Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

(INDEKS DIASTASE DALAM URIN)

NAMA : Harianto Tandiayu


NIM : N 101 21 113
KELOMPOK :9

BAGIAN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan …………...…………………………………………………………. 3

1.3 Prinsip Percobaan ………………………………………………………….. 3


3
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 4

BAB III METODE PENELITIAN ……..……………………………………………. 8

3.1 Waktu dan tempat..…………………………………………………………. 8

3.2 Alat dan bahan ……………………………………………………………… 8

3.3 Prosedur …………………………………………………………………….. 8

BAB IV HASIL PENGAMATAN……...……………………………………………. 10

BAB V PEMBAHASAN………..…….……………………………………………… 13

BAB VI PENUTUP …………….……..…..…………………………………………. 18

6.1 Kesimpulan ……..…….……………………………………………………. 18

6.2 Saran .….……………..…………………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA….………..…….……………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pati merupakan sumber padatan dengan molekul amilopektin yang
rapat dan berdaya serap air tinggi. Molekul penyusun pati adalah amilosa
dan amilopektin dengan perbandingan amilosa 25% dan amilopektin 75%.
(Krisnaningsih, 2020)
Pati (kanji, starch) adalah suatu homopolimer glukosa yang
membentuk rantai α-glukosida, yang disebut glukosan atau glukan. Pati
adalah sumber utama karbohidrat dalam makanan, yaitu sereal, kentang,
kacang- kacangan, dan sayuran lain. Dua konstituen utamanya adalah amilosa
yang memiliki struktur heliks tidak-bercabang, dan amilopektin yang terdiri
dari rantai-rantai bercabang yang dibentuk oleh 24-30 residu glukosa yang
disatukan oleh ikatan α1 → 4 di rantai dan oleh ikatan α1 →6 di titik
percabangan. (Rodwell, 2017)
Seberapa banyak pati dalam makanan dihidrolisis oleh amilase
ditentukan oleh strukturnya,derajat kristalisasi atau hidrasi (hasil proses
memasak), dan apakah pati terbungkus dalam dinding sel tumbuhan yang
utuh (dan tidak dapat dicerna) atau tidak. Indeks glikemik suatu makanan
yang mengandung pati adalah ukuran kemudahan makanan tersebut dicerna,
berdasarkan jumlah peningkatkan kadar glukosa darah akibat makanan
tersebut dibandingkan dengan glukosa atau makanan pembanding dalam
jumlah setara. (Rodwell, 2017)
Amilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan
glikosidik dalam molekul pati. Amilase digunakan industri makanan dan
minuman, tekstil, detergen, kertas, farmasi dan lain-lain. (Berlian, 2019).
α-Amilase (alpha-1,4glucan-4-glucanohydrolase) adalah katalisator
yang menghidrolisis alfa-1,4-glikosidik polisakarida pati menjadi
oligosakarida untuk kemudian dicerna lebih lanjut menghasilkan glukosa.
Agar dapat diserap oleh tubuh, pati akan dihidrolisis menjadi oligosakarida
sederhana. Jika terjadi aktivitas enzim α-amilase dan defisiensi insulin atau
resistensi terhadap insulin, tingkat glukosa darah akan terus meningkat
sehingga menyebabkan DM tipe 2 (Nursamsiar, 2020).
Enzim α-amilase pankreas manusia merupakan salah satu enzim
endoglikosidase yang berfungsi memotong ikatan α-1,4-glikosida pada pati
menghasilkan maltosa dan berbagai oligosakarida kecil (yang terikat α-1,4
dan α-1,6-glikosida) yang selanjutnya dipecah menjadi glukosa oleh enzim
α- glukosidase di dalam usus. Penggunaan inhibitor α-amilase dapat
membantu untuk mengurangi hiperglikemia postpradial dengan menghambat
sebagian hidrolisis enzimatik karbohidrat kompleks serta menunda
absorpsi glukosa di usus. (Garspersz, 2019)
Aktifitas enzim α-amilase dilihat dari nilai absorbansi sampel yang
menurun jika dibandingkan dengan absorbansi amilum saja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa enzim α-amilase mempunyai aktifitas, ditunjukkan
dengan adanya penurunan absorbansi. Penurunan absorbansi tersebut
dikarenakan adanya pemecahan amilum oleh enzim α-amilase menjadi
glukosa sehingga amilum yang terbaca pada serapan tersebut sedikit. (Isfa,
2019)
Hidrolisis tepung (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan pankreas,
yang mengkatalisis hidrolisis acak ikatan glikosida α (1 → 4) menghasilkan
dekstrin, kemudian campuran glukosa, maltosa, dan maltriosa serta dekstrin
bercabang kecil (dari titik-titik cabang di amilopektin) (Rodwell, 2017).
Pada pankreatitis akut, aktivitas plasma pada amilase meningkat,
meskipun dalam kasus-kasus ringan mungkin normal, karena amilase cukup
kecil untuk beberapa yang akan disaring di glomerulus dan diekskresikan
dalam urin. Ini bahwa pengukuran pada amilase urine juga berguna dalam
diagnosis dari kondisi ini. Tingkat lipase pankreas serum juga meningkat
pada pankreatitis akut dan dianggap menjadi lebih spesifik untuk pankreatitis
daripada amilase, yang juga disintesis di dalam kelenjar air liur. (Rodwell,
2017).
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui kadar atau aktivitas enzim diastase normal yang
terdapat dalam urin dengan menggunakan rumus:
Indeks Diastase = Volume Total : Volume
Urin

