Anda di halaman 1dari 118

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Capaian Pembelajaran ......................................................................................... 1
Deskripsi ................................................................................................................ 1
Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................ 2
Tujuan Akhir ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBELAJARAN
A. Unit Pembelajaran 1/ Anamnesa Ibu Bersalin .................................................. 5
B. Unit Pembelajaran 2/ Pemeriksaan Fisik dan Obstetrik pada Ibu Bersalin ......... 9
C.Unit Pembelajaran 3/ Amniotomi ....................................................................... 17
D.Unit Pembelajaran 4 / Menolong Persalinan Normal ........................................ 25
E. Unit Pembelajaran 5 / Penjahitan perineum ...................................................... 53
F. Unit Pembelajaran 6 / Pemeriksaan Antropometri Bayi Baru Lahir ...................68
G.Unit Pembelajaran 7 / Resusitasi pada Bayi Baru Lahir .................................. ..76
H.Unit Pembelajaran 8 / Manual Plasenta ............................................................ 85
I. Unit Pembelajaran 9 / Atonia Uteri ................................................................... 91
J. Unit Pembelajaran 10 / Penatalaksanaan Distorsia Bahu ............................... 97
K. Unit Pembelajaran 11 / Penatalaksanaan Persalinan Sungsang ................... 105
BAB I PENDAHULUAN

A. Capaian Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu untuk melakukan,
melayani, mengimplementasikan asuhan kebidanan dalam persalinan dan bayi
baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan

B. Deskripsi
Modul ini adalah Modul Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir
dengan ruang lingkup
:
− Daftar tilik melakukan anamnesa ibu bersalin
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik pada
ibu bersalin
− Daftar tilik melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik pada ibu bersalin
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik pada
ibu bersalin
− Daftar tilik dalam melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik pada ibu bersalin
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan amniotomi pada ibu bersalin
− Daftar tilik dalam melakukan amniotomi pada ibu bersalin
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan pertolongan persalinan normal
− Daftar tilik dalam melakukan pertolongan persalinan normal
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan penjahitan perineum
− Daftar Tilik dalam melakukan penjahitan perineum
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan antropometri bayi baru
lahir
− Daftar tilik dalam melakukan pemeriksaan antropometri bayi baru lahir
− Lembar kerja mahasiswa dalam melakukan resusitasi bayi baru lahir
− Daftar tilik dalam melakukan resusitasi bayi baru lahir
Modul Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir merupakan modul
yang tidak terpisahkan dengan modul lainnya dalam kurikulum program studi
Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama,
dan merupakan modul dasar sebagai salah satu keterampilan yang harus dicapai
sebelum melanjutkan pembelajaran asuhan kebidanan, terutama asuhan kebidanan
kegawadaruratan maternal dan neonatal dan asuhan kebidanan komunitas.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 1


Hasil belajar yang akan dicapai yaitu mahasiswa dapat melakukan deteksi dini
komplikasi pada persalinan dan bayi baru lahir sesuai kompetensi bidan Indonesia
dan peraturan pemerintah yang berlaku.
Manfaat dari pencapaian kompetensi dalam modul ini yaitu dapat mencegah
kegawatdaruratan pada persalinan dan bayi baru lahir.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1). Baca terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai
2). Pelajari uraian materi sampai tuntas
3). Perhatikan langkah – langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk
mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan.
4). Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu
pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan soal – soal
evaluasi sebagai sarana latihan.
5). Catatlah kesulitan yang Anda dapatkan dalam modul ini untuk ditanyakan pada
dosen pengampu mata kuliah pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi
lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar Anda mendapatkan
tambahan pengetahuan
6). Berlatih secara berkelompok lebih baik untuk membantu diskusi dalam
melakukan langkah per langkah perkerjaan dalam modul
7). Pastikan persiapan diri, alat dan tempat/lingkungan telah siap sebelum
melakukan langkah – langkah pekerjaan.

D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat:
1). Melakukan anamnesa pada ibu bersalin
2). Melakukan pemeriksaan fisik dan obstetrik pada ibu bersalin
3). Melakukan amniotomi
4). Melakukan pertolongan persalinan normal
5). Melakukan penjahitan perineum
6). Melakukan pemeriksaan antropometri bayi
baru lahir 7). Melakukan resusitasi pada bayi

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 2


BAB II PEMBELAJARAN

A. Unit Pembelajaran 1
1). Judul
Anamnesa Pada Ibu
Bersalin 2). Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan anamnesa pada
ibu bersalin.
3). Uraian Materi :
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan / dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Pendapat lain mengatakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai
dari kencengkenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin,
plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
Anamnesa adalah tanya jawab antara pasien dan pemeriksa. Dari anamnesa ini
banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan
prognosa pada ibu bersalin.
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan,
kehamilan dan persalinan.informasi ini digunakan dalam proses membuat
keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana
asuhan atau perawatan yang sesuai.

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM ANAMNESA PADA IBU BERSALIN

1). Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:
- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2). Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan


dan bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 3


dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%

- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan


dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM ANAMNESA IBU BERSALIN

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 4


2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan
dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

0 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah
uji praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
ANAMNESA IBU BERSALIN

Nama Mahasiswa :
NIM :

PROSEDUR ANAMNESA

LANGKAH DAN KEGIATAN SKOR

0 1 2 3 4
1. Identitas pasien ditanyakan secara lengkap:
- Nama, umur, agama, dan identitas suami ditanyakan
- Pekerajaan dan penghasilan keluarga ditanyakan
- Alamat domisili pasien ditanyakan

2 Status G P A ditanyakan secara teliti


3 Keluhan utama pasien ditanyakan dengan sabar
4 Riwayat utama pasien ditanyakan dengan sabar
- Riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
ditanyakan
- Riwayat komplikasi kehamilan dan persalinan yang lalu
ditanyakan
- Riwayat operasi yang pernah dialami ditanyakan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 5


5 Riwayat kehamilan sekarang ditanyakan secara lengkap:
- Riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
ditanyakan
- Riwayat pengobatan yang pernah diperoleh ditanyakan
- Riwayat ANC ditanyakan
6 Riwayat persalinan sekarang ditanyakan dengan sabar
- Kapan mulai kontraksi ditanyakan
- Pengeluaran pervaginam ditanyakan
- Pecahnya kantung ketuban ditanyakan
- Gerakan anak 24 jam terakhir ditanyakan
- Riwayat eliminasi 24 jam terakhir ditanyakan

7 Riwayat tindakan atau pengobatan terakhir yang pernah


diperoleh ditanyakan dengan teliti

8 Semua hasil anamnesa dicatat dilembar rekam medik


pasien dengan benar:

- Ada tanggal dan jam anamnesa

- Ada nama terang dan tanda tangan

JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=


32

4). Evaluasi
▪ Mahasiswa melakukan anamnesa pada ibu bersalin
secara individu ▪ Penilaian dilakukan dengan menggunakan
daftar tilik

B. Unit Pembelajaran 2
1) Judul
Pemeriksaan Fisik dan Obstetrik Pada Ibu Bersalin
2) Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan anamnesa pada ibu
bersalin
3) Uraian Materi
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan
dataobyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibudan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 6
pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi
ibu. 4) Lembar Kerja

JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN : Pemeriksaan Fisik dan Obstetrik Pada Ibu Bersalin


UNIT KOMPETENSI : Asuhan Persalinan Dan Bayu Baru Lahir

REFERENSI
Yanti; 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan,
Pustaka Rihana, Yogyakarta

OBYEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa dapat:
1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk perasat pemeriksaan fisik dan obstetrik
pada ibu bersalin.
2. Melaksanakan prosedur dan langkah langkah pemeriksaan fisik dan obstetrik
pada ibu bersalin secara sistematis.

DASAR TEORI SINGKAT


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan
dataobyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibudan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan
kondisi ibu.

PETUNJUK
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Baca dan pelajari lembar kerja/jobsheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan asuhan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 7


KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan
2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 8


3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PEKERJAAN LABORATORIUM
A. PERALATAN /BAHAN
1. 1 buah tensimeter (lengkap dengan manset dan stetoskop)
2. 1 buah termometer (biasa/digital)
3. 1 buah arloji
4. 1 buah lampu senter
5. Kertas dan bolpoint untuk mencatat
B. Prosedur Pelaksanaan
No LANGKAH/TUGAS GAMBAR
1. Memeriksa Keadaan umum ibu
bersalin
- Status kesadaran
- Adanya perdarahan atau
tidak

2 Memeriksa tanda – tanda vital


ibu bersalin:
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Pernafasan
- Suhu tubuh

3. Menilai perubahan
sistem gastrointestinal:
- Menanyakan pola buang air
kecil dan buang air besar
- Meraba kandung kemih
- Mendengarkan peristaltik
usus

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 9


PROSEDUR PEMERIKSAAN OBSTETRIK IBU BERSALIN
4 Melakukan palpasi leopold
- Menentukan tinggi fundus,
letak dan presentasi janin
dengan leopold I
- Menentukan posisi
punggung
janin dengan leopold II
- Menentukan bagian
terbawah janin
sudah masuk
panggul/belum dengan
leopold
III
- Menentukan seberapa
besar bagian terbawah
janin yang sudah masuk
panggul dengan
lepold IV
5 Melakukan pemeriksaan dalam :
- Penipisan portio
- Pembukaan serviks
- Kondisi kantung air
ketuban
- Presentasi terbawah
janin
ditentukan
- Penurunan bagian
terbawah
anak ditentukan
- Moulage ditentukan
- Penunjuk janin
- Bagian – bagian terbawah
janin disamping kepala
janin diperiksa

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 10


6 Memeriksa denyut jantung janin
Key point
Menemukan DJJ secara tepat

7 Memeriksa kontraksi uterus


- Lama kontraksi, kekuatan,
dan keteraturan

8 Mencatat seluruh hasil


pemeriksaan dalam SOAP;
Key Point o Ada tanggal dan
jam pemeriksaan o Ada
nama terang dan tanda
tangan

5) Evaluasi
• Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik pada ibu bersalin
secara individu
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSTETRIK


PADA IBU BERSALIN

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:


- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 11


- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi


baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30
menit Bobot nilai 60%
- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan
dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSTETRI


PADA IBU BERSALIN

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 12


4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSTETRIK PADA IBU BERSALIN

Nama Mahasiswa :
NIM :

LANGKAH DAN KEGIATAN SKOR

0 1 2 3 4

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 13


1. Keadaan umum ibu dinilai secara cermat :
- Tingkat kesadaran pasien ditentukan
- Ada/tidaknya perdarahan dievaluasi
2 Tanda – tanda vital bu bersalin diperiksa secara cermat
- Denyut nadi pasien dihitung
- Pernafasan pasien diperiksa
- Tekanan darah pasien diperiksa
- Suhu tubuh pasien diperiksa

3 Perubahan sistem gastro intestinal diidentifikasi secara


lengkap :
- Pola buang air kecil dan air besar ditanyakan
- Kondisi kandung kemih dievaluasi
- Peristaltik usus dievaluasi
Pemeriksaan Obstetrik Ibu Bersalin

4 Palpasi “Leopold” dikerjakan dengan benar


- Menentukan tinggi fundus, letak dan presentasi janin
dengan
leopold I
- Menentukan posisi punggung janin dengan leopold II
- Menentukan bagian terbawah anak sudah masuk
panggul/belum dengan leopold III
- Menentukan seberapa besar bagian terbawah anak
yang sudah masuk panggul dengan leopold IV
5 Pemeriksaan dalam dikerjakan dengan benar
- Penipisan portio
- Pembukaan serviks
- Kondisi kantung air ketuban
- Presentasi terbawah janin ditentukan

- Penurunan bagian terbawah anak ditentukan


- Moulage ditentukan
- Penunjuk janin
- Bagian – bagian terbawah janin disamping kepala janin
diperiksa
6 Denyut jantung janin dievaluasi dengan benar

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 14


7 Kontraksi uterus dievaluasi dengan cermat :
- Lama kontraksi diidentifikasi
- Kekuatan kontraksi dievaluasi
- Keteraturan kontraksi dievaluasi

8 Seluruh hasil pemeriksaan dicatat dalam bentuk SOAP


dengan benar
- ada tanggal dan jam pemeriksaan
- Ada nama terang dan tanda tangan
JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=
32

C. Unit Pembelajaran 3
1) Judul
Amniotomi
2) Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan amniotomi pada
ibu bersalin sesuai dengan indikasi.
3) Uraian Materi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat
gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono,
2006).
Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
a. Pembukaan lengkap
b. Pada kasus solution placenta
c. Akselerasi persalinan
d. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
Keuntungan tindakan amniotomi
a. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
b. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
c. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin
d. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses
pembukaan serviks 4) Lembar Kerja
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 15
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 16
JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN : Amniotomi


UNIT KOMPETENSI : Asuhan Kebidanan Persalinan
Dan Bayu Baru Lahir

REFERENSI
Yanti; 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan, Pustaka
Rihana, Yogyakarta

OBYEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa dapat melakukan pemecahan kantong ketuban secara tepat (saat
pembukaan sudah lengkap dan ibu akan dipimpin meneran).

