Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI

Dosen Pengampu : Drs Imam Tauhid, M. Pd. I

Disusun oleh:
Khusnul Khotimah Ike (2020390101164)

Wahyudi (2019390101038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKANAGAMAISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY

GENTENG– BANYUWANGI

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan ini
dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Drs Imam Tauhid M.Pdi. selaku Dosen mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pengembangan kurikulum PAI.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Banyuwangi, 9 Oktober 2023

ii
Kelompok 2

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II KAJIANTEORI

A. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum 3

B. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum 5

C. Landasan Sosial Budaya dalam Pengembangan Kurikulum 8

D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam


Pengembangan Kurikulum 10

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kesimpulan 12

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum memiliki kedudukan yang paling penting di dunia pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan bahwa kurikulum itu sendiri pada
hakekatnya merupakan rancangan pendidikan. Sebagai suatu racangan, maka kurikulum ini
menempatikedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, berarti
kurikulum sangat menentukan proses pelaksanaan pendidikan danhasil-hasil yang ingin
dicapai melalui pendidikan.

Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan landasan-landasan kuatyang berdasarkan


hasil-hasil pemikiran dan penelitian, serta sesuai dengantantangan zaman. Ibarat sebuah
rumah, kurikulum harus mempunyai pondasiagar dapat berdiri tegak, tidak mudah hancur,
dan memberikan kenyamananorang yang berada di dalamnya, pondasi tersebut adalah
landasan-landasanyang mendasari pengembangan kurikulum. Adanya kurikulum yang baik
akanmemberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan
menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama,masyarakat dan negaranya.

Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat
fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Selain itu,akan berakibat terhadap kegagalan
proses pengembangan manusia.Kurikulum pendidikan perlu diberikan perhatian yang lebih
besar,baik dari pemerintah sebagai penanggung jawab umum atau pihak sekolah yang
turunlangsung mengimplementasikan kurikulum tersebut ke peserta didik, dengan
berdasarkan pada landasan utama pengembangan kurikulum. Oleh karena itu,dalam makalah
ini akan di elaskan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis,landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaiamana landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum?

2. Bagaiamana landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?

3. Bagaiamana landasan sosia budaya dalam pengembangan kurikulum?

4. Bagaiamana landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan


kurikulum?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami landasan filosofis dalam pengembangan


kurikulum.

2. Untuk mengetahui dan memahami landasan psikologis dalam pengembangan


kurikulum.

3. Untuk mengetahui dan memahami landasan sosial budaya dalam pengembangan


kurikulum

4. Untuk mengetahui dan memahami landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
teknologi dalam pengembangan kurikulum.
BAB
II

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum

Secara etimologis filsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti cinta dan
shophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan. Menurut
pendapat Zaini (2009: 23) Seorang pengembang kuriulum dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah pengembangan, falsafah
lembaga pendidikan dan falsafah pendidik.

Mudyahardjo (2001: 8) berpendapat bahwa Pandangan-pandangan filsafat sangat


dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan.
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada
kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.Berkaitan
dengan tujuan pendidikan, terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan sebagai sumber
dalam merumuskan tujuan pendidikan. Herbert Spencer menggungkapkan lima kajian dalam
merumuskan tujuan pendidikan, yakni:

1) SelfPreservation, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kelangsungan hidup, individu


harus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan sehat, mencegah penyakit, dan
hidup secara teratur.

2) Securingthenecessitiesoflife, yaitu individu harus sanggup mencari nafkah dan


memenuhi kebutuhaan hidup dengan melakuakan suatu pekerjaan.

3) Rearingoffamily, yaitu individu harus mampu bertanggung jawab atas pendidikan


anak dan kesejahtreraan keluarganya.

4) Maintainingpropersosialandpoliticalrelatioships, yaitu setiap individu adalah


makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan negara, dalam artian harus
bisa memelihara hubungan baik dan memenuhi kewajiban
5) Enjoiyingleisuretime, yaitu individu harus sanggup memanfaatkan waktu senggangnya
dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan menambah kenikmatan
dan gairah hidup.

Pengembangan kurikulum membutuhkan fisafat sebagai acuan atau landasan berfikir.


Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalah-
permasalahan berkisar:

a. Bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan,

b. Isi atau materi pendidikan yang bagaimana seharusnya diajarkan kepada siswa,

c. Metode pendidikan apa yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.

B. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia, dalam proses pendidikan itu
terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru, dan lingkungannya. Diharapkan pendidikan
mampu membawa perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan. Yang dimaksud dengan
landasan psikologi supaya memperhatikan dari sisi perkembangan jiwa manusia. Sementara
itu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan kurikulum
adalah suatu upaya menentukan program pendidikan untuk merubah perilaku manusia.

Dasar psikologi ini dipahami bahwa dalam mengembangkan kurikulum diperlukan


pertimbangan yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik (basic human needs).
Pada landasan psikologi dibagi menjadi 2 cabang psikologi yaitu Psikologi perkembangan dan
Psikologi pembelajaran.

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu


berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi ini diperlukan terutama
dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan
keluasan materi, kesulitan dan kelayakan serta kebermafaatan materi senantiasa disesuaikan
dengan taraf perkembangan peserta didik. Dalam kurikulum, implikasi psikologi mempunyai
arti terhadap proses pembelajaran itu sendiri.Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara
operasional akan selalu berpusat pada perubahan tingkah laku siswa.Bahan atau materi yang
digunakan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian siswa, bahan tersebut mudah
diterima siswa.Srategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan
anak.Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat siswa.