1.3. Prinsip Percobaan


Beberapa larutan yang mengandung volume pati larut yang sama,
tambahkan beberapa konsentrasi amilase, pada 37⁰C, 30 menit, amilaseakan
mendegradasi pati menjadi eritrodeksin. Konsentrasi amilase paling kecil
yang dapat mendegradasi pati menjadi eritrodeksin adalah indeks diastase.
Pada eksperimen ini kita menggunakan urin sebagai sumber amilase
(diastase).
1.4. Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui dan memahami kadar atau aktivitas enzim
diastasenormal yang terdapat dalam urin dengan menggunakan rumus:
Indeks Diastase = Volume Total : Volume
Urin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Urin adalah hasil sekresi dari ginjal dalam bentuk cairan yang disimpan di
dalam kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar 900 -
1500 mL/24 jam, dengan komposisi air sekitar 96% dan bahan yang terlarut
didalamnya seperti elektrolit dan sisa metabolisme. Pemeriksaan urin yang
dilakukan secara makroskopik merupakan pemeriksan yang lebih fokus pada indra
tubuh kita, sebab tidak memerlukan bahan dan persiapan yang lebih komplit dalam
pemeriksannya, melainkan lebih padatampilan visual urin tersebut. Warna kuning
pada urin disebabkan oleh urochrome yang sebanding dengan metabolisme tubuh
dan akan meningkatjika ada demam, kelaparan dan tirotoksikosis. Adapun juga,
pemeriksaan mikroskopis pada urin yang bertujuan untuk menentukan jumlah
eritrosit, leukosit, sel epitel, silinder, parasit, kristal, spermatozoa, dan bakteri
dalam urin. Eritrosit, leukosit dan epitel dapat dilaporkan sebagai jumlah ratarata
dalam pembacaan 10 - 15 lapang pandang besar/LPB (400x). Prinsip pemeriksaan
sedimen urin yaitu mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme didalam
tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama - sama
urine tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen - elemen tersebut
dapat dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan
endapan dilihat dibawah mikroskop (Suhartina, 2018).
Enzim diastase (Amilase) merupakan suatu bentuk enzim yang dapat
mengubah adanya karbohidrat yang kompleks (polisakarida) menjadi suatu jenis
karbohidrat yang sederhana (monosakarida) (Tauladi, 2019). Seperti sebelumnya
amilase adalah suatu bentuk enzim yang dimana dapat mengkatalisis hidrolisis yang
tadinya alpha-1,4-glikosisik polisakarida menjadi menghasilkan adanya dekstrin,
oligosakaridam maltosa, dan D-glukosa. Sementara itu kita dapat menemukan
amilase ini pada hewan, jamur, dan bisa saja dalam tanaman. Pada pancreatin dan
pancrelipase didalamnya itu mengandung amilase dan yang asalnya dari pankreas
dari suatu hewan, utamanya pada pankreas babi. Amilase pada jamur bisa kita
temukan pada jamur yang berjenis malt barley dan pada jamur yang berjenis
aspergillus oryzae (Ariandi, 2018).
Dalam pembagian tipenya, amilase amilase memiliki tipe yang berbeda-
beda dengan tergantung dari car memotong ikatan glysosidicnya. Pada alpha-
amilase itu menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik dengan cara acak yang
menghasilkan dekstrin, atau bisa oligosakarida, maupun bisa saja monosakarida.
Kemudian alpha-amilase merupakan suatu endo-amilase. Pada exoamilase,
exoamymales menghidrolisis suatu apha 1,4-glikosidik linkage dengan hanya
