MK KEPERAWATAN ANAK
NAMA MAHASISWA:
NIM:
......................P3.73.20.1.18.061...................
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI
Visi
Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam penguasaan
asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosain melalui pendekatan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan
Misi
2
PENYUSUN
3
LEMBAR PERSETUJUAN
ttd
4
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN………………………………………………………………………...
I. Unit : Asuhan Keperawatan pada anak sehat
1
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas………………………………………………..
D. Format Pendukung …………………………………………….
II. Unit : Asuhan Keperawatan pada anak sakit
2
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas ……………………………………………….
D. Format Pendukung …………………………………………….
III. Unit : Asuhan Keperawatan pada bayi risiko tinggi
3
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas ……………………………………………….
D. Format Pendukung …………………………………………….
Kepustakaan
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas perkenanNya kami dapat
menyelesaikan Modul dan Log Book Praktikum Mata Kuliah Keperawatan Anak. Modul ini
dibuat agar mempermudah mahasiswa semester V Prodi D III Keperawatan dalam memahami
dan melaksanakan kegiatan praktikum pada mata kuliah keperawatan anak .
Modul dan Log Book Praktikum ini merupakan hasil karya dari dosen keperawatan anak
sebagai dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Terima kasih kami ucapkan atas semua dukungan yang telah
diberikan khususnya kepada Jajaran Manajemen Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Modul dan Log Book Praktikum ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran untuk
kesempurnaan modul dan log book praktikum ini sangat kami harapkan. Besar harapan kami,
agar modul dan log book praktikum ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan mahasiswa
Prodi D III Keperawatan khususnya.
Penyusun
6
PENDAHULUAN
Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Kuliah Keperawatan Anak terdiri dari 4
SKS yang terdiri dari: 1 SKS Teori, 1 SKS Praktikum dan 2 SKS Klinik. Modul dan
log book praktikum ini digunakan saat mahasiswa melaksanakan proses
pembelajaran praktikum. Proses pembelajaran praktikum dengan menggunakan
pendekatan student center learning (SCL). Adapun metode SCL yang digunakan
adalah metoda: contextual instruction (CI), small group discussion (SGD), simulasi,
analisis video, dan ujian praktikum. Praktikum dilaksanakan secara daring.
Sasaran pembelajaran dari modul dan log book praktikum ini adalah mahasiswa
semester V Prodi D III Keperawatan. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan selama
1x170 menitx16 minggu. Waktu praktikum selama 5 hari dari hari Senin sampai
Jumat, dari jam 8.00 sampai jam 18.00 wib. Mahasiswa dibimbing oleh tim dosen
keperawatan anak.
7
dalam incubator. Melaksanakan ujian praktikum=25% tentang 1 prosedur yang
dilakukan pada phantom atau boneka dengan menggunakan alat yang ada di
rumah dan divideokan (pemilihan 1 prosedur berbeda antar mahasiswa dalam
kelompoknya). Prosedur yang dapat dipilih meliputi: pemberian imunisasi, inhalasi,
perawatan kolostomi, pemberian nutrisi melalui NGT, suction, pemberian obat
melalui parenteral, dan perawatan bayi dalam inkubator.
Kami berharap modul dan log book praktikum ini dapat digunakan saat
pelaksanaan praktikum mata kuliah keperawatan anak sehingga capaian
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan.
8
kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan
pertama adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan kedua sekitar
500 – 600 gram/bulan, pada triwulan ketiga sekitar 350 – 450 gram/bulan
dan pada triwulan keempat sekitar 250 – 350 gram/bulan.
9
Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir.
Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1, 5 x panjang badan usia 1
tahun.
Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir.
Dewasa = 3, 5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
c. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif
konstan. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm.
Kemudian akan bertambah sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama
atau menjadi ± 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala
paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-
tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun,
setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ± 10 cm.
10
Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (sebelah kiri) dan kolom berat
badan untuk perempuan sesuai jenis kelamin anak dan cari angka berat
badan yang terdekat dengan berat badan anak.
Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui Standar Deviasinya.
Adapun interpretasinya adalah:
-Anak normal: -2 SD s.d 2 SD atau gizi baik.
-Anak kurus: < -2 SD s.d -3 SD atau gizi kurang.
-Anak kurus sekali: < -3 SD atau gizi buruk.
-Anak gemuk: > 2 SD atau gizi lebih
Apabila anak berusia 5 tahun dan memiliki tinggi badan lebih dari 115 cm,
maka pengukuran dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Adapun rumus IMT adalah:
11
Cara melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
a. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
b. Jadwal skrining adalah usia 0,3,6,9,12,15,18,21,24 dan 30 bulan. Usia
36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.
c. Pelaksana skrining adalah: tenaga kesehatan, guru TK/PAUD yang
terlatih.
d. Alat bantu yang digunakan untuk skrining adalah: pinsil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah dan potongan biscuit. Adapun formulir KPSP
sesuai usia terlampir.
e. Cara melakukan skrining: tentukan usia anak dalam bulan. Lakukan
skrining perkembangan dengan menggunakan formulir KPSP. Lakukan
intervensi hasil KPSP.
Interpretasi hasil KPSP
Jumlah jawaban Ya: 9 atau 10, perkembangan anak sesuai (S).
Jumlah jawaban Ya: 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
Jumlah jawaban Ya: 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P).
Intervensi hasil KPSP
-Bila perkembangan anak sesuai: beri pujian kepada ibu, teruskan pola
asuh yang sudah dilakukan, lakukan stimulasi perkembangan anak,
lakukan penimbangan secara teratur, lakukan skrining secara teratur.
-Bila perkembangan anak meragukan: lakukan stimulasi
perkembangan perkembangan lebih sering, lakukan pemeriksaan
kesehatan, lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu lagi, jika hasil
KPSP ulang masih meragukan, kemungkinan ada penyimpangan.
