DISUSUN OLEH :
NURMALA SALMI
200101023
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu bagi para pelajar untuk mewujudkan cita-
citanya. Dengan bersekolah, pelajar dapat meningkatkan kualitas pengetahuan yang lebih
terarah secara sistematis melalui bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu Guru
disekolah. Sekolah juga bertugas untuk mengembangkan potensi akademik dan potensi
non akademik siswa. Bimbingan dan konseling bertugas dan memiliki tanggung jawab
yang penting untuk membantu siswa agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial
mereka, membantu mengembangkan potensi yang mereka miliki, dan merubah serta
memperbaiki perilaku mereka yang menyimpang. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang peneliti lakukan kepada guru Bimbingan Konseling dan Kepala Sekolah
SD – SMP SATU ATAP 1 MONTONG GADING, bahwa ada beberapa siswa SMP yang
memiliki masalah kasus berperilaku menyimpang yaitu malas masuk sekolah atau
membolos. Perilaku menyimpang siswa yang malas masuk sekolah atau membolos
biasanya terjadi karena disebabkan oleh faktor internal dan eksternal seperti kurangnya
motivasi dari diri sendiri atau ada masalah dalam keluarga yang menyebabkan suasana
hati siswa memburuk.
ii
KATA PENGANTAR
Nurmala Salmi
iii
DAFTAR ISI
ABSTRACT........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................2
C. Fokus dan Rumusan Masalah.................................................................................3
D. Tujuan Penelitian......................................................................................................3
E. Manfaat Penelitian....................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................4
A. KAJIAN TEORI.......................................................................................................4
1. Bimbingan dan Konseling..................................................................................4
2. Konseling Individu..............................................................................................4
3. Pendekatan Behavioral.......................................................................................7
4. Behavior Self Management................................................................................9
5. Perilaku Malas Sekolah atau Membolos.........................................................11
B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN........................................................12
C. ALUR PIKIR...........................................................................................................12
D. PERTANYAAN PENELITIAN.............................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................14
A. JENIS PENELITIAN.............................................................................................14
B. LOKASI/TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.............................................14
C. SUMBER DATA.....................................................................................................15
D. TEKNIK DAN INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA................................15
E. ANALISIS DATA...................................................................................................15
F. KEABSAHANA DATA..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu bagi para pelajar untuk mewujudkan
cita-citanya. Dengan bersekolah, pelajar dapat meningkatkan kualitas pengetahuan yang
lebih terarah secara sistematis melalui bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu Guru
disekolah. Sekolah juga bertugas untuk mengembangkan potensi akademik dan potensi
non akademik siswa.
Bimbingan dan konseling bertugas dan memiliki tanggung jawab yang penting
untuk membantu siswa agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial mereka,
membantu mengembangkan potensi yang mereka miliki, dan merubah serta memperbaiki
perilaku mereka yang menyimpang.
Perilaku menyimpang adalah sikap dan tingkah laku negatif yang ditunjukkan
seorang siswa sehingga dapat menimbulkan masalah bagi siswa bersangkutan maupun
siswa lainnya, salah satu contohnya adalah malas masuk sekolah untuk belajar dan
menimba ilmu atau membolos. Seperti kita ketahui bersama, Bimbingan dan Konseling
memiliki 4 bidang layanan bimbingan, yaitu layanan bimbingan pribadi, bimbingan
belajar, bimbingan sosial dan bimbingan karir.
Layanan bimbingan pribadi adalah bantuan bagi siswa untuk menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan
mandiri serta sehat jasmani dan rohani (W.S. Winkel, 1998 : 127). Prayitno (1997:63)
mengartikan layanan bimbingan pribadi adalah membantu siswa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan
mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Individu yang bermasalah bermula pada suasana
hati atau keadaan hati yang sedang tidak baik. Jadi semua masalah berasal dari diri
pribadi individu tersebut. Kemudian memancing masalah-masalah lain muncul.
v
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan kepada guru
Bimbingan Konseling dan Kepala Sekolah SD – SMP SATU ATAP 1 MONTONG
GADING, bahwa ada beberapa siswa SMP yang memiliki masalah kasus berperilaku
menyimpang yaitu malas masuk sekolah atau membolos. Perilaku menyimpang siswa
yang malas masuk sekolah atau membolos biasanya terjadi karena disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal seperti kurangnya motivasi dari diri sendiri atau ada masalah dalam
keluarga yang menyebabkan suasana hati siswa memburuk.
