Anda di halaman 1dari 31

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMKN 2 BINJAI


Program Studi Keahlian : Teknik Bangunan
Program Keahlian : Teknik Gambar Bangunan
Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan
Kelas/Semester : X (Genap)
Materi Pokok : Pekerjaan Konstruksi Baja
Pertemuan : 3 ( Pertemuan)
Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-
aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian
dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

No Aspek Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1 Afektif 1.1 Menambah keimanan 1.1.1 Mengubah prilaku menjadi


dengan menyadari pribadi yang lebih baik dengan
hubungan keteraturan dan menyadari kebesaran Tuhan.
kompleksitas alam
terhadap kebesaran Tuhan
yang menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran 1.2.1 Mengimani kebesaran Tuhan
Tuhan yang menciptakan dengan mensyukuri segala nikmat
dan mengatur kebutuhan yang diberikanNya seperti segala
manusia terhadap kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan yang berkaitan ilmu bangunan.
dengan ilmu bangunan

2.1 Menunjukkan perilaku 2.1.1 Berakhlak mulia seperti bersikap


ilmiah (memiliki rasa aktif, teliti, bertanggung jawab,
ingin tahu; objektif; jujur; dan kreatif dalam berdiskusi yang
teliti; cermat; tekun; hati- berkaitan dengan ilmu bangunan.
hati; bertanggung jawab; 2.1.2 Membentuk pendapat dalam
terbuka; kritis; kreatif; melakukan percobaan dan
inovatif dan peduli diskusi.
lingkungan) dalam 2.1.3 Mempertanyakan hal-hal yang
aktivitas sehari-hari belum dimengerti yang berkaitan
sebagai wujud dengan proses pembelajaran.
implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan
diskusi.

2.2 Menghargai kerja individu 2.2.1 Mendengarkan pendapat orang


dan kelompok dalam lain.
aktivitas sehari-hari 2.2.2 Membangun kerja sama yang
sebagai wujud baik antara individu maupun
implementasi kelompok dalam menyelesaikan
melaksanakan percobaan masalah yang diberikan.
dan melaporkan hasil
percobaan pada bidang
penyediaan kebutuhan
akan ilmu bangunan
sebagai cerminan
kehidupan dan pergaulan
di bermasyarakat.

2 Kognitif 3.10.1 Menjelaskan defenisi baja


3.8 Mengkategori macam-
macam pekerjaan sebagai bahan bangunan
konstruksi baja
3.10.2 Menguraikan karakteristik baja
3.10.3 Mengemukakan dasar-dasar
perencanaan konstruksi baja
3.10.4 Memerinci bentuk-bentuk baja
sebagai konstuksi bangunan
3.10.5 Mengklasifikasi ukuran-ukuran
baja sebagai konstruksi bangunan
3.10.6 Mengklasifikasi macam-macam
pekerjaan konstruksi baja
3.10.7 Memerinci macam-macam
sambungan baja
3.10.8 Menjelaskan struktur baja
komposit

3 Psikomotorik 4.8 Menalar pekerjaan 4.10.1 Menyesuaikan karakteristik baja


konstruksi baja dengan fungsi baja sebagai
konstruksi bangunan
4.10.2 Mengidentifikasi bentuk-bentuk
baja sebagai konstruksi bangunan
4.10.3 Mengidentifikasi ukuran-ukuran
baja sebagai konstruksi bangunan
4.10.4 Menjelaskan macam-macam
pekerjaan konstruksi baja
4.10.5 Mengidentifikasi macam-macam
sambungan baja

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah berakhirnya kegiatan belajar mengajar, diharapkan :
1. Siswa mampu mengubah perilaku menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Siswa mampu mengimani kebesaran Tuhan dengan mensyukuri segala nikmat
yang diberikanNya seperti segala kebutuhan yang berkaitan dengan ilmu
bangunan.
3. Siswa mampu berakhlak mulia seperti bersikap aktif, teliti, bertanggung jawab,
dan kreatif dalam berdiskusi yang berkaitan dengan ilmu bangunan.
4. Sisw mampu membentuk pendapat dalam melakukan percobaan dan diskusi
dengan sopan.
5. Siswa mampu mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti yang berkaitan
dengan proses pembelajaran.
6. Siswa mampu menjelaskan defenisi baja sebagai konstruksi bangunan
berdasarkan kehidupan sehari dengan benar 90 %
7. Siswa mampu menguraikan karakteristik baja dengan benar 90%
8. Siswa mampu mengemukakan dasar-dasar perencanaan konstruksi baja dengan
benar 90%
9. Siswa mampu memerinci bentuk-bentuk baja sebagai konstruksi bangunan
dengan benar 90%
10. Siswa mampu menyesuaikan karakteristik baja dnegan fungsi baja sebagai
konstruksi bangunan dengan benar 80 %
11. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk baja sebagai konstruksi bangunan
dengan benar 90%
12. Siswa mampu mengidentifikasi ukuran-ukuran baja sebagai konstruksi
bangunan dengan benar 90%

D. Materi Pembelajaran
1. Defenisi baja
2. Karakteristik baja
3. Dasar-dasar konstruksi baja
4. Bentuk-bentuk baja
5. Ukuran-ukuran baja

E. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran : Student Centred Learning

Model Pembelajaran : Blended learning

Metode Pembelajaran : Ceramah via google meet, Diskusi, quiz(google


form, quizz)

F. Alat dan Media Pembelajaran

Alat Pembelajaran : Laptop/ komputer, buku dan alat tulis dan handphone
Media Pembelajaran : Power Point , vidio pembelajaran,google meet, google
clasroom
G. Sumber Pembelajaran
1. E book, google slide, blog, youtube

H. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Guru Siswa Alokasi


Waktu

Pendahuluan  Membuka pelajaran  Siswa menjawab


dengan memberikan salam dan berdoa.
salam dan berdoa.
 Mengabsensi siswa.  Siswa
 Mengevaluasi mendengarkan
pertemuan sebelumnya. absensi, evaluasi
 Mengajukan pertanyaan dan penjelasan
tentang pemahaman guru.
siswa tentang pondasi
dan daya dukung tanah.  Siswa menjawab 20 Menit

 Memberikan gambaran pertanyaan guru


manfaat dari materi. tentang pekerjaan
 Menjelaskan proses konstruksi baja
belajar yang akan
dilaksanakan.
 Menanggapi situasi
kelas.
Inti Mengamati :
 Membaca bahan bacaan terkait karakteristik
bahan baja
 Melakukan observasi lapangan pekerjaan
konstrukai baja seperti jembatan, rangka baja
ringan, rumah/ruko yang menggunakan
struktur baja untuk kolom dan balok
 Melakukan pengamatan sambungan baja,
sambungan baut, sambungan las
Menanya :
 Mengkondisikan siswa untuk secara aktif
bertanya tentang topik yang berkaitan dengan
bahan bangunan baja
 Mengarahkan siswa agar berdiskus tentang
keunggulan dan kelemahan struktur baja
Mengeksplorasi :
 Melakukan pengumpulan data tentang
berbagai jenis pekerjaan baja
Mengasosiasi :
 Menganalisis perbedaan pekerjaan baja dan
beton
Mengkomunikasikan :
 Mempresentasikan hasil pengamatan tentang
pekerjaan konstruksi baja
Model Student Teams
Achievement Divisions .
(STAD)
 Guru memebentuk
kelompok yang  Siswa membentuk
beranggotakan 4-6 kelompok.
orang secara hetorogen
(menurut prestasi, jenis
50Menit
kelamin, suku dll)
 Guru menyajikan  Siswa menyimak
materi. penyajian guru.
 Siswa berdiskusi
 Guru memberikan tugas
mengerjakan tugas
kepada kelompok untuk
yang diberikan
dikerjakan oleh
guru.
anggota-anggota
 Anggota kelompok
kelompok.
yang sudah
mengerti, dapat
menjelaskan
kepada anggota
lainnya sampai
semua anggota
dalam kelompok itu
mengerti.
 Guru memberi kuis  Siswa menjawab
kepada seluruh siswa. kuis.
Pada saat menjawab
kuis, tidak boleh saling
membantu.

Penutup Guru bersama siswa baik  Siswa bersama


secara individual maupun guru melakukan
kelompok melakukan refleksi untuk
refleksi untuk mengevaluasi
mengevaluasi: seluruh rangkaian
 Seluruh rangkaian aktivitas
aktivitas pembelajaran pembelajaran dan
dan hasil-hasil yang hasil belajar.
diperoleh untuk  Siswa
selanjutnya secara mendengarkan.
bersama menemukan
manfaat langsung  Berdoa. 20 Menit
maupun tidak langsung  Tertib.
dari hasil pembelajaran
yang telah berlangsung.
 Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran.
 Melakukan kegiatan
tindak lanjut dalam
bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual
maupun kelompok
 Menginformasikan
rencana kegiatan
pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
 Guru menutup dengan
memberikan salam dan
berdoa.

I. Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur Penilaian:
Teknik
No Aspek yang dinilai Waktu Penilaian
Penilaian
1. Sikap Pengamatan Selama pembelajaran dan
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran saat diskusi
menginterpretasikan ilmu
konstruksi bangunan.
Teknik
No Aspek yang dinilai Waktu Penilaian
Penilaian
b. Bekerjasama dalam kegiatan
kelompok.
c. Toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda
dan kreatif.
2. Pengetahuan
a. Menjelaskan kembali materi Pengamatan Penyelesaian tugas individu
mengenai konstruksi baja dan tes dan kelompok
3. Keterampilan
a. Terampil dalam Pengamatan Penyelesaian tugas (baik
mempresentasikan hasil diskusi. individu maupun kelompok)
b. Terampil dalam memahami dan dan saat diskusi
menjawab semua pertanyaan
tentang konstruksi baja

J. Instrumen Penilaian Hasil belajar


K. Instrumen Penilaian

N Soal Kunci Jawaban Skor


o Maks
.
1. Jelaskan  Kelebihan dari baja terlihat dari kekuatan, 25
relatif ringan, kemudahan pemasangan, dan sifat baja
kelebihan
lainnya.
baja sebagai
material Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat
struktur ! mempunyai konsekuensi bahwa beban mati akan
kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang
panjang, bangunan tinggi, dan bangunan dengan
kondisi tanah yang buruk.

Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak
seperti halnya pada struktur beton bertulang.

Elastisitas
Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik
dibandingkan dengan material lain karena baja
mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan
yang cukup tinggi. Momen inersia untuk penampang
baja dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan
dengan penampang beton bertulang.

Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan
berumur sangat panjang, bahkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak
memerlukan perawatan pengecatan sama sekali.

Daktilitas
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk
menahan deformasi yang besar tanpa keruntuhan
terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji
terhadap tarik akan mengalami pengurangan luas
penampang dan akan terjadi perpanjangan sebelum
terjadi keruntuhan. Sebaliknya pada material keras
dan getas (brittle) akan hancur terhadap beban kejut.
SNI 03-1729-2002 mendefinisikan daktilitas sebagai
kemampuan struktur atau komponennya untuk
melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang
(siklis) di luar batas titik leleh pertama, sambil
mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya
dukung bebannya.
Beban normal yang bekerja pada suatu elemen
struktur akan mengakibatkan konsentrasi tegangan
yang tinggi pada beberapa titik. Sifat daktil baja
memungkinkan terjadinya leleh lokal pada titik-titik
tersebut sehingga dapat mencegah keruntuhan
prematur. Keuntungan lain dari material daktil adalah
jika elemen struktur baja mendapat beban cukup maka
akan terjadi defleksi yang cukup jelas sehingga dapat
digunakan sebagai tanda keruntuhan.

Liat (Toughness)
Baja strukur merupakan material yang liat artinya
memiliki kekuatan dan daktilitas. Suatu elemen baja
masih dapat terus memikul beban dengan deformasi
yang cukup besar. Ini merupakan sifat material yang
penting karena dengan sifat ini elemen baja bisa
menerima deformasi yang besar selama pabrikasi,
pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa menimbulkan
kehancuran. Dengan demikian pada baja struktur
dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut, geser,
dan dilubangi tanpa memperlihatkan kerusakan.
Kemampuan material untuk menyerap energi dalam
jumlah yang cukup besar disebut toughness.

Tambahan pada Struktur yang Telah Ada


Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan
struktur. Baik sebagian bentang baru maupun seluruh
sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah ada,
bahkan jembatan baja seringkali diperlebar.

Lain-lain
Kelebihan lain dari materia baja struktur adalah: (a)
kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku
keling maupun las, (b) cepat dalam pemasangan, (c)
dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan, (d)
kekuatan terhadap fatik, (e) kemungkinan untuk
penggunaan kembali setelah pembongkaran, (f) masih
bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai
elemen struktur, (g) adaptif terhadap prefabrikasi.
2. Jelaskan Secara umum baja mempunyai kekurangan seperti
dijelaskan pada paragraf dibawah ini.
kelemahan 20
baja sebagai Biaya Pemeliharaan
material Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi
jika dibiarkan terjadi kontak dengan udara dan air
struktur sehingga perlu dicat secara periodik.

Biaya Perlindungan Terhadap Kebakaran


Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi
kekuatannya menurun drastis jika terjadi kebakaran.
Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang
baik sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada
komponen lain. Akibatnya, portal dengan
kemungkinan kebakaran tinggi perlu diberi pelindung.
Ketahanan material baja terhadap api dipersyaratkan
dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.

Rentan Terhadap Buckling


Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar
pula bahaya terhadap buckling (tekuk). Sebagaimana
telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan
yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan
sebagai kolom seringkali tidak ekonomis karena
banyak material yang perlu digunakan untuk
memperkuat kolom terhadap buckling.

Fatik
Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban
siklis. Dalam perancangan perlu dilakukan
pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan
terjadi beban siklis.
Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan
daktilitasnya dan keruntuhan getas dapat terjadi pada
tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis
beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan
memperbesar kemungkinan keruntuhan getas (ini
yang terjadi pada kapal Titanic).

3. Jelaskan 1. W27 x 114 adalah penampang Wide-flange 20


profil-profil dengan tinggi penampang mendekati 27 in
dengan berat 114 lb/ft.
baja!
2. S12 x 35 adalah penampang Standar Amerika
dengan tinggi penampang mendekati 12 in dan
berat 35 lb/ft.
3. HP12 x 74 adalah profil untuk tiang pondasi
dengan tinggi profil mendekati 12 in dan berat
74 lb/ft. Profil ini dibuat dengan material yang
sama seperti profil W tetapi dengan web yang
lebih tebal dengan tujuan supaya lebih kuat
terhadap proses pemancangan.
4. M8 x 6,5 adalah profil dengan tinggi 8 in dan
berat 6,5 lb/ft. Berdasarkan dimensinya, profil
ini tidak dapat digolongkan dalam penampang
W, S, atau HP.
5. C10 x 30 adalah profil tipe kanal dengan
tinggi 10 in dan berat 30 lb/ft.
6. MC18 x 58 adalah sejenis kanal tetapi dari
dimensinya tidak dapat dikelompokkan
sebagai C.
7. L6 x 6 x ½ adalah siku sama kaki dengan
panjang kaki 6 in dan tebal ½ in.
8. WT18 x 140 adalah profil T yang didapat
dengan memotong separuh profil W36 x 240.
9. Penampang baja persegi dikelompokkan
menjadi pelat dan bar. Pada umumnya
penampang lebih besar dari 8 in. disebut pelat,
sedangkan yang lebih kecil dari 8 in disebut
tulangan/batang. Informasi detail dari
penampang ini diberikan dalam Part 1 dari
Manual LRFD. Pelat umumnya diberi notasi
berdasarkan tebal x lebar x panjang, misalnya:
PL ½ x 6 x 1 ft 4 in.
10. IWF 100x100x17,2 adalah profil wide-flange
dengan lebar flens 100 mm, tinggi profil 100
mm, dan berat per meter 17,2 kg.
4. Sebutkan dan 15
gambarkan
profil baja

5 Jelaskan Baja didefinisikan sebagai campuran besi dengan 20


sejumlah kecil karbon, biasanya kurang dari 1%, dan
dasar
juga elemen lain. Meskipun baja telah dibuat sejak
perkembanga lebih dari 3000 tahun yang lalu, tetapi tidak ada
metoda produksi yang ekonomis sampai dengan abad
n konstruksi
19.
baja ! Pada awal pembuatan baja, besi dipanaskan dengan
kontak langsung pada arang. Permukaan besi akan
menyerap karbon dari arang yang kemudian ditempa
pada saat besi panas. Pengulangan proses ini akan
membuat permukaan baja menjadi lebih keras.
Dengan cara ini dibuat pedang yang terkenal dari
Toledo dan Damascus.
Proses pembuatan baja dalam jumlah besar pertama
kali dibuat oleh Henry Bessemer dari Inggris dan
mendapatkan paten pada tahun 1855. Bessemer
berusaha mendapatkan paten dari Amerika Serikat
pada tahun 1856 tetapi ditolak karena terbukti bahwa
tujuh tahun sebelumnya William Kelly dari Eddyville,
Kentucky telah memproduksi baja dengan proses
yang sama seperti yang dilakukan oleh Bessemer.
Meskipun Kelly telah mendapatkan paten, untuk
proses pembuatan baja tersebut tetap digunakan nama
Bessemer.
Kelly dan Bessemer menemukan bahwa jika udara
ditiupkan melalui besi yang meleleh maka hampir
semua kontaminan dalam logam akan terbuang, tetapi
pada saat yang sama elemen yang dibutuhkan seperti
karbon dan mangan juga akan ikut terbuang. Akhirnya
ditemukan bahwa kebutuhan akan elemen tersebut
dapat dilakukan dengan menambahkan campuran
besi, karbon, dan mangan. Juga ditemukan bahwa
penambahan batu kapur (limestone) akan
menghilangkan pori dan sebagian besar sulfur. Proses
yang dikembangkan oleh Bessemer memotong biaya
produksi sebesar 80% dan sejak itu produksi baja
dilakukan dalam jumlah besar. Di Amerika Serikat
sampai dengan tahun 1890, proses pembuatan baja
masih menggunakan proses Bessemer.
Pada awal abad 20 metoda Bessemer digantikan
dengan metoda yang lebih baik yaitu proses open-
hearth dan proses dasar oksigen.

Keterangan :
 Penyekoran bersifat holistik dan komprehensif, tidak saja memberi skor untuk
jawaban akhir, tetapi juga proses pemecahan yang terutama meliputi
pemahaman, komunikasi matematis (ketepatan penggunaan simbol dan istilah),
penalaran (logis), serta ketepatan strategi memecahkan masalah.
 Peserta uji dinyatakan mencapai kompetensi jika mencapai nilai KKM 75.
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan


Kelas / Semester :X
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Waktu Pengamatan : Selama Pembelajaran

Indikator sikap Spiritual dalam pembelajaran :


1. Sangat baik jika menunjukkan sikap yang berperilaku syukur, berdoa sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran secara terus menerus dan
ajeg/konsisten
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap berperilaku syukur,
berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran tetapi belum
ajeg/konsisten
3. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak berperilaku syukur, berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran selama dalam proses
pembelajaran

Indikator sikap Jujur dalam pembelajaran :


1. Sangat baik jika menunjukkan sikap yang berintegritas dalam bertindak dan
berbicara secara terus menerus dan ajeg/konsisten
2. Baik jika menunjukkan sikap yang berintegritas dalam bertindak dan berbicara
tetapi belum ajeg/konsisten
3. Kuran baik jika menunjukkan sikap yang sama sekali tidak berintegritas dalam
bertindak dan berbicara selama proses pembelajaran

Indikator sikap Disiplin dalam pembelajaran :


1. Sangat baik jika menunjukkan sikap yang selalu tepat waktu, tidak melanggar
aturan, dan rapi dalam berpakaian secara terus menerus dan ajeg/konsisten
2. Baik jika menunjukkan sikap yang selalu tepat waktu, tidak melanggar aturan,
dan rapi dalam berpakaian tetapi belum ajeg/konsisten
3. Kurang baik jika menunjukkan sikap yang tidak selalu tepat waktu, melanggar
aturan, dan tidak rapi dalam berpakaian selama proses pembelajaran

Indikator sikap bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok :


1. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas
kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum ajeg/konsisten
3. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam kegiatan
kelompok

Indikator sikap percaya diri dalam pembelajaran :


1. Sangat baik jika menunjukkan sikap yang berani memberi pendapat secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap yang berani memberi
pendapat tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bersikap yang berani
memberi pendapat selama proses pembelajaran

Indikator sikap santun dalam pembelajaran :


1. Sangat baik jika menunjukkan sikap yang bertata krama dalam berbicara dan
bertindak secara terus menerus dan ajeg/konsisten.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap yang bertata krama
dalam berbicara dan bertindak tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bersikap yang bertata krama
dalam berbicara dan bertindak selama proses pembelajaran

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masih belum konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan
ajeg/konsisten.

Sikap
4.
Nilai
Percaya diri
Bertanggun

N Nama Peserta Didik Jumlah Ket


Akhir
g Jawab
Spritual

Disiplin

Santun
Jujur

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Keterangan Penskoran :
4 = apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
3 = apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspeksikap dan
kadang-kadang tidak sesuai aspek sikap
2 = apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap dan
sering tidak sesuai aspek sikap
1 = apabila tidak pernah konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap

jumlah skor yang diperoleh


Nilai Akhir ( NA )= x 100 %
jumlah aspek penilaian
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan


Kelas/Semester :X
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Waktu Pengamatan : Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok)

Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang


relevan yang berkaitan dengan Fungsi dan sifat gambar sebagai bahasa teknik

1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan
strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi batu dan beton.
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan
strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi batu dan beton..
3. Sangat terampil, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip
dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan pekerjaan
konstruksi batu dan beton.
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

Keterampilan
Menerapkan konsep/prinsip dan
No Nama Siswa
strategi pemecahan masalah
KT T ST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Keterangan:

KT : Kurang terampil

T : Terampil

ST : Sangat terampil

Medan, September
2016

OBET TARIGAN
NIM . 5193111014

Lampiran (Hand Out)


1.1 Kelebihan Baja sebagai Material Struktur
Jika kita menyimak bangunan sekitar kita baik berupa jembatan, gedung, pemancar,
papan iklan, dan lainnya akan sependapat bahwa baja merupakan material struktur yang
baik.
Kelebihan dari baja terlihat dari kekuatan, relatif ringan, kemudahan
pemasangan, dan sifat baja lainnya. Kelebihan material baja akan dibahas dalam
paragraf berikut.

Kekuatan Tinggi
Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi bahwa beban
mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang panjang, bangunan
tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.

Keseragaman
Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada struktur beton
bertulang.

Elastisitas
Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan material lain
karena baja mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan yang cukup tinggi.
Momen inersia untuk penampang baja dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan
dengan penampang beton bertulang.

Permanen
Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang, bahkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan perawatan
pengecatan sama sekali.

Daktilitas
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan deformasi yang besar
tanpa keruntuhan terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji terhadap tarik akan
mengalami pengurangan luas penampang dan akan terjadi perpanjangan sebelum terjadi
keruntuhan. Sebaliknya pada material keras dan getas (brittle) akan hancur terhadap
beban kejut. SNI 03-1729-2002 mendefinisikan daktilitas sebagai kemampuan struktur
atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang (siklis) di
luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya
dukung bebannya.
Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan mengakibatkan
konsentrasi tegangan yang tinggi pada beberapa titik. Sifat daktil baja memungkinkan
terjadinya leleh lokal pada titik-titik tersebut sehingga dapat mencegah keruntuhan
prematur. Keuntungan lain dari material daktil adalah jika elemen struktur baja
mendapat beban cukup maka akan terjadi defleksi yang cukup jelas sehingga dapat
digunakan sebagai tanda keruntuhan.
Liat (Toughness)
Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan daktilitas.
Suatu elemen baja masih dapat terus memikul beban dengan deformasi yang cukup
besar. Ini merupakan sifat material yang penting karena dengan sifat ini elemen baja
bisa menerima deformasi yang besar selama pabrikasi, pengangkutan, dan pelaksanaan
tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan demikian pada baja struktur dapat diberikan
lenturan, diberikan beban kejut, geser, dan dilubangi tanpa memperlihatkan kerusakan.
Kemampuan material untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup besar disebut
toughness.

Tambahan pada Struktur yang Telah Ada


Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian bentang baru
maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah ada, bahkan jembatan
baja seringkali diperlebar.

Lain-lain
Kelebihan lain dari materia baja struktur adalah: (a) kemudahan penyambungan baik
dengan baut, paku keling maupun las, (b) cepat dalam pemasangan, (c) dapat dibentuk
menjadi profil yang diinginkan, (d) kekuatan terhadap fatik, (e) kemungkinan untuk
penggunaan kembali setelah pembongkaran, (f) masih bernilai meskipun tidak
digunakan kembali sebagai elemen struktur, (g) adaptif terhadap prefabrikasi.

1.2 Kelemahan Baja sebagai Material Struktur


Secara umum baja mempunyai kekurangan seperti dijelaskan pada paragraf dibawah ini.

Biaya Pemeliharaan
Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika dibiarkan terjadi kontak
dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.

Biaya Perlindungan Terhadap Kebakaran


Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun drastis jika terjadi
kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik sehingga dapat
menjadi pemicu kebakaran pada komponen lain. Akibatnya, portal dengan kemungkinan
kebakaran tinggi perlu diberi pelindung. Ketahanan material baja terhadap api
dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.

Rentan Terhadap Buckling


Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap buckling
(tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan yang tinggi per
satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali tidak ekonomis karena banyak
material yang perlu digunakan untuk memperkuat kolom terhadap buckling.
Fatik
Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan perlu
dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi beban siklis.
Keruntuhan Getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas dapat
terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis beban fatik dan
temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan keruntuhan getas (ini
yang terjadi pada kapal Titanic).

1.3 Penggunaan Awal Besi dan Baja


Pertama kali manusia menggunakan logam adalah jenis campuran tembaga yang disebut
bronze yang kemudian berkembang dengan penggunaan material besi yang diberi
material tambahan sehingga menjadi material baja. Diseluruh dunia hingga saat ini, besi
dan baja merupakan logam yang paling banyak diproduksi yaitu hampir 95%.1)
Secara pasti tidak dapat ditentukan kapan manusia mulai menggunakan besi, tetapi alat
penggali dan gelang besi telah digunakan sekitar 5000 tahun lalu di Mesir. Besi semakin
banyak digunakan sekitar 1000 tahun sebelum masehi yang mempengaruhi peradaban
manusia dan juga bidang militer.
Baja didefinisikan sebagai campuran besi dengan sejumlah kecil karbon, biasanya
kurang dari 1%, dan juga elemen lain. Meskipun baja telah dibuat sejak lebih dari 3000
tahun yang lalu, tetapi tidak ada metoda produksi yang ekonomis sampai dengan abad
19.
Pada awal pembuatan baja, besi dipanaskan dengan kontak langsung pada arang.
Permukaan besi akan menyerap karbon dari arang yang kemudian ditempa pada saat
besi panas. Pengulangan proses ini akan membuat permukaan baja menjadi lebih keras.
Dengan cara ini dibuat pedang yang terkenal dari Toledo dan Damascus.
Proses pembuatan baja dalam jumlah besar pertama kali dibuat oleh Henry Bessemer
dari Inggris dan mendapatkan paten pada tahun 1855. Bessemer berusaha mendapatkan
paten dari Amerika Serikat pada tahun 1856 tetapi ditolak karena terbukti bahwa tujuh
tahun sebelumnya William Kelly dari Eddyville, Kentucky telah memproduksi baja
dengan proses yang sama seperti yang dilakukan oleh Bessemer. Meskipun Kelly telah
mendapatkan paten, untuk proses pembuatan baja tersebut tetap digunakan nama
Bessemer.
Kelly dan Bessemer menemukan bahwa jika udara ditiupkan melalui besi yang meleleh
maka hampir semua kontaminan dalam logam akan terbuang, tetapi pada saat yang
sama elemen yang dibutuhkan seperti karbon dan mangan juga akan ikut terbuang.
Akhirnya ditemukan bahwa kebutuhan akan elemen tersebut dapat dilakukan dengan
menambahkan campuran besi, karbon, dan mangan. Juga ditemukan bahwa
penambahan batu kapur (limestone) akan menghilangkan pori dan sebagian besar sulfur.
Proses yang dikembangkan oleh Bessemer memotong biaya produksi sebesar 80% dan
sejak itu produksi baja dilakukan dalam jumlah besar. Di Amerika Serikat sampai
dengan tahun 1890, proses pembuatan baja masih menggunakan proses Bessemer.
Pada awal abad 20 metoda Bessemer digantikan dengan metoda yang lebih baik yaitu
proses open-hearth dan proses dasar oksigen.
Sekarang ini di Amerika Serikat dan juga di Indonesia, hampir 80% produksi baja
struktur dibuat dengan melebur baja dari rongsokan mobil yang kemudian dicetak dan
dibentuk ulang.
Istilah cast iron diberikan untuk campuran dengan kadar karbon rendah, sedangkan
untuk kadar karbon tinggi dinamakan wrought iron. Baja mempunyai kadar karbon
diantara keduanya yaitu sekitar 0,15 s.d. 1,7%.
Pertama kali penggunaan logam untuk elemen struktur dengan dimensi tertentu adalah
pada tahun 1779 di Shropshire, Inggris (140 mil (225 km) arah utara-barat London) dan
digunakan untuk jembatan lengkung Coalbrookdale dengan bentang 100 ft (30 m) yang
melintas di atas sungai Severn. Jembatan ini (dan hingga sekarang masih berdiri)
dianggap sebagai titik balik sejarah bidang teknik karena merupakan pertama kalinya
menggunakan besi sebagai material struktur. Besi yang digunakan diperkirakan
mempunyai kekuatan empat kali dan tigapuluh kali lebih tinggi dari pada kayu.
Sebelum tahun 1840 lebih banyak digunakan cast iron dan setelah tahun tersebut
wrought iron mulai menggantikan peran. Pengembangan proses Bessemer dan
kelebihan dari proses open-hearth telah membuktikan bahwa baja memberikan harga
yang kompetitif sehingga produksi baja struktur pada 100 tahun terakhir sangat tinggi.

1.4 Profil Baja


Sejarah profil baja struktur tidak terlepas dari perkembangan rancangan struktur di
Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara lain. Bentuk profil yang pertama
kali dibuat di Amerika Serikat adalah besi siku pada tahun 1819. Baja I pertama kali
dibuat di AS pada tahun 1884 dan struktur rangka yang pertama (Home Insurance
Company Builing of Chicago) dibangun pada tahun yang sama. William LeBaron Jenny
adalah orang pertama yang merancang gedung pencakar langit dimana sebelumnya
gedung dibangun dengan dinding batu.
Untuk dinding luar dari gedung 10 lantai Jenny menggunakan kolom cast iron
dibungkus batu. Balok lantai 1 s.d. 6 terbuat dari wrought iron, dan untuk lantai
diatasnya digunakan balok baja struktur. Gedung yang seluruh rangkanya dibuat dari
baja struktur adalah Gedung Rand-McNally kedua di Chicago dan selesai dibangun
pada tahun 1890.
Menara Eiffel yang dibangun pada tahun 1889 dengan tinggi 985 ft dibuat dari wrought
iron dan dilengkapi dengan elevator mekanik. Penggabungan konsep mesin elevator dan
ide dari Jenny membuat perkembangan konstruksi gedung tinggi meningkat hingga
sekarang.
Sejak itu berbagai produsen baja membuat bentuk profil berikut katalog yang
menyediakan dimensi, berat dan properti penampang lainnya. Pada tahun 1896,
Association of American Steel Manufacturers (sekarang American Iron and Steel
Institute, AISI) membuat bentuk standar. Sekarang ini profil struktur baja telah
distandarisasi, meskipun dimensi eksaknya agak berbeda sedikit tergantung
produsennya.
Baja stuktur dapat dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran tanpa banyak merubah
sifat fisiknya. Pada umumnya yang diinginkan dari suatu elemen adalah momen inersia
yang besar selain luasnya. Termasuk didalamnya adalah bentuk I, T, dan C.
Pada umumnya profil baja dinamai berdasarkan bentuk penampangnya.
Misalnya siku, T, Z, dan pelat. Perlu kiranya dibedakan antara balok standar Amerika
(balok S) dan balok wide-flange (balok W atau IWF) karena keduanya mempunyai
bentuk I. Sisi dalam dan luar dari flens profil W hampir sejajar dengan kemiringan
maksimum 1:20.
Balok S adalah balok profil pertama yang diproduksi di AS, mempunyai kemiringan
flens sisi dalam 1:6. Perhatikan bahwa tebal flens profil W yang hampir konstan
dibandingkan profil S dapat mempermudah penyambungan. Sekarang ini produksi
wide-flange hampir 50% dari seluruh berat bentuk profil yang diproduksi di AS,
sedangkan di Indonesia hampir seluruh balok menggunakan profil W. Gambar 1.1
memperlihatkan profil W dan S serta profil lainnya. Bebarapa properti penampang yang
digunakan dalam buku ini mengacu pada Manual of Steel Construction Load &
Resistance Factor Design edisi kedua yang diterbitkan oleh American Institute of Steel
Construction (AISC), 1 Desember 1993. Manual terdiri dari Volume I (Structural
Members, Specifications Codes) dan Volume II (Connections). Selain itu, profil yang
digunakan dalam buku ini juga mengacu pada manual yang dikeluarkan oleh produsen
baja Indonesia.
Profil diberikan singkatan berdasarkan suatu system yang dijelaskan dalam buku ini
untuk digunakan dalam penggambaran, spesifikasi, dan desain. Sistem ini telah
distandarisasi sehingga semua produsen dapat mengacu pada sistem yang sama untuk
tujuan pemesanan, pembayaran, dll. Berikut ini adalah beberapa contoh sistem
singkatan dari profil baja yang digunakan dalam peraturan AISC LRFD-93. Kelebihan
dari sistem penamaan (kodifikasi) yang ada dalam AISC dirasakan lebih memudahkan
karena didasarkan pada berat baja persatuan panjang, selain juga didasarkan pada
dimensi tinggi profil. Oleh karenanya dalam buku ini juga akan digunakan sistem
pengkodean yang serupa.
1. W27 x 114 adalah penampang Wide-flange dengan tinggi penampang mendekati
27 in dengan berat 114 lb/ft.
2. S12 x 35 adalah penampang Standar Amerika dengan tinggi penampang
mendekati 12 in dan berat 35 lb/ft.
3. HP12 x 74 adalah profil untuk tiang pondasi dengan tinggi profil mendekati 12
in dan berat 74 lb/ft. Profil ini dibuat dengan material yang sama seperti profil
W tetapi dengan web yang lebih tebal dengan tujuan supaya lebih kuat terhadap
proses pemancangan.
4. M8 x 6,5 adalah profil dengan tinggi 8 in dan berat 6,5 lb/ft. Berdasarkan
dimensinya, profil ini tidak dapat digolongkan dalam penampang W, S, atau HP.
5. C10 x 30 adalah profil tipe kanal dengan tinggi 10 in dan berat 30 lb/ft.
6. MC18 x 58 adalah sejenis kanal tetapi dari dimensinya tidak dapat
dikelompokkan sebagai C.
7. L6 x 6 x ½ adalah siku sama kaki dengan panjang kaki 6 in dan tebal ½ in.
8. WT18 x 140 adalah profil T yang didapat dengan memotong separuh profil W36
x 240.
9. Penampang baja persegi dikelompokkan menjadi pelat dan bar. Pada umumnya
penampang lebih besar dari 8 in. disebut pelat, sedangkan yang lebih kecil dari 8
in disebut tulangan/batang. Informasi detail dari penampang ini diberikan dalam
Part 1 dari Manual LRFD. Pelat umumnya diberi notasi berdasarkan tebal x
lebar x panjang, misalnya: PL ½ x 6 x 1 ft 4 in.
10. IWF 100x100x17,2 adalah profil wide-flange dengan lebar flens 100 mm, tinggi
profil 100 mm, dan berat per meter 17,2 kg.

Data profil secara lengkap dapat dilihat dalam peraturan AISC LRFD. Dimensi
diberikan dalam bentuk desimal (diperlukan oleh perancang teknik) dan juga sampai
dengan 1/16 in (digunakan oleh juru gambar). Data lain yang diberikan dalam manual
AISC-LRFD adalah luas penampang, momen inersia, jari-jari girasi, dll.
Tentu saja dalam proses manufaktur baja akan terjadi variasi sehingga besaran
penampang yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan yang tersedia dalam tabel manual
tersebut. Untuk mengatasi variasi tersebut, toleransi maksimum telah ditentukan dalam
peraturan. Sebagai konsekuensi dari toleransi tersebut, perhitungan tegangan dapat
dilakukan berdasarkan properti penampang yang diberikan dalam tabel.
Dari tahun ke tahun terjadi perubahan dalam penampang baja. Hal ini
disebabkan tidak cukup banyaknya permintaan baja profil tertentu, atau sebagai akibat
dari perkembangan profil yang lebih efisien, dll.
fles

Web Slope 0-5%Slope 16 2/3 %

Siku sama kaki

W T Kanal

Anda mungkin juga menyukai