Anda di halaman 1dari 35

Pengetahuan Lelang

DTSS Pejabat Lelang I - 2016

Sejarah Lelang
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin

auctio yang berarti peningkatan harga secara bertahap.


Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa
lelang telah dikenal sejak 450 tahun Sebelum Masehi.
Lelang yang populer saat itu misalnya lelang karya seni,
lelang tembakau, lelang kuda, lelang budak, dsb.

Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan
berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908 No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Hal ini
terkait dengan pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barang-barang milik
pejabat pemerintahan yang mutasi. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga
saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indoensia.
edudukan Lembaga Lelang
Di awal berdirinya organisasi

Direktuur van
Financient
(sebutan Menteri Keuangan)

Saat itu juga dikenal komisi


Inspeksi Urusan
yang dibentuk untuk
Lelang
menjalankan aktivitas
lelang yaitu Komisioner
Lelang Negara, saat ini
Vendu Kantoren Vendumesteer Klas dikenal dengan istilah Balai
(Kantor Lelang Negeri)
(Batavia, Bandung, II Lelang.
(Pejabat Lelang)
Cirebon, Semarang, (diangkat pada tahun
Jogjakarta, Surabaya, 1919 untuk
Makassar, Banda menjembatani daerah
Aceh, Medan dan yang tidak ada Vendu
Palembang) Kantoren)

Unit Lelang
Bergabung
dengan
Pajak
1960
Pertimbangan Unit Lelang
Ditjen Pajak
digabung dan berada di bawah
Ditjen Pajak :
Unit Lelang 1. Penerimaan negara yang
dihimpun unit lelang
negara berupa Bea Lelang
yang merupakan salah
Pusat Unit Lelang Daerah satu jenis pajak tidak
langsung.
2. Saat itu baru saja
terbentuk Undang-Undang
Dinas Lelang Es. III Kantor Lelang Negeri Kelas I Nomor 19 tahun 1959
tentang Penagihan Pajak
(eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III) dengan Surat Paksa
dimana lembaga lelang
sangat diperlukan dalam
pelaksanaan penagihan
pajak.
Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga
Komisioner Lelang Negara (SK No.D.15.4/D1/16-2
Komisioner Lelang tanggal 2 Mei 1972)
1. Bahwa dengan Inpres 2. Bahwa pelelangan-

Dihapus 9 tahun
pemindahtanganan
barang-barang yang
1970, pelelangan
umumnya
pada
sudah
dapat ditampung dan

1972
dimiliki/dikuasai diselesaikan oleh
negara harus Kantor Lelang Negara
dilaksanakan di dan atau Kantor-
hadapan Pejabat Kantor Pejabat Lelang
Lelang sesuai Undang- Kelas II.
Undang.

1991
2006
Ditjen
BUPN BUPLN DJPLN
Pajak
1990 2000
Dasar Hukum Lelang

Secara garis besar dasar hukum lelang


terbagi menjadi dua bagian :

Umum Khusus

Umum :
ketentuan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur tentang
lelang, tetapi ada pasal-pasal di dalamnya yang mengatur tentang lelang.

Khusus:
ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang
lelang.

Umum
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG,
antara lain:
1. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No.
23).
2. RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
Umum
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG,
antara lain:
8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
12. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS.
13. Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
14. Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
15. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:

1. Vendu Reglement (Stb 1908:189 jo. Stb 1940:56 jo. Stb 1941:3),
2. Vendu Instructie (Stb 1908:190),
3. PP No.1 Th 2013 tentang Jenis Tarif PNBP yang berlaku pada Kemenkeu.
4. PMK Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK Nomor 106/PMK.06/2013.
5. PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013.
6. PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013.
Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:

7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah


diubah dengan PMK Nomor 160/PMK.06/2013.
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II.
9. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL.
10.Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor
PL Kelas II.
11.Per-6/KN/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang.
12.Per-4/KN/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lelang Dengan
Penawaran Melalui Surat Elektronik (email).

Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:

13. Per-11/KN/2014 tentang Tata Tertib Lelang Dengan Kehadiran


Peserta Lelang.
14. Peraturan dan ketentuan yang terkait lainnya.
Pengertian Lelang

Lelang adalah penjualan barang yang terbuka


untuk umum dengan penawaran harga secara
tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang
didahului dengan Pengumuman Lelang.