-Bila perkembangan anak terjadinya penyimpangan: lakukan rujukan
ke PKM/RS.
12
Cara melakukan Tes Daya Dengar (TDD)
a. Tujuan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.
b. Jadwal TDD dilaksanakan tiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak lebih 12 bulan.
c. PelaksanaTDD adalah: tenaga kesehatan dan petugas yang terlatih.
d. Alat bantu yang digunakan untuk TDD adalah: alat/bahan yang
menimbulkan suara, buku/kertas, majalah bergambar, gambar binatang,
kubus, benda di sekitar. Adapun formulir TDD sesuai usia terlampir.
e. Cara melakukan TDD: tentukan usia anak. Lakukan TDD. Tentukan
interpretasi hasilnya.
Interpretasi
Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
Intervensi
Rujuk ke RS apabila tidak dapat ditanggulangi.
13
Interpretasi
Bila kedua mata anak tidak dapat melihat pada baris ketiga poster,
kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan.
Intervensi
Lakukan pemeriksaan ulang saat anak datang kembali, bila masih
ada gangguan penglihatan, lakukan rujukan ke RS.
Stimulasi pada anak dilakukan oleh ayah, ibu, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan dasar anak yang dilakukan stimulasi terdiri dari:
a. Kemampuan gerak kasar.
b. Kemampuan gerak halus.
c. Kemampuan bicara dan bahasa.
d. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
14
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai usia anak,
terhadap ke-4 aspek kemampuan dasar anak.
f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Adapun panduan stimulasi terlampir.
15
membutuhkan energi yang banyak, harus mempertimbangkan keamanan
anak dan melibatkan orang tua/keluarga (Hockenberry & Wilson, 2017).
Sebelum dilaksanakan program bermain dilakukan persiapan dengan
membuat Rancangan Program Bermain yang dikonsultasikan kepada
pembimbing.
16
(Dipteri Pertusis Tatanus), polio, campak dan hepatitis. Pemberian imunisasi
dasar untuk mencegah penyakit: tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus,
poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
C. Kasus Imunisasi
1. Kasus 1:
Bayi perempuan, berumur 4 hari lahir spontan di RS dipersiapkan untuk
pulang ke rumah pada hari ke-5 perawatan. Perawat memberitahukan kepada
ibu bayi tersebut bahwa bayinya akan diberikan imunisasi Hepatitis B-1 dan
Polio 0 sebelum pulang. Perawat menjelaskan tentang pemberian imunisasi
tersebut. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan
pemberian imunisasi. Perawat membuatkan status imunisasi serta kartu
imunisasi yang harus dibawa saat kunjungan berikutnya.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-1 dan Polio 0 dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (1 bulan berikutnya untuk
imunisasi Hepatitis B-2.
2. Kasus 2:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 1 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Hepatitis B-2 yang akan dilakukan.
Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan
pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-2 dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.
17
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 minggu berikutnya untuk
imunisasi BCG).
3. Kasus 3:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 1.5 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi BCG yang akan dilakukan. Ibu
menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi BCG dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 minggu berikutnya untuk
imunisasi Polio-1 dan DPT-1).
4. Kasus 4:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 2 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Polio-1 dan DPT-1 yang akan
dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan
dilakukan pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Polio-1 dan DPT-1.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 bulan berikutnya untuk
imunisasi Polio-2 dan DPT-2).
5. Kasus 5:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 4 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Polio-2 dan DPT-2 yang akan
dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan
dilakukan pemberian imunisasi.
18
a. Lakukan pemberian imunisasi Polio-2 dan DPT-2.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 bulan berikutnya untuk
imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan DPT-3).
6. Kasus 6:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 6 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan DPT-3
yang akan dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya
akan dilakukan pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan
DPT-3.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (3 bulan berikutnya untuk
imunisasi Campak).
7. Kasus 7:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 9 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Campak yang akan dilakukan. Ibu
menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Campak.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (9 bulan berikutnya untuk
imunisasi Polio-4 dan DPT-4).
D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta
laporan terlampir.
19
II. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
A. Tujuan
Adapun tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan praktik asuhan keperawatan pada anak sakit sesuai kasus yang
ada.
B. Materi pendukung yang harus dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa adalah
tentang:
1. Pemberian Cairan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkat usia seseorang. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh
dalam mengangkut zat makanan kedalam sel. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta
pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak
faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan, salah satunya karena
penyakit.
20
tubuh; (5). Memonitor tekan Vena Central (CVP); (6). Memberikan nutrisi pada
saat sistem pencernaan di istirahatkan.
Kebutuhan Cairan bayi dan anak, dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan cairan:
10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari
Contoh anak dengan BB 25 kg, kebutuhan cairannya adalah :
10 x 100 cc = 1000 cc
10 x 50 cc = 500 cc
5 x 20 cc = 100 cc
Jumlah = 1600 cc
21
Pengawasan (Monitoring)
a. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur berat
badannya, 6 –8 jam setelah pemberian cairan, dan kemudian sekali sehari.
b. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur kadar
elektrolit dan glukosa serum sebelum pemasangan infus, dan 24 jam
setelahnya.
c. Bagi anak yang tampak sakit, periksa kadar elektrolit dan glukosa 4 – 6 jam
setelah pemasangan, dan sekali sehari sesudahnya.
22
3. Pelaksanaan Postural Drainage
Postural drainage adalah pembersihan sekret jalan nafas segmen bronkus
dengan pengaruh gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya adalah
sekitar 1-1.5 jam sebelum makan dan sekitar 1 jam sebelum tidur malam.
