Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

PENGUJIAN KADAR NITRIT UNTUK MENDUKUNG GERAKAN


TIGA KALI EKSPOR (GRATIEKS) SARANG BURUNG WALET

Wiwit Setyawati¹, Dyah Kurnia²

¹Balai Besar Veteriner Wates


²Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang
wiwits_drh@yahoo.com

ABSTRAK

Sarang burung walet merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi karena dikenal mempunyai manfaat bagi kesehatan. Negara tujuan ekspor sarang burung walet yang
paling banyak adalah China, Hongkong, USA, Australia dan Canada. Nitrit pada sarang burung walet dapat
berasal dari liur walet itu sendiri dan kontaminasi dari lingkungan. Air liur burung walet secara alami
mengandung nitrit, sedangkan nitrit pada sarang walet dari kontaminasi lingkungan berasal dari proses
oksidasi natrium nitrat dari kotoran walet oleh oksigen di udara. Kandungan nitrit yang tinggi bersifat
toksik dan berbahaya karena dapat menyebabkan methemoglobinemia sehingga terjadi gangguan aliran
oksigen dan kesulitan bernapas. Kadar nitrit yang tinggi tersebut dapat menurunkan angka perdagangan
sarang burung walet ke China. Pemerintah China mensyaratkan batas maksimal kandungan nitrit pada
sarang burung walet sebesar 30 ppm, sehingga diperlukan pengujian untuk mengukur kadar nitrit pada
sarang burung walet yang akan di ekspor. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrit pada sarang
burung walet yang berasal dari Jawa Tengah.

Sampel yang diuji adalah sarang burung walet yang diambil dari 14 tempat pemrosesan sarang burung
walet yang ada di Jawa Tengah. Sarang burung walet yang telah dihaluskan dan ditambahkan beberapa
perlakuan mekanik, suhu dan kimiawi seperti penambahan air bebas ion, natriumklorida, ultrasonikasi,
inkubasi, larutan sulfanilamida dan naftil etilendiamin dihidroklorida sebelum diukur serapan emisinya
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm (secara rinci dijelaskan dalam bagian Materi
dan Metode). Berdasarkan hasil pengujian kadar nitrit dengan metode spektrofotometri Uv-Vis terhadap 14
sampel di dapat hasil kandungan nitrit dibawah ambang batas dimana semua di bawah 30 ppm, sehingga
dapat disimpulkan sarang burung walet yang di ekspor memenuhi persyaratan di bawah batas ambang
kandungan nitrit.

Kata kunci : nitrit, sarang burung walet, spektrofotometri uv-vis

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman


hayati yang sangat kaya sehingga perlu dikelola dalam rangka pembangunan
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya
adalah burung walet, dari beberapa spesies yang ada Collocalia fuciphaga
merupakan spesies dari burung walet yang paling banyak dibudidayakan dan
diperdagangkan di Indonesia karena sarang yang dihasilkan berwarna putih, nyaris
bersih dari bulu, dan nyaris murni seluruhnya terbuat dari air liur. Burung Walet
(Collocalia fuciphaga) merupakan spesies burung yang membuat sarang dari air
liurnya (Novelina et al. 2010). Air liur walet dihasilkan oleh sepasang kelenjar
sublingualis (Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002) yang berukuran besar
di sepanjang musim berkembang biak. Oleh karena hasil sarangnya yang berwarna
putih inilah, maka burung walet jenis ini disebut juga burung walet putih.

Burung walet jenis ini menempati habitat buatan berupa bangunan rumah
yang kondisi ekologisnya dibuat sesuai dengan habitat asli burung walet sehingga
516 Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020 Prosiding
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

