Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEORI BELAJAR SOSIAL BANDURA

Mata Kuliah : Konseling Behavioristik


Dosen Pengampu : Ade Irma Hariani, M. Ed

Oleh Kelompok :
Dodi Anjaswadi_200101005
M. Isroni_200101012
Meriya Datul Jannah_200101015

UNIVERSITAS HAMZANWADI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
membaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jawa Tengah, 02 November 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Rumusan Masalah 1
C.Tujuan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A.Biografi Albert Bandura 2
B.Teori Pembelajaran Sosial 2
C.Asumsi Dasar Teori Belajar Sosial 4
D.Observational Learning 6
E. Teori Peniruan ( Modeling) 8
F. Karya dan Penemuan Bandura 10
BAB III : PENUTUP 11
A.Kesimpulan 11
B.Saran 12
REFERENSI 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social
Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang
terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen
yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Teori kognitif social
(social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa
factor social dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam
pembelajaran.Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, faktor social mencakup pengamatan siswa terhadap
perilakuorangtuanya.Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan,
bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima.Kita bisa
meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan
akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut
"observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi tokoh albert bandura?
2. Bagaimana bentuk teori belajar sosial bandura?
3. Seperti apa asumsi dasar teori belajar social ini?
4. Apa itu observational learning ?
5. Bagaimana teori pembelajaran modeling ?
6. Apa saja karya dan temuan bandura ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana biografi tokoh albert bandura
2. Mengetahui bentuk teori belajar sosial bandura
3. Menganalisi asumsi dasar teori belajar social
4. Mengetahui apa itu observational learning
5. Mengetahui teori pembelajaran modeling
6. Mengrtahui karya dan temuan bandura

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Albert Bandura


Bandura dilahirkan di Mudare Northem Akbert Kanada.Pada 04 Desember
1925.Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat
pendidikan disana.Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of
British Columbia.dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh geby Master dalam
bidang psikologi path tahun 1951 dan setahun kemudian Ia juga meraih gelar doctor
(PhD) DI university of Lowa. Bandura menyelesaikan program doktornya dalam
bidang psikologi klinis setelah lulus ia bekerja di Stanford University. Beliau banyak
terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia
daatteitarIk path ailal eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai
profesor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association
untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980. Pada tahun berikutnya,
Bandura bertemu dengan Robed Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan
tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti
tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters muridnya yang
pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat.walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku
prinsip itu harus memperhatikan ada fenomena penting yang diabaikan atau ditolak
oleh paradigma behaviorisme. AIbert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan
pada komponen kognitif dan pemikiran.pemahaman, dan evaluasi.

B. Teori Pembelajaran Sosial


Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran social ini dikembangan oleh
Albert Bandura (1986).Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip - prinsip teori -
teori belajar perilaku tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan
isyarat - isyarat perubahan perilaku dan pada proses - proses mental internal. Jadi
dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan - penjelasan
reinforcement eksistensial dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk
memahami bagaimana belajar dan orang lain. Dalam pandangan belajar sosial

v
“manusia tidak didorong oleh kekuatan kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus - stimulus lingkungan.” Teori belajar social menyatakan
bahwa lingkungan - lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan
lingkungan - lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang lain melalui
perilakunya sendiri. Menurut Bandura. sebagaimana dikutip oleh (Kard.S. 1997:14)
pada sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain’. inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan
(modelling). dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan:
a. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami
orang lain.Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur
oleh gurunya karena perbuatannya maka Ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian itu
merupakan contoh dan penguatan melalui pujian yang dialami orang lain
b. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati
itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian alan
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari. Model tidak
harus diperagakan oleh seseorang secara langsung. tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nun,
M. 199&a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian.icon
pembelajaran sosial berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura
bahwa sebagian besar dari pada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari
pengamatan dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana
tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori- teori sebelumnya kurang memberi
perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang
memperhatikan bahwa hanya peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan
orang lain.. Maksudnya semakin melihat tingkah laku orang lain. individu akan
belajar meniru tingkah laku tersebut dan dalam hal tertentu menjadikan orang lain
sebagai model bagi dirinya.