Postural drainage dilakukan tiga sampai empat kali sehari dan lebih efektif jika
dilanjutkan dengan terapi pernapasan lainnya, seperti pengobatan bronkodilator
dan/atau nebulisasi.
Latihan postural drainage dapat diarahkan pada semua segmen paru. Bronki
lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih
rendah, bronki lobus yang atas akan mengalir lebih efektif jika kepala tegak.
Sehingga pasien dibaringkan dalam lima posisi, satu posisi untuk mendrainase
setiap lobus; kepala lebih rendah, pronasi, lateral kanan dan kiri dan duduk
tegak. Berikut macam-macam posisi postural drainage:
23
4. Pelaksanaan Inhalasi
Inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
hirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu pada sebuah alat yang disebut
nebulizer, sehingga menjadi molekul-molekul lebih kecil berbentuk uap. Uap
itulah yang kemudian dihirup oleh anak, sehingga obat akan langsung masuk ke
saluran pernapasan, tanpa masuk ke peredaran darah sistemik. Dengan
demikian, efek samping bisa diminimalkan. Obat yang dimasukkan tergantung
penyakit anak. Apabila lendirnya kental, diberikan obat pengencer lendir
(expectorant) dan bila sesak, diberikan obat untuk melonggarkan saluran
pernapasannya (bronchodilator). Sedangkan jika saluran pernapasannya kering,
diberikan obat untuk melembabkan saluran tadi. Untuk mendapatkan manfaat
obat yang optimal, obat yang diberikan melalui inhalasi harus dapat mencapai
24
dalam saluran napas. Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol,
yaitu suspensi partikel dalam gas.
5. Pelaksanaan Suction
Penghisapan lendir (suctioning) adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret
dari saluran nafas dengan menggunakan alat catheter suction yang dimasukkan
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau sampai trachea.
Penghisapan lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkannya
25
sendiri. Tujuan penghisapan lendir adalah untuk membersihkan lendir dari jalan
nafas, sehingga kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan dan meningkatkan
ventilasi serta oksigenasi.
6. Pemberian Oksigen
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi. Apabila kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang dan berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak yang dapat menyebabkan kematian. Sistem yang berperan
dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem pernafasan, sistem
persarafan dan kardiovaskuler. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah
utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti pada
seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi
kematian.
26
kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanul dan masker:
a. Pemberian Oksigen melalui Nasal Kanul
Pemberian oksigen pada pasien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1- 5 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan
cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga atau dibawah dagu. Panjang selang yang
dimasukan ke dalam lubang di hidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanul merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
pasien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
27
Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantung reservoir, ditambah oksigen kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. Diberikan pada pasien dengan kadar
tekanan CO2 yang rendah.
Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen
sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Diberikan pada pasien dengan kadar tekanan
CO2 yang tinggi.
28
Tepid water sponge dilakukan pada permukaan tubuh yang memiliki pembuluh
darah yang besar karena mekanisme kerjanya adalah memperlebar pembuluh
darah, agar darah banyak yang mengalir ke permukaan sehingga cepat
menguap. Pembuluh darah yang besar banyak terdapat di bagian ketiak,
selangkangan dan leher. Disinilah daerah yang paling efektif untuk dilakukan
pengompresan. Selain lokasi, media yang kita gunakan harus tepat, gunakan air
dengan suhu dibawah suhu tubuh, maksimal 10°C di bawah suhu tubuh. jika
anak demam dengan suhu 39°C, maka dapat menggunakan air yang bersuhu 32
- 36°C. Rentang suhu air dan tubuh jangan terlalu jauh, perbedaan yang terlalu
jauh menyebabkan penurunan yang terlalu signifikan.
8. Perawatan Kolostomi
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat
bersifat sementara atau menetap selamanya.
Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat.
Kolostomi pada bayi dan anak umumnya tidak permanen, tindakan penutupan
kembali kolostomi akan dilakukan setelah kondisi penyakit sudah terkoreksi
dengan baik. Umumnya dilakukan pada bayi dengan atresia ani, hirschprung
maupun malformasi anorektum.
Beberapa komplikasi umum yang dapat terjadi adalah prolaps stoma, perforasi,
retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik
dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari
anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan
suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan pada kondisi
tersebut.
29
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke-3 sampai hari ke-6
pascaoperatif. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana
menerapkan drainase kantung kolostomi dan melaksanakan irigasi. Pasien
dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma,
dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Lubang kantung
harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Bila terjadi iritasi kulit ringan
memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan. Selain itu
juga perlu dilakukan irigasi, Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk
mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat
menjalankan aktivitas tanpa rasa takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi
stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan.
30
b. Seorang anak laki-laki berumur 5 tahun dirawat di RS dengan diagnose
Leukemia Limfoblatik Akut (LLA). Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb < 10 gr/dl, hematokrit rendah, leukosit > 10.000/UL,
trombosit < 130.000/UL. Anak direncanakan mendapatkan transfuse PRC I,
PRC II, PRC III dan rencana kemoterapi fase induksi.
31
4. Kasus Gangguan Eliminasi
a. Seorang bayi laki-laki berumur 5 bulan mengalami perubahan eliminasi fekal
paska pembedahan kolostomi hari ke-3. Rencana bayi akan dipulangkan
pada hari ke-8. Ibu mengatakan tidak tahu cara merawat anak dirumah yang
b.a.b melalui kolostomi.
b. Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun dirawat di RS. Anak mengalami
“distensi blader” sehingga dilakukan kateterisasi urin di IGD. Pasien
mengalami infeksi saluran kemih.
5. Kasus MTBS
a. Bayi 0-2 bulan
Seorang bayi berusia 12 hari. Bayi saat ini sulit untuk menyusui. BBL= 3000 gr dan
PL= 50 cm. Bayi tampak kuning. Kesadaran kompos mentis. Ibu mengatakan tidak
mengetahui penyebab anaknya sulit menyusu.