burung walet dapat menyesuaikan diri dan berkembang biak. Burung walet
banyak ditemukan di bangunan rumah yang dekat dengan sumber air dan sumber
pakannya yang ada didapat dari pepohonan yang tinggi yaitu, serangga kecil
(1 – 2 mm). Burung walet menyukai tempat yang tidak terlalu banyak cahaya
kelembaban udaranya tinggi 80 – 95% dengan suhu 26 – 29oC. Burung walet
sangat tidak menyukai kebisingan kota, semakin banyak keributan dan gangguan.
Walet yang tidak dapat beristirahat dengan baik akan mengalami penurunan
perkembangbiakkan dan tidak ada sarang yang dihasilkan (kualitas menurun).
Faktor kurangnya gizi karena sulitnya mendapat serangga dapat membuat kualitas
sarang lama-kelamaan menurun karena kelenjar air liur tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya (hal ini juga sering terjadi di daerah yang bersuhu panas).
Sarang burung walet memiliki keunikan yang membuatnya berbeda dari sarang
burung pada umumnya. Sarang burung walet terbuat dari sejumlah besar air
liur khusus dari induk walet yang mengeras. Air liur ini diproduksi di dalam
sepasang glandulae sublinguales (kelenjar di bawah lidah) dan hanya dipakai
untuk membuat sarang, tetapi tidak untuk mencerna makanan. Kelenjar air liur
ini sangat aktif saat burung walet membuat sarangnya. Air liur ini berisifat sangat
lengket dan akan tersusun berbentuk helaian-helaian. Air liur ini mengeras oleh
udara di tempat yang tindak terlindung membentuk substansi berwarna putih
bersih menyerupai kaca.

Sarang yang terbuat dari air liur burung walet dipercaya memiliki khasiat
bagi kesehatan (Kew et al. 2014; Ma dan Liu 2012) terutama oleh etnis Tionghoa
(Mardiastuti et al. 1998; Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002). Sarang
burung walet Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam menghasilkan
devisa bagi negara dan menjadi andalan ekspor Indonesia. Dengan iklimnya
yang tropis, Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk burung walet, sekaligus
membawa Indonesia menjadi negara produsen sarang burung walet terbesar di
dunia. Setiap tahunnya, Indonesia mampu memenuhi sekitar 70 – 80% permintaan
dunia. China merupakan salah satu negara pengimpor sarang burung walet asal
Indonesia. China menyerap lebih dari 60% total perdagangan komoditas sarang
burung walet dunia.

Sarang burung walet banyak dikonsumsi karena dipercaya bermanfaat bagi


tubuh manusia. Di dalam sarang burung walet terdapat 50-60% protein, 25%
karbohidrat, 10% air, asam amino esensial (asam aspartat, asam glutamate,
dan prolin), asam amino non-esensial (treonin dan valin), serta mineralmineral
lainnya seperti kalsium, fosfor, potassium, dan sulfur. Di dalam sarang burung
walet terdapat kandungan protein asam amino yang tinggi serta senyawa aktif
9-octadecenoic acid (ODA) dan hexadecenoic acid (HAD). Hasil analisis
laboratorium membuktikan bahwa sarang walet mengandung zat-zat makanan
berkualitas tinggi (Marcone 2005). Sarang walet mempunyai kandungan protein
tinggi, lemak yang rendah, mineral dan asam lemak omega-6 tinggi yang bermanfaat
untuk kebugaran tubuh (Huda et al. 2008). Sarang walet dipercaya dapat menjaga
kesegaran tubuh, menyembuhkan penyakit pernafasan, meningkatkan vitalitas,

Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020
517
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

obat awet muda, dan memelihara kecantikan. Sebagian orang lagi percaya bahwa
sarang walet berkhasiat menghambat pertumbuhan kanker, menghilangkan
pengaruh alkohol dan meningkatkan konsentrasi (Mardiastuti et al. 1998) serta
dapat menghambat infeksi virus influenza (Guo et al. 2006).

Sarang burung walet merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia.