Dengan adanya perilaku siswa yang malas masuk sekolah atau membolos, perlu
adanya usaha untuk mengatasi atau mengentaskan perilaku tersebut, agar masa
perkembangan siswa tidak terhambat. Apabila masalah kasus malas masuk sekolah tidak
segera ditangani atau diatasi, maka dikhawatirkan banyak dampak negatif yang muncul
akibat siswa yang malas masuk sekolah.
vi
Mengatasi Perilaku Membolos Pada Siswa Kelas VIII di SD – SMP NEGERI SATU
ATAP SATU MONTONG GADING ‘’.
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Ada beberapa siswa SMP yang memiliki masalah kasus berperilaku menyimpang
yaitu malas masuk sekolah.
2. Perilaku menyimpang siswa yaitu malas masuk sekolah biasanya terjadi karena
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal sepert kurangnya motivasi dari diri
sendiri atau ada masalah dalam keluarga yang menyebabkan suasana hati siswa
memburuk.
3. Apabila masalah perilaku menyimpang siswa yaitu malas masuk sekolah tidak
segera ditangani atau diatasi, maka dikhawatirkan banyak dampak negatif yang
muncul akibat siswa yang malas masuk sekolah.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hal yang
dapat diperoleh setelah penelitian selesai. Maka tujuan dari penelitian ini adalah:
vii
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, referensi, dan
wawasan bagi pihak yang memerlukan.
2. Bagi penulis, diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapatkan agar berguna
untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
2. Konseling Individu
1. Pengertian Konseling Individu
Konseling individual merupakan proses interaktif yang dicirikan oleh
hubungan yang yang unik antara guru bimbingan dna konseling atau konselor
dengan peserta didik/konseli yang mengarah pada perubahan perilaku, konstruksi
pribadi, kemampuam mengatasi situasi hidup dan keterampilan membuat
keputusan. Konseling individual diberikan baik kepada peserta didik/konseli
yang datang sendiri maupun diundang. Peserta didik/konseli diundang oleh guru
bimbingan dna konseling atau konselor berdasarkan hasil asesmen. Referal, da
observasi.
Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) konseling individual disiapkan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor bagi peserta didik/konseli yang
viii
diundang maupun yang datang sendiri. Keberhasilan proses konseling terhadap
pemecahan masalah peserta didik/konseli dievaluasi oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor melalui pengungkapan kepuasan konseli terhadap proses
konseling.
Pelaksanaan konseling individual dapat dilakukan secara langsung berhadap-
hadapan atau melalui media elektronik (e-counseling) antara lain : telepon,
chatting, email, web, dan skype. Konseling melalui media elektronik perlu
mempertimbangkan kapasitas guru bimbingan dan konseling atau konselor
dalam menangani kendala komunikasi yang tidak memperlihatkan ekspresi
peserta didik/konseli selama konseling berlangsung. Konseling individual harus
dilakukan dalam suasana yang aman dan nyaman bagi peserta didik/konseli.
Konseling individual berhadap-hadapan langsung dan harus diselenggarakan
dalam ruangan yang memberi rasa aman dan nyaman bagi peserta didik/konseli,
begitu pula e-counseling juga harus terproteksi.
ix
2) Langkah konseling dengan konseli yang diundang
a) Pra konseling : (1) Mengumpulkan dan menganalisis data peserta
didik/konseli secara komprehensif (potensi, masalah, latar belakang kondisi
konseli), (2) Menyusun RPL konseling, (3) Menata ruang, dan (4) Kesiapan
pribadi guru bimbingan dna konseling atau konselor.
b) Proses Konseling : (1) Membangun relasi konseling, (2) Melaksanakan
tahapan dan menggunakan teknik konseling sesuai teori yang dipilih baik
secara tunggal maupun integratif, dan (3) Menutup proses konseling.
c) Pasca Konseling : (1) Membuat laporan konseling, (2) Berdasarkan
kesepakatan dengan peserta didik/konseli, guru bimbingan dan konseling
atau konselor memonitoring dna mengevaluasi tindakan/perilaku yang
direncanakan peserta didik/konseli.
3) Langkah-langkah e-counseling
a) Pra Konseling : (1) Mendesain menu e-counseling, (2) Melaksanakan
tahapan dan menggunakan teknik konseling sesuai teori yang dipilih baik
secara tunggal, maupun integratif, (3) Menutup proses konseling.
b) Pasca Konseling : (1) Membuat laporan konseling, (2) Berdasakan
kesepkatan, peserta didik/konseli melakukan tindakan lanjutan proses
konseling.
x
3. Tahap Pengakhiran (Tahap Tindakan)
a. Menurunnya kecemasan konseli.
b. Adanya perubahan perilaku konseli kearah yang lebih positif, sehat dan
dinamis.
c. Adanya rencana hidup dimasa yang akan datang dengan program yang
lebih jelas
d. Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar.
