Anda di halaman 1dari 8

UPAYA PELESTARIAN ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA BARAT

“KARINDING” PADA MASA DIGITALISASI INDUSTRI 4.0 DI INDONESIA


Ahmad Nafran Razani
Departemen Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
nafranrz@upi.edu

Abstrak
Indonesia merupakan negara yang sangat terkenal dan kaya akan kesenian musik tradisional.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih kental akan kesenian musik
tradisional. Beberapa alat musik tradisional Jawa Barat antara lain seperti: angklung, karinding,
kecapi, calung, suling, kendang, dan lain sebagainya. Karinding merupakan salah satu alat
musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu atau pelepah enau dan dimainkan dengan
mulut disertai pukulan jari tangan. Pada mulanya, alat musik Karinding digunakan sebagai alat
untuk mengusir hama dan binatang perusak tanaman. Karinding dapat mengeluarkan suara
yang low decible dan dikarenakan dapat mengeluarkan suara, Karinding dikategorikan sebagai
alat musik. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang semakin modern, alat
musik Karinding mulai mengalami kemunduran dan cenderung punah. Oleh karena itu,
diperlukan upaya pelestarian terhadap alat musik Karinding ini sehingga alat musik ini dapat
dikenal dan dinikmati kembali oleh masyarakat.
Kata Kunci: Alat musik tradisional, Karinding, Digitalisasi Industri, Upaya pelestarian
Abstract
Indonesia is a country that is very famous and rich in traditional music arts. West Java is one
of the provinces in Indonesia that is still thick with traditional music. Some traditional musical
instruments of West Java include: angklung, karinding, harp, calung, flute, drums, and so forth.
Karinding is one of the traditional musical instruments of West Java made of bamboo or
pelepah enau and played with the mouth accompanied by a finger punch. At first, Karinding
musical instruments were used as a tool to repel pests and plant destroyers. Karinding can
make a low decible sound and because it can make a sound, Karinding is categorized as an
instrument. As time went on and the development of the modern era, Karinding's instrument
began to decline and tended to become extinct. Therefore, it is necessary to preserve the
karinding instrument so that it can be known and enjoyed again by the community.
Keywords: Traditional musical instruments, Karinding, Preservation efforts
1. PENDAHULUAN masyarakat. Kesenian selalu melekat dan
berhubungan dalam kehidupan manusia
Kesenian merupakan hasil cipta karya
serta merupakan salah satu bagian dari
manusia yang diungkapkan serta
kebudayaan. Salah satu ragam dari kesenian
diekspresikan dari dalam jiwa manusia
adalah seni musik. Seni musik merupakan
untuk dinikmati keindahannya oleh
ungkapan, gagasan, serta perasaan manusia