berupa dari nonpereduksinya pada ujung rantai dari polisakarida bagian luar.
Kemudian, selanjutnay exoamylase merupakan suatu bentuk dari beta-amilase serta
dari glucoamylases (atau gamma-amilase, amyloglu- considase) (Ariandi, 2018).
Enzim α-amilase memiliki mekanisme kerja yang terdiri dalam dua tahap.
Yang berupad pertama adalah degadasi amilosa yang jemudian menjadi maltosa
dan maltotriosa yang terjadi dengan cara yang acak. Dalam cara kerjannya itu
degadasi ini bekerja dengan sangat cepat dan dengan adanya penurunan vikositas
engan cara yang cepat. Kemudian pada tahap yang kedua terjadi suatu pembentukan
dari glukosa serta maltosa dengan sebagai suatu hasil serta dengan tidak acak.
Kedua-duannya merupakan suatu kerja darienzim α-amilase yang ada pada suatu
molekul amilosa. Sementara itu pada molekul amilopektin suatu kerja dari α-
amilase menghasilkan adanya glukosa, maltosa, serta adanya satu seri α-limit
dekstrin, maupun oligosakarida yang didalammnya diketahui terdapat empat atau
bisa saja lebih glukosa yang didalamnya terkandung ikatan α-1,6-glikosisdik
(Ariandi, 2018).
Enzim amilase memiliki yang namanya gugus karboksil beserta nitrogen
yang berada pada sisi aktifnya. Suatu substrat membentuk adanya kompleks
adsorbsi dengan adanya enzim pada posisi yang dimana ikatan glukosidiknya pada
posisi yang saling berhadapan dengan adanya gugus karboksil serta kelompok
imidazol. Suatu karboksil aninon akan menyerang suatu bagian nukleofil C (1)
yang berasal dari sunstrat dengan tujuan untukbisa membuat penetralan rantai
dari ion amidazol. Sementara itu pada saat reaksi deglukosilasi, suatu kelompok
imidazol menjadi dasar dari pemisahan suatu komponen air pada posisi C (1).
Adanya aktivitas enzim amilase ini kita bisa ukur dengan berdasarkan adanya
penurunan suatu kadar pati yang bisa larut atau bisa saja dalam jumlah gula
pereduksi yang bisa terbentuk (Ariandi, 2018).
Adanya suatu proses hidrolisis dari pati adalah suatu proses pemecahan
dari molekul amilum menjadi adanya komponen penyusun yang bis dibilang lebih
sederhana seperti halnya dekstrin, maltotriosa, maltose, dan glukosa.Pada proses
hidrolisis yang dilakukan secara enzimatis bisa saja dilakukan dengan cara yang
lebiih efektif jika kita bandingkan hidrolisisasam karena enzim akan
memutusadanya ikatan glikosidik yang secara spesifik, dengan tanpa adanya
pemisahan residu minimum dari kerusakan warna. Adanya proses ini terjadi akibat
3 tahap yaitu adanya gelatinisasi, likuifikasi, serta sakarisasi (Wahyuningsih, 2019).
Pada proses gelatinasi, proses gelatinasi ini merupakan suatu tahap dimana
tahap inisisai pada sebelum terjadi suatu liktiuifikasi dengan adanya pembengkakan
granula pati yang terjadi karena pemanasan yang bisa memutus ikatan hidrogen
antar molekul pada ikatan glikosidik dari pati. Kemudian pada proses ini, proses
gelatinasi ini memiliki peranan yang bisa dibilang penting dikarena proses ini bisa
menjadi suatu penentu dari suatu laju proses dari likuifikasi. Sementara itu pada
likuifikasi, proses likuifikasi ini merupakan suatu proses dimana inti dari hidrolisis
enzimatis ini, yang dikendalikan oleh enzim α-amilase yang dimana pada pati, pati
dihidrolisis menjadi suatu molekul-molekul yang visa kita bilang lebih sederhana
