MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum
Oleh:
Asep Sumardi, A.Ma.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan.
Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Pengembangan Kurikulum”. Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung
kami terutama kepada dosen mata kuliah Pengembangan dan Telaah Kurikulum Sekolah selaku
pembimbing kami.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi
kita semua.
Penyusun.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang 1 DAFTAR
Tujuan 1 ISI
Rumusan Masalah 1
Pengertian Kurikulum 1
Landasan dan Aspek Kurikulum 2
BAB II. PEMBAHASAN
Komponen - komponen dari kurikulum
Konsep dan teori kurikulum
Langkah pengembangan kurikulum
Kurikulum KTSP berlangsung
Langkah - langkah telaah kurikulum
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas
sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum
dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang
merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada
guru dan siswa, serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi
kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai
seluk beluk kurikulum.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen - komponen dari kurikulum?
2. Bagaimana konsep dan teori kurikulum?
3. Bagaimana langkah - langkah pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana kurikulum KTSP berlangsung?
5. Bagaimana langkah - langkah telaah kurikulum?
1. 3. Tujuan
1. Menjelaskan tentang komponen - komponen dari kurikulum;
2. Menjelaskan konsep dan teori kurikulum;
3. Menjelaskan langkah - langkah pengembangan kurikulum;
4. Menjelaskan tentang kurikulum KTSP berlangsung;
5. Menjelaskan langkah - langkah telaah kurikulum.
D. Landasan Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum
perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe
bentuk kurikulum:
a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum)
b. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated
curriculum)
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran (integrated
curriculum)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Deskriptif
2. Preskriptif
Luas atau sempitnya suatu suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh
tujuannya. Doll (1976) mengemukakan syarat-syarat suatu program evaluasi kurikulum yaitu
suatu evaluasi kurikulum harus nilai dan penilaian. Punya tujuan atau sasaran yang jelas, bersifat
menyeluruh dan terus menerus berfungsi diagnostik dan tevintegrasi.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi
fokus evaluasi, salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah kuantitas dan kualitas.
Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan peranan besar pada analisis
pengetahuan baru yang ada, konsep penilaian menutut penilaian secara rinci tentang lingkungan
belajar, dan konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur belajar. Pengembangan
kurikulum yang menekankan isi membutuhkan waktu mempersiapakan situasi belajar dan
menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan pada
situasi waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan
pada organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan kurikulum yang menekankan pada isi,
kurikulum yang menekankan organisasi, strategi penyebarannya sangat mengutamakan latihan
guru.
Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum perbedaan konsep dan strategi
pengembangan dan penyebaran kurikulumnya. Juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan
evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komporatif atau menekankan pada objek sangat sesuai
bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi, dalam kurikulum menekankan situasi
sukar disusun evaluasi yang bersifat kompratif karena konteksnya bukan terhadap guru atau satu
tujuan tetapi terdapat banyak tujuan.
Pada kurikulum yang menekankan organisasi, tugas evaluasi lebih sulit lagi, karena isi
dan hasil kurikulum bukan hal yang utama, yang utama adalah aktivitas dan kemampuan siswa
salah satu pemecahan bagi masalah ini dengan pendekatan yang bersifat elektrik seprti dalam
proyek kurikulum humanistik dan care (center for applied research in education) dalam proyek
itu dicari perbandingan materi antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih dengan yang
tidak terlatih. Dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek, dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolah-sekolah proyek.
Teori kurikilim dan teori evaluasi, model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan
konsep kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran dihasilkan oleh
kurikulum yang menekankan isi.
Macam-macam model evaluasi yang dipergunkan bertumpu pada aspek -aspek tertentu
yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat kompratif
berkaitan erat dengan tingkah-tingkah laku individu, evaluasi yang menekakan tujuan berkaitan
erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum model (pendekatan)
antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk mengevaluasi tingkah-tingkah laku dalam suatu
lembaga sosial, dengan demikian sesungguhnya terdpat hubungan yang sangat erat antara
evaluasi dengan kurikulum.
a. Peranan evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial mempunyai
asal usul, sejarah struktur serta intersef sendiri, beberapa karakteristik dari proyek-proyek
kurikulumyang telah dikembangkan di inggris, misalnya :
1. Lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada
2. Lebih berskala nasional daripada lokal
3. Dibiayai oleh grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh anggaran tetap
4. Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris daripada kebiasaan
lamayang berupa penelitian social.
1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah
konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai
sistem, dan sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di
sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat
menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan
pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup
lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem
pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia,
dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi,
dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap
dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai
kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
1) Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
2) Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan
baru,
3) Melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
4) Mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model
kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui
pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi
kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
Pengembangan kurikulum pada dasarnya berkisar pada hal-hal yang berkenaan dengan
hal-hal berikut :
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melaju terlalu cepat.
2. Pendidikan merupakan proses transisi
3. Manusia dalam keadaan terbatas kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah
informasi.
Atas dasar inilah, maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang
merupakan suatu masalah pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan antara lain pendekatan atas dasar keperluan pribadi. Untuk
merealisasikannya, maka diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan
yang sesuai.
Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi.
Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum.
Ulasan teoritis tersebut menetapkan titik berat ulasan yang berbeda-beda, ada yang
menitikberatkan pada organisasi kurikulum, ada pula yang menitikberatkan pada hubungan antar
pribadi dalam pengembangan kurikulum.
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaannya. Namun ada hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan
model pengembangan kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut adalah bahwa
penerapan model-model tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor yang konstan,
sehingga ulasan tentang model-model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten.
c. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut,
yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah
disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU
20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan
Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada
satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam
UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam
pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan
KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan
seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya
digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan
peserta didik untuk :
· belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
· belajar untuk memahami dan menghayati,
· belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
· belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain,
· belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 20 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
memuat:
kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.
b. Asas Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala social hubungan
antara individu dengan individu, antar golongan, lembaga social yang disebut juga ilmu
masyarakat. Di dalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul dengan lingkungan atau dunia
sekitar. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Pada dasarnya dunia sekitar
manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar yaitu.
1. Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang bukan buatan manusia,
misalnya gunung, lautan, cuaca, sungai, hutan lebat dan sebagainya. Pengaruh dunia ini terhadap
manusia sangat kuat, sebab masuknya secara wajar. Untuk mengubah dan menjinakkan pengaruh
tersebut manusia berusaha dengan menggunakan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
penyusunan isi bahan pelajaran alam kodrat banyak memberi inspirasi untuk dipelajarinya.
Kurikulum hendaknya dapat merangsang para yang bersangkutan untuk berusaha menguak dan
menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk kesejahteraan manusia. Misalnya
menggunakan sinar mata hari, gelombang laut, gas alam untuk membangkitkan tenaga listrik,
memanfaatkan air sungai menjadi irigasi, memanfaatkan kekayaan dalam bumi menjadi bahan-
bahan tambang yang berharga dan sebagainya. Dengan demikian penyusunan kurikulum
hendaknya berusaha untuk memasukkan problem-problem yang berupa gejala-gejala dalam alam
kodrat pada lembaga pendidikan yang sesuai, dimulai dari gejala yang paling sederhana sampai
dengan yang sangat kompleks dengan cara pendekatan secara langsung mulai dari observasi,
survey sampai dengan penelitian yang serius dengan didasari pengalaman dan teori-teori yang
mendukung sehingga dapat diarahkan kebutuhan masyarakat laus.
2. Dunia sekitar benda-benda buatan manusia
Dunia sekitar benda-benda buatan manusia ini dapat dibuat oleh manusia untuk keperluan
pemuasan kebutuhan manusia, yang dapat berupa yang paling sederhana sampai yang sangat
kompleks. Misalnya meja, kursi, alat makan sampai dengan alat-alat elektronik (mulai dari alat-
alat pijat, telpon, radioa, sinar X, radar, TV, computer, internet sampai alat-alat ruang angkasa)
dan sebagainya. Dengan demikian atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan
keterampilan baik pisik maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan segala sesuatu yang
menjadi sarana/prasarana pada masyarakat.
3. Dunia sekitar manusia
Dunia sekitar manusia ini merupakan dunia sekitar yang paling kompleks, selalu berubah dan
dinamis. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain terjadi saling aktif. Oleh karena itu
agar interaksi dapat berjalan dengan tertib diadakan norma-norma, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis (adat istiadat). Dalam pergaulan inilah masing-masing individu saling
mendewasakan diri, di mana yang satu dengan yang lain saling to take and to give. Lajunya
jumlah penduduk, terutama pada Negara berkembang akan menimbulkan berbagai model
sekolah. Misalnya: Sekolah Dasar Pamong, SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan berbagai
sekolah aktif seperti: Sekolah Aktif, Sekolah Kerja oleh John Dewey (USA), Metode Aktif oleh
Ovide Decroly (Belgia), CBSA, dan sebagainya.
c. Asas IPTEKS
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan. Kadang-kadang suatu karya penemuan yang sekarang telah berkembang menjadi
canggih, mula-mula hanya ditemukan secara kebetulan bahkan secara trial and erroro . Misalnya
penemuan mesin uap oleh James Watt. Dahulu kala nenek moyang kita kalau mau mengangkat
kayu dari hutan ke rumah mula-mula dengan cara dipanggul, ternyata dirasa terlalu berat,
kemudian timbul pemikiran dengan cara ditarik, kemudian timbul pemikiran lebih lanjut kayu
tersebut diganjal dengan kayu penggamnjal di bawahnya. Akhirnya lahirlah roda dengan asnya
yang sekarang dapat merubah wajah dunia, lahirlah berbagai kemajuan transportasi industry-
industri pertambangan, pertanian, pertahanan dan sebagainya.
