Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Era modern saat ini tentu membawa banyak perubahan di berbagai aspek
kehidupan. Gaya hidup mulai berubah. Masyarakat tradisional mulai beralih
menjadi masyarakat modern. Cara-cara yang praktis lebih dipilih oleh sebagian
besar masyarakat pada era modern saat ini. perkembangan teknologi terutama
teknologi informasi menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi gaya
hidup masyarakat.
Internet adalah teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat. pemanfaatan internet telah menjangkau banyak bidang. Media massa
seperti koran, majalah, radio, bahkan televisi perlahan-lahan mulai bersaing
dengan internet, penyebaran iklan yang bisa menjangkau potential buyer dari
berbagai belahan dunia, pertukaran informasi serta data yang lebih cepat
dibandingkan jasa pos. Internet berkembang menjadi komoditas, dan komoditas
ini dikemas sedemikian rupa sehingga dapat ditawarkan kepada pemakai.
Penggunaan internet merambah dari sekedar medium penyampai penerima pesan
menjadi fasilitas untuk membantu pekerjaan, mencari hiburan dan pengisi waktu
luang, tempat mencari informasi, serta menjadi sarana untuk melakukan transaksi
jual beli (Hine, 2000:32 dalam Nasrullah, 2012: 55).
Kehadiran internet pada kenyataannya memberikan perspektif bagi proses
komunikasi yang lebih instan, berkurangnya mediasi, dan terjadinya komunikasi
dua arah yang semuanya itu merupakan gabungan dari pemahaman terhadap
komunikasi beserta fasilitasnya yang selama ini ada di media penyiaran.
Pada masyarakati informasi, Holmes (2005:33) menyatakan bahwa setiap
individu mengalami peningkatan dalam berinteraksi dengan layar komputer,
membangun relasi face-to-screen dibandingkan face-to-face. Sherry Turkle dalam
bukunya The Second Self (1995:9) menyatakan bahwa internet telah
menghubungkan miliaran individu dari belahan bumi manapun dalam ruang baru
yang berimplikasi pada cara kita berpikir selama ini tentang seksualitas, bentuk-

1
bentuk dari komunitas, dan bahkan pada identitas diri. Bahkan di era internet saat
ini kita berbicara tentang komunitas virtual, maka kita berpartisipasi dari orang
lain dari seluruh dunia, orang-orang yang terlibat dalam percakapan setiap waktu,
bahkan terhadap orang yang secara relasi kita intim dengan mereka, namun orang-
orang tersebut sangat mungkin tidak pernah bertemu secara fisik (Nasrullah,
2012: 67).
Menurut Croteau dan Hoynes (2003) “kita menyaksikan evolusi jaringan
interkoneksi universal audio, video, dan komunikasi teks yang berbasis elektronik
yang semuanya telah mengaburkan perbedaan antara komunikasi antarpersonal
dan massa, juga antara komunikasi publik dan privat”. Kata mereka, media baru
berhasil; (1) mengubah makna jarak geografis, (2) memungkinkan peningkatan
volume informasi secara besar-besaran, (3) memungkinkan peningkatan
kecepatan komunikasi, (4) memberikan kesempatan bagi terjadinya komunikasi
interaktif, dan (5) memungkinkan bentuk komunikasi, yang sebelumnya terpisah
dan tumpang tindih, kini dapat melakukan interkoneksi (Liliweri, 2015: 284).
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, maka setiap
perilaku manusia tidak terlepas dari proses komunikasi. Manusia melakukan
komunikasi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan pribadi (self need) dan
untuk memenuhi kebutuhan lingkungan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi melalui penggunaan media massa dan yang sekarang lebih sering
didengar adalah media sosial. Interaksi maupun cara berkomunikasi melalui
internet adalah cara baru sebagai lompatan teknologi yang menempatkan manusia
berada pada tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan. Semua ini dapat
dilakukan oleh kemampuan telekomunikasi internet. Kegiatan seseorang dalam
mengakses internet bermacam- macam, namun akhir-akhir ini yang masih
fenomenal adalah aplikasi chatting mungkin merupakan teknologi yang paling
menjanjikan dan merengkuh banyak khalangan. Teknologi ini menyediakan
pengiriman pesan, gambar bergerak, media streaming, dan tagging, suara dan
lagu. Sistem jejaring sosial merupakan sebuah sikap dan sebuah pendekatan
terhadap kehidupan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan penggunaan
media, memicu makin banyak berkembangnya sarana berinteraksi yang dikemas

2
secara apik dan rapi sehingga lebih menarik dan digemari banyak orang. Media
sosial di dunia maya ini yang cukup populer saat ini antara lain adalah aplikasi
chatting Line. Keunggulannya dalam tampilan dan kecepatannya membuat media
baru ini semakin dilirik oleh penikmatnya.
Fenomana ini terlihat dengan banyaknya pengguna line. Menurut data yang
disampaikan Line, saat ini pengguna terdaftar aplikasi Line di Indonesia mencapai
60 juta akun. Takeshi Idezawa menuturkan, sepanjang tahun 2014 hingga 2016
pertumbuhan pengguna aktif bulanan di Indonesia lebih dari 200 persen
(http://www.suara.com/tekno/2015/03/12/211315/pengguna-line-di-indonesia-
tembus-30-juta). Hal ini juga akhirnya digunakan oleh banyak komunitas sebagai
media berbagi informasi yang dilakukan dengan membuat sebuah grup di line.
Line dapat digunakan pada berbagai platform seperti iOS, Android,
Windows Phone, BlackBerry OS bahkan Computer Mac OS X dan Microsoft
windows. Line hanya dapat digunakan untuk sesama pengguna line. Aplikasi
dapat di download pada situs resmi Line, BlackBerry App World, Google Play,
App Store, atau Windows Marketplace
LINE menggunakan nomor telepon sebagai ID dan dapat membuat ID
pengguna untuk memudahkan orang mengundang anda. Anda juga dapat
menyembunyikan nomor telepon untuk melindungi privasi anda. LINE
menyediakan fitur Blocked List pada tab privacy setting, dan juga menyedikan
fitur keamanan password untuk menghindari orang lain membuka dan melihat isi
percakapan anda.
LINE juga menyediakan fitur group chat yang dapat anda buat sendiri.
Dengan kapasitas hingga mencapai 200 orang, anda dapat leluasa mengundang
teman-teman anda untuk masuk dalam group chat. Melalui group chat anda dapat
mengirim pesan secara serentak kepada teman-teman anda yang terdaftar dalam
group. Melalui chat grup di Line ini pengguna melakukan interaksi terhadap
anggota lainnya, mulai dengan berbagi informasi, mertanya kabar atau hanya
sekedar membalas dengan mengirimkan emoticon-emoticon.
Berdasarkan pandangan tersebut, saya ingin meneliti tentang “Analisis Pola
Perilaku Komunikasi Grup ‘Korean Community Makassar’ di Line.”

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka
saya merumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana Pola perilaku komunikasi grup ‘Korena Community Makassar’ di
Line?
2. Bagaimana komponen-komponen komunikasi yang membentuk pola perilaku

komunikasi grup ‘Korena Community Makassar’ di Line?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pola perilaku komunikasi grup ‘Korena Community
Makassar’ di Line.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen komunikasi yang membentuk
pola perilaku komunikasi grup ‘Korena Community Makassar’ di Line.

2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan bahan
referensi bagi mahasiswa yang berkepentingan untuk mengembangkan
penelitian dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang pola
perilaku komunikasi di sosial Messaging.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara mendalam mengenai
pola perilaku komunikasi di sosial Messaging Line.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep
1. Budaya Cyber di Media Sosial
Budaya Cyber atau cyber cultural secara sederhana melihat bagaimana
budaya itu berada di ruang cyber. Nasrullah (2012:74) bahwa internet
merupakan ruang di mana budaya yang terjadi itu diproduksi, didistribusikan,
dan dikonsumsi. Media social juga bisa dilihat sebagai medium tempat
budaya siber berada dan melalui media sosial juga dapat diketahui artefak
budaya siber itu berkembang. Dengan demikian, melihat budaya siber atau
media social harus diawasi dengan sebuah konsep atau sudut pandang bahwa
media social merupakan produk dari budaya dan sekaligus sebagai produser
dari budaya itu sendiri (Bell dalam Nasrullah: 2012,75).
Sebelum membahas tentang budaya cyber, perlu diuraikan terlebih
dahulu apa itu budaya dan apa itu cyber. Budaya pada dasarnya merupakan
nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi antarindividu. Nilai-nilai ini
diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui
dalam interaksi tersebut. Bahkan, terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung
di dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan kepada generasi
berikutnya.
Budaya juga dapat dipandang dari simbol-simbol yang muncul dari nilai
yang secara historis memiliki karakteristik serta bisa dilihat. Simbol
merupakan sistem dari konsep ekspresi komunikasi di antara manusia yang
mengandung makna dan terus berkembang seiring pengetahuan manusia
dalam menjalani kehidupan ini. dalam perspektif psikologis, budaya
merupakan respons dari pemikiran manusia dan jawaban atau respons dari
interaksi antarmanusia yang melibatkan pola-pola tertentu sebagai anggota
kelompok dalam merespons lingkungan tempat manusia berada.
Dalam perspektif semiotika, budaya adalah sekumpulan praktek social
yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertikarkan. Makna