3. Pendekatan Behavioral
1. Pengertian Pendekatan Behavioristik
Pendekatan behavioral berawal dari eksperimen psikologi dan penelitian
mengenai proses belajar pada manusia dan hewan. Sebelum tahun 1960-an,
behavioral belum dapat diterima dalam ranah psikologi, sosial, pendidikan, atau
psikiatri. Pada konsep konseling behavior, tingkah laku manusia merupakan hasil
belajar yang dapat dimanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar
(Sanyata, 2012).
Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.
Tingkah laku yang dimaksud adalah perbuatan yang ditampilkan oleh individu.
Tujuan dari pendekatan behavioral adalah untuk memodifikasi tingkah laku yang
tidak diinginkan (maladaptif) sehingga menekankan pada pembiasaan tingkah
laku positif (adaptif). Pada pendekatan behavioral dikenal reinforcement dan
punishment. Tingkah laku adaptif yang tampak diberi penguatan yang
menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan, bertujuan agar
tingkah laku itu cenderung akan diulangi, meningkat, dan menetap di masa akan
datang. Sementara tingkah laku maladaptif akan diberikan punishment yang
bertujuan agar tingkah laku tersebut tidak terulang dimasa yang akan datang.
Konseling behavioral disatu sisi merupakan pendekatan yang efektif dalam
melakukan modifikasi pada tingkah laku, namun disisi lain konseling behavioral
tidak memandirikan konseli dan tidak melibatkan konseli secara aktif dalam
prosesnya. Selain itu, konseling behavioral juga tidak memberikan sebuah
xi
pemahaman yang utuh pada diri konseli terkait tingkah laku yang harus
diubahnya.
Behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau conditioning terhadap manusia
tersebut. Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk
perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia
tersebut.
Pendekatan behavioristik bersandar pada konsep stimulus dan respon dimana
seorang individu akan berperilaku sesuai stimulus atau rangsang yang ia terima,
mempelajarinya kemudian menentukan respon atas stimulus atau rangsang
tersebut. Behavioristik merupakan orientasi teoretis yang didasarkan pada ilmiah
harus bersadarkan studi tingkah laku yang teramati.
2. Hakikat Manusia
Seperti pendapat tokoh behavioristik yaitu Albert Bandura dan tokoh-tokoh
lainnya yang menganut paham empirisme (pengetahuan secara keseluruhan atau
parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera). Mereka
berpendapat bahwa manusia itu adalah produk yang dihasilkan dari
lingkungannya. Pada dasarnya manusai bersifat netral, tidak baik dan tidak buruk
Manusia bagaikan kertas kosong tanpa memiliki bakat bawaan untuk memiliki
perilaku tertentu, lalu lingkungan akan menulis pada kertas kosong ini dan secara
perlahan masing-masing individu akan memiliki karakteristik yang unik dan
berbeda-beda sesuai dengan lingkungan yang mereka tinggali.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya
kepribadian adalah dari proses pemasakan dan proses belajar.
2. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan
lingkungan
3. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar
kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan.
4. Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian
seseorang dikembangakan tergantung interaksi dengan lingkungan.
xii
5. Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan semua tugas
perkembangan adalah tugas yang harus diselesaikan dengan belajar.
3. Hakikat Behavioral
Dalam pandangan behavioral bahwa kepribadian manusia itu adalah perilaku,
yang dibentuk dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam
interaksi dengan lingkungan sesungguhnya terdapat hubungan stimulus dan
respon dengan lingkungan. Dengan kata lain, pengalaman hidup setiap individu
menjadi dasar dalam terbentuknya perilaku manusia. Karena kenyataan inilah
bahwa konseling behavioral pada hakekatnya adalah membentuk perilaku
individu melalui modifikiasi sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Pembentukan perilaku dapat dilakukan melalui belajar dengan lingkungannya,
belajar dengan dikondisikan atau dibiasakan, dan belajar operan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat konseling behavioral
adalah upaya untuk membentuk perilaku melalui pembentukan kebiasaan yang
berulang-ulang melalui stimulus atau rangsang yang dikondisikan atau
dikendalikan sehingga perilaku tersebut dapat terbentuk dalam waktu yang
ditentukan.
xiii
Pada dasarnya, pengelolaan diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu
perilaku dan mengendalikan terjadinya perilaku lain (perilaku sasaran)
dikemudian waktunya (Watson, D. R., & Tharp, R. G. 2001). Self management
melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang terkendali. Dalam
perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri dimana
anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku alternatif yang
akan dimodifikasi (Raymond, M.G. 2008).