D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta laporan
terlampir.
32
C. Kasus dan Tugas
Bayi Ny B, lahir dengan berat badan 1900 gram, PB 35 cm. Apgar score saat
dilahirkan pada menit pertama adalah 4 sementara 5 menit berikutnya 7. Dari
pemeriksaan fisik pada bayi didapatkan tangisan dan pergerakan bayi tampak
lemah. Pernafasan tidak teratur dan cenderung cepat. Bayi dilakukan perawatan di
ruang Perinatologi. Reflek hisap bayi sangat lemah, sehingga bayi mendapatkan
kebutuhan cairan melalui infuse (syringe pump). Dari pengkajian riwayat kesehatan
terhadap ibu, didapatkan data bahwa Ibu melahirkan secara section sesaria
dikarenakan kontraksi yang terus menerus dan hipertensi malignan. Usia gestasi
saat bayi dilahirkan adalah 34 minggu. Menurut ibu, selama kehamilan ia selalu
melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin dan telah mendapat injeksi TT
sebanyak 2x. Ibu mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan
darahnya selalu tinggi.
Beberapa saat setelah lahir bayi tampak kuning Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan : bilirubin direct: 14 mg/dl, billirubun indirect: 10, 01 mg/dl. Kadar
bilirubin total: 24, 01 gr%. Bayi mendapat terapi Questran dan akan dilakukan
fototerapi.
Pada hari ke-5 perawatan kondisi pasien semakin memburuk. Reflek hisap
melemah. Pernafasan cepat dan dangkal > 70x/menit, retraksi dada mulai terlihat
jelas. Bayi mengalami sianosis dan tangisan merintih (grunting). Untuk sementara
bayi dipuasakan, karena terlihat adanya distensi abdomen.
D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta laporan
terlampir.
33
KEPUSTAKAAN
DepKes RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: DepKes RI.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2017. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing, 10th
ed. St. Louis: Elsevier.
Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Revisi. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Kosim, M.S., dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: IDAI.
Soedarmo, S.S., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., & Satari, H.I. 2012. Buku Ajar:
Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi kedua. Jakarta: IDAI.
WHO. 2009. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
WHO Indonesia.
Wilson, D., & Hockenberry, M.J. 2012. Wong’s Clinical Manual of Pediatric
Nursing, 8th ed. Mosby: Elsevier.
34
DAFTAR TARGET PENCAPAIAN
PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK
………………………… …………………………
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani
35
TATA TERTIB
Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib di atas tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
36
TATA CARA PENGISIAN LOG BOOK
MK KEPERAWATAN ANAK
37
No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan
Pembimbing
15.00-15.30
17.30-18.00
38
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing
………………………… …………………………
MK KEPERAWATAN ANAK
15.00-16.00
39
Bekasi,13 Oktober 2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing
………………………… …………………………
MK KEPERAWATAN ANAK
Rabu,14/10/20
Presentasi kel.1 mengenai
13.00-15.00 Askep pada Anak dengan
Bronchopneumonia (Bu Santun)
Rabu,14/10/20
Presentasi Kel.6 mengenai
15.00-16.00 Askep Pada Anak Gizi Buruk
(Bu Ratna)
Rabu,14/10/20
Mengerjakan Askep anak resiko
16.00-18.00
tinggi dan mencari video untuk
dianalisa
40
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing
………………………… …………………………
MK KEPERAWATAN ANAK
09.45-12.00
Kamis,15/10/20
Mempelajari prosedur melalui
15.00-16.30 media video dan logbook
41
Bekasi, 15 Oktober 2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing
………………………… …………………………
MK KEPERAWATAN ANAK
42
1. Jumat,16/10/20 Pengumpulan tugas praktik
kep.anak
08.00
………………………… …………………………..
LAPORAN PRAKTIKUM
MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT
Kelompok :3 (tiga)
43
Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani
A. IDENTITAS
Nama Anak : An. F
TTL/Umur : Jakarta,4 Juli 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke…dari …saudara : Anak ke-3 dari 3 saudara
Nama Ibu : Ny. C
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : S-1
Alamat : Komplek dirgantara permai jalan iswahyudi raya Blok BF
No.29 RT 05/RW 09
B. HASIL PEMERIKSAAN
1. Pertumbuhan
BB : 17 kg
TB : 102 cm
Status Gizi :
a). Gizi baik : IMT : 16,3
b).Gizi kurang
c).Gizi buruk
d).Gizi lebih
Berdasarkan indeks panjang atau tinggi badan -2SD sampai dengan 2SD (normal)
menunjukkan bahwa gizi anak baik.
2. Perkembangan (KPSP)
44
45
Jumlah jawaban Ya (lampirkan format KPSP): 9
Interpretasi KPSP :
a). Sesuai b). Meragukan c). Menyimpang
Tindakan:
Dalam interpretasi kpsp, tindakan yang dilakukan anak sudah sesuai ini
berkat Support dari orangtua itu sangat bagus dan tepat dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam melatih anak dengan baik. Setelah itu, bisa mengatur
jadwal untuk selanjutnya.
……………………. …………………………
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani
46
LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNISASI
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny.D
TTL/Umur : Bekasi,12 Agustus 2020
Jenis Kelamin :Perempuan
Tanggal Pengkajian : Selasa,13 Oktober 2020
B. DATA FOKUS
Data Subjektif :
1. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.
