2212100065-Undergraduate Thesis PDF
2212100065-Undergraduate Thesis PDF
Denny Ferdian
NRP 2212100065
Dosen Pembimbing
Ir. Joko Susila, MT.
Imam Arifin, ST., MT.
i
ii
HALAMAN JUDUL
Denny Ferdian
NRP 2212100065
Supervisor
Ir. Joko Susila, MT.
Imam Arifin, ST., MT.
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Denny Ferdian
NRP 2212100065
v
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
vi
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
viii
APLIKASI SLIDING MODE CONTROLLER PADA SISTEM
PNEUMATIC-HYDRAULIC COMBINATION CONTROL
ABSTRAK
Sistem pengaturan posisi pada Pneumatic-Hydraulic Combination
Control (PHCC) merupakan permasalahan tracking sistem mekanik.
Sistem PHCC merupakan kombinasi antara sistem pneumatik dan
hidrolik. Konsep tracking adalah bagaimana respon keluaran dapat
mengikuti sinyal referensi sedekat mungkin. Nonlinieritas pada sistem
PHCC terjadi karena penggunaan katup solenoid on/off yang terhubung
dengan silinder pneumatik-hidrolik Metode kontrol sliding mode
dirancang untuk meningkatkan kepresisian dan kecepatan dari silinder
pneumatik-hidrolik saat melakukan tracking sinyal referensi. Dengan
diterapkan metode ini, kecepatan dan kepresisian dari silinder
pneumatik-hidrolik meningkat dengan rise time yang dibutuhkan sistem
tanpa kontroler 11,3 detik menjadi 10 detik untuk tracking posisi
silinder. Kesalahan pembacaan posisi silinder yang semula 0,5 mm
menjadi 0,3 mm.
ix
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
x
APPLICATION OF SLIDING MODE CONTROLLER ON
PNEUMATIC-HYDRAULIC COMBINATION CONTROL SYSTEM
ABSTRACT
In pneumatic system, pressured air that has high compressibility is used
as the transmission media. Pressure which produced in this system is
low. Using this media has weaknesses in example high compressibility.
Consequences, speed is slow and precission rate of cylinder is low.
Resolving this problem, Pneumatic-Hydraulic Combination Control
(PHCC) systems is applied which combination between pneumatic and
hydraulic system. This research discusses about PHCC system that
includes nonlinear system. Nonlinearity occur while the system is
changing from charging to discharging mode or vice versa. This method
has low sensitivity while applied to nonlinear system(s). The advantages
of applying sliding mode control, speed and precission rate of
pneumatic-hydraulic cylinder increased. Sliding Mode Controller be
able to drive system to track position. This has been proven by
experiment which shows cylinder’s rise time to get to desired position
was 10 seconds at 0.3 mm for any initial condition.
xi
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan umat muslim yang senantiasa meneladani beliau.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan S-1 pada Bidang Studi Teknik Sistem
Pengaturan, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan judul:
“APLIKASI SLIDING MODE CONTROLLER PADA SISTEM
PNEUMATIC-HYDRAULIC COMBINATION CONTROL”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga,
saudara, Bapak Joko Susila, Bapak Imam Arifin, segenap dosen bidang
studi Teknik Sistem Pengaturan atas segala bimbingan ilmu, moral, dan
spiritual dari awal hingga terselesaikannya penelitian ini, dan teman-
teman di Lab. AJ-104 yang selalu memberikan doa, semangat, serta
dukungan.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan pada penelitian ini dan memohon maaf jika
terdapat kesalahan.
