarakat, narapidana

tersebut merasa berada bahwa dirinya di lingkungan masyarakat dengan

berbagai macam kegiatan seperti kerja bakti antar sesama serta olahraga

timbulah rasa satu sama lain saling dibutuhkan. Akhirnya narapidana

tersebut dapat diterima di lingkungan bermasyarakat.49

B. Aktualisasi Diri Warga Binaan

1. Pengertian Aktualisasi Diri dan Warga Binaan

Aktualisasi diri adalah kondisi seseorang di dalam menempatkan

dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, Maslow menyatakan

bahwa aktualisasi diri merupakan motivasi agar mengembangkan diri secara

penuh sebagai manusia. Manusia mendapatkan kepuasan dari kebutuhan-

kebutuhan yang alami. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar manusia

ialah kebutuhan yang alami dan tidak ditekan oleh suatu budaya.50

Rogers mengatakan bahwa aktualisasi diri adalah proses dalam

mencari jati diri dan mengembangkan potensi dan sifat-sifat yang ada dalam

diri. Aktualisasi akan berubah sesuai dengan perjalan hidup individu ketika

mencapai usia tertentu individu akan mengalami perubahan aktulalisasi

dalam hal fisiologis ke psikologi. Rogers menyatakan bahwa tiap manusia

49
T F Giyandri, “Penerapan Bimbingan Sosial Pada Anak Pelaku Pidana Narkotika Di Lpka
Tangerang,” Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik Vol 9, no. 1 (2020), h. 108.
50
Hayail Umroh, Perempuan dan Aktualisasi, Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan
Anak, Vol 7, NO 1, (2018), h. 49.

32
yang mempunyai prilaku menyimpang pada dasarnya bukan disebabkan

oleh sifat yang negatif, namun disebabkan karena individu tersebut tidak

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi dan sifat - sifat

yang ada pada dirinya.51

Siswandi mengatakan bahwa aktualisasi merupakan proses dalam

memberikan perhatian pada manusia, terutama pada nilai - nilai moral dan

martabat secara penuh. Hal tersebut akan tercapai bila melalui penyaluran

potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki dengan mengerjakan segala

sesuatu dengan sebaik - baiknya. Sehingga tercapai suatu eksistensi yang

tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan diri.52

Aktualisasi diri diartikan sebagai being needs yaitu kebutuhan-

kebutuhan aktualisasi diri ini tidak perlu penyeimbangan atau homoestatis

sekali diperoleh ia akan selalu dirasakan. Kebutuhan ini terus meningkat

jika kita terus “menebarnya”, kebutuhan-kebutuhan ini mencakup untuk

terus mewujudkan potensi-potensi diri, berusaha mewujudkan “apa yang

kita bisa” kebutuhan ini persoalan tentang diri yang ingin menjadi sempurna

dan menjadi anda yang sebenarnya.53

Warga binaan pemasyarakatan menurut Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 diatur pada Pasal 1 point ke 5, yaitu: “Warga Binaan

Pemasyarakatan adalah narapidana, Anak pemasyarakatan dan klien

51
Sundarsana, Gede Nugraha, Pengaruh Cybertherapy Terhadap Pengembangan AktualisasiDiri
Remaja Kelas XI SMA Negeri 1 Singaraja, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 1, No 1, (2017),
h. 21.
52
Syauta, Betsy AmandaYuniasanti, RenySyauta, Kerja Pada Wanita Karir di PT Kusuma
Sandang, Universitas Yogyakarta, Vol 17, NO 1 (2015), h. 51.
53
C.George Boeree, Personality Theoris Melacak Kepribadian Anda Melalui Psikolog Dunia,
(Yogyakarta: Prismasophie, 2010), h. 258.

33
pemasyarakatan”. Penggolongan warga binaan yang diatur dalam beberapa

golongan warga binaan pemasyarakatan, yaitu:

1. Narapidana

a. Narapidana Laki-Laki.

b. Narapidana wanita.

2. Anak Didik Pemasyarakatan

a. Anak pidana anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani

pidana di Lapas anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)

tahun.

b. Anak negara anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk di didik dan ditempatkan di Lapas anak paling lama sampai

berumur 18 (delapan belas) tahun.

c. Anak sipil anak yang atas permintaan orang tua atau walinya

memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas anak paling

lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

3. Klien Pemasyarakatan

a. Terpidana pemasyarakatan.

b. Narapidana, anak pidana dan anak negara yang mendapatkan

pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas.

c. Anak negara yang berdasarkan putusan pengadilan, pembinaannya

diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial. 54

54
Republik Indonesia, UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Journal of Geotechnical
and Geoenvironmental Engineering ASCE, Vol 120, No 11, (1995), h. 259

34
d. Anak negara yang berdasarkan keputusan menteri atau pejabat di

lingkungan direktoral jenderal pemasyarakatan yang dirunjuk,

bimbingannya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial

e. Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya

dikembalikan kepada orang tua atau walinya.55

Dalam Pasal 14 ayat (1) UURI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan, telah diatur hak narapidana sebagai berikut :

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

e. Menyampaikan keluhan;

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya;

i. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

j. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

k. Mendapatkan cuti menjelang bebas;

l. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.56
55
Ibid, h. 259.
56
Ibid.h. 9.

35
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa warga

binaan adalah narapidana harus dididik, diasuh dibimbing dan diarahkan

pada tujuan yang bermanfaat baik untuk diri sendiri dan keluarganya

maupun bagi masyarakat setelah pada waktunya dapat kembali ke

masyarakat. Serta berhak untuk mendapatkan pembinaan kepribadian dan

kemandirian guna dapat mengaktualisasikan diri warga binaan.

2. Faktor-Faktor Aktualisasi Diri Warga Binaan

Aktualisasi diri pada setiap individu pasti berbeda, karena

kemampuan yang dimiliki setiap individu juga berbeda-beda, namun banyak

ditemui bahwa individu mengalami kendala pada penempatan diri dan

seringkali mengikuti gaya hidup dari lingkungannya. Hal ini dikarenakan

individu tidak memahami kemampuan yang ia miliki.

Maslow menyatakan bahwa faktor-faktor aktualisasi pada indvidu

adalah:

a. Kemampuan dalam melihat kehidupan secara jernih, manusia yang

melihat hidup dengan cara sederhana bukan untuk mengikuti keinginan,

bersikap objektif terhadap hasil yang diamati, mempunyai sifat rendah

hati.

b. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan, tugas, dan

kewajiban. Menciptakan kegembiraan pada setiap pekerjaan dan

mempunyai rasa tanggung jawab yang besar atas tugas yang ia miliki, hal

ini menuntut kerja keras dan disiplin.

36
c. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri

mempunyai kemerdekaan psikologis. Manusia dapat mengambil

keputusan-keputusan secara mandiri meskipun melawan pendapat orang

banyak.57

Anari mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

aktualisasi pada diri individu :

a. Kreativitas, kreativitas merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki

oleh diri individu yang beraktualisasi diri. Kreativitas menandakan

bahwa individu memiliki sikap asli yang inventif dan inovatif meski

tidak harus menghasilkan sesuatu.

b. Kepribadian, Kepribadian menjadi salah satu faktor pada individu dalam

beraktualisasi, kepribadian yang terdiri dari sistem - sistem psiko-fisik

yang menentukan cara dalam menyesuaikan diri yang unik terhadap

suatu lingkungan masyarakat.

c. Transendensi, Individu yang sedang beraktualisasi harus berusaha untuk

lebih tinggi, unggul, agung, melampaui kemampuan diri.

d. Demokratis, Orang yang beraktualisasi harus mampu mendengarkan dan

belajar dari siapa saja yang mengajarkan, mampu bertingkah laku lebih

baik pada toleransi.

e. Hubungan sosial, Individu harus dapat menghargai keberadaan orang lain

yang ada dalam lingkungannya.58

57
Mohamad Redohin Akbar, Hubungan Aktualisasi Diri Dengan Komitmen Organisasi Pada
Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) Komunitas Musik Studio Tiga Periode 2017,( Skripsi, Universitas
Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018), h. 23-24.
58
Anggisari,Inka, Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kuatnya Stimulan Pada Penyandang Disabilitas
Dewasa, (Artikel Umum, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2018), h. 4.

37
Menurut Maslow, mencapai taraf aktualisasi diri tidaklah mudah

karena banyak faktor penghambat antara lain :

a. Hambatan dari diri sendiri (factor Internal).

1) Ketidaktahuan akan potensi.

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi yang dimiliki

sehingga tidak dapat berkembang.

b. Hambatan dari luar (factor eksternal).

1) Budaya Masyarakat yang menghambat aktualisasi karena perbedaan

karakter.

2) Faktor lingkungan masyarakat. Lingkungan adalah salah satu faktor

yang sangat mempengaruhi terhadap pembentukan perilaku, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis.

3) Pola asuh. Proses perkembangan sangat dipengaruhi oleh pola asuh

yang diterapkan pada anak dari keluarganya.59

Hambatan - hambatan yang terjadi dalam proses aktualisasi diri

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri maupun dari

lingkungan sekitar, hambatan ini dapat membuat individu merasa sulit

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, cemas akan hari esok dan sulit dalam

mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong bagi

individu dalam beraktualisasi yaitu :

59
Syafitri, Selviana., Pembinaan Harga Diri dan Kepercayaan dengan Aktualisasi Diri pada
Komunitas Modern Dance di Samarinda.eJournal Psikologi, Vol 2, NO. 2, (2014), h. 99.

38
a. Dorongan karena kekurangan,kekurangan yang ada pada diri individu

dapat membantu individu untuk memotivasi memenuhi kekurangan

tersebut, baik dalam segi fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta.

b. Memiliki kesehatan jiwa, individu yang memiliki kesehatan jiwa yang

baik dalam aktualisasi diri kan memaksimalkan potensi dirinya dengan

mengerjakan suatu pekerjaan dengan lebih baik dari kemampuan yang

dimilikinya.

c. Keinginan untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya, individu

akan termotivasi dengan rasa tidak puas dan rasa ingin lebih karena ingin

menjadi lebih baik dari kondisi yang ia alami sebelumnya.

d. Kegagalan, Individu yang mengalami kegagalan dalam suatu pencapaian,

maka individu tersebut akan termotivasi dengan kegagalan tersebut dan

berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang

terbaik.60

Warga Binaan yang memiliki motivasi yang kuat dalam

beraktualisasi akan menjadikan pengalaman, kegagalan, kondisi dan rasa

tidak puas sebagai pendorong mereka dalam mencapai suatu tujuan,

dengan memiliki motivasi tersebut individu akan dapat berkembang dan

mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya.

3. Cara Mencapai Aktualisasi Diri

Ada delapan model tingkah laku yang harus dipahami dan dilakukan

agar individu mampu mencapai Aktualisasi diri melalui jalur belajar-

pengembangan diri sebagai berikut:

60
Hasneli, Gambaran Aktualisasi Diri Penyandang Tuna Netra(Studi pada Boy Sandi Penyanyi
Minang, e-journal Psikologi Islam, Vol 9, NO 2,(2018), h. 34.