vi
C. Asumsi Dasar Teori Belajar Sosial
1. Plasticity
Dimana manusia memiliki fleksibilitas untuk belajar berbagai tingkah
laku dalam situasi yang berbeda. Bandura setuju dengan pendapat skinner
namun bandura lebih menekankan pada Vicarious Learning atau belajar
dengan mengamati orang lain .
2. Agent Perspective
Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur
tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata budak
yang menjadi objek namun adanya pengaruh lingkungan. Atau manusia
bisa mengatur perilakunya sendiri sesuai dengan lingkungannya. Sifat
kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan
saling mempengaruhi.bandura juga menyatakan, banyak aspek fungsi
kepribadian melibatkan interaksi orang itu dengan orang lain. Yang berarti
bahwa pada dasarnya manusia dapat mengontrol lingkungan dan kualitas
kehidupan mereka, bandura menyampaikan bahwa “manusia lah yang
menciptakan sistem sosial dan ia pun merupakan produk dari sistem sosial
tersebut” salah satu komponen penting yang dibahas dalam teori ini adalah
Self-Efficacy yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
melakukan kontrol terhadap fungsinya dan terhadap kejadian-kejadian dalam
lingkungannya.
3. Triadic Reciprocal Causation Model
Bandura menjelaskan fungsi psikologis dalam istilah triadic reciprocal
causation Model.Sistem ini mengasumsikan bahwa tindakan manusia
merupakan hasil dari interaksi antara 3 variabel yaitu environment, behavior,
dan person. Variabel environment terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial di sekitar individu yang berpotensi memperkuat rangsangan. Kemudian
variabel person mencakup semua karakteristik pribadi yang sudah ada sejak
dini hingga sekarang yang bisa membantu mengubah tingkah laku individu,
watak sendiri dan bawaan dari lahir. Selanjutnya variabel behavior merupakan
suatu perilaku yang dapat diperkuat pada setiap saat atau pada situasi tertentu
atau sebagai penguat saja.
4. Self regulation