DASAR TEORI SINGKAT


Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
a. Pembukaan lengkap
b. Pada kasus solution placenta
c. Akselerasi persalinan
d. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
Keuntungan tindakan amniotomi
a. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
b. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
c. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin
d. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks

PETUNJUK
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Baca dan pelajari lembar kerja/jobsheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan asuhan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 17


KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan
2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PEKERJAAN LABORATORIUM A. PERALATAN /BAHAN


1. Ruang persalinan lengkap dengan bed persalinan, phantom persalinan, dan
perlengkapan pertolongan persalinan.
2. Partus set lengkap (1/2 kocher sudah posisi dipinggirkan di bak instrument)

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
No Langkah Kerja Gambar
`1. Lakukan informed consent
sebelum tindakan :
- Beritahu ibu baha kantong
ketuban belum pecah,
sementara pembukaan sudah
lengkap
- Minta persetujuan pasien untuk
dipecahkan ketubannya.
2 Laksanakan prinsip pencegahan
infeksi
(cuci tangan dan mengenakan
handschoon steril)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 18


3. Lakukan vulva hygiene sebelum
pemeriksaan dalam

4. Pastikan adanya indikasi untuk


melakukan amniotomi melalui
pemeriksaan dalam
5 Memasukan ½ koher dengan
panduan 2 jari yang masih di
vagina
6 Merobek selaput ketuban
Key Point
Merobek selaput ketuban sesaat
setelah his

7 Memeriksa cairan ketuban dengan


membiarkan cairan ketuban
mengalir pada jari – jari di vagina
- Volume
- Warna
- Bau
8 Melepas sarung tangan secara
terbalik pada larutan klorin dan
bereskan alat.

5) Evaluasi
• Mahasiswa melakukan amniotomi secara individu
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar
tilik PETUNJUK PENILAIAN
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 19
UJI PRAKTIKUM
AMNIOTOMI

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:


- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi


baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%

Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan dalam


bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 20


KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM AMNIOTOMI

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

2 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
AMNIOTOMI

Nama Mahasiswa :
NIM :

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 21


LANGKAH DAN KEGIATAN SKOR

01 2 3 4
1. Informed consent dikerjakan dengan benar
- Keadaan kantong ketuban yang belum pecah,
sementara pembukaan sudah lengkap disampaikan
- Persetujuan pasien untuk dipecahkan ketubannya
diminta
2 Prinsip pencegahan infeksi dilaksanakan dengan benar
- Cuci tangan
- Mengenakan handschoon steril
3 Vulva hygiene dikerjakan dengan benar sebelum
pemeriksaan dalam
4 Indikasi amniotomi dipastikan dikerjakan dengan benar
5 ½ koher dimasukan dengan panduan 2 jari yang mash di
vagina dengan hati – hati

6 Selaput ketuban dirobek pada saat yang tepat (sesaat


setelah his) dengan hati – hati

7 Cairan ketuban diperiksa secara seksama


- Volume
- Warna
- Bau
8 Sarung tangan dilepas di larutan klorin secara terbalik dan
alat dibereskan dengan benar

9 Cuci tangan dan hasil temuan dicatat dengan benar


JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=
36

D. Unit Pembelajaran 4
1). Judul
Menolong Persalinan Normal
2). Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan pertolongan
persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal
3). Uraian Materi
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 22
Persalinan ádalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik , lahirnya bayi
dan placenta dari rahim ibu . Persalinan terbagi dalam kala I sampai dengan kala
IV. Kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran bayi , yang dimulai ketika
pembukaan servik sudah lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan lahirnya
bayi .Tanda / gejala kala II Persalinan yaitu ibu merasakan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi , makin meningkatnya tekanan pada
rektum atau vagina , perineum terlihat menonjol , vulva – vagina dan sfingter
ani terlihat membuka dan adanya peningkatan pengeluaran lendir dan darah. 4).
Lembar Kerja

JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN :Melakukan Pertolongan Persalinan Normal


Kala II
UNIT KOMPETENSI : Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir

REFERENSI
Modul Pelatihan Midwifery Update

OBJEK PERILAKU MAHASISWA


Setelah membaca dan berlatih setiap langkah yang terdapat dalam Jobsheet dan
dengan menggunakan alat , bahan dan perlengkapan yang terdapat di laboratorium,
mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal sesuai dengan prosedur
acuan Asuhan Persalinan Normal .

DASAR TEORI
Persalinan ádalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik , lahirnya bayi dan
placenta dari rahim ibu .
Persalinan terbagi dalam kala I sampai dengan kala IV. Kala II disebut juga sebagai
kala pengeluaran bayi
, yang dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap ( 10 cm ) dan berakhir
dengan lahirnya bayi .Tanda / gejala kala II Persalinan yaitu ibu merasakan ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi , makin meningkatnya tekanan pada
rektum atau vagina , perineum terlihat menonjol , vulva – vagina dan sfingter ani
terlihat membuka dan adanya peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 23
PETUNJUK
➢ Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia dengan baik.
➢ Perhatikan dan ikuti petunjuk dari dosen.
➢ Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau dipahami.
➢ Pertolongan persalinan dilakukan oleh setiap mahasiswa .

KESELAMATAN KERJA
➢ Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati
➢ Untuk penolong , terapkan prinsip pencegahan infeksi , termasuk diantaranya cuci
tangan memakai sarung tangan DTT atau steril, dan perlengkapan pelindung
pribadi ( celemek yang bersih
, penutup kepala atau ikat rambut , jika memungkinkan pakai masker dan kacamata yang
bersih ) , karena setiap orang ( ibu , bayi baru lahir , penolong persalinan ) harus
dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik
( tanpa gejala ) dan setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi .
➢ Pastikan bahwa semua peralatan , perlengkapan dan bahan – bahan tersedia dan
berfungsi dengan baik ,semua peralatan harus dalam kedaan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril .
➢ Berhati – hati saat menangani benda tajam dan melakukan dekontaminasi serta
memproses alat yang terkontaminasi secara

PEKERJAAN LABORATORIUM
➢ Peralatan
Partus Set ( Bak instrument , ½ kocher, gunting episiotomi, 2 klem Kelly atau 2
klem Kocher , gunting tali pusat ,benang tali pusat )
➢ Bahan
▪ Phantom panggul
▪ Phantom bayi
▪ Kasa , klorin 0,5 %
➢ Perlengkapan
▪ Perlengkapan ibu : 2 kain bersih , 1 handuk
▪ Pelindung Pribadi : kacamata , masker , celemek , dan alas kaki
yang tertutup ▪ Sarung tangan DTT 2 pasang

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 24


▪ Tempat sampah basah , nierbeken
▪ Wadah klorin 0,5 % , perlak

PROSEDUR PELAKSANAAN

No Langkah Kerja Gambar


1 Amati tanda gejala kala dua
- adanya keinginan meneran
- Dorongan untuk meneran
- Perineum menonjol
- Vulva vagina dan sfingter anus
menonjol

2 Memastikan perlengkapan
- Persiapkan untuk resusitasi
- Menggelar kain diatas perut ibu
- Patahkan ampul oksitosin
- Tempatkan spuit dalam partus
set

3 Gunakan celemek
Gunakan celemek yang terbuat dari
plastik agar mudah
membersihkannya

4 Mencuci tangan
- Melepas perhiasan
- Pergunakan teknik 7 langkah

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 25


5 Pakai sarung tangan
Pastikan sarung tangan yang
digunakan tidak bocor

6 Hisap oksitosin dengan


menggunakan teknik satu tangan
& Tempatkan ½ kocher agar
mudah mengambilnya (bila
ketuban belum pecah )

7 Bersihkan vulva dan perineum,

8 Lakukan pemeriksaan dalam,bila


ketuban belum pecah sedangkan
pembukaan sudah lengkap
lakukan amniotomi

9 Dekontaminasi sarung
tangan,kedalam larutan
klorin 0,5 % kemudian lakukan cuci
tangan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 26


10 Periksa DJJ

11 Memberitahu ibu dan keluarga


bahwa pembukaan sudah lengkap

12 Mambantu menganbil posisi yang


nyaman sesuai kinginan ibu

13 Bimbingan meneran saat ibu


mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran

14. Menganjurkan ibu untuk posisi


yang lain jika ibu belum merasa
ingin mneran
15 Bila sudah crowning letakan
handuk di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 27


16 Letakan kain bersih dilipat 1/3
bagian,dibawah bokong ibu

17 Buka partus set

1 Pakai sarung tangan DTT atau steril


8

1 Lindungi perineum dengan tangan


9
kanan yang dilapisi kain , sementara
tangan kiri menahan puncak kepala
agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir
( minta ibu tidak meneran dan
bernafas pendek – pendek )

2 Periksa / cek apakah ada lilitan tali


0
pusat pada leher dengan seksama

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 28


2 Tunggu hingga kepala janin selesai
1
melakukan putaran paksi luar
secara spontan

2 Setelah kepala janin menghadap


2
paha ibu ,tempatkan kedua telapak
tangan biparietal kepala bayi , tarik
secara hati – hati ke arah bawah
sampai bahu anterior / depan lahir ,
kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas sampai bahu posterior /
belakang lahir

23 Setelah kedua bahu lahir , sangga


kepala , leher , dan bahu bayi
bagian posterior dengan posisi ibu
jari pada leher , dan keempat jari lain
pada bahu dan dada / punggung
bayi ,sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu bayi
bagian
anterior saat badan dan lengan lahir

24 Setelah badan dan lengan lahir ,


dengan tangan kiri susuri punggung
ke arah bokong dan tungkai bawah
bayi untuk memegang tungkai bawah
( selipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara kedua lutut bayi )
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 29
25 Letakkan bayi di atas perut ibu.
Key Point:
Nilai bayi dengan cepat
Posisi kepala lebih rendah dari
tubuhnya
Bila tali pusat terlalu pendek ,
letakkan bayi di tempat yang
memungkinkan.
26 Segera keringkan
bayi Key Point:
Bungkus kepala dan badan bayi ,
kecuali bagian tali pusat

27 Cek uterus untuk memeriksa janin


kedua
28 Informasikan ibu akan disuntik

29 Pemberian 10 unit oksitosin IM


- 1/3 paha atas bagian distal lateral
- Lakukan aspirasi dahulu

30 Setelah 2 menit Jepit tali pusat


menggunakan klem Key Point:
Klem diletakkan 3 cm dari pusat
bayi .
Lakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu
Dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama ( ke arah
ibu)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 30


31 Potong tali pusat diantara dua
klem tersebut.
Key Point:
Pegang tali pusat dengan satu
tangan , lindungi bayi dari
gunting.
Ikat Tali pusat bayi
32 Melakukan
IMD Key
Point:
Kemudian selimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih
dan kering
Tutupi bagian kepala
Biarkan tali pusat terbuka

33 Pindahkan klem ke dua sekitar 5- 10


cm dari vulva

• Mencegah evulsi
Gunakan tangan kanan

34 Periksa kontraksi uterus.

Gunakan tangan kiri untuk meraba


ada atau tidak kontraksi

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 31


35 Lakukan penegangan tali pusat
terkendali

• Satu tangan diletakkan pada korpus


uteri tepat di atas simfisis pubis.
• Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial.
• Tangan yang satu memegang tali
pusat dengan klem.
• Selama kontraksi, lakukan tarikan
tali pusat terkendali .
36 Anjurkan ibu untuk meneran.