39
a. Lakukan segala sesuatu dengan utuh dan tanpa pamrih. Masukan diri ke

dalam setiap pengalaman, berkonsentrasi, biarkan proses tersebut

menyerap mu.

b. Hidup adalah perjalanan dalam proses memilih antara keamanan dengan

resiko dalam proses pertumbuhan.

c. Biarkan self tegak. Usahakan untuk mengabaikan tuntunan eksternal

mengenai apa yang harus dipikirkan, rasakan, dan ucapkan. Dapatkah

pengalaman membuatmu mengatakan dengan jujur apa yang kamu

rasakan.

d. Apabila ragu jujurlah. Jika melihat ke dalam dirimu dan jujur, kamu akan

mengambil tanggung jawab. Karena jujur merupakan aktualisasi diri.

e. Dengar dengan hal yang kamu sukai, bersiaplah untuk tidak popular.

f. Gunakan kecerdasan, Gunakan pemikiran mu untuk mengerjakan sesuatu

dengan sebaik mungkin.

g. Buatlah pengalaman puncak, buang ilusi dan pandangan salah, pelajari

apa yang membentuk dirimu baik dalam negative dan positive.

h. Temukan siapa dirimu, Bukalah dirimu sampai kamu mengenali

pemahaman dirimu dan usahakan mendapat keberanian untuk melakukan

dan mendapat keberanian untuk menyerah.61

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Warga Binaan harus

mampu untuk melakukan hal baru dengan sepenuh hati, bertanggung jawab,

jujur, menggunakan kemampuan yang ia miliki dan dapat mengambil

61
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadia n. (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah),
h. 209.

40
pelajaran dari setiap kejadian yang dilalui, agar individu mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki

4. Indikator Aktualisasi Warga Binaan

Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh individu terbagi menjadi

beberapa kebutuhan pokok. Hal ini juga dikemukakan oleh maslow bahwa

semua manusia mempunyai kebutuhan pokok. Maslow menunjuknya dalam

5 tingkatan yang berbentuk pyramid, orang memulai dorongan dari

tingkatan terbawah. Lima tingkatan ini dikenal sebagai “Hirarki Kebutuhan

Maslow”, dimulai dari kebutuhan biologis dasar motif psikologis yang lebih

kompleks, yang akan dianggap penting apabila kebutuhan dasar terpenuhi.62

Berikut penjelasan dari 5 kebutuhan menurut Maslow :

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer

dan vital yang berupa fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme

manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik,

kebutuhan seks. Apabila kebutuhan ini kurang terpenuhi, kebutuhan-

kebutuhan lainnya tidak akan ada atau terdorong ke belakang. Dengan

kata lain kebutuhan lainnya akan terbayang-bayang oleh kebutuhan ini.

b. Kebutuhan Keamanan

Kebutuhan ini mencangkup kebutuhan perlindungan dari bahaya

dan ancaman penyakit, diskriminasi, kemiskinan, kelaparan, perlakuan

tidak adil.

62
Taty Fauzi, Pelaksanaan Pelayanan Konseling Kelompok, ( Jakarta:Tirasmart 2018), 11.

41
c. Kebutuhan sosial

Kebutuhan ini mencangkup kebutuhan akan kasih sayang, cinta

dan persahabatan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan

mempengaruhi kondisi jiwa seseorang.

d. Kebutuhan Akan Penghargaan

Kebutuhan ini mencangkup kebutuhan terhadap penghormatan

dan pengakuan diri. Pemenuhan kebutuhan ini mempengaruhi

kepercayaan diri dan prestasi seseorang.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini memberdayakan seluruh potensi dan kemampuan

diri. Kebutuhan ini merupakan puncak dari kebutuhan.63

Robbins dan Coulters menguraikan indikator-indikator dari

kebutuhan Aktualisasi diri sebagai berikut :

a. Kebutuhan Pertumbuhan

Kebutuhan ini berfungsi sebagai upaya dalam mengetahui dan

memahami sesuatu, untuk tumbuh, berkembang dengan dihargai orang

lain yang ada di sekitar. Pada tahap pertumbuhan individu akan

berupaya agar mengetahui dan memahami tugas dan kewajiban yang

diberikan kepadanya baik itu hal baru ataupun hal yang sudah

dikuasainya.

b. Kebutuhan Pencapaian Potensi

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan guna mengembangkan

potensi yang ada, kemampuan dan bakat yang ada dalam diri individu

secara maksimal. Untuk mencapai kebutuhan ini individu harus


63
Ibid. h.. 11.

42
mendapat dukungan berupa fasilitas dan kesempatan yang diberikan

kepada individu secara adil, sehingga individu dapat berkembang dan

mencapai potensi diri.

c. Kebutuhan Pemenuhan Diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan guna memenuhi

keberadaan diri dengan memaksimalkan potensi dan kemampuan yang

dimiliki tiap individu. Untuk menunjukan keberadaan dirinya individu

akan berupaya menunjukukan kemampuan dirinya pada setiap

kewajiban yang diberikan kepadanya dan selalu terlibat dalam

penentuan pencapaian tujuan yang diinginkan.

d. Kebutuhan Dorongan

Adanya dorongan pada diri setiap individu dalam

mempertahankan eksistensi dirinya sesuai dengan keahlian dan potensi

yang dimilikinya. Untuk mencapai kebutuhan ini perlu adanya motivasi

yang dimiliki individu ketika akan melakukan tugas bahkan selalu

beraktifitas dalam mengerjakan kewajibannya.64

64
Arianto, T. Erlita Ervina, Analisis Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri, Penghargaan dan
Kebutuhan Sosial Terhadap Pengembangan Karir, Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, Vol 9, No 1, (2021),
100 - 101.

43
BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH TAHANAN KELAS IIB KOTABUMI

A. Profil Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi


1. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya Rumah Tahanan Kelas IIB
Kotabumi

Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kotabumi diresmikan   pada tanggal 21 Maret
2006. Dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP dan PP No. 27
tahun 1983 tentang pelaksanaan UU NO.8 tahun 1981, dikenal sebuah Institusi baru
yakni Rumah Tahanan Negara.

Ketentuan mengenai ORTA Rumah Tahanan Negara diatur dalam Keputusan


Menteri Kehakiman RI Nomor : 04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang ORTA  Rumah
Tahanan Negara dan Rupbasan. Ketentuan mengenai RUTAN juga di atur dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor.27 tahun 1983 tentang pelaksanaan Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.

Salah satu fungsi utama Rutan adalah: memberikan Pelayanan kepada Tahanan,
didalamnya tercakup Perawatan dan Kesehatan Tahanan,  Pembinaan, Bantuan Hukum,
Penyuluhan Jasmani dan Rohani serta Pembinaan Bimbingan Kegiatan untuk Tahanan
sesuai dengan apa yang menjadi tupoksi dalam rutan.

Penempatan Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kotabumi merupakan rangkaian


proses pemidanaan yang diawali dengan proses penyidikan, dilanjutkan dengan proses
penuntutan dan pemeriksaan perkara disidang pengadilan serta pelaksanaan putusan
pengadilan di Lembaga Pemayasarakatan. Perawatan Tahanan pada Rutan bertujuan
untuk memperlancar proses penyidikan, melindungi kepentingan masyarakat dari
pengulangan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana tersebut, serta
melindungi si pelaku tindak pidana tersebut dari ancaman yang mungkin dilakukan oleh
pihak-pihak lain yang tidak diinginkan. Tahanan yang berada pada Rutan tetap memiliki
hak yang telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 KUHP maupun hak politik serta
keperdataan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.  Perawatan tahan tersebut
akan berakhir dengan sendirinya apabila tahanan yang bersangkutan telah mendapat
keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi
tersangka yang dijatuhi pidana, pembinaan lebih lanjut akan diserahkan kepada Lembaga

44
Pemasyarakatan sebagai proses akhir dari sistem pemidanaan. Dengan adanya Rumah
Tahanan Negara maka pelaksanaan wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan
tahanan ini berada pada Kepala Rumah Tahanan Negara beserta staf – stafnya dan
tanggung jawab yuridisnya berada pada Pejabat yang memerintahkan penahanan.

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kotabumi sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang menekankan perlindungan, pelayanan, perawatan
dan pembinaan bagi para Tahanan maupun Warga Binaan yang melayani wilayah hukum
kabupaten Lampung Utara.

Nama Lembaga : Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kotabumi

Alamat : Jln. Tjoekoel Soebroto Kel. Kelapa Tujuh

Kecamatan : Kotabumi Selatan

Kabupaten/Kota : Lampung Utara

Kode Pos : 34513

Status : UPTP Provinsi Lampung

Nama Kepala Rutan : MUKHLISIN FARDI, A.Md.I.P., S.H., M.H.

Email : rutankotabumi01@gmail.com

Luas Tanah : 20.000 m2

Jumlah Tahanan : 344

Daya Tampung : 300

Tenaga Pendukung : 63 orang

1) 1 Kepala Rutan
2) 1 Kepala Subseksi Pelayan Tahanan
3) 1 Kepala Subseksi Pengelolaan Rutan
4) 1 Kepala Pengamanan Rutan
5) 59 Petugas (PNS&CPNS)

45
B. Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi

Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini mempunyai banyak fasilitas untuk


pembinaan warga binaan dan memperlancar pegawai pemasyaraktan tersebut dalam
melakukan pembinaannya. Fasilitas – fasilitas yang ada pada lembaga pemasyarakatan
kota tanjungbalai antara lain :

1.) Aula
2.) Parkiran pegawai dan pengunjung dari keluarga warga binaan
3.) Ruang tunggu dari keluarga warga binaan
4.) Masjid untuk beribadah warga binaan Beragama muslim
5.) Lapangan futsal untuk warga binaan
6.) Lapangan basket
7.) Lapangan futsal
8.) Perlengkapan salon/cukur rambut
9.) Bengkel las
10.) Perlengkapan mabel
11.) Ruangan kerajinan tangan
12.) Ruangan para pegawai lembaga pemasyarakatan
13.) Kebun warga binaan
14.) Kolam budi daya ikan
15.) Kantin untuk keluarga warga binaan

Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini juga memiliki tembok yang tinggi
dipenuhi oleh besi tajam diatasnya dari pintu depan sampai kebelakang, keliling lembaga
pemasyarakatan dan di setiap 4 sisi ada pos penjagaan yang berdiri tinggi mengitari
lembagapemasyaraktan itu. Bedasarkan wawancara bersama bapak Muhammad Hadidi:

“semua fasilitas diatas masih terawat dan masih bisa digunakan selayaknya semua
masjid dan kantin tempat berkunjung keluarga yang sedang direnovasi bersama dengan
warga binaan yang berada dalam Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi tersebut
sekalian melatih skill narapidana dan ada kebun yang diberikan pada warga binaan
yang ingin bertani, lalu hasilnya untuk konsumsi warga binaan nantinya apabila sudah
dapat dipanen”

Di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini bukan hanya ada warga binaan tapi
ada juga tahanan. Warga binaan paling banyak di lembaga pemasyaraktan ini adalah
warga binaan narkotika sekitar 70 % dan beberapa kasus lainnya. Adapun data jumlah
warga binaan dan tahanan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi bedasarkan kejahatan
atau tindak pidana yang dilakukannya yaitu sebagai berikut:

Tabel I
46
Data Penghuni RUTAN Kelas II B Kotabumi

NO JENIS KASUS JUMLAH


1 Narkotika 240
2 Cukai -
3 Imigrasi -
4 KDRT 15
5 Pencurian 60
6 Perlakuan anak -
7 Psikotropika -
8 Penipuan 29

2. VISI, Misi, Tata Nilai, Tugas Pokok, Fungsi Rumah Tahanan Kelas IIB
Kotabumi
a. Visi dan Misi
1) Visi
"Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum"
2) Misi

a. Mewujudkan peraturan perundang-undangan yang berkualitas;


b. Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
c. Mewujudkan penegakan hukum yang berkualitas;
d. Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi
Manusia;
e. Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
f. Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
profesional dan berintegritas.