vii
Self regulatiom atau regulasi diri merupakan usaha – usaha yang
dilakukan individu secara sistematis dengan cara berpikir, merasakan,
dan melakukan tindakan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, dalam
Dachrud, 2005). Secara singkat, regulasi diri dapat diartikan sebagai
pengarahan diri atau pengaturan diri dalam berperilaku.Manusia mempunyai
kemampuan berpikir, dengan kemampuan tersebut manusia memanipulasi
lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia.
Bandura (1994) yakin bahwa manusia menggunakan strategi proaktif maupun
reaktif untuk melakukan regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai
tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai, strategi proaktiflah yang
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai
untuk melakukan pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal,
memonitoring dan mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia
merupakan hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan internal (Feist &
feist, 2010.Sehingga secara sederhananya kita bisa artikan Dimana manusia
meregulasi tindakan mereka melalui faktor-faktor internal dan juga faktor
eksternal. faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial sedangkan
faktor internal meliputi self-observation, judgemental proses dan self reaction.
5. Moral agency
Agensi moral adalah kemampuan untuk membuat keputusan etis berdasarkan
apa yang benar atau salah. Menurut Christen et al., agensi moral mencakup
tiga konsep utama:
1. kompetensi moral orang atau organisasi yang bersangkutan
2. kerangka normatif yang menjadi dasar perilaku etis, dan
3. kendala situasional yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Kompetensi moral mengacu pada kapasitas individu untuk "membuat
keputusan dan penilaian, yang bermoral berdasarkan prinsip-prinsip internal
dan bertindak sesuai dengan mereka." Kompetensi moral meliputi penalaran,
pengakuan, respon, penegasan, akuntabilitas, karakter, motivasi , dan
kepemimpinan.Dengan kerangka normatif yang sesuai dan lingkungan
situasional yang mendukung, kompetensi moral memunculkan penilaian moral
yang baik.Yang mana moral agency dapat diartikan secara sederhana yaitu
bagaimana manusia mengatur tingkah laku mereka melalui standar perilaku
moral
viii
D. Observational Learning
Menurut Bandura observational learning merupakan proses kognitif yang
melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa, moralitas, pemikiran dan pengaturan diri
dari perilaku seseorang. Artinya, individu tidak sekedar mengkopi, atau meniru,
secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi lingkungannya. Individu akan
memproses secara kognitif dengan menggunakan pertimbangan pengalaman
sebelumnya, moralnya, cara pandangnya atau pemikirannya. Bahkan, ketika ia harus
merespon ia masih harus mempertimbangkan untung ruginya, memungkinkan atau
tidak bagi dirinya untuk melakukan suatu respon, dengan cara apa ia merespon, atau
menggunakan bahasa yang bagaimana. Itu semua akan menentukan apakah individu
tadi merespon atau tidak, dan bagaimana caranya merespon.
Bandura juga mengatakan bahwa observational learning yang bersifat kognitif
bukan lah teori reinforcement.Artinya, belajar tidak tergantung kepada ada tidaknya
reinforcement. Bahkan meskipun ada reinforcement masih dipertimbangkan
“kontigensinya” terhadap belajar dan perilaku yang akan dilakukan. Selain itu
Bandura juga mengatakan bahwa informasi yang didapatkan melalui learning hanya
akan digunakan bilamana ada alasan untuk menggunakannya (ada perbedaan antara
learning dan performance). Dalam mendukung konsep learning-performance ini
Bandura melakukan eksperimen dengan menggunakan sekelompok anak yang
menonton tayangan yang di dalamnya ditunjukkan seorang model sedang memukul
dan menendangi boneka besar.Dalam kasus ini tayangan menunjukkan model
agresivitas orang dewasa.Kelompok pertama, anak mengamati model tersebut
mendapatkan reinforcement pada agresivitasnya. Kelompok ke dua melihat model
dihukum karena agresivitasnya. Kelompok ke tiga netral, model tidak diberi
reinforcement maupun punishment.Pada kesempatan berikutnya ketiga kelompok
tersebut diberikan boneka dan diukur agresivitasnya. Seperti yang diduga, anak dari
kelompok pertama yang paling agresif, kelompok ke dua paling tidak agresif, sedang
kelompok yang memandang konsekuensi netral pada pengalaman model
menempatkan diri di antara kedua kelompok tersebut. Studi ini menjadi menarik
karena mampu menunjukkan bahwa perilaku anak-anak dipengaruhi pengalaman
tak langsung atau pengganti. Dengan kata lain, apa yang mereka lihat pada orang
lain akan membawa akibat pada perilakunya sendiri. Anak-anak dalam kelompok
pertama mendapat reinforcement pengganti (Vicarious reinforcement), dan itu
memberikan tambahan bagi agresivitas mereka, sementara kelompok ke dua
ix
mendapat punishment pengganti (vicarious punishment) dan menghalangi
agresivitasnya.Meski anak-anak tersebut tidak mendapat reinforcement atau
punishment secara langsung, tetap saja perilaku mereka terpengaruh. Bagi Bandura,
observational learning terjadi setiap waktu. Setelah kapasitas observational learning
telah benar-benar berkembang, orang tidak dapat mencegah siapapun dari learning
terhadap apa yang mereka amati. Observational learning tidak membutuhkan respon
atau reinforcement nyata. Menurut Bandura reinforcement itu tidak berfungsi secara
mekanis atau otomatis untuk memperkuat perilaku, tetapi observer harus
memperhatikan kontigensi reinforcement sebelum mereka merasakan dampaknya.
Uraian Bandura di atas tampak lebih menekankan bahwa manusia (mahasiswa)
dalam bertindak atau berperilaku tidak disebabkan oleh adanya reinforcement
semata, melainkan lebih atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagaimana
disebutkan sebelumnya (kemampuan, bahasa, moral, pemikiran, dsb). Kalau pun ada
reinforcement, maka masih akan dipertimbangkan lebih dulu, apakah reinforcement
tersebut cukup memadai untuk menyebabkan dirinya berperilaku. Meski demikian,
dalam hal terjadinya proses belajar (kognitif), ada atau tidak ada reinforcement tidak
akan menghambat terjadinya proses belajar setelah pengamatan terjadi. Dapat
disimpulkan bahwa Bandura, dalam konsep belajar, menekankan pada adanya model
atau “figur-subjek” yang melakukan suatu aktivitas, konsekuensi dari aktivitas itu,
dan bisa diamatinya model oleh observer (mahasiswa) agar “terjadi belajar”. Apabila
syarat itu sudah terpenuhi, maka ada atau tidaknya reinforcement menjadi tidak
penting karena reinforcement dapat diperoleh secara vicarious melalui model yang
mendapatkan reinforcement. Oleh karena itu agar mahasiswa mempunyai
”kemampuan” yang diharapkan, mereka harus banyak mengamati karakter model
yang “berkemampuan,” bagaimana model tersebut mendapatkan kemampuan yang
beragam, aktivitas apa saja yang membawa kesuksesan; dan melakukan pengamatan
pada banyak model. Pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa ketika
belajar hanya sebatas pada terbentuknya atau adanya perubahan kemampuan
penalaran semata, maka belajar sudah cukup dilakukan “hanya” dengan
mengobservasi.Namun demikian, apabila kemampuan tersebut sampai pada taraf
perilaku, maka pengamatan atau observasi tersebut perlu ditindak-lanjuti dengan
melatihnya dalam aktivitas, dalam berbagai situasi dan kesempatan.
Manusia mampu belajar, baik itu sikap, keterampilan, ataupun tingkah laku
dimana sebagian besarnya merupakan hasil dari pengalaman vicarious, yaitu
x
observasi terhadap model.dalam proses ini seorang belajar melalui proses observasi
Namun bukan hanya sekedar meniru ada proses kognitif yang terjadi di sini
faktor yang mempengaruhi observasi antara lain
1. Karakteristik model
Semakin mirip model maka semakin akan mudah individu untuk
terpengaruh Model
2. Karakteristik observer
Orang yang memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah akan
jauh lebih mungkin meniru perilaku orang lain daripada mereka yang
punya rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi
3. Konsekuensi dari tingkah laku yang ditiru
Reward yang bermakna akan mendorong seseorang untuk mencontoh
perilaku orang lain sedangkan adanya punishment akan mengurangi
kemungkinan seseorang untuk mencontoh perilaku orang lain tersebut.