seprti halnya oligosakarida, maltosa, berserta dekstrin. Enzim alpha-amilase itu
memiliki peranan yang teramat penting dalam kita mentukan adanya cepat maupun
lambatnya suatu proses likuitifikasi, yang dengan cara memecah suatu ikatanα-
(1,4) glikosidik yang secara spesifik di bagian dalam suatu substrat serta dengan
menghasilkan gula reduksi beserta dekstrin yang ada dalam jumlah yang cukup
besar yakni encapai 95% (Wahyuningsih, 2019).
Suatu enzim α-amilase-pati itu bisa membentuk adanya suatu kompleksdi
dalam reaksi dari kesetimbangan yang mengalami suatu reaksi berkelanjutan
menjadi produk enzim yang murni dan oligosakarida denagn sifatnya yang
irreversible. Kemudian, setelah sisi aktif enzim telah terisi sepenuhnya, suatu
kecepatan reaksi dapat kita tentukan oleh adanya konsentrasi substrat dalam hal ini
yaitu pati (Wahyuningsih, 2019).
Adanya peningkatan jumlah amilase bisa saja disebabkan oleh adanya
gangguan-ganggua. Gangguan-ganguan yang terjadi seperti halnya terjadi perforasi
ulkus peptikulum, adanya obstruksi pada usus, adanya trauma, adanya penyakit
pankreatis dan lain sebagainya (Griffiths, 2019).
Suatu esterifikasi dari pati itu dapat mereduksi kemampuan dari enzim
alpha-amilase dalam mencerna pati yang terdegradasi menjadi suatu gllukosa juga
menurun. Di sisi yang lain, adanya suatu modifikasi ini juga dengan cara yang
signifikan bisa saja menurunkan adanya kadar dari gula postpradial yang bisa
merespon gula darah untuk menurun. Kemudian dalam proses pengelolaan dari
pangan bisa saja menjadikan terbentuknya pati yang resisten, sehingga akibatnya
terjadilah retrogradasi pada suatu pati. Hasil dari penelitian yang lain dapat
menunjukan bahwasuatu komposisi kimia yang utamanya terkandung serat pangan
dan pati resisten itu berpengaruh pada adanya viskositas danabsorpsi gula sehingga
dapat berpengaruh pada kecernaan dari pati dan memiliki potensi adanya penurunan
gula darah (Damat, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu : Senin, 22 Februari 2021/ 10.00 WITA- Selesai
3.1.2 Tempat : Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran,Universitas
Tadulako
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Pipet mikro
- Kapas
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Inkubator
3.2.2 Bahan
- Larutan pati 0,1% yang mengandung 0,5% NaCl
- Larutan iodin
3.3 Prosedur
- Semua pipet yang digunakan, harus dibungkus dengan kapas
- Sebanyak 10 tabung dipersiapkan dan diberi nomor dari 1 sampai10
- Urin diisi dengan volume berbeda-beda pada setiap tabung dan
ditambahkan air sampai volume akhir 1ml
- Tabung 1-5 diisi dengan urin yang didilusi (1:10), sedangkantabung 6-
10 diisi dengan urin tanpa dilusi
- Kemudian, dicampur secara merata dan diinkubasi di penangas air370C
selama 30 menit
- Lalu, didinginkan dalam air selama 5 menit untuk menghentikan reaksi
- Sebanyak 1 tetes larutan iodin ditambahkan pada setiap tabung,
dicampur, dan dilihat perubahan warnanya
- Ketika warna hilang, ditambahkan 1-2 tetes larutan iodin kembali
- Degradasi 2ml 0,1% pati larut dilakukan oleh tabung yang memberikan warna
merah muda (bukan biru atau ungu) yang mengandung cukup amilase untuk untuk
mengubah eritrodekstrin
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel Percobaan

