Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI-

SOSIAL
Disusun guna memenuhi tugas semester 4 (empat) mata kuliah Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial

Dosen Pengampu: Siti Fatimah, S.Psi, M.Pd.

Kelompok 1 BK-A2 2021

Atiqah Nur Azzahra 21010134

Siti Nurhalisa 21010092

Andi Mumtaz 21010231

Putri Aprilia 21010103

Reva Ratna Sari 21010120

Rizky Juliana 21010128

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)

SILIWANGI

2023
KATA PENGANTAR

Bimbingan dan Konseling merupakan layanan yang dilakukan oleh seorang ahli dengan
tujuan memberikan bantuan kepada klien atau konseli. Dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi konseli baik itu dalam bidang pribadi,sosial, akademik dan karir.
Konselor merupakan seorang ahli yang melakukan layanan yang akan dilaksanakan secara
bertatap muka atau bertemu langsung dengan seorang konseli.

Dalam makalah ini akan membahas salah satu bidang dalam Bimbingan dan Konseling,
yakni pada bidang pribadi dan sosial. Yang dimana menitik beratkan persoalan pribadi dan
hubungan sosial konseli. Sebagai pembahasan utama dalam Bimbingan dan Konseling. Pribadi
dan sosial merupakan bidang yang pertama diangkat dalam suatu program layanan Bimbingan
dan Konseling. Karena dari semua permasalahan konseli tidak akan pernah terlepas dari pribadi
dan hubungan sosial dengan orang lain. Yang dimana memiliki tujuan, agar konseli dapat
memahami, menerima dan mengembangkan diri pribadinya kearah yang lebih baik. Juga dalam
hubungan sosialnya memiliki kondisi yang baik-baik saja dengan orang lain. Oleh sebab itu
konselor memiliki peran tersebut dalam menjalankan layanannya untuk membantu konseli
mendapatkan semua yang dibutuhkan agar tercapai tujuan tersebut.

Sebagai materi awal dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial, dengan
judul: Landasan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial. Untuk memenuhi tugas pertama di
semester empat diampu Oleh bu Siti Fatimah, S.Psi,M.Pd.

Diharapkan dengan menelusuri dan mengupas tentang landasan bimbingan dan konseling
dalam bidang pribadi-sosial. Mahasiswa dapat memahami kebutuhan dalam segi pribadi dan
sosial konseli. Dan juga mendapatkan apresiasi yang mendorong pengembangan dalam
penyusunan makalah. Oleh karena itu diperkenankan atas kritik dan sarannya yang mendukung
pengembangan makalah ini.

Cimahi, 1 Oktober 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
C. Tujuan …………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

A. Hakikat Manusia………………………………………………………………………......4
B. Hakikat Manusia Menurut Agama………………………………………………………...4
C. Tujuan dan Tugas Kehidupan……………………………………………………………..4
D. Landasan Bimbingan dan Konseling……………………………………………………...6
E. Makna, Fungsi dan Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling…………………6
F. Landasan Bimbingan dan Konseling Pribadi-sosial………………………………………7

BAB III PENUTUP ………………………..…………………………………………………..10

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………10
B. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………10

iii
I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penerapan program bimbingan dan konseling di sekolah bukan terletak pada ada atau
tidaknya landasan hukum atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah adanya
kesadaran atau komitemen untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya menyangkut aspek fisik, emosional, sosial
dan moral-spritual.

Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik secara fisik, psikis, maupun
sosial. Lingkungan memiliki sifat perubahan, yang dimana dalam perubahannya akan
memengaruhi gaya hidup masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi sulit diprediksi, di luar
jangkauan kemampuan, atau kekurangan (seperti mindset atau skill) dalam menghadapinya,
maka akan melahirkan diskomunikasi perkembangan perilaku siswa, seperti terjadi stagnasi
(kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan
lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup.

Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangan siswa, bimbinan dan konseling dapat
diklarifikasikan menjadi empat bidang yaitu: (1) bimbingan dan konseling pribadi, (2) bimbingan
dan konseling sosial, (3) bimbingan dan konseling belajar/akademik, (4) bimbingan dan
konseling karir.

Yang pada pembahasan dalam makalah ini adalah pada bidang pribadi-sosial untuk mengkaji
landasannya. Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi
siswa, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan
potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Bimbingan dan konseling
pribdai menyangkut pengembangan pada: komitmen hidup beragama, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, bakat dan minat, konsep diri, dan kemampuan mengatasi masalah-masalah
pribadi seperti stress, frustasi, dan konflik pribadi.