5
tersebut berada dalam tataran komunikasi, baik komunikasi antarindividu
maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok, serta mengambil medium
di internet. Budaya bukanlah ekspresi makna yang berasal dari luar kelompok
juga bukan menjadi nilai-nilai yang baku. Sifat alamiah makna pada dasarnya
tidak bisa kekal karena manusia, baik sebagai individu maupun anggota
kelompok, selalu dipengaruhi oleh aspek-aspek social, misalnya pendidikan,
politik, dan ekonomi. Aspek social inilah yang memberikan khazanah
pemaknaan di mana makna itu selalu berpindah, membelok, mengalami
reproduksi, dan saling dipertikaikan. Oleh karena itu, budaya tidak terjadi
dalam ruang imajinasi, tetapi berada dalam praktek komunikasi antarmanusia.
Dari beberapa perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya
adalah sebuah nilai atau praktek sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam
hubungan antarmanusia, baik sebagai individu, maupun anggota masyarakat.
Dalam konsep simbolik, internet merupakan symbol yang tidak bisa
didekati secara virtual maupun sesuatu yang halusinasi, abstrak, dan tidak
nyata saja. Internet juga bisa dimaknai sebagai ruang dimana produksi,
sirkuasi, dan konsumsi penggunaannya ternyata memberikan efek terhadap
bagaimana individu itu memiliki pengalaman dan membangun impian di
ruang siber.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut bisa ditarik kesimpulan, apa yang
dimaksud dengan budaya siber. Secara sederhana, budaya siber dimaknai
sebagai: “praktek social maupun nilai dari komunikasi dan interaksi antara
pengguna yang muncul di ruang siber dari hubungan antara manusia dan
teknologi maupun antara manusia dengan perantara teknologi. Budaya ini
diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi melalui jaringan internet dan
jaringan yang terbentuk di antara pengguna”.

2. Komunitas Virtual
Dalam penelitian ilmu sosial, banyak teori yang membahas mengenai apa
itu komunitas. Dari teori-teori tersebut ada kesamaan aspek dan definisi
komunitas yang bisa didekati dengan konsep sebgai berikut:

6
1. Komunitas lahir dan dibentuk dari sekelompok orang
2. Terbentuknya komunitas dan orang-orang itu berdasarkan adanya
kesamaan atau tujuan
3. Terdapatnya interaksi secara sosial di antara anggota kelompok lainnya.
Terkait bagaimana dan apa itu komunitas virtual, berikut ini pandangan
dari beberapa akademisi mengenai komunitas virtual (Nasrullah:
2015,108).
1. Van Dijk (2006) mendeskripsikan bahwa komunitas virtual
diasosiasikan dengan sekumpulan individu yang tidak terikat oleh
waktu, tempat, maupun keadaan fisik atau material. Mereka
dikreasikan oleh lingkungan elektronik dan berdasarkan pada
komunitas termediasi.
2. Menurut Jordan (1999), komunitas virtual berarti komunitas yang
berada di ruang siber dan setiap anggotanya kembali dan hadir di sana
dalam ruang informasi yang sama. Individu telah menemukan bahwa
mereka tidak sendiri dan membangun relasi di antara mereka serta
menjadi bagian dari anggota komunitas virtual. Komunitas virtual
juga bisa ditinggalkan secara mudah karena pengguna internet bisa
memilih apakah akan bergabung atau tidak.
3. Wood dan Smith (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
komunitas virtual adalah saling berbaginya kesepahaman di antara
pengguna yang terhubung melalui lingkungan yang termediasi
komputer.
Dari bebrapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunitas virtual adalah kumpulan pengguna yang memiliki kesamaan dan
terbentuk melalui ruang siber serta relasi yng terjadi diantara mereka
termediasi secara elektronik. Dalam komunitas virtual, pengguna juga secara
sadar berbagi dan bertindak sebagai aksi kolektif, berbagi ritual atau kebiasaan,
dan mengukuti regulasi sosial yang ada di dunia virtual. Mengapa ini penting?
Meski dalam konsep teknologi setiap individu bisa saja terhubung dengan
individu lain, namun hubungan itu dalam kerangka elektronik. Tidak relasi