Permintaan terhadap sarang walet yang tinggi di pasar internasional disebabkan
oleh keyakinan mengenai khasiat yang terkandung di dalamnya. China merupakan
salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor sarang burung walet asal Indonesia.
Pemerintah China mensyaratkan kandungan nitrit maksimal pada sarang burung
walet adalah 30 ppm (Barantan 2013). Nitrit dapat bersifat toksik dan berbahaya
karena dapat menyebabkan methemoglobinemia sehingga terjadi gangguan aliran
oksigen dan kesulitan bernapas (Nur dan Suryani 2012). Tahun 2012 pemerintah
China menemukan kandungan nitrit yang tinggi pada sarang burung walet asal
Indonesia sehingga melarang sarang burung walet dari Indonesia masuk ke China
(Zhang 2012). Dari kejadian tersebut pemerintah Indonesia berupaya setiap ekspor
sarang burung walet ke China dipersyaratkan kandungan nitritnya di bawah 30
ppm. Untuk mendukung persyaratan tersebut dilakukan pengujian kandungan
nitrit terhadap setiap sarang burung walet yang akan di ekspor. Selaian itu perlu
juga adanya penambahan laboratorium yang mampu menguji kandungan nitrit
pada sarang burung walet guna memperlancar arus ekspor produk sarang burung
walet. Saat ini pasokan utama China atas produk sarang burung walet terbesar
berasal dari Malaysia. Padahal, potensi yang dimiliki Indonesia jauh lebih besar
jika dibandingkan Malaysia. Potensi ekspor sarang walet Indonesia ke luar negeri
sekitar 200 ton per tahun dengan nilai mencapai 6 triliun rupiah (Suryanto 2012).
Sarang burung walet sebelum diekspor dan siap untuk dikonsumsi membutuhkan
beberapa tahapan proses produksi (Ma dan Liu 2012), salah satunya adalah
pencucian (Jong et al. 2013). Kadar nitrit sarang burung walet dapat turun setelah
dilakukan proses pencucian (Hamzah et al. 2013; Ramli dan Azmi 2012; Chan et
al. 2013) dan perendaman (Helmi 2012; Ramli dan Azmi 2012). Sarang burung
walet seringkali tidak hanya dicuci satu kali agar bersih namun bisa beberapa kali
pencucian untuk diperoleh sarang burung walet yang benar-benar bersih. Khusus
untuk sarang burung walet yang akan diekspor ke China, diperlukan metode
pencucian yang mampu menurunkan kadar nitrit sampai di bawah 30 ppm sesuai
yang dipersyaratkan. Hingga saat ini belum ada metode standar proses pencucian
sarang burung walet di Indonesia. Industri walet melakukan proses pencucian
sesuai dengan standar masing-masing sehingga terdapat perbedaan frekuensi dan
lama pencucian yang dilakukan oleh tiap industri walet.

Kajian ini bertujuan memastikan kadungan nitrit pada sarang burung walet
yang di ekspor berada dibawah batas ambang yang dipersyaratkan negara tujuan
guna mendukung akselerasi ekspor sehingga tidak ada penolakan dari negara
tujuan dan untuk selanjutnya diharapkan ada penambahan jumlah dan frekuensi
ekspor (Gerakan Tiga Kali Ekspor/Gratieks).

518 Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020 Prosiding
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

MATERI DAN METODE

Pengambilan sampel di laksanakan di tempat produksi sarang burung walet


yang ada di Jawa Tengah dan di dapat sejumlah 14 sampel sarang burung walet.
Material yang digunankan untuk pengambilan sampel adalah : pinset, timbangan
digital, jas laboratorium dan tempat sampel. Sedangkan untuk bahan yang
disiapkan adalah : masker, sarung tangan, plastik sampel dan etiket label.

Pada umumnya produk sarang burung walet merupakan produk yang telah
terkemas, maka cara pengambilan sampel terhadap sarang burung walet untuk
tujuan pengujian kadar nitrit dengan metode pengambilan sampel dengan metode
pengambilan contoh menurut FAO/WHO Codex Alimentarius Samply Plans for
Pre Packaged Foods : AQL 6,5 Inspection Level I (Sampling Plan 1).

Metode pengujian yang dilakukan adalah secara spektrofotometri UV-Vis,


dengan bahan yang dibutuhkan adalah : sarang burung walet, larutan standar nitrit
1000 ppm, larutan sulfanilamide, larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida
(NED), larutan natrium klorida jenuh, kertas saring whatman no.42 dan air bebas
ion. Alat yang digunakan meliputi : timbangan digital, waterbath ultrasonic,
mikropipet, labu takar 10 ml dan 50 ml, corong kaca, spatula, pipet tetes dan
seperangkat alat spektrofotometer UV-Visisble.

