Anda di halaman 1dari 10

Nama : Anfal Firas Cakra Karnadi

NIM : 19601241042
Kelas : PJKR B 2019

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU TERHADAP PENGEMBANGAN


PENDIDIKAN JASMANI

A. PENDAHULUAN

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang terdiri dari

kata “philos” yang artinya cinta atau “philia” dengan arti persahabatan, tertarik kepada

dan “shopos” yang memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman

praktis, intelegensi (Bagus, 1996). Dalam bahasa arab filsafat disebut dengan falsafah

dan dalam bahasa inggris disebut philosophy. Secara terminologi filsafat berarti cinta

akan kebijaksanaan atau mencintai kebenaran yang sesungguhnya. Menurut Poespoprodjo

dalam Suriasumantri (1986:301) menyatakan bahwa filsafat adalah usaha terus menerus

untuk memperoleh penadangan yang mendalam dan mendasar tentang ilmu. Dari

berbagai pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa cara mencintai kebijaksanaan

adalah dengan melakukan pengkajian yang mendalam dan fundamental terkait suatu ilmu,

pengkajian tersebut harus secara sistematis dan berdasarkan metode sehingga dapat

menghasilkan generalisasi atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat juga dapat

diartikan sebagai dasar dari ilmu sehingga filsafat merupakan suatu ilmu yang melahirkan

ilmu-ilmu baru.

Pengertian selanjutnya yaitu terkait tentang ilmu. Secara etimologi kata ilmu berasal

dari bahasa Arab, yaitu masdar dari kata “alima” - “ya’lamu” yang berarti tahu atau

mengetahui. Sedangkan menurut terminologi ilmu diartikan sebagai “Idroku syai bi

haqiqotih” yang artinya mengetahui sesuatu secara haqiqi. Dalam bahasa inggris ilmu

dikenal dengan kata science sedangkan pengetahuan dikenal dengan knowledge. Ilmu
berbeda dengan pengetahuan. Ilmu harus diperoleh secara sistematis dan berdasarkan

metode sehingga dapat menghasilkan generalisasi, sedangkan pengetahuan dapat

diperoleh melalui pengalaman kehidupannya. Sehingga melalui pengertian tersebut ilmu

harus memiliki kebenaran sedangkan pengalaman tidak selalu benar.

Setelah mengetahui pengertian filsafat dan ilmu, pada paragraf ini penulis akan

menjelaskan pengertian dari filsafat ilmu. Menurut Psillos & Curd (2008) menjelaskan

bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah filosofis

dan fundamental yang terdapat dalam ilmu. Tidak semua filsafat dapat dikatakan sebagai

filsafat ilmu karena ilmu merupakan sistematis, berdasarkan metodologi dan dapat

mencapai generalisasi, sehingga filsafat yang tidak memenuhi 3 kriteria tadi tidak dapat

disebut dengan filsafat ilmu. Sebagai contoh filsafat dari seorang yang bergelar “Bapak

Filsafat” atau yang biasa dikenal dengan Thales. Thales merupakan filusuf alam pertama

yang mengkaji tentang alam, dia beranggapan bahwa “Asal alam adalah dari air, karena

air merupakan unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda

gas, seperti uap dan benda padat, seperti es dan bumi ini juga berada di atas air” (Tafsir

1992). Selain Thales, ada juga seseorang yang berfilsafat tentang alam yaitu

Anaximadros. Anaximadros tidak setuju dengan pendapat Thales, Anaximadros

berpendapat bahwa “Substansi pertama bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi

segalanya. Unsur utama alam harus mencakup segalanya diatas segalanya yang

dinamakan apeiron. Hal tersebut merupakan zat yang tidak dapat diamati panca indra”.

Kedua pendapat tersebut dinyatakan berdasarkan pendekatan rasional sesuai dengan yang

mereka temukan saat itu dan bukan pendekatan mitos ataupun kepercayaan, sehingga

pendapat mereka dapat dikatakan sebagai filsafat karena cinta akan kebenaran. Namun,

apakah pendapat tersebut dapat dikatakan sebagai filsafat ilmu? Menurut saya tidak,

karena kedua pendapat tersebut tidak sistematis, tidak berdasarkan metodologi dan tidak
dapat mencapai generalisasi, sehingga pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai

dalil ataupun hukum terkait unsur utama di muka bumi. Kedua pendapat tersebut tidak