Data Objektif :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kesiapan peningkatan pengetahuan
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Identifikasi kesiapan orang tua dalam menerima edukasi serta faktor yang
menghambat keberhasilan edukasi (mis. faktor budaya, hambatan bahasa, kurang
tertarik)
2. Identifikasi pemahaman tentang tujuan permberian vaksin
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya memberikan vaksin dan imunisasi
2. Jelaskan jenis imunisasi dasar yang direkomendasikan (mis. BCG, DPT, hepattis B,
polio, campak)
47
3. Jelaskan jenis imunisasi tambahan (mis. influenza, tifoid)
4. Jelaskan efek vaksin dalam meningkatkan imunitas
5. Jelaskan vaksin yang diperlukan jika terjadi insiden khusus (mis. kolera, rables)
6. Anjurkan mematuhi Jadwal pemberian vaksin pada anak
E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemberian imunisasi polio-1 dan DPT
2. Tujuan : mencegah bayi dari infeksi virus dan untuk ibu diharapkan paham dan
mengerti tentang pentingnya vaksin Polio-1 dan DPT-1
3. Persiapan alat :
a. Vaksin Polio-1
b. Vaksin DPT-1
c. Handscoon
d. Bengkok
e. Daftar/buku suntikan
f. Kapas alkohol
g. Baki beralas
4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Vaksin Polio-1
1) Cuci tangan
2) Melakukan pemeriksaan fisik
3) Melakukan pengecekan vaksin
4) Memasang pipet plastic pada flakon
5) Mengatur posisi bayi
6) Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi anak
sehingga mulut terbuka
7) Pegang bagian pinggir atas pipet dan ditekan kea rah mulut anak dengan
kemiringan 45°
8) Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes
9) Pasien dirapihkan
10) Alat-alat dibereskan
11) Mencuci tangan
12) Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali
b. Vaksin DPT-1
1) Cuci tangan
2) Melakukan pengecekan vaksin
3) Melepaskan bagian tengah tutup botol pada bagian logam
4) Menyiapkan vaksin agar masuk ke injeksi dengan baik
5) Mengatur posisi anak
6) Melepaskan baju anak
7) Vaksin disuntikan ke bagian paha
8) Tarik jarum suntik dengan lembut kemudian tekan dengan kapas alkohol
9) Rapihkan anak
10) Alat dibereskan
11) Mencuci tangan
12) Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali
48
Setelah vaksin poio-1 dan DPT-1 diberikan, ibu diberi edukasi mengenai efek
samping dari vaksin polio-1 dan DPT-1. Bila suhu tubuh anak diatas 37.5°C,
dianjurkan ibu untuk memberikan paracetamol sebagai penurun panas. Dan ibu
diberitahu bahwa 2 bulan mendatang (13 Desember 2020) akan dilakukan vaksin
Polio-2 dan DPT-2.
Data Objektif :
1. Bayi menangis saat disuntik vaksin Polio-1 dan DPT-1,namun setelah itu
berhenti karena keberadaan ibu yang membuat bayi nyaman
…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani
LAPORAN PRAKTIKUM
49
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT
A. IDENTITAS PASIEN
Nama :An. C
TTL/Umur :Jakarta,3 Oktober 2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : Selasa,13 Oktober 2020
B. DATA FOKUS
Data Subjektif : -
Data Objektif :
1. BB = 4 kg 5. Hb = 6,9 gr/dl
2. PB = 64 cm 6. Albumin = 2.5 gr/dl
3. turgor kulit tidak elastic 7. diet pregistimil 8 x 100 cc= 800 kkal/NGT
4. hipotoni
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan dibawah
batas normal
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Identifikasi indikasi pemasangan NGT
2. Monitor tanda bahaya pernapasan
Terapeutik
1. Letakkan perlak di dada
2. Tentukan panjang selang dengan mengukur dari ujung hidung ke telinga lalu
ke prosesus xiphoid
3. Tandai panjang selang
4. Petimbangkan penambahan 5 cm untuk memastikan masuk ke dalam
lambung
5. Periksa kepatenan lubang hidung
6. Lumasi ujung selang dengan gel
7. Pasang spuit dan aspirasi isi lambung lambung, jika isi lambung tidak keluar,
masukkan selang 2,5-5 cm dan coba aspirasl isi lambung kembali
50
8. Uji PH hasil aspirasi lambung
9. Masukkan udara 30 ml dan dengarkan bunyi udara dalam lambung dengan
stetoskop
10. Fiksasi selang nasogastrik ke hidung pasien dengan plaster hipoalergik
11. Posisikan semi-fowlér
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien dan keluarga
2. Infomasikan kemungkinan ketidaknyamanan pada hidung dan kemungkinan
muntah Anjurkan mengangkat kepala, pegang selang dengan ujung
mengarah ke bawah, dan masukkan perlahan ke dalam lubang hidung
3. Anjurkan menundukkan kepala saat selang mencapai nasofaring, putar
selang 180 derajat kearah lubang hidung yang berlawanan
4. Anjurkan menelan saat selang dimasukkan
E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemasangan NGT
2. Tujuan : Memasukan nutrisi atau obat lewat hidung pasien
3. Persiapan alat :
a. Selang NGT.
b. Spuit 50 cc.
c. Klem.
d. Bengkok.
e. Gel.
f. Stetoskop.
g. Sarung tangan.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Pen light
4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemasangan NGT pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi yang nyaman/ semi fowler sesuai indikasi.
d. Pakai sarung tangan
e. Buka set NGT
f. Ukur selang NGT yang akan dimasukkan (dahi-telinga-prosesus xipoideus)
dan tandai ukuran batas selang
g. Berikan gel pada ujung NGT yang akan dimasukkan sekitar 10 cm
h. Masukkan selang dengan pelan-pelan, jika sudah sampai epiglottis suruh
pasien untuk menelan (bila kooperatif) dan posisikan kepala pasien fleksi,
setelah sampai batas dicek apakah selang sudah benar-benar masuk
dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan
pasang lagi.
i. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar-benar masuk lambung atau
trakea dengan memasukkan udara sekitar 3-5 cc dengan spuit. Kemudian
dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara udara berarti sudah benar
masuk lambung. Kemudian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi
j. Lakukan fiksasi.