Intruksi kerja pengujian meliputi pembuatan larutan, preparasi sampel dan


pengukuran hasil seperti penjelasan berikut :
1. Larutan Sulfanilamida
Timbang 0,5 gram serbuk sulfanilamide ke dalam gelas beker 50 ml,
kemudian tambahkan 10 ml air bebas ion dan 5 ml HCL 37%. Selanjutnya
pindahkan ke labu takar 50 ml lalu tambahkan dengan air bebas ion sampai
tanda batas dan homogenkan.
2. Larutan N-(1-naftil) Etilendiamin Dihidroklorida (NED)
Timbang 0,05 gr serbuk NED ke dalam gelas beker 50 ml, kemudian
tambahkan air bebas ion. Selanjutnya pindahkan ke dalam labu takar 50 ml
lalu tambahkan air bebas ion sampai tanda batas dan homogenkan.
3. Larutan Natrium Klorida (NaCl) jenuh
Masukkan 200 ml air bebas ion ke dalam gelas piala 500 ml, lalu tambahkan
NaCl sampai ada sedikit NaCl yang tidak larut.
4. Larutan Standar Nitrit
a) Larutan standar baku nitrit
Pipet 100 µL dari larutan standar baku nitrit 1000 µg/mL, masukkan ke
dalam labu takar 10 mL, kemudian tambahkanairbebasion sampai tanda
batas dan homogenkan, maka diperoleh larutan standar baku nitrit 10
µg/mL.
b) Larutan standar kerja nitrit
Pipet 0, 200, 300, 400, 500, 600 dan 700 µL dari larutan standar baku
nitrit 10 µg/ml, masukkan masing-masing ke dalam labu takar 10 ml.

Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020
519
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

Tambahkan masing-masing 0,6 mL larutan natrium klorida jenuh,


kemudian tambahkan air bebas ion sampai tanda batas dan homogenkan,
maka diperoleh berturut-turut larutan standar nitrit 0 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5
; 0,6 dan 0,7 µg/mL.

Preparasi Sampel
a. Timbang 0,500 ± 0,001 gram sampel sarang burung walet yang telah
dihaluskan ke dalam labu takar 50 ml, kemudian tambahkan air bebas
ion sampai kurang lebih 40 mL lalu tambahkan dengan 3 ml larutan
natrium klorida jenuh, selanjutnya tambahkan air bebas ion sampai
tanda tera. Selanjutnya masukkan ke dalam alat ultrasonik selama 30
menit pada suhu 400C. Dinginkan sampai mencapai suhu kamar dan
disaring dengan kertas saring whatman no. 42. Pipet 10 mL larutan
filtrat ke dalam labu takar 10 mL.
b. Pengukuran dengan Spektorotometer UV-Vis Kedalam masing-masing
labu takar 10 mL yang telah berisi larutan standar dan sampel, tambahkan
0,5ml larutan sulfanilamida tunggu sampai 5 menit. Selanjutnya
tambahkan 0,5 mL larutan NED. Setelah 15 menit, ukur serapan dengan
spektrofotometer sinar tampak pada Panjang gelombang maksimum
(541 nm), maka diperoleh absorbansi dari masing-masing larutan.

Analisis Hasil Uji


Penetapan kadar nitrit dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan:
[C] – NO2 = C dari kurva χ V pelarutan (ml)
                                     bobot sampel (g)

HASIL

Pengambilan sampel di laksanakan di tempat produksi sarang burung walet


yang ada di Jawa Tengah dan di dapat sejumlah 14 sampel sarang burung walet.