Bimbingan ini adalah layanan yang mengara pada pencapaian pribadi yang mantap, dengan
memperhatikan keunikan karakterisktik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh
siswa.

iv
Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu
mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau berhubungan sosial dan
memecahkan masalah-masalah sosial yang dialami.

Bimbingan sosial, meliputi pengembangan dalam: pemahaman tentang keberagaman budaya atau
adat istiadat, sikap-sikap sosial (empati, atrui, toleransi, dan kooperatif), dan kemampuan
berhubungan sosial secara positif dengan orang tua, guru, teman, dan staf sekolah.

Bimbingan dan konseling sosial diberikan dengan cara menciptaka lingkugan sosial sekolah
yang kondusif, dan membangun interaksi pendidikan atau proses pembelajaran yang bermakna
potensi bagi siswa secaara optimal. Dan berikut ini adalah pengkajian landasan pribadi dan sosial
yang menjadi bidang pertama dari keempat bidang, kemudian akan dikaitkan dengan
pengetahuan dari sumber-sumber yang terakrediatasi dan sumber filosofis yang dikupas secara
logis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melandasi bimbingan dan konseling pada bidang pribadi-sosial?


2. Apa saja kebutuha peserta didik dari segi bidang pribadi dan sosialnya?
3. Apa landasan priibadi yang menimbulkan kebutuhan dalam bimbingan dan
konseling?
4. Apa landasan sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan dalam bimbingan dan
konseling?
5. Pendekatan apa yang digunakan dalam landasan bimbingan dan konseling pada
bidang pribadi-sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahuai yang melandasi bimbingan dan konseling pada bidang pribadi-
sosial
2. Untuk memahami kebutuhan peserta didik dari segi bidang pribadi dan sosialnya
3. Untuk megetahuai landasan pribadi yang menimbulkan kebutuhan dalam bimbingan
dan konseling
4. Untuk mengetahui landasan sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan dalam
bimbingan dan konseling
5. Untuk memahami secara mendalam bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi-
sosial dengan menggunakan pendekatan filosofis

v
II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

Sebagaiman yang dipaparkan oleh beberapa pendapat para ahli atau mazhab konseling
tentang hakikat manusia:

1. Manusia adalah unik, dalam artian bahwa manusia mengarahkan hidupnya sendiri. –
Viktor E.Frankl
2. Manusia pada dasarnya bersifat pesimistik, deterministik, mekanistik, dan
reduksionistik. –Sigmund Freud
3. Individu merupakan bagian dari lingkungannya. Oleh karena itu individu baru dapat
dipahami apabila mempertahankan konteks lingkungannya. -- Teori Gestalt
(Frederick Perls 1884-1970).
4. Manusia harus memandang atau memerhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya,
dan perhatiannya ini direfleksikan dalam pergaulan dengan warga masyarakat yang
lebih luas. –Beck
5. Manusai pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Dalam arti bahwa lingkunagn merupakan pembentuk utama keberadaan manusia. –
B.F Skinner dan Watson

Dari uraian diatas bisa diambil kesimpulan bahwa manusia memiliki kepribadian dan juga
ketergantungan kepada individu yang lain. yang dimana manusia bisa menentukan arah
hidupnya, dapat melakukan semua sendiri dan juga memiliki haknya untuk mengatur semua
asperk kehidupannya sendiri. Namun, disisi lain tidak bisa berdiri sendiri, masih memiliki
kebutuhan untuk bergantung kepada manusia lainnya. Sehingga terbentuknya bidang pribadi dan
sosial sebagai pengaturan dalam hidupnya yang harus dikuasai oleh dirinya.

Akan tetapi, dalam usaha manusia untuk membuat pribadi yang sehat (baik secara fisik maupun
psikis) dan hubungan sosial yang baik. Tidak terlepas dari permasalahan yang akan
menumbuhkan kecenderungan untuk merasa tertekan. Sebagaiman yang dikemukakan oleh
Allbert Ellis berpendapat bahwa hakikat manusia adalah:

1. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia,


berpikir, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan
diri.

vi
2. Juga memiliki kecenderungan kearah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul intoleransi,
perfeksionisme, mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi.