51
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan
Data Objektif :
1. Bayi menangis saat pemasangan namun ketika selesai tangisan berhenti.
2. Terpasang NGT
…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadhani
LAPORAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RISIKO TINGGI
52
Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani
Tingkat : III (tiga)
Tempat : RS X
Hari/Tanggal : Rabu,14 Oktober 2020
KASUS
Bayi Ny B, lahir dengan berat badan 1900 gram, PB 35 cm. Apgar score saat dilahirkan
pada menit pertama adalah 4 sementara 5 menit berikutnya 7. Dari pemeriksaan fisik pada
bayi didapatkan tangisan dan pergerakan bayi tampak lemah. Pernafasan tidak teratur dan
cenderung cepat. Bayi dilakukan perawatan di ruang Perinatologi. Reflek hisap bayi sangat
lemah, sehingga bayi mendapatkan kebutuhan cairan melalui infuse (syringe pump). Dari
pengkajian riwayat kesehatan terhadap ibu, didapatkan data bahwa Ibu melahirkan secara
section sesaria dikarenakan kontraksi yang terus menerus dan hipertensi malignan. Usia
gestasi saat bayi dilahirkan adalah 34 minggu. Menurut ibu, selama kehamilan ia selalu
melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin dan telah mendapat injeksi TT sebanyak 2x. Ibu
mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan darahnya selalu tinggi.
Beberapa saat setelah lahir bayi tampak kuning Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
bilirubin direct: 14 mg/dl, billirubun indirect: 10, 01 mg/dl. Kadar bilirubin total: 24, 01 gr%. Bayi
mendapat terapi Questran dan akan dilakukan fototerapi.
Pada hari ke-5 perawatan kondisi pasien semakin memburuk. Reflek hisap melemah.
Pernafasan cepat dan dangkal > 70x/menit, retraksi dada mulai terlihat jelas. Bayi mengalami
sianosis dan tangisan merintih (grunting). Untuk sementara bayi dipuasakan, karena terlihat
adanya distensi abdomen.
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny.B
TTL/Umur : 13 Oktober 2020
Jenis Kelamin :Perempuan
Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2020
B. DATA FOKUS
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan darahnya selalu
tinggi.
Data Objektif :
1. BB : 1900 gram
2. PB : 35cm
3. Bayi tampak lemah
4. Bayi tampak menangis
5. Partum 34 minggu
6. Pergerakan bayi tampak lemah
7. Pernapasa bati tidak teratur dan cenderung cepat
8. Refleks bayi sangat lemah
9. Bayi tampak menguning
10. Pemeriksaan laboratorium: bilirubin direct 14 mg/dl, bilirubin indirect:10,01 mg/dl,
kadar bilirubin total 24,01 gr%
11. Bayi mendapat terapi questran dan akan dilakukan fosioterapi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
53
1. Pola nafas tidak efektif b.d prematuritas
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
6. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan, Jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemberian oksigen
2. Tujuan : agar pola napas bayi adekuat
3. Persiapan alat :
a. Set oksigen.
b. Kanul oksigen atau masker
c. oksigen.
d. Plester.
e. Gunting.
4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemberian oksigen pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi semi fowler atau kepala lebih tinggi.
d. Sambungkan kanul oksigen atau masker ke sumber oksigen.
e. Cek adanya aliran oksigen.
f. Berikan oksigen kanul atau masker sesuai terapi.
g. Lakukan fiksasi.
h. Bereskan peralatan.
i. Cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan
1. Hambatan: saat ingin dipasang oksigen bayi menangis dan tampak lemah
Pemecahan masalah:
1. Memposisikan bayi senyaman mungkin
54
Data Subjektif:
1. ibu mengatakan memahami setiap prosedur yang dianjurkan untuk anaknya
Objektif:
1. Bayi tampak tenang
…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani
55
Kelompok :
Nama Mahasiswa :
Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Tempat :
2. Pemeriksaan pertumbuhan.
3. Pemeriksaan perkembangan.
6. Pendokumentasian.
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
56
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :
2. Data Fokus.
3. Diagnosa Keperawatan.
4. Perencanaan Keperawatan.
5. Prosedur Keperawatan:
a. Jenis prosedur.
b. Tujuan.
c. Alat-alat.
d. Langkah-langkah.
f. Respon.
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
57
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :
2. Data Fokus.
3. Diagnosa Keperawatan.
4. Perencanaan Keperawatan.
5. Prosedur Keperawatan:
a. Jenis prosedur.
b. Tujuan.
c. Alat-alat.
d. Langkah-langkah.
f. Respon.
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
58
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :
2. Data Fokus.
3. Diagnosa Keperawatan.
4. Perencanaan Keperawatan.
5. Prosedur Keperawatan:
a. Jenis prosedur.
b. Tujuan.
c. Alat-alat.
d. Langkah-langkah.
f. Respon.
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
59
Kelas/Kelompok :
Nama Mahasiswa :
Nilai
NO ASPEK YANG DINILAI 4 3 2 1 KET
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Kejujuran ilmiah
2. Bertanggung jawab dan motivasi dengan baik
3. Bekerjasama dalam Tim/Kelompok dengan baik
4. Aktif, inovatif, kreatif saat diskusi kelompok
5. Menyampaikan ide dan gagasan dengan
komunikasi lisan dan tulisan dengan baik
6. Sikap sopan dan santun dalam kegiatan ilmiah
Jumlah
Bekasi, …………………………………
Pembimbing
……………………………..……………
60
RUBRIK PENILAIAN SIKAP/PRILAKU MAHASISWA
Bobot penilaian sikap/prilaku individu merupakan penilaian pada ranah sikap. Penilaian
didapatkan dari penyelesaian tugas-tugas yang diberikan pada perserta didik dan bagaimana
peserta didik aktif, inovatif serta bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugasnya, adapun
penilaian sikap bersifat individu mahasiswa.