Penulis
xiii
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN
xv
2.2.5 Aplikasi Sistem Hidrolik .................................................. 19
2.2.6 Desain Rangkaian Sistem Hidrolik .................................. 20
2.3 Sistem PHCC .............................................................................. 21
2.3.1 Deskripsi Sistem PHCC ................................................... 21
2.3.2 Silinder Pneumatik-Hidrolik ............................................ 22
2.4 Sliding Mode Control.................................................................. 22
2.4.1 Sliding Surface ................................................................. 23
2.4.2 Control Law ..................................................................... 24
2.5 Kestabilan Lyapunov .................................................................. 25
2.5.1 Second Method of Lyapunov ............................................ 25
BAB III PERANCANGAN SISTEM .................................................... 27
3.1 Sliding Mode Controller ............................................................. 27
3.2 Penentuan Sliding Surface .......................................................... 27
3.3 Penentuan Control Law .............................................................. 29
3.4 Pemodelan Plant ......................................................................... 31
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ............................................... 37
4.1 Respon Open Loop Sistem PHCC Tanpa Kontroler ................... 37
4.2 Pengujian dengan Perubahan Parameter Sliding Mode ............... 37
4.2.1 Performansi Tracking ....................................................... 37
4.2.2 Sinyal Kesalahan .............................................................. 42
4.2.3 Sliding Surface ................................................................. 45
4.2.4 Control law ...................................................................... 47
BAB V PENUTUP ............................................................................... 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 51
5.2 Saran ..........................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 53
RIWAYAT PENULIS ........................................................................... 55
LAMPIRAN A ...................................................................................... 57
LAMPIRAN B ....................................................................................... 58
xvi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
xvii
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
xviii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
xix
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
xx
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu, penggunaan metode Sliding Mode yang memanfaatkan
prinsip pensaklaran dapat memperbaiki tingkat kesalahan ini. .
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem kombinasi
pneumatik hidrolik serta kontroler yang sesuai untuk memperbaiki
respon plant saat melakukan tracking posisi. Kontroler yang telah dibuat
diimplementasikan pada sistem PHCC. Dengan merancang model
kombinasi sistem pneumatik-hidrolik maka kecepatan dan posisi silinder
meningkat. Sementara dengan mengimplementasikan Sliding Mode
Controller pengaturan posisi lebih presisi.
2
data atau informasi dari literatur dan buku-buku teks yang relevan
dengan penelitian ini, termasuk datasheet dan manual book dari
komponen-komponen penyusun plant. Pemodelan dilakukan dengan
menurunkan persamaan dari hukum fisis. Setelah mendapatkan
parameter yang digunakan, dilakukan pemodelan sistem dan
perancangan kontroler.
Eksperimen dilakukan dengan menganalisa respon saat plant
diimplementasikan dengan kontroler yang menggunakan masukan
sinyal step dan sinus melalui simulasi pada software. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah Sliding Mode Control. Dari hasil
analisa, diambil kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Tahap
akhir penelitian adalah penyusunan Buku Tugas Akhir.
1.7 Relevansi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan menjadi
referensi perancangan kontroler dan penentuan metode kontrol yang
tepat untuk diimplementasikan pada sistem PHCC.
3
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
4
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Untuk penggunaan di tingkat laboratorium, nilainya sebesar 4-8 atm.
Sedangkan penggunaan di bidang industri, nilainya sebesar 9-12
atm[2]. Dua keuntungan utama dari sistem pneumatik adalah murah
dan desain yang sederhana. Biaya perancangan sistem pneumatik
kurang dari satu sirkuit hidrolik tetapi biaya operasi bisa lima sampai
sepuluh kali lebih tinggi. Memampatkani udara atmosfer ke tekanan
kerja nominal membutuhkan banyak energi. Motor udara adalah salah
satu komponen yang paling mahal untuk dioperasikan. Diperlukan
waktu sekitar satu menit untuk memampatkan 4 cfm dari udara
atmosfer ke 100 psi. Sebuah motor udara standar memiliki kapasitas
hingga 60 cfm untuk beroperasi, sehingga motor udara membutuhkan
15 kompresor untuk bergerak. Untungnya, motor udara tidak harus
terus bergerak tetapi dapat dinyalakan saat diperlukan. Mesin yang
menggunakan udara mampat lebih tenang daripada yang menggunakan
sistem hidrolik. Hal ini terjadi karena sumber daya(kompresor udara)
dipasang di tempat yang berjarak jauh dari mesin.
6
Udara standar adalah udara pada permukaan laut yang memiliki
suhu 68oF, tekanan 14,7 psia (20oC dan 101 kPa abs) dan kelembapan
relatif 36%. Istilah udara standar digunakan saat membuat perhitungan
rangkaian pneumatik. Untuk melakukan perhitungan tekanan pada
rangkaian pneumatik maka harus mempertimbangkan volume dan
tekanan udara. Perubahan karakteristik pada udara juga berhubungan
dengan dan suhu mutlak. Satuan standar internasional untuk tekanan
adalah Pascal (Pa) sedangkan di bidang industri menggunakan kilo
Pascal (kPa) dan Mega Pascal (MPa). Tabel 2.1 menunjukkan konversi
satuan yang banyak digunakan dalam sistem ini.
Pascal (Pa) 1 Pa
7
No Keuntungan Kerugian
5 Keamanan Kebisingan
6 Ramah lingkungan
7 Murah
8
Komponen pengatur tekanan dibentuk dari berbagai komponen.
Komponen tersebut adalah Filter, Regulator, dan Lubricator. Filter
mampu menghilangkan ketidakmurnian dari udara mampat yang
mungkin masih mengandung uap, air, atau debu sebelum disalurkan ke
komponen pneumatik lainnya. Regulator berfungsi untuk
menstabilkan tekanan dan mengatur pengoperasian komponen
pneumatik. Lubricator berfungsi menghasilkan pelumasan untuk
komponen pneumatik sehingga komponen tidak mudah rusak dan
macet.
Komponen yang menggunakan udara mampat ada tiga macam,
yakni Komponen eksekusi, Katup Pengaturan Arah, dan Katup
Pengatur. Komponen eksekusi pneumatik menghasilkan pergerakan
bujursangkar atau melingkar. Contoh komponen eksekusi pneumatik
termasuk piston silinder, motor pneumatik, dan sebagainya. Gerak
bujursangkar diproduksi oleh piston silinder, sementara motor
pneumatik memberikan gerak melingkar secara terus menerus. Ada
banyak jenis silinder, seperti silinder kerja tunggal dan ganda. Silinder
kerja tunggal hanya memiliki satu pintu masuk yang memungkinkan
udara mampat mengalir melalui selang. Oleh karena itu, piston hanya
menghasilkan dorong satu arah seperti pada Gambar 2.1. Batang
piston didorong ke arah yang berlawanan dengan pegas internal atau
dengan gaya eksternal yang disediakan oleh gerakan mekanis atau
berat beban.
9
diameter silinder harus ditingkatkan. Silinder kerja tunggal digunakan di
bidang percetakan, pengecapan, dan sebagainya.
Pada silinder kerja ganda, tekanan udara diberikan secara
bergantian ke permukaan piston, menghasilkan kekuatan pendorong dan
penarik. Silinder kerja ganda biasanya terbuat dari baja. Permukaan
silinder juga dipoles dan dilapisi dengan kromium untuk mengurangi
gesekan sehingga tidak mempengaruhi kinerja silinder. Katup
pengaturan arah berfungsi untuk memastikan aliran udara antara lubang
udara dengan cara membuka, menutup dan mengalihkan sambungan
internal katup.
10
Aturan penulisan simbol pneumatik yang distandarkan sesuai ISO-5599
ditunjukkan oleh Tabel 2.3.
11
Gambar 2.4 Aturan Dasar Penggambaran Rangkaian Pneumatik
12
Gambar 2.6. Sistem Pneumatik pada Pintu Bus
13
No. Prosedur
membahayakan nyawa manusia.
6 Sebelum menggunakan komponen suplai udara mampat, perlu
diperiksa seluruh rangkaian apakah ada segel yang tidak rapat,
tekanan abnormal atau pipa yang rusak.
7 Sebuah pipa yang tidak rapat sambungan dan segelnya dapat
berguncang karena perubahan tekanan di dalamnya. Oleh karena
itu, setiap kali sebelum tekanan pada sistem ditingkatkan, harus
dilakukan pemeriksaan keseluruhan rangkaian untuk mencegah
kecelakaan.
