Penyelesaian:
1. Pilihlah komponen dapar yang memiliki pKa
mendekati pH spesifikasi larutan tersebut.
Komponen dapar asetat yaitu asam asetat
dengan pKa 4,76 memenuhi sehingga terpilih
untuk digunakan.
2. Hitung rasio konsentrasi garam dan
asamnya pada pH 5 tersebut.
pH = pKa + log [garam] / [asam]
5 = 4,76 + log [garam] / [asam]
[garam] / [asam] = 1.74
β = 2.3 C Ka[H3O+]
(Ka +[H3O+])2
Penyelesaian:
β max = 0.576 C
= 0,576 x 0,020
= 0.01152 = 0.01
# Dapar dalam sediaan suspensi berperan penting untuk
menjaga stabilitas sediaan.
# Reologi, viskositas dan spesifikasi suspensi yang lain
sangat dipengaruhi oleh pH sistem.
# Jika bahan aktif berupa grup asam atau basa terionkan;
perubahan pH dan dapar sangat penting dan
berpengaruh.
# Jika bahan aktif tidak bermuatan/molekul netral
contohnya golongan steroid, phenacetin, dapar tidak
terlalu jadi masalah tapi pengecekan pH harus selalu
dilakukan sebagai tolok ukur kontrol kualitas.
# Dapar tidak boleh mempengaruhi kelarutan dari bahan
aktif, misalnya kelarutan bahan aktif kemungkinan
menurun karena adanya dapar dari garam phosphat.
# Dapar harus kompatibel dengan bahan yang lain dan
tidak toksik.
# Sebagian besar sistem sediaan cair stabil pada
rentang pH 4-10.
# Komponen dapar yang banyak digunakan merupakan
garam dari asam lemah seperti karbonat, glukonat,
sitrat, phosphat dan tartrat. Yang umum untuk sediaan
suspensi adalah asam sitrat dan garamnya serta asam
phosphat dan garamnya yang banyak yaitu natrium
phosphat.
# Dapar asam sitrat dipilih jika sediaan suspensi yang
ingin distabilkan pada pH 3,5-5,0.
# Untuk suspensi parenteral, L-methionine merupakan
komponen dapar yang banyak digunakan.
1. Mencegah dekomposisi bahan aktif dengan adanya
perubahan pH
2. Mengontrol tonisitas (umumnya pada sediaan
parenteral)
3. Mempertahankan stabilitas fisik sediaan
4. Mempertahankan stabilitas fisiologis
Merupakan suatu nilai pH dimana molekul memiliki jumlah
muatan negatif yang sama dengan jumlah muatan positifnya,
atau dengan kata lain bermuatan netral atau tidak bermuatan.
Pada nilai pH yang lebih rendah dari titik isoelektriknya,
molekul memiliki muatan positif, dan pada nilai pH yang lebih
besar dari titik isoelektriknya, molekul akan bermuatan
negatif.
Angka pI dapat mempengaruhi kelarutan molekul pada pH
tertentu. Beberapa molekul memiliki kelarutan minimal dalam
air atau larutan garam pada pH yang berhubungan dengan pI
nya dan sering menyebabkan larutan presipitasi/mengendap.
Pada titik isoelektriknya, molekul amfoterik atau ion zwitter
memiliki muatan positif sama dengan muatan negatifnya atau
tidak bermuatan.
Muatan molekul dipengaruhi oleh pH lingkungannya dan
dapat menjadi lebih positif atau lebih negatif seiring dengan
penambahan atau pengurangan proton (H+).
Nilai titik isoelektrik memberikan pengaruh penting
pada sifat molekul tersebut yang dapat
dimanfaatkan pada proses pemurnian dan
pemisahan.
Contohnya Pada elektroforesis, jika pH larutan
penyangga (buffer) lebih besar daripada titik
isoelektriknya, maka molekul protein akan
bermigrasi menuju kutub positif. Sementara jika pH
buffer lebih rendah daripada titik isoelektriknya,
maka molekul protein akan bermigrasi menuju
kutub negatif. Dan jika pH buffer sama dengan titik
isoelektrik, maka protein akan diam di tempat atau
tidak bermigrasi sama sekali.
Muatan protein tergantung dari nilai pH dari
medianya.
Pada titik isoelektriknya, protein memperlihatkan
nilai repulsi elektrostatik (gaya tolak-menolak)
yang paling kecil, karena itu protein akan memiliki
kelarutan yang paling rendah dan akhirnya akan
mudah mengendap.
This occurs most is commonly in antacid
suspensions because the pH of antacid
suspension is 6-7 at which parabens,
benzoates and sorbates are less active.
Parabens are unstable at high pH value so
parabens are used effectively when pH is
below 8.2.
Most commonly observed
incompatibility of PABA (Para amino benzoic
acid) esters is with non-ionic surfactant,
such as polysorbate 80, where PABA is
adsorbed into the micelles of surfactant.
The combination of two or more preservative
has many advantages in pharmaceutical system
such as:
Wide spectrum of activity
Less toxicity
Less incidence of resistance
Preservatives can be used in low concentration.
The presence of micelles
If the preservative exhibits lipophilic properties
(e.g. the unionised form of acidic
preservatives, phenolics, parabens), then
partition of these species into the micelle may
occur, thereby decreasing the available
(effective) concentration of preservative in
solution.
The presence of hydrophilic polymers
It has been shown that the free concentration
of preservative in oral solution formulations is
reduced in the presence of hydrophilic
polymers, e.g. polyvinylpyrrolidone,
methylcellulose.
This is due to the ability of the preservative to
interact chemically with the dissolved polymer.
As described above, this problem is addressed
by increasing the concentration of preservative
in the formulation.
The presence of hydrophilic polymers…
In certain circumstances the preservative may
be incompatible with hydrophilic polymers in
the formulation due to an electrostatic
interaction.
Therefore, cationic hydrophilic polymers
should not be used in conjunction with acidic
preservatives in oral solution formulations.
The presence of hydrophilic polymers…
The common problem associated with plastic
container is permeation of preservatives
through container or adsorption of
preservatives to the internal plastic surface.
The use of cationic antimicrobial agents is
limited because as they contain positive charge
they alter surface charge of drug particles.
Secondly they are incompatible with many
adjuvants.
Most common incidents, which cause loss in
preservative action are:
Solubility in oil
Interaction with emulsifying agents,
suspending agents
Interaction with container
Volatility
• Sediaan GEL membutuhkan Pengawet untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme
karena :