Dibawah ini merupakan rubrik atau panduan dalam penilaian sikap/prilaku mahasiswa, sebagai
berikut:
Rubrik Penilaian Sikap/Prilaku Mahasiswa
61
1 Sangat pasif, tidak ada ide dan tidak inovatif.
41-55
6 Sikap sopan dan 4 Selalu santun dan sopan dalam setiap diskusi,
santun dalam 80-100 menyampaikan ide/gagasan, bicara tidak kasar dan
kegiatan ilmiah memegang teguh adat kesopanan antar teman dan
dosen, saling menghargai.
3 Dalam kegiatan diskusi dan individu sedikit agak ceroboh
68-79 dan kurang sopan, tetapi masih saling menghargai teman
dan dosen.
2 Cenderung kasar tidak santun tetapi masih memiliki
56-67 penghargan terhadap orang lain.
1 Tidak sopan dan tidak santun dan tidak menghargai
41-55 terhadap teman, dosen dan orang disekitarnya.
FORMAT PENILAIAN
62
PROSEDUR PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
63
2). Pengukuran tinggi badan anak
- Mintalah anak berdiri tegak, kaki
menempel pada lantai.
Pandangan ke depan. Punggung,
bokong, dan tumit menempel pada
tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur
sampai menempel di kepala anak.
- Baca hasil pengukuran dengan
jarak 0,6 cm
e. Melakukan pengukuran berat
badan
1). Menggunakan timbangan bayi
- Letakkan timbangan pada meja
yang datar.
- Pastikan posisi jarum pada angka
0.
- Baringkan bayi atau dudukkan
bayi pada timbangan dengan hati-
hati.
- Lihat jarum timbangan sampai
berhenti dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan.
2). Menggunakan timbangan injak
- Letakkan timbangan di lantai yang
datar.
- Pastikan posisi jarum menunjuk
angka 0.
- Atur posisi anak berdiri diatas
timbangan tanpa dipegangi.
Lihat jarum timbangan sampai
berhenti dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum atau angka
timbangan
f. Melakukan pengukuran
lingkar kepala dan lingkar dada
- Letakkan meteran di sekitar kepala,
pada lingkar frontal dan oksipital,
melewati dahi, diatas alis, diatas
telinga, dan sekitar tonjolan
oksipital.
- Baca hasil pengukuran.
- Ukur lingkar dada pada garis
putting payudara diantara inspirasi
dan ekspirasi
g. Tuliskan hasil pengukuran
pada tabel/KMS/Buku KIA.
h. Interpretasikan hasil
pengukuran.
i. Bereskan peralatan.
64
j. Cuci tangan.
4. Evaluasi:
a. Hasil pengukuran pertumbuhan
pada tabel/KMS/Buku KIA ditulis
dengan tepat.
b. Analisa dan catat hasil
pengukuran pertumbuhan
(gizi baik, kurang, buruk);
atau
KMS : berat badan sesuai umur,
terdapat pada garis : merah,
kuning, hijau, kuning diatas hijau
Nilai : ………………
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
65
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI DASAR
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
4. Tindakan:
a. Pendekatan pada bayi/anak dan
orang tua / salam teurapetik.
b. Pelaksanaan prosedur imunisasi:
1). Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.
2). Pasien diposisikan dengan
benar.
66
3). Tindakan dilakukan secara
Sistematis.
4). Tindakan pemberian
imunisasi dilakukan dengan
benar tentang imunisasi
dasar :
- BCG (0.05 cc/IC)
di lengan kanan.
- Polio ( 2 tetes/oral).
- Hepatitis B (0.5 cc/IM)
di paha kanan/kiri.
- DPT (0.5 cc/IM)
di paha kanan/kiri.
- Campak (0.5 cc/SC)
di lengan kiri.
c. Bereskan peralatan.
d. Cuci tangan.
5. Evaluasi:
a. Respons bayi/anak diamati :
1). Respon menelan vaksin polio.
2). Adanya gelembung / indurasi
pada kulit setelah suntikan
BCG.
3). Nyeri didaerah suntikan.
4). Menangis.
b. Informasi tentang kunjungan
selanjutnya disampaikan.
c. Informasi tentang penanganan
dirumah bila terjadi reaksi setelah
imunisasi diberikan.
d. Pencatatan pemberian imunisasi
dengan tepat tentang :
1). Cara pemberian imunisasi.
2). Waktu/tanggal.
3). Jenis vaksin.
4). Reaksi.
Nilai : ………………
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
67
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR POSTURAL DRAINAGE
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
68
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
b. Evaluasi karakteristik sputum.
c. Evaluasi status pernafasan.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
69
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR INHALASI
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
70
dapat bertahan di saluran
pernapasan.
j. Lanjutkan tindakan hingga obat
habis (kurang lebih 10 menit).
Nebulizer akan mengeluarkan
suara bising, dan pada mangkuk
akan terlihat obat dalam jumlah
sedikit.
k. Bereskan peralatan
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
b. Evaluasi status pernafasan.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
71
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PENGHISAPAN LENDIR (SUCTIONING)
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
72
3-4 detik.
j. Bila melakukan
orofaringeal/nasofaringeal suction:
memasukkan ujung selang suction
kedalam
orofaringeal/nasofaringeal (pada
bayi dan anak kecil sekitar 1-8 cm
dan anak lebih besar 8-12 cm).
k. Bilas ujung selang suction.
l. Biarkan anak bernafas dalam (bila
kooperatif).
m. Ulangi prosedur sesuai keperluan.
n. Selesaikan dulu bagian mulut baru
ke bagian hidung.
o. Bereskan peralatan.
p. Cuci tangan.
q. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
f. Evaluasi karakteristik sputum.
g. Evaluasi status pernapasan.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
73
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
…………………….