Dilakukan setelah plasenta terlepas


sehingga plasenta terdorong ke
introitus vagina

37 Lahirkan plasenta

• Pegang plasenta dengan kedua


tangan
• Putar plasenta dengan lembut
hingga selaput terpilin

38 Lakukan Massase

• Letakkan telapak tangan di fundus


• Lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut sehingga
uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 32


39 Periksa plasenta dan selaputnya .

Pastikan plasenta dan selaputnya


utuh dan masukkan pada tempat
plasenta

40 Evaluasi adanya laserasi


Jika terdapat laserasi yang mengalami
perdarahan aktip segera lakukan
penjahitan
41. Celupkan kedua tangan kedalam air
klorin, bilas dengan air DTT dan
keringkan.
42 Pastikan uterus berkontraksi dengan
baik

43 Pastikan kandung kemih kosong dan


uterus berkontraksi

44 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan


masase uterus

45 Evaluasi dan estimasi perdarahan

46 Memeriksa nadi ibu dan keadaan


umum ibu baik

4 Memantau keadaan bayi dan


7 pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 33


4 Bersihkan ibu dari paparan darah dan
8 cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT
4 Pastikan ibu merasa nyaman
9

5 Dekontaminasi tempat bersalin


0

5 Dekontaminasi alat selama 10 menit.


1
Cuci dan bilas setelah
didekontaminasi

5 Celupkan kedua tangan ke dalam


2 larutan kllorin, lepaskan secara
terbalik dan rendam

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 34


53 Cuci tangan dengan air
mengalir

54 Memakai sarung tangan bersih /


DTT untuk melakukan
peeriksaan fisik bayi
55 Dalam 1 jam pertama berikan:
- Salep/tetes mata
- Vit K1 1mg IM dipaha kiri
bawah lateral
- Pemeriksaan fisik bayi baru
lahir
56 Setelah 1 jam pemberian vit K
berikan HB0
57 Memeriksa tekanan darah, nadi
dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
• Memeriksa suhu tubuh ibu
sekali setiap jam selama dua
jam pertama pasca
persalinan.
• Melakukan tindakan yang
sesuai untuk temuan yang
tidak normal.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 35


58 Lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam
dalam air klorin

59 Cuci tangan dengan air


mengalir

60 Dokumentasi
Melengkapi partograf (bagian
depan dan belakang).

4). Evaluasi
• Mahasiswa melakukan pertolongan persalinan secara individu
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik

PETUNJUK PENILAIAN
UJI PRAKTIKUM ASUHAN PERSALINAN NORMAL

1). Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:
- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 36
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2). Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan persalinan dan


bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%

- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan


dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA PENILAIAN
UJI PRAKTIKUM ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 37


1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah


dikerjakan dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji
perlu membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

3 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Nama Mahasiswa :
NIM :

NO KEGIATAN SKOR

0 1 2 3 4
I. PERSIAPAN

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 38


1. a. Alat dalam partus set
- Wadah partus set
- Dua buah klem kelly atau kocher
- Gunting tali pusat
- Satu pengikat tali pusat DTT
- Kateter nelaton
- Gunting episiotomi
- Klem ½ kocher
- Dua pasang sarung tangan
- Kain kasa
- Kateter penghisap lendir
b. Kom berisi kapas basah
c. Bengkok 2 buah
d. Kom berisi oksitosin, methergin, vit K, Hbo,
lidokain
e. Celemek
f. Pita pengukur
g. Dopler
h. Termometer
i. Tensimeter
j. Perlengkapan pelindung pribadi yaitu masker,
kacamata, dan alas kaki yang tertutup
k. Kain pernel 3 buah
l. Kain samping 2 buah
m.Handuk 1 buah
n. Topi bayi

o. Pakaian ganti ibu


p. Pembalut dan celana dalam ibu
q. Tempat sampah basah, medis
r. Tempat pakaian kotor
s. Ember berisi air klorin
t. Tempat plasenta

2. Melakukan inform consent


II. PELAKSANAAN

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 39


III. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA

3. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan


Kala Dua
• Ibu merasa ada dorongan kuat dan
menekan
• Ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina
• Perineum tampak menonjol
• Vulva dan sfinger ani membuka
(Peserta meminta izin kepada pasien untuk
melihat tanda gejala Kala II)
IV. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

4. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan


obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia→tempat datar dan keras, 2
kain dan I handuk bersih dan kering, lampu sorot
60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
• Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi
•Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik
steril sekali pakai di dalam pertus set
5. Memakai celemek plastic
6. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan
yang dipakai, mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
(peserta melakukan 7 langkah tehknik cuci tangan
yang benar)*

7. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang


akan digunakan untuk periksa dalam*

8. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik


(gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT) dan steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada lat suntik)
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 40
IV. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
9. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hatihati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT
• Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
• Membuang kapas atau kasa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
• Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0.5
%→langkah #9)
(Sebelum melakukan tindakan tersebut peserta
meminta ijin terlebih dahulu)
10. Melakukan periksa dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
• Bila selaput ketuban dalam pecah dan
pembukaan sudah lengkap maka
melakukan amniotomi
(Sebelum melakukan tindakan tersebut
peserta meminta ijin terlebih dahulu dan
menganjurkan Ibu untuk rileksasi)
11. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0.5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan 0.5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan*

12. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah


kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 41


• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ
tidak normal
• Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
V. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES
MENERAN
13. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
• Menunggu hingga timbul rasa ingin
meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
• Menjelaskan pada anggota keluarga
tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar
(peserta menyampaikan informasi dengan jelas
dan mudah dimengerti ibu dan keluarga)
14. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman)
(peserta menganjurkan posisi persalinan sesuai
dengan hasil pemeriksaan)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 42


15. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
• Membimbing ibu agar dapat meneran
secara
benar dan efektif
• Mendukung dan memberi semangat pada
saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai

• Membantu ibu mengambil posisi yang


nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang
lama)
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat di
antara kontraksi
• Menganjurkan keluarga memberi
dukungan dan semangat untuk ibu
• Memberikan cukup asupan
cairan per-oral (minum)
• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus
selesai
• Segera merujuk jika bayi belum atau
tidak akan segera lahir setelah 120 menit
(2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (I jam)
meneran (multigravida)
(peserta menyampaikan informasi tersebut jelas
dan mudah dipahami Ibu)
16. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
VI. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRAN BAYI

17. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan


bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-
6 cm
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 43
18. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
(peserta ada komunikasi untuk minta izin)
19. Membuka tutup partus set dan memperhatikan
kembali kelengkapan alat dan bahan

20. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua


tangan*
VII. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
21. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6
cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi


defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat
dan dangkal*
(peserta memimpin persalinan dan menjalin
komunikasi dengan Ibu)
22. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
• Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
• Jika tali pusat melilit leher secara kuat,
klem tali pusat di dua tempat dan potong
di antara dua klem tersebut
23. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan

Lahirnya Bahu

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 44


24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar
selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang*

Lahirnya badan dan Tungkai

25. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan


bawah untuk menopang kepala dan bahu.
Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
26. Setelah tubuh dan lengan lahir, Menelusuri tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan
kaki. Memegang kedua mata kaki (memasukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua
kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi
dan jari – jari lainnya pada sisi yang lain agar
bertemu dengan telunjuk)
(memberi ucapan selamat atas kelahiran bayinya
dan memberitahu jenis kelamin bayi)

VIII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR

27. Melakukan penilaian (selintas)*


a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut
ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia (Lihat penuntun belajar
Resusitasi bayi Asfiksia)
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke 26
28. Mengeringkan tubuh bayi
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 45
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering.
Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di
perut ibu
29. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak
ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)*

30. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin


agar uterus berkontraksi baik

31. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,


menyuntikkan oksitosin 10 unit 1M (intramuskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (melakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)

32. Setelah 2 menit pasca persalinan, memegang tali


pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari
pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah
tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3
cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada
titik tersebut tahan klem ini pada posisinya,
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan
lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu
(sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2
cm distal dari klem pertama.

33. Memotong dan mengikat tali pusat


• Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang
telah di jepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan

tali pusat di antara 2 klem tersebut


• Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau
steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
• Melepaskan klem dan masukkan dalam
wadah yang
telah disediakan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 46


34. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu.
Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Mengusahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu denga posisi lebih rendah
dari putting susu atau aerola mamae ibu.
• Menyelimti ibu –bayi dengan kain kering dan
hangat, pasang topi dikepala bayi.
• Membiarkan bayi melakukan kontak kulit ke
kulit didada ibu paling sedikit 1 jam.
• Sebagian besar bayi akan berhasil
melakuka inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali
akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
• Membiarkan bayi berada di dada ibu selama
1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
(Peserta menganjurkan Ibu untuk memeluk
bayinya dan memperhatikan posisi kepala bayi
agar tidak menutupi hidung dan memberitahu
mengenai IMD).
IX. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)*

35. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak


5-10 cm dari vulva

36. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut


bawah ibu (di atas simfisis), untuk mendeteksi
kontraksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

37. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali


pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan


tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 47


• Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu
Mengeluarkan Plasenta

38. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan


ibu uterus ke arah dorsal ternyata diikuti dengan
pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan
dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
• Ibu boleh meneran tetapi tali psat hanya
ditegangkan (jangan ditarik secara kat
terutama jika uterus tak berkontraksi)
sesuai dengan sumbu alan lahir (kearah
bawah sejajar lantai atas)
• Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak leopas setelah 15
menit menegangkan tali pusat
1. Memberi dosis ulangan oksitosin 10 unit
1M
2. Melakukan kateterisasi (aseptic) jika
kandung kemih penuh
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan
rujukan
4. Mengulangi tekanan dorso
kranial dan
penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir atau bila terjadi
pendarahan segera lakukan plasenta
manual
39. Saat plasenta muncul di introinus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Memegang dan
Memutar plasenta hingga selaput terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 48


wadah yang telah disediakan
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT atau steril untuk menggunakan
eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau


klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
• Melakukan tindakan yang diperlukan jika
uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
X. MENILAI PENDARAHAN*
41. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu
maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
42. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina
dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan pendarahan

Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan


aktif, segera lakukan penjahitan

XI. ASUHAN PASCA PERSALINAN


43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan ke dalam lartan klorin 0,5%, bilas kedua
tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih dan kering
44. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tidak teradi perdarahan pervaginam

Evaluasi
45. Memastikan kandung kemih kosong dan uterus
berkontraksi

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 49


46. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi

47. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan


darah
48. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan mum ibu
baik
49. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit)
• Jika bayi slit bernafas, merintih atau retraksi,

diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit


• Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak,
segera rujuk ke RS Rujukan
• Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan
hangat, lakukan kembali kontak kulit ibu –
bayi dan hangatkan ibu – bayi dalam satu
selimut
Kebersihan dan Keamanan
50. Mebersihkan ibu dari paparan darah dan cairan
tubuh dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
cairan ketuban, lender dan darah di ranjang ata
disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering*
(peserta melakukan tindakan tersebut dengan
sopan)
51. Memastikan ibu merasa nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
member ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin
0,5%*
53. Menempatkan semua peralatan bekas pakai
dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi*
54. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit*
55. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 50
mengalir*
(peserta melakukan 7 langkah tehknik cuci tangan
yang benar)
56. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk
melakukan pemeriksaan fisik bayi

57. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata


profilaksis infeksi, vit K1 1mg IM dipaha kiri bawah
lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernafasan bayi (normal 40-0 kali/menit) dan
temperatur tubuh (36,5 – 37,5 C), setelah 1 jam
pemberian vit K diberikan HB0

58. Pemberian HB0 setelah 1 jam pemberian vit K


59. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama jam pertama persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan :
• Memeriksa temperatre tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
• Melakukan tindakan yang ssuai untuk teman
yang
tidak normal
60. Melepaskan sarng tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam di dalam lartan klorin 0,5% selama 10
menit
61. Mencuci kedua tangaan dengan sabun di air
mengalir, kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadiyang bersih dan kering

Dokumentasi
62. Melengkapi partograf (halaman depan dan
belakang), memeriksa tanda vital dan asuhan kala
IV

JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=


248

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 51


E. Unit Pembelajaran 5
1). Judul
Penjahitan Perineum

2). Tujuan
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat melakukan penjahitan
perineum.

3). Uraian Materi


Perineum adalah jaringan antara vestibulum vulva dan anus dan panjang
kira-kira 4 cm. Sedangkan menurut kamus Dorland perineum adalah daerah
antara kedua belah paha, antara vulva dan anus. Perineum terletak antara
vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm (Saifuddin, 2007). Laserasi
perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.

4). Lembar kerja Mahasiswa

JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN : Penjahitan Perineum


UNIT KOMPETENSI : Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayu Baru Lahir

REFERENSI
Yanti; 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan,
Pustaka Rihana, Yogyakarta

OBYEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa dapat melakukan penjahitan perineum.

DASAR TEORI SINGKAT


Perineum adalah jaringan antara vestibulum vulva dan anus dan panjang
kira-kira 4 cm. Sedangkan menurut kamus Dorland perineum adalah daerah
antara kedua belah paha, antara vulva dan anus. Perineum terletak antara
vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 52


Laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan.

PETUNJUK
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Baca dan pelajari lembar kerja/jobsheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan asuhan

KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan
2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PEKERJAAN LABORATORIUM
A. PERALATAN /BAHAN
1. Tempat tidur/meja
2. Celemek
3. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan
4. Handuk kecil
5. Hecting set
▪ Spuit 10cc :1 buah
▪ Nald foeder : 1 buah
▪ Pincet anatomis : 1 buah
▪ Jarum otot : 1 buah
▪ Jarum kulit : 1 buah
▪ Gunting benang : 1 buah
▪ Benang chromic
▪ Sarung tangan DTT 1 pasang
▪ Lidokain 1% 20 cc ▪ Kasa dan tampon
6. Larutan klorin
B. PROSEDUR PELAKSANAAN
NO LANGKAH KERJA GAMBAR

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 53


1 Siapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk menjahit
luka perineum.

2 Pakai schrot sebagai upaya


pencegahan infeksi

3 Cuci tangan dengan sabun


dan air mengalir lalu
keringkan dengan handuk
bersih dan kering.

4 Pakai sarung tangan pada


kedua tangan anda.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 54


5 - Bantu ibu mengambil posisi
litotomi sehingga
bokongnya berada di tepi
tempat tidur atau meja.
- Topang kakinya dengan
alat penopang atau minta
anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu tetap
berada pada posisi litotomi.
- Tempatkan handuk atau
kain bersih di bawah
bokong ibu.
- Jika mungkin tempatkan
lampu sedemikian rupa
sehingga perineum bisa
dilihat dengan jelas.
- Duduk dengan posisi santai
dan nyaman sehingga luka
bisa dengan mudah dilihat
dan penjahitan bisa
dilakukan tanpa kesulitan.
6 Gunakan kasa DTT untuk
menyeka vulva, vagina dan
perineum ibu dengan lembut,
bersihkan darah atau bekuan
darah yang ada sambil menilai
dalam dan luasnya luka.
Pastikan bahwa
laserasi/sayatan perineum
hanya merupakan derajat l/ll

II. ANESTESI LOKAL


7 Jelaskan pada ibu apa yang
akan anda lakukan dan bantu
ibu merasa santai.
Hisap 10 ml lidokain 1 % ke
dalam spuit 10 ml. (Jika tidak
tersedia
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 55
lidokain 1 %, buat dengan
lidokain 2 % : Aquadest => 1 :
1 ).
8 Tusukkan jarum ke ujung atau
pojok laserasi / sayatan lalu
tarik jarum sepanjang tepi luka
(ke arah bawah di antara
mukosa dan kulit perineum).
Aspirasi (tarik pendorong
tabung suntik) untuk
memastikan bahwa jarum
tidak berada di dalam
pembuluh darah. Jika darah
masuk ke tabung suntik,
jangan suntikkan lidokain dan
tarik jarum seluruhnya.
Pindahkan posisi jarum dan
suntikkan kembali.