C. TATA NILAI
1) Profesional : Aparatur Kementerian Hukum dan HAM adalah aparat yang bekerja
keras untuk mencapai tujuan organisasi melalui penguasaan bidang tugasnya,
menjunjung tinggi etika dan integirtas profesi;
2) Akuntabel : Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku;
3) Sinergi : Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama
yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan
untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat, dan berkualitas;
4) Transparan : Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai;
5) Inovatif : Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreatifitas dan
mengembangkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
47
D. MOTTO
1. “Tiada hari tanpa berbuat kebaikan”

E. TUGAS POKOK
Rumah Tahanan Negara memiliki tugas pokok melaksanakan perawatan terhadap
tersangka atau terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
F. FUNGSI
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Rumah Tahanan
Negara menyelenggarakan fungsi:

1. melakukan pelayanan tahanan;


2. melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib RUTAN;
3. melakukan pengelolaan RUTAN;
4. melakukan urusan tata usaha.

RUTAN KELAS IIB KOTABUMI terdiri dari:

1) Sub Seksi Pengelolaan ;


Tugas
Sub Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai tugas melakukan pengurusan keuangan,
perlengkapan,Sub Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai tugas melakukan
pengurusan keuangan, perlengkapan,rumah tangga dan kepegawaian di lingkungan
RUTAN.
2) Sub Seksi Pelayanan Tahanan;
Tugas
Sub Seksi Pelayanan Tahanan mempunyai tugas melakukan pengadministrasian dan
perawatan,Sub Seksi Pelayanan Tahanan mempunyai tugas melakukan
pengadministrasian dan perawatan,mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan
penyuluhan bagi tahanan
3) Kesatuan Pengamanan LAPAS.
Tugas
Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai tugas memelihara keamanan dan
ketertiban RUTAN.

Struktur organinasi Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi

1) MUKHLISHIN FARDI sebagai KEPALA RUTAN KELAS IIB KOTABUMI


2) SABAR ANJU PADANG sebagai KEPALA SUBSEKSI PELAYANAN
TAHANAN RUTAN KELAS II B KOTABUMI
3) JAYENG SUPRIYATNO sebagai KEPALA SUBSEKSI PENGELOLAAN
RUTAN KELAS II B KOTABUMI
4) ADE CANDRA IRAWAN sebagai KEPALA PENGAMANAN RUTAN KELAS
II B KOTABUMI
5) AHMAD HABIB sebagai PENELAAH SETATUS WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN
6) DENI IRAWAN sebagai PENGELOLA DAN PENGELOLAH MAKANAN

48
7) ASEPH ALFA TIRTA sebagai PENGELOLA PEMBIMBINGAN
KEMANDIRIAN

49
G. Program Pencapaian

Sebagai upaya mewujudkan visi dan misi kami, serta meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat dan warga binaan maka telah kami lakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

1) Terlaksananya Program Bebas Peredaran Uang (BPU). Menggunakan kupon


penukaran uan warga binaan, sebagai pengganti uang tunai dengan nominal uang
yang sesuai dengan uang sebenarnya dalam rangka membatasi dan
mengendalikan pemilikan peredaran dan penggunaan uang tunai secara langsung
oleh warga binaan pemasyarakatan, serta penyalahgunaan uang di RUTAN kelas
IIB Kotabumi.
2) Perubahan ruang kunjungan bagi warga binaan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi.
Hal ini sebagai langkah untuk meningkatkan pelayanan publik dan membangun
citra positif dengan perbaikan fasilias.
3) Tersedianya ruang tunggu kunjungan. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan
kenyamanan pengunjung dalam menunggu antrian kunjungan.
4) Dilaksanakannya pemberian layanan informasi dan pengaduan. Hal ini sebagai
upaya memberikan rasa nyaman kepada masyarakat sselaku pengunjung yang
berujung pada tingkat kepuasan terhadap layanan yang diberikan oleh RUTAN.
5) Terlaksananya pemberian layanan public dengan basis IT melalui Sistem
Database Pemasyarakatan (SDP) yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat.

Permasalahan yang dimiliki oleh warga binaan terdapat pada kemampuan


komunikasi, rasa percaya diri dan sosial hidup yang akan menjadi hambatan dalam
mengaktualisasikan diri di lingkungan masyarakat. Mereka dihadapkan dengan masalah
internal dalam mengembangkan dirinya melalui pembinaan yang diikutinya. Sebagaimana
diungkapkan oleh bapak Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH dalam wawancaranya:

“Warga binaan mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal, seperti dalam kegiatan di
kehidupan sehari-hari, kesulitan dalam berkomunikasi dengan individu lain, sulit juga
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, serta memiliki tingkat emosi yang
tidak stabil. Kami mendidik warga binaan di sini agar memiliki mental yang kuat serta
memiliki kelebihan dalam bersosial. Makanya kami berusaha untuk memberikan motivasi,
reward, pemberian arahan, penyesuaian perbaikan dan perkembangan, agar semangat
mengikuti pembinaan, agar mereka bisa memiliki kelebihan dengan mengikuti pembinaan-
pembinaan yang ada di Rumah Tahanan”.65

Berdasarkan wawancara diatas maka permasalahan yang dimiliki oleh warga


binaandiantaranya yaitu:
a. Kehidupan sehari-hari, masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri
dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan dan kondisi warga binaan akan membawa
suasana yang kurang kondusif terhadap kegiatan pembinaan di Rumah Tahanan.

65
Wawancara penulis dengan Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022
pukul 10.15.
50
b. Kesulitan dalam memahami materi pembinaan, dikarenakan beberapa warga binaan
tidak memiliki riwayat pendidikan serta memilki kepribadian yang tertutup maka
warga binaan sangat kesulitan dalam pemahami materi pembinaan.
c. Penyesuaian diri, kepribadian yang tertutup warga binaan tidak saja berpengaruh
terhadap memahami materi pembinaan, melainkan berpengaruh juga terhadap
penyesuaian diri. Warga binaan harus mendapakan porsi pembelajaran untuk
meningkatkan sosial sosialnya.
d. Kepribadian dan emosi, karena kondisi mentalnya warga binaan sering menampilkan
kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga kacau, sering
termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukkan sikap, marah-marah, mudah
tersinggung, mengganggu orang lain atau membuat kacau dan bahkan merusak.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut warga binaan memerlukan


adanya bimbingan, salah satu bimbingan yang diberikan di Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi yaitu bimbingan Sosial untuk mencapai aktualisasi diri warga binaan.
Aktualisasi diri warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi diperoleh secara
bertahap dan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Warga binaan memperoleh
pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan kemandirian dan
kreativitas dibidang sosial dan dibidang yang diminati. Bimbingan yang diberikan secara
bertahap berutujuan untuk meningkatkan kemampuan warga binaan dalam menciptakan,
memadukan pemikiran dan imajinasi, mampu mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan
orang lain, sehingga menghasilkan sesuatu yang bersifat original baik berupa ide-ide,
kegiatan dan performa unik yang dapat menarik minat banyak orang atau sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dalam upaya pemecahan masalah.

1. Tahapan - Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Sosial


Penyelenggaraan bimbingan sosial memerlukan persiapan dan pelaksanaan
kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Berikut tahapan dalam pelaksanaan bimbingan sosial di Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi.
a. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan sosial meliputi penetapan materi layanan,
tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sember bahan untuk bimbingan
sosial, rencana penilaian, waktu dan tempat. Dalam penelitian ini penetapan materi
layanan dilakukan dengan cara pembimbing pemasyarakatan melakukan sosialisasi
terhadap warga binaan mengenai pelaksanaan bimbingan sosial yang akan diikuti oleh
masing-masing warga binaan untuk kemudian pembimbing pemasyarakatan
menetapkan materi layanan bimbingan sosial mana yang akan diberikan. Sebagaimana
diungkapkan oleh bapak Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH dalam wawancaranya:

51
“Yang pertama dilakukan yaitu, sosialisasi kepada warga binaan mengenai
bimbingan sosial yang ada di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini. Sosialisasi
dilakukan guna memperkenalkan apa maksud dan tujuan dari bimbingan sosial yang
akan diikuti oleh setiap warga binaan. Kemudian pembimbing pemasyarakatan
melakukan assesment dan identifikasi warga binaan.”.66

Berdasarkan wawancara tersebut, bahwa para warga binaan sebelum


mengikuti kegiatan bimbingan sosial harus mengikuti kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh bapak Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH selaku ketua pelaksana
bimbingan sosial di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi. Menurut warga binaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini, sangat penting sekali adanya kegiatan sosialisasi
ini karena warga binaan dapat mengenal berbagai macam keterampilan sosial yang
sebelumnya tidak diketahui oleh warga bina dilingkungan sekitarnya. Sebagaimana
yang diungkapkan dari bapak M Amran Faisol sebagai berikut:

“Di RUTAN Kotabumi ini sebelum warga binaan mengikuti kegiatan


bimbingan sosial, warga binaan harus ikut sosialisasi supaya bisa mengenal maksud
dan tujuan bimbingan sosial yang diadakan oleh RUTAN”.67

Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian layanan bimbingan sosial adalah
warga binaan dapat mencapai dan mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat
bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri setelah bebas
dari Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak
Mukhlisin Fardi, Amd.IP, SH,MH dalam wawancaranya:

“Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian bimbingan sosial ini, yaitu
bagaimana warga binaan-warga binaan ini setelah bebas nanti bisa mengembangkan
kemandirian dan sosialnya di lingkungan masyarakat. Kemudian warga binaan-warga
binaan ini bisa menentukan arah hidup dan karirnya mau kemana setelah bebas dari
Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi”.68

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, sebelum mengikuti


bimbingan sosial warga binaan harus mengikuti kegiatan assesment dan identifikasi
warga binaan. Dimana kegiatan tersebut dilakukan di dalam aula rumah tahanan kelas II
B Kotabumi.
b. Pelaksanaan Kegiatan
1) Menyusun Program

66
Wawancara penulis dengan Bapak Mukhlisin Fardi, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022 pukul 10.15.
67
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
68
Wawancara penulis dengan Mukhlisin Fardi, pada hari kamis tanggal 24 Februari 2022 pukul 11.00.
52
Program penanganan warga binaan ini disusun dengan beberapa hal terkait
seperti memilih materi yang tepat, kemudian membentuk layanan dan kegiatan yang
sesuai, mengatur jadwal pelaksanaan, kerjasama serta teknis dan strateginya. Untuk
lebih jelasnya berikut ini gambaran susunan program:
“Penyusunan Program ini diadakan guna memudahkan dalam
pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, supaya materi yang disiapkan dapat
mengasah kemampuannya dalam bidang sosial tersebut”.69

Tabel II
Program Warga Binaan RUTAN Kelas II B Kotabumi

N Jenis Susunan Program Keterangan


O
1 Materi Jadwal Materi
2 Jadwal Penyampaian Materi
Kepala Rumah Tahanan,
3 Koordinasi personil Pembimbing Pemasyarakatan
dan Kepala Pelayanan Tahanan
Satu paket dengan layanan dan
4 Teknik dan strategi
kegiatan pendukung

2) Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan dengan permasalahan dan
minat bakat warga binaan yang telah dipilih. Dalam setiap kelompok sosial terdapat
satu pembimbing yang akan membimbing serta mengajarkan warga binaan pada
bidang sosial tertentu, misalnya mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas,
pentingnya memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati,
kiat-kiat bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diridan
lain sebagainya. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak M Amran Faisol dalam
wawancaranya:

“Pembentukan kelompok ini diadakan guna membantu warga binaan agar terfokus
dalam memecahkan permasalahan sosial mereka, supaya mereka dapat mengasah
kemampuannya dalam bidang sosial tersebut. Dalam setiap kelompok sosial
didampingi oleh satu pembimbing yang ahli dalam bidang sosial tersebut”.70

Berdasarkan penjelasan tersebut pembentukan kelompok ini bertujuan


untuk melatih warga binaan dalam bidang sosial yang telah menjadi permasalahan
sosial warga binaan, kemudian agar warga binaan dapat fokus dalam pembinaan
sosial tersebut. Dalam setiap bidang sosial akan didampingi oleh pembimbing yang

69
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
70
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
53
akan mengajarkan, melatih, memberi arahan serta membimbing para warga binaan
agar mereka dapat mencapai indikator yang diharapkan.

c. Implementasi Program Pengenalan


Penanganan warga binaan dalam rangka mengembangkan keterampilan
sosialnya dilakukan dengan berbagai teknik dan strategi. Teknik dan strategi ini ada
yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara rinci dapat
dijelaskan proses implementasinya, adalah sebagai berikut:
1) Melalui Layanan
Implementasi penanganan warga binaan dalam rangka mengembangkan
keterampilan sosial warga binaan yang dilakukan dengan layanan antara lain
melalui beberapa layanan, yaitu sebagai berikut:
a) Layanan Orientasi
Layanan orientasi bermaksud membantu warga binaan untuk mengenal
dan memahami lingkugan atau situasi yang akan dimasukinya setelah bebas,
sehingga warga binaan lebih mudah dan lancar dalam menyesuaikan diri terhadap
kehidupan sosial di lingkungan masyarakat yang akan mereka masuki setelah
bebas. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak M Amran Faisol dalam
wawancaranya:
“Salah satu tujuan yang berkaitan dengan keterampilan sosial adalah
agar warga binaan khususnya dapat menjadi pribadi yang mantap, mandiri serta
mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan
baik, sehingga warga binaan tersebut dapat menjalankan kehidupannya seperti
warga binaan yang lain”71

b) Layanan informasi
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu warga binaan yang terkait untuk dapat menerima dan memahami
informasi yang mereka perlukan untuk bahan membuat perencanaan atau
pengambilan keputusan. Layanan informasi yang diberikan di Rumah Tahanan
Kelas IIB Kotabumi berjalan secara terus menerus dan berkelanjutan yaitu dari
awal pendataan personil pembinaan hingga warga binaan merasa dapat
berinteraksi dengan masyarakat luar setelah masa tahanan habis. Materi terkait
dengan keterampilan sosial yang pernah diberikan oleh pembimbing
pemasyarakatan antara lain komunikasi dengan orang sebaya, persahabatan,
akhlak mulia dan memahami potensi diri. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak
Bapak M Amran Faisol dalam wawancaranya:

“layanan ini bertujuan agar warga binaan dapat menjalani tugas-tugas


perkembangan, khususnya tentang keterampilan sosial dan perkembangan
pribadi. Pada bagian ini pembimbing pemasyarakatan, menjelaskan tentang
pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dan mengoptimalkan potensi
71
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
54
yang dimiliki. Dengan arahan tersebut diharapkan warga binaan dapat
menjalani kehidupannya seperti masyarakat pada umumnya”72

d. Kegiatan Bimbingan Sosial

Pelaksanaan bimbingan sosial di RUTAN Kelas IIB Kotabumi sangat menjadi


perhatian, karena praktek dengan pembinaan sosial menjadi salah satu media
pendekatan pembimbing dan warga binaan RUTAN Kelas IIB Kotabumi. Dalam proses
meningkatkan keterampilan sosial akan menjadi tantangan tersendiri bagi pembimibing
untuk membimbing warga binaan-warga binaan karena warga binaan memiliki emosi
yang tidak stabil dan sensitif, oleh karena itu warga binaan terkadang mudah marah dan
tersinggung serta beberapa warga binaan memiliki tingkat kecerdasan yang rendah
karena tingkat pendidikan yang rendah dalam hidupnya. Maka dari itu memberikan
pengajaran kepada mereka tidaklah mudah, perlu kesabaran, kedekatan psikologis dan
pemberian motivasi oleh pembimbing secara konsisten yang terus menerus adalah
rutinitas yang tidak boleh tertinggal. Untuk itu, pembimbing lebih dominan dalam
peran memotivasi dan mengarahkan warga binaan. Dalam proses bimbingan sosial
dilakukan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi yang utama dilakukan adalah membuat
warga binaan pada saat dilakukannya proses/praktik sosial merasa betah dan tidak
membosankan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah seorang pembimbing sosial,
M Amran Faisol mengatakan bahwa:

“Proses bimbingan sosial disini awalnya berdoa seperti biasanya, setelah itu baru
pengenalan proses pembinaan sosial untuk warga binaan yang sudah paham. Dan
lebih banyak mempraktekkan dan sering-sering menjelaskan”.73

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan bimbingan


sosial di RUTAN Kelas IIB Kotabumi ini diantaranya yaitu, warga binaan dibimbing
serta dilatih untuk dapat meningkatkan keterampilan sosial, salah satunya yaitu
memperkenalkan norma-norma dan kebiasaan yang dapat diterima oleh masyarakat.
Kegiatan pembinaan sosial ini dapat dilakukan untuk melatih motorik halus warga
binaan, merangsang kreativitas warga binaan, melatih konsentrasi warga binaan dan
juga melatih kesabaran warga binaan. Pada saat pembinaan ini warga binaan mudah
melakukannya meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama.
Gangguan keterbelakangan mental dan tertutup pada warga binaan sangat
mempengaruhi dalam penerimaan materi pelajaran maupun memberikan praktek dalam
membimbing sosial yang diberikan. Sebagaimana diungkapkan oleh M Amran Faisol
dalam wawancaranya:

“Kondisi warga binaan mengakibatkan materi sosial yang saya ajarkan sulit
dimengerti oleh mereka, untuk itu materi sosial harus di ulang-ulang sampai mereka
mengerti. Hal ini dilihat dari proses bimbingan sosial pertama kalinya, belum sesuai

72
Ibid
73
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
55
dengan tahapan-tahapan yang sudah diajarkan oleh pemimbing RUTAN Kelas IIB
Kotabumi”.74

Terkait dengan upaya yang dilakukan pembimbing dalam


mengembangkan keterampilan sosial, kemandirian dan kreativitas warga binaan, ada
beberapa hal yang telah dilakukan oleh pembimbing sebagaimana yang dikatakan
oleh pembimbing adalah dengan memberikan motivasi serta memberikan arahan
untuk terus berusaha mengikuti sosial dengan baik dan benar, sehingga mereka bisa
mandiri, serta memberikan dorongan yang kuat kepada warga binaan lain di RUTAN
Kelas IIB Kotabumi. Selain itu, kesabaran pembimbing dalam proses sosial lainnya
mempengaruhi hasil perkembangan warga binaan yang ada disini. Rasa kasih sayang
dan perhatian layaknya keluarga sendiri yang terus menerus diberikan akan
menghasilkan hasil yang lebih maksimal, pada keberhasilan perkembangan mereka.
Untuk itu peranan pembimbing dirutan perlu dibantu oleh pihak-pihak keluarga
warga binaan sendiri, agar proses peningkatan kepercayaan diri warga binaan akan
lebih maksimal.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis amati dalam pelaksanaan
bimbingan sosial di RUTAN Kelas IIB Kotabumi, proses bimbingan dilakukan
dengan tatap muka dimana warga binaan dan pembimbing dapat bertemu dan
melangsungkan pembinaan seperti biasanya. Bimbingan pada warga binaan yang
tidak dapat cepat mencerna apa yang telah diarahkan oleh pembimbing serta
kemauan mereka dalam bersosial terkadang malas pada saat ekstrakulikuler

Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa untuk mengembangkan


kemandirian, potensi diri dan kreativitas diri warga pembimbing harus dengan cara
turun tangan langsung membimbing, serta sabar mengarahkan memberi contoh yang
baik kepada warga binaan agar mereka mengerti dan mau menjalankan apa yang
telah diintruksikan oleh pembimbing. Secara terus menerus memotivasi dan
mengarahkan warga binaan, dengan cara seperti itu diharapkan kemandirian dan
kreativitas diri warga binaan akan berkembang dan meningkat hingga mampu
mengaktualisasikan diri mereka. Dalam proses bimbingan yang dilaksanakan warga
binaanan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi, tahap mengembangkan kemandirian dan
kreativitas juga mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama. Pembimbing
yang memberikan bimbingan sangat berpengaruh terhadap proses warga binaan
dalam mengembangkan kemandirian dan kreativitas.

e. Evaluasi Kegiatan Bimbingan Sosial


Dengan mengupayakan bimbingan sosial peran pembimbing dalam proses
aktualisasi diri warga binaan sehingga mampu memberikan feedback yang tepat
sesuai dengan kondisi warga binaan dan menjadikan kesejahteraan serta
kemandirian warga binaan menjadi hal utama yang harus di wujudkan oleh
pembimbing, maka hasil dari bimbingan sosial warga binaan dapat dilihat dari
indikator adanya keberhasilan dalam bimbingan sosial yang sudah diberikan oleh
pembimbing Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi.
74
Ibid,.
56
Tabel III
Sikap Warga binaan Sebelum Mengikuti Bimbingan Sosial

No Nama Perilaku Sebelum Mandiri


tertutup dan jarang berinteraksi
1 D.S
dengan warga binaan lain
masih malu untuk mencoba
2 B.W mempraktekkan sendiri dan masih
harus dituntun dengan pembimbing.
merasa tidak percaya diri, sulit
3 B.A beradaptasi dengan warga binaan yang
lain.
tidak bisa bekerja sama dengan teman
4 R.R
yang lain, sedikit tersinggungan.
tidak percaya diri, malu-malu dan
5 N.W
sangat tertutup.