Jadi karya yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa oleh seseorang akan menghasilkan
kreativitas atau teori, sedang kalau yang berkatya tersebut raganya akan menghasilkan sautu
keprigelan atau keterampilan. Kalau kekreatifan tersebut bertemu dengan keterampilan, hasilnya
adalah jasa teknologi. Dengan demikian sudah selayaknyalah kalau para penyusun kurikulum
terutama dalam pemasukkan bahan ajar hendaknya bersifat dinamis dan fleksibel terhadap
perkembangan teknologi.
d. Asas Filsafat
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa dalam penysunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada filsafat bangsa yang dianut. Filsafat atau falsafat berasal
dari bahasa Yunani philoshopis, philo, philein yang berate cinta, pecinta, mencintai, sedang
Sophia berarti kebijaksanaan, wisdom, kearifan, hikmat, hakikat kebenaran. Ada berbagai
pengertian filsafat, yaitu sebagai berikut.
1. Filsafat dalam arti proses atau produk
2. Filsafat sebagai ilmu atau pandangan hidup
3. Filsafat dalam arti teori atau praktis
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
Pancasila, kapitalism, sosialism, fasism, komunism, dan sebagainya dapat digolongkan sebagai
falsafah dalam arti produk/sebagai pandangan hidup dan falsafah dalam arti praktis.
Sistem nilai inilah yang akan menjiwai untuk semua kegiatan yang akan dilakukan tiap-
tiap individu. Seorang yang mengikuti faham demokratis. Ia tunduk terhadap suara terbanyak,
menghargai perbedaan pendapat, menghargai hak-hak asasi manusia, mempersilakan terlebih
dahulu buat yang punya hak dan sebagainya.
Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Dengan sendirinya segala kegiatan
yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun oleh perorangan, harapannya tidak boleh
bertentangan dengan asas Pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum.
Ada empat aliran utama dalam filsafat (Nasution, 1989) yaitu Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
dan Eksistensialisme
1. Aliran Idealisme
Tujuan hidup pada aliran ini adalah mencari kebenaran metapisik spiritual melalui inkuiri yang
cermat, dengan cara mempelajari berbagai macam buku dari penulis-penulis ulung yang telah
menemukan kebenarannya.
2. Aliran Realisme
Tujuan hidup pada aliran ini adalah untuk memperoleh dan meningkatkan pemahaman manusia
tentang jagad raya melalui penelitian ilmiah, karena kebenaran hanya ditemukan melalui
percobaan-percobaan untuk menemukan hokum-hukum alam.
4. Aliran Pragmatisme
Tujuan hidup menurut aliran ini adalah untuk mencari kebenaran sosial yang menguntungkan
bagi umat manusia dengan lingkungannya dengan menerapkan prinsip falsafah sosial yang
humanistic melalui trial anf error. Kebenaran dipandang sesuatu yang memperbaiki hidup umat
manusia, karenanya menaruh pehatian terhadap masalah-masalah social yang kritis yang
mengancam kesejahteraan manusia.
5. Aliran Eksistensialisme
Tujuan hidup menurut aliran ini adalah untuk menyempurnakan diri sesuai norma yang dipilih
sendiri secara bebas dapat merealisasikan diri. Bagiamanakah kenyataan secara perorangan
jarang seseorang untuk mengikuti secara konsekwen untuk satu aliran saja. Biasanya seseoraang
bertindak sebagai berikut: dalam menyakini agama yang dianutnya ia berpegang pada paham
idealism, dalam kehidupan bermasyarakat ia mengikuti faham pragmatism, sedang dalam usaha
mengembangkan diri ia mengikuti faham ekstensialisme.
Bagaimana dengan Filsafat Hidup Pancasila? Pancasila seperti tercantum dalam
pembukaan Undang –Undang dasar 1945 merupakan kesatuan yang bulat dari kelima sila, yang
Ketuhanan Yang maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan pewakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Filsafat pendidikan Pancasila adalah Pancasila.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Tujuan pendidikan
adalah sesuatu yang dicita-citakan yang akan makan waktu jangka panjang.
C. Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan
pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di
LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses
belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu
tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi)
pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti
pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah
yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan
penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang
dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya
kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan
kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut. Beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi
setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum
1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan
kurikulum, yaitu Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara
tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta
sarana pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan
materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. Penyempurnaan
kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu
tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
Landasan Filsafat Kurikulum 1994 ini adalah Struktur keilmuan yang menghasilkan isi
mata pelajaran “daya serap kurikulum”.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya. Kurikulum merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. (Nasution,
2008:5)
Fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai
komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Lima komponen
kurikulum yaitu:
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.
Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-
unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai
bidang studi.
Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi.
Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum.
Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
1. The Administrative Model
2. The Grass-Roots Model
3. The Demonstration Model
4. Beauchamp’s Model
5. Taba’s Inverted Model
6. Roger’s Interpersonal Relations Model
7. The Systematic Action-Research Model
8. Emerging Technical Models
a. The Behavioral Analysis Model
b. The System Analysis Model
c. The Computer-Based Model
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
2 KOMENTAR:
Mudah-Murah-Hemat-Terampil
Glagah Uh4/196
Warungboto Umbulharjo yogyakarta
PH.(0274)450326/714205
buka cabang di sleman :
Perum Sidoarum Blok III Jl. Kepodang S-42
Godean Sleman Yogyakarta
HP. 085740028487
pin bb 75F08617
Kursus Jahit