9 Suntikkan anestesi sejajar


dengan permukaan luka pada
saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
Tarik jarum hingga sampai ke
bawah tempat di mana jarum
tersebut disuntikkan.
10 Arahkan lagi jarum ke daerah
diatas tengah luka dan ulangi
langkah ke14. Tusukkan jarum
untuk ketiga kalinya dan sekali
lagi ulangi langkah ke-14
sehingga tiga garis di satu sisi
luka mendapatkan anestesi
lokal.
Ulangi proses ini di sisi lain
dari luka tersebut. Setiap sisi
luka akan memerlukan kurang
lebih 5 ml lidokain 1 % untuk
mendapatkan anestesi yang

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 56


cukup.
III. PENJAHITAN
11 Chek apakah masih terasa
sakit atau

tidak daerah teranestesi


dengan sedikit cubitan
menggunakan pincet.
Tempatkan jarum pada
pemegang jarum (nald
foedeer) dengan sudut 90
derajat, dan jepit jarum
tersebut hingga kuat.
Pasang benang catgut sesuai
panjang luka pada jarum.
12 Bila sudah tidak terasa sakit,
pasang bola tampon agar saat
penjahitan tidak terganggu
oleh aliran darah.
13 Buat jahitan pertama ± 1 cm di
atas ujung laserasi di bagian
dalam vagina. Setelah
membuat tusukan pertama,
buat ikatan dan potong
pendek benang yang tanpa
jarum.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 57


21 Tusukkan jarum dari robekan
perineum ke dalam vagina.
Jarum harus keluar dari
belakang cincin himen.
Ikat benang dengan membuat
simpul di dalam vagina.
Potong ujung benang dan
sisakan sekitar 1,5 cm, jika
terlalu pendek simpul akan
longgar.

22 Ulangi pemeriksaan vagina


dengan lembut untuk
memastikan bahwa tidak ada
kasa atau peralatan yang
tertinggal di dalam.
Dengan lembut masukkan jari

telunjuk ke dalam rectum dan


rabalah dinding atas rectum.
Jika ada jahitan yang teraba,
ulangi pemeriksaan rectum
enam minggu pasca
persalinan. Jika
penyembuhan belum
sempurna (misalkan ada
fistula rektovaginal atau jika
ibu melaporkan inkontensia
alvi atau feses), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan.

23 Cuci daerah genetal dengan


lembut dengan sabun dan air
DTT, kemudian keringkan.
Bantu ibu mencari posisi yang
lebih nyaman.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 58


24 Sebelum melepas sarung
tangan, buang sisa bahan
bekas ke dalam temapt
sampah.
- Letakkan alat-alat ke
dalam larutan klorin
selama 10 menit.
- Rendam sarung tangan
dengan memasukkan ke
dalam larutan klorin
secara terbalik selama 10
menit lalu cuci.
- Cuci tangan dengan sabun
dan
air mengalir lalu keringkan
dengan handuk.
26 Rapikan ibu dan nasehati ibu
untuk :
- Menjaga perineumnya
selalu bersih dan kering
- Hindari penggunaan
obatobatan tradisional
pada prineumnya
- Cuci perineumnya dengan
sabun dan air bersih yang
mengalir tiga sampai
empat kali per hari.
Kembali dalam seminggu
untuk memeriksa
penyembuhan lukanya. Ibu
harus kembali lebih awal jika
ia mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang
berbau busuk dari daerah
lukanya atau jika daerah

5). Evaluasi
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 59
• Mahasiswa melakukan penjahitan perineum secara
individu
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 60


PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PENJAHITAN PERINEUM

1). Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:
- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2). Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan


dan bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.

Alokasi waktu selama 30 menit


Bobot nilai 60%

- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan


dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 61
KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PENJAHITAN PERINEUM

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

4 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
PENJAHITAN PERINEUM

Nama Mahasiswa :
NIM :

No Prosedur SKOR

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 62


0 1 2 3 4
I. PERSIAPAN
1 Alat dan bahan yang diperlukan untuk
menjahit luka perineum di persiapkan secara
lengkap
2 Upaya pencegahan infeksi dikerjakan
dengan benar :
- Mengenakan shcort
- Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir lalu keringkan dengan
handuk bersih dan kering
- Pakai sarung tangan pada kedua
tangan
3 Memposisikan ibu secara litotomi dengan
benar :
- Ibu dibantu mengambil posisi litotomi
sehingga bokongnya berada di tepi
tempat tidur / meja
- Kaki ibu di topang dengan alat
penopang atau meminta anggota
keluarga untuk memegang kaki ibu
tetap berada pada posisi litotomi
- Menempatkan handuk atau kain
bersih di bawah bokong ibu
- Menempatkan lampu sedemikian rupa
sehingga perineum bisa di lihat
dengan jelas
-Duduk dengan posisi santai dan
nyaman sehingga luka bisa dengan
mudah dilihat dan penjahitan bisa di
lakukan tanpa kesulitan
4 Memastikan bahwa laserasi atau sayatan
perineum hanya merupakan derajat I/II :
- Dengan kassa DTT vulva, vagina, dan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 63


perineum ibu di seka dengan lembut
untuk membersihkan darah atau
bekuan darah yang ada sambil
menilai dalam dan luasnya luka.
II. ANASTESI LOKAL
5 Ibu diberi penjelasan tentang apa yang akan
dilakukan dan ibu dibantu merasa santai

6 Lidokain 1% sebanyak 10 ml dihisap


kedalam spuit 10 ml.

7 Injeksi anestesi dikerjakan dengan benar:


- Jarum suntik ditusukkan ke ujung atau
pojok laserasi/sayatan lalu ditarik
jatum sepanjang tepi luka (kea rah
bawah di antara mukosa dan kulit
perineum).
- Melakukan aspirasi (menarik
pendorong tabung suntik) untuk
memastikan bahwa jarum tidak
berada di dalam pembuluh darah.
- Suntukkan anestesi sejajar dengan
pemukaaan luka pada asaat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan.
- Tarik jarum hingga sampai ke bawah
tempat dimana jarum tersebut
disuntikkan.
- Arahkan lagi jarum ke daerah diatas
tengah lukan dan ulangi langkah
sebelumnya sampai
±3kali
III PENJAHITAN
8 Sebelum penjahitan, daya anestesi
dipastikan dengan benar:
- Mengecek apakah masih terasa sakit
atau tidak daerah teranestesi dengan
sedikit cubitan dengan menggunakan
pinset.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 64
9 Jarum dan benang hecting dipasang dengan
benar:
- Jarum dipasang pada pemegang
jarum (nald foedeer) dengan sudut
900C dan dijepit dengan kuat.

- Benang catgud dipasang sesuai


panjang luka pada jarum

10 Bola tampon dipasang agar saat penjahitan


tidak terganggu oleh aliran darah.

11 Jahitan pertama dibuat ±1cm diatas ujung


laserasi dibagian dalam vagina.
- Setelah membuat tusukan pertama,
buat ikatan dan potong pendek
benang yang tanpa jarum.

12 Menjahit mukosa vagina dengan benar:


- Mukosa vagina ditutup dengan jahitan
jelujur, dan jahitan diteruskan
kebawah kearah cincin hymen.
- Tepat sebelum cincin hymen, jarum
dimasukkan kedalam mukosa vagina
dari belakang cincing hymen huingga
menembus luka robekan perineum
- Bagian antara jarum di perineum dan
bagian atas laserasi diperiksa untuk
melihat seberapa dekat jarum ke
puncak luka.
13 Menjahit lapisan kulit dengan benar.
- Jahitan jelujur diteruskan pada luka
perineum hingga mencapai bagian
bawah laserasi.
- Jarak setiapn jaitan dipastikan sama
dan otot yang terluka telah dijahit.
14 Menjahit lapisan kulit dengan benar:
- Setelah mencapai ujung laserasi,
jarum diganti dengan jarum kulit.
- Jaringan subkutis kanan dan kiri
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 65
dijahit dengan mengarahkan jarum ke
atas menggunakan jahitan jelujur
untuk menutup lapisan subkutikuler.
- Memeriksa lubang bekas jarum untuk
memastikan luka akan menutup
dengan

sendirinya pada saat penyembuhan


luka.
15 Menutup jahitan dengan benar:
- Jarum ditusukkan dari robekan
perineum kedalam vagiba (jarum
harus keluar dari belakang cincin
hymen)
- Benang diikat dengan simpul di
dalam vagina.
-
Ujung benang dipotong dengan
menyisakan sekitar 1,5 cm 1
16 Memeriksa vagina untuk memastikan
jahitan sudah benar:
- Mengulangi pemeriksaan vagina
dengan lembut untuk memastikan
bahwa tidak ada kasa atau peralatan
yang tertinggal di dalam.
-
Dengan lembut memasukkan jari
telunjuk ke dalam rectum dan
meraba dinding atas rectum.
17 Memastikan ibu dalam kondisi nyaman
setelah penjahitan:
- mencuci daerah genital dengan
lembut dengan sabun dan ait DTT
kemudian dikeringkan
- Ibu dibantu mencari posisi yang lebih
nyaman.
18 Membereskan peralatan dengan benar:
- Sebelum melepas sarung tangan,
sisa bahan bekas dibuang ke dalam

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 66


tempat sampah.
- Alat-alat diletakkan kedalam larutan
klorin kedalam 10 menit.
- Sarung tangan dilepas dan
dimasukkan ke dalam larutan klorin
secara terbalik selama 10 menit lalu
cuci.
19 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
lalu keringkan.

20 Merapuikan ibu dan menasehati ibu:


- Menjaga perineumnya selalu bersih
dan
kering, menghindari penggunaan
obat-obatan tradisional pada
perineumnya.
- Mencuci perineumnya dengan sabun
dan air bersih yang mengalir 3-4x
perhari.
- Kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukannya.
JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=
80

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 67


F. Unit Pembelajaran 6
1) Judul
Pemeriksaan Antropometri Bayi Baru Lahir

2) Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
antropometri bayi baru lahir.

3) Uraian Materi
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu,
seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya,
BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui
apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak
seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap umur.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk
menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
a. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur. b. Tinggi Badan
c. Lingkar Kepala
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
e. Lingkar Dada

4) Lembar Kerja Mahasiswa

JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN : Pemeriksaan Antropometri Pada Bayi


Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 68
Baru Lahir
UNIT KOMPETENSI : Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir

REFERENSI
Yanti; 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan,
Pustaka Rihana, Yogyakarta

OBYEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan antropometri.

DASAR TEORI SINGKAT


Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu,
seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur.
Misalnya, BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat
diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk
anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap umur.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk
menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
a. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur. b. Tinggi Badan
c. Lingkar Kepala
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
e. Lingkar Dada

PETUNJUK
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Baca dan pelajari lembar kerja/jobsheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 69
N LANGKAH KERJA GAMBAR
o
1 PERSIAPAN

4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan asuhan

KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan
2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur
5. Lakukan setip tindakan secara hati – hati dan memperhatikan keselamatan
bayi.

PEKERJAAN LABORATORIUM A. PERALATAN /BAHAN


1. Tempat tidur/meja
2. Celemek
3. Timbangan bayi
4. Ukuran Tinggi Badan
5. Metlin
6. Buku KMS

B. PROSEDUR PELAKSANAAN

Siapkan alat dan bahan


yang diperlukan untuk
pemeriksaan antropometri
BBL.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 70


2 Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan mengenakan
schort dan cuci tangan
dengan sabun dan air
mengalir lalu keringkan
handuk bersih dan kering.

3 Pakai sarung tangan pada


kedua tangan anda

4 Timbang berat badan bayi


menggunakan timbangan
khusus bayi pastikan
terlebih dahulu jarum
timbangan bayi tepat pada
angka 0 dan semua pakaian
bayi di lepas jangan terlalu
lama menimbang bayi untuk
mencegah hipotermi

5 Ukur panjang badan bayi


menggunakan kayu
pengukur yang sudah
disiapkan, dengan cara
meluruskan kaki dan badan
bayi.
Ukurlah panjang badan bayi
mulai dari ujung kaki sampai
puncak kepala
6 Ukur lingkar kepala bayi
menggunakan metlin,
dengan cara mengangkat
kepala bayi sedikit,
kemudian arahkan metlin ke
depan dengan angka kecil di
luar

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 71


dan lihat angka pada titik
temu metlin. (ukuran lingkar
kepala bayi adalah jarak dari
os frontal melewati os
parietale kanan-kiri hingga
os oksipitale)

7 Ukur lingkar lengan bayi


menggunakan metlin,
dengan cara angkat sedikit
lengan atas bayi dan
masukkan metlin kemudian
lihat angka pada metlin.
Ukuran lingkar lengan bayi
adalah jarak melingkar
lengan atas bayi yang
diambil 1/3 atas dari bahu).
8 Catat seluruh hasil
pemeriksaan pada kartu
menuju sehat (KMS) dengan
seksama.