1
yang diungkapkan atau diekspresikan megalitikum. Selain nama alat, karinding
melalui media yang dapat menghasilkan juga merupakan nama seni pertunjukan yang
suara atau bunyi. Musik selalu dibicarakan menggunakan waditra karinding. Alat musik
oleh banyak orang karena mengandung karinding yang berbentuk lempengan kayu
banyak keindahan dan fungsi yang enau atau bambu dibentuk sedemikian rupa
bermacam-macam, diantaranya sebagai alat dengan cara mengiris bagian tengahnya
komunikasi untuk menyampaikan maksud sehingga terlihat menjulur seperti lidah,
(Muhammad, Y. R, 2020). Kesenian musik yang apabila dipukul akan bergetar dan
pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian, menimbulkan suara (Herlinawati, 2009).
yaitu kesenian musik tradisional serta
Pada zaman dahulu, alat musik ini
kesenian musik modern. Pada dasarnya,
berfungsi sebagai alat pengusir sepi di
perbedaan antara kesenian musik tradisional
malam hari, alat pemikat hati, serta alat
dengan musik modern adalah kemajuan
pengusir hama dengan suara yang
teknologi serta revolusi industri yang
dihasilkannya (Hakim, Ardianto, & Hafiar,
semakin maju. Jawa Barat merupakan salah
2012). Suara yang dihasilkan oleh karinding
satu provinsi di Indonesia yang masih
ini tergolong kategori suara low decible
melekat akan kesenian musik
yang hanya mampu didengar oleh hewan-
tradisionalnya. Salah satu alat musik
hewan insektivora dan tidak terdengar jelas
tradisional yang berasal dari Jawa Barat
oleh telinga manusia. Kategori suara low
adalah Karinding.
decible juga dikenal dengan istilah “suara
Karinding merupakan alat musik ultrasonik”. Oleh karena Karinding
tradisional atau waditra karuhun sunda yang berfungsi sebagai alat pemikat hati, maka
terbuat dari pelepah Kawung (batang pohon alat musik Karinding pada masa itu sangat
aren), dan Awi (bambu) berukuran kurang populer. Namun, seiring perkembangan
lebih 20cm x 1cm (Hakim, Ardianto, & teknologi serta revolusi industri yang terus
Hafiar, 2012). Alat musik karinding ini berkembang, eksistensi Karinding mulai
dibuat menjadi tiga bagian yaitu bagian mengalami kemunduran seiring dengan
tempat memegang karinding masuknya alat-alat musik modern. Generasi
(pancepengan), jarum tempat keluarnya muda sunda kebanyakan sudah tidak
nada (cecet ucing atau ekor kucing serta menaruh minat untuk mengembangkan
pembatas jarumnya), dan bagian ujung yang kesenian musik ini. Dilansir dari salah satu
disebut pemukul (paneunggeul). Jika bagian artikel kompasiana.com yang berjudul
paneunggeul ditabuh, maka bagian jarum “Budaya Karinding yang Mulai Menghilang
akan bergetar dan ketika dirapatkan ke di Kalangan Remaja Sunda”, pak Ujang
rongga mulut, maka akan menghasilkan yang merupakan salah satu pengrajin alat
bunyi yang khas. Bunyi tersebut bisa diatur musik karinding mengatakan bahwa zaman
tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman sekarang sudah jarang anak muda yang cinta
resonansi, tutup buka kerongkongan, atau akan budaya sunda karena anak muda
hembusan dan tarikan napas (Agustiansyah, sekarang sudah mengenal budaya barat. Pak
2019). Alat musik ini merupakan alat musik Ujang menyayangkan budaya sunda yang
yang cukup tua yang konon telah digunakan seharusnya bisa diturunkan turun temurun
sebelum ditemukannya Kecapi. ke generasi selanjutnya, miris melihat ketika
Diperkirakan alat musik karinding ini anak-anak muda sunda termakan oleh
usianya sudah lebih tua dari 600 tahun lalu budaya barat.
dan ada yang menyebutkan alat ini sudah
dipergunakan sejak zaman purba era