Berdasarkan tabel diatas, bimbingan sosial pada diri warga binaan baik
secara sikap dan perilaku dapat di nilai cukup memberikan hasil yang baik dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka mampu memahami tentang
materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing dan menciptakan perilaku yang
baik dari pada sebelumnya. Perubahan yang nampak dari keberhasilan yang terjadi
pada warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi, adalah kepercayaan
diri, mampu mandiri, dalam berinteraksi meningkat, mampu beradaptasi dengan
baik dari pada sebelumnya memiliki sikap yang tenang lebih dari sebelumnya,
meningkatkan ke-optimisan serta kr eativitas dalam mengikuti kegiatan bimbingan
sosial, dan lebih lagi memahami kemampuan yang ada didalam diri. Semua itu
terwujud menjadi satu didalam diri warga binaan pada saat evaluasi program
pembinaan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak M Amran Faisol :

“warga binaan-warga binaan yang mengi kuti sosial ini awal mereka masuk sulit
untuk berinteraksi, latihan beberapa kali hingga 2 bulan pun ada yang belum bisa,
contohnya seperti bekerja sama dengan warga binaan lain dan berinteraksi dengan
bahasa yang baik, apalagi sampai selesai proses praktek mereka belum bisa, karna
mereka merasa minder sebagai warga binaan jadi tidak mandiri, tapi kami selalu
berusaha mendorong dengan motivasi dan memberikan arahan terus menerus
dengan memenuhi hak-hak mereka sebagai layaknya keluarga mereka”.75

Selain itu bimbingan sosial di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi sangat


berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku yang baik agar lebih percaya
diri dan mandirinya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Penulis juga melakukan
wawancara kepada warga binaan, mereka merasakan perubahan dalam diri warga
binaan mereka. Perubahan didalam diri.
Wawancara dengan warga binaan dengan inisial D.S “Setelah mengikuti kegiatan
bimbingan sosial ada perubahan, awalnya saya masih bingung kalau disuruh
75
Wawancara Penulis dengan warga binaan D.S, pada hari Jum’at 25 Februari 2022 pukul 11.00.
57
berinteraksi dengan kawan 1 kelompok, terus masih sering nanya, terus takut salah
paham jadi diem aja. Sekarang kalau disuruh sama pak pembina udah bisa
langsung praktek sendiri, dari perubahan itu saya jadi merasa bersemangat dan
senang mengikuti bimbingan”.76

Wawancara dengan warga binaan yang berinisial B.W: “pada awal pembinaan
sudah diajarkan untuk berinteraksi dengan kemampuan masing-masing karna
sudah diberi contoh oleh pembimbing, saat itu belum bisa dan masih belum
percaya diri pada potensinya, alhamdulillah sekarang dia sudah bisa untuk
terbiasa berinteraksi dengan warga binaan yang lain dan memiliki beberapa
teman, karna dia sudah mencoba pelan-pelan untuk percaya dengan potensi diri
sendiri dan lebih bersemangat”.77

Wawancara dengan warga binaan yang berinisial B.A: “yang dirasakan saat itu
ketika sudah sering mengikuti sosial namun masih sulit untuk mempraktikannya,
dikarenakan merasa segan dengan orang lain. Pada saat pembinaan sosial masih
merasa cemas sulit beradaptasi dengan teman-temannya. Tapi sekarang dia sangat
senang sudah bisa mampu bersosialisasi sendiri dan bisa berbaur dengan teman-
temannya.78

Wawancara dengan warga binaan yang berinisial R.R : “warga binaan say:
“pada awal mengikuti bimbingan sosial saya hanya merasa untuk sekedar ikut saja
untuk mengikuti kegiatan tersebut, dan juga merasa sulit untuk dapat bekerja sama
dengan teman yang lain, sedikit tersinggungan,. Setelah beberapa bulan mengikuti
kegiatan sosial, sekarang sudah mau bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan dan
bisa diajak bekerja sama dengan teman-temannya yang lain.79

Wawancara dengan warga warga binaan yang berinisial N.W: “Pada waktu
awal-awal masih malu-malu. Tapi lama kelamaan setelah diberi arahan terus
menerus oleh pembimbingnya dia sekarang sudah mau berbaur dengan teman-
temannya yang lain, dan sedikit demi sedikit sudah bisa bersosialisasi.80

Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa warga binaanyang mengikuti


bimbingan sosial di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi merasakan adanya
perubahan perilaku, yang tadinya diam, dan masih belum dapat beradaptasi dengan
temannya, serta belum bisa mandiri dalam membantu pembimbing maupun mandiri
untuk diri sendiri. Warga binaanyang sebelumnya memiliki kurang percaya diri
akan kemampuan potensi yang ada pada dirinya, seperti saat membuat sosial serta
kurangnya berinteraksi dan kurang beradaptasi dengan lingkungan serta kurang
memiliki sikap tenang, dan kurang optimis dan belum bersungguh-sungguh untuk
mengikuti bimbingan sosial yang ada di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi.

76
Wawancara Penulis dengan warga binaan B.W, pada hari Jum’at 25 Februari 2022 pukul 11.00.
77
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan B.W, pada hari jumat 25 Februari 2022 pukul 10.00.
78
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan B.A, pada hari jumat 25 Februari 2022 pukul 10.00.
79
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan R.R, pada hari sabtu 26 Februari 2022 pukul 10.00.
80
Wawancara Penulis dengan Warga Binaan N.W, pada hari sabtu 26 Februari 2022 pukul 14.00.
58
Namun sekarang sudah memiliki rasa percaya diri, dan sikap itu terwujudkan pada
warga binaandalam membuat sosial dengan bersama-sama, bergotong-royong
saling berkerja sama untuk menyelesaikan pembuatan sosial didepan para
pembimbing dan anggota bimbingan sosial yang lain.
Dari proses wawancara terhadap hasil sikap mandiri dari warga
binaansetelah kegiatan bimbingan sosial, sebagai berikut:

Tabel IV
Sikap Warga binaan Setelah Mengikuti Bimbingan Sosial

N
Nama Perilaku Setelah Mengikuti Bimbingan Sosial
o
sudah bisa mengenali alat-alat sosial yang akan
1 D.S digunakan, kemudian sudah bisa mengerjakan
sosial sendiri.
sudah bisa membuat sosial dan sudah tidak malu-
2 B.W malu untuk mencoba mempraktekkan sosial yang
diajarkan.
sudah merasa percaya diri dan bisa beradaptasi
dengan teman-teman nya, serta tidak lagi
3 B.A
menunggu perintah pembimbing ketika akan
mengerjakan kegiatan sosial.
sudah bisa bekerja sama dengan teman-teman
yang lain, kemudian rasa ketersinggungannya
4 R.R
sudah mulai berkurang dan mau bersungguh-
sungguh mengikuti kegiatan bimbingan sosial.
sudah lebih percaya diri, dan tidak malu-malu lagi
5 N.W untuk mengikuti proses bimbingan sosial dengan
teman-temannya yang lain.
Sumber: wawancara Warga Binaan RUTAN Kelas IIB Kotabumi 2021.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan sosial yang


dilakswarga binaanan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi cukup baik, karena
warga binaandapat memiliki kepercayaan dirinya untuk mandiri sesuai dengan
kebutuhan warga binaansehari-hari di dalam lingkungan Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi maupun masyarakat nantinya dan mempunyai skill bersosial. Sehingga pada
saat warga binaanbelajar mandiri didalam Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi sudah
dikuasai, maka ketika warga binaanterjun dalam masyarakat atau tempat umum
misalnya berlomba membuat karya baik secara individu maupun berkelompok ia akan
mampu menguasai dirinya dengan kepercayaan diri yang dimilikinya karena sudah
terbiasa dan sudah dipelajari di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi.

Bimbingan sosial yang diberikan oleh pembimbing berfokus kepada


perubahan sikap warga binaandan menyadarkan untuk memiliki kepercayaan diri akan
kemampuanya untuk memandirikan dirinya karena itu bekal yang sangat penting bagi
dirinya sendiri didunia dan diakhirat nantinya. Hasil yang tercapai tentunya atas

59
keberhasilan bimbingan sosial sehingga membuat warga binaanikut serta dengan
kesungguhan dalam proses bimbingan sosial hal itu sejalan dengan sikap kemandirian
yang terlihat dari warga binaan-warga binaandimana kepercayaan diri warga
binaankepada pembimbing serta satu sama lain timbul dan warga binaansecara aktip
terlibat dalam proses bimbingan sosial.

Pembinaan ini mengarah pada program pendidikan keterampilan dan bimbingan


kerja. Pada aktivitas pembinaan ini, narapidana dikembangkan akan potensi, bakat, dan
minat yang dimiliki. Pembinaan ini biasanya ditujukan agar narapidana lebih memiliki
keterampilan dan lebih mengikuti perkembangan pengetahuan. Namun, di RUTAN
Kelas II B Kotabumi ini tidak melaksanakan pembinaan keterampilan ini. Tidak ada
pembinaan potensi, bakat, dan minat bagi narapidana. Hanya saja, kebanyakan
narapidana yang sudah ahli dalam melakukan pekerjaan pertukangan ataupun lainnya,
diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut di dalam
RUTAN. Tetapi tidak ada pembinaan khusus mengenai keterampilan tersebut.

Pembinaan ini berjalan bersamaan saja dengan kegiatan harian narapidana di RUTAN
ini.
Sebagaimana yang dikatakan Bapak M Ahmad Faisol :

“Pembinaan yang ada di RUTAN ini hanya meliputi pembinaan tersebut saja.
Pembinaan terhadap narapidana tidak memenuhi tahap-tahap pembinaan sesuai yang di
atur di dalam UU Pemasyarakatan, yang kemudian diperjelas dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan”81

Faktor Penghambatan dan Pendukung dalam Pelaksanaan Bimbingan Sosial dalam


Upaya Aktualisasi Diri Warga binaan
Pada dasarnya setiap kegiatan bimbingan pasti akan menemukan faktor yang
dapat menghambat bimbingan tersebut. Namun, ada pula faktor yang dapat mendukung
pelaksanaan bimbingan tersebut. Begitu pula pada pelaksanaan bimbingan sosial dalam
mencapai aktualisasi diri warga binaan. Adapun faktor penghambat dalam bimbingan
sosial dalam mengembangkan kemandirian dan kreativitas warga binaandi RUTAN
Kelas IIB Kotabumi ini adalah:
1. Faktor Internal
a. Faktor pendidikan narapidana
Dalam hal proses pembinaan narapidana, pendidikan merupakan suatu
unsur yang sangat penting dilakukan. Namun, pembinaan pendidikan ini tidak
diterapkan di dalam RUTAN. Pentingnya pembinaan pendidikan berpengaruh

81
Wawancara penulis dengan pembina pemasyarakatan Bapak M Amran Faisol, pada hari kamis tanggal 24
Februari 2022 pukul 11.00.
60
terhadap kualitas pembinaan terhadap narapidana. Pembinaan pendidikan dapat
memberikan ilmu pengetahuan bahkan membuka cara berpikir dan bertingkah
laku dari narapidana tersebut. Satu-satunya pendidikan yang diterima narapidana
di RUTAN ini adalah pendidikan non-formal. Namun, realitasnya pendidikan
non-formal ini juga masih jauh dari kata baik, dikarenakan kurangnya sarana dan
prasarana yang mendukung. Hal ini ditandai dengan kurangnya media
pembelajaran mandiri seperti kurang lengkapnya buku-buku pembelajaran dan
rendahnya minat baca dari narapidana itu sendiri.
b. Faktor Kepribadian Narapidana
Dalam proses pembinaan, kesadaran diri sendiri sangatlah penting. Proses
pembinaan tidak akan bisa berjalan sempurna jika tidak ada kesadaran dan
keinginan yang kuat dari dalam diri narapidana itu sendiri. Realitasya,
narapidana di RUTAN ini banyak yang kurang memiliki kesadaran dan
keinginan untuk mengikuti pembinaan yang diadakan. Dapat dilihat dari jumlah
narapidana yang biasanya mengikuti pembinaan kerohanian yang tidak sesuai
dengan jumlah narapidana yang ada di dalam RUTAN. Dilihat juga banyak
narapidana yang masih belum mengerti arti dan tujuan dari pembinaan yang
dilakukan di dalam RUTAN. Hal ini membuat pembinaan yang dilakukan pun
sulit untuk dapat mengubah diri dan sifat dari narapidana tersebut. Karena pada
dasarnya pembinaan sangat bergantung besar pada kesadaran, keinginan, dan
tekad yang besar dari si narapidana tersebut.
2. Faktor Eksternal
a. Dana
Dana merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pembinaan
narapidana. Karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan sarana dan prasarana
untuk menjalanan pembinaan. Namun, realitasnya RUTAN Kelas II B Lampung
Utara memiliki dana yang tidak memadai untuk memberikan pembinaan yang
sempurna terhadap narapidana.