8 Gaya yang dihasilkan oleh silinder pneumatik relatif besar (jika
tekanan yang diberikan besar pula), dan sangat cepat. Manusia
dapat menderita luka serius jika tertabrak sebuah silinder.
9 Tombol saklar harus dipasang pada elemen suplai udara mampat
untuk menyalakan/mematikan aliran udara secara mudah dan
cepat.
10 Jika terjadi kebocoran, elemen suplai udara mampat harus
dimatikan segera.
11 Elemen suplai udara mampat harus dimatikan sebelum
melakukan perubahan pada sistem.
12 Jangan mendekati bagian yang sedang bergerak pada sistem.
13 Jangan memindahkan bagian yang bergerak pada katup operasi
mekanis dengan tangan.
2.2 SistemHidrolik
2.2.1 Definisi Sistem Hidrolik
Sistem yang menggunakan fluida tertutup menggunakan cairan
mampat sebagai media transmisi disebut sebagai sistem hidrolik. Sistem
hidrolik bekerja pada prinsip hukum Pascal yang mengatakan bahwa
tekanan dalam fluida tertutup seragam di semua arah. Sistem ini
memiliki keuntungan dapat digunakan dalam lingkungan yang memiliki
suhu tinggi dan menghasilkan gaya yang besar. Cairan mampat memiliki
nilai bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari pengguna. Untuk
penggunaan di tingkat laboratorium sebesar 20-25 atm. Sedangkan
penggunaan di bidang industri sebesar 40-50 atm[2]. Dalam kasus
silinder kerja ganda, tekanan yang diberikan pada satu sisi akan
menghasilkan tekanan yang meningkat di sisi lain secara proporsional
dengan rasio silinder. Karena rasio silinder 1:1,7 dan tekanan kerja 60
14
bar (61,17 atm), dapat meningkatkan tekanan hingga lebih dari 100
bar (100,13 MPa).
15
2.2.2 Karakteristik Fluida pada Sistem Hidrolik
Fungsi utama fluida dalam sistem daya fluida adalah
menyalurkan energi. Terdapat pertimbangan praktis untuk
menentukan cairan khusus yang digunakan dalam sistem hidrolik.
Cairan harus mampu mendinginkan sistem melalui disipasi panas
dalam radiator atau reservoir, dapat melakukan penyegelan untuk
mencegah kebocoran, harus melumasi permukaan yang berputar dan
bergeser seperti di motor dan silinder, tidak menimbulkan korosi
pada komponen dan harus memiliki lifetime yang panjang tanpa
mengalami kerusakan secara kimiawi. Sistem hidrolik pada awalnya
menggunakan air sebagai fluida sistem karena aman bagi manusia
dan lingkungan, murah dan tersedia secara luas, namun memiliki
kelemahan yang signifikan untuk aplikasi hidrolik. Air tidak dapat
melakukan pelumasan, memiliki viskositas rendah dan kebocoran
pada segel, mengalami kavitasi ketika tekanan fluida bernilai negatif,
memiliki jangkauan suhu pendek antara titik beku dan didih (0
sampai 100o C), sifat korosif yang tinggi pada baja dan besi.
Kelemahan tersebut menyebabkan saat ini fluida pada sistem hidrolik
menggunakan minyak bumi dengan bahan dasar minyak, ditambah
zat aditif agar tidak berbusa dan terjadi korosi. Minyak bumi
memiliki biaya murah, dapat melakukan pelumasan yang baik dan
tahan lama. Contohnya yaitu cairan yang digunakan pada rem dan
gigi.
16
No. Keuntungan Kerugian
pemilihan bahan dan fluida.
17
Positive displacement pump berfungsi untuk mengirimkan
volume cairan yang bernilai konstan. Kuantitas debit per revolusi
bernilai tetap di pompa ini dan menghasilkan aliran fluida yang
proporsional untuk perpindahan dan kecepatan rotor. Pompa ini
digunakan di sebagian besar industri yang menggunakan tenaga fluida.
Keuntungan penggunaan pompa ini adalah daerah yang memiliki
tekanan tinggi dan tekanan rendah (berarti daerah masukan dan
keluaran) dipisahkan sehingga cairan tidak bisa bocor karena tekanan
tinggi di saluran keluar.
18
yakni kemampuan untuk menghasilkan tekanan tinggi, efisiensi
volumetrik yang tinggi, menghasilkan daya tinggi, tekanan rentang
operasi kecil dan lebih luas serta cepat. Laju aliran fluida dari pompa ini
berkisar dari 0,1 dan 15.000 gpm, tekanan berkisar antara 10 dan
100.000 psi dan kecepatan putar kurang dari 500 rpm. Hal ini
menunjukkan bahwa positive displacement pump tidak hanya
menghasilkan tekanan tetapi juga aliran fluida. Contoh positive
displacement pump secara umum adalah pump gear, baling-baling
pompa dan pompa piston.
Katup pengatur arah digunakan untuk mengatur distribusi
energi dalam sistem tenaga fluida. Katup ini mengarahkan cairan untuk
mengalir pada arah tertentu. Katup ini digunakan untuk mengendalikan
saat awal fluida bergerak, berhenti dan perubahan arah dari aliran fluida.
Katup ini mengatur arah aliran pada rangkaian hidrolik. Katup pengatur
arah ini memiliki lubang bukaan eksternal untuk cairan masuk dan
keluar. Jumlah lubang biasanya diidentifikasi dengan istilah 'jalan'.
Sebagai contoh, sebuah katup dengan empat lubang disebut juga katup
empat arah. Laju aliran fluida berfungsi untuk mengatur kecepatan
aktuator (gerak keluaran) dan harus diatur dalam sistem hidrolik. Proses
ini dapat dilakukan dengan menggunakan katup pengatur aliran.
Tekanan dapat ditingkatkan secara bertahap ketika sistem sedang
berjalan. Katup pengatur tekanan melindungi sistem dengan
mempertahankan tekanan sistem sesuai nilai yang diinginkan. Katup
pengatur arah dapat diklasifikasikan seperti pada Gambar 2.8.
19
No. Bidang Kegunaan
robot.
20
salah satu katup yang digunakan pada sistem hidrolik seperti pada
Gambar 2.9.
21
Gambar 2.10. Diagram Fisik Sistem PHCC
22
maupun non-linear. Konsep Sliding Mode Control menyatakan bahwa
trayektori dari titik sembarang pada bidang fasa akan menuju ke sliding
surface. Trayektori akan meluncur pada sliding surface, menuju origin
pada bidang fasa. Switching line akan terbentuk di sekitar sliding surface
dan hanya memiliki nilai maksimum serta minimum. Kondisi yang
terjadi pada saat trayektori bergerak pada switching line dinamakan
dengan sliding mode. Agar tidak keluar dari sliding surface dan tetap
berada pada rentang switching line , dibutuhkan sebuah fungsi kontrol.
d
s( x, t ) ( ) n1 ~
x (2.1)
dt
s = x2 + λx1,
0 = x2 + λx1,
x2 = -λx1
atau,
-x2 = λx1 (2.2)
23
Dimana x1, melambangkan kesalahan dari posisi silinder, dan x2,
melambangkan kesalahan dari kecepatan silinder. Pergerakan silinder
dengan nilai posisi yang bervariasi akan menuju ke referensi melalui
sliding surface(s) dapat dilihat pada Gambar 2.12.
u = ueq + un (2.3)
24
0
u k sgn(s) (2.4)
k sgn(s) 0
Dimana k adalah konstanta dan fungsi sgn(signum) digunakan
sebagai pembatas saat terjadi diskontinuitas pada sliding surface.
25
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
26
3 BAB III
PERANCANGAN SISTEM
27
e~
x x xd (3.1)
d
s( x, t ) ( ) n 1 ~
x (3.2)
dt
d
s( x, t ) ( ) 21 ~
x
dt
d
s( x, t ) ( ) ~
x (3.3)
dt
d d
s( x, t ) ( ( x) ( xd ) x xd )
dt dt
s( x, t ) ( x xd ) ( x xd ) (3.4)
s( x, t ) ( x2 x2 d ) ( x1 x1d ) (3.5)
28
3.3 Penentuan Control Law[2]
Persamaan sistem dapat dinyatakan pada Persamaan (3.6)
x f ( x) B( x)u (3.6)
x1 x2
( K h bL ) x2 ( K L ) x1 FL (3.7)
x 2 x3
m
V ss 0 (3.9)
V ss
s(ε λε)
s(x xd λε) (3.10)
s(x (f(x, x) bu) λε)
sx sf(x,x) sbu sλε
Agar dV/dt bernilai negatif, u dapat dibagi menjadi tiga kontroler parsial
yang dijabarkan menjadi seperti pada Persamaan (3.11)
29
V sx sf(x,x) sb(u1 u2 u3 ) sλε
(3.11)
( sx sbu1 ) ( sf(x,x) sbu2 ) ( sλε sbu3 )
1 ( K bL ) x2 ( K L ) x1
u sgn( s)( x h λε) (3.16)
m V20m
30
3.4 Pemodelan Plant[8]
Dasar dari sistem PHCC merupakan sistem pneumatik, sedangkan
sistem hidrolik merupakan bagian kombinasi untuk mengurangi
kelemahan yang terjadi pada sistem hidrolik. Maka pemodelan sistem
ini didasarkan dari sistem pneumatik yang terdiri dari pneumatic supply,
katup solenoid on/off, dan silinder kerja ganda. Untuk melakukan
pemodelan berdasarkan hukum Newton II, maka perlu dicari gaya yang
bekerja pada sistem. Gaya yang bekerja adalah posisi, kecepatan, dan
percepatan. Pada silinder kerja ganda, terdapat pegas sebagai
mekanisme agar batang silinder dapat kembali secara otomatis. Peredam
berfungsi untuk mengurangi guncangan dan getaran pada silinder.
Didapatkan komponen penyusun gaya-gaya yang bekerja pada sistem
pneumatik. Hubungan antara komponen pegas, peredam, dan massa
silinder terhadap posisi, kecepatan, serta massa beban ditunjukkan pada
Persamaan (3.22)
Dalam melakukan pemodelan, parameter yang ada pada sistem
ditentukan berdasarkan standar industri ataupun standar internasional
jika berhubungan dengan variabel natural. Parameter yang digunakan
sebagai acuan untuk pemodelan dan simulasi sistem PHCC disebutkan
dalam Tabel 3.1.
31
Gambar 3.2. Free Body Diagram Sistem Pneumatik[9]
P=F/A (3.17)
PV=nRT (3.18)
32
ΣF = m a (3.19)
x
x
X (3.20)
P1
P2
z3 1 1 2 2
m
z4
P2
ΣF m a
ΣF kx + bx + mx
Fc FL kx + bx + mx
33
mx Fc FL kx bx
Fc FL kx bx
x (3.22)
m
PV nRT
RTq m1 P1V1
P1 k (3.23)
V1
RTq m 2 P2V2
P2 k (2.24)
V2
34
z1 z2
z2 z3
k(A 22z 4 z 2 A 2RTqm2 ) k(A1 z 2z3 A1RTqm1 )
z3 - -
m(V20 - A 2z1 ) m(V10 + A1 z1 )
k(A 22 z 4z 2 - A 2RTqm2 ) (3.25)
z4
m(V10 - A 2z1 )
z2
z1 ( (K h b L ) z 2 K L z 1 ) F L
z3 -
m
z2
Z k ( A z z A R T q ) k(A z z A R T q ) (3.26)
z3 - 2 4 2 2 m2
- 1 2 3 1 m1
m ( V - A z ) m ( V + A z )
z4 20 2 1 10 1 1
2
k(A 2 z 4 z 2 - A 2 R T q m 2 )
m ( V 20 - A 2 z 1 )
35
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
36
4 BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
Pengujian dari hasil perancangan kontroler dengan cara
membandingkan respon sistem saat simulasi, yaitu plant dengan SMC
melakukan tracking terhadap sinyal referensi. Analisa dilakukan setelah
dilakukan pengujian.