E. Teori Pembelajaran Modeling


Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert
Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku
atau perilaku dari orang lain disekitarkita. Modeling yang artinya meniru, dengan
kata lain juga merupakan proses pembelajaran denganmelihat dan memperhatikan
perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan
tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang
yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang sangat penting dan
powerfull pada proses pembelajaran.
Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari
orang-orangtersebut, namun kita juga memperhatikan hal-hal apa saja yang baik
semestinya untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana
reinforcement atau punishmentnya yang akan ditiru. Dengan kata lain, semua
pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba atau instan. Baik itu pada
pendekatan belajar classic alconditioning maupun pendekatan belajar
operantconditioning. Namun,pembelajaran melalui modeling waktu yang
digunakan cenderung lebih singkat dari pada pembelajarandenganclassical dan
operantconditioning. Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan

xi
perananpenting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan
tingkah laku yang akan mereka pelajari.
Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran
melalui pendekatan modeling, yaitu
1. Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau
tindakan-tindakanyang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2. Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan
ditiru dan menyimpan setiapinformasi yang didapat dalam ingatan, kemudian
mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan.
3. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa
kemampuan motorik seseorang jugamempengaruhi untuk dapat
memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik
secarakeseluruhan atau hanya sebagian.
4. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat
menentukan seberapa mampu kitanantinya melakukan peniruan tersebut,
namun penguatannya dari segi motivasi yang dapat memacukeinginan individu
tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor biologi. Faktor biologi juga
sangat penting dalam penunjangan proses pembelajaran modeling secara penuh.
Karena apabila faktor biologi kitatidak mendukung, maka proses pembelajaran
yang akan dilakukan juga akan mengalami kendala.