Bisa jelas tergambarkan dari pendapat diatas, bahwasannya manusia itu pertengahan antara
pemikiran yang positif (optimistik) dengan pemikiran negatif (Pesimistik). Apabila seimbang
antara keduanya dapat dikatakan sudah mencapai keberhasilan dalam hidup manusia. Namun,
apabila berat sebelah juga menjadi dampak yang harus manusia itu sadari.

Kesimpulannya, manusia adalah individu yang memiliki kepribadian, makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain untuk diakui, dan memiliki sifat.

B. Hakikat Manusia Menurut Agama

Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (home religious), yaitu makhluk
yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang
bersumber dari agama, sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan
(referensi) sikap dan perilakunya. Kefitrahan inilah yang membedakan manusia dengan
hewan, dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemuliaannya di sisi
Tuhan.
Dalil yang merujuk bahwa manusia mempunyai fitrah baragama adalah Qs. Al-A’raf ayat
172, yang berbunyi:
“Alastu birobbikum, qaaluu balaa syahdnaa = Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka
menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau Tuhan kami.”

C. Tujuan dan Tugas Kehidupan

Tujuan manusia diberikan gambaran dari pendapat Freud yang mengatakan bahwa
manusia dalam hidupnya selalu mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit (kondisi
yang tidak menyenangkan). Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk bahagia,
sejahtera, nyaman, dan menyenagkan.

Menurut Pryitno dan Erman Amti (2002: 10-13), mengemukakan model Wtner dan
Sweeney tentag kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan diri
dan mempertahankannya sepanjang hayat. Yang ditandai dengan lima kategori tugas
kehidupan, yaitu sebagai berikut:

vii
1. Sprirtual
dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Dimensi lain
dari aspek spritual ini adalah:
a. Kemampuan memberikan makna kepada kehidupan,
b. Optimis terhadap kejadian-kejadian yang akan datang, dan
c. Diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antara orang serta dalam pengambilan
keputusan.

2. Pengaturan Hidup
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat baik secara (fisik maupu psikis) pada
dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengakui bahwa diri berguna,
b. Pengendalian diri,
c. Pandangan realistik,
d. Spontanitas, dan
e. Kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat

3. Bekerja
Bekerja atau berkarir membuat seseorang memiliki penghasilan guna memenuhi
kebutuhan. Seperti kebutuhan fisiologis (sandang, pangan dan papan), Psikologis
(rasa percaya diri, dan perwujudan diri), dan sosial (status dan persahabatan).

4. Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial, baik antara indivdu maupun dalam
masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan
keterikatan ekonomis. Persahabatn membrikan tiga keutamaan kepada hidup
seseorang, seperti:
a. Dukungan emosional,
b. Dukungan material, dan
c. Dukungan informasi.

viii
5. Cinta
Dengan cinta hubungan dengan seseorang akan semakin intim, saling mempecayai,
saling terbuka, saling kerjasama, dan saling memberi komitmen yang kuat. Penelitian
Flanagan (1978) menemukan bahwa pasangan hidup suami-istri, anak dan teman
merupakan tiga pilar paling utama bagi keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia,
baik laki-laki maupun perempuan. Perkwainan dan persahabatan secara signifikan
berkontribusi kepada kebahagiaan hidup.

D. Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling

Salah satu dari berbagai masalah filsafat yang baru dihadapi konselor adalah bagaimana
konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang
yang membantu orang lain (klien) dalam melakukan pilihan dan kebebasan, serta sebagai
pembentuk tingkah laku indivdu dalam hubungannya dengan orang lain.

E. Makna, Fungsi dan Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling

Prayito dan Erman Amti (2003:203-204) mengemukakan pendapat Belkin (1975) yaitu
bahwa “Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang
semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan
pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang tersangkut paut dalam layanan bimbingan
dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi
pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dan bagi konselor pada khususnya,
yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam mengambil
keputusan yang tepat.

John J. Pietrfesa et.al (1980: 30-31) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip
yang terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan, yaitu :

a. Objection Viewing

Dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif tentang
masalah khusus yang dialaminya, dan membantunya untuk menilai atau mengkaji
berbagai alternatif atau strategi kegiatan yang memungkinkan klien mampu merespon

ix
interes, minat data keinginannya secara konstruktif. Seseorang akan dalam dilema
apabila dia merasa tidak mempunyai pilihan. Melalui layanan bimbingan, klien akan
dapat menggali atau menemukan potensi dirinya, dan kemampuan untuk beradaptasi
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan baru yang dialaminya.

b. The Counselor must have the best interest of the clinet at heart.