2
Penelitian ini bertujuan untuk membahas Cresswell menyatakan penelitian
bagaimana digitalisasi industri mempunyai kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks,
dampak yang besar terhadap pelestarian alat meneliti kata-kata, laporan terperinci dari
musik tradisional Karinding. Upaya unyuk pandangan responden dan melakukan studi
melestarikan karinding sudah dilakukan pada situasi yang dialami. Penelitian
oleh pemerintah, namun gaungnya seolah kualitatif merupakan riset yang bersifat
tidak terasa. Hal itu bisa jadi dikarenakan deskriptif dan cenderung menggunakan
generasi sekarang khususnya generasi muda analisis dengan pendekatan induktif
kurang meminati saluran-saluran (Khusnah, 2015). Penelitian kualitatif
komunikasi yang digunakan pemerintah menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan
dalam mengenalkan karinding sebagai prosedur penelitian yang
(Agustiansyah, 2019). Salah satu seniman menghasilkan data deskriptif berupa kata-
asal Sumedang yang bernama Endang kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
Sugriwa atau yang lebih dikenal sebagai perilaku yang dapat diamati (Moleong,
Abah Olot yang pada tahun 2014 sempat 2003:3 dalam Hakim, Ardianto, & Hafiar,
populer di kalangan komunitas musik metal 2012).
kota Bandung. Abah Olot meyakini alat
Adapun dalam hal pengambilan sumber
musik tradisional sebagai bagian dari
data, penelitian ini mengambil data
kebudayaan suatu suku atau bangsa yang
berdasarkan studi kepustakaan yang
harus dilestarikan. Ini demi identitas
bersumber dari survei jurnal serta artikel
masyarakat suku atau bangsa tersebut.
ilmiah di internet.
Tahun 2003, ketika karinding alat musik
tradisional sunda dikabarkan punah, Abah 3. TEMUAN PENELITIAN
Olot terperangah. Semua alat musik
tradisional itu hampir punah. Namun, yang Temuan penelitian ini merupakan
menjadi perhatian utamanya adalah deskripsi dari data yang diperoleh dalam
karinding. Alasannya, hanya sedikit warga pengumpulan data yang telah dilakukan
yang bisa membuat karinding (Nugraha, dengan studi kepustakaan yang bersumber
2013). Oleh sebab itu, Abah Olot merasa dari survei jurnal serta artikel ilmiah di
berkewajiban untuk menjaga dan internet.
melestarikan alat musik karinding untuk Berdasarkan studi kepustakaan yang
mencegah dari kepunahan. telah dilakukan dengan mengacu pada
berbagai jurnal serta artikel ilmiah,
2. METODE PENELITIAN
didapatkan hasil bahwa:
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif dengan a. Alat musik karinding sudah
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian dikembangkan dan dilestarikan
deskriptif adalah penelitian yang berusaha kembali oleh salah seorang seniman
menggambarkan fenomena yang terjadi asal Sumedang yang bernama
secara nyata, realistik, aktual, dan pada saat Endang Sugriwa atau yang lebih
dikenal dengan Abah Olot.
ini, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
b. Terdapat beberapa komunitas yang
hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Rukajat, 2018). Metode deskriptif turut melestarikan alat musik
digunakan peneliti untuk menggambarkan tradisional Karinding ini yaitu
atau mendeskripsikan fenomena terhadap Ujungberung Rebels dan Sunda
permasalahan yang sedang dibahas. Underground.

3
c. Berdasarkan sumber yang nilai lebih kepada jejaka yang piawai
didapatkan dari salah satu skripsi di memainkan alat musik tersebut.
internet, terdapat beberapa upaya Dalam beberapa sumber dinyatakan
dalam melestarikan alat musik bahwa alat musik tradisional karinding
tradisional ini, diantaranya seperti: telah ada jauh sebelum adanya alat musik
pelatihan karinding serta kecapi. Jika kecapi telah berusia lima
pementasan karinding. ratus tahun, maka karinding diperkirakan
telah ada sejak enam abad yang lampau
4. PEMBAHASAN (Agustiansyah, 2019). Alat musik
tradisional karinding ini dimainkan
Dalam poin pembahasan ini akan
dengan cara dipukul menggunakan ujung
diuraikan penjelasan mengenai sejarah alat
telunjuk sembari ditempelkan di bibir.
musik tradisional karinding serta beberapa
Namun, seiring dengan perkembangan
temuan penelitian yang telah diuraikan di
teknologi serta revolusi industri yang
atas.
semakin maju, alat musik tradisional
a. Sejarah Alat Musik Tradisional karinding mulai menghadapi penurunan
Karinding popularitas dan bahkan nyaris punah.
Karinding merupakan salah satu alat Memasuki era 1990-an, karinding seperti
msuik tradisional yang berasal dari Jawa ditelan bumi. Minimnya publikasi
Barat yang terbuat dari bambu atau mengenai karinding menjadi salah satu
pelepah aren yang berukuran 20 x 1cm. faktor redupnya alat musik tradisional ini
Alat musik tradisional ini konon sudah (Nugraha, 2013). Alat musik karinding
digunakan sejak dahulu kala oleh para sudah sangat jarang digunakan dalam
karuhun Sunda. Pada mulanya, karinding berbagai acara atau dalam sebuah pentas
digunakan oleh para karuhun sebagai alat karena keberadaan karinding sudah
pengusir hama di sawah dikarenakan tergantikan dengan alat-alat musik
karinding dapat mengeluarkan suara low modern seperti gitar, piano, dan alat
decible yang hanya dapat didengar oleh musik modern lainnya.
hewan-hewan insektivora dan tidak
terdengar jelas oleh telinga manusia.
Selain digunakan untuk kepentingan
sawah, karinding juga dimainkan oleh
para karuhun dalam upacara serta ritual-
ritual adat. Maka tak heran jika sekarang
pun karinding masih digunakan sebagai
pengiring pembacaan rajah
(Agustiansyah, 2019). Selain digunakan
untuk kepentingan bersawah dan upacara Gambar Alat Musik Karinding
adat, konon pula karinding digunakan
kaum lelaki pada masa itu untuk memikat b. Seniman Bernama Abah Olot yang
hati wanita yang disukai. Jika keterangan Mengembangkan Alat Musik
ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa Tradisional Karinding
pada masa itu, alat musik karinding Salah seorang seniman asal
sangat populer di kalangan anak muda Kecamatan Cimanggung Kabupaten
sehingga para gadis pun akan memberi Sumedang bernama Endang Sugriwa
atau yang lebih akrab disapa Abah Olot
ini merupakan seseorang yang berjasa