Self management merupakan serangkaian teknis untuk mengubah perilaku,
pikiran, dan perasaan Berdasarkan uraian di atas, self management merupakan
seperangkat prinsip atau prosedur yang meliputi pemantauan diri (self
monitoring), reinforcement yang positif (self reward), perjanjian dengan diri
sendiri (self contracting), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control)
dan merupakan keterkaitan antara teknik cognitive, behavior, serta affective
dengan susunan sistematis berdasarkan kaidah pendekatan cognitive behavior
therapy, digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam proses
kematangan karir yang diharapkan.
xiv
dan perbuatan mereka sehingga mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal
yang tidak baik dan peningkatan hal-hal yang baik dan benar.
xv
3. Faktor Penyebab Malas Masuk Sekolah atau Membolos
Siswa yang malas masuk sekolah atau membolos dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal seperti, tidak
percaya diri, hilangnya motivasi atau minat siswa untuk sekolah dan belajar dll.
Faktor internal seperti, lingkungan sosial, keluarga, masalah disekolah dll.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan eksplisit tentang sesuatu yang ingin
diketahui oleh peneliti. Pertanyaan penelitian dirumuskan dari pokok permasalahan
yang hendak diteliti. Selain itu, pertanyaan penelitian juga menentukan tujuan
penelitian dan metode yang akan digunakan. Penulis ingin mengetahui beberapa hal,
diantaranya:
xvii
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti akan mengunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Peneliti berupaya menggambarkan secara detail dan mendalam
mengenai pengaruh konseling individu menggunakan teknik behavior self
management untuk mengatasi perilaku membolos siswa. Menurut Sugiyono (2011 ;
9) , metode penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah sebagai
lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara wawancara semistruktur dan observasi
pastisipatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
xviii
mendapatkan data dan informasi dari sumber data secara natural serta untuk
memaparkan atau mendeskripsikan masalah-masalah yang sedang di teliti.
Maka jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah kualitatif deskripsi untuk
mendekskripsikan suatu peristiwa tentang pengaruh konseling individual dengan
teknik behavior self management untuk mengatasi perilaku membolos pada siswa.
C. SUMBER DATA
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2013: 157) “Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data akan diambil dari
dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan, hasil dari observasi dan dokumentasi
seperti foto dan video.
1. Wawancara
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2016 : 137), wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
xix
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai Kepala
Sekolah, guru Bimbingan Konseling dan siswa yang bersangkutan.
2. Observasi
Menurut Rachman ( 2015: 93) menyatakan observasi adalah sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek peneletian. Observasi akan dilakukan oleh peneliti di SD – SMP Negeri
Satu Atap 1 Montong Gading untuk mengetahui siswa SMP yang membolos.
E. ANALISIS DATA
Penelitian ini akan menggunakan analisis data dengan model interaktif Miles dan
Huberman, model ini berawal dari pengumpulan data mentah. Mendisplay data,
reduksi dara dan sampai ke verifikasi dan kesimpulan data.
1. Reduksi Data
Pada suatu penelitian pasti akan mendapat data yang banyak dan beragam, karena
itulah diperlukan analisis data. Reduksi data ini dilakukan dengan memilih data
yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu cara untuk memperlihatkan data mentah sehingga
terlihat perbedaan antara data yang diperlukan dalam penelitian dan data yang tidak
diperlukan (Zulfa, 2010: 132). Sedangkan fungsi dari penyajian data adalah unutuk
memudahkan dalam memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan dengan yang telah dipahami (Djam’an & Aan, 2013: 219).
3. Kesimpulan dan verifikasi
Menurut Djam’an & Aan (2013: 219), kesimpulan adalah yang dikemukakan masih
bersifat sementara, serta daopat berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
untuk mendukung data yang dikumupulkan, tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat penelitian kembali kelapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
F. KEABSAHANA DATA
xx
Untuk menghindari kesalahan data yang akan di analisis, maka keabsahan data
perlu diuji dengan beberapa cara sebagai berikut: (1). Pengumpulan data secara terus
menerus pada subyek penelitian yang sama. (2). Triangulasi pada sumber lain yang
dapat dipertanggungjawabkan, dan bila perlu (3). Pengecekan oleh subyek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Ria. 2019. Pengaruh Konseling Individu dengan Teknik Behavior Contract
Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Peserta Didik Kelas VIII di
MTs Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2019/2020.
Dwiyana, Fajar. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Jumlah Waktu Aktif
Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidik
xxi
Prabowo, Arga Satrio & Cahyawulan, Wening. 2016. Pendekatan Behavioral : Dua Sisi
Mata Pisau. Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling.
Sugianto, Ahmad
xxii