No. Sampel Hasil Interpretasi Hasil Gambar


Pengamatan
1. Tabung 1 Warna larutan Negative
(Urin Encer bening mengandung
0,5ml + amilase
Aquades
0,5ml)

2. Tabung 2 Warna larutan Negative


(Urin Encer bening mengandung
0,6 ml + amilase
Aquades 0,4
ml)

3. Tabung 3 Warna larutan Negative


(Urin Encer bening mengandung
0,7ml + amilase
Aquades 0,3
ml)
4 Tabung 4 Warna larutan Negative
(Urin Encer bening mengandung
0,8 ml + amilase
Aquades
0,2ml)

5 Tabung 5 Warna larutan Negative


(Urin Encer bening mengandung
0,9 ml + amilase
Aquades
0,1ml)

6 Tabung 6 Warna larutan Negative


(Urin tanpa bening mengandung
pengenceran amilase
0,1 ml +
Aquades
0,9ml)

7 Tabung 7 Warna larutan Negative


(Urin tanpa bening mengandung
pengenceran amilase
0,2 ml +
Aquades
0,8ml)
8 Tabung 8 Warna larutan Negative
(Urin tanpa bening mengandung
pengenceran amilase
0,3 ml +
Aquades
0,7ml)

9 Tabung 9 Warna larutan Negative


(Urin tanpa bening mengandung
pengenceran amilase
0,4 ml +
Aquades
0,6ml)

10 Tabung 10 Warna larutan Negative


(Urin tanpa bening mengandung
pengenceran amilase
0,5 ml +
Aquades 0,5
ml)