4
dalam berkembangnya alat musik ke berbagai daerah di Jawa Barat. Bahkan
karinding. Beliau memiliki 1 orang istri beliau sempat membagikan alat musik
dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Diki karinding secara cuma-cuma kepada
Sumbawa, Erna Oktaviana, dan Agin Nur siapapun yang membutuhkan. Beliau
Prosesta. Pendidikan terakhir beliau menilai, dengan cara begitu kesenian
hanya sampai SMP dan beliau tidak karinding akan tetap terjaga
melanjutkan lagi ke jenjang pendidikan kelestariannya.
yang lebih tinggi. Beliau lebih memilih Pada tahun 2007, Abah Olot
melanjutkan dan mengembangkan alat dipertemukan dengan seorang aktivis
musik tradisional karinding yang lingkungan hidup bernama Dadang
merupakan turunan dari ayahnya yaitu Hermawan atau yang lebih dikenal degan
Entang Sumarna. nama Mang Utun. Mang Utun
Sejak usia 7 tahun, Abah Olot belajar merupakan seseorang yang mengenalkan
memainkan dan membuat karinding dari Abah Olot kepada komunitas
ayah dan pamannya (Nugraha, 2013). Ujungberung Rebels dan Sunda
Namun, keahlian itu ia tinggalkan sejak Underground. Berkat komunitas yang
beranjak dewasa karena sempat bekerja kuat Ujungberung Rebels dan Sunda
menjadi pengojek dan pengrajin mebel. Underground sehingga membuat
Sejak alat musik karinding jarang kesenian karinding cepat menyebar di
dimainkan dalam acara-acara atau dalam kalangan para musisi metal Ujungberung
suatu pentas, Abah Olot kemudian Rebels. Masa puncaknya yaitu pada saat
tergerak hatinya untuk mengembangkan kedua komunitas itu bergabung dalam
dan melestarikan alat musik karinding satu band yang memiliki tujuan sama
ini. Namun, membangkitkan kembali yaitu menyebarkan karinding serta
karinding tidaklah mudah. Bunyi menjaga nilai-nilai luhur dan
karinding dianggap tidak sesuai dengan kesederhanaan yang terkandung darinya.
perkembangan musik. Saat awal Band tersebut diberi nama Karinding
membuat karinding, Abah Olot Attack atau lebih dikenal dengan
memberikan cuma-cuma kepada siapa singkatan “Karat”. Berdiri pada bulan
pun yang mau menerima. Ajakannya Februari 2009 di Commonroom.
kepada pemuda di kampung untuk Karinding Attack merupakan band yang
memainkan karinding ditolak. Menurut hadir untuk menggebrak ranah kesenian
Abah Olot, orang tua dan anak muda karinding dengan latar belakang
beranggapan tak ada gunanya musikalitas, sosial, serta budaya yang
memainkan alat musik karinding. berbeda dengan seniman kasundaan pada
Namun, Abah Olot terus umumnya. Lagu-lagunya yang keluar
mempromosikan karinding ke berbagai dari pola-pola umum permainan
daerah (Nugraha, 2013). karinding, cepat, dengan tingkat akurasi
c. Komunitas yang Turut Bergabung yang tinggi menyebabkan band ini
Melestarikan Karinding dengan cepat diterima anak muda
Tekad Abah Olot untuk (Agustiansyah, 2019).
membangkitkan dan melestarikan Karinding Attack berjumlah 9 orang
kembali alat musik tradisional Sunda anggota pendiri, yang ke-sembilannya
karinding semakin kuat. Beliau terus dikenal secara nasional untuk kontribusi
berupaya menyebarkan dan dalam gerakan masyarakat underground
mempublikasikan kesenian karinding ini (Ujungberung Rebels) dan anggota dari