Hal ini dikarenakan karena pada dasarnya Rumah Tahanan Negara


adalah bukan sebagai tempat pembinaan narapidana, namun hanya sebagai
rumah tahanan sementara bagi tahanan dan terdakwa. Hal ini yang menjadi dasar
kuat kurangnya pemerintah memperhatikan atau memberikan dana pembinaan
bagi RUTAN ini. Ini merupakan masalah yang besar, karena perlu diingat
jumlah narapidana yang di tempatkan di RUTAN ini berjumlah 350 orang. Hal
ini menjadi sangat tidak adil bagi narapidana tersebut tidak mendapatkan

61
pembinaan yang sempurna. Padahal, pada hakikatnya narapidana memiliki
beberapa hak yang diatur dalam UU Pemasyarakatan, yang salah satunya mereka
memiliki hak untuk menerima pembinaan. Tetapi, karena kurangnya perhatian
terhadap RUTAN yang dijadikan tempat sebagai menahan narapidana membuat
proses pembinaan tidak dapat dijalankan secara sempurna oleh petugas RUTAN
tersebut
b. Sarana dan fasilitas
Sarana dan fasilitas RUTAN merupakan hal yang sangat penting juga untuk
berjalannya proses pembinaan dengan sempurna. Bangun RUTAN Kelas II B
Kotabumi ini dapat dikatakan cukup sempit untuk daya tampung tahanan serta
narapidana yang sebanyak 350 orang dengan kapasitas seharusnya hanya sanggup
menahan 300 orang. Bagaimana mungkin para tahanan dan narapidana dapat
menerima dengan baik pembinaan yang dilakukan jika sarana dan fasilitas yang
ada tidak dapat memberikan rasa nyaman bagi si terpidana. Pembinaan yang
diberikan terasa percuma jika mereka di tempatkan di tempat yang sebenarnya
dapat memberikan perasaan tertekan dan stress.
Luas kamar tahanan yang panjang hanya 8 meter dan lebar 5 meter
pastinya akan membuat narapidana berdesakan sehingga membuat mereka merasa
tidak nyaman dan stress. Pembinaan yang dilakukanpun akan terhambat karena
pikiran dan perasaan mereka terhambat. Dengan perbandingan kapasitas dan
jumlah tahanan yang ada di RUTAN tersebut dapat dikatakan sudah melebihi
kapasitas (Overcapacity).
c. Kurangnya tenaga pembina
Kurangnya tenaga pembina membuat tidak semua tahapan pembinaan
dan program pembinaan dapat dilakukan di RUTAN ini. Karena pada dasarnya
yang perlu diingat lagi bahwa RUTAN bukan sebagai tempat pembinaan bagi
narapidana membuat kurang diperhatikannya petugas pembina di RUTAN ini.
Sehingga, RUTAN Kelas II B Kotabumi ini hanya dapat memberikan
pembinaan sebisa yang mereka mampu saja. Pembinaan yang tidak sesuai tahap
dan tidak berdasar pada program pembinaan yang sudah diatur.
Sedangkan faktor pendukungnya adalah sarana. Dengan memanfaatkan
sarana yang ada di RUTAN warga binaan dapat memahami apa yang dijelaskan.
Karena warga binaan-warga binaan dapat melakukan kegiatan yang dapat
melatih ataupun membiasakan diri untuk melakukan hal yang positif. Selain itu,
kesabaran pembimbing merupakan faktor pendukung yang penting dalam
62
bimbingan. Sebab, menangani atau membimbing warga binaan diperlukan
kesabaran yang ekstra. Misalnya, ketika emosi warga binaan tidak stabil marah-
marah tidak jelas maka pembimbing harus dengan sabar mengarahkan warga
binaan agar kegiatan bimbingan sosial dapat berjalan lancar.

H. Susunan Struktur Organisasi Rutan

Karutan

Kasubsi Kasubsi Ka. KPR


Pengelolaan Pel. Tahanan

Staff Staff Yantah


Regu Staff
Pengelolaan
Jaga KPR

Komandan Reg 1 Kom Reg II Kom Reg III Komreg III

63
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI
DIRI WARGA BINAAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, bahwa warga binaan di Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi, memiliki permasalahan dalam hal aktualisasi diri misalnya seperti
tidak memiliki keterampilan hidup, rendahnya keterampilan untuk bersosialisasi, merasa
terkucilkan, sulit beradaptasi dengan lingkungan, tertutup, rendahnya sikap empati terhadap
orang lain, dan sulit untuk bekerja sama dengan orang lain. Karena kondisi mentalnya, warga
binaan sering menampilkan kepribadiannya yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang
juga kacau, sering termenung berdiam diri, namun terkadang menunjukkan sikap yang labil,
marah-marah, mudah tersinggung, mengganggu orang lain atau membuat kacau dan bahkan
merusak. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dimiliki, warga binaan membutuhkan
adanya bimbingan, salah satu bimbingan yang dapat diberikan adalah bimbingan sosial yang
dapat membantu mengaktualisasikan diri warga binaan. Di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi
melaksanakan bimbingan sosial untuk warga binan yang mengalami permasalahan dalam hal
aktualisasi diri dengan pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan sosial meliputi penetapan materi layanan, tujuan
yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sember bahan untuk bimbingan sosial,
rencana penilaian, waktu dan tempat. Dalam penelitian ini penetapan materi layanan
dilakukan dengan cara pembimbing pemasyarakatan melakukan sosialisasi terhadap warga
binaan mengenai macam-macam bimbingan sosial yang akan diikuti oleh masing-masing
warga binaan untuk kemudian pembimbing pemasyarakatan menetapkan materi layanan
bimbingan sosial mana yang akan diberikan.
Yang pertama dilakukan yaitu, adanya sosialisasi kepada warga binaan mengenai
bimbingan sosial yang ada di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi ini. Sosialisasi
dilakukan guna memperkenalkan maksud dan tujuan dari bimbingan sosial yang akan
diikuti oleh setiap warga binaan. Kemudian pembimbing pemasyarakatan melakukan
identifikasi dan assesment kepada warga binaan. Jika warga binaan rutin mengikuti
pembinaan dan berprilaku baik dapat menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk
mendapat potongan masa tahanan, para warga binaan sebelum mengikuti kegiatan
bimbingan sosial harus mengikuti kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh bapak M Amran
Faisol di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi. Menurut warga binaan yang menjadi
sampel, sangat penting sekali adanya kegiatan sosialisasi ini karena mereka dapat mengenal
berbagai macam sosial yang sebelumnya tidak diketahui oleh warga binaan dirumah maupun
dilingkungan sekitarnya karena adanya beberapa fenomena ataupun kebiasaan baru yang ada
di lingkungan masyarakat.

64
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian layanan bimbingan sosial adalah
warga binaan dapat mencapai dan mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif , cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat bergaul
dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri setelah bebas dari Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian bimbingan
sosial ini, yaitu bagaimana warga binaan-warga binaan ini setelah bebas nanti bisa
mengembangkan kemandirian dan sosialnya di lingkungan masyarakat. Kemudian warga
binaan-warga binaan ini bisa menentukan arah hidup dan karirnya mau kemana setelah
bebas dari Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Menyusun Program
Program penanganan warga binaan ini disusun dengan beberapa hal terkait
seperti memilih materi yang tepat, kemudian membentuk layanan dan kegiatan yang
sesuai, mengatur jadwal pelaksanaan, kerjasama serta teknis dan strateginya.
Penyusunan Program ini diadakan guna memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan, supaya materi yang disiapkan dapat mengasah kemampuannya dalam
bidang interaksi sosial dan penyaluran bakat yang dimiliki warga binaan tersebut.

b. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan dengan permasalahan dan
minat bakat warga binaan yang telah dipilih. Dalam setiap kelompok sosial terdapat satu
pembimbing yang akan membimbing serta mengajarkan warga binaan pada bidang
sosial tertentu, misalnya mengembangkan kiat-kiat komunikasi efektif, bagaimana cara
meningkatkan kemampuan bekerjasama, pentingnya memiliki sikap tegas, pentingnya
memiliki tanggung jawab, pentingnya memiliki keterampilan berempati, kiat-kiat
bergaul dan melibatkan diri dalam kelompok dan cara mengontrol diri dan lain
sebagainya. Pembentukan kelompok ini diadakan guna membantu warga binaan agar
terfokus dalam memecahkan permasalahan sosial mereka, supaya mereka dapat
mengasah kemampuannya dalam bidang sosial tersebut. Dalam setiap kelompok sosial
didampingi oleh satu pembimbing yang ahli dalam bidang sosial tersebut. Pembentukan
kelompok ini bertujuan untuk melatih warga binaan dalam bidang sosial yang telah
menjadi permasalahan sosial warga binaan, kemudian agar warga binaan dapat fokus
dalam pembinaan sosial tersebut. Dalam setiap bidang sosial akan didampingi oleh
pembimbing yang akan mengajarkan, melatih, memberi arahan serta membimbing para
warga binaan.

c. Implementasi Program Pengenalan


Penanganan warga binaan dalam rangka mengembangkan keterampilan
sosialnya dilakukan dengan berbagai teknik dan strategi. Teknik dan strategi ini ada
yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Implementasi Program
Pengenalan ini diadakan guna membantu warga binaan agar dapat mengenal dan

65
memahami materi yang diberikan, sehingga warga binaan dapat menerapkan pada diri
mereka.
Melalui Layanan Implementasi penanganan warga binaan dalam rangka
mengembangkan keterampilan sosial warga binaan yang dilakukan dengan layanan
antara lain melalui beberapa layanan, yaitu sebagai berikut:
c) Layanan Orientasi
Layanan orientasi bermaksud membantu warga binaan untuk mengenal dan
memahami lingkugan atau situasi yang akan dimasukinya setelah bebas, sehingga
warga binaan lebih mudah dan lancar dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan
sosial di lingkungan masyarakat yang akan mereka masuki setelah bebas. Salah satu
tujuan yang berkaitan dengan keterampilan sosial adalah agar warga binaan
khususnya dapat menjadi pribadi yang mantap, mandiri serta mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan baik,
sehingga warga binaan tersebut dapat menjalankan kehidupannya dengan baik seperti
warga binaan yang lain.
d) Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu warga binaan yang terkait untuk dapat menerima dan memahami
informasi yang mereka perlukan untuk bahan membuat perencanaan atau
pengambilan keputusan. Layanan informasi yang diberikan di Rumah Tahanan Kelas
IIB Kotabumi berjalan secara terus menerus dan berkelanjutan yaitu dari awal
pendataan personil pembinaan hingga warga binaan merasa dapat berinteraksi
dengan masyarakat luar setelah masa tahanan habis. Materi terkait dengan
keterampilan sosial yang pernah diberikan oleh pembimbing pemasyarakatan antara
lain komunikasi dengan orang sebaya, persahabatan, akhlak mulia dan memahami
potensi diri. layanan ini bertujuan agar warga binaan dapat menjalani tugas-tugas
perkembangan, khususnya tentang keterampilan sosial dan perkembangan pribadi
sehingga warga binaan dapat mengaktualisasikan diri mereka setelah bebas dari masa
tahanan. Pada bagian ini peran yang diambil pembimbing pemasyarakatan, dengan
menjelaskan tentang pentingnya bahwa mengembangkan keterampilan sosial dan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dengan arahan tersebut diharapkan oleh
warga binaan dapat menjalani kehidupannya seperti masyarakat pada umumnya.