5) Evaluasi
• Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi baru lahir
secara mandiri.
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik.

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI BAYI


BARU LAHIR

1). Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:
- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 72
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2). Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.

Alokasi waktu selama 30 menit


Bobot nilai 60%

- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan


dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI BAYI


BARU LAHIR

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 73


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

5 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR

Nama Mahasiswa :
NIM :

No Prosedur SKOR

0 1 2 3 4
1 Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan
antropometri BBL secara lengkap :
(Timbangan bayi, Ukuran panjang badan
bayi, metlin, dan Buku KMS)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 74


2 Melakukan upaya pencegahan infeksi
dengan benar : mengenakan schort dan
cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir lalu keringkan dengan handuk
bersih dan kering

3 Memakai sarung tangan pada kedua


tangan
4 Menimbang berat badan bayi dengan
benar :
- Menimbang menggunakan khusus
bayi
- Memastikan terlebih dahulu jarum
timbangan bayi tepat pada angka 0
dan semua pakaian bayi dilepas
5 Mengukur panjang badan bayi dengan
benar :
- Mengukur menggunakan kayu
pengukur yang sudah di siapkan,
meluruskan kaki dan badan bayi
- Mengukur panjang badan bayi mulai
dari ujung kaki sampai puncak
kepala

6 Mengukur lingkar kepala bayi dengan


benar
- Menggunakan metlin, (ukuran
lingkar kepala bayi jarak dari os
frontal melewati os ferietale kanan –
kiri hingga os oksipitale)
7 Mengukur lingkar lengan bayi dengan
benar :
Menggunakan metlin (ukuran lingkar lengan bayi
adalah jarak melingkar lengan atas bayi yang di
ambil 1/3 atas dari bahu.
8 Mencatat seluruh hasil pemeriksaan pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) dengan seksama.

JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=


32

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 75


G. Unit Pembelajaran 7
1). Judul
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.

2). Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa dapat melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir.

3). Uraian Materi


Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan
untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

4). Lembar Kerja Mahasiswa

JOB SHEET

NAMA KETERAMPILAN : Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir


UNIT KOMPETENSI : Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayu
Baru Lahir

REFERENSI
Yanti; 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan Persalinan,
Pustaka Rihana, Yogyakarta

OBYEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa dapat :
- Mempersiapkan alat dan bahan untuk perasat resusitasi pada bayi baru lahir
asfiksia
- Melaksanakan prosedur dan langkah – langkah resusitasi pada bayi baru lahir
asfiksia secara sistematis.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 76


DASAR TEORI SINGKAT
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Resusitasi digunakan
untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

PETUNJUK
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Baca dan pelajari lembar kerja/jobsheet yang sudah disediakan
3. Ikuti petunjuk instruktur
4. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan latihan

KESELAMATAN KERJA
1. Pusatkan perhatian dan konsentrasi pada prosedur tindakan
2. Sebelum prosedur, dekatkan alat dan bahan
3. Gunakan alat sesuai dengan kegunaannya
4. Perhatikan teknik septik dan aseptik dalam melakukan prosedur

PEKERJAAN LABORATORIUM
A. PERALATAN /BAHAN
1. Meja
2. Phantoom bayi
3. Penghisap lendir dee lee
4. Bantalan kepala bayi
5. Jam
6. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan
7. Handuk
8. Selimut
9. Kasa steril
10. Ambu bag dan sungkup
11. Spuit 3 cc
12. Sarung tangan
13. Larutan klorin 0,5%
14. Lampu sorot

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 77


o Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke
bayi sekitar 60 cm

2. Mencuci tangan dan memakai sarung


tangan:*

NO LANGKAH KERA GAMBAR


1. Persiapan Alat
o Tempat resusitasi datar, rata, bersih,
kering dan hangat
2. Melakukan informed
o Handuk atau kain consent kepada
bersih dan keringklien
(2)
dan keluarga
untuk mengeringkan dan menutup tubuh
dan kepala bayi dan handuk atau kain
kecil (1) untuk ganjal bahu
o Alat pengisap lender o Bola karet bersih
dan kering o Pengisap DeLee DTT/steril
o Jam
3. Mengantisipasi bayi baru lahir dengan
o Alat penghantar
asfiksia udara/oksigen
(lihat kondisi ibu dengan risiko tinggi
asfiksia pada bayi) untuk bayi cukup bulan
o Tabung-sungkup
4. Melakukan penilaian
atau premature. (selintas)
Sungkup *:
dengan
bantalan
▪ Apakah karet
bayiatau udara
cukup o Balon-
bulan ?
sungkup dengan katup pengatur tekanan
▪ Apakah air ketuban jernih, tidak
tercampur mekonium ?
▪ Apakah bayi menangis kuat dan /atau
bernafas tanpa kesulitan ?
▪ Apakah bayi bergerak aktif ?
Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut
ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi
baru lahir
5. Bila air ketuban bercampur mekonium :
▪ Melakukan penilaian apakah bayi
menangis/bernafas
normal/megapmegap/tidak bernafas:
→ Jika menangis atau bernafas
normal, memotong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi
apapun, melanjutkan

B. PROSEDUR PELAKSANAAN

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 78


o Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke
bayi sekitar 60 cm

2. Mencuci tangan dan memakai sarung


tangan:*

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
NO LANGKAH KERA GAMBAR
1. Persiapan Alat
o Tempat resusitasi datar, rata, bersih,
kering dan hangat
2. Melakukan informed
o Handuk atau kain consent kepada
bersih dan keringklien
(2)
dan keluarga
untuk mengeringkan dan menutup tubuh
dan kepala bayi dan handuk atau kain
kecil (1) untuk ganjal bahu
o Alat pengisap lender o Bola karet bersih
dan kering o Pengisap DeLee DTT/steril
o Jam
3. Mengantisipasi bayi baru lahir dengan
o Alat penghantar
asfiksia udara/oksigen
(lihat kondisi ibu dengan risiko tinggi
asfiksia pada bayi) untuk bayi cukup bulan
o Tabung-sungkup
4. Melakukan penilaian
atau premature. (selintas)
Sungkup *:
dengan
bantalan
▪ Apakah karet
bayiatau udara
cukup o Balon-
bulan ?
sungkup dengan katup pengatur tekanan
▪ Apakah air ketuban jernih, tidak
tercampur mekonium ?
▪ Apakah bayi menangis kuat dan /atau
bernafas tanpa kesulitan ?
▪ Apakah bayi bergerak aktif ?
Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut
ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi
baru lahir
5. Bila air ketuban bercampur mekonium :
▪ Melakukan penilaian apakah bayi
menangis/bernafas
normal/megapmegap/tidak bernafas:
→ Jika menangis atau bernafas
normal, memotong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi
apapun, melanjutkan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 79


dengan langkah Awal.
→ Jika megap-megap atau tidak
bernafas, membuka mulut lebar,
mengusap mulut dan isap lender,
memotong tali dengan cepat, tidak
diikat & tidak dibubuhi apapun,
melanjutkan dengan Langkah Awal

I. LANGKAH AWAL
6. Menyelimuti bayi dengan handuk/kain yang
diletakkan di atas perut ibu, bagian muka
dan dada bayi tetap terbuka

7. Meletakkan bayi di tempat resusitasi


8. Memposisikan kepala bayi pada posisi
menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi
dengan mengatur tebal handuk/kain ganjal
bahu yang telah disiapkan*

9. Membersihkan jalan nafas dengan


mengisap lender pada mulut sedalam <5 cm
dan kemudian hidung bayi sedalam < 3cm

10. Mengeringkan bayi (dengan sedikit tekanan)


dan menggosok dada/perut/punggung bayi
sebagai rangsangan taktil untuk
merangsang pernapasan. Mengganti kain
yang basah dengan kain yang bersih dan
kering. Menyelimuti bayi dengan kain kering.
Membiarkan muka dan dada terbuka*

11. Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali


usaha napas*
a. Bila menangis kuat atau bernapas
spontan, lakukan Asuhan Bayi Baru
Lahir
b. Bila tetap tidak bernapas atau megap-
megap

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 80


maka lakukan ventilasi
Perhatikan → langkah 2-8 dilakukan
dalam waktu 30 detik

VENTILASI *
12. Memulai ventilasi
▪ Memberitahu kepada ibu dan
keluarga bahwa bayi mengalami
masalah (seperti telah diprediksi
sebelumnya) sehingga perlu
dilakukan tindakan resusitasi
▪ Meminta ibu dan keluarga memahami
upaya ini dan minta mereka ikut
membantu (pengawasan ibu dan
pertolongan bagi bayi baru lahir
dengan asfiksia)
13. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung
dan sungkup ataupun dengan balon dan
sungkup. Langkahlangkahnya adalah sama.
Perbedaannya hanya pada beberapa hal
berikut ini. Dengan tabung dan sungkup:
▪ Udara sekitar harus dihirup ke dalam
mulut dan hidung penolong kemudian
dihembuskan lagi ke jalan napas bayi
melalui mulut-tabungsungkup
▪ Untuk memasukkan udara baru,
penolong harus melepaskan mulut
dari pangkal tabung untuk menghirup
udara baru dan baru
memasukkannya kembali ke jalan
napas bayi (bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal
tabung, mengambil napas dari hidung
dan langsung meniupkan udara,
maka yang masuk adalah udara
ekspirasi dari paru penolong)

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 81


▪ Pemenuhan frekuensi 20 kali dalam
30 detik menjadi sulit karena
penghisapan udara
14. Menyisihkan kain yang menutup bagian dada
agar penolong dapat menilai pengembangan
dada bayi

waktu dilakukan peniupan udara

15. Menguji fungsi tabung dan sungkup atau


balon dan sungkup dengan jalan meniup
pangkal tabung atau menekan balon sambil
menahan corong sungkup
16. Memasang sungkup melingkupi hidung,
mulut dan dagu (perhatikan perlengkapan
sungkup dan daerah mulut bayi)

Ventilasi Definitif*
17. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka
dilakukan ventilasi definitive dengan jalan
meniupkan udara dengan frekuensi 20 kali
dalam waktu 30 detik
▪ Menilai hasil ventilasi (pernapasan
setiap 30 detik)
18. Melakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan
tindakan:
a. Jika setelah 30 detik pertama bayi
menangis kuat dan bergerak aktif
maka selimuti bayi dan serahkan
pada ibunya untuk menjaga
kehangatan tubuh dan inisiasi
menyusu dini
b. Jika setelah 30 detik pertama bayi
belum bernafas spontan atau megap-
megap maka lanjutkan tindakan
ventilasi
c. Jika bayi mulai bernafas tetapi
disertai dengan tarikan atau rektraksi
dinding dada bawah maka segera
rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 82
TINDAKAN PASCARESUSITASI

20. Bila resusitasi berhasil:


Melanjutkan penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga sesuai penuntun
diberikan
persalinan normalventilasi
19.
21. Jika
Bilabayi
perlubelum bernapas spontan atau
rujukan:
megapmegap,
▪ Melakukanlanjutkan
konseling ventilasi 20 kali
untuk merujuk
dalambayi
30 detik selanjutnya dan lakukan
beserta
penilaian ibu→dan
ulang lihatkeluarga
16 ac
▪a. Melanjutkan
Bayi tidak resusitasi
bernafas dan telah di
▪ Memantau
ventilasi tanda
lebih bahaya
dari 2 menit →
▪ Mencegah
menyiapkanhipotermi
rujukan
▪b. Memberikan Vitamin
Menghentikan K1
resusitasi sesudah 10
menit bayi tidak
▪ Mencegah infeksi bernafas dan tidak
ada denyut jantung
▪ Membuat surat rujukan
▪ Melakukan pencatatan dan pelaporan
kasus

22. Bila resusitasi tidak berhasil:


▪ Melakukan konseling pada ibu dan
keluarga
▪ Memberi petunjuk perawatan
payudara
▪ Melakukan pencatatan dan pelaporan
kasus

23. Melakukan dekontaminasi seluruh


peralatan yang telah digunakan *
▪ Merendam pengisap lender setelah
dibilas dengan larutan klorin 0,5%
dengan semprit
▪ Menyeka sungkup dengan larutan klorin
0,5%
▪ Merendam kain ganjal dan pengering
tubuh
bayi

REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI

24. Mencatat secara rinci:


▪ Kondisi saat lahir
▪ Tindakan untuk memulai pernapasan
▪ Waktu antara lahir dengan tindakan
langkah awal dan ventilasi
▪ Proses resusitasi dan hasilnya Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 83
▪ Bila resusitasi gagal, apa
penyebabnya
5). Evaluasi
- Mahasiswa dapat melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
secara mandiri - Penilaian dengan menggunakan daftar tilik

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

1). Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:
- Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
- Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil
peserta ujian lain
- Semua elemen kompetensi harus dicapai
- Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2). Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
- Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan
- Tahap II : Tahap Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan
Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.