Ciri-ciri teori Pemodelan Bandura :

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,


2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-
lain,
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan
gurusebagai model,
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatanyang positif,
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkahlaku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang
positif 

xii
Jenis - jenis Peniruan (Modeling):

1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social
Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu
suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui
demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku
yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru
gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan
seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh:
Meniru Gaya Pakaian di TV,tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh:
Pelajar meniru gaya bahasagurunya.
F. Karya dan Temuan
a. Social Learning Theory and Personality Development
b. Psychology Modeling : Conflicting Theories
c. Aggression: A Social Learning Analysis
d. Social Learning Theory, Englewood Cliffs
e. Social Foundation Of Thought And Action
f. Self-Efficacy: The Exercise Of Control

xiii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bandura dilahirkan di Mudare Northem Akbert Kanada.Pada 04 Desember
1925.Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat
pendidikan disana.Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of
British Columbia.dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh geby Master dalam
bidang psikologi path tahun 1951 dan setahun kemudian Ia juga meraih gelar doctor
(PhD) DI university of Lowa.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik).Teori pembelajaran social ini dikembangan oleh
Albert Bandura (1986).Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip - prinsip teori
- teori belajar perilaku tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan
isyarat - isyarat perubahan perilaku dan pada proses - proses mental internal. Jadi
dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan - penjelasan
reinforcement eksistensial dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk
memahami bagaimana belajar dan orang lain. Asumsi dasar teori belajar sosial yakni
Plasticity, Agent Perspective, Triadic Reciprocal Causation Model, Self regulation,
Moral agency.
Menurut Bandura observational learning merupakan proses kognitif yang
melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa, moralitas, pemikiran dan pengaturan diri
dari perilaku seseorang. Artinya, individu tidak sekedar mengkopi, atau meniru,
secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi lingkungannya. Individu akan
memproses secara kognitif dengan menggunakan pertimbangan pengalaman
sebelumnya, moralnya, cara pandangnya atau pemikirannya. Bahkan, ketika ia harus
merespon ia masih harus mempertimbangkan untung ruginya, memungkinkan atau
tidak bagi dirinya untuk melakukan suatu respon, dengan cara apa ia merespon, atau
menggunakan bahasa yang bagaimana. Itu semua akan menentukan apakah individu
tadi merespon atau tidak, dan bagaimana caranya merespon.
Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert
Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku
atau perilaku dari orang lain disekitarkita. Modeling yang artinya meniru, dengan
kata lain juga merupakan proses pembelajaran denganmelihat dan memperhatikan

xiv
perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan
tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang
yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang sangat penting dan
powerfull pada proses pembelajaran. Karya dan temuan Bandura yakni Social
Learning Theory and Personality Development; Psychology Modeling :
Conflicting Theories; Aggression: A Social Learning Analysis; Social Learning
Theory, Englewood Cliffs; Social Foundation Of Thought And Action; Self-
Efficacy: The Exercise Of Control

B. Saran

Dengan adanya makalah ini semoga bisa menambah pengetahuan penulis dan
pembaca tentang “Teori Belajar Sosial Bandura”. Kami menyarankan kepada kita
semua agar kita memilih role model yang baik, karena apa yang kita lihat pada
orang lain akan membawa akibat pada perilaku kita sendiri.

xv
Referensi
Azis, Aisyah, Muhammad Aqil Rusli, and A Momang Yusuf, ‘Teaching Physics Through
Top Down Approach To Teach Critical Thinking Skills’, Statistics, Mathematics,
Teaching, and Research, 2015, 650
Gultom, Saurmaida, ‘The Effect of Problem Based Learning Strategic and Divergent
Thinking Style on the Ability to Solve Environmental the Problems (An Experimental
Study at SMP Negeri 161 Jakarta, 2015)’, IJEEM-Indonesian Journal of Environmental
Education and Management, 1.2 (2016), 66–82
Hill, Winfred F, ‘Theories of Learning. Terj’, M. Khozim. Cet. Ke-6. Nusa Media. Bandung,
2011
Schunk, Dale H, ‘Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan’, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012
Yanuardianto, E. (2019). Teori Kognitif Sosial Albert Bandura (Studi Kritis dalam Menjawab
Problem Pembelajaran di Mi). Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 1(2), 94-111.

xvi

Anda mungkin juga menyukai