4.2 Pengolahan Data


Berdasarkan hasil, tidak tejadi perubahan warna pada ke 10 tabung
dimana setelah penambahan beberapa tetes iodin ke dalam tabung reaksi,
larutan tetap berwarna bening. Karena di salah satu dari 10 tabung tidak
terjadi perubahan warna menjadi pink, maka tidak dapat dilakukan
perhitungan indeks diastase.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum saat ini yaitu praktikum indeks diastase dalam urin, kita
akan melakukan percobaan dengan melakukan pemeriksaan adanya kandungn
enzim amilase (diastase) yang terdapat pada urine. Selama praktikum kita akan
melakukan sesuai dengan prosedur kerja yang ada, yang memiliki tujuan untuk
mengetahui adanya kadar dari adanya enzim amilase yang terdapat pada sampe,
yaitu pada urin, yang dilakukan dengan menggunakan indeks diastase urin.
Sementara itu diastase merupakan suatu sekelompok enzim yang berguna dalam
mempercepat adanya proses dari penguraian pati yang kemudian menjadi maltosa.
Pada awalnya diastase ini ditemukan dengan menemukannya pada suatu larutan
malt. Kemudian pada saat ini diastase bisa kita temukan dalam bentuk seperti alpha,
beta, maupun gama amilase yang semuanya adalah dalam bentuk hidrolase, dan
kemudian memutuskan ikatan karbohidrat alpha, beta, gamma dengan kita dapat
manfaatkan sifat tersebut kita akan bisa mengetahui sekaligus menentukan suatu
kandungan diastase pada seseorang.
Pada awalnya yang kita kethui bahwa saat makanan masuk kedalam tubuh
kita melalui mulut, kita akan mengetahui di mulut kita terdapat pemecahan
makanan dalam bentuk polisakarida. Pada tempat dari alpha amilase air liur kita
dapat menghidrolisis dengan beberapa dari suatu ikatan seperti alpha-1 sanpai
dengan 4 glikosida. Kemudaian terjadi adanya pemecahan yang jauh lebih sedikit
dari karbohidrat pada usus kecil, daripada saat dimulut. Pada usus kecil amilase
pancreas bertindak mengkatalisis reaksi dari hidrolisis polisakarida yang berikatan
dengan alpha-1 menjadi 4 utamanya menjadi suatu glukosa dan maltosa. Kemudian
jika terjadi adanya percabangan mislakan seperti yang ada pada amilopeptin atau
glikogen maka kemudian akan menghasilkan adanya isomaltosa suatu disakarida
yang akan berikatan dengan alpha-1 dengan menjadi 6. Selain adanya disakarida
yang kemudian ditimbulkan oleh suatu reaksi dari alpha amilase, kemudian
makanan disakarida lain yang di dalamnya terdpat laktosa dan sukrosa. Hal-hal
tersebut merupakan cara kerja enzim amilase yang kemudian akan menghasilkan
glukosa, maltosa, maupun isomaltosa.
Kita pada praktikum kali ini akan membahas adanya cara kerja dari amilase
yang terdapat pada pankreas, melalui adanya uji urine dengan penetapan indeks
diastasenya. Indeks diastase merupakan suatu kandungan jumlah urin yang bisa
dikatakan paling sedikit yang kemudian dapat mencerna 2 mL dari larutan amilum
1% dengan suhu 37 derajar C dengan rentang waktu kurang lebih 30 menit. Pada
saat praktikum suhu yang digunakan adalah pada suhu 37 derajat C, dikarenakan
dengan mengguankan suhu ini suhu ini adalah suhu yang umumnya digunakan
untuk enzim bekerja dan dengan suhu ini enzim dapat bekerja dengan optimal.
Enzim merupakan suatu jenis protein yang dalam aktivitas biologisnya bisa
dipengaruhi oleh adanya suatu faktor-faktor yang lain contohnya adalah
dipengaruhi oleh adanya suhu, pH, banyaknya jumlah substrat, maupun dapat
dipengaruhi oleh adanya inhibitor. Oleh karena itu kita akan menambahkan adanya
buffer agar pH pada larutan yang ada dalam larutan bisa setabil dan pada suhu
dalam praktikum kali ini kita jaga agar tetap pada suhu 37 derajat C.
Pada beberapa larutan denagn volume pati larut yang sama, kita pada
praktikum kali ini akan menambahkan adanya beberapa konsentrasi dari amilase.
Penambahan amilase ini akan mendegradasi adanya pati yang kemudian akan
berubah menjadi eritrodeksin. Suatu konsentrasi amilase yang dalam bentuk
terkecil inidapat mendegradasi adanya pati yang kemudian akan menjadi
eritrodeksin adalah indeks diastase. Yang dalam kita melakukan adanya percobaan