Pengukuran konsentrasi sampel pada pengujian ini dilakukan dengan metode


kurva kalibrasi. Metode kurva kalibrasi memiliki kelebihan karena menggunakan
lebih dari satu konsentrasi larutan standar, sehingga hasil pengukurannya lebih
akurat. Pada penelitian ini, kurva kalibrasi dibuat dengan menggunakan 6
konsentrasi larutan standar yang berbeda, yaitu 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 dan 0,7
ppm. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar yang disajikan
pada Tabel 2, diperoleh kurva kalibrasi yang disajikan pada Gambar 1

520 Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020 Prosiding
HASIL

Pengambilan sampel Pengembangan


di laksanakan di Penelitian Terapan
tempat produksi Metode
sarang Pengujian
burung Penyakit
walet yang ada di Hewan
Jawa atau Obat
Tengah dan di dapat sejumlah 14 sampel sarang burung walet.
Pengukuran konsentrasi sampel pada pengujian ini dilakukan dengan metode kurva kalibrasi.
Dari sampel Metode
yangkurvadiambil
kalibrasi didapat hasilkarena
memiliki kelebihan pengujian
menggunakansebagai berikut
lebih dari satu : larutan
konsentrasi
standar, sehingga hasil pengukurannya lebih akurat. Pada penelitian ini, kurva kalibrasi dibuat
dengan menggunakan 6 konsentrasi larutan standar yang berbeda, yaitu 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 dan
Tabel 2. Kurva kalibrasi nitrit
0,7 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar yang disajikan pada Tabel 2,
diperoleh kurva kalibrasi yang disajikan pada Gambar 1
Konsentrasi
Dari sampel yangabsorbansi
diambil didapat hasil pengujian sebagai berikut :
(ug/ml) Tabel 2. Kurva kalibrasi nitrit
0.2 0.191
0.3 Konsentrasi 0.282
absorbansi
(ug/ml)
0.4 0.381
0.191
0.2
0.5 0.3 0.464
0.282
0.6 0.4 0.552
0.381
0.5 0.464
0.7 0.643
0.6 0.552
0.7 0.643
Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar nitrit
Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar nitrit
0,700
0,600 y = 0,9009x + 0,0134
R² = 0,9995
0,500
0,400
Series1
0,300
Linear (Series1)
0,200
0,100
0,000
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8

Kurva kalibrasi larutan standar nitrit yang disajikan pada Gambar 1


Kurva kalibrasi larutan standar nitrit yang disajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat
menunjukkanhubungan
bahwa yang terdapat hubungan
linier antara konsentrasi yang larutan
dan absorbansi linierstandar
antara konsentrasi
nitrit pada rentang dan
konsentrasi 0,2-0,7 ppm dengan harga R2 sebesar 0,9995. Persamaan regresi linier yang diperoleh
absorbansi larutan standar nitrit pada rentang konsentrasi 0,2-0,7
adalah y=0,9009x+0,0134. Linieritas yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi batasppm dengan
harga R2 sebesar 0,9995.
linieritas yang disyaratkan,Persamaan regresi kurva
yaitu ≥0,995. Selanjutnya, linier yang
kalibrasi diperoleh
ini digunakan untuk adalah

y=0,9009x+0,0134. Linieritas yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi 6


batas linieritas yang disyaratkan, yaitu ≥0,995. Selanjutnya, kurva kalibrasi
ini digunakan untuk menentukan konsentrasi nitrit dalam sampel dengan cara
memasukkan absorbansi sampel yang terukur ke dalam persamaan regresi linier
dari kurva kalibrasi yang diperoleh dan di dapat hasil sebagai berikut :

Tabel 3 Hasil pengukuran kadar nitrit sampel


Konsentrasi /kadar nitrit dalam
Kode sampel Bobot (g)
bobot sampel (mg/kg)
MS1 0.5019 12.75154413
MS2 0.5032 4.570747218
MS3 0.5005 11.38861139
MS4 0.5004 21.28297362
MS5 0.5003 4.997001799
MS6 0.5003 25.2848291
MS7 0.5001 5.398920216
MS8 0.5004 163.5691447

Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020
521
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

Konsentrasi /kadar nitrit dalam


Kode sampel Bobot (g)
bobot sampel (mg/kg)
MS9 0.5005 20.77922078
MS10 0.50012 8.997840518
MS11 0.50024 6.097073405
MS12 0.5006 9.488613664
MS13 0.50076 14.67768991
MS14 0.5006 20.77506992

Jumlah sampel yang diuji sebanyak 14 sampel sarang burung walet,


selanjutnya sampel dipreparasi dan ditentukan kadar nitritnya secara
spektrofotometri. Penentuan kadar nitrit dalam sampel dilakukan berdasarkan
rata-rata hasil pengukuran absorbansi yang terukur. Berdasarkan data absorbansi
sampel yang disajikan pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa semua sampel
sarang burung walet mengandung nitrit dengan kadar yang bervariasi. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pada kode sampel MS-01, MS-02, MS-03, MS-
04, MS-06, MS-07, MS-08, MS-10, MS-12, MS-13, dan MS-14 sesuai dengan
parameter acuan menurut Permentan No. 41/Permentan/OT. 140/3/2013 maupun
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 832/Kpts/OT.140/L.3/2013,
karena hasilnya tidak melebihi parameter acuannya, yaitu dibawah ambang batas
acuannya, hal ini disebabkan karena sarang burung walet sudah melalui proses
pencucian yang dapat menurunkan kadar nitrit. Batas maksimal kadar nitrit pada
sarang burung walet adalah 200 mg/kg (BPOM 2012). Khusus sarang burung
walet yang akan diekspor ke China kadar nitrit maksimal adalah 30 ppm, sesuai
protokol kerjasama yang telah disepakati antara pemerintah China dan Indonesia
(Barantan 2013).

PEMBAHASAN

Pengujian kadar nitrit pada sarang burung walet dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri baik secara visibel (kolorimetri), Cadmium (Cd), Zinc
(Zn), Phospomolibdenum (MoO2P) maupun enzimatik (enzim nitrat reduktase);
serta dengan metode kromatografi yang meliputi High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)-UV, Ion exchabge and Capillary Electrophoresis
(Andayani, dkk, 2012). Penentuan kadar nitrit pada sarang burung walet pada
pengujian ini menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Penggunaan metode
tersebut didasarkan pada kebutuhan untuk mendeteksi secara cepat dan akurat
kadar nitrit pada sarang burung walet serta kebutuhan untuk mendeteksi
apakah sarang burung walet telah memenuhi standar minimal yang ditetapkan
oleh WHO dan negara-negara tujuan ekspor khususnya dalam hal kandungan
nitrit. Ditemukannya nitrit dalam sarang burung walet belum ada literatur yang
menerangkan dengan jelas. Namun melihat nitrit merupakan salah satu senyawa
kimia yang banyak ditemukan di alam maka kemungkinan ada residunya di sarang
burung walet sangat mungkin dari proses alam. Pada tumpukan kotoran walet,

522 Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020 Prosiding
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

kelembapannya bisa mencapai 80% dan terjadi pembusukan yang menghasilkan


gas amonia dan bakteri pengurai akan mengubah amonia menjadi nitrit selanjutnya
menjadi nitrat, sarang burung walet akan menyerap senyawa kimia ini sehingga
sewaktu dilakukan uji residu nitrit akan terdeteksi senyawa ini.

Kadar nitrit pada sarang burung walet dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dan kondisi sarang itu sendiri, yaitu warna, kebersihan, dan umur sarang.
Lingkungan yang mempengaruhi terutama dari lantai ketika terjadi pembusukan
material organik (Hamzah et al, 2013). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
pada kode sampel MS-01, MS-02, MS-03, MS-04, MS-06, MS-07, MS-08,
MS-10, MS-12, MS-13, dan MS-14 sesuai dengan parameter acuan menurut
Permentan No. 41/Permentan/OT. 140/3/2013 maupun Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian No. 832/Kpts/OT.140/L.3/2013, karena hasilnya tidak
melebihi parameter acuannya, yaitu dibawah ambang batas acuannya, hal ini
disebabkan karena sarang burung walet sudah melalui proses pencucian yang
dapat menurunkan kadar nitrit. Pencucian selain berfungsi untuk membersihkan
sarang dari bulu dan kotoran ternyata secara tidak langsungdapat menurunkan
kandungan nitrit sarang burung walet (Chan et al, 2013).