• Pasal 1 Vendu Reglement dan


• Pasal 1 angka 1 PMK No.93/PMK.06/2010 jo. PMK No. 106/PMK.06/2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Perbandingan Lelang dengan Tender

No Lelang Tender
1. Penjualan barang Pengadaan/pembelian
barang/jasa
2. Dilakukan secara lisan atau Dilakukan secara tertulis
tertulis
3. Didahului pengumuman Didahului pengumuman
lelang
4. Penjual hanya satu dan calon Penjual lebih dari satu dan calon
pembeli lebih dari satu pembeli hanya satu
5. Yang ditunjuk sebagai Yang ditunjuk sebagai
pemenang adalah yang pemenang adalah yang
mencapai harga tertinggi harganya paling rendah atau
yang paling menguntungkan
6. Harus dilakukan dihadapan Tidak dilakukan dihadapan
Pejabat Lelang Pejabat Lelang
Unsur Unsur Lelang

1. Dilakukan pada suatu saat dan tempat yang telah


ditentukan.
2. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu;
3. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga
yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara
lisan atau secara tertulis yang kompetitif;
4. Peserta mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan
sebagai pemenang/pembeli;

Ketentuan Penting
Pasal 1 a Vendu Reglement
bahwa penjualan di muka umum tidak boleh
dilakukan selain dihadapan juru lelang.
Dengan peraturan pemerintah, penjualan
umum dapat dilakukan tanpa campur
tangan juru lelang.

Pasal 2 PMK No. 93 Tahun 2010


Bahwa setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh
dan/atau dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan
lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah
FUNGSI LELANG
Fungsi privat lelang
terletak pada hakekat
Fungsi lelang dilihat dari tinjauan
Privat perdagangan, di mana
lelang merupakan sarana
Fungsi Budgeter untuk mempertemukan
Mengumpulkan Fungsi Fungsi penjual dan pembeli
penerimaan negara Budgeter Publik dalam transaksi jual beli
dalam bentuk Bea
barang dengan cara-cara
Administrasi dan Bea
Lelang. Lelang juga yang diatur Undang-
dibebani tugas undang.
mengamankan Pajak,
antara lain Pajak Fungsi publik tercermin dari :
Penghasilan (PPh) atas a) Mengamankan asset yang dimiliki/dikuasai negara untuk
lelang tanah atau tanah
meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi dari pengelolaan
dan bangunan dan Bea
Perolehan Hak atas
asset tersebut.
Tanah dan atau b) Pelayanan penjualan barang dalam rangka mewujudkan law
Bangunan (BPHTB). enforcement yang mencerminkan keadilan, keamanan dan
kepastian hukum seperti penjualan barang sitaan Pengadilan,
Kejaksaan, Pajak dan sebagainya.

Sistem Lelang di Indonesia

1. Dilihat dari cara pembayarannya


a. Lelang dengan tanggungan pemerintah.
b. Lelang di luar tanggungan pemerintah.
c. Lelang tunai.
d. Lelang kredit (skg tidak digunakan)

2. Dilihat dari perhitungan bea lelang


a. Lelang dengan harga eksklusif.
b. Lelang dengan harga insklusif.
Sistim Lelang,
dari cara pembayaran :

Lelang dengan tanggungan pemerintah

Lelang di luar tanggungan pemerintah

Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah

• Pembeli membayar harga lelang berikut kewajiban-


kewajiban pembayaran lainnya kepada Pemerintah
(Pejabat Lelang), kemudian Pemerintah yang akan
membayar/menyetor kepada Penjual dan kepada
yang berhak lainnya.
• Apabila tidak diperjanjikan lain oleh Penjual, maka
pada prinsipnya lelang selalu dianggap dilakukan
dengan tanggungan pemerintah.
Lelang Diluar Tanggungan Pemerintah

Pasal 4 ayat (2) VR bahwa pemenang lelang/pembeli membayar harga lelang


berikut kewajiban-kewajiban lainnya langsung kepada Penjual.

a. Menurut Pasal 21 VR terhadap barang-barang milik negara tidak


diperkenankan untuk dijual di luar tanggungan pemerintah.
b. Harus disebutkan dengan tegas oleh Penjual dalam syarat-syarat penjualan.
c. Pembeli membayar harga langsung kepada penjual.
d. Pemerintah tidak terikat pada penjual untuk pembayaran hasil penjualan
lelang.
e. Sistim ini untuk lelang noneksekusi sukarela dengan menggunakan jasa
balai lelang yang dilelang melaui PL Kelas I (KPKNL) dan lelang yang melalui
PL Kelas II.
f. Tarif bea lelang, ditentukan khusus diluar PP No. 1 Tahun 2013.

Sistim Lelang,
dari cara pembayaran :
Lelang dengan pembayaran secara kredit /
dicicil / pembayaran tangguh

Lelang dengan pembayaran secara tunai /


kontan / sekaligus
Lelang dengan pembayaran secara kredit
• Sekarang sudah tidak dipergunakan lagi, sejak dikeluarkan SK
Menteri Keuangan bahwa pembayaran harus dilakukan secara
tunai.

Lelang dengan pembayaran secara tunai


• Saat ini pembayaran dilakukan paling lambat 5 x 24 jam hari kerja
setelah pelaksanaan lelang. Pembayaran dapat dilakukan secara
tunai (cash) atau cek/giro.

Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah

Tarif bea lelang yang digunakan

BL Penjual BL Pembeli BL Penjual BL Pembeli


LELANG NONEKSEKUSI WAJIB
LELANG EKSEKUSI BARANG YANG BTB 0% 2% BTB 0% 1.5%
BARANG MILIK
DIRAMPAS UNTUK NEGARA
NEGARA/DAERAH
0% 3% 0% 2%
BB BB

BL Penjual BL Pembeli BL Penjual BL Pembeli


LELANG EKSEKUSI BARANG YANG LELANG NONEKSEKUSI WAJIB
SELAIN DIRAMPAS UNTUK BTB 1.5% 2% SELAIN BARANG MILIK BTB 1% 1.5%
NEGARA NEGARA/DAERAH
2% 3% 1.5% 2%
BB BB

BL Penjual BL Pembeli LELANG NONEKSEKUSI BL Penjual BL Pembeli


LELANG NONEKSEKUSI
SUKARELA OLEH PL KELAS I BTB 1% 1.5% SUKARELA OLEH PL KELAS II BTB 0% 0.2%
DALAM KB
BB 1.5% 2% BB 0% 0.3%

LELANG NONEKSEKUSI BL Penjual BL Pembeli LELANG NONEKSEKUSI WAJIB BL Penjual BL Pembeli


Kayu
SUKARELA OLEH PL KELAS II 0% 0.4% KAYU DARI TANGAN PERTAMA 0.5% 1.5%
BTB
LUAR KB
BB 0% 0.5%
BL Penjual BL Pembeli
LELANG PEGADAIAN BB
1% 1%
Subjek Lelang
Pejabat Lelang
Penjual
Peserta Lelang / Pembeli
Balai Lelang

PEJABAT LELANG

Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan


diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang.

Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat Jenderal


Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan lelang eksekusi, lelang
noneksekusi wajib, dan lelang noneksekusi sukarela.

Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang


melaksanakan lelang noneksekusi sukarela.
TUGAS & FUNGSI

Setiap Pejabat Lelang harus:


1. melaksanakan persiapan lelang;
2. melaksanakan lelang;
3. melaksanakan kegiatan-kegiatan yang timbul pada
pasca lelang;
Pejabat Lelang Kelas I untuk pelaksanaan lelang yang terkait
dengan kewenangan publik dan kewenangan privat, yaitu Lelang
Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Wajib serta Lelang Noneksekusi
Sukarela, atas permohonan Penjual/Pemilik Barang.
Pejabat Lelang Kelas II untuk pelaksanaan lelang yang terkait
dengan kewenangan privat, yaitu Lelang Non Eksekusi Sukarela,
atas permohonan Balai Lelang atau Penjual/Pemilik Barang.

KOMPETENSI

Kompetensi Absolut Pejabat Lelang dimiliki berdasarkan


yurisdiksi untuk melaksanakan lelang.

PL Kelas I berwenang melaksanakan semua jenis lelang,


PL Kelas II berwenang melaksanakan jenis lelang
noneksekusi sukarela.

Kompetensi Relatif Pejabat Lelang adalah kompetensi yang


dimiliki berdasarkan yurisdiksi wilayah hukum atau wilayah
kerja Pejabat Lelang.
PL Kelas I berwenang melaksanakan lelang di wilayah kerja
KPKNL.
PL Kelas II berwenang melaksanakan lelang di wilayah
jabatan masing-masing.
Penjual

Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Penjual adalah orang, badan hukum/usaha atau instansi yang berdasarkan


peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang untuk menjual barang
secara lelang.
Pasal 16 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Penjual bertanggungjawab terhadap:


a. Keabsahan kepemilikan barang;
b. Keabsahan dokumen persyaratan lelang;
c. Penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak; dan
d. Dokumen kepemilikan kepada Pembeli.

Penjual

Pasal 16 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Penjual bertanggungjawab terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana


yang timbul akibat tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang
lelang.

Penjual bertanggungjawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul
karena ketidakabsahan barang dan dokumen persyaratan lelang.

Penjual harus menguasai fisik barang bergerak yang akan dilelang, kecuali
barang tak berwujud.
Peserta - Pembeli

Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Peserta Lelang adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang telah
memenuhi syarat untuk mengikuti lelang.

Pembeli Lelang adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang


mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang
oleh Pejabat Lelang

Ketentuan Peserta Lelang

Harus membaca Pengumuman Lelang dengan sebaik-baiknya, dimana


terdapat objek lelang yang diminatinya.
Harus mengetahui dan meneliti terlebih dahulu kondisi, permasalahan, lokasi
dan lain sebagainya dari objek lelang yang diminatinya.
Harus menyetor jaminan penawaran lelang terlebih dahulu sesuai ketentuan
yang tercantum dalam Pengumuman Lelang.
Harus hadir atau memberi kuasa kepada seseorang dalam pelaksanaan lelang
dengan kehadiran peserta lelang, dengan membawa bukti identitas diri dan
bukti tanda setoran jaminan penawaran lelang.
Mematuhi persyaratan tambahan yang ditentukan Penjual, sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Pada saat pelaksanaan lelang, mematuhi ketentuan yang diterapkan oleh
Pejabat Lelang/Penyelenggara Lelang.
Wajib memenuhi jaminan penawaran lelang dan menunjukkan NPWP, dalam
hal objek lelang berupa Tanah dan/atau Bangunan.
Ketentuan Peserta Lelang

Berhak mengetahui, melihat, dan/atau memeriksa dokumen kepemilikan


objek lelang yang dibawa oleh Penjual dan/atau Pejabat Lelang.
Setiap Peserta Lelang wajib melakukan penawaran dan penawaran tersebut
paling sedikit sama dengan Nilai Limit yang tercantum dalam Pengumuman
Lelang.
Penawaran yang telah disampaikan oleh Peserta Lelang kepada Pejabat Lelang
tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta Lelang.
Dalam penawaran lelang dengan kehadiran Peserta Lelang, Peserta Lelang
yang tidak hadir atau hadir namun tidak melakukan penawaran, dikenakan
sanksi tidak diperbolehkan mengikuti lelang selama 3 (tiga) bulan di wilayah
kerja Kanwil yang membawahi KPKNL yang melaksanakan lelang.
Bagi Peserta Lelang yang kalah, menerima kembali jaminan penawaran lelang
sesuai ketentuan yang berlaku.
Peserta Lelang yang ditunjuk sebagai Pembeli oleh Pejabat Lelang, ikut
menandatangani Minuta Risalah Lelang, dalam hal objek lelang berupa
barang tidak bergerak.

Ketentuan Peserta /Pembeli

Peserta Lelang yang ditunjuk sebagai Pembeli oleh Pejabat Lelang, wajib
melunasi sisa pembayaran lelang sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Harus melunasi kewajiban pembayaran BPHTB, dalam hal objek lelang yang
dibeli berupa Tanah dan/atau Bangunan.
Harus melunasi kewajiban pembayaran pajak/pungutan sah lainnya sesuai
yang telah disyaratkan peraturan perundang-undangan.
Menerima Kutipan Risalah Lelang dan Kuitansi Pelunasan Lelang dari Pejabat
Lelang setelah semua kewajiban pembayaran diselesaikan.
Menerima objek lelang yang dibeli termasuk dokumen kepemilikan dari
Penjual dan menguasai objek lelang tersebut.
Berhak mengajukan permohonan Grosse Risalah Lelang, jika diperlukan.
Berhak mengajukan pengosongan objek lelang berupa Tanah dan/atau
Bangunan melalui Pengadilan Negeri setempat, dalam hal objek lelang masih
dikuasai pihak lain.
Berhak mendapatkan Kutipan Risalah Lelang Pengganti, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
BALAI LELANG

Pengertian
• Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.
(PMK 93/2010 & PMK 106/2013 Pasal 1 angka 13, serta PMK 176/2010 & PMK 160/2013 Pasal 1 angka 1)

Pendirian
Balai Lelang dapat didirikan oleh: swasta nasional; BUMN; BUMD; patungan/kerja sama
antara swasta nasional-BUMN-BUMD; patungan/kerja sama antara swasta nasional-BUMN-
BUMD dengan swasta asing; sesuai peraturan perundang-undangan.
Balai Lelang didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas yang memiliki modal disetor paling
sedikit Rp5 Miliar.
Kepemilikan saham oleh swasta asing paling banyak 49% dari modal disetor.
Balai Lelang harus mempunyai fasilitas kantor, tempat penyimpanan barang, tenaga penilai,
tenaga hukum.

Jenis Lelang
Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu,
dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundangan-
Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013
undangan.

Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan


penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan
dijual secara lelang. Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta,


orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.
Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013
Lelang Eksekusi
Pasal 5 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1. Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN),
2. Lelang Eksekusi Pengadilan,
3. Lelang Eksekusi Pajak,
4. Lelang Eksekusi Harta Pailit,
5. Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT),
6. Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP),
7. Lelang Eksekusi Barang Rampasan,
8. Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia,
9. Lelang Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang
Dikuasai Negara-Bea Cukai,
10. Lelang Barang Temuan,
11. Lelang Eksekusi Gadai,
12. Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Lelang Noneksekusi Wajib


Pasal 6 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1. Lelang Barang Milik Negara/Daerah,
2. Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/D),
3. Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai,
4. Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam
(BMKT), dan
5. Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.
Lelang Noneksekusi Sukarela
Pasal 7 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013

Lelang NonEksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,

2. Lelang harta milik bank dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh

peraturan perundang-undangan,

3. Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan

4. Lelang Barang Milik Swasta.

Prosedur Lelang
Persiapan

KPKNL
Peserta yang berminat
PEMOHON Permohonan lelang akan menyetorkan
Pemohon lelang
LELANG diajukan kepada KPKNL jaminan lelang ke bank
untuk ditetapkan jadwal mengumumkan
di surat kabar persepsi
lelangnya.

Lelang
dilaksanakan
KPKNL sesuai
menyerahkan Hasil Pelunasan Harga pengumuma
Lelang + Salinan RL n
kepada Pemohon
Lelang ke KPKNL Pemenang lelang wajib
Lelang membayar Bea Lelang +
Peserta lelang yang
Harga Lelang paling
KPKNL menawar paling tinggi
lambat 5 hari kerja ditetapkan sebagai Pelaksanaan
sebagai syarat Pemenang lelang oleh
mendapatkan kutipan Pejabat Lelang
risalah
Bea Lelang disetorkan ke
Kas Negara melalui Bank Pascalelang
Persepsi
Prosedur Penawaran Lelang
Dengan Kehadiran Peserta

2 4

5
PESERTA KPKNL
LELANG

1 6

3
Penjual
BANK (Hasil Lelang)

PENGUMUMAN
LELANG

Ket:
Interaksi Langsung dengan
kehadiran

Prosedur Penawaran Lelang


Tanpa Kehadiran Peserta :
e-Auction

KPKNL Penjual
PESERTA Pejabat Lelang /Penjual/ Bendahara Hasil Lelang
LELANG

1 6
4
5
PENGUMUMAN
LELANG
BANK

Keterangan
• Peserta tidak perlu hadir, karena penawaran melalui
internet dan sampai dalam hitungan detik, transparan dan
akuntabel.
• Uang jaminan menggunakan virtual account dan peserta
kalah tidak perlu hadir, karena pengembalian jaminan
langsung ke rekening
Interaksi melalui internet tanpa kehadiran
Penjelasan

1. Persiapan Lelang
a. Penjual mengajukan permohonan lelang.
b. Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II menetapkan Jadwal Lelang.
c. Pengumuman Lelang oleh Penjual.
d. Peminat menyetor/menyerahkan uang jaminan.
2. Pelaksanaan lelang
Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang, Penawar
yang tertinggi disahkan sebagai Pemenang Lelang /
Pembeli.

3. Purna lelang
a. Pemenang Lelang wajib membayar Harga Lelang, Bea Lelang dan
kewajiban lain
b. KPKNL / Kantor PL Kelas II menyerahkan Kutipan Risalah Lelang
c. KPKNL / Kantor PL Kelas II menyetor hasil bersih lelang kepada
Penjual/Pemohon Lelang dan menyetor Bea Lelang ke kas negara.

Hal Hal Penting dalam Lelang

Permohonan lelang harus dilakukan secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang


kepada Kepala KPKNL atau PL Kelas II yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus.
Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 peserta
lelang.
Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
tidak dapat dibatalkan.
Lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan
permintaan Penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga
peradilan.
Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang dapat dilakukan oleh
Pejabat Lelang.
Lelang dengan objek lelang berupa tanah atau tanah dan bangunan,
Peserta Lelang wajib menunjukkan NPWP.
Hal Hal Penting dalam Lelang

a. Permohonan Lelang
Permohonan lelang harus dilakukan secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang
kepada Kepala KPKNL atau PL Kelas II yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus.
Untuk lelang eksekusi PUPN, permohonan lelang diajukan oleh Kepala Seksi
Piutang Negara KPKNL dalam bentuk Nota Dinas kepada Kepala KPKNL.
Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang
yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah
lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.
Dalam hal terdapat gugatan terhadap objek lelang HT dari pihak lain selain
debitor/tereksekusi/, suami/istri debitor/tereksekusi terkait kepemilikan, lelang
dilakukan berdasarkan titel eskekutorial dari SHT yang perlu fiat eksekusi
melalui Pengadilan.
Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari kreditur pemegang hak
agunan kebendaan yang terkait dengan putusan pernyataan pailit, maka
pelaksanaan lelang dilakukan dengan memperhatikan Undang-Undang
Kepailitan.
Penjual/Pemilik Barang dapat menggunakan Balai Lelang untuk memberikan
jasa pra atau pasca lelang.
Dokumen persyaratan lelang harus memenuhi legalitas formal subjek dan objek
lelang.

Hal Hal Penting dalam Lelang

b. Tempat & Waktu Pelaksanaan Lelang


Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan PL Kelas II tempat barang berada.
Waktu pelaksanaan lelang dilakukan pada jam dan hari kerja KPKNL,
kecuali untuk lelang noneksekusi sukarela, dengan persetujuan tertulis
Kepala Kanwil.
c. SKT/SKPT
Pelaksanaan lelang atas tanah atau tanah dan bangunan wajib dilengkapi
Surat Keterangan Tanah (SKT) / Surat Keterangan Pendaftaran Tanah
(SKPT) dari Kantor Pertanahan setempat.
Biaya pengurusan SKT / SKPT menjadi tanggungjawab Penjual/Pemilik
Barang.
d. Pembatalan Sebelum Lelang
Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak
dapat dibatalkan.
Lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan permintaan
Penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga peradilan.
Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang juga dapat dilakukan oleh
Pejabat Lelang.
Hal Hal Penting dalam Lelang

e. Jaminan Penawaran Lelang


Setiap lelang disyaratkan adanya jaminan penawaran lelang (uang
atau garansi bank), kecuali untuk lelang kayu dan hasil hutan dari
tangan pertama dan lelang noneksekusi sukarela atas barang
bergerak selain kendaraan bermotor.
Besaran uang jaminan lelang ditentukan oleh Penjual/Pemilik
Barang paling sedikit 20% s.d 100% dari nilai limit.
f. Nilai Limit
Setiap pelaksanaan lelang disyaratkan adanya nilai limit dan dapat
tidak diberlakukan pada lelang noneksekusi sukarela milik orang
atau badan hukum swasta.
Nilai limit yang ditetapkan berdasarkan penilaian oleh penilai atau
penaksiran oleh penaksir.
Penilai merupakan pihak yang melakukan penilaian secara
independen berdasarkan kompetensi.
Penaksir berasal dari instansi / perusahaan Penjual yang
melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Hal Hal Penting dalam Lelang

f. Nilai Limit (lanjutan)


Nilai limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang bergerak
ditetapkan oleh Pemilik Barang.
Nilai limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang tetap berupa T/B
ditetapkan oleh Pemilik Barang berdasarkan hasil penilaian dari penilai.
Jika bank kreditor akan ikut menjadi peserta pada lelang eksekusi HT
berdasarkan Ps. 6 UUHT, nilai limit ditetapkan oleh Penjual berdasarkan
hasil penilaian dari penilai.
Lelang eksekusi HT dengan perkiraan nilai paling sedikit 300 juta, maka
nilai limit ditetapkan Penjual berdasarkan hasil penilaian dari penilai.

g. Nilai Limit untuk Lelang Ulang


Untuk lelang ulang, nilai limit dapat diubah oleh Penjual, dengan
ketentuan:
- menunjukkan hasil penilaian yang masih berlaku dalam hal nilai limit
pada lelang sebelumnya didasarkan pada penilaian oleh penilai.
- menunjukkan hasil penaksiran yang masih berlaku dalam hal nilai limit
pada lelang sebelumnya didasarkan pada penaksiran oleh penaksir.
Cara Penawaran Lelang