Alokasi waktu selama 30 menit


Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 84
Bobot nilai 60%

- Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan


dalam
bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA PENILAIAN UJI PRAKTIKUM RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

6 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
2) Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah uji
praktikum berakhir.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 85
INSTRUMEN PENILAIAN
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Nama Mahasiswa :
NIM :

PROSEDUR RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


LANGKAH DAN KEGIATAN SKOR
0 1 2 3 4
Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir merupakan bagian dari Asuhan Kala Dua
untuk penolong tunggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan
resiko tinggal Asfiksia
II. PERSIAPAN
A. Alat o Tempat resusitasi datar, rata, bersih,
kering dan hangat
o Handuk atau kain bersih dan kering (2) untuk mengeringkan dan
menutup tubuh dan kepala bayi dan handuk atau kain kecil (1) untuk
ganjal bahu
o Alat pengisap lender o Bola karet bersih dan kering o Pengisap DeLee
DTT/steril o Jam
o Alat penghantar udara/oksigen
o Tabung-sungkup untuk bayi cukup bulan atau premature. Sungkup
dengan bantalan karet atau udara
o Balon-sungkup dengan katup pengatur tekanan
o Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm

1. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan:*


2. Melakukan informed consent kepada klien dan keluarga
3. Mengantisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi
ibu dengan risiko tinggi asfiksia pada bayi)

III. PENILAIAN BAYI BARU LAHIR

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 86


4. Melakukan penilaian (selintas) *:
▪ Apakah bayi cukup bulan ?
▪ Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur
mekonium ?

▪ Apakah bayi menangis kuat dan /atau bernafas


tanpa kesulitan ?
▪ Apakah bayi bergerak aktif ?
Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir

5. Bila air ketuban bercampur mekonium :


▪ Melakukan penilaian apakah bayi menangis/bernafas
normal/megap-megap/tidak bernafas:
→ Jika menangis atau bernafas normal, memotong
tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, melanjutkan dengan langkah Awal.
→ Jika megap-megap atau tidak bernafas, membuka
mulut lebar, mengusap mulut dan isap lender,
memotong tali dengan cepat, tidak diikat & tidak
dibubuhi apapun, melanjutkan dengan
Langkah Awal
IV. LANGKAH AWAL

6. Menyelimuti bayi dengan handuk/kain yang diletakkan di


atas perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap terbuka

7. Meletakkan bayi di tempat resusitasi

8. Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu


kepala sedikit ekstensi dengan mengatur tebal handuk/kain
ganjal bahu yang telah disiapkan*

9. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lender pada


mulut sedalam <5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam <
3cm

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 87


10 Mengeringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan
. menggosok dada/perut/punggung bayi sebagai
rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan.
Mengganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan
kering. Menyelimuti bayi dengan kain kering. Membiarkan
muka dan dada terbuka*

11 Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas*


. c. Bila menangis kuat atau bernapas spontan, lakukan
Asuhan
Bayi Baru Lahir
d. Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap maka
lakukan
ventilasi

Perhatikan → langkah 2-8 dilakukan dalam waktu 30


detik
VENTILASI *
12. Memulai ventilasi
▪ Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah (seperti telah diprediksi
sebelumnya) sehingga perlu dilakukan tindakan
resusitasi
▪ Meminta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu (pengawasan ibu dan
pertolongan bagi bayi baru lahir dengan asfiksia)
13. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup
ataupun dengan balon dan sungkup. Langkah-langkahnya
adalah sama. Perbedaannya hanya pada beberapa hal
berikut ini. Dengan tabung dan sungkup:
▪ Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan
hidung penolong kemudian dihembuskan lagi ke
jalan napas bayi melalui mulut-tabung-sungkup
▪ Untuk memasukkan udara baru, penolong harus
melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk
menghirup udara baru dan baru memasukkannya
kembali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal tabung, mengambil
napas dari hidung dan langsung meniupkan udara,
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 88
maka yang masuk adalah udara ekspirasi dari paru
penolong)
▪ Pemenuhan frekuensi 20 kali dalam 30 detik
menjadi sulit karena penghisapan udara
14. Menyisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi waktu
dilakukan peniupan udara
15. Menguji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup dengan jalan meniup pangkal tabung atau
menekan balon sambil menahan corong sungkup

16. Memasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu


(perhatikan perlengkapan sungkup dan daerah mulut bayi)

Ventilasi Definitif*
17. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka dilakukan
ventilasi definitive dengan jalan meniupkan udara dengan
frekuensi 20 kali dalam waktu 30 detik

▪ Menilai hasil ventilasi (pernapasan setiap 30 detik)

18. Melakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan tindakan:


d. Jika setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat
dan bergerak aktif maka selimuti bayi dan serahkan
pada ibunya untuk menjaga kehangatan tubuh dan
inisiasi menyusu dini
e. Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernafas
spontan atau megap-megap maka lanjutkan
tindakan ventilasi
f. Jika bayi mulai bernafas tetapi disertai dengan
tarikan atau rektraksi dinding dada bawah maka
segera rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap
diberikan ventilasi
19. Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap,
lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya dan
lakukan penilaian ulang
→ lihat 16 a-c
c. Bayi tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari 2
menit → menyiapkan rujukan
d. Menghentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 89
tidak bernafas dan tidak ada denyut jantung
TINDAKAN PASCARESUSITASI
20. Bila resusitasi berhasil:
Melanjutkan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
sesuai penuntun persalinan normal

21. Bila perlu rujukan:


▪ Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu
dan keluarga
▪ Melanjutkan resusitasi
▪ Memantau tanda bahaya
▪ Mencegah hipotermi
▪ Memberikan Vitamin K1
▪ Mencegah infeksi
▪ Membuat surat rujukan
▪ Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

22. Bila resusitasi tidak berhasil:


▪ Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
▪ Memberi petunjuk perawatan payudara
▪ Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

23. Melakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah


digunakan *
▪ Merendam pengisap lender setelah dibilas dengan
larutan klorin 0,5% dengan semprit
▪ Menyeka sungkup dengan larutan klorin 0,5%
▪ Merendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi

REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 90


24. Mencatat secara rinci:
▪ Kondisi saat lahir
▪ Tindakan untuk memulai pernapasan
▪ Waktu antara lahir dengan tindakan langkah awal
dan ventilasi
▪ Proses resusitasi dan hasilnya
▪ Bila resusitasi gagal, apa penyebabnya
▪ Keterangan rujukan apabila dirujuk

JUMLAH NILAI (A) TOTAL X 100 %=


96

H. Unit Pembelajaran 8
1). Judul
Penatalaksanaan Retensio Plasenta / Manual
Plasenta 2). Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan manual plasenta
pada kasus retensio plasenta.
3). Uraian Materi :
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Tanda dan gejala dari retensi
plasenta yaitu :
✓ Terjadinya perdarahan segera
✓ Uterus tidak berkontraski
✓ Tinggi fundus uteri tetap atau tidak berkurang
✓ Plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir

Manual Plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual


(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya
keluar dari kavum uteri. Plasenta manual adalah prosedur pelapasan plasenta

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 91


dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum
secara manual.

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM MANUAL PLASENTA

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:


i. Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
ii. Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil peserta
ujian lain
iii. Semua elemen kompetensi harus dicapai
iv. Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan dan


bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
i. Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan
yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang
tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan ii. Tahap II : Tahap
Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan Asuhan persalinan
normal yang mencakup proses, hasil,
keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%

iii. Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan dalam


bentuk catatan SOAP dan Responsi hasil
evaluasi tindakan
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 92
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA
PENILAIAN UJI
PRAKTIKUM

1) Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar
Tilik yang sudah
ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

0 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah
uji praktikum berakhir.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 93


INSTRUMEN PENILAIAN
PENATALAKSANAAN MANUAL PLASENTA

Nama Mahasiswa :
NIM :

DAFTAR TILIK
ASUHAN KEBIDANAN PADA
TINDAKAN MANUAL PLASENTA

SCORE
NO KOMPONEN
B C K
SB (4)
(3) (2) (1)
A. PERSIAPAN ALAT

1. Infus set dan cairan RL atau NaCL 0,9 %


2. Abocat no 16 atau no 18
3. Tabung O2 dan regulator
4. Ambubag dewasa
5. Sarung tangan DTT 2 pasang
6. Sarung tangan panjang 1 pasanag
7. Doek DTT/steril 2 buah
8. Kapas DTT
9. Kateter
10. Bengkok
11. Piring plasenta
12. Korentang
13. Tensimeter dan stetoskop
14. Jam Tangan
15. Spuit 5 cc 1 buah
16. Spuit 3 cc 2 buah
17. Tempat sampah tajam, basah, kering
18. Washlap
19. Alat perlindungan diri (short, masker, sepatu
tertutup,kaca mata)
20. Obat-obatan :
✓ Oxytoksin 10 unit 1 ampul
✓ Methergin 0,2 mg 1 ampul
✓ Valium 10 mg 1 ampul/ diazepam
✓ Pethidin 1 mg/kg bb

JUMLAH NILAI

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 94


B. PERSIAPAN TINDAKAN

1. Mengkaji keadaan umum klien


2. Memberitahu klien dan keluarga bahwa plasenta
ibu belum
lahir.
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan,
bahwa ibu akan dilakukan manual plasenta
4. Menjelaskan keuntungan & kerugian tindakan

5.
Pastikan klien & keluarga klien mengerti
6.
Klien & keluarga menandatangani inform consent
7.
Siapkan alat dan disusun secara ergonomis dan
dapat dijangkau.
JUMLAH NILAI

C. PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Melihat keadaan umum klien
2. Mencuci tangan
3. Mengukur tanda-tanda vital
4. Memasang O2 3-5 liter/menit
5. Memasang infus RL/ NaCL 0,9 % ditambah
Oksitosin 10 unit : 30 – 40 gtt/menit.
6. Memposisikan ibu tidur terlentang tanpa bantal.
7. Memakai alat perlindungan diri (short, masker,
kaca mata dan sepatu)
8. Berikan obat-obatan sedative dan analgetik
(misalnya :
petidin dan valium secara IV, jangan dicampur
dalam spuit yang sama.
9. Memakai sarung tangan pendek.
10. Melakukan vulva higien dan mengosongkan
kandung kemih
11. Mencuci sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
dan dibuka secara terbalik.
12. Mencuci tangan
13. Memakai sarung tangan panjang.
14. Memasang doek di bokong dan perut klien.
15. Jepit tali pusat dengan menggunakan
klem/kokher, lalu tali pusat ditegangkan oleh
tangan kiri/ditarik oleh asisten sejajar dengan
lantai.
16. Tangan kanan masuk secara obstetrik dengan
menyatukan jari-jari tangan ketika masuk ke
dalam vagina, menelusuri tali pusat sampai ke
tempat insersi tali pusat.
17. Tangan kiri menahan fundus.
18. Tangan kanan mencari pelepasan pada plasenta.
19. Apabila sudah ditemukan pelepasan, buka tangan
seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.
Sisipkan jari kelingking dan ketiga jari lainnya
diantara plasenta dan dinding uterus.
20. Setelah penyisipan berhasil, dengan tepi jari luar
gerakan tangan ke kiri dan ke kanan, ke atas dan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 95


ke bawah, sehingga plasenta dapat lepas.
21. Pastikan plasenta sudah lepas semuanya.
22. Perhatikan keadaan umum klien, segera lakukan
tindakan bila terjadi komplikasi.
23. Tangan kiri pindah menahan uterus dari
suprapubis.
24. Asisten menarik tali pusat, penolong
mengeluarkan plasenta dari kavum uteri.
25. Tangan kiri melakukan massage selama 15 detik
secara sirkuler.
26. Periksa plasenta setelah dilahirkan lengkap atau
tidak, pastikan semua plasenta lengkap.
27. Cuci sarung tangan dalam larutan klorin lalu
masukan ke air DTT.
28. Ganti sarung tangan yang sebelah kanan dengan
sarung tangan DTT/steril.
29. Eksplorasi kavum uteri untuk menyakinkan tidak
ada sisa plasenta.
30. Apabila kontraksi uterus kurang baik, berikan
ergomentrin 0,2 mg secara IM.
31. Bersihkan klien darah dan kotoran lainnya.
32. Beritahu klien dan keluarga bahwa tindakan telah
selesai.
33. Alat-alat dirapihkan dan didekontaminasi
34. Mencuci tangan
35. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital,
kontraksi uterus dan perdarahan.
36. Dokumentasikan hasil tindakan.

JUMLAH NILAI

PENILAIAN TOTAL
NO PELAKSANAAN NILAI TOTAL NILAI
1 Persiapan Alat
2 Persiapan Tindakan
3 Pelaksanaan Tindakan
Dosen Penguji
Bandung, 20..

I. Unit Pembelajaran 9
1). Judul
Penatalaksanaan Atonia
Uteri 2). Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan Atonia Uteri.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 96


3). Uraian Materi :
Atonia uteri terjadi ketika otot Rahim tidak cukup berkontraksi sebagai respons
terhadap oksitosin, hormone yang dilepaskan tubuh sebelum dan selama
persalinan untuk merangsang kontraksi. Tanda terbesar dari atonia uteri adalah
perdarahan yang berkepenajngan atau berlebihan dari rahim. Gejala atonia uteri
lainnya adalah :
Tekanan darah rendah
Detak jantung cepat
Merasa pusing atau
pingsan.
Kehilangan kesadaran.