37
sliding mode yakni 0, 5, 20, 35 dan 50 lalu menganalisa perubahan
kecepatan serta tracking posisi silinder terhadap sinyal referensi.
Pengujian dihentikan saat didapatkan data mengenai parameter yang
dapat mempengaruhi tracking posisi.
38
Gambar 4.3. Tracking Sinyal Referensi saat λ = 35
39
Gambar 4.4. Tracking Sinyal Referensi saat λ = 20
40
Pada pengujian selanjutnya, dengan parameter sliding mode
diubah menjadi 5 didapatkan respon seperti tampak pada Gambar 4.5.
Plant tidak mampu lagi untuk melakukan tracking posisi terhadap
referensi secara sempurna pada detik 80 seperti pada percobaan
sebelumnya. Pada saat respon dalam keadaan peralihan respon masih
mampu menjaga posisinya terhadap referensi namun sudah tampak
kesalahan pembacaan pada saat tahap ini.
41
4.2.2 Sinyal Kesalahan
Pada sinyal kesalahan diketahui terjadi chattering pada saat Perlu
diperhatikan bahwa sinyal kesalahan ini terjadi saat perubahan dari
mode charge dan discharge pada silinder. Pada kondisi riil besarnya
sinyal kesalahan ini mempengaruhi pergerakan silinder seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.7. Plant tidak dapat melakukan tracking
posisi terhadap referensi secara keseluruhan akibat dari pembacaan state
posisi menjadi negatif dan menyebabkan nilainya akan terus naik atau
silinder akan bergerak maju. Jika nilai kontroler kurang dari sama
dengan 0, maka tracking posisi tidak dapat dilakukan.
42
Gambar 4.8. Sinyal Kesalahan untuk λ = 35
43
Gambar 4.10. Sinyal Kesalahan untuk λ = 5
44
4.2.3 Sliding Surface
45
Gambar 4.13. Sliding Surface untuk λ = 20
46
Gambar 4.15. Sliding Surface untuk λ = 0
47
Gambar 4.17. Control Law untuk λ = 35
48
Gambar 4.19. Control Law untuk λ = 5
49
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
50
LAMPIRAN A
57
LAMPIRAN B
58
5 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan merancang model sistem Pneumatic-
Hydraulic Combination Control (PHCC), di mana sistem ini
menggunakan katup solenoid on/off yang menyebabkan sifat nonlinier
pada sistem dan silinder pneumatik-hidrolik yang merupakan kombinasi
antara silinder pada sistem pneumatik dan sistem hidrolik. Terlihat saat
sistem melakukan tracking posisi terhadap sinyal referensi, semakin
besar perubahan parameter sliding mode atau semakin positif, maka
kemampuan plant untuk tracking terhadap sinyal referensi semakin baik.
Sinyal kesalahan juga semakin berkurang. Efek dari perubahan
parameter kontroler adalah dapat memperbesar atau memperkecil.
kecepatan dan kepresisian dari silinder pneumatik-hidrolik. Rise time
sistem tanpa kontroler sebesar 11,3 detik menjadi 10 detik untuk
tracking posisi silinder di mana parameter sliding mode bernilai positif.
Kesalahan pembacaan posisi silinder yang semula 0,5 mm menjadi 0,3
mm.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa chattering tetap terjadi pada
sistem meskipun kontroler telah diimplementasikan. Untuk penelitian
selanjutnya, dengan mengubah fungsi kontrol signum dengan saturasi
atau dengan kata lain merubah switching control (un) dengan fungsi
boundary layer dapat menghilangkan chaterring sehingga sistem
menjadi stabil dan performa silinder dapat meningkat. Selain itu,
problem ini dapat diatasi dengan mempertimbangkan pemilihan katup
dan sensor yang sesuai.
51
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
52
1 DAFTAR PUSTAKA
53
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
54
2 RIWAYAT PENULIS
55
-----Halaman ini sengaja dikosongkan-----
56