7
yang terjadi di antara pengguna tersebut, selain sebagai saluran data dan
informasi. Oleh karena itu, komunitas virtual harus terbetuk dari adanya
kesadaran tiap-tiap pengguna untuk bergabung dan memiliki komunitas
tersebut (Paks dalam Nasrullah, 2015:109)
Sebagaimana di dunia nyata, komunitas virtual tidak mensyaratkan saling
berbagi wilayah maupun kebutuhan diantara anggita komunitas. Dunia virtual,
wilayah, sebagaimana juga waktu, menjadi sesuatu yang maya alias abstrak.
Setiap pengguna internet memiliki wilayah yang sama dan kata wilayah itu
semestinya didekati secara elektronik. Artinya, jika memakai contoh dari grup
di Line, setiap pengguna media sosial memiliki prosedur, struktur, dan
kesempatan yang sama dalam menggunakan perangkat tersebut. Pengguna
yang diangkat menjadi administrator bukan berarti pemimpin yang mutlak
seperti di offline atau administrator bekerja untuk memastikan bahwa informasi
atau konten yang disebar sesuai dengan tema atau kepentingan grup; setiap
anggota memiliki kebebasan masing-masing dan satunya aturan yang dibangun
dalam grup tersebut berdasarkan masukan dan persetujuan anggota itu sendiri.
Untuk lebih menegaskan apa yang dimaksud dengan komunitas virtual dan
bagaimana sebuah grup di media sosial bisa dikategorikan ke dalamnya,
(Quentin Jones dam Nasrullah, 2015;111) dalam sebuah tulusan di Journal of
computer mediated communicationsi memberikan kriteria-kriteria dasar,yakni
terkait:
1. Level minimum dalam interaksi. Diperlukan semacam kriteria minimal
bagaiman interaksi yang terjadi di dalam kelompok atau grup tersebut di
media sosial. Setiap konten yang dipublikasikan oleh pengguna lain tidak
bisa menjadi batasan dasar dalam sebuah komunitas.
2. Komunikator yang bervariasi merujuk pada sebuah komunitas virtual
harus terdiri dari partisipan yang beragam sehingga interaksi yang terjadi
di antara mereka akan membentuk dan berkembang secara luas.
3. Adanya ruang publik umum sebagai medium interaksi bagi angota
komunitas. Kehadiran media sosial bisa dugunakan sebagai runag publik

8
umum untuk berinteraksi. Namun tidak semua jenisnya memberikan
fasilitas atau perangkat bagi terbentuknya komunitas.
4. Level minimum dari jumlah keanggotaan. Baru bisa dikatakan sebagai
anggota dalam jumlah tertentu. Seorang pengguna hanya sekali atau dua
kali mengunjungi frup line tidak bisa dikatakan sebagai anggota. Eksisnya
komunitas virtual tersebut diperlukan sejumlah anggota yang aktif dan
saling berbagi informasi diantara sesama.
Pembahasan komunitas virtual tidak bisa lepas dari aturan dasar sebuah
komunitas sebagai bentuk dari masyarakat. aturan dasar itu adalah relasi sosial
atau relasi yang ada dibentuk oleh setiap individu sebagai makhluk sosial.
Relasi ini memiliki dampak tersendiri, apakah itu medium komunitasnya
offline maupun online.
Secara lebih makro, pembahasan komunitas virtual ini merupakan bagian
dari masyarakat berjejaring atau network society. Karena sifat internet dan
teknologi komunikasi-interaksi yang ada didalamnya menyebabkan individu
sebagai pengguna memiliki kuasa penuh. Struktur sebagaimana level-level
birokrasi yang ada di dunia nyata seakan-akan menjadi kabur dan tidak pasti di
dunia virtual. Bahkan, reaksi secara global juga bisa dilakukan oleh setiap
pengguna internet.