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM ATONIA UTERI

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:


i. Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
ii. Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil peserta
ujian lain
iii. Semua elemen kompetensi harus dicapai
iv. Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan dan


bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
i. Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan
pendahuluan yang dipresentasikan oleh mahasiswa tentang tindakan
yang akan dilakukan termasuk persiapan alat dan lingkungan
Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 97


Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan ii. Tahap II : Tahap
Pelaksanaan = Observasi terhadap pelaksanaan Asuhan persalinan normal yang
mencakup proses, hasil, keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%

iii. Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk
catatan SOAP dan Responsi hasil evaluasi
tindakan Waktu : Pencatatan SOAP
selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA
PENILAIAN UJI
PRAKTIKUM

Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar Tilik
yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 98


1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.
Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

0 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah
uji praktikum berakhir.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 99


INSTRUMEN PENILAIAN
PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI

Nama Mahasiswa :
NIM :

DAFTAR TILIK
ASUHAN KEBIDANAN PADA
PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI

SCORE
NO KOMPONEN
B C K
SB (4)
(3) (2) (1)
A. PERSIAPAN ALAT

1. Alat pelindung diri (celemek, sepatu boot, kaca


mata pelindung dan handuk pribadi)
2. Tensi meter, stetoskop dan termometer
3. Jam tangan
4. Lampu sorot
5. Infus set dan cairan infus RL dan Dextrose 5 %
6. Oksigen dan regulatornya
7. Sarung tangan DTT/steril panjang : 1 pasang
8. Sarung tangan DTT/steril : 1 pasang
9. Kondom
10. Infus set
11. Hansaplast
12. Antiseptic gel
13. Spuit 3 cc
14. Neir beken
15. Korentang
16. Washlap 2 buah
17. Air DTT
18. Cairan Klorin 0,5 %
19. Tempat sampah basah, kering & tajam 20. Obat-
obatan:
a. Oksitoksin
b. Methergin
c. Misoprostol
d. Ampisilin
e. Metronidazol

JUMLAH NILAI

B. PERSIAPAN TINDAKAN

1. Mengkaji keadaan umum klien


2. Memberitahu klien dan keluarga bahwa terjadi
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 100
perdarahan, karena rahim ibu tidak berkontraksi.
3. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan

4. Menjelaskan keuntungan & kerugian tindakan


5. Pastikan klien & keluarga klien mengerti
6. Klien & keluarga menandatangani inform consent
JUMLAH NILAI

C. PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
2. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berhenti lakukan evaluasi rutin.
3. Jika uterus berkontraksi, tapi perdarahan terus berlangsung, periksa apakah perineum,
vagina dan serviks mengalami laserasi, jika ya lakukan hecting.
4. Jika uterus tidak berkontrasi, maka lakukan :
✓ Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
✓ Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dipalpasi, lakukan
kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik.
✓ Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI)
5. Dengan lembut masukan tangan (dengan
menyatukan kelima ujung jari) ke introitus vagina
dan ke dalam vagina ibu
6. Periksa vagina dan serviks (jika ada selaput
ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri,
mungkin uterus tidak akan berkontraksi secara
penuh)
7. Ubah tangan tersebut menjadi kepalan tinju dan
letakkan kepalan tangan pada forniks anterior.
Tekan dinding anterior uteri (usahakan seluruh
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking
menyentuh fornik anterior), sementara telapak
tangan lain pada abdomen, menekan dengan
kuat dinding belakang uterus kearah kepalan
tangan dalam.
8. Tetap berikan tekanan pada uterus dengan kedua
tangan secara kuat sampai perdarahan berhenti
dan uterus berkontraksi. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah di dalam dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi
9. Evaluasi Keberhasilan :
✓ Jika uterus berkontraksi dan perdarahan
berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2
menit, kemudian perlahan – lahan keluarkan
tangan dari dalam vagina pantau kondisi ibu
selama kala IV.
✓ Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus
berlangsung, periksa perineum, vagina dan
serviks apakah ada laserasi di bagian
tersebut. Segera lakukan penjahitan jika
ditemukan laserasi

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 101


✓ Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu
5 menit, lanjutkan langkah berikut
10. Ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal ( KBE ) sementara penolong
melanjutkan dengan langkah – langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya :
✓ Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 600 – 1000 mcg per rektal.
(ergometrin tidak untuk ibu dengan hipertensi).
✓ Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16
atau 18 dan berikan 500 cc Ringer laktat (RL)
dengan 20 unit

oksitosin, habiskan 500 cc petama secepat


mungkin. ✓ Ulangi KBI.
KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
11. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan
dinding depan korpus uteri dan di atas simfisis
pubis.
12. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan
dinding belakang korpus uteri, sejajar dengan
dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk
mencakup/memegang bagian belakang uterus
seluas mungkin.
13. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling
mendekatkan tangan depan dan belakang agar
pembuluh darah di dalam miometrium dapat
dijepit secara manual.
14. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan
telapak tangan kiri dan kanan dan perhatikan
perdarahan yang terjadi.
15. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi
tersebut hingga uterus dapat berkontraksi
dengan baik. Serta lanjutkan ke langkah berikut:
DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI
PASCA TINDAKAN
PERAWATAN LANJUTAN
16. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi
uterus tiap 10 menit dalam 2 jam pertama
17. Tuliskan hasil tindakan dan instruksi perawatan
lanjutan, jelaskan dan lanjutkan pemantauan.
18. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya
tentang tindakan dan hasilnya serta tindakan
lanjutan yang masih diperlukan.
19. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan
20. Namun apabila setelah KBE, perdarahan belum
berhenti, lakukan inform consent untuk perujukan,
dan selama
perujukan lanjutkan ke langkah berikut
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
21. Raba pulsasi arteri femoralis pada lipatan paha
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 102
22. Kepalkan tangan kiri dan tekan bagian punggung
jari telunjuk hingga kelingking pada umbilikus ke
arah kolumna vetebralis dengan arah tegak lurus
23. Dengan tangan lain, raba pulsasi arteri femoralis
untuk mengetahui cukup tidaknya kompresi :
✓ Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan
kompresi masih belum cukup.
✓ Jika kepalan tangan mencapai aorta
abdominalis, maka pulsasi arteri femoralis
akan berkurang / berhenti
24. Jika perdarahan pervaginam berhenti,
pertahankan posisi tersebut dan pemijatan
uterus (dengan bantuan asisten) hingga uterus
berkontraksi baik
25. Jika perdarahan masih berlanjut :
✓ Lakukan ligasi arteri uterina dan utero-ovarika
✓ Jika perdarahan masih terus banyak, lakukan
histerektomi supravaginal
TINDAKAN KONDOM KATETER
26. Masukkan kateter ke dalam kondom.
✓ Ikat dengan tali dekat dengan mulut kondom.
✓ Pertahankan buli dalam keadaan kosong
dengan kateter foley

✓ Masukkan kondom yang sudah terikat dengan


kateter ke dalam rongga uterus.

27. Biarkan ujung dalam kateter di dalam kondom.


✓ Ujung luar kateter dihubungkan dengan set
infus.
✓ Kondom dikembangkan dengan 250-500 ml
larutan NaCl 0,9 %.
✓ Observasi perdarahan. Jika berkurang,
hentikan pengembangan kondom lebih lanjut.
✓ Ujung
tali.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 103


28. Kontraksi uterus dipertahankgan dengan drip
oksitosin sampai setidaknya 6 jam setelah
prosedur.
✓ Pertahankan posisi kondom dengan kasa
gulung yang dimapatkan di dalam vagina
atau kembangkan kondom lainnya di dalam
vagina.
✓ Kondom kateter dipertahankan selama 24
jam dan setelah itu dikempiskan bertahan
(10-15 menit) dan dikeluarkan
✓ Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal:
Ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV,
atau sefazolin 1 g IV DAN metrodinazol 500
mg IV.
✓ Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika
kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam: Ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
dan gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
29. Bersihkan bagian terkotor ibu, dari yang terjauh
sampai yang terdekat
30. Mengganti kain kotor ibu dengan kain yang bersih
dan rapihkan ibu
31. Dekontaminasi alat
32. Cuci tangan
33. Rapihkan alat
34. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi
uterus tiap 15 menit dalam 2 jam pertama
35. Tuliskan hasil tindakan dan instruksi perawatan
lanjutan, jelaskan dan serahkan pemantauan dan
status pada petugas
36. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya
tentang tindakan dan hasilnya serta perawatan
lanjutan yang masih diperlukan.
37. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

PENILAIAN TOTAL
NO PELAKSANAAN NILAI TOTAL NILAI

1 Persiapan Alat

2 Persiapan Tindakan

3 Pelaksanaan Tindakan

Dosen Penguji
Bandung, 20..

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 104


J. Unit Pembelajaran 10
1). Judul
Penatalaksanaan Distorsia
Bahu 2). Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan
persalinan dengan distorsia bahu.
3). Uraian Materi :
Distorsia bahu adalah suatu kondisi kegawatdaruratan obstetric pada persalinan
dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala janin,
kondisi ketika salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut di jalan lahir saat
persalinan. Kondisi inibisa menyebabkan persalinan terhambat sehingga
membahayakan ibu maupun bayi.
Tingkat insidensi distorsia bahu kurang lebih sebesar 0,6 hingga 1,4 % dari
seluruh persalinan pervaginan. Kondisi ini sulit diprediksi, karena dapat terjadi
meski bayi memiliki berat badan yang normal dan ibu tidak memiliki factor risiko.
Penyebab utama distorsia bahu adalah ukuran bahu bayi yang lebih besar
daropada ukuran panggul ibu, diameter panggul ibu kecil, atau janin berada pada
posisi yang salah ketika memasuki jalan lahir.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya distorsia bahu, yaitu :
Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun
Ukuran janin besar.
Bentuk tulang panggul ibu tidak
normal Tinggi badan ibu hamil
kurang dari 145 cm.
Kehamilan post-term.
Persalinan induksi

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM DISTORSIA BAHU

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 105


i. Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
ii. Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil peserta
ujian lain
iii. Semua elemen kompetensi harus dicapai
iv. Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan dan


bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
i. Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan
mencakup :
A.Pengertian
B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan ii. Tahap II : Tahap Pelaksanaan
= Observasi terhadap pelaksanaan Asuhan persalinan normal yang mencakup
proses, hasil, keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%
iii. Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk
catatan SOAP dan Responsi hasil evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA
PENILAIAN UJI
PRAKTIKUM

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 106


Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar Tilik
yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan


dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

0 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah
uji praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
PENATALAKSANAAN DISTORSIA BAHU

Nama Mahasiswa :
NIM :

DAFTAR TILIK
ASUHAN KEBIDANAN PADA
TINDAKAN DISTORSIA BAHU

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 107


SCORE
NO KOMPONEN
B C K
SB (4)
(3) (2) (1)
A. PERSIAPAN ALAT

1. Alat pelindung diri


2. Tensi meter
3. Stetoskop
4. Thermometer
5. Jam tangan
6. Kapas cebok dalam com
7. Neir beken
8. Korentang
9. Air DTT
10. Cairan Klorin 0,5 %
11. Partus set
12. Alat resusitasi bayi
13. Tabung O2 beserta regulatornya
14. Tempat sampah basah, kering & tajam

JUMLAH NILAI

B. PERSIAPAN TINDAKAN

1.Mengkaji keadaan umum klien


2.Memberitahu klien dan keluarga bahwa bayi ada
kemacetan dibahunya
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan keuntungan & kerugian tindakan
5. Pastikan klien & keluarga klien mengerti
6. Klien & keluarga menandatangani inform consent
JUMLAH NILAI

C. PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Pada kala II persalinan, sarung tangan DTT atau


steril dalam keadaan terpasang.
2. Posiskan ibu kepinggir tempat tidur atau tempat
tidur sebagian dibuka.
3. Lakukan episiotomi medio lateraralis.
Perasat Mc.Robert’s
4. Anjurkan ibu untuk menekukkan kedua tungkainya
dan

masukkan tangan, serta tarik lutut klien ke arah


dada.
5. Angkat kepala klien sampai menekuk ke arah
dada.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 108