Kandungan nitrit pada sarang burung walet dipengaruhi oleh lamanya sarang
burung walet terpapar oleh air. Semakin lama sarang burung walet terpapar oleh
air maka kandungan nitritnya akan semakin turun. Metode pencucian tiga kali
dengan air dengan lama setiap pencucian selama 30 detik dapat menurunkan
kadar nitrit pada sarang burung walet secara signifikan (Susilo, 2015). Nitrit
memiliki sifat yang mudah larut dengan air (Ramli dan Azmi, 2012) sehingga
nitrit yang ada pada sarang burung walet akan terbawa oleh air saat pencucian.
Proses pencucian satu kali dengan air mengalir sambil disikat membuat nitrit
yang ada di permukaan dan sela-sela struktur sarang burung walet ikut terlarut
air. Proses pencucian dua kali membuat struktur rajutan mulai terbuka sehingga
dimungkinkan nitrit yang ada di dalam struktur rajutan terbawa air saat pencucian.
Proses pencucian tiga kali membuat struktur rajutan tidak hanya terbukanamun
ada yang lepas sehingga nitrit yang tadinya masih berada dalam struktur sarang
dapat terlarut dalam air (Susilo, 2015).

Berdasarkan pada hasil pengujian, setiap bagian sampel sarang burung yang
digunakan pada monitoring memiliki kandungan nitrit yang dibawah ambang
batas, sehingga layak dan aman untuk dikonsumsi ataupun diolah menjadi
bahan tambahan pangan serta berpotensi untuk diolah menjadi makanan ataupun
minuman siap konsumsi.

Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020
523
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian kadar nitrit dari 14 sampel sarang burung walet
yang berasal dari pengekspor sarang burung walet yang berada di Jawa Tengah
memiliki kandungan nitrit dibawah ambang batas sehingga memenuhi persyaratan
ekspor sarang burung walet khususnya ke Negara China. Sarang burung walet
dari Indonesia dalam hal ini dari Jawa Tengah layak dan aman untuk dikonsumsi
ataupun diolah menjadi bahan tambahan pangan serta berpotensi untuk diolah
menjadi makanan ataupun minuman siap konsumsi. Berdasarkan hasil pengujian
deteksi kadar nitrit pada sarang burung walet, dapat diberikan beberapa saran
sebagai berikut : perlunya pemeriksaan kadar nitrit untuk setiap komoditi yang
akan di ekspor ke negara tujuan selain China guna meningkatkan nilai jual
sarang burung walet dari Indonesia, perlunya penambahan laboratorium yang
terakreditasi yang bisa melakukan uji deteksi kadar nitrit pada sarang burung
walet guna mendukung akselerasi ekspor dan gerakan tiga kali ekspor, perlunya
dukungan dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Perdagangan untuk
mengembangkan pasar sarang burung walet baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, W. 2012. Deteksi Kadar Nitrat dan Nitrit pada Komoditas Sarang
Burung Walet yang diekspor melalui Bandara Internasional Juanda.
Laboratorium Karantina Hewan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2013. Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian Nomor 832/Kpts/OT.140/L/3/2013 tentang Pedoman
persyaratan dan tindakan karantina hewan terhadap pengeluaran sarang
walet dari wilayah Negara Republik Indonesia ke Republik Rakyat China.
Jakarta (ID): Badan Karantina Pertanian
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.52.08.12.5545 tahun 2012
tentang Batas Maksimum Nitrit dalam Sarang Burung Walet. Jakarta (ID):
BPOM.
Guo CT, Takahashi T, Bukawa W, Takahashi N, Yagi H, Kato K, Hidari K.I.P.Jwa,
Miyamoto D, Suzuki T, Suzuki Y. 2006. Edible bird’s nest extract inhibits
influenza virus infection. Antiviral Res. 70:140-146.
Huda MZN, Zuki ABZ, Azhar K, Goh YM, Suhaimi H, Hazmi AJW, Zairi MS.
2008. Proximate, elemental and fatty acid analysis of pre-processed edible
bird’s nest (Aerodramus fuciphagus): A comparison beetween regions and
type of nest. J Food Technol. 6:39-44
Helmi. 2012. Bagaimana residu nitrit pada sarang walet. Tersedia pada http://
bkpbanjarmasin.me/index.php/31- berita-terkini-non-menu/43-residu-
nitrit-sarang-walet
Hamzah Z, Ibrahim NH, Sarojini, Hussin K, Hashim O, Lee BB. 2013. Nutritional
properties of edible bird nest. J As Scien Res. 3(6): 600-607