B. Teori Pendukung
1. Teori Determinasi Teknologi
Teori determinasi teknologi secara khusus menyorot bagaimana
teknologi membentuk kecenderungan tertentu manusia, khususnya dalam
menggunakan indera mereka. Teknologi, pada akhirnya menjadi faktor
determinan dalam sejarah manusia, sebagaimana tesis Karl Marx akan
perubahan struktur ekonomi yang menjadi dasar penentu sejarah. (Santoso &
Setiansah, 2010: 114).
Teori Determinasi Teknologi pertama kali ditemukan oleh McLuhan
pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of
Typographic Man. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa orang beradaptasi

9
dengan lingkungannya melalui semacam keseimbangan penggunaan indera dan
media utama dari setiap masa telah membawa keseimbangan indera tertentu,
sehingga mempengaruhi persepsi orangorangnya. (Santoso & Setiansah, 2010:
116).
Mc Luhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita
berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak.
Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan
budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya
membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan Mc
Luhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya
peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membentuk atau
memengaruhi kehidupan kita sendiri. (Nurudin, 2009: 185)

2. Intermediated Personal Communication (Komunikasi Interpersonal


Termediasi)
Definisi komunikasi interpersonal termediasi atau interpersonalmediated
communication menurut Catchart dan Gumpert yaitu semua situasi yang
menggunakan teknologi mediasi untuk menggantikan interaksi langsung
(Catchart & Gumpert, 1986: 90). Berdasarkan definisi komunikasi
interpersonal termediasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal termediasi yaitu
komunikasi yang menggunakan sebuah media sebagai fasilitator dalam
penyampaian sebuah pesan, seperti telepon maupun komputer. Fokus dari
teori ini adalah penggunaan media dalam komunikasi untuk
menghubungkan individu satu dengan individu lainnya. Munculnya teknologi
komunikasi yang baru seperti hadirnya internet memungkinkan sebuah media
memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi (McMillan, 2004).
Line, merupakan media baru yang memberikan fasilitas interaksi antara
komunikator dengan komunikan melalui media internet. Komunikasi yang
disampaikan line dalam bentuk kata-kata, foto dan emoticon yang nantinya
dapat diakses oleh anggota grup line. Sesuai dengan teori yang telah

10
dipaparkan, line sendiri termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal
termediasi karena line dimiliki oleh perorangan yang digunakan sebagai media
komuniasi kepadapara anggota komunitas

C. Hasil Penelitian yang relevan


Penelitian tentang media sosial sudah banyak dilakukan dari berbagai macam
disiplin ilmu namun dalam penellitian tersebut umumnya lebih banyak
berfokus pada media sosial sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
kepada masyarakat. riset yang dilakukan Puspitasari (2012) dengan judul
“Analisa Strategi Komunikasi Politik Melalui Media Baru” (studi kualitatif
komunikasi politik Faisal Basri dan Beim Benyamin, calon independen
Guberur & DKI jakarta, melalui media sosial). Dari hasil penelitian, terlihat
bangkitnya hasrat masyarakat untuk berhubungan dengan Faisal-biem melalui
media sosial. Meskipun masih terdapat sedikit jumlah percakapan antara
Faisal-Biem dengan masyarakat. terlihat bahwa Faisal-Biem kurang membuka
terjadinya proses dialog, hanya sebatas mnyampaikan pesan dan terkadang
merespon kembali umpan balik yang masuk.
Kemudian hasi temuan Nurudin (2013), tentang: “media sosial baru dan
munculnya revolusi proses komunikasi”. Dari penelitian ditemukan bahwa;
perubahan proses penyebaran pesan dari satu arah menuju banyak tahap,
jumlah lalulintas informasi yang beredar akibat media sosial sangat meningkat
tajammenembus ruang dan waktu, dan masyarakat kita mengalami spill over of
communication (peleburan informasi) yang menyebabkan keterkejutan budaya
(cultural shock) di masyarakat.
Kemudian dalam pandangan Bestari (2014) mengenai hasil penelitian
“Fenomena Mengunggah foto makanan pada pengguna media sosial”
mengemukakan bahwa media sosial sebagai saluran yang memainkan peran
penting dalam perubahan persepsi mengenai makanan. Makanan sekarang
dilihat sebagai suatu hal yang dapat dipamerkan atau dibanggakan, persepsi
yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan dekade yang lalu dimana
makanan hanya sebagai sebuah kebutuhan perut saja. Pengunggahan foto

