Sejarah Lelang Di Indonesia
Sejarah Lelang Di Indonesia
Sejarah Lelang
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan
berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908 No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Hal ini
terkait dengan pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barang-barang milik
pejabat pemerintahan yang mutasi. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga
saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indoensia.
edudukan Lembaga Lelang
Di awal berdirinya organisasi
Direktuur van
Financient
(sebutan Menteri Keuangan)
Unit Lelang
Bergabung
dengan
Pajak
1960
Pertimbangan Unit Lelang
Ditjen Pajak
digabung dan berada di bawah
Ditjen Pajak :
Unit Lelang 1. Penerimaan negara yang
dihimpun unit lelang
negara berupa Bea Lelang
yang merupakan salah
Pusat Unit Lelang Daerah satu jenis pajak tidak
langsung.
2. Saat itu baru saja
terbentuk Undang-Undang
Dinas Lelang Es. III Kantor Lelang Negeri Kelas I Nomor 19 tahun 1959
tentang Penagihan Pajak
(eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III) dengan Surat Paksa
dimana lembaga lelang
sangat diperlukan dalam
pelaksanaan penagihan
pajak.
Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga
Komisioner Lelang Negara (SK No.D.15.4/D1/16-2
Komisioner Lelang tanggal 2 Mei 1972)
1. Bahwa dengan Inpres 2. Bahwa pelelangan-
Dihapus 9 tahun
pemindahtanganan
barang-barang yang
1970, pelelangan
umumnya
pada
sudah
dapat ditampung dan
1972
dimiliki/dikuasai diselesaikan oleh
negara harus Kantor Lelang Negara
dilaksanakan di dan atau Kantor-
hadapan Pejabat Kantor Pejabat Lelang
Lelang sesuai Undang- Kelas II.
Undang.
1991
2006
Ditjen
BUPN BUPLN DJPLN
Pajak
1990 2000
Dasar Hukum Lelang
Umum Khusus
Umum :
ketentuan perundang-undangan yang tidak secara khusus mengatur tentang
lelang, tetapi ada pasal-pasal di dalamnya yang mengatur tentang lelang.
Khusus:
ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang
lelang.
Umum
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG,
antara lain:
1. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No.
23).
2. RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
Umum
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG,
antara lain:
8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
12. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS.
13. Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
14. Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
15. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:
1. Vendu Reglement (Stb 1908:189 jo. Stb 1940:56 jo. Stb 1941:3),
2. Vendu Instructie (Stb 1908:190),
3. PP No.1 Th 2013 tentang Jenis Tarif PNBP yang berlaku pada Kemenkeu.
4. PMK Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana
telah diubah dengan PMK Nomor 106/PMK.06/2013.
5. PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013.
6. PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013.
Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:
Khusus
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang tata cara dan prosedur lelang, antara lain:
No Lelang Tender
1. Penjualan barang Pengadaan/pembelian
barang/jasa
2. Dilakukan secara lisan atau Dilakukan secara tertulis
tertulis
3. Didahului pengumuman Didahului pengumuman
lelang
4. Penjual hanya satu dan calon Penjual lebih dari satu dan calon
pembeli lebih dari satu pembeli hanya satu
5. Yang ditunjuk sebagai Yang ditunjuk sebagai
pemenang adalah yang pemenang adalah yang
mencapai harga tertinggi harganya paling rendah atau
yang paling menguntungkan
6. Harus dilakukan dihadapan Tidak dilakukan dihadapan
Pejabat Lelang Pejabat Lelang
Unsur Unsur Lelang
Ketentuan Penting
Pasal 1 a Vendu Reglement
bahwa penjualan di muka umum tidak boleh
dilakukan selain dihadapan juru lelang.
Dengan peraturan pemerintah, penjualan
umum dapat dilakukan tanpa campur
tangan juru lelang.
Sistim Lelang,
dari cara pembayaran :
Lelang dengan pembayaran secara kredit /
dicicil / pembayaran tangguh
PEJABAT LELANG
KOMPETENSI
Penjual
Penjual bertanggungjawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul
karena ketidakabsahan barang dan dokumen persyaratan lelang.
Penjual harus menguasai fisik barang bergerak yang akan dilelang, kecuali
barang tak berwujud.
Peserta - Pembeli
Peserta Lelang adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang telah
memenuhi syarat untuk mengikuti lelang.
Peserta Lelang yang ditunjuk sebagai Pembeli oleh Pejabat Lelang, wajib
melunasi sisa pembayaran lelang sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Harus melunasi kewajiban pembayaran BPHTB, dalam hal objek lelang yang
dibeli berupa Tanah dan/atau Bangunan.