524 Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020 Prosiding
Pengembangan Penelitian Terapan Metode Pengujian Penyakit Hewan atau Obat

Jong CH, Tay KM, Lim CP. 2013. Application of the fuzzy Failure Mode and
Effect Analysis methodology to edible bird nest processing. Comp Elect
Agr. 96: 90-108
Kew PE, Wong SF, Lim PKC, Mak JW. 2014. Structural analysis of raw and
commercial farm edible bird nests. Tropical Biomedicine. 31(1):63-76
Lim CK, Cranbrook E. 2002. Swiftlets of Borneo: Builders of Edible Nest. Kota
Kinibalu (MY): Nat His Publication (Borneo)
Mardiastuti A, Mulyani YA, Sugarjito J, Ginoga LN, Maryanto I, Nugraha A. 1998.
Teknik Pengusahaan Walet Rumah, Pemanenan Sarang dan Penanganan
Pasca Panen. Kertas Kerja Riset Unggulan Terpadu IV Bidang Teknologi
Perlindungan Lingkungan. Jakarta (ID): Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi Dewan Riset Nasional
Marcone MF. 2005. Characterization of the edible bird’s nest the “Caviar of the
east”. Food Res Int. 38: 1125-1134
Ma F, Liu D. 2012. Sketch of the edible bird’s nest and its important bioactivities.
Food Res Int. 48:559-567
Nguyen QP, Vo QY, Voisin JF. 2002. The White-Nest Swiftlet and The Black-Nest
Swiftlet: A Monograph. Paris (FR): Societe Nouvelle Des Edition Boubee
Nur HH, Suryani D. 2012. Analisis kandungan nitrit dalam sosis pada distributor
sosis di kota Yogyakarta tahun 2011. Kes Mas. 6(1):1-12
Novelina S, Satyaningtijas AS, Agungpriyono S, Setijanto H, Sigit K. 2010.
Morfologi dan histokimia kelenjar mandibularis walet linchi (Collocalia
linchi) selama satu musim berbiak dan bersarang. J Ked Hewan. 4(1):1-6
Ramli, N. Dan S.M.N. Azmi. 2012. Food safety governance: Standard operating
procedure on controlling of nitrite level, handling and processing of edible
birs’s nest. Aust. J. Basic Appl. Sci. 6 (11). 301-305
Roh, K. B., Lee, J., Kim, Y. S., Park, J., Kim, J. H., Lee, J., & Park, D. 2012.
Mechanisms of Edible Bird’s Nest Extract-Induced Proliferation of
Human Adipose-Derived Stem Cells. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine. 2012: 1-11.
Suryanto. 2012. Ekspor sarang walet dihentikan China karena kandungan
nitrit Tersedia pada: http://www.antaranews.com/berita/ 325480/ekspor-
sarang-walet-dihentikan-china-karena-kandungan-nitrit Yuningsih. 2007.
Keracunan nitrat-nitrit pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya.
J Litbang Pert. 26(4):153-159
Susilo, H., Latif, H., dan Ridwan, Y. 2015. Penerapan Metode Pencucian dengan
Air Mengalir untuk menurunkan Kadar Nitrit pada Sarang Burung Walet.
Jakarta
Zhang J. 2012. Edible bird’s nest banned to bring in China. [diunduh 28 Mei
2014]. Tersedia pada: http://english.cntv.cn/20120227/116881.shtml

Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)
dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2020
525

Anda mungkin juga menyukai