5
band metal. Gerakan masyarakat muda mengenai pentingnya revitalisasi
underground ini merupakan sebuah sesi warisan nenek moyang Indonesia.
pertemuan mingguan yang dijadwalkan d. Upaya-Upaya Pelestarian Karinding
untuk mengakomodasi orang-orang yang yang Dilakukan Abah Olot
tertarik untuk belajar baik sejarah di balik Berbagai upaya yang dilakukan
instrumen dan cara bermain instrumen itu Abah Olot untuk melestarikan kesenian
sendiri. Pada saat itu, sembilan anggota Karinding diantaranya sebagai berikut:
pertama secara konsisten melatih diri 1. Pelatihan Karinding
dengan aturan tradisional. Dalam proses Abah Olot membuka pelatihan
ini, personil Karinding Attack mulai bagi mereka yang ingin belajar karinding
menemukan ritme mereka sendiri dan khususnya kepada warga di kampungnya
mereka sudah berbagi jiwa yang sama sendiri yaitu di Kampung Manabaya RT
saat bermain (Agustiansyah, 2019). 01/05, Desa Pakuwon, Kecamatan
Maka pada saat itu, Karinding Attack Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
memutuskan untuk bermain musik Pelatihan dilakukan di kediaman Abah
mereka sendiri dan mulai menulis serta Olot pada setiap hari Rabu dan Jum’at.
merekam album mereka sendiri. Akan Setelah dilakukan pelatihan,
tetapi, pada saat proses rekaman album kesenian karinding di Kampung
pertama mereka, dua dari sembilan Manabaya RT 01/05, Desa Pakuwon,
anggota pendiri mengundurkan diri dan Kecamatan Cimanggung, Kabupaten
Karinding Attack harus beradaptasi Sumedang akhirnya mengalami
dengan situasi ini dan mereka mencari kemajuan jika dibandingkan dengan
anggota baru. Pembentukan Karinding tahun-tahun lalu. Masyarakat yang
Attack ini didukung oleh Mang Jasad kurang memahami atau bahkan tidak
(memimpin vokal, karinding), Kimung mengenal sama sekali akan kesenian
(celempung indung, backing vokal), karinding, kini lambat laun kesenian
Mang Okid (tiup gong), Mang Zimbot karinding mulai dipandang sebagai
(suling, backing vokal), Mang Hendra warisan musik Sunda yang harus tetap
(celempung anak, dukungan vokal), dilestarikan keberadaannya agar tidak
Mang Yuki (saluang), Mang Jawis punah seiring dengan perkembangan
(karinding lead), Mang Papay teknologi serta revolusi industri yang
(celempung renteng), dan Ki Amenk semakin maju.
(memimpin Karinding). Semua anggota 2. Pementasan Karinding
tersebut terlibat dalam proses produksi, Untuk lebih mengenalkan
meskipun sebagian besar lirik yang kesenian karinding kepada khalayak
ditulis oleh Kimung dan Mang Jasad umum, maka Abah Olot beserta teman-
menggunakan Bahasa Sunda dan Bahasa temannya merencanakan untuk
Indonesia (Agustiansyah, 2019). melakukan sebuah pementasan seni yang
Keberhasilan album pertama menampilkan karinding. Dengan
Karinding Attack muncul dari sebuah melakukan atau membuat suatu acara,
liputan media dan efeknya yaitu maka sedikit demi sedikit masyarakat
memperluas basis penggemar, baik dapat melihat kembali keberadaan
dalam lingkup nasional maupun kesenian karinding. Pementasan pertama
internasional. Band ini membawa sebuah yang dilakukan Abah Olot diadakan di
misi yang selalu mengingatkan generasi Bandung pada tahun 2009 yang bekerja
sama dengan band Karinding Attack.