terbukti kebenarannya, walaupun pendapat kedua sudah mengacu pada unsur utama dan

paling dasar di muka bumi yaitu atom, tetapi pendapat tersebut masih terlalu rancu dan

belum bisa dibuktikan kebenarannya, sehingga kedua pendapat tersebut bukan termasuk

ilmu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan cabang filsafat

yang membahas tentang upaya dalam mengkaji ilmu secara mendalam dan fundamental

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu agar dapat memperoleh ilmu yang hakiki

berupa kebenaran asli. Kebenaran asli merupakan kebenaran yang dapat diwujudkan atau

dibuktikan menjadi kenyataan dan di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak, karena

kebenaran mutlak hanya berasal dari tuhan (Plato).

Filsafat ilmu sangat diperlukan sekali di dalam pengembangan dunia pendidikan,

tidak terkecuali pada pendidikan jasmani. Menurut SK Mendikbud nomor 413/U/1987

menyebutkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan

melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,

neuromuscular, intelektual dan emosional. Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa

pendidikan jasmani kerupakan bagian integral dari pendidikan, sehingga pendidikan akan

tidak sempurna tanpa adanya pendidikan jasmani. Karena keurgensian tersebut

pendidikan jasmani penting untuk selalu dikembangkan, salah satunya melalui peran dari

filsafat ilmu filsafat ilmu dapat membimbing para pengembang pendidikan jasmani

melalui proses pengkajian yang mendalam dan fundamental demi mendapatkan ilmu baru

yang hakiki dan sangat bermanfaat bagi pengembagan pendidikan jasmani tersebut.

Berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebenaran, berfikir dalam

filsafat berarti berfikir secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya, sehingga dari

pemikiran terkait penelitian seseorang tidak hanya mendapatkan tujuan dari penelitiannya
saja tetapi akan menemukan berbagai ilmu-ilmu baru dari hasil pemikirannya yang

kompleks hingga keakar. Apabila cara berfikir filsafat ini diimplikasikan dalam

pendidikan jasmani maka berbagai permasalahan yang masih menjadi problem dari

pendidikan jasmani tersebut akan dapat terpecahkan.

B. ISU/ PROBLEM

Dalam dunia pendidika jasmani di Indonesia masih banyak sekali permasalahan yang

belum terpecahkan. Permasalahan tersebut terkait efektifitas pembelajaran pendidikan

jasmani terhadap peserta didik. Salah satu contoh konkret dari bentuk permaslahan tersbut

yaitu kurangnya variasi pembelajaran sehingga peserta didik kurang berkembang dan

kurang termotivasi melalui pembelajaran pendidikan jasmani. Sehingga melalui

permasalah tersebut siswa kurang serius dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan

akhirnya tujuan dari pendidikan jasmani dalam meningkatkan individu secara organik,

neuromuscular, intelektual dan emosional tidak tercapai. Selain itu dari permaslahan di

atas dapat menjadikan tingkat kebugaran peserta didik menjadi kurang baik, akibatnya

peserta didik menjadi lesu, kurang fokus dan mudah terkena penyakit dalam menjalankan

hidupnya sehari-hari, apabila hal ini terjadi maka pelajaran lain dalam sekolah akan ikut

terkena dampaknya yang berakibat tidak tercapainya tujuan pendidikan di sekolah

tersebut.

C. KAJIAN PEMIKIRAN TERKAIT ISU/PROBLEM

Filsafat dari sejarahnya memang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK), maka tidak heran bila filsafat dijadikan sebagai pemecahan

masalah dari berbagai persoalan dalam bidang pendidikan. Dalam pendidikan jasmani

terdapat persoalan yang masih menjadi problem hingga saat ini seperti yang telah
disebutkan pada subab diatas. Permasalah tersebut yaitu kurangnya variasi pembelajaran

sehingga peserta didik kurang berkembang dan kurang termotivasi melalui pembelajaran

pendidikan jasmani dan tingkat kebugaran peserta didik menjadi kurang baik, akibatnya

peserta didik menjadi lesu, kurang fokus dan mudah terkena penyakit dalam menjalankan

hidupnya sehari-hari. Dalam menyikapi permasalah tersebut diperlukan peran dari filsafat

ilmu agar pendidikan jasmani dapat terus berkembang dan tidak lagi menjadi problem

hingga kini. Filsafat ilmu akan menuntun para pengembang pendidikan jasmani dengan

menelusuri tentang sejarah ilmu, metode-metode ilmiah dan sikap etis yang harus

dikembangkan para pengembang pendidikan jasmani. Secara umum yang perlu

diperhatikan dalam melakukan penelitain menggunakan filsafat ilmu yaitu sebagai

berikut:

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi

kritis terhadap kegiatan ilmiah. Seorang pengembang pendidikan jasmani harus selalu

bereksperimen dan selalu kritis terhadap hasil temuannya tersebut. Seorang

pengembang pendidikan jasmani harus saling berkolaborasi dalam bidang pendidikan

jasmani atau disiplin ilmu lainnya, ia juga harus terbuka dan menerima saran dari

pihak lain. Sehingga dapat terhindar dari sikap solipsistik yang menganggap hanya

pendapatnyalah yang paling benar.

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dari metode

keilmuan. Kecenderungan yang sering terjadi dikalangan para ilmuwan moddern

adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu

pengetahuan itu sendiri. Hal itu tandanya seorang ilmuwan tidak menerapkan cara

berfikir filsafat yang kompleks dan fundamental, sehingga ilmuwan tersebut tidak

menemukan kebenaran sesungguhnya dari ilmu tersebut.


3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode

ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis dan

rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Kita tidak boleh

sembarangan dalam menggunakan metode keilmuan. Pengambilan metode ditentukan

dari data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian.

Kebenaran asli adalah tujuan dari berfilsafat, apabila ingin mendapatkan kebenaran

asli tersebut maka kita harus menerapkan tiga point penting yang sudah dijelaskan pada

paragraf sebelumnya. Apabila 3 poin penting diterapkan dalam pemecahan masalah pada

pendidikan jasmani, maka besar kemungkinana permasalahan yang hingga saat ini belum

terselesaikan akan segera tertuntaskan.

D. PRESPEKTIF PRIBADI TERKAIT ISU/ PROBLEM

Melalui problem yang penulis ambil berupa yaitu kurangnya variasi pembelajaran

sehingga peserta didik kurang berkembang dan kurang termotivasi melalui pembelajaran

pendidikan jasmani dan tingkat kebugaran peserta didik menjadi kurang baik, akibatnya

peserta didik menjadi lesu, kurang fokus dan mudah terkena penyakit dalam menjalankan

hidupnya sehari-hari. Maka dari itu menurut penulis langkah yang perlu dilakukan oleh

pengembang pendidikan jasmani yaitu mempelajari dan menerapkan filsafat ilmu ke

dalam pendidikan jasmani guna perkembangan ilmu tersebut. Karena dengan mendalami

dan menerapkan filsafat ilmu seorang pengembang pendidikan jasmani akan

mendapatkan suatu kebenaran asli, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui proses yang

fundamental dan kompleks. Karena filsafat ilmu membuat orang semakin keritis,

sehingga nantinya seorang pengembang pendidikan jasmani akan terus bereksperimen

dalam mengembangkan pendidikan jasmani. Namun, yang perlu dihindari ketika

bereksperimen adalah anti kritik, seorang pengembang pendidikan jahmani harus bersikap
terbuka dan menerima saran dari pihak lain, karena dalam berfilsafat ilmu kita tidak bisa

berjalan sendiri melainkan harus berkolaborasi dengan pihak lain agar eksperimen

bersifat kompleks. Selain itu pengembang pendidikan jasmani harus memperhatikan

struktur keilmuan ketika bereksperimen, mulai dari ilmu yang paling dasar hingga ilmu

yang paling terkini, sehingga kajiannya bersifat fundamental.

Filsafat sangat berguna dan sangat perlu diterapkan bagi pengembang pendidikan

jasmani. Adapun implikasi filsafat ilmu dalam pengembangan pendidikan jasmani yaitu:

1. Bagi seorang pengembang pendidikan jasmani diperlukan pengetahuan dasar yang

memadai tentang ilmu, baik ilmu tentang olahraga ataupun ilmu tentang ilmu biologi

seperti biomekanika, anatomi, kinesiologi dan lain-lain ataupun ilmu sosial. Semua itu

diperlukan agar pengembang pendidikan jasmani memiliki landasan yang kuat. Para

pengembang pendidikan jasmani harus saling mempelajari ilmu-ilmu tersebut dan

saling berkolaborasi. Sehingga antara suatu ilmu dengan ilmu lainnya akan saling

menyapa dan terjalinlah kerja sama untuk memecahkan masalah dalam pendidikan

jasmani.