Semakin meningkat
Lisan
Semakin menurun
Surat Penawaran diserahkan
lengsung kepada Pejabat Lelang
Dengan kehadiran Peserta Lelang
Surat Penawaran dimasukkan
dalam kotak penawaran
Perpaduan antara
Tertulis Dengan kehadiran Peserta Lelang,
dengan Tanpa Kehadiran Peserta Melalui Surat Elektronik
Lelang (Email)

Tanpa kehadiran Peserta Lelang Melalui surat tromol pos

Tertulis
dilanjutkan Melalui Aplikasi Lelang
dengan lisan Internet

Dalam hal penawaran tertinggi


belum mencapai Nilai Limit

49

Hal Hal Penting dalam Lelang

Setiap peserta lelang wajib melakukan penawaran yang nilainya


paling sedikit sama dengan nilai limit.
Penawaran yang telah disampaikan tidak dapat diubah atau
dibatalkan oleh peserta lelang.
Pemohon Lelang/Penjual menentukan cara penawaran lelang dengan
mencantumkan dalam Pengumuman Lelang.
Penjualan objek lelang yang terdiri dari beberapa bidang tanah dan/atau
bangunan hanya dapat ditawarkan dalam 1 paket jika terletak dalam satu
hamparan atau bersisian.
Setiap pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang dan Uang Miskin.
Pembayaran harga lelang dan bea lelang harus dilakukan secara
tunai atau cek paling lama 5 hari kerja setelah pelaksanaan lelang.
Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang wajib membuat Risalah
Lelang.
Risalah Lelang terdiri dari minuta, kutipan, salinan, dan grosse.
Produk Risalah Lelang

Minuta
Risalah
Lelang

Salinan Kutipan Grosse


Risalah Risalah Risalah
Lelang Lelang Lelang

Pembeli/Kuasa
untuk
Penjual Pembeli
kepentingan
tertentu

51

Bentuk Risalah Lelang

Risalah Lelang terdiri dari beberapa


bagian, yaitu:

Bagian
Bagian Kepala Bagian Badan
Kaki

52
Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa
Dalam Lelang
Saat ini baru Balai Lelang sebagai Pihak Pelapor.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.06/2013
tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi
Balai Lelang

Saat ini KPKNL belum menjadi Pihak Pelapor.

Dasar Hukum

Undang-Undang Tindak Pidana


Pencucian Uang

UU 08/2010 ttg
Pencegahan &
Pemberantasan
UU 25 / 2003 TPPU
ttg Perubahan
UU 15/2002

UU 15 / 2002
ttg TPPU
Latar Belakang

• Tindak Pidana Pencucian Uang


memanfaatkan lembaga di luar sistem
keuangan, bahkan telah merambah ke
berbagai sektor.

• untuk mengantisipasi hal itu, diambil


kebijakan perluasan Pihak Pelapor (reporting
parties) yang mencakup pedagang permata
dan perhiasan/logam mulia dan pedagang
kendaraan bermotor serta balai lelang.

Latar Belakang

TRANSAKSI KEUANGAN YANG MENCURIGAKAN (UU 8/2010)


a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi dari Pengguna Jasa ybs;
b. Transaksi keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi ybs yang wajib
dilakukan oleh Pihak Pelapor;
c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana; atau
d. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.
Pengertian
• Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
• Transaksi Keuangan adalah transaksi untuk melakukan atau menerima
penempatan, penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas
sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan
dengan uang.
• Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi keuangan yang dilakukan
dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam.
• Pihak Pelapor adalah setiap orang yang menurut Undang-Undang ini wajib
menyampaikan laporan kepada PPATK.
• Pengguna Jasa adalah pihak yang menggunakan jasa Pihak Pelapor.
• Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki
kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi
terhadap Pihak Pelapor.

Prinsip-prinsip Mengenali Pengguna Jasa


Bagi Balai Lelang
Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ) adalah prinsip yang
diterapkan Balai Lelang dalam rangka mengetahui profil, karakteristik ,
serta pola transaksi Pengguna Jasa dengan melakukan kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam peraturan ini.
PENERAPAN PMPJ BAGI BALAI LELANG
(PASAL 2 PMK 45/2013)

Identifikasi
Pengguna Jasa Dasar Hukum:
Pasal 18 ayat (5) UU
RI Nomor 8 Tahun
Transaksi Verifikasi 2010 Tentang
Penerapan Pencegahan dan
Lelang ≥ Dokumen
PMPJ Pemberantasan
Rp100 juta Pengguna Jasa
TPPU

Pemantauan
Transaksi
Lelang

59

Pengguna Jasa

Pengguna Jasa adalah pihak yang menggunakan jasa


Pihak Pelapor.