kita mengguankan adanya urin sebagai suatu sumber dari amilase atau diastae.
Suatu larutan amilum (pati) yang volumenya sama banyak dapat kita
tambahkan dengan larutan iod sebanyak 1 tetes dengan membiarkannya selama 30
menit dengan temperatur ruangan atau pada saat terjadi adanya perubahan warna.
Kemudian pada adanya jumlah iod kita perlukan untuk menggubah larutan amilum
terlarut yang akan menjadi erythrodextrine adalah suatu indikator tentang adanya
suatu amilase yang ada pada urin kita. Pada urin kita jumlah normal dari indeks
diastase adalah pada jumlah 5 sampai 20, dan apabila jumlahnya melebihi maka
bisa saja terdapat penyakit pada pankreas kita ataupun adanya kerusakan dari fungsi
dari ginjal kita.
Suatu indeks diastase dapat kita tentukan dengan didapatkannya perubahan
warna yang terjadi pada dalam tabung. Apabila pada enzim amilase itu
menghidrolisis semua amilum maka yang akan terbetuk adalah adanya warna yang
bening. Kemudian apabila membentuk warna ungu maupun merah, sebagian dari
amilase terhidrolisis oleh adanya larutan iod. Selanjutnya apanila dalam larutan
menunjukan adanya warna yang bening, enzim amilase ini masih dalam jumlah
yang cukup banyak dan amilum nya habis terhidrolisis, oleh karena itu bisa kita
katakan tidak adanya reaksi dengan iod.
Adanya amilase pada saat kita melukakan adanya uji darah dapat diguakan
untuk kita dalam mendiagosis adanya pankreatitis serta adanya penyakit pankreas
lainnya. Dengan diagnosisinya adalah jika adanya kenaikan amilase pada awal
serangan dan penurunan setelah 2 hari. Amilase juga dapat digunakan dalam tingkat
yang lebih rendah untuk diagnosis serta adanya tindak lanjut untuk penyakit-
penyakit seperti kanker pankreas, ovarium, paru-paru dan lainnya seperti serang
kantung empedu dan penyakit gondok. Adanya pengujian amilase jika kita
mengalami gejala adanya gangguan pankreas, dan gejalanya sepertihalnyasakit
perut, adanya demam, napsu makan hilang, maupun mual.
adanya demam, napsu makan hilang, maupun mual. Berdasarkan hasil
percobaan, ke 10 tabung tidak terjadi perubahan warna sehingga kami tidak dapat
melakukan perhitungan indeks diastase urin. Tidak terjadinya perubahan warna
atau warna larutan tetap beninng pada ke 10 tabung kemungkinan dapat disebabkan
karena kesalahan praktikan saat melakukan prosedur mulai dari kurang telitinya
saat mencampur larutan, volume larutan yang tidak tepat, tabung reaksi yang masih
kurang bersih setelah dicuci, ataupun kesalahan reagen yang kurang tepat.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Indeks diastase adalah volume urin terkecil yang mendegradasi 2 ml
larutan pati 0,1% pada 370C selama 30 menit.
2. Urin adalah hasil sekresi dari ginjal dalam bentuk cairan yang disimpan
di dalam kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin
sekitar 900 - 1500 mL/24 jam, dengan komposisi air sekitar 96% dan
bahan yang terlarut didalamnya seperti elektrolit dan sisa metabolisme.
3. Pati adalah polimer dari alfa-D-glukosa yang berperan sebagai zat gizi
penting dalam makanan sehari-hari, sekitar 80% kebutuhan energi
manusia di dunia dipenuhi oleh karbohidrat.
4. Amilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan glikosidik
dalam molekul pati. Amilase digunakan industri makanan dan minuman,
tekstil, detergen, kertas, farmasi dan lain- lain.
5. Tabung yang berubah menjadi warna pink menunjukkan nilai indeks
diastase.
6. Indeks diastase dari urin normal berkisar antara 5 – 20.
7. Peningkatan kadar amilase dapat mengindikasikan kanker pankreas,
ovarium, atau paru-paru, kehamilan tubal, serangan jantung, penyakit
gondok, serta obstruksi usus atau ulkus berlubang.
8. Penurunan kadar amilase dapat mengindkasi kerusakan pankreas, kanker
pankreas, sakit ginjal, dan toksema kehamilan.
9. Penentuan indeks diastase dengan menggunakan rumus:Indeks Diastase
= Volume Total : Volume Urin
6.2 Saran
Praktikum ini telah berjalan cukup baik, tetapi masih perludiperhatikan
kembali jaringan yang kurang stabil agar kedepannya praktikum dapat
berjalan lebih baik lagi walaupun secara daring.
DAFTAR PUSTAKA