11
makanan pada media sosial dapat membantu kegiatan berbagi informasi
tentang makanan, dan mengembangkan dunia kuliner. Dengan kegiatan
berbagi, foto makanan dapat saling menghubungkan orang-orang yang
memiliki minat pada dunia makanan. Hal itulah yang menjadi motif seseorang
dalam mengunggah makanan.
Yususf dan Giska (2010) dengan judul penlitian: “perilaku komunikasi chatting
via ponsel: studi pada komunitas mig33 Yogyakarta”. Mengemukakan bahwa
motivasi utama yang membuat orang memutuskan bergabung dengan Mig33,
yaitu mencari teman dan mencari pasangan hidup. Kemudian temuan lainnya
adalah bahwa para pengguna mengakui bahwa ketika bergabung dengan Mig33
mereka merasakan manfaat positif seperti bisa menambah teman,
menghilangkan rasa bosan dan jenuh, menambah pengetahuan dan wawasan,
mengetahui bahasa baru, dan mendapatkan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan hasil tinjauan penelitian yang dilakukan di atas, isu tentang
aktivitas komunikasi yang di mediasi oleh teknologi informasi sosial media
memang menjadi isu yang menarik, dan menjadi fenomena kebudayaan baru
yang berkembang sesuai dengan era saat ini. dari uraian di atas, beberapa
penelitian diantaranya mencoba melacak latar belakang penggunaan teknologi
informasi dalam aktivitas sehari-hari, yang berdampak pada positif dan negatif
penggunaan sosial media. Penelitian yang diajukan ini tentu juga akan
bermuara dan menyelai penggunaan sosial media untuk mendapatkan
gambaran yang komprehensif dan holistik tentang masyarakat pengguna sosial
media, dan menangkap proses aktivitas dan komunikasi yang terjadi diantara
users.
D. Kerangka Konseptual
1. Media Komunikasi
Media komunikasi merupakan sarana untuk melakukan memproduksi,
mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan
informasi. Pada jaman modern saat ini, media komunikasi sangat berperan
dalam kehidupan masyarakat. Proses komunikasi saat ini sangat canggih, dan
teknologi komunikasi paling dicari untuk menyampaikan atau mengirimkan

12
informasi ataupun berita karena teknologi telekomunikasi semakin
berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, mudah, murah, efektif dan efisien.
Nasrullah mengatakan, Media merupakan saluran pembawa pesan dari
sender untuk sampai ke receiver. Media pula yang menerjemahkan pesan-
pesan tersebut agar bisa di capai oleh khalayak. Cangara menyebut medium
sebagai media yang merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima.

2. Media Sosial
Social Media atau media sosial adalah media yang kita gunakan untuk
bersosialisasi. Secara terminologi, sosial adalah kebutuhan insting dari
seorang individu untuk melakukan interaksi atau menciptakan hubungan
dengan orang lain. Sebagai seorang individu, kita butuh untuk berhubungan
dengan orang lain di sekitar kita untuk bertukan informasi, ide, dan
pengalaman yang kita miliki. Media adalah sesuatu yang kita gunakan untuk
elakukan komunikasi dengan individu lain yang ada disekitar kita. Media
dapat berbentuk tulisan, audio, televisi, e-mail, websites, dan lain sebagainya.
Jadi, media sosial adalah sebuah
teknologi yang digunakan secara efektif untuk berkomunikasi dengan
orang lain, membangun hubungan, membangun kepercayaan (Nasrullah,
2014). Williamson menyebutkan media sosial adalah media yang didesain
untuk menyebarkan pesan melalui interaksi sosial, dan dibuat dengan teknik-
teknik publikasi yang sangat mudah diakses(Widjajanto, 2013).

3. Instant Messaging Line


Aplikasi LINE menggunakan sistem nomor telepon seluler penggunanya
sebagai basis untuk saling berhubungan. Aplikasi Line saat ini tersedia untuk
gadged yang memiliki sistem perasional iOS dan Android. Aplikasi Line
dapat diunduh secara gratis di App Store dan Google Play. LINE berbeda dari
aplikasi IM lainnya, karena ada emoticon yang bervariasi. Ada Emoji yang
menggambarkan kepala dengan bermacam ekspresi, lalu emoticons berupa

13
susunan karakter teks yang juga membentuk ekspresi, serta ada stickers.
stickers ini yang cukup unik untuk Line, karena gambar ikonnya lucu-lucu,
berukuran besar dan lebih ekspresif. Sejak peluncuran pertamanya, pengguna
Line di seluruh dunia mencapai 400 juta pengguna. Majalah SWA online
menyebutkan bahwa pengguna Line kini digunakan lebih dari 170 juta
pengguna aktif setiap bulannya. Jumlah pengguna aktif di Indonesia sebanyak
30 juta pengguna menempatkan negara Indonesia di posisi kedua pengguna
Line terbanyak di dunia (http://www.merdeka.com diakses pada 4 Februari
2015).
Berkaitan dengan populernya aplikasi instant messaging, didukung
dengan adanya fitur-fitur yang menarik dan membantu proses komunikasi
interpersonal lebih efektif. Diantara fitur instant messaging Line yang sering
digunakan adalah :
1. Personal Chat
Fitur ini merupakan fitur utama yang diberikan oleh Line sebagai sarana
komunikasi dengan pengguna Line lainnya secara private. Dalam personal
chat ini pengguna Line dapat melakukan percakapan secara bebas tentang apa
saja.
2. Share Foto atau Gambar
Line memberikan fitur berbagai foto atau gambar baik secara personal
melalui personal chat, ataupun melalui diskusi grup. Pada fitur ini pengguna
diberikan pilihan untuk mengambil gambar atau foto secara langsung dengan
kamera ataupun mengambil dari galeri.
3. Free Call
Dengan Free Call pengguna Line dapat menelpon pengguna Line lain dengan
gratis karena menggunakan jaringan internet. Dengan cara memilih teman
yang ingin ditelepon lalu pilih Panggil.
4. Sticker
Layaknya emoticon, sticker juga dapat digunakan untuk mengekspresikan
sesuatu dengan bentuk dan gambar yang lebih besar, lebih lucu, dan lebih
menarik.

14
5. Timeline
Line menyediakan fitur timeline yang bisa digunakan untuk bersosial media
layaknya timeline di
facebook.
6. Grup
Line menyediakan fitur grup agar pengguna dapat berbincang-bincang
dengan pengguna Line lebih dari satu pengguna (Suryadi, 2014).
Untuk mencapai jawaban pertanyaan penelitian ini, saya mengonsepkan jalan
pikiran pada bagan kerangka konseptual sebagai berikut:

Line

Korena Community
Makassar
Dunia Maya

Pola Perilaku
Komunikasi Dunia Nyata

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional
1. Pola Perilaku Komunikasi
Pengertian pola menurut kamus umu bahasa Indonesia adalah pattern
(1994) yang artinya adalah model atau sistem yang berulang. Dengan
demikian yang dimaksud dengan pola perilaku komunikasi adalah
bagaiman suatu sistem atau model komunikasi yang terjadi antara anggota
komunitasnya.

2. Internet
Internet atau interconnection-networking merupakan seluruh jaringan
computer yang saling terhubung menggunakan standard system globela

15
transmision control protocol/internet protocol suite (TCP/IP). Sebagai
protokol pertukaran paket untuk melayani miliaran pengguna diseluruh
dunia.

3. Line
Line adalah aplikasi Instant Messaging yang digunakan oleh jutaan
pengguna. Aplikasi LINE menggunakan sistem nomor telepon seluler
penggunanya sebagai basis untuk saling berhubungan. Line dapat di
download melalui googleplay atau iStore secara gratis.