6
5. KESIMPULAN tersaingi oleh kesenian musik modern
Karinding merupakan salah satu alat yang sedang berkembang.
musik tradisional yang berasal dari 6. DAFTAR PUSTAKA
Jawa Barat yang dimainkan dengan cara
Agustiansyah, A. B. (2019). Strategi
dipukul dengan menggunakan ujung
Komunikasi Band Underground
telunjuk sambil ditempelkan di bibir.
Karindingattack dalam
Karinding dapat mengeluarkan suara
Melestarikan Alat Musik
low decible yang berfungsi untuk
Tradisional Karinding.
mengusir hama perusak sawah. Selain
ProListik, 2(1), 135-146.
itu, pada zaman dahulu karinding
digunakan pula dalam ritual serta Hakim, A. A., Ardianto, E., &
upacara-upacara adat. Pada masa itu, Hafiar, H. (2012).
karinding juga digunakan oleh kaum Konservasi Kesenian
lelaki untuk memikat hati kaum wanita Karinding oleh Komunitas
sehingga tidaklah heran jika pada masa Karinding Attack (Karat)
itu, alat musik karinding sangat populer dalam Upaya Pelestarian
di kalangan anak muda. Budaya Seni Sunda. Jurnal
Akan tetapi, seiring dengan Mahasiswa Universitas
perkembangan teknologi serta revolusi Padjajaran, 1(1), 1-14.
industri yang semakin maju, eksistensi
dari kesenian karinding ini mulai Herlinawati, L. (2009). Fungsi
mengalami kemunduran dan jarang Karinding bagi Masyarakat
digunakan kembali dalam acara-acara Cikalongkulon Kabupaten
atau dalam sebuah pementasan. Cianjur. Patanjala, 1(1), 96-
Bahkan, kesenian karinding dikabarkan 110.
hampir punah. Salah seorang seniman Khusnah, M. (2015). Strategi
bernama Endang Sugriwa alias Abah Kepala Madrasah dalam
Olot berupaya untuk membangkitkan Membangun Komitmen
serta melestarikan kembali kesenian Guru dalam Organisasi
karinding, mulai dari daerahnya sendiri (Studi Kasus di Madrasah
hingga menyebar ke daerah-daerah lain Ibtidaiyah Negeri Beji,
di Jawa Barat. Pasuruan). (Disertasi).
Berbagai upaya serta perjuangan Universitas Islam Negeri
seorang seniman yang bernama Endang Maulana Malik Ibrahim,
Sugriwa alias Abah Olot patut Malang.
diapresiasi oleh kita semua. Meskipun
kita telah berada dan sedang menjalani Nugraha, I. S. (2013).
masa revolusi industri 4.0 dan PELESTARIAN MUSIK
perkembangan teknologi yang semakin KARINDING DI
maju, kita tidak boleh melupakan KAMPUNG MANABAYA
kesenian yang sudah menjadi warisan DESA PAKUWON
budaya nenek moyang kita. Baik itu KECAMATAN
kesenian karinding, maupun kesenian CIMANGGUNG
musik tradisional lainnya di daerah KABUPATEN
Jawa Barat perlu untuk kita lestarikan SUMEDANG. (Skripsi).
keberadaannya agar tidak punah Jurusan Pendidan Seni
Musik, Fakultas Pendidikan

7
Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan
Penelitian Kuantitatif
(Quantitative Research
Approach).

Anda mungkin juga menyukai