d. Kegiatan Bimbingan Sosial


Pelaksanaan bimbingan sosial di RUTAN Kelas IIB Kotabumi sangat menjadi
perhatian, karena praktek dengan pembinaan sosial menjadi salah satu media
pendekatan pembimbing dan warga binaan RUTAN Kelas IIB Kotabumi. Dalam proses
meningkatkan keterampilan sosial akan menjadi tantangan tersendiri bagi pembimibing
untuk membimbing warga binaan-warga binaan karena warga binaan memiliki emosi
yang tidak stabil dan sensitif, oleh karena itu warga binaan terkadang mudah marah dan
tersinggung serta beberapa warga binaan memiliki tingkat kecerdasan yang rendah
karena tingkat pendidikan yang rendah dalam hidupnya. Maka dari itu memberikan
pengajaran kepada mereka tidaklah mudah, perlu kesabaran, kedekatan psikologis dan
66
pemberian motivasi oleh pembimbing secara konsisten yang terus menerus adalah
rutinitas yang tidak boleh tertinggal. Untuk itu, pembimbing lebih dominan dalam
peran memotivasi dan mengarahkan warga binaan. Dalam proses bimbingan sosial
dilakukan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi yang utama dilakukan adalah membuat
warga binaan pada saat dilakukannya proses/praktik sosial merasa betah dan tidak
membosankan.
Proses bimbingan sosial disini awalnya berdoa seperti biasanya, setelah itu baru
pengenalan proses pembinaan sosial untuk warga binaan yang sudah paham. Dan lebih
banyak mempraktekkan dan sering-sering menjelaskan kepada warga binaan. Kegiatan
pembinaan sosial ini dapat dilakukan untuk melatih motorik halus warga binaan,
merangsang kreativitas warga binaan, melatih konsentrasi warga binaan dan juga
melatih kesabaran warga binaan. Pada saat pembinaan ini warga binaan mudah
melakukannya meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kondisi warga binaan mengakibatkan materi sosial yang saya ajarkan sulit
dimengerti oleh mereka, untuk itu materi sosial harus di ulang-ulang sampai mereka
mengerti. Hal ini dilihat dari proses bimbingan sosial pertama kalinya, belum sesuai
dengan tahapan-tahapan yang sudah diajarkan oleh pemimbing RUTAN Kelas IIB
Kotabumi.
Terkait dengan upaya yang dilakukan pembimbing dalam mengembangkan
keterampilan sosial, kemandirian dan kreativitas warga binaan, ada beberapa hal yang
telah dilakukan oleh pembimbing sebagaimana yang dikatakan oleh pembimbing adalah
dengan memberikan motivasi serta memberikan arahan untuk terus berusaha mengikuti
sosial dengan baik dan benar, sehingga mereka bisa mandiri, serta memberikan
dorongan yang kuat kepada warga binaan lain di RUTAN Kelas IIB Kotabumi. Selain
itu, kesabaran pembimbing dalam proses sosial lainnya mempengaruhi hasil
perkembangan warga binaan yang ada disini. Rasa kasih sayang dan perhatian layaknya
keluarga sendiri yang terus menerus diberikan akan menghasilkan hasil yang lebih
maksimal, pada keberhasilan perkembangan mereka. Untuk itu peranan pembimbing
dirutan perlu dibantu oleh pihak-pihak keluarga warga binaan sendiri, agar proses
peningkatan kepercayaan diri warga binaan akan lebih maksimal.
Pembinaan yang diterapkan di RUTAN ini pada dasarnya merupakan syarat bagi
warga binaan untuk mendapatkan asimilasi atau pengurangan masa tahanan, jadi
kebanyakan dari mereka hanya bertujuan untuk mendapatkan asimilasi dan keinginan
untuk diterima kembali di lingkungan masyarakat.
Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa untuk mengarahkan warga
binaan mengembangkan kemandirian, potensi diri dan kreativitas diri, pembimbing
harus dengan cara turun tangan langsung membimbing, serta sabar mengarahkan
memberi contoh yang baik kepada warga binaan agar mereka mengerti dan mau
menjalankan apa yang telah diintruksikan oleh pembimbing. Secara terus menerus
memotivasi dan mengarahkan warga binaan, dengan cara seperti itu diharapkan
kemandirian dan kreativitas diri warga binaan akan berkembang dan meningkat hingga
mampu mengaktualisasikan diri mereka. Dalam proses bimbingan yang dilaksanakan
warga binaanan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi, tahap mengembangkan kemandirian
dan kreativitas juga mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama. Pembimbing

67
yang memberikan bimbingan sangat berpengaruh terhadap proses warga binaan dalam
mengembangkan kemandirian dan kreativitas.

e. Evaluasi Kegiatan Bimbingan Sosial


Dengan mengupayakan bimbingan sosial peran pembimbing dalam proses
aktualisasi diri warga binaan sehingga mampu memberikan feedback yang tepat sesuai
dengan kondisi warga binaan dan menjadikan kesejahteraan serta kemandirian warga
binaan menjadi hal utama yang harus di wujudkan oleh pembimbing, maka hasil dari
bimbingan sosial warga binaan dapat dilihat dari indikator adanya keberhasilan dalam
bimbingan sosial yang sudah diberikan oleh pembimbing Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pembimbing pemasyarakatan pembimbing
Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi, bahwa bimbingan sosial pada diri warga binaan
baik secara sikap dan perilaku dapat dinilai cukup memberikan hasil yang baik dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka mampu memahami tentang materi-
materi yang disampaikan oleh pembimbing pemasyarakatan pembimbing dan
menciptakan perilaku yang baik dari pada sebelumnya. Perubahan yang nampak dari
keberhasilan yang terjadi pada warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi,
adalah kepercayaan diri, mampu mandiri, dalam berinteraksi meningkat, mampu
beradaptasi dengan baik dari pada sebelumnya memiliki sikap yang tenang lebih dari
sebelumnya, meningkatkan ke-optimisan serta kreativitas dalam mengikuti kegiatan
bimbingan sosial, dan lebih lagi memahami kemampuan yang ada didalam diri.
Terkait dengan upaya yang dilakukan pembimbing dalam upaya aktualisasi diri
warga binaan, ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh pembimbing sebagaimana
yang dikatakan oleh pembimbing pemasyarakatan pembimbing sebagaimana hasil
observasi adalah dengan memberikan motivasi serta memberikan arahan untuk terus
berusaha mengikuti pembinaan sosial yang lainnya nantinya, serta memberikan
dorongan yang kuat kepada warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi.
Selain itu, kesabaran pembimbing dalam proses bimbingan sosial lainnya
mempengaruhi hasil perkembangan warga binaan yang ada disini. Perhatian layaknya
keluarga sendiri yang terus menerus diberikan akan menghasilkan hasil yang lebih
maksimal, pada keberhasilan proses aktualisasi warga binaan. Untuk itu peranan
pembimbing pemasyarakatan pembimbing di RUTAN perlu dibantu oleh pihak-pihak
warga binaan sendiri, agar proses peningkatan kepercayaan diri warga binaan akan lebih
maksimal.
Proses bimbingan sosial dilakukan dengan tatap muka dimana warga binaan dan
pembimbing pemasyarakatan dapat bertemu dan melangsungkan pembelajaran seperti
biasanya. Bimbingan pada warga binaan yang tidak dapat cepat mencerna apa yang
telah diarahkan oleh pembimbing pemasyarakatan, serta kemauan mereka dalam
bersosialisasi terkadang malas.
Dalam mengembangkan kemandirian dan kreativitas diri warga binaan agar
dapat mengaktualisasi diri, peran seorang pembimbing pemasyarakatan harus dengan
cara membimbing, serta sabar mengarahkan memberi contoh yang baik kepada warga
binaan agar mereka mengerti dan mau menjalankan apa yang telah diintruksikan oleh
pembimbing pemasyarakatan pembimbing. Secara terus menerus memotivasi dan
68
mengarahkan warga binaan, dengan cara seperti itu diharapkan kemandirian dan
kreativitas diri anak akan berkembang dan meningkat sehingga warga binaan dapat
mengaktualisasikan diri mereka. Dalam proses bimbingan yang dilaksanakan di Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi, tahap mengembangkan kemandirian dan kreativitas juga
mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama. Pembimbing pemasyarakatan
memberikan bimbingan sangat berpengaruh terhadap proses warga binaan dalam
mengembangkan kemandirian dan kreativitas hingga mampu mengaktualisasi diri
mereka.

69
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan
sosial dalam mengembangkan aktualisasi diri warga binaan di Rumah Tahanan Kelas II B
Kotabumi meliputi tiga tahapan, yaitu: Pertama, perencanaan kegiatan yaitu meliputi
penetapan materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber
bahan untuk bimbingan sosial, rencana penilaian, waktu dan tempat. Kedua, pelaksanaan
kegiatan yaitu mencakup menyusun program, pembentukan kelompok dan implementasi
program pengenalan melalui 2 layanan yaitu layanan orientasi dan layanan informasi.
Ketiga, evaluasi kegiatan bimbingan sosial, bahwa bimbingan sosial pada diri warga binaan
baik secara sikap dan perilaku dapat di nilai cukup memberikan hasil yang baik dan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka mampu memahami tentang materi-materi yang
disampaikan oleh pembimbing dan menciptakan perilaku yang baik dari pada sebelumnya.
Perubahan yang nampak dari keberhasilan yang terjadi pada warga binaan di Rumah
Tahanan Kelas II B Kotabumi adalah kepercayaan diri, mampu mandiri, dalam berinteraksi
meningkat, mampu beradaptasi dengan baik dari pada sebelumnya memiliki sikap yang
tenang lebih dari sebelumnya, meningkatnya ke-optimisan serta kreativitas dalam mengikuti
kegiatan program pembinaan, dan lebih lagi memahami kemampuan yang ada didalam diri.

B. Saran
Setelah pembahasan penelitian skripsi ini, sesuai harapan peneliti agar skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, maka peneliti ingin menyampaikan saran –saran
sebagai berikut:
1. Kepada pembimbing di harapkan untuk terus memberikan perhatian, arahan, motivasi
agar warga binaan didik di rutan mentalnya secara bertahap dan menjadi lebih baik.
2. Untuk warga binaan diharapkan dapat menyadari bahwa kekurangan yang ada pada diri
masing-masing bukanlah sebuah aib dan lebih bersemangat lagi dalam menjalani
kehidupan bersosialisasi dengan teman-teman dan lebih optimis untuk menjalani
kehidupan di masa depan.
3. Untuk Rumah Tahanan Kelas II B Kotabumi, di harapkan mampu meningkatkan sarana
dan prasarana media pembantu agar dapat lebih mengimplementasikan metode dan
materi yang inovatif agar terciptanya kelancaran proses pembinaan di Rumah Tahanan
Kelas II B Kotabumi.
4. Melalui penelitian yang dilakukan di RUTAN Kelas IIB Kotabumi, alangkah baiknya
apabila tahan sementara dan Narapidana tidak digabungkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hal ini dilakukan agar para petugas pembina dapat melakukan
70
pembinaan terhadap Narapidana dengan baik dan secara efektif menurut undangundang.
Dikarenakan dalam peraturan perundang-undangan tidak ada diberikannya pembinaan
terhadap tahanan sementara di RUTAN.
5. Menurut penjelasan yang penulis lakukan terhadap penelitian ini, bahwa pembinaan
yang ada di RUTAN memiliki beberapa hambatan. Salah satunya dilihat dari faktor
eksternal, yaitu berupa kurangnya dana pembinaan, tenaga pembina, serta sarana dan
prasarana. Sehingga, alangkah baiknya apabila hambatan-hambatan yang ada dapat
dipenuhi kebutuhannya agar pembinaan dapat berjalan dengan baik.