4. Korena Community Makassar


Korena Community Makassar adalah sebuah event orginazer yang
akhirnya di jadikan sebagai komuntas para pencinta budaya Korea yang
ada di Makassar. Komunitas ini terbentuk sejak 2013 dengan anggota 500
orang. Komunitas ini dijadikan tempat berbagi informasi tentang segala
sesuatu tentang Korea, mulai dari film, budaya, festival dan sebagainya.
komunitas ini berkomunikasi melalui segala lini, mulai dari twitter,
facebook, instagram dan juga Line.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan yaitu sejak bulan Januari
hingga april 2016. Objek penelitian adalah line official Korean Community
Makassar

B. Tipe Penelitian
Menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini didasarkan
pada page grup line oficial Korean Comunity Makassar yang berisi percakapan-
percakapan anatar anggota grup. Data utama dilakukan secara langsung dengan
melakukan observasi online dan wawncara dengan narasumber yang
ersangkutan.

C. Teknik Pemilihan Informan


Pemilihan informan menggunakan purposive sampling lebih ditekankan
pada alasan dan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk itu
peneliti akan memilih informan sesuai dengan kriteria yang ditentukan berikut:
1. anggota grup Line Official Korean Community Makassar yang paling
sering berinteraksi.
2. Merupakan anggota grup Line Official Korean Community Makassar

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
a. Pengamatan. Pengamatan dilakukan di grup line official Korean
Community Makassar tentang pola komunikasi yang terjadi antar
anggotanya.
b. wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai
beberapa orang yang paling sering berinteraksi di grup line official
Korean Community Makassar. Wawancara ini dilakukan untuk
konfirmasi data hasil pengamatan secara online.

17
2. Data sekunder
Diperoleh dari studi literatur, buku bacaan, bahan kuliah, jurnal serta
situs-situs internet yang memiliki relasi yang kuat dengan masalah
yang diteliti.

E. Teknik Analisis Data


Menjadi keniscayaan bahwa melakukan penelitian media siber lebih
cenderung mendekati objek penelitian sekaligus data melalui teks. Oleh
karena itu, metode penelitian teks media yang selama ini digunakan dalam
bidang humaniora maupun sosial, khususnya dalam teori mupun riset
komunikasimassa dan bidang kajian media juga bisa diterapkan dalam
penelitian di media sosial. Menurut Nasrullah (2014: 183) setidaknya ada
beberapa metode dan teknik analisis terkait teks, yaitu analisis isi etnografi,
analisis naratif, dan analisis semiotika. Berikut ini uraian terkait dengan
metode ini.
1. Analisi isi Etnografi
Menurut David L. Atheide dalam Nasrullah (2014:185) bahwa analisis
etnografi digunakan untuk melihat dokumen dalam hal ini teks di media
sosial, dan untuk memahami makna komunikasi yang terjadi. Dalam
kajian onyek visual maupun audio yang ada pada media siber seperti
publikasi foto, tampilan di media sosial, sampai pada suara seperti musik
juga masuk ke dalam teks (Narullah, 2014:186). Stempel dan Steward
(2000 dalam Wimmer dan Dominik, 2011:177) menyatakan, bahwa
internet memberikan peluang serta tantangan lapangan penelitian bagi
para peneliti media ini. Media internet telah memberikan area baru dan
luas bagi penelitian konten atau isi media, misalnya komunikasi online,
tampilan di beranda Line, layout di twitter, media siber seperti
kompas.com, foto-foto lewat media instagram, serta video di youtube.
2. Analisis Naratif
Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam fenomena di media siber
yaitu analisis naratif. Dalam konteks media siber, analisis naratif bisa

18
dugunakan untuk melihat bagaimana narasi teks berkembang. Misalnya,
kicauan suatu akun twitter bisa dianalisis untuk melihat bagaimana posisi
dari si pemilik akun terhadap suatu kasus atau peristiwa yang terjadi.
3. Analisis Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata yunani semeion yang
berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederet luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Kemudian batasan yang lebih jelas
dikemukakan oleh Preminger (2001:89). Dikatakan, “semiotika adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial
dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-
tanda tersebut mempunyai arti. Di media sosial, teknik ini bisa digunakan
untuk menafsirkan makna teks, baik berupa kata maupun gambar yang
ditampilkan. Teknik semiotika ini dapat digunakan untuk mengungkap
dibalik makna dari apa yang ditampilkan di media sosial.

19

Anda mungkin juga menyukai