Harus melunasi kewajiban pembayaran pajak/pungutan sah lainnya sesuai
yang telah disyaratkan peraturan perundang-undangan.
Menerima Kutipan Risalah Lelang dan Kuitansi Pelunasan Lelang dari Pejabat
Lelang setelah semua kewajiban pembayaran diselesaikan.
Menerima objek lelang yang dibeli termasuk dokumen kepemilikan dari
Penjual dan menguasai objek lelang tersebut.
Berhak mengajukan permohonan Grosse Risalah Lelang, jika diperlukan.
Berhak mengajukan pengosongan objek lelang berupa Tanah dan/atau
Bangunan melalui Pengadilan Negeri setempat, dalam hal objek lelang masih
dikuasai pihak lain.
Berhak mendapatkan Kutipan Risalah Lelang Pengganti, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
BALAI LELANG
Pengertian
• Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.
(PMK 93/2010 & PMK 106/2013 Pasal 1 angka 13, serta PMK 176/2010 & PMK 160/2013 Pasal 1 angka 1)
Pendirian
Balai Lelang dapat didirikan oleh: swasta nasional; BUMN; BUMD; patungan/kerja sama
antara swasta nasional-BUMN-BUMD; patungan/kerja sama antara swasta nasional-BUMN-
BUMD dengan swasta asing; sesuai peraturan perundang-undangan.
Balai Lelang didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas yang memiliki modal disetor paling
sedikit Rp5 Miliar.
Kepemilikan saham oleh swasta asing paling banyak 49% dari modal disetor.
Balai Lelang harus mempunyai fasilitas kantor, tempat penyimpanan barang, tenaga penilai,
tenaga hukum.
Jenis Lelang
Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu,
dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundangan-
Pasal 1 PMK 93/2010 jo. PMK 106/2013
undangan.
2. Lelang harta milik bank dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan,
Prosedur Lelang
Persiapan
KPKNL
Peserta yang berminat
PEMOHON Permohonan lelang akan menyetorkan
Pemohon lelang
LELANG diajukan kepada KPKNL jaminan lelang ke bank
untuk ditetapkan jadwal mengumumkan
di surat kabar persepsi
lelangnya.
Lelang
dilaksanakan
KPKNL sesuai
menyerahkan Hasil Pelunasan Harga pengumuma
Lelang + Salinan RL n
kepada Pemohon
Lelang ke KPKNL Pemenang lelang wajib
Lelang membayar Bea Lelang +
Peserta lelang yang
Harga Lelang paling
KPKNL menawar paling tinggi
lambat 5 hari kerja ditetapkan sebagai Pelaksanaan
sebagai syarat Pemenang lelang oleh
mendapatkan kutipan Pejabat Lelang
risalah
Bea Lelang disetorkan ke
Kas Negara melalui Bank Pascalelang
Persepsi
Prosedur Penawaran Lelang
Dengan Kehadiran Peserta
2 4
5
PESERTA KPKNL
LELANG
1 6
3
Penjual
BANK (Hasil Lelang)
PENGUMUMAN
LELANG
Ket:
Interaksi Langsung dengan
kehadiran
KPKNL Penjual
PESERTA Pejabat Lelang /Penjual/ Bendahara Hasil Lelang
LELANG
1 6
4
5
PENGUMUMAN
LELANG
BANK
Keterangan
• Peserta tidak perlu hadir, karena penawaran melalui
internet dan sampai dalam hitungan detik, transparan dan
akuntabel.
• Uang jaminan menggunakan virtual account dan peserta
kalah tidak perlu hadir, karena pengembalian jaminan
langsung ke rekening
Interaksi melalui internet tanpa kehadiran
Penjelasan
1. Persiapan Lelang
a. Penjual mengajukan permohonan lelang.
b. Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II menetapkan Jadwal Lelang.
c. Pengumuman Lelang oleh Penjual.
d. Peminat menyetor/menyerahkan uang jaminan.
2. Pelaksanaan lelang
Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang, Penawar
yang tertinggi disahkan sebagai Pemenang Lelang /
Pembeli.
3. Purna lelang
a. Pemenang Lelang wajib membayar Harga Lelang, Bea Lelang dan
kewajiban lain
b. KPKNL / Kantor PL Kelas II menyerahkan Kutipan Risalah Lelang
c. KPKNL / Kantor PL Kelas II menyetor hasil bersih lelang kepada
Penjual/Pemohon Lelang dan menyetor Bea Lelang ke kas negara.
a. Permohonan Lelang
Permohonan lelang harus dilakukan secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang
kepada Kepala KPKNL atau PL Kelas II yang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus.