6. Meminta bantuan keluarga atau asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut klien ke arah dada.
7. Tangan secara biparietal melakukan tarikan
curam ke bawah untuk menggerakan bahu depan
di bawah symfisis pubis.
8. Secara bersamaan mintalah salah satu asisten
untuk memberikan sedikit tekanan suprapubis
dengan ujung gengaman tangan pada bagian
belakang bahu depan ke arah bawah dengan
simultan. (Perasat Masanti) Jangan melalukan
dorongan pada fundus, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa
menyebabkan ruptura uteri.
Perasat Hibbart
9. Tangan kiri penolong menyangga kepala bayi.
10. Sisipkan 2 jari tangan kanan penolong ke arah
punggung janin di bagian lengan bawah.
11. Kaitkan 1 jari ke aksilla posterior dari belakang.
Tarik ke arah atas sehingga bahu posterior dapat
dicapai. (lakukan penguncila).
12. Meminta asisten untuk tetap melakukan Perasat
Masanti : memberikan sedikit tekanan suprapubis
dengan ujung gengaman tangan pada bagian
belakang bahu depan ke arah bawah dengan
simultan.
13. Tarik ke arah bawah atau searah sumbu jalan
lahir.
Bila tindakan di atas tidak berhasil, maka lakukan
Perasat Corkesrew Wood Kombinasi dengan Perasat
Rubbin
14. Lakukan penekanan pada bahu depan ke arah
sternum (jari kita seperti hurup C) bayi, untuk
memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
(Perasat Corkesrew Wood).
15. Jika diperlukan untuk memperkuat penarikan,
lakukan penekanan pada bahu belakang ke arah
sternum (jari kita seperti hurup C) bayi (Perasat
Rubbin).
16. Setelah itu baru lakukan putaran 180o ke arah
dada bayi, lalu putarkan kembali ke arah semula.
Jika semua tindakan di atas tidak berhasil, maka
lakukan Perasat Schwaltz and Dixon.
17. Tangan kiri menyanggang kepala bayi.
18. Dengan menggunakan tangan kanan, raih
humerus dari lengan belakang dan menjaga
lengan tetap fleksi pada sikut, gerakan tangan ke
arah dada seolah-olah bayi mengusap mukanya,
lahirkan lengan belakang.
19. Lakukan putaran sedikit-sedikit, dengan tangan
kiri masih menyangga kepala, tangan kanan
memegang lengan bayi, hingga lengan belakang
ada di atas.
20. Jika lengan depan sudah mudah dilahirkan, maka
lahirkan.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 109


21. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka lakukan
kembali langkah 19, untuk melahirkan lengan
yang satunya lagi.
22. Lahirkan bayi searah sumbu jalan lahir.
23. Setelah bayi lahir lakukan sesuai dengan
langkah APN. 24. Lakukan manajemen aktif kala III
25. Lakukan penjahitan perineum.
26. Lakukan manajemen aktif kala IV
27. Memberitahukan klien dan keluarga tindakan
telah selesai dilakukan.
28. Lakukan dekontaminasi alat-alat.
JUMLAH NILAI

PENILAIAN TOTAL
NO PELAKSANAAN NILAI TOTAL NILAI
1 Persiapan Alat
2 Persiapan Tindakan
3 Pelaksanaan Tindakan
Dosen Penguji
Bandung, 20..

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 110


K. Unit Pembelajaran 11
1). Judul
Penatalaksanaan Persalinan dengan letak sungsang
2). Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan
persalinan dengan letak sungsang.

3). Uraian Materi :


Letak sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim
berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si
bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal.
Kehamilan sungsang dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain : kehamilan kembar,
cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anensefalus, tali pusat pendek, dan
kelainan rahim.
Terdapat sekitar 3 – 4 % bayi lahir dalam posisi ini (sungsang). Dalam persalinan
prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur
kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang adalah 25%,
angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu. Letak
janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Jadi, tak perlu terburu khawatir
jika posisi sungsang terjadi dibawah usia kehamilan 32 minggu. Pada usia kehamilan ini,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Dari
yang posisinya sungsang lantas berputar menjadi melintang lalu berputar lagi sehingga
posisi kepala berada dibagian bawah rahim. Jangan heran jika pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi. Memasuki usia kehamilan 37
minggu keatas, posisi sungsang sudah sulit untuk berubah karena bagian terendah janin
sudah masuk ke pintu atas panggul.
Faktor–faktor yang dapat menyebabkan bayi berposisi sungsang meskipun usia
kehamilan sudah cukup bulan ialah :
a. Multiparitas yakni ibu yang telah banyak melahirkan anak sehingga rahimnya sudah
sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke
37 dan seterusnya.
b. Hamil kembar yakni adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga
ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada dibagian
bawah rahim.
c. Hidramnion yakni jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih
leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ke III.
d. Hidrosefalus yakni besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus)
membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni dibagian atas rahim.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 111
e. Plasenta previa yakni adanya plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi
luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas
yakni dibagian atas rahim.
f. Panggul sempit yakni sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya
menjadi sungsang.
g. Kelainan bawaan yakni jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya,
maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.

Versi spontan
▪ Presentasi bokong yang dijumpai pada 29-32 minggu, 75 % mengalami versi spontan
pada kehamilan 38 minggu.
▪ Pada kehamilan 37 minggu, versi spontan sebesar 18 %.
▪ Posisi knee-chest ibu selama 15menit tiap 2 jam selama 5 hari berturut-turut,
diharapkan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya versi spontan pada trimester
akhir.

PETUNJUK PENILAIAN UJI PRAKTIKUM PENATALAKSANAAN PERSALINAN


SUNGSANG

1) Penilaian kompetensi berdasarkan Penilaian Acukan Patokan (PAP) dengan cara:


i. Menilai hasil sesuai dengan kriteria unjuk kerja
ii. Penilaian bersifat individual, hasil penilaian tidak dibandingkan dengan hasil peserta
ujian lain
iii. Semua elemen kompetensi harus dicapai
iv. Keputusan yang dibuat hanya KOMPETEN dan TIDAK KOMPETEN

2) Penilaian pencapaian kompetensi melakukan asuhan kebidanan pada persalinan dan


bayi baru lahir terbagi dalam 3 tahap:
i. Tahap I : Tahap Persiapan = Responsi terhadap laporan pendahuluan yang
dipresentasikan oleh mahasiswa tentang tindakan yang akan dilakukan termasuk
persiapan alat dan lingkungan Responsi awal terhadap tindakan yang dilakukan
mencakup :

A.Pengertian

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 112


B.Indikasi atau tujuan
Bobot nilai termasuk dalam Tahap Pelaksanaan ii. Tahap II : Tahap Pelaksanaan
= Observasi terhadap pelaksanaan Asuhan persalinan normal yang mencakup
proses, hasil, keamanan dan keselamatan kerja.
Alokasi waktu selama 30 menit
Bobot nilai 60%
iii. Tahap III: Tahap Akhir = Pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk
catatan SOAP dan Responsi hasil evaluasi tindakan
Waktu : Pencatatan SOAP selama 20 menit
Responsi selama 10 menit
Bobot nilai 40%

KRITERIA
PENILAIAN UJI
PRAKTIKUM

Setiap penguji (assesor) akan menilai kinerja para mahasiswa berdasarkan Daftar Tilik
yang sudah ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
4 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan sangat baik (sempurna).
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tepat tanpa ragu-ragu atau
tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan.

3 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan baik (lancar).


Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan, tetapi kurang tepat
dan/atau penguji perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak
terlalu berarti.

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 113


2 : Mahasiswa mampu melakukannya dengan cukup baik. Langkah dikerjakan
dengan benar tetapi tidak berurutan, kurang tepat dan/atau penguji perlu
membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

1 : Mahasiswa tidak mampu melakukannya dengan baik.


Langkah dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak berurutan, tidak
tepat dan/atau penguji harus membantu/mengingatkan hal-hal yang prinsipil.

0 : Mahasiswa sama sekali tidak mampu melakukannya.


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau dihilangkan.
Setiap mahasiswa akan diberikan kesempatan mengamati hasilnya setelah
uji praktikum berakhir.

INSTRUMEN PENILAIAN
PENATALAKSANAAN PERSALINAN SUNGSANG

Nama Mahasiswa :
NIM :

DAFTAR TILIK
ASUHAN KEBIDANAN PADA
PERSALINAN LETAK SUNGSANG

SCORE
NO KOMPONEN
B C K
SB (4)
(3) (2) (1)
A. PERSIAPAN ALAT

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 114


1. Alat pelindung diri
2. Alat –Alat APN
3. Tensi meter
4. Stetoskop
5. Monoaural
6. Jam tangan
7. Lampu sorot
8. Oksigen dan regulatornya
9. Alat resusitasi/Ambu bag anak
10. Infuse set
11. Abocath no 16/18
12. Cairan infv use RL/Dektrose 5%
13. Spuit 3 cc & spuit 5 cc
14. Needle no: 23
15. Neir beken
16. Korentang
17. Air DTT
18. Cairan Klorin 0,5 %
19. Tempat sampah basah, kering & tajam 20.
Obat-obatan:
a. Oksitoksin 1 ampul
b. Methergin 1 ampul
c. Lidokain 1%de
JUMLAH NILAI

B. PERSIAPAN TINDAKAN

1.Sikap: senyum, salam, sapa & memperkenalkan


diri
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan keuntungan & kerugian tindakan
4. Pastikan klien & keluarga klien mengerti
5. Klien & keluarga menandatangani inform consent
JUMLAH NILAI

C. PELAKSANAAN TINDAKAN

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 115


1. Setelah ada tanda persalinan: dorongan meneran
(doran), tekanan anus (teknus), perineum
menonjol (perjol), vulva membuka (vulva).
2. Alat-alat didekatkan kepada klien.
3. Ampul oksitoksin dipatahkan.
4. Spuit 3 cc dan needle no.23 dimasukan ke dalam
partus set.
5. Memasang alat perlindungan diri.
6. Mencuci tangan.
7. Memasang sarung tangan yang kanan.
8. Memasang sarung tangan sebelah kiri.
9. Melakukan vulva hygiene.
10. Melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan, ketuban dan penurunan
bagian bokong.
11. Melakukan pemecahan ketuban.
12. Mencuci sarung tangan di dalam larutan klorin
dan dibuka secara terbalik.
13. Periksa denyut jantung janin (DJJ).
14. Memberitahukan klien dan keluarga hasil
pemeriksaan.
15. Mencuci tangan.
16. Memasang infuse Dektrose 5%/ Ringer laktat
(RL) 40 tetes/menit.
17. Menganjurkan klien untuk mengejan bila ada his
dan keluarga untuk mendampingi.
18. Bila tidak ada his berikan hidrasi.
19. Setelah bokong nampak di vulva berdiameter 5-6
cm, pasang kain dan handuk diperut klien dan
kain di bawah bokong klien.
20. Memasang sarung tangan.
21. Lakukan episiotomi medio lateralis.
Perasat Bracht
22. Biarkan bokong lahir
23. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
bracht.
24. Pimpin klien mengejan sampai tali pusat & perut
lahir lalu longgarkan tali pusat.
25. Pimpin klien mengejan sampai perut & sebagian
dada lahir, lakukan gerakan hyperlordosis janin
ke arah perut ibu.

Perasat Klasik
26. Biarkan bokong & kaki lahir
27. Pimpin klien mengejan sampai tali pusat & perut
lahir, lalu longgarkan tali pusat.
28. Pegang kedua pergelangan kaki bayi oleh tangan
kanan penolong.
29. Tarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
30. Tangan kiri penolong melahirkan lengan bayi.
31. Setelah bahu belakang lahir, pegang pergelangan
kaki bayi dengan tangan kiri penolong.
32. Tarik ke bawah untuk melahirkan bahu depan.
33. Tangan kanan penolong melahirkan lengan bayi.
Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 116
34. Lahirkan kepala dengan perasat Mouriceau.
Perasat Muler
35. Biarkan bokong lahir & lahirkan kaki satu persatu.
36. Pimpin mengejan sampai tali pusat dan perut
lahir, lalu longgarkan tali pusat.
37. Pimpin klien untuk mengejan.
38. Pegang bayi secara femuro pelviks.
39. Tarik curam ke bawah sampai bahu depan
tampak di bawah simpisis & tangan kanan
penolong melahirkan lengan bayi seolah-olah
bayi mengusap mukanya.
40. Tarik curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, tangan kiri melahirkan lengan bayi
seolah-olah bayi mengusap mukanya.
41. Lahirkan kepala bayi dengan perasat Mouriceau.
Perasat lovset
42. Biarkan bokong dan kaki lahir.
43. Pimpin mengejan sampai tali pusat dan perut
lahir, longgarkan tali pusat.
44. Pimpin klien mengejan.
45. Pegang bayi secara femuro pelviks.
46. Pimpin klien mengejan.
47. Tarik curam ke bawah sampai terlihat scapikula di
bawah simpisis.
48. Putar setengah lingkaran bolak-balik da lahirkan
lengan bayi.
49. Lahirkan kepala secara Mouriceau
Perasat Mouriceau
50. Letakkan badan janin dipergelangan kiri
penolong, seolaholah bayi menunggang kuda.
51. Kedua jari penolong memegang maksila dan 1
jari tangan masuk ke mulut bayi.
52. Tangan kanan penolong mencekam bahu bayi.
53. Tarik ke bawah sampai subocciput di bawah
simpisis.
54. Badan bayi dielepasi ke perut ibu.
55. Setelah bayi lahir lakukan seperti pada langkah
APN.
56. Penjahitan perineum.
57. Beritahu klien dan keluarga tindakan telah
selesai.
58. Dekontaminasi alat-alat.
59. Mencuci tangan.
60. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital,
kontraksi & perdarahan.
61. Dokumentasikan hasil tindakan.
JUMLAH NILAI

PENILAIAN TOTAL
NO PELAKSANAAN NILAI TOTAL NILAI

Modul Praktik Asuhan Persalinan_STKINDO 117

Anda mungkin juga menyukai