Pengguna Jasa adalah Penjual, Pemilik Barang, dan


Pembeli yang menggunakan jasa Balai Lelang.
IDENTIFIKASI PENGGUNA JASA (PASAL 3 & 4)

Transaksi ≥
Identifikasi Transaksi ≥
Rp100 Juta s.d.
Pengguna Jasa Rp500 Juta
<Rp500 Juta
Balai Lelang wajib Balai Lelang wajib
meminta meminta informasi
dan dokumen sbb :
informasi dan
1. Pengguna Jasa
dokumen sbb: perseorangan:
1. Nama identitas Pengguna
2. Tanggal lahir Jasa, Pekerjaan,
3. Nomor Sumber dana, dan
dokumen Tujuan transaksi
Identitas 2. Pengguna Jasa
4. Alamat Korporasi: Identitas
Pengguna Jasa,
Sumber dana,
Tujuan transaksi,
dan Informasi
mengenai
Penerima kuasa
korporasi
61

VERIFIKASI PENGGUNA JASA & PEMANTAUAN


TRANSAKSI (PASAL 5 & 6)

Verifikasi Pengguna Jasa: Balai Lelang Wajib melakukan


verifikasi dokumen dan meminta dokumen pendukung

Pemantauan Transaksi: Balai Lelang wajib melakukan


pemantauan dengan melihat tata cara pembayaran transaksi
(tunai, nontunai, nominal dan tanggal transaksi)

62
Lembaga Pengawas
Lembaga Pengawas dan Pengatur: lembaga yang memiliki kewenangan
pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap Pihak
Pelapor.

Kaitan dengan Pelaksanaan Lelang


Kantor Pusat dan Kantor Wilayah DJKN menjadi Lembaga Pengawas dan
Pengatur bagi Balai Lelang.

Direktorat Lelang

Pokok Bahasan

Penggalian Potensi Lelang


Direktorat Lelang
Pokok Bahasan

Dasar Hukum

Maksud dan
Tujuan

Upaya

Prospek Lelang di
Indonesia

Tujuan Penggalian Potensi Lelang


1. Meningkatkan potensi lelang yang selama ini telah dilakukan dan
mencari/menggali sumber-sumber potensi lelang yang baru.
2. Meningkatkan penerimaan negara.
3. Memberikan pengertian yang sama dan berlaku umum tentang
arti pentingnya lelang.
4. Mengarahkan atau menghimbau agar dapat mengerti tentang
langkah-langkah yang perlu diambil dalam penggalian potensi
lelang.
5. Menjelaskan kepada masyarakat atau pengguna jasa lelang
tentang landasan hukum bagi program penghapusan dalam
suatu sistim yang standar sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Mendukung optimalisasi pengelolaan Barang Milik Negara/
Kekayaan Negara.
2
Upaya-upaya Penggalian Potensi Lelang

1. Meningkatkan mutu pelayanan


2. Melalui surat
3. Kunjungan
4. Iklan Layanan Masyarakat
5. Internet
6. Penyuluhan
7. Brosur
8. Seminar
9. dll

ProspekLelang di Indonesia
Prospek Lelang di Indonesia akan terus berkembang, hal ini
dapat disimpulkan dari berbagai hal sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah pokok lelang dan penerimaan bea
lelang dari tahun ke tahun.
2. Dibukanya kesempatan kepada calon Pejabat Lelang Kelas II
untuk mengikuti diklat guna mengisi formasi yang ada.
Diharapkan dengan adanya penambahan Pejabat Lelang
Kelas II, frekuensi pelaksanaan lelang sukarela akan terus
meningkat.
3. Bertambahnya jumlah Balai Lelang menjadi 99 Balai Lelang
di Seluruh Indonesia.
Realisasi Hasil Lelang di Indonesia

TAHUN NASIONAL BALAI LELANG


2010 Rp6,796 T
2011 Rp7,489 T
2012 Rp9,480 T
2013 Rp9,414 T
2014 Rp9,360 T
2015 Rp11,.... T

Anda mungkin juga menyukai