Untuk lelang eksekusi PUPN, permohonan lelang diajukan oleh Kepala Seksi
Piutang Negara KPKNL dalam bentuk Nota Dinas kepada Kepala KPKNL.
Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang
yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah
lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.
Dalam hal terdapat gugatan terhadap objek lelang HT dari pihak lain selain
debitor/tereksekusi/, suami/istri debitor/tereksekusi terkait kepemilikan, lelang
dilakukan berdasarkan titel eskekutorial dari SHT yang perlu fiat eksekusi
melalui Pengadilan.
Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari kreditur pemegang hak
agunan kebendaan yang terkait dengan putusan pernyataan pailit, maka
pelaksanaan lelang dilakukan dengan memperhatikan Undang-Undang
Kepailitan.
Penjual/Pemilik Barang dapat menggunakan Balai Lelang untuk memberikan
jasa pra atau pasca lelang.
Dokumen persyaratan lelang harus memenuhi legalitas formal subjek dan objek
lelang.
Semakin meningkat
Lisan
Semakin menurun
Surat Penawaran diserahkan
lengsung kepada Pejabat Lelang
Dengan kehadiran Peserta Lelang
Surat Penawaran dimasukkan
dalam kotak penawaran
Perpaduan antara
Tertulis Dengan kehadiran Peserta Lelang,
dengan Tanpa Kehadiran Peserta Melalui Surat Elektronik
Lelang (Email)
Tertulis
dilanjutkan Melalui Aplikasi Lelang
dengan lisan Internet
49
Minuta
Risalah
Lelang
Pembeli/Kuasa
untuk
Penjual Pembeli
kepentingan
tertentu
51
Bagian
Bagian Kepala Bagian Badan
Kaki
52
Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa
Dalam Lelang
Saat ini baru Balai Lelang sebagai Pihak Pelapor.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.06/2013
tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi
Balai Lelang
Dasar Hukum
UU 08/2010 ttg
Pencegahan &
Pemberantasan
UU 25 / 2003 TPPU
ttg Perubahan
UU 15/2002
UU 15 / 2002
ttg TPPU
Latar Belakang
Latar Belakang
Identifikasi
Pengguna Jasa Dasar Hukum:
Pasal 18 ayat (5) UU
RI Nomor 8 Tahun
Transaksi Verifikasi 2010 Tentang
Penerapan Pencegahan dan
Lelang ≥ Dokumen
PMPJ Pemberantasan
Rp100 juta Pengguna Jasa
TPPU
Pemantauan
Transaksi
Lelang
59
Pengguna Jasa
Transaksi ≥
Identifikasi Transaksi ≥
Rp100 Juta s.d.
Pengguna Jasa Rp500 Juta
<Rp500 Juta
Balai Lelang wajib Balai Lelang wajib
meminta meminta informasi
dan dokumen sbb :
informasi dan
1. Pengguna Jasa
dokumen sbb: perseorangan:
1. Nama identitas Pengguna
2. Tanggal lahir Jasa, Pekerjaan,
3. Nomor Sumber dana, dan
dokumen Tujuan transaksi
Identitas 2. Pengguna Jasa
4. Alamat Korporasi: Identitas
Pengguna Jasa,
Sumber dana,
Tujuan transaksi,
dan Informasi
mengenai
Penerima kuasa
korporasi
61
62
Lembaga Pengawas
Lembaga Pengawas dan Pengatur: lembaga yang memiliki kewenangan
pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap Pihak
Pelapor.
Direktorat Lelang
Pokok Bahasan
Dasar Hukum
Maksud dan
Tujuan
Upaya
Prospek Lelang di
Indonesia
ProspekLelang di Indonesia
Prospek Lelang di Indonesia akan terus berkembang, hal ini
dapat disimpulkan dari berbagai hal sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah pokok lelang dan penerimaan bea
lelang dari tahun ke tahun.
2. Dibukanya kesempatan kepada calon Pejabat Lelang Kelas II
untuk mengikuti diklat guna mengisi formasi yang ada.
Diharapkan dengan adanya penambahan Pejabat Lelang
Kelas II, frekuensi pelaksanaan lelang sukarela akan terus
meningkat.
3. Bertambahnya jumlah Balai Lelang menjadi 99 Balai Lelang
di Seluruh Indonesia.
Realisasi Hasil Lelang di Indonesia