71
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodelogi Research, Yogyakarta: Sumbangsih. 1975.

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah. 2008.

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta: Gava


Media. 2004.

Ananta Wikrama Tungga, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.

Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: AMELIA Surabaya. 2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2006.

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.

Dr.Cornelis George Bore, Personality Theories Melacak Kepribadian Anda Melalui Psikolog
Dunia. Yogyakarta: Prismasophie. 2010.

Eli Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara. 2012.

Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2015.

Miles, Mattew B dan Amichael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia. 2007.

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2015.

Riswani, Penelitian Bimbingan dan Konseling. Riau: LPPM UIN SUSKA. 2014.

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010

Sudaryono, Metodologi Penelitian. Depok: Raja Grafindo Persada. 2017.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. 2009.

Sumandi Suryabrata, Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali. 1987.

Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press. 2009.

Taty Fauzi, Pelaksanaan Pelayanan Konselor Kelompok. Jakarta: Transmart. 2018.

72
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis Intregrasi). Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2013.

V. Mark Durand dan David H.Barlow, Teori Humanistic Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2006.

Wiraja Sujaweni, Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014.

Sumber Ilmiah

Ahmad Sanusi, ‘Pelaksanaan Fungsi Cabang Rumah Tahanan Negara di Luar Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia’, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 10 No 2, 2016.

Ariska Popy, Pengaruh Pelayanana Bimbingan Sosial Terhadap Peningkatan Keterampilan


Interpersonal Peserta Didik XI di SMK Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018.Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2017.

Azmah Tafwidli Rahmi, Santi Susanti dan Herlina Agustin, ‘Pencarian informasi melalui
televisi dan film oleh tunarungu di Sumedang Information Seeking through Television
and Films by Deaf People’, Vol.5 No.1, 2021.

Betsy Amanda Syauta dan Reni Yuniasanti, Kerja Pada Wanita Karier di PT Kusuma Sandang
Mekar Jaya The Relationship Between Needs Of Self-Actualization and Working
Motivation in Career Women In PT Kusuma’, Vol. 17 No. 1, 2015.

Dwianto Bayu Susanto, “Pola Pelaksanaan Bimbingan Narapidana Selama Pembebasan


Bersyarat Untuk Tidak Melakukan Tindak Pidana”’, Jurnal Ilmiah, Universitas
Brawijaya. 2013.

Fitra Meri Aulia Riska, ‘Ganbaran Aktualisasi Diri Penyandang Tuna Netra (Studi pada Boy
Sandi Penyanyi Minang)’, Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam, Vol. 9 No. 1, 2019.

Gede Nugraha Sudarsana, ‘Pengaruh Cybertherapy Terhadap Pengembangan Aktualisasi Diri


Remaja Kelas XI SMA Negeri 1 Singaraja, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran,
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.1 No.1, 2017.

Hanum Aisharahma dan Ana Irhandayani, ‘Modal Sosial sebagai Sarana Meningkatkan Rasa
Percaya Diri bagi Narapidana untuk Kembali Berbaur dengan Masyarkat’,Kajian
Budaya,Perpustakaan. Vol. 4 No, 4. 2020.

Hasruddin Nur, Interaksi antara sesama warga binaan di rutan kelas II B Enrekang Kabupaten
Enrekang’, Phinisi Integration Review, Vol. 1 No. 1, 2018.

Hayail Umroh, ‘Perempuan dan aktualisasi’,Jurnal Studi Gender dan Islam Serta Perlindungan
Anak, Vol. 7 No. 1, 2018.

Indra Prapto Nugroho dan Titi Fariyyah, “Saya Bersyukur Setiap Saat”: Bagaimana
Kebersyukuran Berhubungan dengan Aktualisasi Diri’, Journal Ilmiah Psikologi, Vol. 4
No. 1, 2019.

73
Inge Noermalasari, ‘Pelaksanaan Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pada Pecandu Napza di UPT Rehabilitas Sosial Anak Nakal dan Korban Napza
(ANKN)’,Vol, 5 No. 2, 2016.

Inka Anggisari, ‘Aktualisasi Diri Ditinjau dari Kuatnya Stimulan pada Penyandang Disabalitas
Dewasa’,Artikel Umum, Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
2018.

Mahdatul Maghfiroh, Implementasi Bimbingan Sosial Pada Lansia di Panti Wredha Harapan
Ibu Ngaliyan Semarang. Thesis. Universetas Negeri Walisongo Semarang. 2017.

Mohamad Ridhoddin Akbar, ‘Hubungan Aktualisasi diri dengan komitmen organisasi pada
pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Komunitas Musik Studio Tiga
(KOMMUST) periode 2017.SKRIPSI. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. 2018.

Nurwahida Alimuddin, ‘Komunikasi Dakwah dalam Bimbingan Sosial Menumbuhkan Adaptasi


Mad’u’,Al-Mishbah,Vol. 10 No. 2, 2014.

Rejil Seri Utami dan Maria Magdalena, Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Barat. 2020.

Republik Indonesia, ‘UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan’, Journal of Geotechnical
and Geoenvironmental Engineering ASCE, 1995.

Retno Ayu Untari, ‘Pemberdayaan Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP),
Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Apik Mandiri Melalui Agribisnis’, Skripsi,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN Raden Intan Lampung. 2019.

Richard Varianto Setiawan, ‘Aktualisasi Diri pada Waria’. Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
2019.

Selviana Syafitri, ‘Pengaruh Harga Diri dan Kepercayaan Diri dengan Aktualisasi Diri pada
Komunitas Modern Dance di Samarinda’, eJournal Psikologi, Vol. 2 No. 2, 2014.

Taqy Fauzan Giyandri, ‘Penerapan Bimbingan Sosial Pada Anak Pelaku Pidana Narkotika Di
Lpka Tangerang’, Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik,Vol. 9 No. 1, 2020.

Tezar Arianto, dan Ervina Erlita ‘Analisis Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri, Penghargaan
dan Kebutuhan Sosial Terhadap Pengembangan (Survei pada PT. Bukit Angkasa
Makmur Bengkulu Tengah)’, EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 9 No. 1, 2021.

Zainul Akhyar, Muhammad Najibuddin dan Harpani Matnuh. ‘Persepsi Masyarakat Terhadap
Mantan Narapidana di Desa Benua Jinah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai
Tengah’, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,Vol. 4 No.7, 2014.

Wawancara

B.A, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial B.A, pada Jum’at 25 Februari 2022

74
B.W, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial B.W, pada Jum’at 25 Februari 2022
D.S, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial D.S, pada Jum’at 25 Februari 2022
M Amran Faisol, Wawancara Penlulis dengan Bapak M Amran Faisol, pada Kamis 24 Febrari
2022.
Mukhlisin Fardi, Wawancara Penulis dengan Bapak Mukhlisin Fardi, pada Kamis 24 Februari
2022
N.W, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial N.W, pada Jum’at 25 Februari 2022
R.R, Wawancara Penulis dengan Warga Binaan berinitial R.R, pada Jum’at 25 Februari 2022
Sabar Anju Padang, Wawancara penulis dengan Bapak Sabar Anju Padang, pada Senin tanggal
22 November 2021.

75
LAMPIRAN

Lampiran : 1 PEDOMAN OBSERVASI

NO Objek Observasi Kegiatan Observasi


1 Tim Pendamping  Mengamati Proses Pelaksanaan bimbingan
 Melihat keadaan Warga Binaan saat
pelaksanaan bimbingan
 Mencatat apa yang disampaikan informan

76
Lampiran : 2 PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Kepala Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi

1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

2. Apa visi dan misi Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

3. Bagaimana struktur yang ada di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

4. Bagaimana sarana dan prasarana di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

5. Bagaimana sistem pembagian kamar tahanan yang digunakan di Rumah Tahanan Kelas

IIB Kotabumi?

6. Bagaimana proses atau tahap pelayanan yang dilakukan Rumah Tahanan Kelas IIB

Kotabumi?

7. Bagaimana kerjasama antara Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi kepada lembaga lain,

dalam hal tentang minat dan bakat anak Warga Binaan?

8. Bagaimana faktor-faktor yang mendukung ataupun menghambat warga binaan untuk

mencapai aktualisasi diri di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

9. Berapa jumlah staff di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

10. Berapa jumlah warga binaan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

11. Bagaimana suka duka nya menjadi kepala Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

12. Kegiatan apa yang menjadi unggulan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

13. Bagaimana peran Kepala Rumah Tahanan dalam mengembangkan Rumah Tahanan

Kelas IIB Kotabumi?

14. Apa saja hambatan yang dilalui kepala rumah tahanan dalam kegiatan di Rumah

Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

15. Apa saja permasalahan yang sering terjadi di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

77
Informan : Konselor Pemasyarakatan

1. Apa saja peran konselor pemasyarakatan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

2. Bagaimana suka dan duka menjadi konselor pemasyarakatan di Rumah Tahanan

Kelas IIB Kotabumi?

3. Kemandirian seperti apa yang harus dicapai oleh warga binaan di Rumah Tahanan

Kelas IIB Kotabumi?

4. Sebelum diadakannya bimbingan apa sajakah hal yang perlu di persiapkan?

5. Apakah kegiatan bimbingan terjadwal secara rutin?

6. Bagaimana cara melakukan bimbingan di Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

7. Apa sajakah tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan di Rumah Tahanan Kelas

IIB Kotabumi?

8. Bagaimana Analisis kebutuhan yang diterapkan kepada warga binaan?

9. Bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam melaksanakan bimbingan sosial?

10. Bagaimana pelaksanaan bimbingan sosial yang diterapkan pada warga binaan dalam

aspek penggunaan data dan penggunaan waktu?

11. Bagaimana evaluasi dari bimbingan sosial yang diterapkan pada warga binaan?

12. Apa tindak lanjut dalam pelaksanaan bimbingan sosial yang diberikan kepada warga

binaan?

13. Bimbingan diberikan secara kelompok atau individu?

14. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan bimbingan di

Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi?

15. Apa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya bimbingan di Rumah Tahanan Kelas

IIB Kotabumi?

16. Bagaimana hambatan atau kesulitan bagi konselor pemasyarakatan dalam

memberikan bimbingan?

78
Informan : Warga Binaan

1. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti pembinaan yang diberikan oleh pihak

pemasyarakatan?

2. Apa manfaat bimbingan yang dilakukan oleh phak pemasyarakatan pada diri anda?

3. Apa yang anda dapatkan dari mengikuti program bimbingan?

4. Apa perubahan sebelum dan sesudah anda mengikuti program pembinaan?

5. Apakah anda sudah lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain setelah

mengikuti program bimbingan?

6. Bagaimana anda akan menyikapi respon masyarkat setelah anda bebas?

7. Bagaimana perasaan anda saat menyesuaikan diri untuk kembali ke masyarakat?

8. Apakah ada rasa takut ketika akan kembali kepada masyarakat?

9. Bagaimana persiapan yang anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan anda setelah bebas?

79
Lampiran 3 : PEDOMAN DOKUMENTASI

Untuk melengkapi data-data yang peneliti perlukan dalam penelitian ini, maka peneliti juga

menggunakan dokumentasi yang memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Sejarah berdirinya Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

2. Visi dan Misi Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

3. Struktur organisasi dan nama nama staff Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

4. Kedudukan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

6. Program kegiatan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

7. Proses Pelayanan Sosial Warga Binaan Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

8. Sarana Rumah Tahanan Kelas IIB Kotabumi.

80

Anda mungkin juga menyukai