Dalam hal ini konselor harus merasa puas dalam membantu klien mengatasi
masalahnya. Konselor mengunakan keterampilannya untuk membantu klien
mengatasi masalahnya. Konselor menggunakan keterampilannya untuk membantu
klien dalam upaya mengembangkan keterampilan klien dalam mengatasi masalah
(coping) dan keterampilan hidupnya (life skills).

F. Landasan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial

1. Landasan Psikologis

Di lingkungan pendidikan yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah
peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses
perkembangan ke arah kematangan. Yang masing-masing memiliki karakteristik yang
unik, terdapat perbedaan individual seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi,
sosialibilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri.

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping
itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah
lakunya.

Dalam proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung sesuai dengan
harapan atau norma-norma yang di junjung tinggi. Namun sering mengalami perubahan
dari kondisi yang dialami dan selalu menghadapi segala hambatan. Agar perkembangan
pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik, dan terhindar dari munculnya
masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi.
Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klein (konseli) merupakan
tuntutan mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupaka upaya
untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek pskologis, pribadi atau perilakuk klien,
sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna bagi dirinya maupun orang lain.
x
2. Landasan Sosial Budaya

Seiring berjalannya waktu dan terlewatnya beberapa masa dalam kehidupan manusia. Mulai
adanya perubahan era dalam setiap periode waktu, seperti perubahan manusia primitif menjadi
manusia modern. Kehidupan telah berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material. Yang
menyebabkan perubahan sikap dan ambisi seseorang dalam mempertahankan hidupnya. Akan
tetapi kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan
sosial yang terekspresikan dalam suasan psikologis yang kurang nyaman, seperti: perasaan
cemas, stress, dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau sistem nilai.

Dalam suatu penelitian tehadap masyaakat Barat mengemukakan bahwa akibat sampingan dari
gaya hidup modern, seperti negara-negara industri adalah munculnya berbagi problem sosial dan
personal yang cukup kompleks. Problem tersebut seperti:

a. Ketegangan fisik dan psikis,


b. Kehidupan yang serba rumit,
c. Kekhawatiran atau kecemasan akan masa depan,
d. Makin tidak manusiawinya antarindividu,
e. Rasa terasing dari anggota keluarga,
f. Terjadinya penyimpangan moral dan sistem nilai, dan
g. Hilangnya identitas diri. (Rusdi Muslim. Suara Pembaharuan, 09 Oktober 1993).

Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin kompleks
jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan kesempatan
pendidikan, persaingan antarindividu, dan sebagainya. Dengan demikian indivdu dituntut untuk
lebih mampu menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, massalah
pemilihan pekerjaan, masalah perencanaan, dan pemiliha pendidikan, masalah-masalah
hubungan sosial, masalah keluarga, masalah keunagan dan masalah-masalah pribadi.

Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh
indivdu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaannya, semakin banyak dan rumit pula masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat
dalam masyarakat.

Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya
keadaaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut
(John J. Pietrofesa dkk. 1980, M. Surya & Rochman N., 1986; dan Rochman N., 1987):

xi
a. Perubahan kontelasi keluarga
b. Perkembangan pendidikan
c. Dunia kerja
d. Perkembangan komunikasi
e. Seksisme (mengunggulkan gender) dan rasisme (diskriminasi teradap ras)
f. Kesehatan mental
g. Perkembangan teknologi
h. Kondisi moral dan keagamaan
i. Kondisi sosial ekonomi

xii
III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu
dalam memecahkan masalah masala pribadi-sosial. Seperti masalah hubungan dengan sesama
teman, dengan guru/dosen, staf, pemahaman diri, penerimaan diri, penyesuaian diri dengan
keadaany lingkungan baik dalam dunia pendidikan maupun masyarakat.

Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkunagn yang kondusif,


interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang
positif, serta keterampilan pribadi-sosial yang tepat.

B. Daftar Pustaka

Yusuf, Syamsu, L.N. (2005).Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:


PT Remaja Resdakarya.

Yusuf, Syamsu, L.N. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah.


Bandung: Rizqi Press.

xiii

Anda mungkin juga menyukai