74
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
4. Evaluasi:
a. Evaluasi kepatenan pemasangan
infus.
d. b. Evaluasi kepatenan tetesan infus.
e. c.Evaluasi respon bayi/anak.
75
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
76
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMASANGAN NGT
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
77
i. Jika sudah masuk cek lagi
apakah selang benar-benar
masuk lambung atau trakea
dengan memasukkan udara
sekitar 3-5 cc dengan spuit.
Kemudian dengarkan dengan
stetoskop, bila ada suara udara
berarti sudah benar masuk
lambung. Kemudian aspirasi
kembali udara yang di masukkan
tadi
j. Lakukan fiksasi.
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi kepatenan pemasangan
NGT.
b. Evaluasi respon bayi/anak.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
78
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI MELALUI NGT
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
79
makanan tersisa dilambung
kurang dari 30%, kembalikan isi
lambung dan beri makanan cair
pada anak, lanjut ke point g).
f. Masukkan ujung spuit pada
selang NGT dan tetap klem NGT
supaya tidak kemasukan udara.
g. Masukkan makanan cair pada
spuit dan lepaskan klem, posisi
spuit harus diatas supaya
makanan cairnya bisa mengalir
masuk ke lambung.
h. Jangan mendorong makanan
dengan spuit karena bisa
menambah tekanan lambung,
biarkan makanan mengalir
mengikuti gaya gravitasi
i. Makanan yang di masukkan max
200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc
maka bisa dilakukan 4 kali .
j. Apabila akan memasukkan
makanan untuk yang kedua,
jangan lupa mencuci dulu spuit.
Jika sudah selesai aliri selang
NGT dengan air supaya sisa-sisa
makanan tidak mengendap di
selang karena bisa mengundang
bakteri.
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Mengevaluasi respon bayi/anak.
b. Mengevaluasi nutrisi yang
diberikan.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
80
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PERAWATAN KOLOSTOMI
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
81
l. Angkat tissue.
m. Pasang penghalang kulit (barrier).
Barrier harus 1/6 " sampai 1/8"
lebih besar dari stoma.
n. Pasang kantong kolostomi, jika
penghalang tersebut terpisah dari
kantong.
o. Kosongkan kantong kolostomi
ketika sudah terisi penuh
(sekitar2/3).
p. Membereskan peralatan.
q. Mencuci tangan.
r. Mendokumentasikan kondisi
stoma dan drainage.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/ anak.
i. Evaluasi status integritas kulit.
Nilai : ………………
Bekasi, ……….
Pembimbing
…………………….
82
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR TEPID WATER SPONGE
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
83
hentikan prosedur.
j. Setelah mandi, keringkan anak
dan kenakan pakaian dalam dan
pakaian yang tipis.
k. Ukur suhu anak kembali setelah
menghentikan prosedur, 30 menit
kemudian dan setiap 2 jam.
l. Ulangi sponging setiap 2 jam jika
diperlukan
m. Beritahu dokter jika suhu anak
tidak merespon dalam waktu 1
jam.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/ anak.
b. Evaluasi status termoregulasi.
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
FORMAT PENILAIAN
84
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
4 3 2 1
1. Persiapan Pasien:
85
pesawat
beberapa saat
sampai suhu
stabil/hangat.
d. Tempatkan bayi dalam incubator.
pengamatan).
2001 33 32- 32 32
-2500 33
86
j. Amati pemberian oksigen (bila
pasien menggunakan).
4. Evaluasi:
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
FORMAT PENILAIAN
87
Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :
4 3 2 1
1. Persiapan Pasien:
88
Bila bayi menerima cairan per IV
atau makanan melalui NGT, jangan
pindahkan bayi dari sinar terapi
sinar.
i. Keluarkan bayi dari inkubator,
matikan lampu foto terapi dan buka
penutup mata bayi bila ibu ingin
memberikan ASI.
Bila bayi sedang menerima
oksigen, matikan sinar terapi sinar
sebentar untuk mengetahui apakah
bayi mengalami sianosis sentral
(lidah dan bibir biru).
i. Bicara dan berikan sentuhan ketika
memberikan perawatan pada bayi.
j. Cuci tangan dengan benar.
4. Evaluasi:
Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing
…………………….
Dibawah ini merupakan rubrik atau panduan dalam penilaian pada mata kuliah keperawatan
anak dengan menggunakan Scale Linked.
89
A. Pengetahuan
Nilai Deskripsi
B. Sikap
Nilai Deskripsi
C. Psikomotor
Deskripsi
90
kurang utuh, diuraikan dan dijawab tidak dengan baik dan urut, tidak
3 langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi kurang mampu
68-79 mengemukakan pendapat secara spontan, pikiran kurang jelas, argumentasi
kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-tele dan kurang tuntas,
penguasaan materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan kurang
menguasai.
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang
tidak tepat/akurat dengan pemahaman kurang utuh, diuraikan dan dijawab
kurang baik (kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Dalam
2 diskusi kurang mampu mengemukakan pendapat secara spontan, pikiran
56-67 kurang jelas, argumentasi kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-
tele dan kurang tuntas, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan
yang dilakukan kurang menguasai
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang
tidak tepat/akurat dengan pemahaman tidak utuh, diuraikan dan dijawab
1 kurang baik (kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Tidak
41-55 siap melakukan diskusi, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan
yang dilakukan tidak dikuasai
91