Konseling Behavioristik
Disusun Oleh :
Lalu Zikrulloh_200101009
Leni Apriliani_200101011
M. Rizal umami_200101013
Meta Yulian Karsila_200101016
Moh. Syarif Anwari_200101017
Nafsahussaripatul ima_200101021
UNIVERSITAS HAMZANWADI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Teori john Boadrus waston” dapat diselesaikan tepat
waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah yang kami
susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Pancor, 4 Oktober 2022
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................. II
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................. III
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................. 2
C. Tujuan........................................................................................................................................................ 2
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................................................................
A. Biografi atau latar belakang John Boadrus Waston.................................................................3
B. Konsep utama teori John Boadrus Waston................................................................................. 5
C. Temuan tokoh yang berkaitan dengan konseling behavioristik
BAB III: PENUTUP................................................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar (Nahar 2016). Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi
tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan
bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak
telah ditemukan teori belajar yang pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian
perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas
pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang
mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa
melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai,
ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai
target belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja biografi atau latar belakang John Boadrus Waston
2. Apa saja konsep utama dari teori John Boadrus Waston
3. Apa saja penemuan dari John Broadrus Waston yang berkaitan dengan Konseling
Behavioristik
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi atau latar belakang dari John Broadrus Waston
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep utama dari teori John Broadrus Waston
3. Untuk mengetahui apa saja penemuan dari John Broadrus Waston yang berkaitan
dengan Konseling Behavioristik
BAB II
PEMBAHASAN
2. Rangsangan (stimulus) adalah unsur yang datang dari luar diri individu, dan tentu
saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Dalam dunia
aplikasi komunikasi instruksional, rangsangan bisa terjadi, bahkan diupayakan
terjadinya yang ditujukan kepada pihak sasaran agar mereka bereaksi sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengajar ataupun kuliah, di mana banyak
pesertanya yang tidak tertarik atau mengantuk, maka sang pengajarnya bisa
merangsangnya dengan sejumlah cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan
bertanya tentang masalah-masalah tertentu yang sedang trendy saat ini, atau bisa
juga dengan mengadakan sedikit humor segar untuk membangkitkan kesiagaan
peserta dalam belajar.
3. Penguatan ( reinforcement) adalah unsur yang datangnya dari pihak luar, ditujukan
kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi
penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan
respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku
kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa
terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak
tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk
di kemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut
bentakan.
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus
menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation,
conditioning, testing, dan verbal reports.
5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai
refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan
akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-
lain.
6. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga
bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil
belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson
mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike.
Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada
percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson
punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William
James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya
sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits.
Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
8. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya
proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan
proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus
seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat
dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan
meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan
pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga
membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan
bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
Eksperimen dari John Broadrus Watson
Dalam suatu percobaan yang kontroversial di tahun 1921, Watson dan asisten risetnya
Rosalie Rayner melakukan eksperimen terhadap seorang balita bernama Albert. Pada awal
eksperimen, balita tersebut tidak takut terhadap tikus. Ketika balita memegang tikus,
Watson mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita menjadi takut dengan suara
yang tiba-tiba dan keras sekaligus takut terhadap tikus. Akhirnya, tanpa ada suara keras
sekalipun, balita menjadi takut terhadap tikus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Beberapa Temuan Watson:
Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology),
Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku,
Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind
mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan
melalui pendekatan ilmiah,
Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus
menggunakan metode empiris,
Secara bertahap Watson menolak konsep insting, , mulai dari karakteristiknya
sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits,
dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak,
dan lain-lain,
Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson,
juga bagi tokoh behaviorisme lainnya,
Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William
James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya
sesuatu digunakan/dilakukan,Proses thinking and speech terkait erat. Thinking
adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan
berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih
dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat
dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
B. Saran
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik sebaiknya dan
seharusnya mempertimbangkan keadaan mental peserta didiknya disamping tingkah laku
yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Fera. 2015. “Teori Belajar Behavioristik Dan Pandangan Islam Tentang
Behavioristik.” Syaikhuna: Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam 6(2): 165–80.
Anwar, Chairul. 2017. Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.
IRCiSoD.
Nahar, Novi Irwan. 2016. “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran.” NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial 1(1).
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiapIqK0c36AhXN93MB
HezxAlUQFnoECCwQAQ&url=https%3A%2F%2Ffadlibae.wordpress.com
%2F2010%2F03%2F24%2Fteori-belajar-behavioristik-john-watson-1878-
1958%2F&usg=AOvVaw0NxgqhVKXIB1DiQWgbcaHq