2. Menyadarkan para pengembang pendidikan jasmani agar tidak terjebak ke dalam pola

pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa

mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar bidangnya, padahal setiap ilmu

saling berkaitan dan nyaris tidak dapat dipisahkan. Cara berpikir “menara gading”

menjauhkan para pengembang pendidikan jasmani dalam berpikir filsafat ilmu,

karena dalam berpikir filsafat ilmu harus menyeluruh dan mendasar agar

mendapatkan kebenaran asli.

E. KESIMPULAN
Usaha yang dapat dilakukan agar problem dari pendidikan jasmani berupa kurangnya

variasi pembelajaran sehingga peserta didik kurang berkembang dan kurang termotivasi

melalui pembelajaran pendidikan jasmani adalah dengan menerapkan filsafat ilmu dalam

menuntaskan problem tersebut. Karena dengan menerapkan filsafat ilmu seorang

pengembang pendidikan jasmani akan dituntun berfikir kompleks dan fundamental,

sehingga mendapatkan kebenaran asli sebagai pemecahan masalah dari problem yang

sudah ditetapkan di atas. Adapun usaha yang perlu dilakukan untuk menerapkan berfikir

filsafat ilmu yaitu:

1. Selalu berfikir kritis, bereksperimen, berkolaborasi baik dengan ilmu pendidikan

jasmani atau ilmu lainnya, bersifat terbuka dan menerima kritik, sehingga dapat

terhindar dari sikap solipsistik yang menganggap hanya pendapatnyalah yang paling

benar.

2. Berfikir kompleks dan fundamental yaitu dengan memperhatikan struktur ilmu yang

dikaji mulai dari yang paling dasar hingga ilmu terkini.

3. Menggunakan metode keilmuan dengan tepat yaitu dengan memperhatikan data yang

diperolehnya, sehingga dapat menghasilkan temuan yang logis dan rasilonal, serta

dapat dipahami dan digunakan secara umum.

F. DAFTAR PUSTAKA

Habibah, Sulhatul. “Implikasi Filsafat Ilmu terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi”.

Suaedi, (2016). “Pengantar Filsafat Ilmu”. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ummah, Fauziyatun. “Filsafat Ilmu dalam Bidang Pendidikan”. Madura: IAIN Madura.

Widyawati, Satya. (2013). “Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu

Pendidikan Volume 11 No. 1”. Surakarta: ISI Surakarta.


Arsip Nasional Republik Indonesia. “Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI Nomor: 0413/U/1987 tentang Perubahan Nama Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan Menjadi Pendidikan Jasmani, disertai berkas pendukung.”

Diakses pada 23 April 2022 ,dari https://jikn.go.id/index.php/surat-keputusan-

menteri-pendidikan-dan-kebudayaan-ri-nomor-0413-u-1987-tentang-perubahan-

nama-pendidikan-olahraga-dan-kesehatan-menjadi-pendidikan-jasmani-disertai-

berkas-pendukung.
Nama : Muhammad Irhas Ferianto

NIM : 19601241056

Kelas : PJKR B

FEEDBACK

Setelah saya koreksi makalah yang disusun oleh saudara Anfal yg memiliki judul yang

sangat unik & menarik untuk dikaji. Poin yang dibahas dimakalah tersebut mengenai

pandangan Implementasi atau penerapan filsafat ilmu terhdap perkembangan penjas yg

penting bagi para guru pjok. Namun, ada beberapa hal yg pelu ditambahkan salah satunya

dibagian Isu. Menurut sya penulis alangkah baiknya mencantumkan suatu peristiwa yang

konkret dari permasalahan yang ada yaitu kurang efektifnya pembelajaran penjas sehingga

nantinya jika para pembaca membaca makalah dibagian Isu tersebut si pembaca dapat

memahami secara jelas mengenai permasalahan yang ada. Selain itu dibagian pendahuluan

alangkah baiknya penulis mencantumkan gambaran secara singkat mengenai perkembangan

pendidikan jasmani saat ini agar para pembaca sebelum membaca ke bagian isu mereka tahu

bagaimana perkembangan pendidikan jasmani (Penjas) saat ini.

Anda mungkin juga menyukai