Dari sisi psikologi perkembangan, seorang anak dipandang dari berbagai aspek, seorang
anak dianggap sebagai keseluruhan artinya bukan hanya aspek intelektual saja yang
diperhitungkan, tetapi segi pendidikan yang lain juga diperhatikan, misalnya kepandaian
bergaul, minat terhadap kesenian dan olah raga.

Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori- teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun
psikomotorik dan terjadi karena proses pengalaman yang dapat dikategorikan sebagai perilaku
belajar. Mengetahui psikologi belajar merupakan bekal yang sangat penting bagi guru dalam
proses pembelajaran. Psikologi ini dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yakni:
Behaviorisme, Pikologi daya, Perkembangan kognitif, Teori lapangan (Gestalt), dan Teori
kepribadian (Nasution, 2010: 26).
C. Landasan Sosial Budaya dalam pengembangan Kurikulum edaan Pendidikan Islam
Periode Makkah dan Madinah

Landasan Sosiologis (Sosial Budaya) dalam Pengembangan Kurikulum Landasan


sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan Landasan
Sosiologis (Sosial Budaya) dalam Pengembangan Kurikulum Landasan sosiologis
pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan
titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus
mengacu pada landasan sosiologis? Anak
-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non
formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya
harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan.Jika dipandang dari
sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat
yang diharapkan. Pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan
antrofologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. B“Dengan pendidikan, kita
tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya,
tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Sukmadinata, 1997:58).
Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, maka
pendidikan memiliki peranan penting. Oleh karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi
peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan
kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk
yang berbudaya.

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia


yangkurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat,
mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal
dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya
harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan.Jika dipandang dari
sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat
yang diharapkan. Pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan
antrofologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. “Dengan pendidikan, kita
tidak mengharapkan muncul manusia- manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya,
tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Sukmadinata, 1997:58).
Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, maka
pendidikan memiliki peranan penting. Oleh karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi
peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan
kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk
yang berbudaya.Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia
yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina
dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi
manusia.Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya.
Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat
beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di
sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi,
berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas
hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan
kecakapan.Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas,
terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek
kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional.Dilihat dari
karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah tanah air Indonesia memiliki ciri khas
mengenai adat istiadat, tata krama pergaulan, kesenian, bahasa lisan maupun
tulisan, kerajinan dan nilai kehidupannya masing-masing. Keanekaragaman tersebut bukan
hanya dalam kebudayaannya tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya, dan ini
merupakan kekayaan hidup bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
melalui upaya pendidikan. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka pengembangan kurikulum
sekolah harus mengakomodasi unsur- unsur lingkungan yang menjadi dasar
dalammenetapkan materi kurikulum muatan lokal.Gagasan pemerintah untuk merealisasikan
pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut yang dimulai pada sekolah dasar, telah
diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0412/U/1987
Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah Dasar kemudian disusul
dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober 1987. Dalam sambutannya Mendikbud
menyatakan: “Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya
„muatan lokal‟ dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam
lingkungannya semata-mata. Semua anak berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat
dalam mobilitas yang melampaui batas lingkungannya sendiri” (Tirtarahardja dan la Sula,
2000:274).

Adapun yang dimaksud dengan muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya serta kebutuhan daerah. Yang dimaksud dengan isi adalah materi pelajaran atau bahan
ajar yang dipilih dari lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari siswa di bawah
bimbingan guru. Sedangkan media penyampaian adalah metode dan berbagai alat bantu
pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal yang diambil dari dan
menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Lingkungan
sosial dan budaya yang terdapat dalam pola kehidupan daerah karena keanekaragamannya
disederhanakan dan diklasifikasikan menjadi delapan kelompok yaitu: (1) perikanan darat dan
laut, (2) peternakan, (3) persawahan, (4) perladangan dan perkebunan, (5) perdagangan
termasuk di dalamnya jasa, (6) industri kecil termasuk di dalamnya industri rumah tangga, (7)
industri besar, dan (8) pariwisata.
Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar
sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah.Tujuan
pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan
kepentingan peserta didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal
bertujuan: Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah; Mengubah nilai
dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah yang positif.Jika dilihat dari sudut
kepentingan peserta didik pengembangan kurikulum muatan lokal

bertujuan:

• Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam,

sosial, dan budaya).

• Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan

lingkungannya.

• Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah

yang ditemukan di lingkungan sekitarnya (Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276).

D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum

lmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan
teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang
dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh
penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John
Dewey, Archimides, dan lain-lain.Seiring
dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan- temuan
baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)bukan menjadi
monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap
pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan
bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dansekaligus
menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.Kegiatan pendidikan
membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video,
komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang
pelaksanaan program pendidikan, apalagi di saat perkembangan produk teknologi komunikasi
yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang
memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan
merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan danperubahan masyarakat yang
semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap


pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung dunia pendidikan dituntut untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan,
pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik
dan peranan pendidik.

Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang

dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus
menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan,
sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada
tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu
teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistik.

Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan
antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial
budaya di mana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan
dikembangkan.

Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil- hasil riset
atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari
berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga
pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA

Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya Nasution, S.

2010. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. 2009. Asas-Asas Kurikulum.. Jakarta: Bumi Aksara.

Zaini, Muhammad. 2009. Pengmbangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi.

Yogyakarta: Teras.

Tirtarahardja, U. & La Sula, S.L. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai