Anda di halaman 1dari 91

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul


dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosain
melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

MODUL DAN LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

NAMA MAHASISWA:

..............JIHAN ALIFAH RAMADANI.........................

NIM:

......................P3.73.20.1.18.061...................

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020

1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul dalam penguasaan
asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosain melalui pendekatan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan Diploma III Keperawatan untuk menghasilkan tenaga


keperawatan yang menguasai IPTEK di bidang keperawatan neurosains berbudaya
dan berkarakter.
2. Menerapkan dan mengembangkan IPTEK baru di bidang keperawatan neurosains
melalui penelitian berkesinambungan.
3. Menyelenggarakan, membina dan mengembangkan pengabdian kepada
masyarakat dengan menerapkan teknologi keperawatan neurosains dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Menyelenggarakan kemitraan dengan berbagai institusi keperawatan baik nasional
maupun internasional untuk membangun kekuatan bersama dalam menghadapi
tantangan global.

2
PENYUSUN

Santun Setiawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An.

Ratna Ningsih, S.Kp.,M.Kes.

Yupi Supartini, S.Kp.,M.Sc.

Ns. Jathu Dwi Wahyuni, S.Kep.,M.Kep.

Dr. Titi Sulastri, M.Kes.

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep.

Eviana S Tambunan, S.Kp.,MKM.

3
LEMBAR PERSETUJUAN

MODUL PRAKTIKUM DAN LOG BOOK PRAKTIKUM

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

Telah disetujui untuk digunakan

sebagai Modul bagi mahasiswa dan dosen pada

Mata Kuliah Keperawatan Anak

di lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Ketua Prodi D III Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Jakarta III

ttd

Santun Setiawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An.


NIP. 197512232002122001

4
DAFTAR ISI

Visi dan Misi Program Studi ………………………………………………………… ii


Penyusun …………………………………………………………………………….. iii
Lembar Persetujuan ………………………………………………………………… iv
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… v
Kata Pengantar ………………………………………………………………………. vi

PENDAHULUAN………………………………………………………………………...
I. Unit : Asuhan Keperawatan pada anak sehat
1
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas………………………………………………..
D. Format Pendukung …………………………………………….
II. Unit : Asuhan Keperawatan pada anak sakit
2
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas ……………………………………………….
D. Format Pendukung …………………………………………….
III. Unit : Asuhan Keperawatan pada bayi risiko tinggi
3
A. Tujuan ……………………………………………………………
B. Materi Pendukung ………………………………………………
C. Kasus dan Tugas ……………………………………………….
D. Format Pendukung …………………………………………….

Kepustakaan

5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas perkenanNya kami dapat
menyelesaikan Modul dan Log Book Praktikum Mata Kuliah Keperawatan Anak. Modul ini
dibuat agar mempermudah mahasiswa semester V Prodi D III Keperawatan dalam memahami
dan melaksanakan kegiatan praktikum pada mata kuliah keperawatan anak .

Modul dan Log Book Praktikum ini merupakan hasil karya dari dosen keperawatan anak
sebagai dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Terima kasih kami ucapkan atas semua dukungan yang telah
diberikan khususnya kepada Jajaran Manajemen Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Modul dan Log Book Praktikum ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran untuk
kesempurnaan modul dan log book praktikum ini sangat kami harapkan. Besar harapan kami,
agar modul dan log book praktikum ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan mahasiswa
Prodi D III Keperawatan khususnya.

Bekasi, September 2020

Penyusun

Dosen Keperawatan Anak

6
PENDAHULUAN

Proses Belajar Mengajar (PBM) pada Mata Kuliah Keperawatan Anak terdiri dari 4
SKS yang terdiri dari: 1 SKS Teori, 1 SKS Praktikum dan 2 SKS Klinik. Modul dan
log book praktikum ini digunakan saat mahasiswa melaksanakan proses
pembelajaran praktikum. Proses pembelajaran praktikum dengan menggunakan
pendekatan student center learning (SCL). Adapun metode SCL yang digunakan
adalah metoda: contextual instruction (CI), small group discussion (SGD), simulasi,
analisis video, dan ujian praktikum. Praktikum dilaksanakan secara daring.

Sasaran pembelajaran dari modul dan log book praktikum ini adalah mahasiswa
semester V Prodi D III Keperawatan. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan selama
1x170 menitx16 minggu. Waktu praktikum selama 5 hari dari hari Senin sampai
Jumat, dari jam 8.00 sampai jam 18.00 wib. Mahasiswa dibimbing oleh tim dosen
keperawatan anak.

Penilaian praktikum termasuk dalam kemampuan psikomotor (60%); nilai


praktikum dengan bobot 30% (meliputi asuhan keperawatan anak sehat; anak sakit
dan bayi risiko tinggi). Nilai praktikumnya terdiri dari: asuhan keperawatan pada
anak sehat= 25% meliputi: pengukuran antropometri, penilaian SIDTK (KPSP),
persiapan program bermain, persiapan pendidikan kesehatan pada anak/keluarga,
dan dokumentasi dalam log book praktikum, serta analisis video imunisasi (pilih
salah satu yang berbeda dalam kelompok tentang pemberian imunisasi wajib);
asuhan keperawatan pada anak sakit= 25% meliputi analisis video tentang praktik
ketrampilan khusus pada anak (pilih salah satu yang berbeda dalam kelompok:
inhalasi, perawatan kolostomi, tepid water sponge, pemasangan infus, pemberian
nutrisi melalui NGT, suctioning, pemberian obat parenteral) dan dokumentasi studi
kasus dalam logbook praktikum, serta menyelesaikan kasus MTBS dalam format
MTBS; asuhan keperawatan bayi risiko tinggi= 25% meliputi studi kasus dan
dokumentasi dalam log book praktikum, analisis video perawatan bayi risiko tinggi

7
dalam incubator. Melaksanakan ujian praktikum=25% tentang 1 prosedur yang
dilakukan pada phantom atau boneka dengan menggunakan alat yang ada di
rumah dan divideokan (pemilihan 1 prosedur berbeda antar mahasiswa dalam
kelompoknya). Prosedur yang dapat dipilih meliputi: pemberian imunisasi, inhalasi,
perawatan kolostomi, pemberian nutrisi melalui NGT, suction, pemberian obat
melalui parenteral, dan perawatan bayi dalam inkubator.

Kami berharap modul dan log book praktikum ini dapat digunakan saat
pelaksanaan praktikum mata kuliah keperawatan anak sehingga capaian
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan.

I. Asuhan Keperawatan pada Anak Sehat


A. Tujuan
Adapun tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan praktik asuhan keperawatan pada anak sehat dan sesuai kasus
yang ada.
B. Materi Pendukung
Materi pendukung yang harus dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa adalah
tentang:
1. Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat
ukur tertentu (seperti: timbangan dan pita pengukur/meteran) meliputi
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan
atas.
a. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting
karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok
umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan
yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Umumnya
berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari

8
kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan
pertama adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan kedua sekitar
500 – 600 gram/bulan, pada triwulan ketiga sekitar 350 – 450 gram/bulan
dan pada triwulan keempat sekitar 250 – 350 gram/bulan.

Berat badan pada anak juga dapat diperkirakan dengan menggunakan


rumus (Behram, 1992) yaitu:
 Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus:
1/2 x (usia dlm bulan + 9) kg
 Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus:
2 x (usia anak dlm tahun) + 8 kg
 Berat badan usia 6 – 12 tahun, menggunakan rumus:
1/2 x (7 x usia anak -5) kg
Rumus lain yang lebih sederhana untuk memperkirakan BB anak
berdasarkan usia n (dalam tahun) adalah: 2 (n+4) atau 2n+8.

b. Tinggi badan (Panjang badan)


Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan
panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah
sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25
cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan
berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5
cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi
badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan
pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi
badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.

Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan


berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu:
 Perkiraan panjang lahir: ±50 cm.
 Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1, 5 panjang badan lahir.

9
 Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir.
 Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1, 5 x panjang badan usia 1
tahun.
 Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir.
 Dewasa = 3, 5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

c. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif
konstan. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm.
Kemudian akan bertambah sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama
atau menjadi ± 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala
paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-
tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun,
setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ± 10 cm.

d. Lingkar Lengan Atas (Lila)


Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar
lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas
menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai
usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh
dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak
prasekolah.

e. Menentukan Status Gizi Anak


Setelah melakukan penimbangan berat badan dan mengukur
panjang/tinggi badan, tentukan status gizi anak dengan melihat Tabel
Berat Badan/Tinggi Badan menurut Direktorat Gizi Masyarakat, 2002.
(Tabel terlampir).
Adapun cara menggunakan tabel tersebut adalah:
 Lihat kolom tinggi badan yang sesuai dengan hasil pengukuran.

10
 Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (sebelah kiri) dan kolom berat
badan untuk perempuan sesuai jenis kelamin anak dan cari angka berat
badan yang terdekat dengan berat badan anak.
 Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui Standar Deviasinya.
Adapun interpretasinya adalah:
-Anak normal: -2 SD s.d 2 SD atau gizi baik.
-Anak kurus: < -2 SD s.d -3 SD atau gizi kurang.
-Anak kurus sekali: < -3 SD atau gizi buruk.
-Anak gemuk: > 2 SD atau gizi lebih

Apabila anak berusia 5 tahun dan memiliki tinggi badan lebih dari 115 cm,
maka pengukuran dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Adapun rumus IMT adalah:

IMT= Berat badan (kg)


Tinggi badan (m)x tinggi badan (m)

Kemudian tentukan status gizinya dengan menggunakan tabel Standar


IMT menurut umur (IMT/U) (Kemenkes RI, 2015). (Tabel terlampir).

2. Pemeriksaan Perkembangan Anak


Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan adalah hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya
(Kemenkes RI, 2014).

Deteksi dini perkembangan anak atau lebih dikenal dengan skrining


perkembangan adalah: kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan perkembangan pada anak (Kemenkes RI, 2014).

11
Cara melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
a. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
b. Jadwal skrining adalah usia 0,3,6,9,12,15,18,21,24 dan 30 bulan. Usia
36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.
c. Pelaksana skrining adalah: tenaga kesehatan, guru TK/PAUD yang
terlatih.
d. Alat bantu yang digunakan untuk skrining adalah: pinsil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah dan potongan biscuit. Adapun formulir KPSP
sesuai usia terlampir.
e. Cara melakukan skrining: tentukan usia anak dalam bulan. Lakukan
skrining perkembangan dengan menggunakan formulir KPSP. Lakukan
intervensi hasil KPSP.
 Interpretasi hasil KPSP
Jumlah jawaban Ya: 9 atau 10, perkembangan anak sesuai (S).
Jumlah jawaban Ya: 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
Jumlah jawaban Ya: 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P).
 Intervensi hasil KPSP
-Bila perkembangan anak sesuai: beri pujian kepada ibu, teruskan pola
asuh yang sudah dilakukan, lakukan stimulasi perkembangan anak,
lakukan penimbangan secara teratur, lakukan skrining secara teratur.
-Bila perkembangan anak meragukan: lakukan stimulasi
perkembangan perkembangan lebih sering, lakukan pemeriksaan
kesehatan, lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu lagi, jika hasil
KPSP ulang masih meragukan, kemungkinan ada penyimpangan.
-Bila perkembangan anak terjadinya penyimpangan: lakukan rujukan
ke PKM/RS.

12
Cara melakukan Tes Daya Dengar (TDD)
a. Tujuan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.
b. Jadwal TDD dilaksanakan tiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak lebih 12 bulan.
c. PelaksanaTDD adalah: tenaga kesehatan dan petugas yang terlatih.
d. Alat bantu yang digunakan untuk TDD adalah: alat/bahan yang
menimbulkan suara, buku/kertas, majalah bergambar, gambar binatang,
kubus, benda di sekitar. Adapun formulir TDD sesuai usia terlampir.
e. Cara melakukan TDD: tentukan usia anak. Lakukan TDD. Tentukan
interpretasi hasilnya.
 Interpretasi
Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
 Intervensi
Rujuk ke RS apabila tidak dapat ditanggulangi.

Cara melakukan Tes Daya Lihat (TDL)


a. Tujuan untuk mengetahui adanya gangguan penglihatan.
b. Jadwal TDL dilaksanakan tiap 6 bulan pada anak usia prasekolah usia 36-
72 bulan.
c. Pelaksana TDL adalah: tenaga kesehatan, guru TK/PAUD dan petugas
yang terlatih.
d. Alat bantu yang digunakan untuk TDL adalah: kursi untuk anak dan poster
“E”.
e. Cara melakukan TDL: pilih suatu ruangan yang bersih, tenang dan cukup
terang. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
dengan jarak 3 meter. Anak memegang kartu”E”. Saat pemeriksa
menunjuk pada poster “E” minta anak mencocokkan dengan kartu “E”
yang dipegang oleh anak. Lakukan pada mata kanan dengan menutup
mata kiri dan sebaliknya. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat
oleh mata kanan maupun mata kiri.

13
 Interpretasi
Bila kedua mata anak tidak dapat melihat pada baris ketiga poster,
kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan.
 Intervensi
Lakukan pemeriksaan ulang saat anak datang kembali, bila masih
ada gangguan penglihatan, lakukan rujukan ke RS.

3. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak


Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Kemenkes RI,
2016). Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

Stimulasi pada anak dilakukan oleh ayah, ibu, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan dasar anak yang dilakukan stimulasi terdiri dari:
a. Kemampuan gerak kasar.
b. Kemampuan gerak halus.
c. Kemampuan bicara dan bahasa.
d. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Prinsip dasar yang harus diperhatikan saat melakukan stimulasi adalah:


a. Dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak sambil bermain,
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada
hukuman.

14
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai usia anak,
terhadap ke-4 aspek kemampuan dasar anak.
f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Adapun panduan stimulasi terlampir.

Catatan: lampiran terkait skrining dan stimulasi pertumbuhan dan


perkembangan terdapat pada modul pembelajaran: “skrining pertumbuhan
dan perkembangan anak usia 0-6 tahun”.

4. Program Bermain pada Anak


Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain merupakan
media yang baik untuk belajar. Melalui bermain anak dapat berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan
dan mengenal waktu, jarak dan suara (Hockenberry & Wilson, 2017).

Fungsi bermain pada anak adalah untuk melatih perkembangan:


sensorimotor, intelektual, sosial dan moral, kreativitas, kesadaran diri dan
nilai terapeutik. Aktivitas bermain pada anak dipengaruhi oleh: tahap
perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin anak, lingkungan
yang mendukung, alat dan jenis permainan yang sesuai.

Bermain dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain secara


berkelompok disesuaikan dengan tahapan usia anak. Bermain dapat
dilaksanakan pada anak yang sakit. Adapun prinsip bermain pada anak yang
sakit dan atau di rawat di rumah sakit adalah: bermain tidak boleh
bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalankan, tidak

15
membutuhkan energi yang banyak, harus mempertimbangkan keamanan
anak dan melibatkan orang tua/keluarga (Hockenberry & Wilson, 2017).
Sebelum dilaksanakan program bermain dilakukan persiapan dengan
membuat Rancangan Program Bermain yang dikonsultasikan kepada
pembimbing.

5. Pendidikan Kesehatan untuk Keluarga dan Anak


Pendidikan kesehatan adalah: serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
agar tercipta perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai upaya agar dirinya sehat dan aktif membantu kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Upaya PHBS dilaksanakan dengan melibatkan
orang tua/keluarga (Kemenkes, 2011).

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah: mempengaruhi pengetahuan,


sikap dan perilaku yang terkait dengan hidup sehat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku kearah hidup
sehat. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan secara individu maupun
berkelompok. Media pendidikan kesehatan yang digunakan sesuai dengan
tujuan pendidikan kesehatan yang ingin dicapai. Sebelum pelaksanaan
pendidikan kesehatan dilakukan persiapan dengan membuat Satuan Acara
Pembelajaran (Pendidikan Kesehatan) yang dikonsultasikan kepada
pembimbing.

6. Pemberian Imunisasi Dasar


Imunisasi adalah: upaya yang dilakukan untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi
wajib di Indonesia adalah imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi
usia 0-12 bulan. Imunisasi dasar di Indonesia meliputi imunisasi: BCG, DPT

16
(Dipteri Pertusis Tatanus), polio, campak dan hepatitis. Pemberian imunisasi
dasar untuk mencegah penyakit: tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus,
poliomyelitis, campak dan hepatitis B.

Pemberian imunisasi dasar harus memperhatikan prinsip pemberian


imunisasi yaitu: benar pasien, benar vaksin, benar cara, benar dosis, benar
waktu, benar penyimpanan vaksin dan benar pendokumentasian.

C. Kasus Imunisasi
1. Kasus 1:
Bayi perempuan, berumur 4 hari lahir spontan di RS dipersiapkan untuk
pulang ke rumah pada hari ke-5 perawatan. Perawat memberitahukan kepada
ibu bayi tersebut bahwa bayinya akan diberikan imunisasi Hepatitis B-1 dan
Polio 0 sebelum pulang. Perawat menjelaskan tentang pemberian imunisasi
tersebut. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan
pemberian imunisasi. Perawat membuatkan status imunisasi serta kartu
imunisasi yang harus dibawa saat kunjungan berikutnya.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-1 dan Polio 0 dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (1 bulan berikutnya untuk
imunisasi Hepatitis B-2.

2. Kasus 2:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 1 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Hepatitis B-2 yang akan dilakukan.
Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan
pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-2 dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.

17
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 minggu berikutnya untuk
imunisasi BCG).

3. Kasus 3:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 1.5 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi BCG yang akan dilakukan. Ibu
menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi BCG dengan tepat.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 minggu berikutnya untuk
imunisasi Polio-1 dan DPT-1).

4. Kasus 4:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 2 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Polio-1 dan DPT-1 yang akan
dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan
dilakukan pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Polio-1 dan DPT-1.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 bulan berikutnya untuk
imunisasi Polio-2 dan DPT-2).

5. Kasus 5:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 4 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Polio-2 dan DPT-2 yang akan
dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan
dilakukan pemberian imunisasi.

18
a. Lakukan pemberian imunisasi Polio-2 dan DPT-2.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 bulan berikutnya untuk
imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan DPT-3).

6. Kasus 6:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 6 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan DPT-3
yang akan dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya
akan dilakukan pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Hepatitis B-3, Polio-3 dan
DPT-3.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (3 bulan berikutnya untuk
imunisasi Campak).

7. Kasus 7:
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 9 bulan ke Puskesmas untuk
imunisasi. Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat
menjelaskan tentang pemberian imunisasi Campak yang akan dilakukan. Ibu
menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Campak.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (9 bulan berikutnya untuk
imunisasi Polio-4 dan DPT-4).

D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta
laporan terlampir.

19
II. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
A. Tujuan
Adapun tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan praktik asuhan keperawatan pada anak sakit sesuai kasus yang
ada.
B. Materi pendukung yang harus dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa adalah
tentang:
1. Pemberian Cairan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkat usia seseorang. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh
dalam mengangkut zat makanan kedalam sel. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta
pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak
faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan, salah satunya karena
penyakit.

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui


sebuah jarum ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-
zat makanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakukan pada anak yang
memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran
cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.

Tujuan pemasangan infus (1). Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh


yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak
dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral; (2). Memperbaiki
keseimbangan asam basa; (3). Memperbaiki volume komponen-komponen
darah; (4). Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam

20
tubuh; (5). Memonitor tekan Vena Central (CVP); (6). Memberikan nutrisi pada
saat sistem pencernaan di istirahatkan.
Kebutuhan Cairan bayi dan anak, dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan cairan:
 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
 Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari
Contoh anak dengan BB 25 kg, kebutuhan cairannya adalah :
 10 x 100 cc = 1000 cc
 10 x 50 cc = 500 cc
 5 x 20 cc = 100 cc
Jumlah = 1600 cc

Bila menggunakan tetesan makro, maka konversi ke dalam tetesan makro:


1600 x 15 = 24000 = ≈17 tetes/menit (18 tts/mnt)
24 x 60 1440
Bila menggunakan tetesan mikro, maka konversi ke dalam tetesan mikro:
1600 x 15 x 4 = 96000 = ≈67 tetes/menit (68 tts/mnt)
24 x 60 1440
Catatan: 1 cc (ml) = 15 tetes makro
1 tetes makro = 4 tetes mikro

Prinsip pemasangan infus pada anak:


a. Vena anak sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan
atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk
kalau perlu).
b. Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindungan
agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus
dan bayi).
c. Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan
yang minimal, sehingga pergerakan anak tidak terganggu

21
Pengawasan (Monitoring)
a. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur berat
badannya, 6 –8 jam setelah pemberian cairan, dan kemudian sekali sehari.
b. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur kadar
elektrolit dan glukosa serum sebelum pemasangan infus, dan 24 jam
setelahnya.
c. Bagi anak yang tampak sakit, periksa kadar elektrolit dan glukosa 4 – 6 jam
setelah pemasangan, dan sekali sehari sesudahnya.

2. Pemberian Nutrisi melalui NGT


NGT adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang
plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Digunakan untuk
memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada bayi atau anak yang tidak mampu
untuk mengkonsumsi makanan, cairan dan obat-obatan secara oral. Digunakan
juga untuk mengeluarkan isi lambung. NGT ini digunakan hanya dalam waktu
yang singkat Ukuran NGT pada anak dibagi menjadi 2 kategori yaitu: anak-anak
ukurannya no 8-16, sementara bayi ukurannya no 5-7.

Indikasi pemasangan NGT diantaranya sebagai berikut:


a. Pasien tidak sadar (koma).
b. Pasien karena kesulitan menelan.
c. Pasien yang keracunan.
d. Pasien yang muntah darah.
e. Pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut.
f. Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap.

22
3. Pelaksanaan Postural Drainage
Postural drainage adalah pembersihan sekret jalan nafas segmen bronkus
dengan pengaruh gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya adalah
sekitar 1-1.5 jam sebelum makan dan sekitar 1 jam sebelum tidur malam.
Postural drainage dilakukan tiga sampai empat kali sehari dan lebih efektif jika
dilanjutkan dengan terapi pernapasan lainnya, seperti pengobatan bronkodilator
dan/atau nebulisasi.

Postural drainage merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam


berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan. Tindakan
postural drainage diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi.
Tujuan drainase postural adalah untuk mengeluarkan sekret pada jalan nafas
dan menurunkan akumulasi sekret pada pasien tidak sadar atau lemah.

Postural drainage tidak dilakukan (kontra indikasi) dalam kondisi:


a. Tekanan intrakranial > 20 mmHg.
b. Cedera kepala dan leher.
c. Perdarahan aktif dengan ketidakstabilan hemodinamik.

Latihan postural drainage dapat diarahkan pada semua segmen paru. Bronki
lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih
rendah, bronki lobus yang atas akan mengalir lebih efektif jika kepala tegak.
Sehingga pasien dibaringkan dalam lima posisi, satu posisi untuk mendrainase
setiap lobus; kepala lebih rendah, pronasi, lateral kanan dan kiri dan duduk
tegak. Berikut macam-macam posisi postural drainage:

23
4. Pelaksanaan Inhalasi
Inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
hirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu pada sebuah alat yang disebut
nebulizer, sehingga menjadi molekul-molekul lebih kecil berbentuk uap. Uap
itulah yang kemudian dihirup oleh anak, sehingga obat akan langsung masuk ke
saluran pernapasan, tanpa masuk ke peredaran darah sistemik. Dengan
demikian, efek samping bisa diminimalkan. Obat yang dimasukkan tergantung
penyakit anak. Apabila lendirnya kental, diberikan obat pengencer lendir
(expectorant) dan bila sesak, diberikan obat untuk melonggarkan saluran
pernapasannya (bronchodilator). Sedangkan jika saluran pernapasannya kering,
diberikan obat untuk melembabkan saluran tadi. Untuk mendapatkan manfaat
obat yang optimal, obat yang diberikan melalui inhalasi harus dapat mencapai

24
dalam saluran napas. Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol,
yaitu suspensi partikel dalam gas.

Berikut persiapan khusus sebelum melakukan inhalasi pada anak:


a. Kondisi perut tidak boleh penuh, artinya tidak sehabis makan, karena
ditakutkan ada efek muntah sehingga menghindari makanan masuk paru-
paru di saat muntah.
b. Selama inhalasi usahakan anak/bayi tidak sedang tidur (karena dalam
keadaan tidur nafasnya teratur dan pelan sekali sehingga obat yang akan
masuk kurang maksimal).
c. Dilakukan saat anak tenang, karena penguapan ini pada dasarnya hal yang
tidak disukai anak dan membuat anak menangis. Menangis itu wajar dan
biarkan selama tidak terlalu banyak berontak, karena dengan menangis anak
akan berusaha menarik nafas panjang dan dalam sehingga obat bisa masuk
ke paru-paru dengan lebih maksimal.
d. Setelah di uap baru di tepuk-tepuk pelan (fisioterapi dada, yaitu suatu teknik
untuk membantu pengeluaran lendir, misalnya clapping/tepukan daerah dada
dan punggung, vibrasi, dan postural drainage), olesi dadanya dengan balsam
yang aman untuk bayi dan anak.
e. Apabila dahak banyak sekali dan sudah berada di bagian atas paru-
paru/tenggorokan, biasanya selama di inhalasi akan muntah, tetapi bila
dahak yang menempel di paru itu lengket maka akan susah keluar, itulah
mengapa inhalasi itu tidak cukup sekali di lakukan.

5. Pelaksanaan Suction
Penghisapan lendir (suctioning) adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret
dari saluran nafas dengan menggunakan alat catheter suction yang dimasukkan
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau sampai trachea.
Penghisapan lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkannya

25
sendiri. Tujuan penghisapan lendir adalah untuk membersihkan lendir dari jalan
nafas, sehingga kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan dan meningkatkan
ventilasi serta oksigenasi.

Indikasi dilakukannya penghisapan lendir adalah adanya atau banyaknya sekret


yang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan hasil auskultasi ditemukan suara
crackels atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terdapat di
saluran napas atau rangkaian ventilator. Penghisapan lendir akan lebih tepat
pada pasien yang kurang responsive atau koma yang tidak mampu
mengeluarkan sekresi secara oral.

Ada beberapa jenis suction, yaitu oropharingeal suction, nasopharyngeal suction


dan endotracheal suction. Oropharingeal suction dan nasopharyngeal suction
adalah pengeluaran sekresi dari saluran pernapasan atas. Oropharingeal suction
dilakukan melalui mulut hingga kebagian belakang tenggorokan. Sedangkan
nasopharyngeal suction dilakukan dengan cara menginsersikan suction melalui
salah satu lubang hidung. Pada anak-anak umumnya dilakukan oral suction,
sebab lubang hidungnya terlalu kecil untuk dimasukan keteter suction.

6. Pemberian Oksigen
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi. Apabila kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang dan berlangsung lama, maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak yang dapat menyebabkan kematian. Sistem yang berperan
dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem pernafasan, sistem
persarafan dan kardiovaskuler. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah
utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti pada
seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi
kematian.

Tujuan pemberian oksigen adalah untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh


yang terganggu dan mencegah terjadinya hipoksia. Prosedur pemenuhan

26
kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanul dan masker:
a. Pemberian Oksigen melalui Nasal Kanul
Pemberian oksigen pada pasien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1- 5 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan
cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga atau dibawah dagu. Panjang selang yang
dimasukan ke dalam lubang di hidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanul merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
pasien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.

Indikasinya adalah pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat


bantu nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau
tidak sesak).
Prinsip pemberian oksigen melalui kanul adalah:
 Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau
rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit.
 Membutuhkan pernapasan hidung.
 Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

b. Pemberian Oksigen melalui Masker Oksigen


Pemberian oksigen kepada pasien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut pasien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah pasien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali.
Macam Bentuk Masker:

27
 Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
 Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantung reservoir, ditambah oksigen kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. Diberikan pada pasien dengan kadar
tekanan CO2 yang rendah.
 Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen
sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Diberikan pada pasien dengan kadar tekanan
CO2 yang tinggi.

7. Pelaksanaan Tepid Water Sponge


Tepid water sponge adalah mandi sebagai terapi pada anak yang demam
tinggi.Tujuannya meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui
penguapan. Konsep dasar dalam termoregulasi adalah adanya perubahan suhu
tubuh, dalam hal ini fokus pada kenaikan suhu tubuh yang mengakibatkan
pembuluh darah akan bervasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), inilah
mekanisme pertahanan tubuh kita. Pembuluh darah yang bervasodilatasi
mengakibatkan peningkatan aliran darah dari daerah inti menuju ke perifer, dan
akhirnya memaksimalkan proses penguapan keringat “evaporasi” serta
perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan melalui air jika dilakukan
pengompresan, biasa disebut dengan “konduksi”.

28
Tepid water sponge dilakukan pada permukaan tubuh yang memiliki pembuluh
darah yang besar karena mekanisme kerjanya adalah memperlebar pembuluh
darah, agar darah banyak yang mengalir ke permukaan sehingga cepat
menguap. Pembuluh darah yang besar banyak terdapat di bagian ketiak,
selangkangan dan leher. Disinilah daerah yang paling efektif untuk dilakukan
pengompresan. Selain lokasi, media yang kita gunakan harus tepat, gunakan air
dengan suhu dibawah suhu tubuh, maksimal 10°C di bawah suhu tubuh. jika
anak demam dengan suhu 39°C, maka dapat menggunakan air yang bersuhu 32
- 36°C. Rentang suhu air dan tubuh jangan terlalu jauh, perbedaan yang terlalu
jauh menyebabkan penurunan yang terlalu signifikan.

8. Perawatan Kolostomi
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat
bersifat sementara atau menetap selamanya.

Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat.
Kolostomi pada bayi dan anak umumnya tidak permanen, tindakan penutupan
kembali kolostomi akan dilakukan setelah kondisi penyakit sudah terkoreksi
dengan baik. Umumnya dilakukan pada bayi dengan atresia ani, hirschprung
maupun malformasi anorektum.

Beberapa komplikasi umum yang dapat terjadi adalah prolaps stoma, perforasi,
retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik
dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari
anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan
suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan pada kondisi
tersebut.

29
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke-3 sampai hari ke-6
pascaoperatif. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana
menerapkan drainase kantung kolostomi dan melaksanakan irigasi. Pasien
dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma,
dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Lubang kantung
harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Bila terjadi iritasi kulit ringan
memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan. Selain itu
juga perlu dilakukan irigasi, Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk
mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat
menjalankan aktivitas tanpa rasa takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi
stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan.

9. MTBS berbasis IT dan MTBS dengan menggunakan Buku Bagan MTBS


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah manajemen penyelesaian
masalah kesehatan yang terjadi pada balita. Didalamnya terdapat konsep-
konsep yang terkait dengan penyelesaian masalah kesehatan yang umum terjadi
pada balita. Mahasiswa mempelajari MTBS dengan menggunakan Buku Bagan
MTBS.

C. Kasus dan Tugas


Pelajari dan pilih kasus dibawah ini sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kelompokkan data menjadi data subjektif dan objektif. Tentukan diagnosa
keperawatan yang prioritas dan rencana keperawatannya. Lakukan tindakan
keperawatan sesuai perencanaan yang dibuat. Lakukan evaluasi dan dokumentasi
asuhan keperawatan dengan tepat. Selamat mengerjakan.
1. Kasus Gangguan Kebutuhan Cairan, Darah dan Elektrolit
a. Seorang bayi laki-laki berumur 6 bulan dirawat di RS dengan diagnose
Gastroenteritis dehidrasi ringan. Anak mengalami kekurangan cairan tubuh.
Saat ini anak akan mendapatkan terapi cairan infuse Ringer Laktat (RL) 20
tetes/menit mikro. Anak masih mau minum ASI dan minum air putih.

30
b. Seorang anak laki-laki berumur 5 tahun dirawat di RS dengan diagnose
Leukemia Limfoblatik Akut (LLA). Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb < 10 gr/dl, hematokrit rendah, leukosit > 10.000/UL,
trombosit < 130.000/UL. Anak direncanakan mendapatkan transfuse PRC I,
PRC II, PRC III dan rencana kemoterapi fase induksi.

2. Kasus Gangguan Nutrisi


a. Seorang perawat sedang merawat bayi perempuan berusia 12 bulan di RS.
Hasil pengkajian BB=4 kg, PB= 64 cm, turgor kulit tidak elastic, terdapat
hipotoni. Hasil laboratorium Hb=6,9 gr/dl, albumin 2.5 gr/dl. Pasien mendapat
diet pregistimil 8 x 100 cc= 800 kkal/NGT. Pasien didiagnosa gizi buruk.

b. Seorang perawat sedang merawat anak laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan di


RS. Hasil pengkajian BB=7 kg, PB= 82 cm, turgor kulit buruk, terdapat
hipotoni. Hasil laboratorium Hb=7 gr/dl, albumin 2 gr/dl. Pasien mendapat diet
pregistimil 8 x 125 cc= 1000 kkal/NGT. Pasien didiagnosa gizi buruk dan
HIV+.

3. Kasus Gangguan Oksigenasi


a. Seorang anak berusia 2 tahun dirawat di RS. Ibu mengatakan anaknya batuk
selama 2 minggu, demam naik turun dan sesak nafas. Data yang terkaji oleh
perawat adalah: anak batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Pasien lemah,
pernafasan cuping hidung, S=37.8 ◦C, Nadi=100 x/menit, RR=46 x/menit.
Auskultasi paru terdengar ronchi. Hasil rontgen thoraks: bronchopneumonia
dupleks. Leukosit 12.000/UL.
b. Seorang anak berusia 10 tahun dibawa ibunya ke poli anak. Ibu mengatakan
anaknya sesak nafas setelah berolah raga di sekolah. Data yang terkaji oleh
perawat adalah: anak sesak, batuk dan terdengar wheezing. Pasien lemah,
pernafasan cuping hidung. S=37 ◦C, Nadi=90 x/menit, RR=32 x/menit. Pasien
adalah penderita asma.

31
4. Kasus Gangguan Eliminasi
a. Seorang bayi laki-laki berumur 5 bulan mengalami perubahan eliminasi fekal
paska pembedahan kolostomi hari ke-3. Rencana bayi akan dipulangkan
pada hari ke-8. Ibu mengatakan tidak tahu cara merawat anak dirumah yang
b.a.b melalui kolostomi.
b. Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun dirawat di RS. Anak mengalami
“distensi blader” sehingga dilakukan kateterisasi urin di IGD. Pasien
mengalami infeksi saluran kemih.

5. Kasus MTBS
a. Bayi 0-2 bulan
Seorang bayi berusia 12 hari. Bayi saat ini sulit untuk menyusui. BBL= 3000 gr dan
PL= 50 cm. Bayi tampak kuning. Kesadaran kompos mentis. Ibu mengatakan tidak
mengetahui penyebab anaknya sulit menyusu.

b. Bayi/Anak 2 bulan-5 tahun


Seorang anak, berusia 4 tahun, BB= 12 kg dan TB= 101 cm. Suhu 37○C. Kesadaran
kompos mentis. Pasien batuk. RR 38 x/menit. Ibu mengatakan anaknya sakit pada
telinga kanan. Saat ini kunjungan pertama.

D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta laporan
terlampir.

III. Asuhan Keperawatan pada Bayi Risiko Tinggi


A. Tujuan
Adapun tujuan pembelajarannya adalah mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan praktik asuhan keperawatan pada anak sakit sesuai kasus yang
ada.
B. Materi pendukung yang harus dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa adalah
tentang: Askep pada bayi dengan risiko tinggi.

32
C. Kasus dan Tugas
Bayi Ny B, lahir dengan berat badan 1900 gram, PB 35 cm. Apgar score saat
dilahirkan pada menit pertama adalah 4 sementara 5 menit berikutnya 7. Dari
pemeriksaan fisik pada bayi didapatkan tangisan dan pergerakan bayi tampak
lemah. Pernafasan tidak teratur dan cenderung cepat. Bayi dilakukan perawatan di
ruang Perinatologi. Reflek hisap bayi sangat lemah, sehingga bayi mendapatkan
kebutuhan cairan melalui infuse (syringe pump). Dari pengkajian riwayat kesehatan
terhadap ibu, didapatkan data bahwa Ibu melahirkan secara section sesaria
dikarenakan kontraksi yang terus menerus dan hipertensi malignan. Usia gestasi
saat bayi dilahirkan adalah 34 minggu. Menurut ibu, selama kehamilan ia selalu
melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin dan telah mendapat injeksi TT
sebanyak 2x. Ibu mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan
darahnya selalu tinggi.

Beberapa saat setelah lahir bayi tampak kuning Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan : bilirubin direct: 14 mg/dl, billirubun indirect: 10, 01 mg/dl. Kadar
bilirubin total: 24, 01 gr%. Bayi mendapat terapi Questran dan akan dilakukan
fototerapi.

Pada hari ke-5 perawatan kondisi pasien semakin memburuk. Reflek hisap
melemah. Pernafasan cepat dan dangkal > 70x/menit, retraksi dada mulai terlihat
jelas. Bayi mengalami sianosis dan tangisan merintih (grunting). Untuk sementara
bayi dipuasakan, karena terlihat adanya distensi abdomen.

Buatlah asuhan keperawatan pada bayi sesuai kasus diatas!

Lakukan prosedur yang terkait dengan perawatan bayi risti diatas!

D. Format Pendukung
Adapun format prosedur dan penilaian, target pencapaian praktikum serta laporan
terlampir.

33
KEPUSTAKAAN

DepKes RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: DepKes RI.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2017. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing, 10th
ed. St. Louis: Elsevier.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2017. Study Guide: Wong’s Essentials of


Pediatric Nursing, 10th ed. St. Louis: Elsevier.

Kemenkes RI. 2014. Kurikulum Pendidikan D-III Keperawatan. Jakarta: Kemenkes


RI.

Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Revisi. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

Kosim, M.S., dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: IDAI.

Soedarmo, S.S., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., & Satari, H.I. 2012. Buku Ajar:
Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi kedua. Jakarta: IDAI.

WHO. 2009. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
WHO Indonesia.

Wilson, D., & Hockenberry, M.J. 2012. Wong’s Clinical Manual of Pediatric
Nursing, 8th ed. Mosby: Elsevier.

34
DAFTAR TARGET PENCAPAIAN
PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK

No. Target Tanggal Paraf Ket


Dosen
1. Melaksanakan pengukuran antropometri
2. Analisis video pemberian imunisasi dasar
3. Melaksanakan KPSP
4. Melaksanakan persiapan program bermain
5. Melaksanakan persiapan pendidikan
kesehatan
6. Studi kasus askep pada anak sakit
7. Mengisi format MTBS
8. Studi kasus askep pada bayi risti.
9. Ujian praktikum
10. Melengkapi log book praktikum

Bekasi,12 Oktober 2020


Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

35
TATA TERTIB

1. Berpakaian sopan dan rapi (sesuai ketentuan seragam program studi).


2. Setiap mahasiswa harus aktif dan partisipatif dalam praktikum.
3. Ada pemberitahuan jika tidak hadir dalam praktikum.
4. Tidak melakukan pembicaraan yang mengganggu selama praktikum.
5. Tidak mengaktifkan handphone pada saat praktikum.
6. Saling menghargai saat praktikum.
7. Tidak boleh ada plagiat dan bentuk-bentuk pelanggaran norma lainnya
8. Tidak melakukan aktifitas selain pembelajaran yang sedang berjalan.
9. Pengumpulan tugas tepat waktu.
10. Hadir tepat waktu secara daring.

Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib di atas tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.

36
TATA CARA PENGISIAN LOG BOOK

1. No diisi dengan urutan nomor kegiatan.


2. Hari/Tgl/Jam diisi dengan hari, tanggal dan jam kegiatan.
3. Kegiatan diisi dengan kegiatan yang dilakukan saat praktikum setiap harinya.
4. Hambatan diisi dengan kesulitan yang ditemui saat melaksanakan praktikum.
5. Masukan pembimbing diisi dengan masukan dari pembimbing terkait pelaksanaan
kegiatan praktikum dan penyelesaian masalah.

LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

37
No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan
Pembimbing

1. Senin,12/10/20 Penjelasan materi praktikum,


penjelasan stimulasi dan skrining
08.00-10.00 PJMK (bu santun)

Senin,12/10/20 Mempelajari RPS, Log book dan 2


pdf terkait stimulasi dan kpsp anak
10.00-12.00
usia 0-72 bulan
Senin,12/10/20
Presentasi kel.2 tentang Askep
13.00-14.00 pada Anak Atresia Ani

Senin,12/10/20 Penjelasan persiapan


perioperative, perawatan kolostomi
14.00-15.00 dan dokumentasi laporan (bu
Jathu)

Melakukan antropometri dan KPSP


Senin,12/10/20 kepada anak (klien)

15.00-15.30

Senin,12/10/20 Mengerjakan Askep anak sehat,


KPSP
15.30-17.30
Membuat SAP program bermain
Senin,12/10/20

17.30-18.00

Bekasi,12 Oktober 2020

38
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan


Pembimbing

2. Selasa,13/10/20 Presentasi kel. 4 mengenai


Askep pada Anak Sakit (Bu Evi)
08.00-11.30
Penjelasan mengenai MTBS
Selasa,13/10/20 dalam mendokumentaikan
pada format MTBS (bu Eviana)
11.30-13.00

Selasa,13/10/20 Mengerjakan Askep anak sakit


mencari video prosedur yang
13.00-15.00 relevan dengan askep tersebut
untuk dianalisis

Presentasi kel. 3 mengenai


Selasa,13/10/20 Diare (Bu Dita)

15.00-16.00

Menyelesaikan Askep Anak


Sakit dan mencari video
Selasa,13/10/20
prosedur yang relevan dengan
16.00-17.30 askep tersebut

Selasa,13/10/20 Mengerjakan SAP Penkes


untuk anak sakit
17.30-18.00

39
Bekasi,13 Oktober 2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan


Pembimbing

3. Rabu,14/10/20 Presentasi kel. 5 mengenai


Askep Pada Anak Thalasemia
08.00-10.00 (Bu Titi)
Rabu,14/10/20 Mengerjakan Askep Imunisasi
dan mencari video untuk
10.00-12,00
dianalisa

Rabu,14/10/20
Presentasi kel.1 mengenai
13.00-15.00 Askep pada Anak dengan
Bronchopneumonia (Bu Santun)
Rabu,14/10/20
Presentasi Kel.6 mengenai
15.00-16.00 Askep Pada Anak Gizi Buruk
(Bu Ratna)
Rabu,14/10/20
Mengerjakan Askep anak resiko
16.00-18.00
tinggi dan mencari video untuk
dianalisa

Bekasi, 14 Oktober 2020

40
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan


Pembimbing

1. Kamis,15/10/20 Menyelesaikan SAP bermain


pada anak sehat
08.00-09.45
Menyelesaikan SAP penkes
Kamis,15/10/20 anak sakit

09.45-12.00

Kamis,15/10/20 Mengerjakan format MTBS


pada kasus 1
13.00-14.00

Kamis,15/10/20 Mengerjakan format MTBS


pada kasus 2
14.00-15.00

Kamis,15/10/20
Mempelajari prosedur melalui
15.00-16.30 media video dan logbook

Kamis,15/10/20 Mempelajari dan berlatih dalam


melakukan prosedur tindakan
16.30-17.00 askep

41
Bekasi, 15 Oktober 2020
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LOG BOOK PRAKTIKUM

MK KEPERAWATAN ANAK

No. Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hambatan Masukan


Pembimbing

42
1. Jumat,16/10/20 Pengumpulan tugas praktik
kep.anak
08.00

Bekasi,15 Oktober 2020


Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing

………………………… …………………………..

Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LAPORAN PRAKTIKUM
MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

Kelompok :3 (tiga)

43
Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani

Hari/Tanggal Pelaksanaan : Rabu,14 Oktober 2020


Tempat : RS X

A. IDENTITAS
Nama Anak : An. F
TTL/Umur : Jakarta,4 Juli 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke…dari …saudara : Anak ke-3 dari 3 saudara
Nama Ibu : Ny. C
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : S-1
Alamat : Komplek dirgantara permai jalan iswahyudi raya Blok BF

No.29 RT 05/RW 09

B. HASIL PEMERIKSAAN
1. Pertumbuhan
BB : 17 kg
TB : 102 cm
Status Gizi :
a). Gizi baik : IMT : 16,3
b).Gizi kurang
c).Gizi buruk
d).Gizi lebih
Berdasarkan indeks panjang atau tinggi badan -2SD sampai dengan 2SD (normal)
menunjukkan bahwa gizi anak baik.

2. Perkembangan (KPSP)

44
45
Jumlah jawaban Ya (lampirkan format KPSP): 9
Interpretasi KPSP :
a). Sesuai b). Meragukan c). Menyimpang
Tindakan:
Dalam interpretasi kpsp, tindakan yang dilakukan anak sudah sesuai ini
berkat Support dari orangtua itu sangat bagus dan tepat dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam melatih anak dengan baik. Setelah itu, bisa mengatur
jadwal untuk selanjutnya.

Bekasi,12 Oktober 2020


Pembimbing Mahasiswa

……………………. …………………………
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

46
LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNISASI

Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani


Tingkat : III (tiga)
Tempat : RS X
Hari/Tanggal : Rabu,14 Oktober 2020
KASUS
Seorang ibu membawa bayinya yang berumur 2 bulan ke Puskesmas untuk imunisasi.
Berdasarkan kartu imunisasi yang dibawa oleh ibu, perawat menjelaskan tentang pemberian
imunisasi Polio-1 dan DPT-1 yang akan dilakukan. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila
bayinya akan dilakukan pemberian imunisasi.
a. Lakukan pemberian imunisasi Polio-1 dan DPT-1.
b. Lakukan pendokumentasian.
c. Ingatkan ibu untuk kunjungan berikutnya (2 bulan berikutnya untuk imunisasi Polio-
2 dan DPT-2).

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny.D
TTL/Umur : Bekasi,12 Agustus 2020
Jenis Kelamin :Perempuan
Tanggal Pengkajian : Selasa,13 Oktober 2020

B. DATA FOKUS

Data Subjektif :
1. Ibu menyatakan setuju dan bersedia apabila bayinya akan dilakukan pemberian
imunisasi.

Data Objektif :

1. Bayi berusia 2 bulan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kesiapan peningkatan pengetahuan

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Identifikasi kesiapan orang tua dalam menerima edukasi serta faktor yang
menghambat keberhasilan edukasi (mis. faktor budaya, hambatan bahasa, kurang
tertarik)
2. Identifikasi pemahaman tentang tujuan permberian vaksin
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya memberikan vaksin dan imunisasi
2. Jelaskan jenis imunisasi dasar yang direkomendasikan (mis. BCG, DPT, hepattis B,
polio, campak)

47
3. Jelaskan jenis imunisasi tambahan (mis. influenza, tifoid)
4. Jelaskan efek vaksin dalam meningkatkan imunitas
5. Jelaskan vaksin yang diperlukan jika terjadi insiden khusus (mis. kolera, rables)
6. Anjurkan mematuhi Jadwal pemberian vaksin pada anak

E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemberian imunisasi polio-1 dan DPT
2. Tujuan : mencegah bayi dari infeksi virus dan untuk ibu diharapkan paham dan
mengerti tentang pentingnya vaksin Polio-1 dan DPT-1
3. Persiapan alat :
a. Vaksin Polio-1
b. Vaksin DPT-1
c. Handscoon
d. Bengkok
e. Daftar/buku suntikan
f. Kapas alkohol
g. Baki beralas

4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Vaksin Polio-1
1) Cuci tangan
2) Melakukan pemeriksaan fisik
3) Melakukan pengecekan vaksin
4) Memasang pipet plastic pada flakon
5) Mengatur posisi bayi
6) Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi anak
sehingga mulut terbuka
7) Pegang bagian pinggir atas pipet dan ditekan kea rah mulut anak dengan
kemiringan 45°
8) Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes
9) Pasien dirapihkan
10) Alat-alat dibereskan
11) Mencuci tangan
12) Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali

b. Vaksin DPT-1
1) Cuci tangan
2) Melakukan pengecekan vaksin
3) Melepaskan bagian tengah tutup botol pada bagian logam
4) Menyiapkan vaksin agar masuk ke injeksi dengan baik
5) Mengatur posisi anak
6) Melepaskan baju anak
7) Vaksin disuntikan ke bagian paha
8) Tarik jarum suntik dengan lembut kemudian tekan dengan kapas alkohol
9) Rapihkan anak
10) Alat dibereskan
11) Mencuci tangan
12) Mendokumentasikan dalam catatan dan beritahukan jadwal kembali

48
Setelah vaksin poio-1 dan DPT-1 diberikan, ibu diberi edukasi mengenai efek
samping dari vaksin polio-1 dan DPT-1. Bila suhu tubuh anak diatas 37.5°C,
dianjurkan ibu untuk memberikan paracetamol sebagai penurun panas. Dan ibu
diberitahu bahwa 2 bulan mendatang (13 Desember 2020) akan dilakukan vaksin
Polio-2 dan DPT-2.

5. Hambatan yang ditemukan dan pemecahan masalah:


Bayi terus rewel dan menangis sehingga sedikit kesulitan saat melakukan injeksi
vaksin namun karena ibu bayi berada di sisi bayi dan dapat kooperatif membantu
perawat dalam melakukan tindakan imunisasi maka imunisasi dapat berjalan
dengan baik sesuai prosedur

6. Respon (data subjektif dan data objektif):


Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan sudah tenang saat anaknya sudah diberikan vaksin Polio-1
dan DPT1

Data Objektif :
1. Bayi menangis saat disuntik vaksin Polio-1 dan DPT-1,namun setelah itu
berhenti karena keberadaan ibu yang membuat bayi nyaman

Bekasi,13 Oktober 2020


Pembimbing Mahasiswa

…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

LAPORAN PRAKTIKUM

49
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT

Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani


Tingkat : V (lima)
Tempat : RS X
Hari/Tanggal : Selasa,13 Oktober 2020
KASUS
Seorang perawat sedang merawat bayi perempuan berusia 12 bulan di RS. Hasil
pengkajian BB=4 kg, PB= 64 cm, turgor kulit tidak elastic, terdapat hipotoni. Hasil
laboratorium Hb=6,9 gr/dl, albumin 2.5 gr/dl. Pasien mendapat diet pregistimil 8 x 100
cc= 800 kkal/NGT. Pasien didiagnosa gizi buruk.

A. IDENTITAS PASIEN
Nama :An. C
TTL/Umur :Jakarta,3 Oktober 2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : Selasa,13 Oktober 2020

B. DATA FOKUS

Data Subjektif : -

Data Objektif :
1. BB = 4 kg 5. Hb = 6,9 gr/dl
2. PB = 64 cm 6. Albumin = 2.5 gr/dl
3. turgor kulit tidak elastic 7. diet pregistimil 8 x 100 cc= 800 kkal/NGT
4. hipotoni

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan dibawah
batas normal

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Identifikasi indikasi pemasangan NGT
2. Monitor tanda bahaya pernapasan
Terapeutik
1. Letakkan perlak di dada
2. Tentukan panjang selang dengan mengukur dari ujung hidung ke telinga lalu
ke prosesus xiphoid
3. Tandai panjang selang
4. Petimbangkan penambahan 5 cm untuk memastikan masuk ke dalam
lambung
5. Periksa kepatenan lubang hidung
6. Lumasi ujung selang dengan gel
7. Pasang spuit dan aspirasi isi lambung lambung, jika isi lambung tidak keluar,
masukkan selang 2,5-5 cm dan coba aspirasl isi lambung kembali

50
8. Uji PH hasil aspirasi lambung
9. Masukkan udara 30 ml dan dengarkan bunyi udara dalam lambung dengan
stetoskop
10. Fiksasi selang nasogastrik ke hidung pasien dengan plaster hipoalergik
11. Posisikan semi-fowlér
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien dan keluarga
2. Infomasikan kemungkinan ketidaknyamanan pada hidung dan kemungkinan
muntah Anjurkan mengangkat kepala, pegang selang dengan ujung
mengarah ke bawah, dan masukkan perlahan ke dalam lubang hidung
3. Anjurkan menundukkan kepala saat selang mencapai nasofaring, putar
selang 180 derajat kearah lubang hidung yang berlawanan
4. Anjurkan menelan saat selang dimasukkan

E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemasangan NGT
2. Tujuan : Memasukan nutrisi atau obat lewat hidung pasien
3. Persiapan alat :
a. Selang NGT.
b. Spuit 50 cc.
c. Klem.
d. Bengkok.
e. Gel.
f. Stetoskop.
g. Sarung tangan.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Pen light

4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemasangan NGT pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi yang nyaman/ semi fowler sesuai indikasi.
d. Pakai sarung tangan
e. Buka set NGT
f. Ukur selang NGT yang akan dimasukkan (dahi-telinga-prosesus xipoideus)
dan tandai ukuran batas selang
g. Berikan gel pada ujung NGT yang akan dimasukkan sekitar 10 cm
h. Masukkan selang dengan pelan-pelan, jika sudah sampai epiglottis suruh
pasien untuk menelan (bila kooperatif) dan posisikan kepala pasien fleksi,
setelah sampai batas dicek apakah selang sudah benar-benar masuk
dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan
pasang lagi.
i. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar-benar masuk lambung atau
trakea dengan memasukkan udara sekitar 3-5 cc dengan spuit. Kemudian
dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara udara berarti sudah benar
masuk lambung. Kemudian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi
j. Lakukan fiksasi.

51
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan

5. Hambatan yang ditemukan dan pemecahan masalah:


1. Anak rewel karena pemasangan NGT
Pemecahan masalah
1. Ibu mendampingi anak selama pemasangan NGT sebagai support sistem
2. Atur posisi yang nyaman/ semi fowler saat pemasangan NGT

6. Respon (data subjektif dan data objektif):


Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan memahami setiap prosedur yang akan dilakukan kepada
anaknya agar sehat

Data Objektif :
1. Bayi menangis saat pemasangan namun ketika selesai tangisan berhenti.
2. Terpasang NGT

Bekasi, 13 Oktober 2020


Pembimbing Mahasiswa

…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadhani

LAPORAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RISIKO TINGGI

52
Nama Mahasiswa : Jihan Alifah Ramadani
Tingkat : III (tiga)
Tempat : RS X
Hari/Tanggal : Rabu,14 Oktober 2020
KASUS
Bayi Ny B, lahir dengan berat badan 1900 gram, PB 35 cm. Apgar score saat dilahirkan
pada menit pertama adalah 4 sementara 5 menit berikutnya 7. Dari pemeriksaan fisik pada
bayi didapatkan tangisan dan pergerakan bayi tampak lemah. Pernafasan tidak teratur dan
cenderung cepat. Bayi dilakukan perawatan di ruang Perinatologi. Reflek hisap bayi sangat
lemah, sehingga bayi mendapatkan kebutuhan cairan melalui infuse (syringe pump). Dari
pengkajian riwayat kesehatan terhadap ibu, didapatkan data bahwa Ibu melahirkan secara
section sesaria dikarenakan kontraksi yang terus menerus dan hipertensi malignan. Usia
gestasi saat bayi dilahirkan adalah 34 minggu. Menurut ibu, selama kehamilan ia selalu
melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin dan telah mendapat injeksi TT sebanyak 2x. Ibu
mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan darahnya selalu tinggi.
Beberapa saat setelah lahir bayi tampak kuning Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
bilirubin direct: 14 mg/dl, billirubun indirect: 10, 01 mg/dl. Kadar bilirubin total: 24, 01 gr%. Bayi
mendapat terapi Questran dan akan dilakukan fototerapi.
Pada hari ke-5 perawatan kondisi pasien semakin memburuk. Reflek hisap melemah.
Pernafasan cepat dan dangkal > 70x/menit, retraksi dada mulai terlihat jelas. Bayi mengalami
sianosis dan tangisan merintih (grunting). Untuk sementara bayi dipuasakan, karena terlihat
adanya distensi abdomen.

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny.B
TTL/Umur : 13 Oktober 2020
Jenis Kelamin :Perempuan
Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2020

B. DATA FOKUS

Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan memasuki usia gestasi 28 minggu, tekanan darahnya selalu
tinggi.

Data Objektif :
1. BB : 1900 gram
2. PB : 35cm
3. Bayi tampak lemah
4. Bayi tampak menangis
5. Partum 34 minggu
6. Pergerakan bayi tampak lemah
7. Pernapasa bati tidak teratur dan cenderung cepat
8. Refleks bayi sangat lemah
9. Bayi tampak menguning
10. Pemeriksaan laboratorium: bilirubin direct 14 mg/dl, bilirubin indirect:10,01 mg/dl,
kadar bilirubin total 24,01 gr%
11. Bayi mendapat terapi questran dan akan dilakukan fosioterapi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

53
1. Pola nafas tidak efektif b.d prematuritas

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
6. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan, Jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

E. PROSEDUR KEPERAWATAN
1. Jenis prosedur : Pemberian oksigen
2. Tujuan : agar pola napas bayi adekuat
3. Persiapan alat :
a. Set oksigen.
b. Kanul oksigen atau masker
c. oksigen.
d. Plester.
e. Gunting.
4. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemberian oksigen pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi semi fowler atau kepala lebih tinggi.
d. Sambungkan kanul oksigen atau masker ke sumber oksigen.
e. Cek adanya aliran oksigen.
f. Berikan oksigen kanul atau masker sesuai terapi.
g. Lakukan fiksasi.
h. Bereskan peralatan.
i. Cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan

5. Hambatan yang ditemukan dan pemecahan masalah:

1. Hambatan: saat ingin dipasang oksigen bayi menangis dan tampak lemah

Pemecahan masalah:
1. Memposisikan bayi senyaman mungkin

6. Respon (data subjektif dan data objektif):

54
Data Subjektif:
1. ibu mengatakan memahami setiap prosedur yang dianjurkan untuk anaknya

Objektif:
1. Bayi tampak tenang

Bekasi, 14 Oktober 2020


Pembimbing Mahasiswa

…………………. ……………………….
Ns. Dita Sulistyowati, M.Kep. Jihan Alifah Ramadani

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM


MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT

55
Kelompok :
Nama Mahasiswa :

Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Tempat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Pendekatan kepada anak dan orang
tua selama pelaksanaan.

2. Pemeriksaan pertumbuhan.

3. Pemeriksaan perkembangan.

4. Persiapan program bermain.

5. Persiapan pendidikan kesehatan.

6. Pendokumentasian.

Nilai akhir: ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM


IMUNISASI

56
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Identitas.

2. Data Fokus.

3. Diagnosa Keperawatan.

4. Perencanaan Keperawatan.

5. Prosedur Keperawatan:

a. Jenis prosedur.

b. Tujuan.

c. Alat-alat.

d. Langkah-langkah.

e. Hambatan dan penyelesaian.

f. Respon.

Nilai akhir: ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM


ANAK SAKIT

57
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Identitas.

2. Data Fokus.

3. Diagnosa Keperawatan.

4. Perencanaan Keperawatan.

5. Prosedur Keperawatan:

a. Jenis prosedur.

b. Tujuan.

c. Alat-alat.

d. Langkah-langkah.

e. Hambatan dan penyelesaian.

f. Respon.

Nilai akhir: ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM


BAYI RISIKO TINGGI

58
Nama Mahasiswa :
Tingkat :
Tempat :
Hari/Tanggal :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Identitas.

2. Data Fokus.

3. Diagnosa Keperawatan.

4. Perencanaan Keperawatan.

5. Prosedur Keperawatan:

a. Jenis prosedur.

b. Tujuan.

c. Alat-alat.

d. Langkah-langkah.

e. Hambatan dan penyelesaian.

f. Respon.

Nilai akhir: ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN SIKAP (PERILAKU) MAHASISWA


PROSES PEMBELAJARAN PRAKTIKUM

59
Kelas/Kelompok :
Nama Mahasiswa :

Nilai
NO ASPEK YANG DINILAI 4 3 2 1 KET
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Kejujuran ilmiah
2. Bertanggung jawab dan motivasi dengan baik
3. Bekerjasama dalam Tim/Kelompok dengan baik
4. Aktif, inovatif, kreatif saat diskusi kelompok
5. Menyampaikan ide dan gagasan dengan
komunikasi lisan dan tulisan dengan baik
6. Sikap sopan dan santun dalam kegiatan ilmiah
Jumlah

Nilai = Jumlah = ……………..


6

Bekasi, …………………………………
Pembimbing

……………………………..……………

60
RUBRIK PENILAIAN SIKAP/PRILAKU MAHASISWA

Bobot penilaian sikap/prilaku individu merupakan penilaian pada ranah sikap. Penilaian
didapatkan dari penyelesaian tugas-tugas yang diberikan pada perserta didik dan bagaimana
peserta didik aktif, inovatif serta bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugasnya, adapun
penilaian sikap bersifat individu mahasiswa.
Dibawah ini merupakan rubrik atau panduan dalam penilaian sikap/prilaku mahasiswa, sebagai
berikut:
Rubrik Penilaian Sikap/Prilaku Mahasiswa

No Aspek yang dinilai Nilai Deskripsi


1 Kejujuran ilmiah 4 Tidak mencontek hasil kerja orang lain/sumber lain (tidak
80-100 melakukan flagiat). Berdasarkan sumber yang jelas.
3 Tidak mencontek hasil kerja orang lain/sumber lain (tidak
68-79 melakukan flgiat), namun tidak sesuai tujuan belajar.
2 Ada kecenderungan memindahkan hasil kerja dari orang
56-67 lain, isi sesuai tujuan belajar.
1 Melakukan flagiat, hanya memindahkan hasil kerja dari
41-55 orang lain.

2 Bertanggung jawab 4 Mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab,


dan motivasi 80-100 perhatian terhadap tugas, menyelesaikan tugas sesuai isi
dengan baik tugas, terlihat keingintahuan sangat kuat.
3 Mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab,
68-79 perhatian terhadap tugas, menyelesaikan tugas kurang
sesuai isi, keingintahuan masih kurang.
2 Terlihat kurang termotivasi terhadap tugas, tugas selesai
56-67 tidak sesuai isi tugas.
1 Tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas, tidak
41-55 perhatian dan tidak respek terhadap tugas yang
diberikan.

3 Bekerjasama dalam 4 Mampu bekerjasama dalam kelompok diskusi, inisiatif


Tim/Kelompok 80-100 dan kreatif, mampu beradaptasi dalam kelompok.
dengan baik
3 Kurang berinisiatif dan kreatif dalam kerja kelompok,
68-79 cenderung mengabaikan teman dalam kelompok.
2 Egois, semua tugas kelompk dikerjakan sendiri tetapi
56-67 selesai dalam tugas.
1 Egois, selalu kerja sendiri, tidak respek dengan tugas dan
41-55 kerja kelompok.

4 Aktif, inovatif, 4 Aktif mengemukakan pendapat dan ide, kreatif dan


kreatif saat diskusi 80-100 inovatif dalam setiap kerja individu dan kelompok.
kelompok
3 Inovatif dan kreatif, ada ide dalam setiap diskusi tetapi
68-79 masih kurang menyampaikannya.
2 Kurang mempunyai ide dan inovasi dan kurang
56-67 menyampaikan dalam diskusi.

61
1 Sangat pasif, tidak ada ide dan tidak inovatif.
41-55

5 Menyampaikan ide 4 Dalam menyampaikan ide dan gagasan dengan


dan gagasan 80-100 bahasa/komunikasi yang baik, dan bertanggung jawab,
dengan komunikasi cara berdiskusi didasari oleh sumber yang memiliki
lisan dan tulisan alasan yang jelas.
dengan baik
3 Penyampaikan ide dan gagasan agak kasar, komunikasi
68-79 kurang jelas cara berdiskusi dengan alas an jelas.
2 Penyampaian ide kurang sesuai dengan alasan yng
56-67 disampaikan, cenderung ngotot dan kasar tanpa alasan.
1 Tidak bicara dan cenderung diam dan tidak pernah
41-55 menyampaikan ide/gagasan.

6 Sikap sopan dan 4 Selalu santun dan sopan dalam setiap diskusi,
santun dalam 80-100 menyampaikan ide/gagasan, bicara tidak kasar dan
kegiatan ilmiah memegang teguh adat kesopanan antar teman dan
dosen, saling menghargai.
3 Dalam kegiatan diskusi dan individu sedikit agak ceroboh
68-79 dan kurang sopan, tetapi masih saling menghargai teman
dan dosen.
2 Cenderung kasar tidak santun tetapi masih memiliki
56-67 penghargan terhadap orang lain.
1 Tidak sopan dan tidak santun dan tidak menghargai
41-55 terhadap teman, dosen dan orang disekitarnya.

Tim Penyusun Rubrik

FORMAT PENILAIAN

62
PROSEDUR PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji adanya gangguan/cacat fisik
bawaan yang mempengaruhi
keakuratan pengukuran
pertumbuhan.
b. Kaji usia anak.
c. Kaji pengukuran pertumbuhan
yang diperlukan.
d. Kaji riwayat keluarga yang
berhubungan dengan
pengukuran pertumbuhan (jika
diketahui).
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Timbangan berat badan yang
sesuai usia anak.
b. Pengukur tinggi badan atau
panjang badan.
c. Tabel TB/BB dan atau Buku
KIA/KMS.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Pada bayi dan toddler, teknik
distraksi diperlukan saat dilakukan
pengukuran. Pada toddler yang
kooperatif dan anak yang lebih
besar dapat dijelaskan prosedur,
peralatan, dan hasilnya.
c. Buka pakaian anak :
- Pada bayi : tanpa busana
- Pada anak : minimalkan pakaian
dan buka jaket, sepatu, topi, dll
d. Lakukan pengukuran panjang
badan/tinggi badan
1). Pengukuran panjang badan
bayi (< 2 tahun)
- Letakkan bayi pada posisi supine
diatas alat pengukur. Ijinkan orang
tua membantu memegang bagian
kepala bayi.
- Luruskan bagian kaki dan tumit
menghadap keatas. Membaca
hasil dengan jarak 0,3 cm

63
2). Pengukuran tinggi badan anak
- Mintalah anak berdiri tegak, kaki
menempel pada lantai.
Pandangan ke depan. Punggung,
bokong, dan tumit menempel pada
tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur
sampai menempel di kepala anak.
- Baca hasil pengukuran dengan
jarak 0,6 cm
e. Melakukan pengukuran berat
badan
1). Menggunakan timbangan bayi
- Letakkan timbangan pada meja
yang datar.
- Pastikan posisi jarum pada angka
0.
- Baringkan bayi atau dudukkan
bayi pada timbangan dengan hati-
hati.
- Lihat jarum timbangan sampai
berhenti dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan.
2). Menggunakan timbangan injak
- Letakkan timbangan di lantai yang
datar.
- Pastikan posisi jarum menunjuk
angka 0.
- Atur posisi anak berdiri diatas
timbangan tanpa dipegangi.
Lihat jarum timbangan sampai
berhenti dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum atau angka
timbangan
f. Melakukan pengukuran
lingkar kepala dan lingkar dada
- Letakkan meteran di sekitar kepala,
pada lingkar frontal dan oksipital,
melewati dahi, diatas alis, diatas
telinga, dan sekitar tonjolan
oksipital.
- Baca hasil pengukuran.
- Ukur lingkar dada pada garis
putting payudara diantara inspirasi
dan ekspirasi
g. Tuliskan hasil pengukuran
pada tabel/KMS/Buku KIA.
h. Interpretasikan hasil
pengukuran.
i. Bereskan peralatan.

64
j. Cuci tangan.
4. Evaluasi:
a. Hasil pengukuran pertumbuhan
pada tabel/KMS/Buku KIA ditulis
dengan tepat.
b. Analisa dan catat hasil
pengukuran pertumbuhan
(gizi baik, kurang, buruk);
atau
KMS : berat badan sesuai umur,
terdapat pada garis : merah,
kuning, hijau, kuning diatas hijau

Nilai : ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

65
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kondisi bayi / anak dikaji
dengan tepat, meliputi:
1). Umur.
2). Status kesehatan.
3). Status imunisasi
b. Ketersediaan vaksin yang
baik dan sesuai

2. Persiapan Orang Tua:


Komunikasikan pada orang tua
tentang:
a. Tujuan : tujuan imunisasi
yang akan dilakukan saat ini.
b. Reaksi yang mungkin timbul,
seperti:
1). Alergi.
2). Demam.
3). Bengkak.
4). Nyeri.
5). Diare.
c. Prosedur :
1). Cara pemberian.
2). Tempat penyuntikan.
3). Tindak lanjut setelah
pemberian imunisasi.
3. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Alat disiapkan lengkap: spuit dan
jarum sesuai kebutuhan, alkohol
swab, bengkok, sarung tangan
(bila perlu).
b. Vaksin dan pelarutnya.

4. Tindakan:
a. Pendekatan pada bayi/anak dan
orang tua / salam teurapetik.
b. Pelaksanaan prosedur imunisasi:
1). Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan.
2). Pasien diposisikan dengan
benar.

66
3). Tindakan dilakukan secara
Sistematis.
4). Tindakan pemberian
imunisasi dilakukan dengan
benar tentang imunisasi
dasar :
- BCG (0.05 cc/IC)
di lengan kanan.
- Polio ( 2 tetes/oral).
- Hepatitis B (0.5 cc/IM)
di paha kanan/kiri.
- DPT (0.5 cc/IM)
di paha kanan/kiri.
- Campak (0.5 cc/SC)
di lengan kiri.
c. Bereskan peralatan.
d. Cuci tangan.
5. Evaluasi:
a. Respons bayi/anak diamati :
1). Respon menelan vaksin polio.
2). Adanya gelembung / indurasi
pada kulit setelah suntikan
BCG.
3). Nyeri didaerah suntikan.
4). Menangis.
b. Informasi tentang kunjungan
selanjutnya disampaikan.
c. Informasi tentang penanganan
dirumah bila terjadi reaksi setelah
imunisasi diberikan.
d. Pencatatan pemberian imunisasi
dengan tepat tentang :
1). Cara pemberian imunisasi.
2). Waktu/tanggal.
3). Jenis vaksin.
4). Reaksi.

Nilai : ………………
Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

67
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR POSTURAL DRAINAGE

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. b. Kaji status pernafasan saat ini.
2.c. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Stetoskop
b. Bantal sesuai kebutuhan.
c. Air minum.
d. Tissue.
e. Bengkok.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan postural drainage
pada anak dan orang tua.
c. Lakukan postural drainage
sebelum 1 – 1, 5 jam sebelum
makan dan sekitar 1 jam sebelum
tidur malam.
d. Lakukan pengecekan segmen
paru dengan stetoskop
(mengetahui posisi sekret).
e. Lakukan pengaturan posisi untuk
mendukung anak dalam posisi
drainage.
f. Lakukan perkusi dengan ”cupping
hand” dan tepuk-tepuk pada
dinding dada (selama 1 menit).
g. Lakukan vibrasi dada saat anak
mengeluarkan napas (ulangi
vibrasi selama 2-3 menit).
h. Lakukan tindakan yang sama
untuk segmen paru yang lain.
i. Anjurkan anak untuk batuk efektif
selama dan sesudah posisi
drainage (bila anak kooperatif).

68
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
b. Evaluasi karakteristik sputum.
c. Evaluasi status pernafasan.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

69
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR INHALASI

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status pernafasan saat ini.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Kompressor (mesin nebulizer).
b. Mangkuk nebulizer (nebulizer
cup).
c. Obat inhalasi.
d. Bengkok.
e. Tisu.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan inhalasi kepada
anak dan keluarga.
c. Atur posisi kepala lebih tinggi atau
dipangku orang tua.
d. Tempatkan kompresor/mesin
nebulizer pada permukaan yang
datar. Colokkan ujung kabel dari
kompresor ke sumber listrik.
e. Ukur obat sesuai program.
Perhatikan dengan baik ketika
mengukur dosis obat,; setelah itu
tuangkan ke dalam mangkuk.
f. Pasang secara bersamaan
mangkuk obat dan masker.
g. Nyalakan mesin dan akan melihat
asap putih (seperti kabut) yang
muncul dari bagian belakang
mangkuk nebulizer.
h. Pasang masker dengan nyaman
pada wajah anak anda.
i. Ajarkan anak tarik napas dalam
secara perlahan.
Jika memungkinkan, tahan napas
antara 2-3 detik sebelum
menghembuskan nafas keluar
(bila anak koperatif). Hal ini
bertujuan supaya bahan aktif yang
terdapat dalam obat tersebut,

70
dapat bertahan di saluran
pernapasan.
j. Lanjutkan tindakan hingga obat
habis (kurang lebih 10 menit).
Nebulizer akan mengeluarkan
suara bising, dan pada mangkuk
akan terlihat obat dalam jumlah
sedikit.
k. Bereskan peralatan
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
b. Evaluasi status pernafasan.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

71
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PENGHISAPAN LENDIR (SUCTIONING)

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
g. a. Kaji umur, tingkat perkembangan
h. dan kemampuan kooperatif.
i. b. Kaji status pernafasan saat ini.
2.j. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Set suction.
b. Ukuran Selang suction sesuai
usia:
Bayi baru lahir : 5-6.5 F
6 bulan : 8 F
1 tahun : 8-10 F
2 tahun : 10 F
5 tahun : 12 F
> 10 tahun : 12-14 F
c. Sarung tangan tangan steril.
d. Tissue.
e. Air steril/normal salin dalam
tempatnya.
f. Bengkok.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan dilakukannya
suction kepada anak dan
keluarga.
c. Atur posisi: pada kondisi sadar
posisi setengah duduk atau kepala
lebih tinggi dan kondisi tidak sadar
posisi miring kepala ekstensi.
d. Hubungkan selang suction dengan
mesin dan meletakkan selang
suction dalam kantongnya yang
steril.
e. Pasang sarung tangan.
f. Basahi ujung selang suction
dengan normal salin steril.
g. Masukkan ujung selang suction ke
mulut atau hidung dengan tangan
kanan dan tangan kiri menutup
konektor.
h. Tarik selang suction sambil
diputar.Waktu pelaksanaan sekitar

72
3-4 detik.
j. Bila melakukan
orofaringeal/nasofaringeal suction:
memasukkan ujung selang suction
kedalam
orofaringeal/nasofaringeal (pada
bayi dan anak kecil sekitar 1-8 cm
dan anak lebih besar 8-12 cm).
k. Bilas ujung selang suction.
l. Biarkan anak bernafas dalam (bila
kooperatif).
m. Ulangi prosedur sesuai keperluan.
n. Selesaikan dulu bagian mulut baru
ke bagian hidung.
o. Bereskan peralatan.
p. Cuci tangan.
q. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/anak.
f. Evaluasi karakteristik sputum.
g. Evaluasi status pernapasan.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

73
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status pernafasan saat ini.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Set oksigen.
b. Kanul oksigen atau masker
oksigen.
c. Plester.
d. Gunting.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemberian
oksigen pada anak dan orang
tua.
c. Atur posisi semi fowler atau
kepala lebih tinggi.
d. Sambungkan kanul oksigen atau
masker ke sumber oksigen.
e. Cek adanya aliran oksigen.
f. Berikan oksigen kanul atau
masker sesuai terapi.
g. Lakukan fiksasi.
h. Bereskan peralatan.
i. Cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi kepatenan pemberian
oksigen.
b. Evaluasi respon bayi/anak.
c. Evaluasi status pernapasan.

Nilai : ……………… Bekasi, ……….


Pembimbing

…………………….

74
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status cairan saat ini.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Infus set.
b. Cairan infus.
c. Abocat sesuai usia.
d. Alkohol swab.
e. Transparant dressing/kassa.
f. Gunting.
g. Plester dan perban (bila perlu).
h.Bidai/spalk (bila perlu).
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemasangan
infus pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi yang nyaman.
d. Pasang set infus pada plabot
infus/cairan, pastikan selang terisi
cairan dan tidak ada gelembung
udara.
e. Lakukan alkohol swab pada vena
yang akan ditusuk.
f. Masukkan abocat pada vena
yang sesuai.
g. Sambungkan abocat dan selang
infus.
h. Lakukan fiksasi.
i. Berikan tetesan infus sesuai
kebutuhan.
j. Pasang bidai bila perlu.
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan.

4. Evaluasi:
a. Evaluasi kepatenan pemasangan
infus.
d. b. Evaluasi kepatenan tetesan infus.
e. c.Evaluasi respon bayi/anak.

75
Nilai : ………………

Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

76
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMASANGAN NGT

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
t. a. Kaji umur, tingkat perkembangan
u. dan kemampuan kooperatif.
v. Untuk Neonatus, pemasangan
w. dilakukan melalui oral (OGT)
b. Kaji status nutrisi saat ini.
2.y. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Selang NGT.
b.Spuit 50 cc.
c. Klem.
d. Bengkok.
e. Gel.
f. Stetoskop.
g. Sarung tangan.
h. Plester.
i.Gunting.
j.Pen light.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemasangan
NGT pada anak dan orang tua.
c. Atur posisi yang nyaman/ semi
fowler sesuai indikasi.
d. Pakai sarung tangan
e. Buka set NGT
f. Ukur selang NGT yang akan
dimasukkan (dahi-telinga-
prosesus xipoideus) dan tandai
ukuran batas selang
g. Berikan gel pada ujung NGT yang
akan dimasukkan sekitar 10 cm
h. Masukkan selang dengan pelan-
pelan, jika sudah sampai
epiglottis suruh pasien untuk
menelan (bila kooperatif) dan
posisikan kepala pasien fleksi,
setelah sampai batas dicek
apakah selang sudah benar-
benar masuk dengan pen light
jika ternyata masih di mulut tarik
kembali selang dan pasang lagi.

77
i. Jika sudah masuk cek lagi
apakah selang benar-benar
masuk lambung atau trakea
dengan memasukkan udara
sekitar 3-5 cc dengan spuit.
Kemudian dengarkan dengan
stetoskop, bila ada suara udara
berarti sudah benar masuk
lambung. Kemudian aspirasi
kembali udara yang di masukkan
tadi
j. Lakukan fiksasi.
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi kepatenan pemasangan
NGT.
b. Evaluasi respon bayi/anak.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

78
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI MELALUI NGT

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
z. a. Kaji umur, tingkat perkembangan
aa. dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status nutrisi saat ini.
2.bb. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Spuit 50 cc.
b. Klem.
c. Pengalas.
d. Bengkok.
e. Air putih dalam tempatnya.
f. Makanan cair.
3. Tindakan:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan tujuan pemberian
makan melalui NGT pada anak
dan orang tua.
c. Atur posisi yang nyaman/ semi
fowler sesuai indikasi.
d. Pasang pengalas di dada pasien
dan siapkan bengkok.
e. (Untuk pemberian makanan cair
melalui NGT yang berikutnya,
sebelum pemberian makan,
terlebih dahulu dilakukan
pengecekan kepatenan posisi
selang dengan memasukan
udara 3-5 cc dengan spuit.
Kemudian dengarkan dengan
stetoskop, bila ada suara angin
berarti posisi selang tepat berada
pada lambung.
Lakukan juga cek residu, untuk
mengetahui adakah masalah
dalam penyerapan makanan cair
yang sebelumnya. Dilakukan
dengan melakukan aspirasi
cairan lambung. Bila di dalam
lambung masih terdapat sekitar
30%-50% dari jumlah makanan
cair yang terakhir. Tunda dan
laporkan pada dokter. Bila

79
makanan tersisa dilambung
kurang dari 30%, kembalikan isi
lambung dan beri makanan cair
pada anak, lanjut ke point g).
f. Masukkan ujung spuit pada
selang NGT dan tetap klem NGT
supaya tidak kemasukan udara.
g. Masukkan makanan cair pada
spuit dan lepaskan klem, posisi
spuit harus diatas supaya
makanan cairnya bisa mengalir
masuk ke lambung.
h. Jangan mendorong makanan
dengan spuit karena bisa
menambah tekanan lambung,
biarkan makanan mengalir
mengikuti gaya gravitasi
i. Makanan yang di masukkan max
200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc
maka bisa dilakukan 4 kali .
j. Apabila akan memasukkan
makanan untuk yang kedua,
jangan lupa mencuci dulu spuit.
Jika sudah selesai aliri selang
NGT dengan air supaya sisa-sisa
makanan tidak mengendap di
selang karena bisa mengundang
bakteri.
k. Bereskan peralatan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasikan tindakan.
4. Evaluasi:
a. Mengevaluasi respon bayi/anak.
b. Mengevaluasi nutrisi yang
diberikan.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

80
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PERAWATAN KOLOSTOMI

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status integritas kulit (kondisi
ostomy) saat ini.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Trolly.
b. Sarung tangan steril dan non
steril.
c. Air dan sabun.
d. Washlap.
e. Tissue.
f. Bengkok.
g. Kantong colostomy.
h. Set ganti balutan.
i. NaCl 0,9 %.
3. Tindakan:
a. Siapkan anak dan keluarga untuk
prosedur.
b. Cuci tangan.
c. Buka set steril dan atur alat-alat
yang diperlukan.
d. Lepas kantong kolostomi dengan
menggunakan sarung tangan
non sterile dan buang ke tempat
khusus.
e. Lakukan pengkajian stoma dan
kulit disekitarnya, catat jumlah,
warna dan bau drain.
f. Ganti sarung tangan dengan yang
steril.
g. Bersihkan luka sekitar ostomy
dengan betadine/ normal saline
(jika luka operasi masih basah).
h. Bersihkan kulit dan stoma dengan
sabun dan air (jika luka operasi
sudah sembuh).
i. Pasang tissue diatas stoma untuk
mencegah kebocoran.
j. Keringkan kulit sekitar stoma.
k. Lakukan persiapan kulit.

81
l. Angkat tissue.
m. Pasang penghalang kulit (barrier).
Barrier harus 1/6 " sampai 1/8"
lebih besar dari stoma.
n. Pasang kantong kolostomi, jika
penghalang tersebut terpisah dari
kantong.
o. Kosongkan kantong kolostomi
ketika sudah terisi penuh
(sekitar2/3).
p. Membereskan peralatan.
q. Mencuci tangan.
r. Mendokumentasikan kondisi
stoma dan drainage.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/ anak.
i. Evaluasi status integritas kulit.

Nilai : ………………

Bekasi, ……….
Pembimbing

…………………….

82
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR TEPID WATER SPONGE

Nama Mahasiswa :
NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.


4 3 2 1
80-100 68-79 56-67 41-55
1. Persiapan Pasien:
a. Kaji umur, tingkat perkembangan
dan kemampuan kooperatif.
b. Kaji status termoregulasi.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Air hangat (sesuai suhu tubuh,
tidak dingin atau hangat saat
disentuh).
b. Wastafel atau bathtub (baskom).
c. Lima washlap atau handuk kecil.
d. Handuk kering atau selimut.
e. Termometer air.
f. Termometer suhu tubuh.
g. Pengalas/Perlak.
3. Tindakan:
a. Siapkan anak dan keluarga untuk
prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan .
c. Ukur suhu tubuh.
d. Buka pakaian anak
e. Mandikan anak di bak mandi atau
di lap di tempat tidur dengan
menggunakan baskom air.
f. Lembabkan/basahi washlap
dengan air dan letakkan di sekitar
tubuh bagian atas anak dan bahu.
g. Usapkan air hangat di sekujur
tubuh anak dan kaki anak. Jika air
mendingin hingga kurang dari
suhu tubuh normal, tambahkan air
sedikit lebih hangat.Biarkan air
mengering sendiri (tidak
dikeringkan dengan handuk)
h. Letakkan washlap lembab di
daerah dimana terdapat pembuluh
darah besar dangkal, seperti
daerah ketiak dan inguinal.
Secara berkala mengubah
washlap.
i. Lanjutkan tepid sponge selama 15
menit. Jika anak mulai menggigil,

83
hentikan prosedur.
j. Setelah mandi, keringkan anak
dan kenakan pakaian dalam dan
pakaian yang tipis.
k. Ukur suhu anak kembali setelah
menghentikan prosedur, 30 menit
kemudian dan setiap 2 jam.
l. Ulangi sponging setiap 2 jam jika
diperlukan
m. Beritahu dokter jika suhu anak
tidak merespon dalam waktu 1
jam.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi respon bayi/ anak.
b. Evaluasi status termoregulasi.

Nilai : ………………
Bekasi, …………..
Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN

84
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR

Nama Mahasiswa :

NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.

4 3 2 1

80-100 68-79 56-67 41-55

1. Persiapan Pasien:

a.Kaji berat badan bayi.


b. Kaji kondisi bayi.
2. Persiapan Alat dan Bahan:

a. Set alat/mesin incubator.


b. Set pemberian Oksigen (bila
diperlukan).
c. Set pemasangan NGT (bila
diperlukan).
d. Set pemesangan infuse (bila
diperlukan).
e. Kain segitiga untuk membuat
nesting
3. Tindakan:

a. Cuci tangan dengan benar.


b. Bersihkan inkubator.
c. Operasikan Inkubator sebelum
digunakan, dengan cara:
• Hubungkan
pesawat
dengan
sumber
tegangan.
• Ganti dan/atau
masukkan air
humidifier
sampai batas
yang telah
ditentukan.
• Hidupkan
pesawat
(lampu
indicator akan
menyala).
Biarkan

85
pesawat
beberapa saat
sampai suhu
stabil/hangat.
d. Tempatkan bayi dalam incubator.

e. Lepaskan pakaian bayi, kecuali

diapers (untuk memudahkan

pengamatan).

f. Atur suhu incubator sesuai berat


badan bayi

Berat 0-24 2-3 4-7 8


badan jam hari hari hari
lahir
(0C) (0C) (0C) (0C)

1500 34- 33- 33- 32-


36 35 34 33

1501 33- 33 32- 32


-2000 34 33

2001 33 32- 32 32
-2500 33

>2500 32- 32 31- 32


33 32

g. Gunakan nesting pada BBLR atau


bayi yang cenderung mengalami
hipotermia.

h. Gunakan tutup kepala/topi bayi.

i. Pemberian pengobatan melalui

infuse dan/atau Oral Gastric Tube


(OGT) bila indikasi.

Gunakan sarung tangan saat akan


melakukan pemasangan infuse
maupun NGT.

86
j. Amati pemberian oksigen (bila
pasien menggunakan).

k. Cuci tangan dengan benar.

4. Evaluasi:

m. a. Suhu bayi dalam keadaan stabil.


b. Tidak terjadi komplikasi selama
bayi dalam perawatan incubator.

Nilai : ………………

Bekasi, …………..

Pembimbing

…………………….

FORMAT PENILAIAN

PROSEDUR BAYI DENGAN FOTOTERAPI

87
Nama Mahasiswa :

NIM/Tingkat :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KET.

4 3 2 1

80-100 68-79 56-67 41-55

1. Persiapan Pasien:

cc. a. Kaji kondisi bayi, seperti adanya


dehidrasi, hipoksia, gangguan
metabolisme.
b. Kaji hasil kadar bilirubin bayi.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
a. Lampu terapi sinar (blue light).
b. Tempat tidur bayi (bisa juga
inkubator).
c. Penutup mata yang tidak tembus
sinar.
3. Tindakan:

a. Cuci tangan dengan benar.


b. Tempatkan bayi dengan jarak 45
cm dari sumber cahaya.
c. Lepaskan pakaian bayi, pastikan
bayi hanya menggunakan popok
atau diapers.
d. Area genital dan bokong harus
terlindungi dari cahaya foto terapi
(penggunaan diapers).
e. Mata harus tertutup dan pastikan
tidak menutupi hidung dan mulut.
f. Lakukan perubahan posisi bayi
setiap 4-6 jam (telentang, miring
kanan, miring kiri dan tengkurap).
g. Matikan lampu dan buka penutup
mata bayi setiap 8 jam atau sesuai
program medis (berdasarkan
tingkat keparahan kadar bilirubin).
Istirahatkan bayi dari foto terapi
hingga program selanjutnya dari
dokter.
h. Kaji adanya konjungtiva dan
perubahan/perkembangan kondisi
bayi saat lampu foto terapi
dimatikan atau bayi diistirahatkan
dari foto terapi.

88
Bila bayi menerima cairan per IV
atau makanan melalui NGT, jangan
pindahkan bayi dari sinar terapi
sinar.
i. Keluarkan bayi dari inkubator,
matikan lampu foto terapi dan buka
penutup mata bayi bila ibu ingin
memberikan ASI.
Bila bayi sedang menerima
oksigen, matikan sinar terapi sinar
sebentar untuk mengetahui apakah
bayi mengalami sianosis sentral
(lidah dan bibir biru).
i. Bicara dan berikan sentuhan ketika
memberikan perawatan pada bayi.
j. Cuci tangan dengan benar.
4. Evaluasi:

a. Kadar bilirubin menurun.


b. Tidak terjadi komplikasi selama
bayi mendapat terapi sinar/foto
terapi, seperti kemerahan pada
warna kulit, gangguan cairan
(dehidrasi) dan neurologis.

Nilai : ………………

Bekasi, …………..

Pembimbing

…………………….

RUBRIK PENILAIAN MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

Dibawah ini merupakan rubrik atau panduan dalam penilaian pada mata kuliah keperawatan
anak dengan menggunakan Scale Linked.

89
A. Pengetahuan

Nilai Deskripsi

4 Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan baik,


80-100 informasi yang diberikan tepat, argumentasi tepat, dan kalimat yang
dikemukakan tuntas dan jelas.
Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan baik,
informasi yang diberikan kurang tepat, argumentasi kurang tepat, dan kalimat
3 yang dikemukakan kurang tuntas dan kurang jelas.
68-79
Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan kurang
2 baik, informasi yang diberikan kurang tepat, argumentasi kurang tepat, dan
56-67 kalimat yang dikemukakan kurang tuntas dan kurang jelas.
Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan kurang
1 baik, informasi yang diberikan kurang tepat, tidak siap berargumentasi , dan
41-55 kalimat yang dikemukakan tidak tuntas dan tidak jelas.

B. Sikap

Nilai Deskripsi

4 Menunjukkan sikap sesuai indikator yang ditetapkan dengan baik,


80-100 bertanggung jawab, professional, dan tepat.
Menunjukkan sikap sesuai indikator yang ditetapkan dengan baik,
3 bertanggung jawab, professional, dan terkadang kurang tepat.
68-79
Menunjukkan sikap sesuai indikator yang ditetapkan dengan kurang baik,
2 bertanggung jawab, professional, dan terkadang tidak tepat
56-67
Menunjukkan sikap sesuai indikator yang ditetapkan dengan kurang baik,
1 kurang bertanggung jawab, tidak professional, dan tidak tepat.
41-55

C. Psikomotor

Deskripsi

Mengerjakan semua indikator yang dinilai dan mengerjakan tugas dengan


baik, informasi yang diberikan tepat/akurat dengan pemahaman yang utuh,
diuraikan dan dijawab dengan baik dan urut, singkat, langsung ke masalah
4 yang diminta. Dalam diskusi mampu mengemukakan pendapat secara
80-100 spontan tanpa diminta, pikiran jelas dan realistis, argumentasi tepat, kalimat
yang dikemukakan tidak bertele-tele dan tuntas, penguasaan materi tentang
tindakan keperawatan yang dilakukan sangat menguasai.
Mengerjakan semua indikator yang dinilai dan mengerjakan tugas dengan
baik, informasi yang diberikan kurang tepat/akurat dengan pemahaman

90
kurang utuh, diuraikan dan dijawab tidak dengan baik dan urut, tidak
3 langsung ke masalah yang diminta. Dalam diskusi kurang mampu
68-79 mengemukakan pendapat secara spontan, pikiran kurang jelas, argumentasi
kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-tele dan kurang tuntas,
penguasaan materi tentang tindakan keperawatan yang dilakukan kurang
menguasai.
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang
tidak tepat/akurat dengan pemahaman kurang utuh, diuraikan dan dijawab
kurang baik (kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Dalam
2 diskusi kurang mampu mengemukakan pendapat secara spontan, pikiran
56-67 kurang jelas, argumentasi kurang tepat, kalimat yang dikemukakan bertele-
tele dan kurang tuntas, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan
yang dilakukan kurang menguasai
Mengerjakan tugas kurang baik, informasi yang diberikan kurang dan kadang
tidak tepat/akurat dengan pemahaman tidak utuh, diuraikan dan dijawab
1 kurang baik (kurang urut), kurang langsung ke masalah yang diminta. Tidak
41-55 siap melakukan diskusi, penguasaan materi tentang tindakan keperawatan
yang dilakukan tidak dikuasai

Tim Pembuat Rubrik

91

Anda mungkin juga menyukai