Ariandi. 2018. Pengenalan Enzim Amilase (Alpha-Amylase) dan Reaksi


Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa. Jurnal
Dinamika. Vol 7 (1): 74-82. Viewed on 23 Maret 2023. From:
journal.uncp.ac.id

Berlian, Z., Aini, F. 2019. Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan Putih dan Singkong
Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Jurnal Biota. Vol 2
(1): 106-111. Viewed on 23 Maret 2023. From: jurnal.radenfatah.ac.id

Damat., A. T. 2018. Teknologi Pati Termodifikasi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.


Ed.1. Malang: UM Press.

Gaspersz, N., Sohilait, M. R. 2019. Penambatan Molekuler α, β, dan γ-mangostin


Sebagai Inhibitor α-amilase Pankreas Manusia. Indonesian Journal of
Chemical Research. Vol 6 (2): 59-66. Viewed on 23 Maret 2023. From:
ojs3.unpatti.ac.id

Griffiths, M. 2019. Crash Course Gastrointestinal System, Hepatobiliary and


Pancreas. Ed. 1. Singapore: Elsevier.

Isfa, M., & Walid, M. 2019. Uji Kombinasi Antidiabetik antara Ekstrak Kulit
Durian dan Acarbose dengan Perhitungan Combination Index dalam
Penghambatan Kerja Enzim α-Amilase. PHARMACY: Jurnal Farmasi
Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia). Vol 16 (1): 85-95.
Viewed on 23 Maret 2023. From: jurnalnasional.ump.ac.id

Krisnaningsih, A. T. N., Kustyorini, T. I. W., & Meo, M. 2020. Pengaruh


Penambahan Pati Talas (Colocasia esculenta) Sebagai Stabilizer Terhadap
Viskositas dan Uji Organoleptik Yogurt. Jurnal Sains Peternakan. Vol
8 (1): 66-76. Viewed on 23 Maret 2023. From: ejournal.unikama.ac.id

Nursamsiar, N., Mangande, M. M., Awaluddin, A., Nur, S., & Asnawi, A. 2020.
In Silico Study of Aglycon Curculigoside A and Its Derivatives as α-
Amilase Inhibitors. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology. Vol 7 (1): 29-37. Viewed on 23 Maret 2023. From:
jurnal.unpad.ac.id

Rodwel. V.W., dkk. 2017. Biokimia Harper. Ed. 30. Jakarta: EGC.

Suhartina., Purnama, T. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan Eritrosit dan


Leukosit pada Sampel Urin dengan Metode Dipstick dan Mikroskopis
di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal MediLab
MandalaWaluya Kendari. Vol 2 (1): 68-80. Viewed on 23 Maret 2023.
From: jurnal.analiskesehatanmandalawaluya.ac.id

Tulandi, S. M. 2019. The Effect of Storage Temperature On The Quality of Honey.


Jurnal Sanitas. Vol 10 (1): 59 - 71. Viewed on 23 Maret 2023. From:
media.neliti.com

Wahyuningsih, S. 2019. Pengaruh Konsentrasi Enzim α – Amilase pada Hidrolisis


Pati Labu Jepang (Kabocha). CHEESA. Vol. 2(1): 26-32. Viewed on 23
Maret 2023. From: e-journal.unipma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai