Anda di halaman 1dari 173

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebijakan merupakan alat pemerintah dalam penyelenggaraan
kekuasaannya guna menentukan, menciptakan, serta mewujudkan apa yang
menjadi tujuan kebijakan itu sendiri yang tentunya berorientasi untuk
kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi dalam perjalanannya, tidak semua
kebijakan itu merupakan instrumen untuk menciptakan masyarakat yang adil
dan makmur, tetapi justru menjadi sebaliknya yakni menghisap darah
rakyatnya sendiri ibarat lintah darat atau virus yang mematikan manusia
secara perlahan-lahan.
Tentunya kita masih ingat dan bahkan akan selalu melekat diingatan
kita mengenai salah satu kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa semua
minyak mentah Indonesia dijadikan satu jenis Bahan Bakar Minyak (BBM)
saja, yaitu bensin Premium. Inilah pernyataan yang seolah-olah dipaksakan
kepada rakyat Indonesia. Kepada masyarakat diberikan gambaran bahwa
setiap kali harga minyak mentah di pasar internasional meningkat, dengan
sendirinya pemerintah harus mengeluarkan uang ekstra, dengan istilah “untuk
membayar subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang membengkak”.
Harga minyak mentah di pasar internasional selalu meningkat.
Penyebabnya karena minyak mentah adalah fosil yang tidak terbarui (not
renewable). Setiap kali minyak mentah diangkat ke permukaan bumi,
persediaan minyak di dalam perut bumi berkurang. Pemakaian (konsumsi)
minyak bumi sebagai bahan baku Bahan Bakar Minyak (BBM) akan
mengalami peningkatan, sehingga permintaan yang meningkat terus
berlangsung bersamaan dengan berkurangnya cadangan minyak di dalam
perut bumi. Hal ini membuat bahwa permintaan senantiasa meningkat
sedangkan berbarengan dengan itu, penawarannya senantiasa menyusut.
2

Sejak lama para pemimpin dan cendekiawan Indonesia berhasil di


“brainwash” dengan sebuah doktrin yang mengatakan : “Semua minyak
mentah yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia harus dinilai dengan harga
internasional, walaupun kita mempunyai minyak mentah sendiri.” Dengan
kata lain, bangsa Indonesia yang mempunyai minyak harus membayar
minyak ini dengan harga internasional.
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dikenakan pada rakyat
Indonesia tidak selalu sama dengan ekuivalen harga minyak mentahnya.
Bilamana harga Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih rendah dibandingkan
dengan ekuivalen harga minyak mentahnya di pasar internasional, dikatakan
bahwa pemerintah merugi, memberi subsidi untuk perbedaan harga ini. Dapat
dikatakan bahwa “subsidi” sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah, sedangkan pemerintah tidak memilikinya. Maka Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan medngalami defisit, dan untuk
menghindarinya, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) harus dinaikkan. Hal
inilah yang menyebabkan Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Kebijakan ini terpaksa dikeluarkan
demi penyelamatan ekonomi nasional.
Kebijakan pemerintah yang dilakukan dalam waktu ke waktu tentunya
mengalami bertujuan demi perbaikan. Pemerintah tidak akan mengeluarkan
kebijakan yang tentunya tidak sesuai harapan. Seperti yang disampaikan oleh
Owen Hughes dalam Pan S. Kim.1
“Summarized for this group: “The administrative paradigma in is
terminal stages and unlikely to be revbuved...(It is being replaced by) a
new paradigm of public management which pust forward a different
relationship betwen government, the public service aand the public”.
(Paradigma administrasi berada pada tahap akhir dan tidak mungkin
dibangkitkan kembali... (hal ini digantikan oleh) sebuah paradigma baru
tentang manajemen pemerintah yang mengusulkan suatu hubungan
yang berbeda antara pemerintah, pelayanan masyarakat dan
masyarakat).
Kebijakan peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tentu
berdampak pada kehidupan masyarakat. Bagaimanapun juga Peningkatan
1
Pan S. Kim, Civil Service reform in Japan and Korea toward Competitiveness and
competency, International Rteview of Administrative Science. Vo. 68
3

harga bahan bakar Minyak oleh Pemerintah dimaksudkan juga demi


kepentingan masyarakat. Meskipun dampak dari kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM), terjadi dimasyarakat, sebagai contoh Penimbunan
Bahan bakar Minyak (BBM) oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
karena tindakan mereka menimbun dan menjualnya kembali ke pasaran,
dengan harga yang lebih tinggi dan demi keuntungan dirinya sendiri.
Berbagai dampak kenaikan bahan Bakar Minyak terjadi dalam
masyarakat. Pergolakan penolakan terjadi di sana sini. Akhirnya pemerintah
tidask bergeming, tetap menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Berbagai dampak bermunculan seiring dengan dipicunya kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak. Banyak tindakan masyarakat yang melakukan tindakan
demi menguntungkan dirinya sendiri, salah satunya adalah penimbunan
Bahan Bakar Minyak.
Dalam penanganan tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
tanpa izin usaha penyimpanan yang terjadi di berbagai Pengadilan Negeri,
dapat dikatakan bahwa menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hakim
adalah pejabat Peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili. Kemudian kata “mengadili” sebagai rangakaian tindakan
hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas
bebas, jujur, dan tidak memihak dalam sidang suatu perkara dan menjunjung
tinggi 3 (tiga) asas peradilan yaitu sederhana, cepat dan biaya ringan.
Profesi Hakim adalah profesi dengan pekerjaan kemanusiaan yang tidak
boleh jatuh kedalam dehumanizing yang bersifat logic mechanical hingga
dapat terperosok pada jurang alienasi hukum dari manusia dan kemanusiaan
itu sendiri. Hakim bertanggung jawab untuk mengembalikan hukum kepada
pemilik hukum itu yaitu manusia. Hukum untuk manusia sebagai alat untuk
mewujudkan kesejahteraan manusia, bukan hukum untuk hukum itu sendiri.
Salah satu pelaku dalam sistem peradilan, hakim memiliki posisi dan
peran yang penting, terlebih dengan segala kewenangan yang dimilikinya.
Melalui putusannya, seorang hakim dapat mengalihkan hak kepemilikan
4

seseorang, mencabut kebebasan warga negara, menyatakan tidak sah tindakan


sewenang-wenang pemerintah terhadap masyarakat, memerintahkan
penghilangan hak hidup seseorang, dan lain-lain. Oleh karena itu, tugas dan
wewenang yang dimiliki oleh hakim harus dilaksanakan dalam kerangka
penegakkan hukum, kebenaran, dan keadilan sesuai peraturan perundang-
undangan, kode etik dengan tetap memperhatikan prinsip equality before the
law. Kewenangan hakim yang sangat besar itu menuntut tanggungjawab yang
tinggi, sehingga putusan pengadilan yang diucapkan dengan irah-irah “Demi
Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung arti bahwa
kewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan itu wajib
dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada semua manusia, dan secara
vertikal dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa2.
Disamping hal tersebut di atas, hakim dalam semua tingkatan
menduduki posisi sentral dalam proses peradilan. Dalam posisi sentral itulah
diharapkan dapat menegakkan hukum dan keadilan. Hanya hakim yang baik
yang diharapkan dapat menghasilkan putusan yang mencerminkan rasa
keadilan, yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Terdapat banyak
pandangan tentang kriteria hakim baik antara lain, memiliki kemampuan
hukum (legal skill), berpengalaman yang memadai, memiliki integritas,
memiliki kesehatan yang baik, mencerminkan keterwakilan masyarakat,
memiliki nalar yang baik, memiliki visi yang luas, memiliki kemampuan
berbahasa dan menulis, mampu menegakkan hukum negara dan bertindak
independen dan imparsial, dan memiliki kemampuan administratif dan
efisien.
Hakim merupakan salah satu obyek studi bidang hukum. Dimana
masyarakat banyak yang mencibir sinis dan pesimis namun ada juga yang
menaruh harapan terhadap putusan hakim dalam suatu perkara. Banyak
masalah yang memicu kekecewaan masyarakat, salah satunya adalah
2
Chatamarrasjid Ais, Pola Rekrutmen Dan Pembinaan Karir Aparat Penegak Hukum Yang
Mendukung Penegakan Hukum, Makalah disampaikan dalam kegiatan Seminar Tentang
Reformasi Sistem\ Peradilan Dalam Penegakan Hukum di Indonesia, yang diselenggarakan oleh
BPHN bekerjasama dengan FH UNSRI dan Kanwil Dephukham Prop. Sumatera Selatan, di
Palembang 3 – 4 April 2007, hlm. 1-2
5

bagaimana hakim memutuskan perkara-perkara yang bisa mengundang pro


dan kontra dalam masyarakat luas. Jangan sampai putusan itu mematikan rasa
keadilan masyarakat. Sering terjadi terutama terhadap perkara – perkara yang
mendapat perhatian masyarakat luas. Bahkan sebuah putusan dianggap tidak
adil dan dianggap sarat dengan nuansa koruptif dan kolutif.
Secara umum anggapan itu adalah sah–sah saja, setidaknya ada alasan
dari masyarakat yaitu telah hampir hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga peradilan, disebabkan terbongkarnya berbagai kasus
penyuapan yang melibatkan aparat Pengadilan, terutama hakim. Oleh karena
itu seorang hakim dalam memutus suatu perkara harus mempertimbangkan
kebenaran yuridis (hukum) dengan kebenaran fisolofis (keadilan). Seorang
Hakim harus membuat keputusan – keputusan yang adil dan bijaksana dengan
mempertimbangkan implikasi hukum dan dampaknya yang terjadi dalam
masyarakat. Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan
ditegakan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum/peraturannya. Fiat
Justitia et pereat mundus (meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ditegakkan). Adapun nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan bagi
masyarakat.
Didalam memutus sebuah perkara dan mempertimbangkan layak
tidaknya seseorang dijatuhi pidana seorang hakim didasarkan oleh keyakinan
hakim dan tidak hanya berdasarkan bukti – bukti yang ada. Secara normatif,
pengadilan adalah tempat untuk mendapatkan keadilan. Hal itu tersandang
dari namanya “pengadilan” dan dari irah-irah putusan Hakim yang menjadi
palang pintunya. Menurut irah-irah itu, dalam menyelesaikan perkara Hakim
tidak bekerja “demi hukum” atau “demi undang-undang”, melainkan “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Frase “Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi simbol bahwa Hakim bekerja mewakili
Tuhan Yang Maha Esa. Frase itu juga menjadi jaminan bahwa Hakim dalam
menyelesaikan perkara akan bekerja secara jujur, bersih, dan adil karena ia
mengatas namakan Tuhan. Sebab jika tidak demikian, maka Hakim yang
tidak berlaku jujur, bersih, dan adil, kelak di “pengadilan terakhir” ia harus
6

mempertanggungjawabkan perbuatan dan perilakunya di hadapan Tuhan


Yang Maha Adil.
Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan aspek di
dalamnya mulai dari perlunya kehati-hatian, dihindari sekecil mungkin
ketidakcermatan baik yang bersifat formal maupun materiil sampai dengan
adanya kecakapan teknik membuatnya3. Oleh karena itu hakim tidak berarti
dapat berbuat sesuka hatinya melainkan hakim juga harus mempertanggung
jawabkan putusannya.
Hakim dalam memberikan putusan terhadap suatu perkara pidana,
seharusnya putusan hakim berisi alasan-alasan pertimbangan-pertimbangan
yang bisa memberikan rasa keadilan bagi terdakwa. Dimana dalam
pertimbangan-pertimbangan itu dapat dibaca motivasi yang jelas dan tujuan
putusan diambil, yaitu untuk menegakkan hukum (kepastian hukum) dan
memberikan keadilan.4 Hakim dalam memberikan pertimbangan untuk
memutus suatu perkara pidana diharapkan hakim tidak menilai dari saru
pihak saja sehingga dengan demikian ada hal-hal yang patut dalam
penjatuhan putusan hakim, apakah pertimbangan tersebut memberatkan
ataupun meringankan pidana yang melanda pemikiran hakim, sehingga hakim
sampai pada putusannya.
Pertimbangan hakim sebenarnya tidak kalah pentingnya dibandingkan
dengan bagian amar putusan hakim dan justru bagian pertimbangan itulah
yang menjadi roh dari seluruh materi isi putusan, bahkan putusan yang tidak
memuat pertimbangan yang cukup dapat menjadi alasan untuk diajukan
suatu upaya hukum baik itu banding maupun kasasi, yang dapat
menimbulkan potensi putusan tersebut akan dapat dibatalkan oleh Pengadilan
yang lebih tinggi.5
Bagaimanapun juga putusan pengadilan merupakan penyataan hakim
yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk
3
Ahmad Rifai, Penemuan hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta,
Simar Grafika, 2010, hlm. 94.
4
Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim dalam menangani Suatu masalah
Perkara Pidana, Jakarta, Aksara Persada Indonesia, 1987, hlm. 50.
5
Ahmad Rifai, Op. Cit, hlm. 111
7

menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara. Putusan dapat dijatuhkan


setelah pemeriksaan perkara selesai dan oleh pihak-pihak yang berperkara
sudah tidak ada lagi yang ingin dikemukakan. Putusan pengadilan merupakan
suatu yang sangat diharapkan oleh pihak-pihak yang berperkara, sebab
dengan putusan pengadilan tersebut pihak-pihak yang berperkara
mengharapkan adanya kepastian hukum dalam perkara yang mereka hadapi.
Untuk memberikan putusan pengadilan yang benar-benar menciptakan
kepastian hukum dan mencerminkan keadilan, hakim yang melaksanakan
peradilan harus benar-benar mengetahui duduk perkara yang sebenarnya dan
peraturan hukum yang mengaturnya untuk diterapkan, baik peraturan hukum
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan maupun hukum yang
tidak tertulis dalam hukum adat. Namun kenyataannya tidak selalu sejalan
dengan gagasan normatifnya. Tidak selamanya Hakim memiliki kesadaran di
dalam hatinya bahwa kelak ia akan mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaannya di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya tidak jarang
terdapat putusan-putusan Hakim yang tidak mencerminkan rasa keadilan.
Tidak semua Hakim memiliki rasa takut bahwa kelak ia akan bertanggung
jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa tentang apa yang telah diputuskannya.
Memang sulit untuk mengukur secara matematis, putusan Hakim yang
bagaimana yang memenuhi rasa keadilan itu. Akan tetapi tentu saja ada
indikator yang dapat digunakan untuk melihat dan merasakan bahwa suatu
putusan telah memenuhi rasa keadilan atau tidak. Indikator itu antara lain
dapat ditemukan di dalam “pertimbangan hukum” yang digunakan Hakim.
Pertimbangan hukum merupakan dasar argumentasi Hakim dalam
memutuskan suatu perkara. Jika argumen hukum itu tidak benar dan tidak
sepantasnya (proper), maka orang kemudian dapat menilai bahwa putusan itu
tidak benar dan tidak adil. Pertimbangan hukum yang tidak benar dapat
terjadi karena berbagai kemungkinan:6
1. Hakim tidak mempunyai cukup pengetahuan hukum tentang masalah
yang sedang ditangani. Namun secara normatif seharusnya hal ini tidak
boleh terjadi, karena Hakim dapat memerintahkan setiap pihak untuk
6
Kuncoro Surbakti, Aspek-aspek Putusan hakim, Alumni, Bandung, 1999, hlm. 22
8

menyediakan ahli yang akan memberikan keterangan dan menjelaskan


pokok persoalannya di dalam persidangan.
2. Hakim sengaja menggunakan dalil hukum yang tidak benar atau tidak
semestinya karena adanya faktor lain seperti adanya tekanan pihak-pihak
tertentu, suap, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi independensi
Hakim yang bersangkutan.
3. Hakim tidak memiliki cukup waktu untuk menuliskan semua argumen
hukum yang baik disebabkan karena terlalu banyaknya perkara yang
harus diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif singkat.
4. Hakim malas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas putusan yang dibuatnya. Faktor
ini merupakan faktor yang pengaruhnya tidak langsung, namun cukup
menentukan kualitas putusan.

Secara ideal, semua kemungkinan yang disebutkan di atas tidak boleh


terjadi dalam lembaga peradilan. Jika hal itu terjadi, maka bukan tidak
mungkin lembaga peradilan yang seharusnya menjadi gerbang keadilan,
justru menjadi tempat terjadinya ketidakadilan. Tidak terkecuali Mahkamah
Agung sebagai lembaga pengadilan tertinggi di negeri ini. Hakim-hakim
Agung yang seharusnya menjadi penjaga gawang keadilan terakhir, boleh
jadi justru menjadi pihak yang menciptakan ketidakadilan.
Penjatuhan pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pada
dasarnya mempertimbangkan segala aspek tujuan yaitu sebagai berikut7 :
1. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari ancaman suatu
kejahatan yang dilakukan oleh pelakunya
2. Sebagai upaya represif agar penjatuhan pidana membuat pelakunya jera
dan tidak akan melakukan tindak pidana di kemudian hari.
3. Sebagai upaya preventif agar masyarakat luas tidak melakukan tindak
pidana sebagaimana yang dilakukan oleh pelakunya.
4. Mempersiapkan mental masyarakat dalam menyikapi suatu kejahatan dan
pelaku kejahatan tersebut, sehingga pada saatnya nanti pelaku tindak
pidana dapat diterima dalam pergaulan masyarakat.

Hakim dalam memutus perkara pidana, hakim juga melihat fakta


persidangan. Fakta persidangan merupakan dasar/bahan untuk menyusun
pertimbangan majelis hakim sebelum majelis hakim membuat analisa hukum
yang kemudian digunakan oleh hakim tersebut untuk menilai apakah
terdakwa dapat dipersalahkan atas suatu peristiwa yang terungkap di

7
Ibid, hlm. 24
9

persidangan untuk memperoleh keyakinan apakah terdakwa patut


dipersalahkan, patut dihukum atas perbuatannya sebagaimana yang
terungkap dipersidangan. Singkatnya, suatu putusan harus didasarkan pada
fakta persidangan dan dibarengi dengan putusan yang mencerminkan rasa
keadilan. Proses penjatuhan putusan oleh hakim merupakan suatu hal yang
kompleks dan sulit, sehingga memerlukan pelatihan, pengalaman dan
kebijaksanaan. Proses penjatuhan pidananya, seorang hakim harus meyakini
apakah seorang terdakwa melakukan tindak pidana ataukah tidak, dengan
tetap berpedoman pada pembuktian untuk menentukan kesalahan dari
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Setelah menerima dan
memeriksa suatu perkara, selanjutnya hakim akan menjatuhkan putusan yang
dinamakan putusan hakim, pernyataan hakim yang merupakan pernyataan
pejabat negara yang diberi wewenang untuk putusan itu. Jadi Putusan hakim
bukanlah semata-mata didasarkan pada ketentuan yuridis saja melainkan
juga didasarkan pada hati nurani.8
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis tentang pertimbangan
hakim dalam memutus suatu perkara tindak pidana, khususnya tindak pidana
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa izin usaha Penyimpanan
yang ditangani oleh Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri). Ada
tiga putusan Pengadilan Negeri yang menjadi kajian penelitian Tesis ini yaitu
Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor 211/Pid.Sus/2013/PN.Bi ,
Putusan Pengadilan Negeri Unaaha Nomor 134/Pid.B/2013/PN.Unh serta

Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor 249/Pid.B/2013/PN.GS.

B. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan
dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:

8
Bambang Sutiyoso, Reformasi keadilan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Yogyakarta,
UII Pres, 2010, hlm. 96
10

1. Pertimbangan-pertimbangan hukum apakah yang dipergunakan oleh


hakim, dalam memutus Perkara Tindak Pidana Penyimpanan Bahan
Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan?
2. Apakah Putusan Hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha
Penyimpanan telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
Tujuan Objektif daria penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutus
Perkara Tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM)
tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
b. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang dipergunakan oleh hakim
putusan hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
2. Tujuan Subjektif
Tujuan subjektif dari penelitian ini adalah:
a. Untuk memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar Magister
dalam bidang ilmu hukum.
b. Agar masyarakat mendapat informasi tentang bagaimana hukum
pidana di terapkan dalam praktek dan teori.
c. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti
penting ilmu hukum pidana dalam praktek dan teori.

D. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya manfaat
11

penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang


menjadi manfaat dari penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan
manfaat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoretis dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan bidang
ilmu hukum khususnya Hukum Pidana Ekonomi.
b. Memperbanyak wawasan dan pengalaman serta pengetahuan
hukum pidana.
c. Bahan untuk mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah :
a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan untuk
mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dengan masalah penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12

A. Landasan Teori
1. Tindak Pidana
a. Pengertian Tindak Pidana
Pembentuk Undang-Undang telah menggunakan perkataan
straafbar feit untuk menyebutkan istilah “tindak pidana”. Perkataan
feit didalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu kenyataan”
atau een gedeelte van de werkwlijkheid, sedang straafbar berarti
“dapat dihukum”, jadi secara harfiah perkataan straafbar feit dapat
diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat
dihukum” 9
Hazewingnkel Suringa dalam bukunya Andi Hamzah telah
membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari strafbaar feit sebagai
“suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di
dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku
yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan
sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya”.10
Menurut Pompe dalam bukunya Andi Hamzah, straafbarfeit
secara teoritis dapat dirumuskan sebagai “suatu pelanggaran norma
(gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukum terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum” atau
sebagai “de normovertreding (verstoring der rechtsorde), waaraan de
overtreder schuld heft en waaraan de bestraffing dienstig is voor de
handhaving der recht orde en de behartiging van het algemaan
welzijin”11 .
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan
kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
9
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal. 141
10
Ibid, hlm. 142
11
Ibid, hlm. 142-143
13

kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang


berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan sanksi sanksi hukum. Jadi siapa yang
melanggar hukum tentu akan dikenai sanksi hukum. Tugas Utama
hukum adalah menjamin adanya kepastian hukum (rechesekerheid)
dalam pergaulan manusia, sehingga tugas hukum harus menjamin
keadilan dan kemanfaatan.12
Tindak pidana juga disebut dengan istilah peristiwa pidana,
perbuatan pidana, atau delik yaitu semua peristiwa perbuatan yang
bertentangan dengan hukum pidana yang merupakan pelanggaran
hukum dan mengandung anasir melawan hukum, tindakan atas
pelanggaran hukum tersebut diancam dengan hukuman13 . Namun
tidak semua tindak pidana dapat dihukum, walaupun perbuatan
tersebut melawan hukum. Hal ini dapat diterapkan dalam keadaan
darurat (noodweer) sebagaimana tercantum dalam Pasal 49 ayat 1
KUHP yang menyatakan “ Barang siapa yang melakukan perbuatan
karena terpaksa untuk membela dirinya atau untuk membela diri orang
lain, atau pembela kehormatan atau harta benda orang lain, terhadap
serangan yang melawan hukum dan ancaman yang tiba-tiba ketika itu,
tidak dapat dihukum”.
Berdasar uraian tersebut diatas maka segala pelanggaran
hukum yang diancam dengan hukuman atau pidana dikualifikasikan
sebagai tindak pidana yang dalam bahasa Belanda disebut
strafbaarfeit.

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana

12
Widodo Tresno Novianto, Mengembangkan Model Penyelesaian Sengketa Medik
antara Dokter dan Pasien melalui Peradilan Profesi Tenaga Medik, Disertasi, Program Studi Ilmu
Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm. 27
13
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia., Alumni , Bandung, 1992, hlm. 115
14

Mengenai unsur-unsur tindak pidana ada beberapa pendapat


yang berbeda, Lamintang menyebutkan unsur-unsur tindak pidana
dibedakan menjadi dua unsur yaitu:
1) Unsur Subyektif
Unsur Subyektif adalah hal-hal yang melekat pada diri si
pelaku atau berhubungan dengan si pelaku, yang terpenting
adalah yang bersangkutan dengan batinnya.
Unsur Subyektif tindak pidana meliputi:14
(a) Kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa);
(b) Niat/ maksud dengan segala bentuknya (voornemen);
(c) Ada atau tidaknya perencanaan (voorbedachte);
(d) Adanya perasaan takut (vress)

2) Unsur Obyektif
Unsur obyektif adalah hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan lahiriah, yaitu dalam keadaan mana tindak pidana itu
dilakukan, dan berada diluar batin si pelaku.
Unsur Obyektif tindak pidana meliputi: 15
(a) Sifat melanggar hukum (wederrechtelijkheid);
(b) Kualitas si pelaku;
(c) Kausalitas, yaitu yang berhubungan antara penyebab yaitu
tindakan dengan akibat.

Van Bemmellen, membedakan unsur-unsur tindak pidana


sebagai unsur dalam arti luas yang ada dalam asas-asas hukum
umum dan unsur dalam arti sempit yang dijumpai dalam setiap
rumusan delik yang terdapat dalam Buku I KUHP yaitu :16
(1) Hal dapat dipertanggungjawabkannya suatu tindak pidana
atau akibat kepada palaku;
(2) Hal dapat dipertanggungjawabkannya pelaku atas
tindakannya atau akibatnya;

14
Andi Hamzah, Op. Cit. hlm. 45
15
P.A.F Lamintang, Dasar Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
1997, Bandung, hlm. 193-194
16
Ibid, hlm. 196-197
15

(3) Dapat dipersalahkannya tindakan atau akibat kepada pelaku


karena telah dilakukannya dengan bentuk kesengajaan atau
kealpaan;
(4) Sifat yang melawan hukum .

Sedangkan Hazewingkel Suringa menyebutkan unsur-unsur


tindak pidana yang diambil dari rumusan Undang-Undang sebagai
berikut: 17
(a) Terdapat tindakan atau perbuatan seseorang;
(b) Adanya akibat konstitutif (dalam delik material);
(c) Dalam beberapa delik disebutkan mengenai unsur-unsur psikis;
(d) Adanya keadaan obyektif dalam beberapa delik;
(e) Dalam beberapa delik terdapat faktor subyektif psikis atau subyektif
non psikis;
(f) Ada yang memuat syarat tambahan untuk dapat dipidana;
(g) Dalam beberapa delik terdapat sifat melawan hukum yang disebut
dengan tegas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-


unsur tindak pidana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu unsur yang
terdapat dalam diri pelaku dan yang terdapat di luar diri pelaku.

2. Alat Bukti dan Sistem Pembuktian.

a. Macam-Macam Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktiannya

Alat-alat bukti, yang dapat digunakan dalam pembuktian di sidang


pengadilan adalah alat-alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 ayat
(1). antara lain :

1) Keterangan Saksi
2) Keterangan Ahli
3) Surat
4) Petunjuk
5) Keterangan Terdakwa

17
Ibid, hlm. 196
16

1) Keterangan Saksi

Dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP disebutkan bahwa Keterangan


Saksi sebagai salah satu alat bukti dalam perkara pidana yaitu yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang
ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
apa yang diketahuinya itu.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan tentang siapa


saksi itu sebenarnya? Jawabannya adalah seseorang yang mengetahui
suatu peristiwa pidana yang ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri.
Artinya bahwa kalau peristiwa pidana itu tidak ia (seseorang) lihat,
dengar, bahkan alami sendiri maka seseorang itu tidak dapat disebut
sebagai saksi.

Keterangan saksi sebagai alat bukti ini diatur dalam Pasal 185
ayat (1) KUHAP, yaitu apa yang saksi nyatakan dimuka persidangan.
Alat bukti ini merupakan yang paling utama, tetapi agar keterangan
saksi ini dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai
kekuatan pembuktian, maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a) Harus mengucapkan sumpah atau janji
Diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP yaitu “Sebelum
memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah
atau janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia
akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain
dari pada yang sebenarnya”. Namun dalam Pasal 160 ayat (4)
memberi kemungkinan untuk mengucapkan sumpah atau janji
setelah saksi memberikan keterangan.
b) Keterangan yang memiliki nilai sebagai bukti
Sebenarnya tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai
sebagai alat bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai
17

adalah keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan


dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP :
(1) Saksi lihat sendiri
(2) Saksi dengar sendiri
(3) Saksi alami sendiri
(4) Serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
c) Keterangan yang harus diberikan di muka persidangan
Keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti bila
dinyatakan di sidang pengadilan. Jadi keterangan saksi yang
isinya mengenai penjelasan tentang apa yang didengarnya
sendiri, dilihatnya sendiri atau dialaminya sendiri mengenai
suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai alat bukti
bila keterangan tersebut dinyatakan di muka sidang pengadilan,
keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan bukan
alat bukti dan tidak dapat dipakai guna membuktikan kesalahan
terdakwa.
d) Keterangan seorang (satu) saksi saja dianggap tidak cukup
“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan
yang didakwakan kepadanya”. Hal ini berarti jika alat bukti
yang diajukan oleh penuntut umum hanya terdiri dari seorang
saksi saja tanpa ditambah dengan keterangan saksi yang lain,
“kesaksian tunggal” tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang
cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa atas dakwaan
terhadapnya.

e) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri


Keterangan saksi yang dihadirkan di persidangan yang
saling berdiri sendiri tanpa adanya saling hubungan antara yang
satu dengan yang lainnya, yang dapat mewujudkan suatu
18

kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu akan


sangat tidak berguna dan merupakan pemborosan waktu.
Keterangan saksi mempunyai nilai kekuatan pembuktian
(1) Mempunyai kekuatan
pembuktian bebas
Alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah, tidak
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak
memiliki kekuatan pembuktian yang menentukan. Atau
dengan singkat dapat dikatakan. Alat bukti ksaksian sebagai
alat bukti yang sah adalah bersifat bebas dan tidak
sempurna dan tidak menentukan atau mengikat.
(2) Nilai pembuktiannya bergantung pada penilaian hakim
Hakim bebas memberikan penilaian atas kesempurnaan
dan kebenaran keterangan saksi, tidak ada keharusan bagi
hakim untuk menerima kebenaran setiap keterangan saksi,
karena hakim bebas menilai kekuatan atau kebenaran yang
melekat pada keterangan itu, dan dapat menerima atau
tidak.
Berdasarkan dari keterangan tersebut yang dimaksud dengan
keterangan saksi sebagai alat bukti adalah keterangan yang
diberikan oleh saksi di persidangan. Keterangan saksi yang
diberikan dimuka penyidik bukan merupakan alat bukti. Prinsip
Unus testis nullus testis dianut dalam Pasal 185 KUHAP,
apalagi dalam hal terdakwa mungkir keras atas dakwaan. Oleh
karena itu dibutuhkan dua alat bukti dalam pembuktian untuk
membentuk keyakinan hakim.

2) Keterangan Ahli
19

Menurut Pasal 1 ayat (28) Keterangan Ahli adalah keterangan


yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan. Dalam Pasal 186
dinyatakan bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan disidang pengadilan. Keterangan ahli yang sah dapat
melalui prosedur sebagai berikut :
(1) Diminta penyidik pada taraf pemeriksaan penyidikan.
(2) Keterangan ahli yang diminta dan diberikan disidang.
Keterangan ahli dapat dinilai sebagai alat bukti, disamping
orangnya memiliki keahlian khusus dalam bidangnya, juga
keterangan yang diberikan berbentuk keterangan menurut
pengetahuannya, kalau keterangan yang diberikan berbentuk
pendengaran, penglihatan atau pengalaman sehubungan dengan
peristiwa pidana yang terjadi, keterangan seperti ini meski
dberikan oleh ahli sekalipun, tidak memiliki nilai sebagai bukti
keterangan ahli.
Kekuatan pembuktian ini mempunyai nilai pembuktian
bebas, karena didalamnya tidak melekat nilai pembuktian yang
sempurna dan menentukan. Hakim bebas menilai dan tidak ada
ikatan untuk menerima keterangan ahli. Selain itu bukti keterangan
ahli masih membutuhkan alat bukti yang lain sebagai pelengkap.

3) Alat Bukti Surat

Pengertian alat bukti ini diatur dalam Pasal 187 KUHAP yang
berbunyi : ”Surat sebagaimana dimaksud Pasal 184 ayat (1) huruf
c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,
adalah :

a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
20

hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau


kedaan yang didengar, dilihat atau dialami sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu.

b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-


undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat


berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.

d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya


dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Berdasarkan ketentuan Pasal 187 tersebut, surat yang dapat


dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut undang–undang adalah:
(1) Surat yang dibuat atas sumpah jabatan.
(2) Atau surat yang dikuatkan dengan sumpah.
Ditinjau dari segi teori serta menghubungkannya dengan
beberapa prinsip pembuktian yang diatur dalam KUHAP, dapat
ditemukan kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti
surat.
(a) Ditinjau dari segi formal
Ditinjau dari segi formal, alat bukti surat yang disebut pada
Pasal 187 huruf a, b dan c adalah alat bukti yang sempurna.
Sebab bentuk surat-surat yang disebutkan didalamnya dibuat
secara resmi menurut formalitas yang ditentukan peraturan
perundang-undangan, oleh karena itu alat bukti surat resmi
mempunyai nilai pembuktian formal yang sempurna.
(b) Ditinjau dari segi materiil
21

Dilihat dari sudut materiil, alat bukti surat yang disebutkan


dalam Pasal 187 bukan alat bukti yang mempanyai kekuatan
mengikat, nilai kekuatan pembuktian alat bukti surat bersifat
bebas, hakim bebas untuk menilai kekuatan pembuktiannya.

4) Alat Bukti Petunjuk

Pasal 188 KUHAP memberikan rumusan alat bukti petunjuk, yang


isinya :

a) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena


persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

b) Petunjuk sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat diperoleh


dari:

(1) keterangan saksi


(2) surat keterangan
(3) keterangan terdakwa

c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam


setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi
bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.

5) Keterangan Terdakwa
22

Pasal 189 KUHAP mengatur tentang Keterangan Terdakwa,


menyebutkan :

a) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan disidang


tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri
atau alami sendiri.

b) Keterangan terdakwa yang diberikan diluar sidang dapat


digunakan untuk membantu menemukan bukti disidang,
asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

c) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya


sendiri.

d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan


bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti yang
lain.

Suatu keterangan terdakwa yang diberikan diluar sidang seperti


yang terdapat pada angka 2 (dua) dapat dipergunakan untuk
membantu menemukan bukti disidang pengadilan, tetapi memiliki
syarat yaitu harus didukung oleh alat bukti yang sah dan
keterangan lain yang dinyatakan diluar sidang sepanjang mengenai
hal yang didakwakan kepadanya. Keterangan yang dinyatakan
diluar sidang pengadilan tidak dapat dinilai sebagai alat bukti,
maka tidak dapat dipakai sebagai alat bukti, tetapi keterangan ini
dapat dipakai untuk membantu menemukan bukti disidang
pengadilan.

Keterangan terdakwa mempunyai kekuatan pembuktian bebas,


sehingga tidak mengikat hakim. Keterangan terdakwa tidak dapat berdiri
23

sendiri, ia harus diperkuat dengan alat bukti yang sah lainnya, sehingga
meskipun terdakwa mengakui kesalahannya tetap masih diperlukan
minimal satu alat bukti lagi untuk mencapai suatu minimum pembuktian.
Setelah adanya minimum dua alat bukti yang sah, masih diperlukan lagi
keyakinan hakim tentang telah terbuktinya suatu tindak pidana dan
terbukti pula bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana tersebut

b. Sistem Pembuktian
1) Beberapa macam sistem pembuktian
Sistem pembuktian bertujuan untuk mengetahui bagaimana
cara meletakkan hasil pembuktian trhadap perkara yang sedang
diperiksa. Berikut ini adalah beberapa teori sistem pembuktian:
a) Dasar pembuktian menurut keyakinan hakim semata-mata
(Conviction-in Time)
Sistem pembuktian conviction-in time menentukan salah
tidaknya seorang terdakwa, semata-mata ditentukan oleh
penilaian “keyakinan” hakim. Keyakinan hakim yang
menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Dari mana hakim
menarik dan menyimpulkan keyakinannya, tidak menjadi
masalah dalam sistem ini. Keyakinan boleh diambil dan
disimpulkan hakim dari alat-alat bukti yang diperiksanya dalam
sidang pengadilan. Bisa juga hasil pemeriksaan alat-alat bukti
itu diabaikan hakim, dan langsung menarik keyakinan dari
keterangan atau pengakuan terdakwa.
Kelemahan sistem ini adalah hakim dapat saja
menjatuhkan hukuman pada seorang terdakwa semata-mata atas
dasar keyakinan belaka tanpa didukung oleh alat bukti yang
cukup, sebaliknya hakim leluasa membebaskan terdakwa dari
tindak pidana yang dilakukan walaupun kesalahan terdakwa
telah cukup terbukti dengan alat-alat bukti yang lengkap, selama
hakim tidak merasa yakinatas kesalahan terdakwa. Dalam sistem
24

ini keyakinan hakim yang dominan atau yang paling


menentukan sepenuhnya nasib terdakwa kepada keyakinan
hakim semata-mata.
b) Dasar pembuktian menurut keyakinan hakim dalam batas-batas
tertentu atas alasan yang logis (Conviction-Raisonee)
Sistem inipun dikatakan “keyakinan hakim” tetap
memegang peranan penting dalam menentukan salah tidaknya
terdakwa. Akan tetapi, dalam sistem pembuktian ini, faktor hakim
“dibatasi”. Jika dalam sistem pembuktian convictian-in time peran
“keyakinan hakim” leluasa tanpa batas maka pada sistem
conviction-raisonee, keyakinan hakim harus didukung dengan
“alasan-alasan yang jelas”. Hakim wajib menguraikan dan
menjelaskan alasan-alasan apa yang mendasari keyakinan atas
kesalahan terdakwa. Tegasnya, keyakinan hakim dalam sistem
conviction-raisonee, harus dilandasi reasoning atau alasan-alasan,
dan alasan-alasan itu harus “reasonable”, yaitu berdasarkan
alasan yang dapat diterima. Keyakiman hakim harus mempunyai
dasar-dasar alasan yang logis dan benar-benar dapat diterima
akal. Tidak semata-mata berdasarkan atas keyakinan yang
tertutup tanpa uraian alasan yang masuk akal.

c) Pembuktian menurut Undang-Undang Positif (Positief Wettelijk


Bewijstheorie).

Menurut undang-undang secara positif pembuktian yang


ada bertolak belakang dengan sistem pembuktian menurut
keyakinan hakim. Menurut Undang-Undang secara positif
pembuktian didapat jika pertimbangan keputusan hakim telah
menganggap terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat
bukti yang disebutkan dalam undang-undang tanpa diperlikan lagi
keyakinan hakim dalam memutus perkara.
25

Sistem ini keyakinan hakim tidak terlalu berperan penting


dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa, karena sistem
ini berprinsip pembuktian dengan alat-alat bukti sesuai ketentuan
undang-undang. Terbukti salah atau tidaknya terdakwa semata-
mata digantungkan kepada alat-alat bukti yang sah, asal syarat-
syarat dan ketentuan menurut undang-undang sudah dipenuhi
maka cukup menentukan kesalahan terdakwa tanpa
mempersoalkan keyakinan hakim lagi. Hakim seolah-olah hanya
robot pelaksana undang-undang saja dalam sistem ini, karena
dalam sistem ini tidak mempertimbangkan hati nurani dalam
menentukan salah tidaknya terdakwa.

Tujuan sistem pembuktian ini adalah untuk berusaha


menyingkirkan segala pertimbangan hakim yang bersifat
subyektif. Kebaikan sistem ini yaitu mewajibkan hakim untuk
benar-benar mencari dan menemukan kebenaran salah atau
tidaknya terdakwa sesuai dengan tata cara pembuktian dengan
alat-alat bukti sesuai ketentuan undang-undang. Kebaikan yang
lain adalah mempercepat penyelesaian perkara dan bagi perkara
pidana yang ringan dan dapat memudahkan hakim mengambil
keputusan karena resiko kemungkinan kekeliruannya kecil sekali.

d) Dasar pembuktian menurut keyakinan hakim yang timbul dari


alat-alat bukti dalam undang-undang secara Negatif (Negatief
Wettelijk Bewijstheorie).

Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif


merupakan teori antara pembuktian menurut undang-undang
secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan
atau conviction-in time.
Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif
meupakan keseimbangan antara kedua sistem yang saling
26

bertolak belakang secara ekstrem. Dari keseimbangan tersebut,


sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif
“menggabungkan” ke dalam dirinya secara terpadu. Sistem
pembuktian menurut keyakinan dengan sistem pembuktian
menurut undang-undang secara positif. Dari hasil pengabungan
kedua sistem yang saling bertolak belakang itu, terwujudlah
suatu “sistem pembuktian menurut undang-undang secara
negatif”. Rumusan bunyinya :salah tidaknya seorang terdakwa
ditentukan oleh keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara
dan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang18

2) Sistem pembuktian yang dianut dalam KUHAP

Salah satu Pasal dalam KUHAP yang berkaitan dengan


pembuktian adalah Pasal 183 KUHAP. Bunyi Pasal 183 KUHAP
adalah hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi bahwa terdakwalah yang bersalah melakukanya.kemudian
dalam penjelasan disebutkan ketentuan ini adalah untuk menjamin
tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum bagi seseorang.

Dari penjelasan Pasal 183 KUHAP pembuat undang-


undang telah menentukan pilihan bahwa sistem pembuktian yang
paling tepat dalam kehidupan penegakan hukum di Indonesia ialah
sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif, demi
tegaknya keadilan, kebenaran dan kepastian hukum. Karena dalam
sistem pembuktian ini, terpadu kesatuan pengabungan antar sistem
conviction-in time dengan “sistem pembuktian menurut undang-
undang secara positif”19.

18
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 276
19
Ibid, hlm. 280
27

3. Hakim dan Putusan Pengadilan

a. Pengertian dan Kedudukan Hakim.

Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun


1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 78 yang mulai berlaku
pada tanggal 31 Desember 1981, pengertian Hakim adalah pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Sedangkan dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan juga
mengenai pengertian Hakim, yaitu Hakim pengadilan di bawah
Mahkamah Agung merupakan pejabat negara yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman yang berada pada badan peradilan di bawah
Mahkamah Agung. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa Hakim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat merangkap jabatan,
kecuali undang-undang menentukan lain.
Hakim merupakan salah satu aparat penegak hukum di
Indonesia. Bahkan bisa dikatakan hakim adalah ujung tombak dalam
melakukan upaya penegakan hukum. Hal ini disebabkan setiap perkara
pelanggaran hukum pidana pada akhirnya akan dihadapkan pada
proses pemeriksaan di pengadilan yang dipimpin oleh hakim untuk
mendapatkan putusan apakah perbuatan yang dilakukan oleh pembuat
atau pelanggar yang diduga melanggar hukum pidana tersebut bersalah
atau tidak. Sehingga dalam tugasnya hakim harus dapat menegakkan
hukum agar dapat tercipta rasa keadilan bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Selain itu hakim juga dituntut untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya secara bertanggung jawab dan bijaksana.
Berdasarkan pengertian hakim menurut Pasal 31 Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009, hakim adalah pejabat yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang dan sebagai
28

pelaksana kekuasaan kehakiman dan sebagai wakil negara untuk


mengadili setiap pelanggar aturan hukum yang telah ditetapkan oleh
para pembuat peraturan (negara).

Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak


tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum
(Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman), sehingga seorang hakim haruslah memenuhi
kriteria-kriteria yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Tujuannya agar dalam melaksanakan tugasnya, Hakim
mampu memenuhi tanggung jawabnya dan dapat mewujudkan
keadilan dalam proses penegakan hukum di Indonesia. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, Hakim juga wajib menjaga
kemandirian peradilan (Pasal 3 Undang-Undang No. 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman). Hal tersebut berarti bahwa hakim
harus mampu melaksanakan proses peradilan yang mandiri dan tidak
terpengaruh oleh lembaga manapun

Hakim mempunyai beberapa kewajiban yang senantiasa harus


dilaksanakan. Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman disebutkan mengenai kewajiban hakim, yaitu
sebagai berikut :
1) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. (Pasal 5
ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan
Kehakiman)
2) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.
(Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman)
29

3) Hakim dan Hakim Kmonstitusi wajib menaati Kode Etik dan


Pedoman Perilaku Hakim. (Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.
48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
4) Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa
dan mengadilinya. (Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
5) Hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara
dibantu oleh seorang Panitera atau seorang yang ditugaskan
melakukan pekerjaan panitera. (Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang
No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.)

b. Kedudukan Hakim yang Bebas dan Tidak Memihak


Hakim dalam melaksanakan tugasnya harus bebas dan tidak
boleh terpengaruh atau berpihak kepada siapapun. Jaminan kebebasan
ini juga diatur dalam berbagai peraturan, yaitu dalam Pasal 24
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
berbunyi :
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.
Hal itu ditegaskan kembali dalam pengertian kekuasaan
kehakiman yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang bunyinya
adalah sebagai berikut :
“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia”.

Berdasarkan hal tersebut maka Hakim dalam memeriksa


seseorang yang diduga melanggar peraturan hukum pada proses
30

persidangan mempunyai kebebasan terutama dalam menjatuhkan


putusan. Oleh karena itu kebebasan hakim dapat berwujud :
1) Bebasnya hakim dalam menentukan hukum yang akan diterapkan.
2) Bebas dalam menggunakan keyakinan pribadinya tentang terbukti
atau tidaknya kesalahan terdakwa (Pasal 183 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana).
Undang-undang memberikan syarat-syarat yang berat agar
hakim dapat menjatuhkan pidana bagi seseorang. Syarat-syarat
tersebut adalah :
a) Karena pembuktian yang sah menurut undang-undang.
b) Untuk dikatakan terbukti dengan sah sekurang-kurangnya harus
ada dua alat bukti yang sah menurut Pasal 183 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
c) Adanya keyakinan hakim.
d) Orang yang melakukan tindak pidana dapat dianggap
bertanggung jawab.
e) Adanya kesalahan melakukan tindak pidana yang didakwakan
atas diri pelaku tindak pidana tersebut.

3) Bebas dalam menentukan besarnya pidana yang akan dijatuhkan


kepada seseorang. Hakim bebas bergerak dari minimum sampai
maksimum khusus, dan bebas memilih pidana mana yang akan
dijatuhkan dalam hal undang-undang mengancam dengan pidana
pokok dan pidana tambahan.

c. Independensi Kekuasaan Kehakiman

Hakim yang bebas berarti Hakim yang tidak membeda-bedakan


orang dan tidak memihak dalam melakukan pemeriksaan pada
31

persidangan. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
menyatakan bahwa “pengadilan mengadili menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang”. Hakim harus bebas terhadap setiap
orang dan tidak pilih-pilih dalam mengadili suatu perkara maupun
terhadap hukum yang diberlakukan dalam menangani perkara.
Kebebasan dalam melaksanakan proses peradilan juga dijamin
secara langsung dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3),
yang bunyinya adalah sebagai berikut :
Pasal 4 ayat (2)
“Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di
luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”.
Pasal 4 ayat (3)
“Setiap Orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipidana”.
Hakim dalam mengambil putusan tidak terlepas dari
kebebasannya yang dikenal dengan Independensi Kekuasaan
Kehakiman. Indepensi kekuasan kehakiman tercantum dalam Pasal 24
ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 Amandemen ketiga (Tahun
1999) yang berbunyi: “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan”.
Independensi kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah
kebebasan atau kemerdekaan hakim untuk menjalankan tugasnya
menyelenggarakan peradilan secara tidak memihak, semata-mata
berdasarkan fakta dan hukum, tanpa pembatasan, pengaruh, bujukan,
tekanan atau intervensi, langsung maupun tidak langsung, dari pihak
manapun dan/atau untuk alasan apapun, demi tujuan keadilan
32

berdasarkan Pancasila. Independensi Kekuasan Kehakiman setidak-


tidaknya mempunyai dua aspek yaitu:
a. Dalam arti sempit, independensi kekuasaan kehakiman berarti
“independensi institusional” atau dalam istilah lain disebut juga
“independensi struktural” atau independensi eksternal” atau
“independensi kolektif” Independensi institusional memandang
lembaga peradilan sebagai suatu institusi atau struktur
kelembagaan, sehingga pengertian independensi adalah kebebasan
institusi atau lembaga peradilan dari pengaruh lembaga lainnya,
khususnya eksekutif dan legislatif.
b. Dalam arti luas “independesi kekuasaan kehakiman meliputi juga
“independensi individual” atau “independensi internal” atau
“independensi fungsional’ atau “independensi normatif”.
Pengertian independensi personal dapat dilihat juga dari
setidak-tidaknya dua sudut, yaitu:
1) Independensi personal, yaitu independensi seorang hakim terhadap
pengaruh sesame hakim atau koleganya;
2) Independensi substantif, yaitu independensi hakim terhadap
kekuasaan manapun, baik ketika memutuskan suatu perkara
maupun ketika menjalankan tugas dan kedudukannya sebagai
hakim.
Independensi individual meletakkan hakim sebagai titik sentral
dari seluruh pengertian independensi, yaitu kebebasan dari segala
pengaruh dari luar apapun bentuknya.

d. Pengertian dan Isi Putusan Pengadilan


1) Pengertian Putusan Pengadilan
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana pengertian putusan pengadilan adalah
33

pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan


terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang datui
dalam undang-undang. Kejaksaan Agung Republik Indonesia
memberikan pengertian tentang putusan yaitu hasil atau
kesimpulan dari suatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai
semasak-masaknya yang dapat berbentuk tulisan ataupun lisan.
Mengenai putusan yang diterjemahkan dari vonis adalah hasil akhir
dari pemeriksaan perkara di sidang Pengadilan20.
Dalam mengambil putusan tersebut, hakim harus
melakukan musyawarah terlebih dahulu. Musyawarah dilakukan
dengan hakim lain yang menangani perkara tersebut yang disebut
dengan majelis hakim, yang terdiri dari seorang hakim ketua dan
dua orang hakim anggota. Jika terjadi perbedaan pandangan dalam
memutus perkara maka akan diambil dengan suara terbanyak dan
jika tidak diperoleh, maka putusan yang dipilih adalah pendapat
hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa (Pasal 182 ayat
(6) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Putusan tersebut
haruslah diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka untuk umum
agar keputusan tersebut dapat sah dan mempunyai kekuatan
hukum. Maksud yang lain adalah supaya masyarakat mengetahui
bahwa yang diputuskan oleh hakim itu berdasarkan undang-undang
dan telah memenuhi rasa keadilan, tidak memihak salah satu pihak
dan juga tidak adanya intervensi yang dilakukan oleh pihak lain.

2) Macam Putusan Pengadilan


Ada dua macam putusan pengadilan dalam memutus suatu
perkara, yaitu putusan akhir dan putusan sela.

20
Leden marpaung, Asas-Teori-Praktek, Hukum Pidana, UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 13
34

(1) Putusan akhir adalah keputusan yang diambil dengan memeriksa


perkara secara keseluruhan atau keputusan untuk mengakhiri
proses pidana di sidang pengadilan. Dasar hukum putusan akhir
ini adalah pada Pasal 182 ayat (3) dan ayat (8) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Putusan sela adalah keputusan yang diambil oleh hakim selama
proses pemeriksaan perkara dan belum masuk pada pokok
perkara. Dasar hukumnya adalah terdapat dalam Pasal 156 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Keputusan
sela berbentuk penetapan21.

3) Bentuk Putusan Pengadilan

Bentuk putusan yang akan dijatuhkan pengadilan pada


umumnya tergantung dari hasil musyawarah yang bertitik tolak dari
surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan
di sidang pengadilan22 berupa :
a) Putusan Bebas
Putusan bebas ini menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti
melakukan perbuatan seperti yang telah didakwakan oleh jaksa
penuntut umum. Terdakwa yang berada dalam status tahanan akan
dibebaskan seketika itu juga kecuali jika ada alasan lain yang sah
yang menyebabkan terdakwa perlu ditahan (Pasal 191 ayat (3)
KUHAP). Putusan bebas ini diatur dalam Pasal 191 ayat (1)
KUHAP yang bunyinya :
“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan
sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka
terdakwa diputus bebas”.
21
Imam Soetikno dan Robby Khrismanaha, Hukum Acara Pidana, UNS Press, Surakarta,
1996, hlm. 61
22 ?
M. Yahaya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hlm. 326
35

b) Putusan Lepas dari Segala Tuntutan


Pengaturan terhadap dijatuhkannya putusan ini terdapat dalam
Pasal 191 ayat (2) KUHAP, yang bunyinya :
“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu
tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus
lepas dari segala tuntutan hukum”.

Dari hal tersebut maka terdakwa memang terbukti melakukan suatu


perbuatan. Hanya saja perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
pidana, sehingga tidak mungkin untuk dijatuhi sanksi pidana.
Kepada terdakwa yang ada dalam status tahanan akan dibebaskan
seketika itu juga kecuali jika ada alasan lain yang sah yang
menyebabkan terdakwa perlu ditahan. (Pasal 191 ayat (3) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
c) Putusan Pemidanaan
Putusan pidana yang akan dijatuhkan Hakim tidaklah melebihi dari
apa yang telah dituntut jaksa penuntut umum dalam tuntutannya.
Selain itu putusan pidana hanya dijatuhkan apabila karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggug
jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya
(Pasal 6 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman). Putusan pidana ini diatur dalam Pasal 193 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang bunyinya :
“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka
pengadilan menjatuhkan pidana”.

4) Syarat dan Isi Putusan Pengadilan

Dalam menjatuhkan putusannya, hakim harus memperhatikan


hal-hal yang menjadi syarat sahnya dijatuhkan putusan tersebut. Hal
36

ini penting agar putusan yang dijatuhkan Hakim mempunyai kekuatan


hukum dan tidak batal demi hukum. Syarat tersebut telah diatur dalam
Pasal 195 KUHAP, yang bunyinya :
“Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan
hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum”.
Pada dasarnya putusan pengadilan itu terdiri dari beberapa hal,
yaitu :
a) Pendahuluan
Pendahuluan ini terdiri dari kepala putusan, yang berbunyi DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA, nama pengadilan negeri yang memutus, identitas terdakwa,
keterangan terdakwa, keterangan status penahanan terdakwa,
pernyataan pengadilan negeri telah mempelajari berkas perkara,
telah mendengar keterangan saksi-saksi, memperhatikan barang
bukti dan keterangan terdakwa, telah mendengarkan tuntutan dari
penuntut umum serta telah mendengarkan pembelaan dari
terdakwa atau penasehat hukumnya.
b) Pertimbangan
(1) Pertimbangan pengadilan mengenai peristiwa dan fakta yang
telah diperoleh pada pemeriksaan di depan persidangan yang
mempunyai hubungan dengan upaya pembuktian terhadap
kesalahan terdakwa yang didakwakan, adanya keterangan saksi
serta barang bukti, pokok-pokok tuntutan dari penuntut umum
serta adanya pembelaan terdakwa atau penasehat hukumnya.
(2) Pertimbangan hukum yaitu pertimbangan yang menjadi dasar
dari dijatuhkannya putusan yang berisi dasar-dasar hukum bagi
hakim dalam memutus perkara.
c) Amar Putusan
Amar putusan ini sering juga disebut bunyi putusan karena berisi
terbukti atau tidaknya dakwaan yang didakwakan serta hukuman
yang dijatuhkan.
37

d) Penutup
Ketentuan penutup ini memuat hari dan tanggal diadakannya
musyawarah Hakim, hari dan tanggal putusan diucapkan, nama-
nama dan susunan Majelis Hakim, nama Panitera/Panitera
Pengganti, nama Penuntut Umum serta nama terdakwa dan
Penasehat Hukumnya. Kemudian akan ditandatangani oleh Majelis
Hakim dan Panitera/Panitera Pengganti.
Menurut Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana suatu putusan pemidanaan memuat :
a. Kepala putusan yang berbunyi : DEMI KEADIALAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa.
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaaan
di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.
e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.
f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan Pasal peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai
keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
diperiksa oleh hakim tunggal.
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua
unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasi dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai
barang bukti.
38

j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan


dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik yang
dianggap palsu.
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan.
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim
yang memutus, dan nama panitera.
Pada Pasal 197 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana disebutkan mengenai putusan yang mempunyai akibat batal
demi hukum yaitu jika tidak memenuhi ketentuan pada huruf a, b, c, d,
e, f, g, h, i, j, k, dan l yang tersebut diatas. Tetapi jikalau terjadi
kekhilafan dan/atau kekeliruan dalam penulisan atau pengetikan tidak
menyebabkan batalnya putusan tersebut, kecuali yang tersebut pada
huruf a, e, f, dan h (Penjelasan Pasal 197 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana).

4. Minyak dan Gas Bumi


Minyak (Petroleum) berasal dari kata Petro yang berarti Rock
(batu) dan Leum yang berarti Oil (minyak). Minyak dan gas sebagian besar
terdiri dari campuran carbon dan hydrogen sehingga disebut dengan
hydrocarbon yang terbentuk melalui siklus alami dan dimulai dengan
sedimentasi sisasisa tumbuhan dan hewan yang terperangkap selama
jutaan tahun yang umumnya terjadi jauh dibawah dasar lautan dan menjadi
minyak dan gas akibat pengaruh kombinasi antara tekanan dan temperatur
yang dalam kerak bumi akhirnya berkumpul membentuk reservoir-
reservoir minyak dan gas bumi.
Konsepsi dasar pengusahaan pertambangan migas di Indonesia
adalah Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dinyatakan “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kewenangan Negara selanjutnya
39

dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria No. 5


tahun 1960, yang meliputi :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
 

orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.


c. Menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-
 

orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan


ruang angkasa.

Sedangkan pada Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Pokok Agraria


No. 5 tahun 1960, menyatakan bahwa “wewenang yang bersumber pada
Hak Menguasai dari Negara pada ayat 2 Pasal ini digunakan untuk
mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, menjadi dasar bagi eksploitasi sumber daya alam yang ada di
Indonesia. Konteks “Hak Menguasai Negara” menjadi dasar untuk negara
memiliki kekuasaan yang penuh untuk pengelolaan sumber daya
Indonesia. Migas sebagai cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak termasuk sumber daya alam yang
dikuasai negara. Penguasaan negara atas sumber daya minyak dan gas
bumi kembali ditegaskan dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yaitu minyak dan gas bumi
merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di
dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan
nasional yang dikuasai oleh negara.
Selanjutnya Pasal 2 dan Pasal 3 mengatur bahwa penguasaan oleh
negara tersebut diselenggarakan oleh pemerintah sebagai pemegang kuasa
pertambangan dengan membentuk Badan Pelaksana Secara khusus
40

pertambangan Minyak dan Bumi diatur dalam Undang-undang Nomor 22


tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Pasal 1 Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mendefinisikan
minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat,
termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit dan bitumen yang diperoleh
dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang
tidak berkaitan dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi.
Gas bumi menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001
Tentang Minyak dan Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa
hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa
fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi.
Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi berdasarkan
ketentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 2, didasarkan
pada ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan,
pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak,
keamanan, keselamatan dan kepastian hukum serta berwawasan
lingkungan.
Ketentuan Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 Pasal 4 ayat (1)
menyatakan bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam
strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh
negara. Ayat (2) dari ketentuan tersebut menentukan bahwa penguasaan
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh
pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan. Selanjutnya
ketentuan ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah sebagai pemegang kuasa
pertambangan membentuk badan pelaksana. Kegiatan usaha Minyak dan
Gas Bumi yang diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terdiri atas :
41

a. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup eksplorasi dan


eksploitasi;
b. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, niaga.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa minyak dan gas bumi
merupakan sektor penting suatu negara, terkait dengan adanya kebutuhan
akan energi dan kemajuan perekonomian bangsa. Berangkat dari semangat
konstitusi kita pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, bahwa cabang produksi vital yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Undang-Undang No 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi yang menggantikan Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara telah membawa banyak perubahan berarti sejak tahun 2001
baik positif maupun negatif. Digantinya Undang-Undang Migas yang lama
dengan yang baru karena Undang-Undang yang lama sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman termasuk perkembangan teknologi.
Ketentuan Hukum yang mengatur tentang minyak dan gas bumi
antara lain meliputi :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2004
tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi yang telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun
2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas
Bumi
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2012 tentang
Harga jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak
Tertentu
42

5. Teori Hukum Mackenzie


Menurut Mackenzie ada beberapa teori atau pendekatan yang
dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan
putusan dalam suatu perkara yaitu sebagai berikut :23
a. Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang
ditentukan oleh Undang-Undang dan kepentingan pihak-pihak yang
tersangkut atau berkaitan dengan perkara yaitu antara lain seperti
adanya keseimbangan yang berkaitanan masyarakat, kepentingan
terdakwa dan kepentingan korban.
b. Teori Pendekatan Seni dan Instuisi
Penjatuhan Putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan
dari hakim. Sebagai diskresi dalam penjatuhan putusan hakim
menyesuaikan dengan keaaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku
tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau
penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan
oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan lebih ditentukan oleh
instink atau instuisi dan pada pengetahuan dari hakim.
c. Teori Pendekatan Keilmuan
Titik Tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
pidana harus dilakukan secara sistematik dan perlu kehati-hatian
khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam
rangka menjamin konsistensi dari putusan haim. Pendekatan keilmuan
ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu
perkara hakim tidak boleh semata-mata dasar instuisi atau instink
semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan
juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang
harus diputuskan.
d. Teori Pendekatan Pengalaman

23
Bagir Manan, Hakim dan Pemidanaan, Majalah Hukum Varia peradilan Edisi No. 249,
Bulan Agustus 2006, Ikahi, 2006, hlm. 7-12
43

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat


membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya
sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat
mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam
suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun
masyarakat.
e. Teori Ratio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara
yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan
yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar
hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim
didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan
memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.
Pisau analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalahdengan menggunakan teori keseimbangan dari Mackenzie.

6. Teori Positivisme Hukum


Pemikir positivisme hukum yang terkemuka adalah John Austin
(1790-1859) yang berpendirian bahwa hukum adalah perintah dari
penguasa. Hakikat hukum sendiri menurut Austin terletak pada unsur
“perintah” (command). Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap,
logis, dan tertutup.
Sebelum Abad Ke-18 Pikiran berkenaan dengan Positivisme
Hukum sudah ada, Tetapi pemikiran itu baru menguat setelah lahirnya
negara-negara modern. Di sisi lain, pemikiran positivisme hukum juga
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan positivisme (ilmu) dan sekaligus
menunjukkan perbedaannya dari pemikiran hukum kodrat, dimana hukum
kodrat disibukkan dengan permasalahan validasi hukum buatan manusia,
sedangkan pada positivisme hukum aktivitas justru diturunkan kepada
permasalahan konkrit. Melalui positivisme, hukum ditinjau dari sudut
44

pandang positivisme yuridis dalam arti yang mutlak dan positivisme hukum
seringkali dilihat sebagai aliran hukum yang memisahkan antara hukum
dengan moral dan agama. Bahkan tidak sedikit pembicaraan terhadap
positivisme hukum sampai pada kesimpulan, bahwa dalam kacamata
positivisme tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is command
from the lawgivers), hukum hukum itu identik dengan undang-undang.
Bahwa munculnya gerakan positivisme mempengaruhi banyak
pemikiran di berbagai bidang ilmu tentang kehidupan manusia. Positivisme
sebagai suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua
didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya
spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan.
Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu
memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang
berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Dalam
pandangan positivis, tidak ada hukum lain, kecuali perintah penguasa.
Bahkan, bagian dari Aliran Hukum Positif yang dikenal dengan nama
Legisme berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan Undang-
Undang. Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu hanya bersangkut paut dengan hukum
positif saja. Ilmu hukum tidak membahas apakah hukum positif itu baik atau
buruk, dan tidak pula membahas soal efektivitas hukum dalam masyarakat.
Termasuk dalam aliran ini ajaran Analytical Jurisprudence yang
dikemukakan oleh John Austin. Inti dari ajaran Analytical Jurisprudence
adalah Law is a command (hukum merupakan perintah dari penguasa).
John Austin mendefinisikan hukum sebagai berikut:
”Law is a command set, either directly or circuitously, by a
sovereign individual or body, to a members of some independent
political society in which his auhority is supreme.”
45

Jadi hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak


langsung, dari pihak yang berkuasa kepada warga masyarakatnya yang
merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak
yang berkuasa) merupakan otoritas yang tertinggi.
Menurut Austin hukum adalah peraturan-peraturan yang berisi
perintah, yang diperuntukkan bagi makhluk yang berakal dan dibuat oleh
makhluk yang berakal yang mempunyai kekuasaan terhadap mereka itu.
Jadi, landasan dari hukum adalah “kekuasaan dari penguasa”. Austin
menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat
tertutup (closed logical system), dimana keputusan-keputusan hukum yang
benar/tepat biasanya dapat diperoleh dengan alat-alat logika dari peraturan-
peraturan hukum yang telah ditentukan sebelumnya tanpa memperhatikan
nilai-nilai yang baik atau buruk. Terkait dengan penelitian ini, apakah hakim
dalam memutus Perkara Tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
tanpa Izin Usaha Penyimpanan, telah sesuai dengan hukum positif atau
tidak, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.

7. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relefan dengan penelitian ini, khsusnya tentang
pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana ini adalah :
a. Penelitian Tesis Rachma Tri Haryadi, Program Pascasarjana
Universitas Tanjungpura, dengan judul Penegakan Hukum Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Pendistribusian bahan bakar Minyak Bersubsidi
secara Ilegal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minayk dan Gas Bumi (Studi Kasus di Kota Pontianak)
Tesis ini membahas tentang penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi secara
ilegal berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi di Kota Pontianak. Di samping itu juga
mempunyai tujuan yaitu untuk mengungkapkan dan menganalisis
46

hambatan-hambatan dalam melakukan penegakan hukum terhadap


pelaku tindak pidana pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bersubsidi secara ilegal berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi di Kota Pontianak dan upaya-
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana
pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi secara ilegal
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi di Kota Pontianak
b. Penelitian Tesis Runaldi, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
tentang Penegakan Hukum Kegiatan Pengangkutan dan Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak tanpa izin Usaha di Wilayah Hukum Kepolisian
Resort Kota Palangkaraya. Penelitian Tesis ini meneliti tentang
Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian sehubungan
dengan Kegiatan Pengangkutan dan Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
tanpa izin Usaha.
c. Penelitian Skripsi Jahid Hanafi, 2013, Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta tentang Pertimbangan hakim dalam
memutus perkara Pecandu narkotika. Focus Penelitian yang dilakukan
Jahid Hanafi adalah Pertimbangan hakim dalam memutus perkara
khusus Pecandu narkotika.
Perbedaan dengan Penelitian ini adalah bahwa penelitian ini
memfokuskan pada Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara
Tindak Pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak
memiliki izin penyimpanan.

B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk konsep atau alur dari
suatu penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang diteliti yang
diharapkan dapat mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sehingga dapat
tercapai paparan permasalahan dan solusi serta hasil penelitian seperti yang
47

diharapkan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan


sebagai berikut:
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tindak Pidana Penyimpanan Bahan


Bakar Minyak tanpa Izin Usaha
Penyimpanan

UU No 22 Tahun 2001

Alat Bukti dalam Pertimbangan Hakim Teori


Proses
dalam perkara tindak Keseimbangan
Penanganan
Perkara Pidana Penyimpanan Bahan Mackenzie
Bakar Minyak tanpa Izin
Usaha Penyimpanan

Putusan Hakim

Keterangan :
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang dikuasai
oleh Negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting
dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan penting maka
pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dimana di
sebagian negara berkembang seperti Indonesia kebutuhan akan minyak dan
gas bumi semakin hari semakin meningkat, seperti yang tercantum dalam
48

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 33 ayat (2)


“Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” dan ayat (3) “Bumi, air dan
kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dandipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Peran serta dari PT. Pertamina (Persero), BPH Migas dan aparat
Kepolisian sebagai Penyidik sangatlah dibutuhkan. Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi Bagian Kedua mengenai Pengawasan Pasal 41 ayat (3) menyebutkan
bahwa : “Pengawasan atas pelaksanaan Kegiatan Usaha Hilir berdasarkan
Izin Usaha dilaksanakan oleh Badan Pengatur” dan untuk penyidikan diatur
dalam Bab X mengenai Penyidikan Pasal 50 ayat (1) menyebutkan bahwa :
Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentudi lingkungan departemen yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan
penyidikan tindak pidana Penyimpanan Bahan bakar Minyak tanpa Izin
Usaha Penyimpanan.
Penanganan kasus, Hakim tentu berpijak pada keyakinan hakim
dengan mempertimbangkan beberapa barang bukti, saksi serta aturan hukum
yang berlaku. Terkait Penyelesaian perkara Penimbunan bahan bakar Minyak
Tanpa Ijin penyimpanan. Penelitian ini diharapkan ditemukan permasalahan
yang menjadi pokok penelitian yaitu tentang pertimbangan-pertimbangan
hukum yang dipergunakan oleh hakim pengadilan Tingkat Pertama
(Pengadilan Negeri) dalam memutus perkara Penyimpanan Bahan Bakar
Minyak Tanpa Ijin Usaha Penyimpanan. Selain itu akan diketahui pijakan
hakim dalam memutus perkara dengan mempergunakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi.
49

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai


suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang
dihadapi. Akan tetapi, dengan mengadakan klarifikasi yang berdasarkan pada
pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirnya alur yang runtut dan
50

baik untuk mencapai maksud 24. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara
metodologis, sistematis, dan konsisten 25. Penelitian dapat diartikan pula suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan metode
ilmiah26.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik
dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidakbenaran
dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Untuk dapat memperoleh hasil
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan maka
diperlukan metode penelitian yang dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan penelitian. Seorjono Soekanto dan Sri Mamudji menyatakan
bahwa “penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan
ilmu pengetahuan maupun teknologi”. Hal demikian disebabkan penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sistematis, metodologi dan
konsisten.27

Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian


dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah peneliti harus terlebih
dulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin
ilmunya.28 Penelitian hukum, konsep ilmu hukum dan metodologi yang
digunakan di dalam suatu penelitian memainkan peran yang sangat signifikan
agar ilmu hukum beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan
relevansi dam aktualitasnya.29

24
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Transito, Yogyakarta, 1990, hlm.
131
25
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 42
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Hukum. UNS Press, Surakarta, 1989, hlm. 4
2729
Soejono Soekarno dan Sri Mamdji, Penelitian Hukum Normatif, CV. Rajawali,
Jakarta, 1985, hlm.1
28
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum, 2006, hlm.26
29
Ibid, hlm. 28
51

Dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian diagnostik yaitu


penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-
sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala30. Selain itu dalam
mempelajari hukum, tentunya tidak boleh lepas dari 5 (lima) konsep hukum
yang menurut Soetandyo Wignjosoebroto31 adalah sebagai berikut:

1. Hukum adalah asas kebenaran dalam keadilan yang bersifat kodrati dan
berlaku universal
2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan
hukum nasional
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan
tersistematisasi sebagai judge made low
4. Hukum adalah pola-pola prilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai
variable sosial yang empiris
5. Hukum adalah menifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial
sebagaimana tampak dalam interaksi antara mereka.

Konsep hukum dalam penelitian ini adalah konsep yang ketiga yaitu
Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan tersistematisasi
sebagai judge made low. Berdasarkan konsep hukum tersebut diatas maka
penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari sudut penelitian hukum, maka pada penelitian ini
termasuk jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah
suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Penelitian hukum normatif
memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal research)
yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang

Ibid, hlm. 57
30
31 ?
Setiono, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, (Diktad). Surakarta:
Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS 2002, hlm. 5
52

fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan


sekunder.32

3) B. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini sejalan dengan sifat ilmu hukum itu sendiri.
Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya sebagai
ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan hukum,
konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.33
Dalam penelitian ini penulis akan memberikan preskriptif mengenai
Putusan hakim dalam memberikan pertimbangannya terhadap kasus
Penyimpnan Bahan Bakar Minyak tanpa izin usaha penyimpanan.

4) C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan
dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum
dikonsepkan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Hukum dipandang
sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya
yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan,
hanyalah ”terbatas” pada putusan pengadilan dilingkungan peradilan umum,
khususnya untuk perkara-perkara pidana terkait dengan Putusan tentang
Penimbunan Bahan bakar Minyak Tanpa Izin Pen yimpanan. . Dari berbagai
jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, peneliti memilih
bentuk pendekatan normatif yang berupa, penemuan hukum in-conreto.

D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Pascasarjanan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret serta

32
Johni Ibrahim, Teori dan Metodogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2006, hlm.44
33
Peter mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2006, hlm. 22
53

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan


studi kasus.

E. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data
yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Namun untuk
kelengkapan dan keutuhan dari masalah yang diteliti, maka akan
disempurnakan dengan penggunaan data pelengkap yang berguna untuk
melengkapi data pokok. Penelitian ini menggunakan jenis data Sekunder.
Data sekunder, adalah data yang berasal dari data-data yang sudah tersedia
misalnya, dokumen resmi, surat perjanjian atau buku-buku. Data Sekunder
dapat berupa bahan hukum Primer, Sekunder maupun Tertier34.
Adapun yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah
meliputi buku-buku kepustakaan, laporan, buku harian, arsip-arsip, dan
lainnya. Data sekunder utama dalam hal ini adalah Putusan hakim yaitu
Putusan Hakim yang ada di Pengadilan Negeri Boyolali
No.211/Pid.Sus/2013/PN.BI, Putusan Hakim Pengadilan negeri Unaaha No.
130/Pid.B/2013/PN.Unh Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih
No. 249/Pid.B/2013/PN.GS dalam Perkara Penyimpanan Bahan Bakar
Minyak tanpa Izin Usaha Penyimpanan.

F. Sumber Data
Sumber data yang akan diperlukan dalam penelitian adalah Sumber
data Sekunder. Sumber Data Sekunder merupakan sumber data yang
didapatkan secara tidak langsung berupa keterangan yang mendukung data
primer. Sumber data sekunder merupakan pendapat para ahli, dokumen-
dokumen, tulisan-tulisan dalam buku ilmiah, dan literatur-literatur serta
peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait.

34
Setiono. Loc. Cit. hlm. 6
54

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :


1. Bahan-bahan hukum Primer :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan
memahami bahan hukum primer adalah :
a. Hasil Penelitian yang berkaitan dengan Bahan bakar
Minyak.
b. Buku-buku hukum.
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
informasi tentang bahan hukum primer dan bahan sekunder, misalnya :
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia;
b. Kamus Umum Lengkap Inggris – Indonesia, Indonesia- Inggris
c. Kamus Hukum.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian
ini adalah dengan metode studi pustaka. Dalam studi ini penulis
mengumpulkan data dengan cara membaca, memahami dan mengumpulkan
bahan-bahan Hukum yang akan diteliti, yaitu dengan membuat lembar
dokumen yang berfungsi untuk mencatat informasi atau data dari bahan-
bahan Hukum yang diteliti yang berkaitan dengan masalah penelitian.

H. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu
penelitian. Agar data yang terkumpul dapat dipertanggungjawabkan dan
dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka
perlu suatu teknis analisis data yang tepat. Analisis data merupakan langkah
selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.
55

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data


dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema
dan dapat ditemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Dengan kata
lain analisis data adalah proses pengorganiosasian dan pengurutan data
dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehigga akan dapat ditemukan
jawaban terhadap permasalahan yang diteliti dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja, yang dalam hal ini analisis dilakukan secara logis, sistematis
dan yuridis normatif dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun
yang dimaksud dengan logis adalah pemahaman data dengan menggunakan
prinsip logika baik deduksi maupun induksi. Dalam penelitian ini
menggunakan prinsip logika deduksi yakni menarik kesimpulan dari suatu
permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang
dihadapi35.
Permasalahan dalam hal ini adalah yang bersifat makro atau
umum yaitu tentang perbandingan putusan hakim terkait penimbunan bahan
bakar Minyak, sedangkan permasalahan yang bersifat mikro atau khusus
yaitu petimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana
penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa ijin usaha penyimpanan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

35 ?
Setiono Op. Cit. hlm 8
56

1. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang dipergunakan oleh hakim


Pengadilan Negeri, dalam memutus Perkara Tindak Pidana
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha
Penyimpanan.
Dari Hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa Putusan
Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri), terkait dengan Tindak
Pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM), tanpa izin penimpanan,
yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Ada tiga putusan Pengadilan
Negeri yang penulis teliti terkait dengan Tindak Pidana Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan. Ketiga
Putusan tersebut adalah Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No.
211/Pid.Sus/2013/PN.Bi., Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih No.
No. 249/Pid.B/2013/PN.GS Serta Putusan Pengadilan Negeri Onaaha No.
130/Pid.B/2013/PN.Unh. Ketiga Putusan tersebut dapat penuslis
diskripsikan sebagai berikut :
a. Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 211/Pid.Sus/2013/PN.Bi.
Pengadilan Negeri Boyolali yang memeriksa dan mengadili
perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam peradilan
tingkat pertama menjatuhkan putusan terhadap perkara Terdakwa:

Nama lengkap : SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO


PRAPTO DIMULYO;
Tempat Lahir : Boyolali;

Umur/Tanggal Lahir : 56 tahun / 15 Mei 1957;

Jenis Kelamin : Laki – laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat Tinggal : Dk. Krupekan Rt 15/03 Desa Karangkendal,


Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Swasta;
57

Pendidikan : SLTA;

Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara Boyolali oleh :

1. Penyidik tidak dilakukan penahanan;


2. Penuntut Umum, sejak tanggal 05 September 2013 s/d tanggal 24
September 2013;
3. Hakim Pengadilan Negeri Boyolali, sejak tanggal 19 September 2013
s/d tanggal 18 Oktober 2013;
4. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Boyolali, sejak tanggal 19
Oktober 2013 s/d tanggal 17 Desember 2013;
Terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum meskipun
Majelis Hakim telah menjelaskan hak terdakwa untuk didampingi
Penasihat Hukum namun terdakwa menyatakan akan menghadapi sendiri;

PENGADILAN NEGERI tersebut ;

Telah membaca :

1. Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa dari Kepala


Kejaksaan Negeri Boyolali, tanggal 19 September 2013 Nomor :
211/APB/Euh.2/09/2013, tentang pelimpahan perkara dan dakwaan.
2. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Boyolali, tanggal 19
September 2013 No. 211/Pen.Pid/2013/PN.Bi, tentang Penunjukan
Majelis Hakim untuk menyidangkan dan mengadili perkara ini ;
3. Surat Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Boyolali, tanggal
19 September 2013 No.211/Pen.Pid/2013/PN.Bi, tentang Penetapan
Hari Sidang;
4. Berkas perkara serta surat-surat lainnya ;

Telah mendengarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa;


Telah memperhatikan Barang Bukti yang diajukan di persidangan;
58

Telah mendengar tuntutan Pidana dari Penuntut Umum yang pada


pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang mengadili perkara ini
memutuskan sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO
PRAPTO DIMULYO bersalah melakukan tindak pidana
“Penyimpanan bahan bakar minyak tanpa izin usaha penyimpanan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 53 huruf c
Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SUMARYONO MARDOWO
Bin SUPOMO PRAPTO DIMULYO dengan pidana penjara selama 5
(lima) bulan dan membayar denda sebesar Rp.3.000.000.000,- (tiga
milyar rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan;
3. Menetapkan barang bukti berupa:
a. Solar dalam tangki sekitar 7321 liter.
b. Bensin dalam tangki sebanyak sekitar 7262,5 liter.
c. Bensin dalam jerigen 23 @ sekitar 30 liter:sekitar 731 liter.
Dirampas untuk Negara.
a. 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-4745-AM
beserta kunci aslinya dan STNK aslinya;
b. 1 (satu) buah bronjong;
c. 1 (satu) unit pompa bensin mini;
d. 2 (dua) tangki tempat penyimpanan bahan bakar minyak (BBM)
berupa bensin dan solar;
Dikembalikan kepada Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin
SUPOMO PRAPTO DIMULYO.
4. Menetapkan terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).
Telah mendengar pembelaan/permohonan secara lisan dari
Terdakwa yang pada pokoknya terdakwa mohon keringanan hukuman
dengan alasan terdakwa sebagai tulang punggung keluarga, terdakwa
59

menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi


perbuatannya;

Telah mendengar tanggapan secara lisan dari Penuntut Umum, atas


permohonan dari Terdakwa tersebut yang pada pokoknya menyatakan tetap
pada tuntutannya semula dan telah mendengar tanggapan secara lisan dari
Terdakwa atas jawaban dari Penuntut Umum tersebut yang pada pokoknya
menyatakan tetap pada permohonannya;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh


Penuntut Umum dengan Dakwaan sebagaimana diuraikan dalam Surat
Dakwaan No. Reg.Perkara : PDM - 48/Boyol/Ep.2/09/2013 tertanggal 19
September 2013 yaitu sebagai berikut :

KESATU :
Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO PRAPTO
DIMULYO pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib,
atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam tahun 2013
bertempat di Pom Bensin Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk,
Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, menyalahgunakan
pengangkutan dan atau niaga bahan bakar minyak yang disubsidi
Pemerintah, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai
berikut :
Awalnya beberapa orang Anggota kepolisian dari Polres Boyolali
diantaranya saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR
EDI NUGROHO setelah mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada
bensin dan solar bersubsidi dalam jumlah besar yang disimpan sekitar area
di Pom Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk, Kab. Boyolali
kemudian saksi AIPTU ABDUL ROKHIM ,saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR
60

EDI NUGROHO langsung menuju tempat yang dimaksud untuk


memastikan ke Pom Mini mengenai informasi yang di peroleh;
Setelah itu saksi yaitu saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi
BRIPKA DIDIT EKO HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO
dan saksi BRIGADIR EDI NUGROHO langsung menuju tempat yang
dimaksud di area Pom Bensin Mini tersebut, dimana para saksi tiba di Pom
Bensin Mini sekitar pukul 09.00 wib dimana Pom Bensin tersebut dalam
keadaan tutup/tidak beroperasi (tidak ada orangnya), karena Pom bensin
tidak ada orangnya dan tidak beroperasi kemudian para saksi menuju ke
rumah terdakwa SUMARYONO MARDOWO selaku pemilik Pom Bensin
tersebut di Dk. Krupekan Rt. 15/03, Ds. Karangkendal, Kec. Musuk, Kab.
Boyolali dan ternyata terdakwa tidak berada di rumah yang ada hanya Istri
terdakwa, dan kemudian istri terdakwa SUMARYONO MARDOWO
menelepon salah satu karyawannya untuk membuka Pom Mini tersebut
karena ada pihak dari Kepolisian Polres Boyolali, kemudian para saksi
kembali meluncur ke Pom Bensin Mini tersebut sekitar pukul 09.30 wib
dan di Pom Bensin tersebut sudah ada Saksi SRI PUNTO karyawan Pom
Mini yang sedang membuka Pom Mini tersebut, kemudian para saksi dari
pihak Kepolisian Polres Boyolali beserta saksi SRI PUNTO melakukan
pengecekan kedalam gudang di sekitar area Pom Bensin Mini tersebut dan
ternyata ada tumpukan beberapa jerigen yang berisi bensin dan solar,
menurut pengakuan terdakwa Jumlah solar dalam tangki sekitar +7321
liter, bensin dalam tangki sebanyak + 7262,5 liter dan bensin dalam jerigen
23 @ 30 liter : + 731 liter dengan total seluruhnya sekitar kurang lebih
15314,5 liter ;
Terdakwa mendapatkan bensin dan solar tersebut dengan cara
membeli dari SPBU di Kemiri Mojosongo Boyolali dan SPBU
Kebontimun Boyolali dimana terdakwa membeli bensin dan solar tersebut
dengan menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian dan
Perkebunan serta Surat Rekomendasi Dinas Perdagangan dengan
61

menggunakan alat berupa jerigen dan sepeda motor HONDA SUPRA


Nopol : AD-4745-AM dan sebuah bronjong;
Berdasarkan Pasal 9 UU No 2 tahun 2001 yang dapat melaksanakan
kegiatan usaha pengangkutan , penyimpanan, dan niaga BBM adalah :
Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha milik daerah, koperasi
usaha kecil, dan Badan usaha swasta dengan persyaratan : sesuai dengan
penjelasan Pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 Jo Permen ESDM No 7 tahun
2005 syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah:
1. AKTA Pendirian perusahaan/perubahannya ( bila ada ) dan mendapat
pengesahan dari instansi berwenang.
2. Profil perusahaan
3. NPWP.
4. TDP.
5. Surat keterangan domisili perusahaan.
6. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi aspek keselamatan
operasi dan kesehatan kerja pengelolaan lingkungan.
7. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Persetujuan / Ijin prinsip dari pemerintah daerah mengenai lokasi
yang memerlukan pembangunan fasilitas dan sarana.
9. Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesediaan dilakukan
inspeksi lapangan.
Sedangkan dalam hal ini Terdakwa bukan Usaha/Perusahaan yang
memenuhi persyaratan sesuai Pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 Jo Permen
ESDM No 7 tahun 2005, Sehingga dalam hal ini terdakwa tidak memiliki
izin pengangkutan sebagaimana diatur dalam UU No 2 tahun 2001;
Selain itu Terdakwa juga mengakui tidak memiliki ijin atau
memiliki kontrak kerjasama dari pihak yang berwenang yaitu PT.
Pertamina (Persero) hanya menunjukan foto copy ijin tempat usaha / HO
no : 503-932-30-X Tahun 2012 usaha pengecer BBM “ AGUNG SRI
REJEKI” TANGGAL 24 Oktober 2012 dari Dinas Badan Penanam Modal
62

dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kab. Boyolali, ijin IMB NO : 1367 tahun
1998 tentang ijin mendirikan bangunan, ijin usaha perdagangan no :
0221/11.32/MK/X/2012/( SIUp MIKRO – P1, tanggal 20 Oktober 2012 ),
TDP perusahaan no : 113354703472 tanggal 20 Oktober 2012 dan ijin
prinsip Bupati Boyolali No : 503/03242 tanggal 19 Nopember 1997;
Bahwa Perbuatan terdakwa telah melakukan pelanggaran
penyalahgunaan pengangkutan dan atau Niaga BBM yang disubsidi oleh
pemerintah sebagaimana dimaksud melanggar Pasal 55 Undang Undang No
22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas.
ATAU
KEDUA :
Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO PRAPTO
DIMULYO pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib,
atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam tahun 2013
bertempat di Pom Bensin Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk,
Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, melakukan penyimpanan bahar
bakar minyak jenis bensin dan solar yang disubsidi oleh pemerintah tanpa
izin usaha penyimpanan, perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara
sebagai berikut :
Awalnya beberapa orang Anggota kepolisian dari Polres Boyolali
diantaranya saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI
NUGROHO setelah mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada bensin
dan solar bersubsidi dalam jumlah besar yang disimpan sekitar area di Pom
Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk, Kab. Boyolali kemudian saksi
AIPTU ABDUL ROKHIM ,saksi BRIPKA DIDIT EKO HANGSONO, saksi
BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI NUGROHO
langsung menuju tempat yang dimaksud untuk memastikan ke Pom Mini
mengenai informasi yang di peroleh;
63

Setelah itu saksi yaitu saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi


BRIPKA DIDIT EKO HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan
saksi BRIGADIR EDI NUGROHO langsung menuju tempat yang dimaksud
di area Pom Bensin Mini tersebut, dimana para saksi tiba di Pom Bensin Mini
sekitar pukul 09.00 wib dimana Pom Bensin tersebut dalam keadaan
tutup/tidak beroperasi (tidak ada orangnya), karena Pom bensin tidak ada
orangnya dan tidak beroperasi kemudian para saksi menuju ke rumah
terdakwa SUMARYONO MARDOWO selaku pemilik Pom Bensin tersebut
di Dk. Krupekan Rt. 15/03, Ds. Karangkendal, Kec. Musuk, Kab. Boyolali
dan ternyata terdakwa tidak berada di rumah yang ada hanya Istri terdakwa,
dan kemudian istri terdakwa SUMARYONO MARDOWO menelepon salah
satu karyawannya untuk membuka Pom Mini tersebut karena ada pihak dari
Kepolisian Polres Boyolali, kemudian para saksi kembali meluncur ke Pom
Bensin Mini tersebut sekitar pukul 09.30 wib dan di Pom Bensin tersebut
sudah ada Saksi SRI PUNTO karyawan Pom Mini yang sedang membuka
Pom Mini tersebut, kemudian para saksi dari pihak Kepolisian Polres
Boyolali beserta saksi SRI PUNTO melakukan pengecekan kedalam gudang
di sekitar area Pom Bensin Mini tersebut dan ternyata ada tumpukan
beberapa jerigen yang berisi bensin dan solar, menurut pengakuan terdakwa
Jumlah solar dalam tangki sekitar +7321 liter, bensin dalam tangki sebanyak
+ 7262,5 liter dan bensin dalam jerigen 23 @ 30 liter : + 731 liter dengan
total seluruhnya sekitar kurang lebih 15314,5 liter ;
Bahwa terdakwa mendapatkan bensin dan solar tersebut dengan cara
membeli dari SPBU di Kemiri Mojosongo Boyolali dan SPBU Kebontimun
Boyolali dimana terdakwa membeli bensin dan solar tersebut dengan
menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan serta
Surat Rekomendasi Dinas Perdagangan dengan menggunakan alat berupa
jerigen dan sepeda motor HONDA SUPRA Nopol : AD-4745-AM dan
sebuah bronjong;
64

Bahwa berdasarkan Pasal 9 UU No 2 tahun 2001 yang dapat


melaksanakan kegiatan usaha pengangkutan, penyimpanan, dan niaga BBM
adalah :
Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha milik daerah, koperasi
usaha kecil, dan Badan usaha swasta dengan persyaratan : sesuai dengan
penjelasan Pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 Jo Permen ESDM No 7 tahun 2005
syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah:
1. AKTA Pendirian perusahaan/perubahannya ( bila ada ) dan mendapat
pengesahan dari instansi berwenang.
2. Profil perusahaan.
3. NPWP.
4. TDP.
5. Surat keterangan domisili perusahaan.
6. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi aspek keselamatan
operasi dan kesehatan kerja pengelolaan lingkungan.
7. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Persetujuan / Ijin prinsip dari pemerintah daerah mengenai lokasi
yang memerlukan pembangunan fasilitas dan sarana.
9. Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesediaan dilakukan
inspeksi lapangan.
Sedangkan dalam hal ini Terdakwa bukan Usaha/Perusahaan yang
memenuhi persyaratan sesuai Pasal 15 ayat (2) PP 36/2004 Jo Permen
ESDM No 7 tahun 2005, Sehingga dalam hal ini terdakwa tidak memiliki
izin penyimpanan sebagaimana diatur dalam UU No 2 tahun 2001;
Selain itu Terdakwa juga mengakui tidak memiliki ijin atau
memiliki kontrak kerjasama dari pihak yang berwenang yaitu PT.
Pertamina (Persero) hanya menunjukan foto copy ijin tempat usaha / HO
no : 503-932-30-X Tahun 2012 usaha pengecer BBM “ AGUNG SRI
REJEKI” tanggal 24 Oktober 2012 dari Dinas Badan Penanam Modal dan
Pelayanan Perijinan Terpadu Kab. Boyolali, ijin IMB NO : 1367 tahun
65

1998 tentang ijin mendirikan bangunan, ijin usaha perdagangan no :


0221/11.32/MK/X/2012/( SIUp MIKRO – P1, tanggal 20 Oktober 2012 ),
TDP perusahaan no : 113354703472 tanggal 20 Oktober 2012 dan ijin
prinsip Bupati Boyolali No : 503/03242 tanggal 19 Nopember 1997;
Bahwa terdakwa dalam melakukan penyimpanan bahar bakar
minyak jenis bensin dan solar yang di subsidi Pemerintah tersebut tanpa
adanya persetujuan dan ijin tertulis dari Pihak yang berwenang, sehingga
atas perbuatan tersangka SUMARYONO MARDOWO BIN SUPOMO
PRAPTO DIMULYO telah melakukan kegiatan usaha hilir berupa
penyimpanan bahar bakar minyak jenis solar yang disubsidi oleh
pemerintah tanpa izin usaha penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 huruf c Undang Undang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.
ATAU
KETIGA :
Bahwa Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO
PRAPTO DIMULYO pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul
11.00 Wib, atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam tahun
2013 bertempat di Pom Bensin Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec.
Musuk, Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, melakukan usaha tanpa ijin
usaha Niaga bahan bakar minyak yang disubsidi dari Pemerintah,yang
dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Awalnya beberapa orang Anggota kepolisian dari Polres Boyolali
diantaranya saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI
NUGROHO setelah mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada bensin
dan solar bersubsidi dalam jumlah besar yang disimpan sekitar area di Pom
Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk, Kab. Boyolali kemudian saksi
AIPTU ABDUL ROKHIM ,saksi BRIPKA DIDIT EKO HANGSONO, saksi
BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI NUGROHO
66

langsung menuju tempat yang dimaksud untuk memastikan ke Pom Mini


mengenai informasi yang di peroleh;
Setelah itu saksi yaitu saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA
DIDIT EKO HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi
BRIGADIR EDI NUGROHO langsung menuju tempat yang dimaksud di
area Pom Bensin Mini tersebut, dimana para saksi tiba di Pom Bensin Mini
sekitar pukul 09.00 wib dimana Pom Bensin tersebut dalam keadaan
tutup/tidak beroperasi (tidak ada orangnya), karena Pom bensin tidak ada
orangnya dan tidak beroperasi kemudian para saksi menuju ke rumah
terdakwa SUMARYONO MARDOWO selaku pemilik Pom Bensin tersebut
di Dk. Krupekan Rt. 15/03, Ds. Karangkendal, Kec. Musuk, Kab. Boyolali
dan ternyata terdakwa tidak berada di rumah yang ada hanya Istri terdakwa,
dan kemudian istri terdakwa SUMARYONO MARDOWO menelepon salah
satu karyawannya untuk membuka Pom Mini tersebut karena ada pihak dari
Kepolisian Polres Boyolali, kemudian para saksi kembali meluncur ke Pom
Bensin Mini tersebut sekitar pukul 09.30 wib dan di Pom Bensin tersebut
sudah ada Saksi. SRI PUNTO karyawan Pom Mini yang sedang membuka
Pom Mini tersebut, kemudian para saksi dari pihak Kepolisian Polres
Boyolali beserta saksi SRI PUNTO melakukan pengecekan kedalam gudang
di sekitar area Pom Bensin Mini tersebut dan ternyata ada tumpukan beberapa
jerigen yang berisi bensin dan solar, dan setelah dilakukan pengecekan lebih
lanjut ditemukan solar dalam tangki pendam sekitar +7321 liter, bensin dalam
tangki pendam sebanyak + 7262,5 liter dan bensin dalam jerigen 23 @ 30
liter : + 731 liter dengan total seluruhnya sekitar kurang lebih 15314,5 liter ;
Bahwa terdakwa mendapatkan bensin dan solar tersebut dengan cara
membeli dari SPBU di Kemiri Mojosongo Boyolali dan SPBU Kebontimun
Boyolali dimana terdakwa membeli bensin dan solar tersebut dengan
menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan serta
Surat Rekomendasi Dinas Perdagangan dengan menggunakan alat berupa
jerigen dan sepeda motor HONDA SUPRA Nopol : AD-4745-AM dan
sebuah bronjong;
67

Bahwa berdasarkan Pasal 9 UU No 2 tahun 2001 yang dapat


melaksanakan kegiatan usaha pengangkutan, penyimpanan, dan Niaga BBM
adalah :
Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha milik daerah, koperasi
usaha kecil, dan Badan usaha swasta dengan persyaratan : sesuai dengan
penjelasan Pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 Jo Permen ESDM No 7 tahun 2005
syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah:
1. AKTA Pendirian perusahaan/perubahannya ( bila ada ) dan mendapat
pengesahan dari instansi berwenang.
2. Profil perusahaan.
3. NPWP.
4. TDP.
5. Surat keterangan domisili perusahaan.
6. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi aspek keselamatan
operasi dan kesehatan kerja pengelolan lingkungan.
7. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Persetujuan / Ijin prinsip dari pemerintah daerah mengenai lokasi
yang memerlukan pembangunan fasilitas dan sarana.
9. Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesedian dilakukan
inspeksi lapangan.
Sedangkan dalam hal ini Terdakwa bukan Usaha/Perusahaan yang
memenuhi persyaratan sesuai Pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 Jo Permen
ESDM No 7 tahun 2005, Sehingga dalam hal ini terdakwa tidak memiliki
izin Niaga BBM sebagaimana diatur dalam UU No 2 tahun 2001;
Bahwa terdakwa dalam membeli bahan bakar minyak berupa
bensin dan solar di SPBU dengan harga Rp. 4.500,- ( empat ribu lima ratus
ribu rupiah ) per liternya dan akan dijual lagi dengan harga Rp. 4.750,-
( empat ribu tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ) per liternya;
Selain itu Terdakwa juga mengakui tidak memiliki ijin atau
memiliki kontrak kerjasama dari pihak yang berwenang yaitu PT.
68

Pertamina (Persero) hanya menunjukan menunjukan foto copy ijin tempat


usaha / HO no : 503-932-30-X Tahun 2012 usaha pengecer BBM
“AGUNG SRI REJEKI” TANGGAL 24 Oktober 2012 dari Dinas Badan
Penanam Modal dan Pelayanan Perijinan terpadu kab. Boyolali, ijin IMB
NO : 1367 tahun 1998 tentang ijin mendirikan bangunan, ijin usaha
perdagangan no : 0221/11.32/MK/X/2012/( SIUp MIKRO – P1,tanggal 20
Oktober 2012 ), TDP perusahaan no : 113354703472 tanggal 20 Oktober
2012 dan ijin prinsip bupati boyolali no : 503/03242 tanggal 19 Nopember
1997;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 53 huruf d Undang Undang RI Nomor 22 Tahun 2001 tentang
MINYAK DAN GAS BUMI.

Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan Penuntut Umum


tersebut, Terdakwa menyatakan mengerti dan terdakwa tidak mengajukan
keberatan / Eksepsi ;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil dakwaannya


Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi, dimana saksi-saksi tersebut
telah disumpah dipersidangan memberikan keterangan yang pada
pokoknya sebagai berikut :

1. Saksi SRI PUNTO;

a. Bahwa saksi bekerja sebagai karyawan di Pom Bensin Mini milik


terdakwa sudah sejak 3 (tiga) tahun yang lalu atau kira-kira tahun
2010;
b. Bahwa Pom Bensin Mini milik terdakwa menjual bensin dan solar
terletak di Dk. Wonorejo, Desa Sruni, Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali atau lebih dikenal dengan nama Pom Bensin
Mini Drajitan;
c. Bahwa pom bensin mini milik terdakwa buka dari pukul 06.00 Wib
sampai dengan pukul 17.00 Wib;
69

d. Bahwa terdakwa menjual bensin dan solar dengan harga Rp. 4.750,-
(empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per liter dan terdakwa
membeli dari SPBU Kemiri dan SPBU Sunggingan dengan harga
Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah);
e. Bahwa cara terdakwa membeli bensin dan solar di SPBU yaitu pada
waktu malam hari terdakwa dengan menggunakan mobil atau sepeda
motor datang ke SPBU, lalu saksi ikut ke SPBU membawa sepeda
motor yang ada bronjongnya setelah sampai di SPBU kemudian
terdakwa membeli solar atau bensin dengan menggunakan surat
rekomendasi lalu saksi membawa jerigen yang sudah berisi solar
atau bensin menggunakan sepeda motor kemudian balik lagi ke
SPBU untuk membeli bensin dan solar demikian seterusnya dalam
satu malam bolak balik 4 (empat) sampai 5 (lima) kali dengan
jumlah pembelian sekitar 200 (dua ratus) liter sampai dengan 250
(dua ratus lima puluh) liter dalam satu SPBU;
f. Bahwa pada pagi hari tanggal 17 Juni 2013 Pom bensin mini buka
seperti biasa dan saksi yang bertugas menunggu pom bensin tetapi
sekitar pukul 08.30 Wib saksi menutup pom bensin untuk pulang
makan pagi (sarapan) setelah pulang sarapan ketika saksi kembali ke
pom bensin mini ternyata sudah ada polisi menanyakan siapa
pemilik pom bensin;
g. Bahwa saksi selanjutnya disuruh petugas polisi untuk membuka
tangki penampungan bensin dan solar lalu polisi menemukan bensin
dalam tangki kira-kira 7.017 (tujuh ribu tujuh belas) liter, solar
dalam tangki kira-kira 6000 (enam ribu) liter dan bensin dalam
jerigen kira-kira 600 (enam ratus) liter;
h. Bahwa bensin dan solar setiap harinya terjual sekitar 400 (empat
ratus) liter dan didalam tangki masih tersisa bensin dan solar dalam
jumlah banyak karena meskipun pom bensin tutup, terdakwa setiap
hari tetap membeli bensin dan solar ke SPBU;
70

i. Bahwa saksi tidak mengetahui isi dari surat rekemondasi yang


dibawa terdakwa untuk membeli solar dan bensin;
j. Bahwa saksi mengetahui pembelian solar atau bensin dengan
menggunakan surat rekomendasi maksimal 40 (empat puluh) liter
tetapi saksi tidak mengetahui mengapa terdakwa dapat membeli
bensin atau solar lebih dari 40 (empat puluh) liter;
k. Bahwa bensin yang ada dalam jerigen adalah pembelian terakhir dan
belum sempat dituang ke tempat penyimpanan di tangki pendam;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
tidak keberatan dan membenarkannya;

2. Saksi PRIYANTO:
a. Bahwa saksi bekerja di SPBU Kemiri, Mojosongo, Boyolali sejak
2 (dua) tahun lalu sebagai Supervisor yang bertugas mengontrol
kerja anak buah yang bekerja di SPBU Kemiri;
b. Bahwa saksi pernah bertemu dengan terdakwa pada saat terdakwa
meminta surat pengantar di SPBU Kemiri untuk mengurus surat
rekomendasi ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag);
c. Bahwa surat pengantar dari SPBU isinya memberikan ijin untuk
pengambilan BBM untuk dijual lagi/sebagai pengecer;
d. Bahwa surat rekomendasi memberi batasan pengambilan BBM
premium untuk dijual lagi yaitu 40 (empat puluh) liter perhari
sedangkan sebelumnya 100 (seratus) liter perhari;
e. Bahwa SPBU Kemiri melayani pembelian premium (bensin)
dengan menggunakan surat rekomendasi dari Disperindag
sedangkan untuk pembelian solar dengan menggunakan surat
rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan;
f. Bahwa pembelian dengan menggunakan surat rekomendasi hanya
satu kali pembelian dalam satu hari dan surat rekomendasi tidak
71

dapat dipergunakan oleh orang lain selain nama yang tertulis di


surat rekomendasi;
g. Bahwa satu orang hanya dapat memiliki satu surat rekomendasi;
h. Bahwa setiap pengajuan surat rekomendasi baru atau perpanjangan
harus ada pengantar dari SPBU;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
menyatakan tidak keberatan dan membenarkannya;

3. Saksi TRIYANA ANDRIATI MARTOPO :


a. Bahwa saksi bekerja sebagai supervisor di SPBU Sunggingan sejak Mei
tahun 2007;
b. Bahwa saksi bertugas mengelola SPBU, mengontrol kerja karyawan,
menerima setoran hasil penjualan dan menangani DO;
c. Bahwa saksi mengenal terdakwa sebagai pelanggan pengecer BBM;
d. Bahwa sebagai pengecer BBM harus mempunyai surat rekomendasi
yaitu untuk bensin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
sedangkan solar dari Dinas Pertanian dan Perkebunan;
e. Bahwa dari data yang dimiliki saksi, terdakwa merupakan pengecer
bensin;
f. Bahwa sepengetahuan saksi untuk mendapatkan surat rekomendasi
harus ada surat pengantar dari Desa/Kelurahan, foto copy KTP
Pemohon, Surat Pernyataan dari Pemohon, Surat Pengantar dari SPBU
yang dituju/dipilih;
g. Bahwa pembelian bensin atau solar dengan menggunakan surat
rekomendasi maksimal 40 (empat puluh) liter;
h. Bahwa sepengetahuan saksi, surat rekomendasi yang dimiliki terdakwa
untuk pembelian ke SPBU Sunggingan hanya untuk bensin dan atas
nama terdakwa sendiri;
i. Bahwa satu orang hanya dapat mempunyai satu surat rekomendasi dan
hanya dapat digunakan untuk satu kali pembelian dalam satu hari
dengan maksimal pembelian 40 (empat puluh) liter;
72

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak


keberatan dan membenarkannya;

4. Saksi FAJAR ISTANTO:


a. Bahwa saksi bersama dengan saksi Edi Nugroho, Abdul Rochim, Didit
Eko, Budi dan Bambang telah melakukan penangkapan terhadap
terdakwa pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 di Pom Bensin Mini
milik terdakwa beralamat di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten
Boyolali karena terdakwa diduga melakukan penimbunan terhadap
BBM;
b. Bahwa saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa berdasarkan
informasi dari masyarakat apabila di Pom Bensin Mini milik terdakwa
menjelang kenaikan BBM sering buka tutup tidak seperti hari biasanya
yang selalu buka;
c. Bahwa informasi dari masyarakat juga menyebutkan pemilik pom
bensin (terdakwa) setiap hari membeli bensin ke SPBU (kulakan) tetapi
apabila ada pembeli sering mengatakan bensin sudah habis;
d. Bahwa pada saat saksi datang ke lokasi, pom bensin dalam keadaan
tutup tidak ada yang menjaga selanjutnya saksi bersama tim ke rumah
terdakwa tetapi terdakwa tidak ada yang ada hanya istri terdakwa;
e. Bahwa saksi kembali ke pom bensin ternyata di lokasi sudah ada
karyawan terdakwa yang sebelumnya karyawan terdakwa dihubungi
oleh istri terdakwa supaya membuka pom bensin mini karena ada polisi
yang datang;
f. Bahwa setelah di lokasi pom bensin, saksi melakukan pengecekan di
pom bensin dan menemukan 23 (dua puluh tiga) jerigen yang berisi
bensin setiap liternya berisi 30 (tiga puluh liter) liter serta menemukan
didalam tangki pendam berisi bensin kira-kira 7000 (tujuh ribu) liter
dan solar kira-kira 6000 (enam ribu) liter;
g. Bahwa setelah terdakwa datang ke lokasi kemudian diinterogasi
ternyata terdakwa tidak mempunyai ijin dari pertamina dan terdakwa
hanya mempunyai ijin sebagai pedagang eceran;
73

h. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar dari SPBU Kemiri dan
SPBU Sunggingan;
i. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar dengan harga Rp. 4500,-
(empat ribu lima ratus rupiah) perliter kemudian dijual Rp. 4.750,-
(empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per liter;
j. Bahwa saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa menyimpan/menimbun BBM menjelang kenaikan harga BBM
selain itu dimana-mana banyak orang melakukan penimbunan BBM
dan penangkapan terdakwa bersamaan dengan adanya operasi Dian
Candi 2013;
k. Bahwa terdakwa menjual bensin dan solar sejak tahun 1996, dan
biasanya setiap hari buka terus akan tetapi menjelang kenaikan harga
BBM menurut informasi sering tutup;
l. Bahwa menurut pengakuan terdakwa, sisa bensin dan solar di dalam
tangki pendam tersisa dalam jumlah besar karena terdakwa membeli
bensin dan solar setiap hari ke SPBU tetapi penjualan sedikit;
m. Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan dipersidangan
adalah milik terdakwa;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
keberatan dan menyatakan tidak menimbun BBM dan tidak ada gudang;

5. Saksi EDI NUGROHO, SH;


a. Bahwa saksi bersama dengan saksi Fajar
Istanto, Abdul Rochim, Didit Eko, Budi dan Bambang telah melakukan
penangkapan terhadap terdakwa pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013
di Pom Bensin Mini milik terdakwa beralamat di Desa Sruni,
Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali karena terdakwa diduga
melakukan penimbunan terhadap BBM;
b. Bahwa saksi melakukan penangkapan
terhadap terdakwa berdasarkan informasi dari masyarakat apabila di
Pom Bensin Mini milik terdakwa menjelang kenaikan BBM sering
buka tutup tidak seperti hari biasanya;
74

c. Bahwa informasi dari masyarakat diterima


dua hari sebelum penangkapan menyebutkan apabila pemilik pom
bensin (terdakwa) setiap hari membeli bensin ke SPBU (kulakan) tetapi
apabila ada pembeli sering mengatakan bensin sudah habis;
d. Bahwa pada saat saksi datang ke lokasi, pom
bensin dalam keadaan tutup tidak ada yang menjaga selanjutnya saksi
bersama tim ke rumah terdakwa tetapi terdakwa tidak ada yang ada
hanya istri terdakwa;
e. Bahwa saksi kembali ke pom bensin ternyata
di lokasi sudah ada karyawan terdakwa yang sebelumnya karyawan
terdakwa dihubungi oleh istri terdakwa supaya membuka pom bensin
mini karena ada polisi yang datang;
f. Bahwa setelah di lokasi pom bensin, saksi
melakukan pengecekan di pom bensin dan menemukan 23 (dua puluh
tiga) jerigen yang berisi bensin setiap liternya berisi 30 (tiga puluh) liter
serta menemukan didalam tangki pendam berisi bensin kira-kira 7000
(tujuh ribu) liter dan solar kira-kira 6000 (enam ribu) liter;
g. Bahwa setelah terdakwa datang ke lokasi
kemudian diinterogasi ternyata terdakwa tidak mempunyai ijin dari
pertamina dan terdakwa hanya mempunyai ijin sebagai pedagang
eceran;
h. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar
dari SPBU Kemiri dan SPBU Sunggingan;
i. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar
dengan harga Rp. 4500,- (empat ribu lima ratus rupiah) perliter
kemudian dijual Rp. 4.750,- (empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)
per liter;
j. Bahwa saksi melakukan penangkapan
terhadap terdakwa karena terdakwa menyimpan/menimbun BBM
menjelang kenaikan harga BBM dan dimana-mana banyak orang
75

melakukan penimbunan BBM serta bersamaan dengan adanya operasi


Dian Candi 2013;
k. Bahwa menurut keterangan terdakwa,
terdakwa menjual bensin dan solar sejak tahun 1996 resmi
menggunakan ijin dari Pertamina namun ijin tersebut tidak
diperpanjang dan sudah tidak ada kerja sama lagi dengan pertamina;
l. Bahwa menurut pengakuan terdakwa, sisa
bensin dan solar di dalam tangki pendam tersisa dalam jumlah besar
karena terdakwa membeli bensin dan solar setiap hari ke SPBU tetapi
penjualan sedikit;
m. Bahwa saksi membenarkan barang bukti
yang diajukan dipersidangan adalah milik terdakwa;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
keberatan dan menyatakan tidak menimbun BBM dan tidak ada gudang;

6. Saksi Ir. PARTOMO, MM;


a. Bahwa saksi bekerja di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Boyolali dan menjabat sebagai Kepala Bidang sejak tahun
2012;
b. Bahwa saksi mengetahui perkara yang berkaitan dengan terdakwa
karena saksi mendapat panggilan dari Polres Boyolali untuk dimintai
keterangan sebagai saksi mengenai pemberian surat rekomendasi atas
nama Sumaryono Mardowo;
c. Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali
pernah mengeluarkan surat rekomendasi No. 541/1031B/24/2012
tanggal 4 April 2013 berlaku sampai dengan tanggal 4 April 2014
tentang pembelian BBM dengan menggunakan jerigen untuk bahan
bakar mesin pertanian atas nama Sumaryono Mardowo yaitu untuk
pembelian solar untuk traktor pertanian maksimal 40 (empat puluh) liter
di SPBU Kemiri Boyolali;
d.Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali
juga dapat mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembelian bensin
76

yang digunakan sebagai bahan bakar pertanian tetapi tidak boleh untuk
dijual;
e. Bahwa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan surat
rekomendasi yaitu foto copy KTP Pemohon, surat pengantar dari desa,
surat keterangan dari SPBU dan surat pernyataan dari Pemohon yang
dibuat diatas materai Rp. 6000,-;
f. Bahwa satu orang pemohon hanya dapat mendapatkan satu surat
rekomendasi dan digunakan untuk pembelian di satu SPBU;’
g. Bahwa surat rekomendasi yang diajukan oleh orang yang masih satu
keluarga maka apabila dari Dinas mengetahui, permohonan tersebut
tidak akan dikabulkan;
h.Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan dalam
mengeluarkan surat rekomendasi tidak melakukan survey ke lokasi
pemohon;
i. Bahwa saksi tidak mengenal nama-nama yang mempunyai surat
rekomendasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Boyolali atas nama Miswanto, Anik Dyah Murwani, Budi
Sartono dan Dwi Wahyuni;
j. Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Boyolali mengeluarkan surat rekomendasi berdasarkan:
1) Peraturan Presiden RI No. 15/2002 tentang harga jual eceran dan
konsumen pengguna jenis BBM tertentu;
2) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12/2012
tentang Pengendalian Pengguna BBM;
3) Hasil Rapat Koordinasi Terpadu antara Disperindag, Polres,
Pertamina, SPBU se Kabupaten Boyolali dan Hiswana Migas
Surakarta tanggal 13 Maret 2012;
4) Surat dari SPBU yang akan mengajukan rekomendasi;
k. Bahwa jangka waktu berlaku surat rekomendasi adalah satu tahun dan
dapat diperpanjang dengan memenuhi persyaratan seperti diawal
pengajuan;
77

l. Bahwa fungsi dari surat rekomendasi adalah untuk membatasi


pembelian BBM bersubsidi;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya;

7. Saksi SUTARDI, SH :
a. Bahwa saksi bekerja di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kabupaten Boyolali dan menjabat sebagai Kepala
Kantor sejak 31 Desember 2011;
b. Bahwa saksi mengetahui perkara yang berkaitan dengan terdakwa
karena saksi mendapat panggilan dari Polres Boyolali untuk dimintai
keterangan sebagai saksi mengenai pemberian SIUP (Surat Ijin Usaha
Perdagangan) atas nama Sumaryono Mardowo;
c. Bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kabupaten Boyolali pernah mengeluarkan Surat Ijin Tempat Usaha/HO
No. 503/932/30/X/Tahun 2012, TDP (Tanda Daftar Perusahaan) No.
113354703472 dan surat ijin usaha perdagangan No. 0221/11.32/
MK.10/2012 atas nama Sumaryono Mardowo;
d. Bahwa nama perusahaan terdakwa adalah Agung Sri Rejeki;
e. Bahwa ijin usaha yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perijinan Terpadu dapat digunakan untuk usaha pembelian
solar dan bensin;
f. Bahwa fungsi Surat Ijin Usaha Perdagangan adalah pemberian ijin
kepada pemohon untuk melakukan usaha perdagangan;
g. Bahwa Terdakwa mempunyai usaha pom bensin mini dan termasuk
kategori pengecer;
h. Bahwa dalam mengeluarkan Surat Ijin Usaha Perdagangan, Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu melibatkan Dinas
lain misalnya terkait BBM melibatkan Disperindag;
i. Bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
dalam mengeluarkan surat rekomendasi terlebih dahulu melakukan
78

survey ke lokasi pemohon dengan sepengetahuan Pemohon dan


pemberitahuan kepada Kepala Desa, Camat;
j. Bahwa masa berlaku Surat Ijin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar
Perusahaan adalah 5 (lima ) tahun sedangkan HO adalah 2 (dua) tahun;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya;

8. Saksi DIDIT EKO HANGSONO ;


a. Bahwa saksi bersama dengan saksi Fajar Istanto, Abdul Rochim, dan
Edi Nugroho telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa pada
hari Senin tanggal 17 Juni 2013 di Pom Bensin Mini milik terdakwa
beralamat di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali
karena terdakwa diduga melakukan penimbunan terhadap BBM jenis
bensin dan solar;
b. Bahwa saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa berdasarkan
informasi dari masyarakat apabila di Pom Bensin Mini milik terdakwa
menjelang kenaikan BBM sering buka tutup tidak seperti hari biasanya;
c. Bahwa berdasarkan informasi dari informan selama 2 (dua) hari tanggal
15 dan 16 Juni 2013 (Sabtu dan Minggu) tidak ada aktifitas penjualan
di SPBU mini milik Terdakwa;
d. Bahwa pada saat saksi datang ke lokasi tanggal 17 Juni 2013, pom
bensin dalam keadaan tutup tidak ada yang menjaga selanjutnya saksi
bersama tim ke rumah terdakwa tetapi terdakwa tidak ada yang ada
hanya istri terdakwa;
e. Bahwa saksi menanyakan kepada istri terdakwa tentang keberadaan
terdakwa dan mengapa SPBU tutup, selanjutnya istri terdakwa
menjawab bahwa SPBU buka tetapi saat itu pegawainya baru pulang
untuk makan;
f. Bahwa saksi kembali ke pom bensin ternyata di lokasi sudah ada
karyawan terdakwa yang sebelumnya karyawan terdakwa dihubungi
oleh istri terdakwa supaya membuka pom bensin mini karena ada polisi
yang datang;
79

g. Bahwa setelah di lokasi pom bensin, saksi melakukan pengecekan di


pom bensin dan menemukan 23 (dua puluh tiga) jerigen yang berisi
bensin setiap liternya berisi 30 (tiga puluh) liter serta menemukan
didalam tangki pendam berisi bensin kira-kira 6000 (enam ribu) liter
dan solar kira-kira 6000 (enam ribu) liter;
h. Bahwa setelah terdakwa datang ke lokasi sekitar pukul 11.00 Wib
kemudian terdakwa diinterogasi ternyata terdakwa hanya mempunyai
ijin sebagai pedagang eceran;
i. Bahwa saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa menyimpan/menimbun BBM menjelang kenaikan harga BBM
dan adanya kelangkaan BBM menjelang peralihan harga BBM;
j. Bahwa saksi tidak mengetahui bagaimana cara terdakwa mendapatkan
bensin dan solar, tetapi saksi pada saat di lokasi menanyakan kepada
terdakwa bahwa terdakwa membeli mengecer di SPBU dengan
menggunakan sepeda motor yang ada bronjongnya selanjutnya jerigen
yang telah berisi bensin atau solar dituang ke dalam tangki pendam;
k. Bahwa sebelum kejadian penangkapan terhadap terdakwa, tidak ada
keluhan dari masyarakat mengenai SPBU mini milik terdakwa;
l. Bahwa cara mengecek/mengukur bensin atau solar yang berada di tangki pendam
dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam tangki
pendam;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi terdakwa menyatakan
bahwa pada hari Sabtu SPBU mini buka dan tutup pukul 16.00 Wib, hari
Minggu buka dan hari Senin tutup karena pegawai pulang makan, dan atas
bantahan Terdakwa Saksi tetap pada keterangannya dan terdakwa tetap
pada bantahannya;

9. Saksi Ir. HARYONO, Sp.I (keterangannya dibacakan dipersidangan):


a. Bahwa saksi bekerja di Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Boyolali dan menjabat sebagai Kepala Dinas sejak tahun
2012;
80

b. Bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Boyolali


pernah mengeluarkan Surat rekomendasi untuk membeli BBM jenis
bensin;
c. Bahwa dasar pengeluaran surat rekomendasi adalah : Undang-undang
No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro dan diijinkan membeli BBM
pada Stasiun Pengisian BBM untuk SPBU sesuai Peraturan Presiden
RI No. 15 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No.
9 tahun 2006 tentang harga jual eceran dan konsumen pengguna jenis
BBM tertentu dan berdasarkan surat Pertamina No. 029/14130/2007
tanggal 22 Nopember 2007 perihal pelayanan BBM di SPBU;
d. Bahwa prosedur atau mekanisme mengajukan surat rekomendasi
untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin yaitu sebagai
berikut:
1) Mengisi blangko surat permohonan rekomendasi;
2) Mengisi blangko surat pernyataan yang ditempel materai 6000 dan
telah diketahui/cap ketua RT dan Kepala Desa/Kelurahan
Setempat.
3) Melampirkan fotocopy KTP;
4) Melampirkan surat keterangan/surat pengantar dari kepala
desa/kelurahan setempat;
5) Melampirkan surat keterangan/rekomendasi dari SPBU setempat;
6) Membawa stop map (surat-surat dimasukkan dalam stop map);
e. Bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Boyolali pernah
mengeluarkan surat rekomendasi :
1) No. 123/510.44/2013 atas nama Wahyu Dwi Prasetyo;
2) No. 124/510.44/2013 atas nama Umi winarsih
3) No. 15/510.44/2013 atas nama Etik Bayu Susilowati;
f. Bahwa batas maximal untuk setiap surat rekomendasi sebesar 40
(empat puluh) liter per hari dan bisa digunakan untuk membeli bbm
bersubsidi jenis premium;
81

g. Bahwa surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas sudah sesuai


dengan Perpres No. 15 Tahun 2012 dan dapat digunakan untuk
membeli BBM bersubsidi jenis premium (kecuali apabila
disalahgunakan oleh Pemohon);
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya;

10. Saksi Ahli FIDIAH RATNASARI, SE. (keterangannya dibacakan


dipersidangan) pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
a. Bahwa saksi bekerja di Pertamina sejak tanggal 1 Nopember 2007
sebagai Sales Executive Retail Rayon VII Surakarta;
b. Bahwa tugas pokok saksi adalah mengawasi bbm subsidi maupun non
subsidi yang disalurkan oleh PT Pertamina (Persero) melalui terminal
BBM Boyolali untuk wilayah solo raya;
c. Bahwa syarat-syarat pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) Pertamina adalah:
1) Akta pendirian dan SK Menkumham;
2) Fotocopy KTP Direktur.
3) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
4) Ijin Prinsip dari Pemda setempat dan IMB.
5) NPWP.
6) Referensi Bank.
7) UPL dan UKL.
8) Surat Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP, SIUP dan HO).
9) Daftar Riwayat Hidup Direktur perseroan.
10) Pas photo ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar.
11) Surat bukti kepemilikan/penguasaan tanah.
12) Lembar lay out SPBU.
13) Pernyataan pemilik tanah didepan notaries yang menyatakan
sanggup menyerahkan lokasi tersebut dipergunakan untuk
pendirian SPBU selama 20 tahun.
82

14) Surat Pernyataan sanggup mematuhi rancang bangun dan


spesifikasi material yang ditetapkan oleh Pertamina (Persero).
15) Surat Pernyataan sanggup mematuhi ketentuan PT. Pertamina
(Persero).
16) Surat Pernyataan bersedia menandatangani perjanjian dihadapan
Notaris.
d. Bahwa persyaratan khusus untuk menjadi lembaga penyalur
Pertamina khususnya untuk penyaluran BBM bersubsidi berdasarkan
pasal 9 UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang
dapat melaksanakan kegiatan usaha pengangkutan, penyimpanan dan
niaga BBM adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Koperasi Usaha Kecil dan Badan Usaha Swasta dengan
persyaratan sesuai dengan penjelasan pasal 15 ayat (2) PP 36/2004 jo
Permen ESDM No. 7 Tahun 2005, syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah:
1) AKTA Pendirian perusahaan/perubahannya (bila ada) dan
mendapat pengesahan dari instansi berwenang.
2) Profil perusahaan.
3) NPWP.
4) TDP
5) Surat keterangan domisili perusahaan.
6) Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi aspek
keselamatan operasi dan kesehatan kerja pengelolan lingkungan.
7) Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8) Persetujuan / Ijin prinsip dari pemerintah daerah mengenai lokasi
yang memerlukan pembangunan fasilitas dan sarana.
9) Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesediaan
dilakukan inspeksi lapangan.
e. Bahwa prosedur penyaluran BBM pertamina adalah :
83

1) PT Pertamina dan Pengusaha sepakat mengikatkan diri dalam satu


perjanjian kerjasama pengusahaan stasiun pengisian bahan bakar
umum yang penandatanganannya dilakukan dihadapan notaris;
2) Berdasarkan perjanjian, pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) berhak untuk mengoperasikan Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) sesuai dengan syarat dan ketentuan
yang tertuang dalam perjanjian kerjasama;
f. Bahwa setelah saksi melakukan pengecekan di dalam data yang saksi
miliki, terdakwa tidak ada perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU
dengan PT Pertamina;
g. Bahwa sesuai peraturan yang berlaku kegiatan terdakwa mengangkut,
menyimpan atau menjual bbm subsidi tidak diperbolehkan;
h. Bahwa selain PT Pertamina di wilayah solo dan sekitarnya tidak ada
pihak lain yang memiliki kewenangan untuk membuat perjanjian
kerjasama pengusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) mengenai penyaluran bbm yang bersubsidi Pemerintah;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
menyatakan tidak mengerti;

Menimbang, bahwa dipersidangan terdakwa tidak mengajukan


saksi a de charge (saksi meringankan);

Menimbang, bahwa dipersidangan selanjutnya telah didengar


keterangan terdakwa yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO PRAPTO


DIMULYO.

1. Bahwa Terdakwa diajukan ke


Persidangan karena dugaan penimbunan BBM;
2. Bahwa Terdakwa
membangun Pom bensin mini tahun 1996 dan beroperasi sejak tahun
1998 dimana bensin dikirim/disuplay oleh pertamina;
84

3. Bahwa terdakwa telah


memenuhi syarat pendirian pom bensin mini yaitu ijin HO, TDP, ijin
bangunan selanjutnya didaftarkan ke Pertamina;
4. Bahwa sejak tahun 2000 pom
bensin mini dihapus dari Pertamina menyarankan supaya mengikuti
perubahan tetapi terdakwa tidak mampu;
5. Bahwa pada tahun 2006 dilakukan survey dari Pertamina, Menteri
Pertambangan dan Energi, dan dinyatakan lolos tetapi terdakwa harus
membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang
memenuhi standart ketentuan Pertamina namun terdakwa tidak mampu
karena biaya yang sangat besar;
6. Bahwa tahun 2007 terdakwa tetap menjual bensin yang diperoleh dari
membeli di SPBU dengan jerigen setiap harinya 400-500 liter dan
disimpan di dalam tangki pendam yang sudah ada sejak 1998;
7. Bahwa pembelian bensin dan solar pada tahun sebelum 2011 tidak
menggunakan surat rekomendasi, sejak tahun 2011 pembelian bensin
dan solar harus menggunakan surat rekomendasi dan sejak awal tahun
2013 untuk pembelian bensin harus ada surat rekomendasi dari
Disperindag sedangkan pembelian solar dari Dinas Pertanian dan
Perkebunan;
8. Bahwa terdakwa mempunyai surat rekomendasi dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan atas nama terdakwa dan adiknya Budi Sarjono, dari
dinas Perdagangan untuk membeli bensin berjumlah 5 (lima) atas nama
Wahyu Dwi Prasetyo (anak kandung), Musiti (adik ipar), Etik Bayu
Sulistyowati (menantu) Umi Winarsih (menantu) dan Dwi Wahyuni
(adik kandung);
9. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar dari SPBU Sunggingan dan
SPBU Kemiri;
10. Bahwa terdakwa membeli bensin atau solar dengan menggunakan
sepeda motor dengan membawa 2 (dua) jerigen yang ditaruh di
bronjong, setelah diisi lalu dibawa pulang oleh Sri Punto dan Sri
85

Punto juga membawa jerigen kosong dan oleh terdakwa jerigen


kosong tersebut diisi lagi dengan membeli solar atau bensin;
11. Bahwa pembelian bensin dan solar dengan menggunakan surat
rekomendasi dibatasi maksimal pembelian adalah 40 (empat puluh)
liter;
12. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar di SPBU dengan harga Rp.
4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) dan dijual dengan harga Rp.
4.750,- (empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah);
13. Bahwa pom bensin mini setiap hari buka pukul 06.00 Wib sampai
pukul 16.00 Wib;
14. Bahwa pada saat polisi datang, pom bensin mini tutup karena pegawai
sedang istirahat makan;
15. Bahwa barang bukti berupa 23 (dua puluh tiga) jerigen berisi bensin
masing-masing 30 (tiga puluh) liter belum sempat dimasukkan ke
dalam tangki pendam karena kelelahan;
16. Bahwa penjualan bbm dalam sehari antara 250 – 400 liter, sedang
kapasitas tangki pendam adalah 10.000 (sepuluh ribu) liter;
17. Bahwa isi tangki pendam sebelum polisi datang sekitar 6.000 (enam
ribu) liter;
18. Bahwa terdakwa setiap hari membeli bensin dan solar sekitar 400-500
liter dan setiap hari ada sisanya sehingga akhirnya terkumpul banyak
di tangki pendam;
19. Bahwa terdakwa menyimpan BBM untuk mencari keuntungan dan
terdakwa tidak mempunyai ijin untuk menimbun BBM;
20. Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin mempunyai badan usaha hanya
usaha perorangan, tidak mempunyai ijin niaga, tidak mempunyai ijin
dari pertamina.
Menimbang, bahwa dipersidangan Penuntut Umum mengajukan
Barang Bukti berupa :
1. Solar dalam tangki sekitar 7321 liter.
2. Bensin dalam tangki sebanyak sekitar 7262,5 liter.
86

3. Bensin dalam jerigen 23 @ sekitar 30 liter:sekitar


731 liter.
4. 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-
4745-AM beserta kunci aslinya dan STNK aslinya;
5. 1 (satu) buah bronjong;
6. 1 (satu) unit pompa bensin mini;
7. 2 (dua) tangki tempat penyimpanan bahan bakar
minyak (BBM) berupa bensin dan solar;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti tersebut diatas telah
disita sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
Barang Bukti tersebut dapat dipergunakan untuk memperkuat
pembuktian ;
Menimbang, bahwa keseluruhan keterangan tersebut di atas
selengkapnya termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan Perkara ini, dan
demi singkatnya uraian putusan ini, menunjuk Berita Acara tersebut
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi - Saksi, surat-surat,
keterangan terdakwa dikaitkan dengan barang bukti dalam perkara ini yang
satu dengan lainnya saling bersesuaian, maka Majelis Hakim memperoleh
fakta-fakta hukum sebagai berikut :
a. Benar pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib
terdakwa telah dilakukan penangkapan oleh saksi Didit Eko Hangsono,
saksi Fajar Istanto, saksi Edi Nugroho, SH dan Abdul Rokhim sehubungan
adanya penyimpanan bakan bakar minyak jenis bensin dan solar di Pom
Mini di Dukuh Wonorejo, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten
Boyolali milik dari terdakwa tanpa dilengkapi izin usaha penyimpanan
bahan bakar minyak yang sah dari pihak berwenang dalam hal ini
PT.Pertamina (Persero);
b. Benar terdakwa mempunyai usaha penjualan bensin sejak tahun 1996
kemudian tahun 1998 mendirikan Pom Mini dengan memperoleh ijin
berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Boyolali Nomor
87

1367 tahun 1998 tentang Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


kepada Sdr. Sumaryono Mardowo, Izin Tempat Usaha/HO Nomor
503/163 tahun 2002 dikeluarkan tanggal 23 Mei 2002 untuk usaha
penjualan bensin murni dan mempunyai tangki penampungan dengan
dasar surat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Boyolali
tertanggal 24 Oktober 2003 tentang Pengesahan Pemakaian Tangki
Penampungan Bahan-bahan Berbahaya;
c. Benar terdakwa sejak tahun 2000 menjual bensin dengan pasokan dari
Pertamina sebanyak 5000 (lima ribu) liter tetapi sejak tahun 2006 sudah
tidak disuplay lagi dan terdakwa diharuskan untuk membangun SPBU
yang memenuhi standart yang ditentukan oleh Pertamina tetapi terdakwa
tidak mampu;
d. Benar setelah pasokan dari pertamina dihentikan terdakwa tetap berjualan
bensin dan solar dengan membeli ke SPBU menggunakan jerigen dengan
diangkut menggunakan sepeda motor setiap harinya sekitar 400-500 liter;
e. Benar sejak tahun 2011 terdakwa membeli bahan bakar minyak jenis
bensin dan solar dengan menggunakan surat rekomendasi dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dengan batasan pembelian maksimal 40
(empat puluh) liter, akan tetapi sejak tahun 2013 untuk pembelian bensin
harus dengan surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
sedangkan untuk pembelian solar menggunakan surat rekomendasi dari
Dinas Pertanian dan Perkebunan;
f. Benar surat rekomendasi yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan
Perkebunan diperuntukkan untuk perorangan yang mempunyai alat
pertanian, sedangkan surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan diperuntukkan untuk pedagang eceran dengan pembelian
maksimal 40 (empat puluh) liter setiap harinya;
g. Benar terdakwa memiliki surat izin perdagangan Nomor:
0221/11.32/MK/X/2012 (SIUP MIKRO)-P1 tertanggal 20 Oktober 2012
88

dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu untuk


pedagang eceran dengan usaha bahan bakar minyak (premium, solar);
h. Benar terdakwa sejak April 2013 setiap harinya membeli bensin dan solar
sekitar 400-500 liter dengan menggunakan surat rekomendasi dengan
menggunakan nama terdakwa sendiri, Wahyu Dwi Prasetyo (anak
kandung), Musiti (adik ipar), Etik Bayu Susilowati (menantu), Umi
Winarsih (menantu), Dwi Wahyuni (adik kandung), Budi Sarjono (adik
kandung), dan Anik Dyah Murwani;
i. Benar terdakwa mengetahui jika akan ada kenaikan bahan bakar minyak
jenis bensin dan solar sehingga sejak April 2013 terdakwa dibantu saksi
Sri Punto dengan menggunakan sepeda motor membeli bensin dan solar di
SPBU Sunggingan Boyolali dan SPBU Kemiri Mojosongo Boyolali
dengan cara terdakwa yang membeli ke SPBU sedangkan Saksi Sri Punto
yang mengangkut jerigen yang telah berisi bensin atau solar dengan
menggunakan sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-4745-AM;
j. Benar terdakwa membeli bensin dan solar dengan harga Rp. 4500,-
(empat ribu lima ratus rupiah) dan dijual kembali dengan harga Rp. 4750,-
(empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah);
k. Benar niat terdakwa terus membeli bensin dan solar setiap hari meskipun
di tangki penyimpanan masih banyak sisa bensin dan solar disebabkan
terdakwa ingin mendapatkan keuntungan lebih besar apabila terjadi
kenaikan harga bensin dan solar;
l. Benar pada saat penangkapan terhadap terdakwa ditemukan didalam
tangki pendam ada 7262,5 liter bensin, 7321 liter solar dan 23 (dua puluh
tiga) jerigen berisi bensin sekitar 731 liter;
m. Benar terdakwa tidak mempunyai izin usaha penyimpanan bahan bakar
minyak sesuai ketentuan yang ada di UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, PP No. 36 Tahun 2004 tentang kegiatan usaha hilir
minyak dan gas bumi, Peraturan Menteri ESDM No. 7 tahun 2005 tentang
89

Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan ijin usaha dalam kegiatan usaha


hilir minyak dan gas bumi;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan berdasarkan fakta-fakta sebagaimana dikemukakan para
Saksi yang diperkuat oleh Barang Bukti yang diajukan Penuntut Umum
dipersidangan dan keterangan terdakwa dipersidangan apakah Terdakwa
dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang
dikemukakan oleh Penuntut Umum didalam surat dakwaannya.
Menimbang, bahwa terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum
dengan dakwaan yang disusun secara alternatif yaitu :
a. KESATU : melanggar Pasal 55 UU RI No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi; atau
b. KEDUA : melanggar Pasal 53 huruf c UU RI No. 22 tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi;Atau
c. KETIGA : melanggar Pasal 53 huruf d UU RI Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
Menimbang, bahwa oleh karena bentuk surat dakwaan adalah
alternatif, maka Majelis Hakim akan langsung mempertimbangkan
dakwaan yang paling relevan sesuai dengan fakta hukum yang terungkap
dipersidangan yaitu dakwaan alternative kedua melanggar pasal 53 huruf c
UU RI No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang unsur-
unsurnya sebagai berikut :
a. Unsur Setiap Orang;
b. Unsur melakukan penyimpanan bahan bakar minyak tanpa izin usaha
penyimpanan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan satu persatu unsur pasal yang didakwakan yaitu
sebagai berikut:
Ad. 1 . Unsur “Setiap Orang”
Menimbang, bahwa yang dimaksud “setiap orang” adalah
menunjuk subyek hukum atau manusia yang mempunyai hak dan
90

kewajiban yang mana dalam perkara ini telah dihadapkan


kepersidangan an. Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin
SUPOMO PRAPTO DIMULYO yang diminta
pertanggungjawabannya atas perbuatan yang telah dilakukannya;

Menimbang, bahwa setelah identitas Terdakwa dinyatakan


dipersidangan ternyata cocok dan sesuai dengan nama yang
disebutkan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum tersebut,
sedangkan menurut pengamatan Majelis Hakim, terdakwa adalah
orang yang sehat jasmani dan rohani sehingga dalam perkara ini dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas


dengan demikian Majelis Hakim berpendapat unsur “setiap orang”
telah terpenuhi ;

Ad. 2. Unsur “Melakukan penyimpanan bahan bakar minyak tanpa


izin usaha penyimpanan”;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan penyimpanan
menurut Pasal 1 ayat (13) UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan,
penampungan, dan pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan bahan bakar
minyak menurut pasal 1 angka 4 UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi adalah bahan bakar yang berasal dan/atau
diolah dari minyak bumi;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan izin usaha


adalah izin yang diberikan kepada badan usaha untuk
melaksanakan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan / atau
niaga dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan
keterangan terdakwa dipersidangan terungkap fakta bahwa pada
hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib terdakwa
91

telah dilakukan penangkapan oleh saksi Didit Eko Hangsono, saksi


Fajar Istanto, saksi Edi Nugroho dan Abdul Rokhim sehubungan
adanya penyimpanan bakan bakar minyak jenis bensin dan solar di
Pom Mini di Dukuh Wonorejo, Desa Sruni, Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali milik dari terdakwa tanpa dilengkapi izin
usaha penyimpanan bahan bakar minyak yang sah dari pihak
berwenang dalam hal ini PT.Pertamina (Persero);
Menimbang, bahwa pada saat sebelum penangkapan
terhadap terdakwa, saksi Didit Eko Hangsono, saksi Fajar Istanto,
saksi Edi Nugroho dan Abdul Rokhim datang ke lokasi di Pom
Mini di Dukuh Wonorejo, Desa Sruni, Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali milik dari terdakwa dan menemukan pom mini
dalam keadaan tutup sehingga para saksi datang ke rumah terdakwa
tetapi hanya bertemu dengan istri terdakwa lalu istri terdakwa
memerintahkan saksi Sri Punto selaku karyawan terdakwa untuk
membuka Pom Mini selanjutnya dilokasi pom mini ditemukan
bahan bakar minyak jenis bensin sebanyak 7262,5 liter dan solar
sebanyak 7321 (tujuh ribu tiga ratus dua puluh satu) liter yang
berada didalam tangki pendam serta 23 (dua puluh tiga) jerigen
berisi bensin sekitar 731 (tujuh ratus tiga puluh satu) liter didalam
gudang atau bangunan kantor di pom mini tersebut sehingga akibat
dari penemuan bahan bakar minyak dalam jumlah yang cukup
besar tersebut lalu setelah terdakwa datang ke lokasi, terdakwa
bersama barang bukti 23 (dua puluh tiga) jerigen bensin dibawa ke
kantor polisi;
Menimbang, bahwa dari keterangan terdakwa yang
bersesuaian dengan keterangan saksi-saksi dan surat-surat yang ada
dalam berkas perkara bahwa terdakwa mempunyai usaha penjualan
bensin sejak tahun 1996 kemudian tahun 1998 mendirikan Pom
Bensin Mini dengan memperoleh ijin berdasarkan Keputusan
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 1367 tahun 1998
92

tentang Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Sdr.


Sumaryono Mardowo, Izin Tempat Usaha/HO Nomor 503/163
tahun 2002 dikeluarkan tanggal 23 Mei 2002 untuk usaha
penjualan bensin murni dan mempunyai tangki penampungan
dengan dasar surat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Boyolali tertanggal 24 Oktober 2003 tentang
Pengesahan Pemakaian Tangki Penampungan Bahan-bahan
Berbahaya;
Menimbang, bahwa pada awalnya terdakwa sejak tahun
2000 menjual bensin dengan pasokan dari Pertamina sebanyak
5000 (lima ribu) liter tetapi sejak tahun 2006 sudah tidak disuplay
atau dikirim lagi oleh pertamina dan terdakwa diharuskan untuk
membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang
memenuhi standart yang ditentukan oleh Pertamina tetapi terdakwa
tidak mampu karena biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan
SPBU sangat besar;
Menimbang, bahwa setelah pasokan dari pertamina
dihentikan terdakwa tetap berjualan bensin dan solar dengan
membeli ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
menggunakan jerigen dengan kapasitas sekitar 30 (tiga puluh) liter
perjerigen dengan diangkut menggunakan sepeda motor atau mobil
setiap harinya sekitar 400-500 liter tanpa ketentuan dengan
menggunakan surat rekomendasi;
Menimbang, bahwa sejak tahun 2011 terdakwa membeli
bahan bakar minyak jenis bensin dan solar dengan menggunakan
surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dengan batasan pembelian maksimal 40 (empat puluh) liter, akan
tetapi sejak awal tahun 2013 untuk pembelian bensin harus dengan
menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sedangkan untuk pembelian solar menggunakan surat
rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan;
93

Menimbang, bahwa surat rekomendasi yang diberikan oleh


Dinas Pertanian dan Perkebunan diperuntukkan untuk perorangan
yang mempunyai alat pertanian dengan pembelian maksimal 40
(empat puluh) liter perhari, sedangkan surat rekomendasi dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan diperuntukkan untuk
pedagang eceran dengan pembelian maksimal 40 (empat puluh)
liter setiap harinya;
Menimbang, bahwa terdakwa memiliki surat izin
perdagangan Nomor:0221/11.32/MK/X/2012 (SIUP MIKRO)-P1
tertanggal 20 Oktober 2012 dari Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu untuk pedagang eceran dengan usaha
bahan bakar minyak (premium, solar);
Menimbang, bahwa sejak adanya rencana pemerintah akan
menaikkan harga bahan bakar minyak jenis bensin dan solar serta
adanya pembatasan pembelian solar dan bensin dari pemerintah
guna tercapainya ketersediaan bahan bakar minyak solar dan bensin
di masyarakat maka terdakwa sejak April 2013 dalam pembelian
bensin dan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
menggunakan surat rekomendasi atas nama terdakwa sendiri, Budi
Sarjono, Wahyu Dwi Prasetyo (anak kandung), Musiti (adik ipar),
Etik Bayu Susilowati (menantu), Umi Winarsih (menantu), Dwi
Wahyuni (adik kandung), dan Anik Dyah Murwani;
Menimbang, bahwa cara terdakwa membeli bahan bakar
minyak jenis bensin dan solar yaitu dengan cara setiap malam
terdakwa dibantu oleh saksi Sri Punto membeli bensin dan solar di
SPBU Sunggingan Boyolali dan SPBU Kemiri Mojosongo
Boyolali dimana pembagian kerjanya terdakwa yang membeli
bensin atau solar ke SPBU dengan menggunakan jerigen kosong
dan menunjukkan surat rekomendasi, setelah jerigen terisi bensin
atau solar lalu Saksi Sri Punto yang mengangkut jerigen tersebut
94

dengan menggunakan sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-


4745-AM;
Menimbang, bahwa terdakwa membeli bensin dan solar
bersubsidi di SPBU dengan harga Rp. 4500,- (empat ribu lima ratus
rupiah) dan dijual kembali dengan harga Rp. 4750,- (empat ribu
tujuh ratus lima puluh rupiah); Tujuan atau niat terdakwa terus
membeli bensin dan solar setiap hari meskipun di tangki
penyimpanan masih ada banyak tersisa bensin dan solar disebabkan
terdakwa ingin mendapatkan keuntungan lebih besar apabila terjadi
kenaikan harga bensin dan solar;
Menimbang, bahwa persyaratan khusus untuk menjadi
lembaga penyalur Pertamina khususnya untuk penyaluran BBM
bersubsidi berdasarkan pasal 9 UU No. 22 Tahun 2001 yang dapat
melaksanakan kegiatan usaha pengangkutan, penyimpanan dan
niaga BBM adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Koperasi Usaha Kecil dan Badan Usaha Swasta dengan
persyaratan sesuai dengan penjelasan pasal 15 ayat 2 PP 36/2004 jo
Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)No. 7
Tahun 2005, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. AKTA Pendirian perusahaan/perubahannya (bila ada) dan
mendapat pengesahan dari instansi berwenang.
b. Profil perusahaan.
c. NPWP.
d. TDP
e. Surat keterangan domisili perusahaan.
f. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi aspek
keselamatan operasi dan kesehatan kerja pengelolan
lingkungan.
g. Surat pernyataan tertulis kesanggupan memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
95

h. Persetujuan / Ijin prinsip dari pemerintah daerah mengenai


lokasi yang memerlukan pembangunan fasilitas dan sarana.
i. Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesediaan
dilakukan inspeksi lapangan.
Menimbang, bahwa terdakwa memiliki perusahaan
bernama Agung Sri Rejeki dengan kegiatan usaha pokok
perdagangan bahan bakar minyak bensin dan solar kategori
pengecer BBM, tetapi ternyata tempat usaha terdakwa bukan
sebagai perusahaan yang telah memenuhi persyaratan sesuai
ketentuan pasal 9 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi, pasal 15 ayat 2 PP No. 36 Tahun 2004 tentang kegiatan
usaha hilir minyak dan gas bumi, Peraturan Menteri Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM)No. 7 tahun 2005 tentang
Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan ijin usaha dalam kegiatan
usaha hilir minyak dan gas bumi serta usaha terdakwa tidak ada
kerjasama dengan pihak PT. Pertamina.
Menimbang, bahwa dari keterangan terdakwa
dipersidangan, terdakwa menyatakan mengetahui bahwa kapasitas
dirinya sebagai pedagang bensin eceran yang hanya boleh
melakukan pembelian bahan bakar minyak maksimal 40 (empat
puluh) liter perharinya dengan menggunakan surat rekomendasi
tetapi terdakwa sengaja melakukan pembelian bensin dan solar
melebihi ketentuan 40 (empat puluh) liter setiap hari dengan
menyalahgunakan surat rekomendasi atas nama terdakwa sendiri
dan atas nama orang lain agar dapat melakukan pembelian bensin
atau solar lebih dari 40 (empat puluh) liter. Selain itu terdakwa
juga mengetahui dan mengerti bahwa untuk melakukan
penyimpanan bahan bakar minyak jenis bensin dan solar harus ada
ijin dari pihak yang berwenang dalam hal ini PT. Pertamina
(Persero), akan tetapi terdakwa tetap melakukan usaha pembelian
bensin dan solar setiap harinya ke SPBU kemudian disimpan
96

didalam tangki pendam yang dimilikinya agar nanti apabila benar


terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak jenis bensin dan solar
maka terdakwa memperoleh keuntungan yang besar dari selisih
harga pembelian dan penjualan;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan diatas,
dengan ditemukannya barang bukti berupa bensin dan solar dalam
jumlah yang sangat banyak (+ 15314,5 liter) didalam tangki
pendam dan jerigen di pom mini milik terdakwa maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah melakukan kegiatan
penyimpanan bahan bakar minyak jenis bensin dan solar yang
disubsidi oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan/laba dari selisih harga pembelian dan harga kenaikan
bahan bakar minyak yang akan diberlakukan oleh pemerintah;
Menimbang, bahwa ternyata terdakwa dalam melakukan
penyimpanan bahan bakar minyak jenis bensin dan solar tidak
mempunyai izin usaha penyimpanan bahan bakar minyak sesuai
ketentuan yang ada di UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi, Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 tentang
kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi, Peraturan Menteri
Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 7 tahun 2005 tentang
Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan ijin usaha dalam kegiatan
usaha hilir minyak dan gas bumi;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan
diatas maka Majelis Hakim berpendapat unsur Ad. 2 telah
terpenuhi ;
Menimbang, bahwa oleh karena unsur-unsur dari tindak
Pidana yang didakwakan Penuntut Umum dalam dakwaan alternatif
kedua telah terpenuhi, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa
Terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan Tindak Pidana “Penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin usaha penyimpanan”;
97

Menimbang, bahwa dari fakta yang diperoleh selama


persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat
melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban Pidana, baik
sebagai alasan pembenar maupun pemaaf oleh karenanya Majelis
Hakim berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan Terdakwa
harus dipertanggungjawabkan kepadanya ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu
bertanggungjawab dan telah terbukti bersalah, maka sudah
sepatutnya Terdakwa dijatuhi Pidana yang setimpal dengan
kesalahannya tersebut ;
Menimbang, bahwa dalam menentukan jenis dan
lamanya pidana yang harus dijalani terdakwa, maka Majelis
Hakim akan lebih mempertimbangkan aspek keadilan dan tujuan
pemidanaan bagi terdakwa.
Menimbang, bahwa tujuan pemidanaan bagi pelaku
tindak pidana adalah jauh dari maksud untuk menderitakan atau
merendahkan martabat manusia, akan tetapi lebih untuk mencegah
dilakukannya pengulangan tindak pidana dan utamanya untuk
mengadakan koreksi terhadap tingkah laku pelaku tindak pidana
tersebut ;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim
menjatuhkan Pidana terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan dari diri dan
perbuatan Terdakwa sebagai berikut :
Hal-hal yang memberatkan :
1. Bahwa perbuatan terdakwa mengganggu ketersediaan bensin
dan solar di masyarakat.
Hal-hal yang meringankan :
1. Terdakwa belum pernah dihukum.
2. Terdakwa mengakui perbuatannya, menyesali perbuatannya dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
98

3. Terdakwa mempunyai tanggungjawab memenuhi kebutuhan


keluarga.
Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut
di atas Majelis Hakim berpendapat tentang lamanya pidana yang
akan dijatuhkan atas diri terdakwa sebagaimana termuat dalam
amar putusan nanti cukup memadai dan sesuai dengan rasa
keadilan baik itu untuk terdakwa maupun masyarakat ;

Menimbang, bahwa dalam Pasal 53 huruf c Undang-undang


Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi selain
mengancamkan pidana penjara juga mengancamkan pidana denda,
dimana ancaman pidana penjara dan pidana denda tersebut adalah
bersifat kumulatif, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa oleh
karena terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf c Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sehingga
beralasan hukum apabila kepada terdakwa selain dijatuhkan pidana
penjara harus pula dijatuhi pidana denda sebagaimana yang
disebutkan dalam amar putusan ini dengan ketentuan apabila
terdakwa tidak sanggup membayarnya, dapat diganti dengan
pidana kurungan ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan, maka
masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari lamanya pidana yang akan dijatuhkan ;

Menimbang, bahwa oleh karena lamanya pidana yang akan


dijatuhkan lebih lama dari masa penahanan yang telah dijalani
terdakwa maka Terdakwa diperintahkan untuk tetap berada dalam
tahanan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa:


a. Solar dalam tangki sekitar 7321 liter, bensin dalam tangki
sebanyak sekitar 7262,5 liter, bensin dalam jerigen 23 buah isi
99

sekitar 731 liter meskipun didalam penetapan penyitaan nomor


195/Pen.Pid/2013/PN.Bi dari Pengadilan Negeri Boyolali telah
diberikan persetujuan penyitaan terhadap solar sebanyak
6880,42 liter, premium dalam tangki sebanyak 7.012,14 liter dan
23 jerigen @ 30 liter dengan jumlah 690 liter akan tetapi
terhadap barang bukti solar dan bensin tersebut telah dilakukan
pengukuran ulang oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Balai Metrologi Wilayah Surakarta atas permintaan pihak
kepolisian resort Boyolali dan barang bukti tersebut
sebagaimana termuat dalam surat No. 510.9/307 tertanggal 18
September 2013 yang ditandatangani oleh Kepala Balai
Metrologi Wilayah Surakarta ternyata didapatkan hasil berupa
Solar dalam tangki sekitar 7321 liter, Bensin dalam tangki
sebanyak sekitar 7262,5 liter dan Bensin dalam jerigen 23 buah
isi sekitar 731 liter sehingga Majelis Hakim berpendapat barang
bukti dalam perkara ini adalah sebagaimana hasil dari
pengukuran Balai Metrologi Wilayah Surakarta dan terhadap
barang bukti tersebut oleh karena mempunyai nilai ekonomis
dan mempunyai potensi merugikan Negara sehingga untuk
menghilangkan atau mengurangi potensi kerugian negara maka
barang bukti tersebut dirampas untuk Negara; sedangkan
terhadap 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-
4745-AM beserta kunci aslinya dan STNK aslinya, 1 (satu) buah
bronjong, oleh karena barang bukti berupa unit sepeda motor,
kunci, STNK dan bronjong adalah milik terdakwa dan
digunakan untuk pembelian bensin dan solar tetapi yang terbukti
dalam perkara ini adalah tentang penyimpanan bahan bakar
minyak sehingga menurut Majelis hakim barang bukti tersebut
tidak terkait langsung dengan tindak pidana yang terbukti
sehingga Majelis Hakim berpendapat barang bukti tersebut
dikembalikan kepada terdakwa demikian juga terhadap 1 (satu)
100

unit pompa bensin mini, 2 (dua) tangki tempat penyimpanan


bahan bakar minyak (BBM) berupa bensin dan solar oleh karena
pembuatan pom bensin mini dan 2 tangki pendam ada izin
pendiriannya dan yang terbukti dalam perkara ini terkait izin
usaha penyimpanan yang tidak ada maka Majelis Hakim
berpendapat barang bukti tersebut juga dikembalikan kepada
terdakwa;
b. Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan terbukti
bersalah maka kepada Terdakwa haruslah dibebankan untuk
membayar biaya perkara yang besarnya akan ditentukan dalam
amar putusan ini;
c. Mengingat ketentuan pasal 53 huruf c Undang-undang Nomor
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana, Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, serta pasal-pasal lain dari Peraturan
Perundang-undangan yang berkaitan dengan perkara ini;

b. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih No.


249/Pid.B/2013/PN.GS

Pengadilan Negeri Gunung Sugih yang memeriksa dan mengadili


perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan acara
pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara
terdakwa :

Nama lengkap : ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB


Tempat lahir : Terbanggi Ilir
Umur/tgl.lahir : 51 Tahun/5 April 1962
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
101

Tempat tinggal : Kelurahan Yukum Jaya Rt/Rw 004/002 Kecamatan


Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA (tamat)

Terdakwa dilakukan penahanan berdasarkan perintah atau penetapan


sebagai berikut :

1) Penyidik tertanggal 24 April 2013, No.Pol. Sp.Han/53/IV/2013, sejak


tanggal 24 April 2013 s/d 13 Mei 2013 ;
2) Perpanjangan Penuntut Umum tertanggal 08 Mei 2013, No:
B-1788/N.8.18/Euh.1/05/2013, sejak tanggal 14 Mei 2013 s/d tanggal 22
Juni 2013 ;
3) Penuntut Umum tertanggal 20 Juni 2013,
No.PRINT-75/N.8.18/Euh.2/06/2013, sejak tanggal 22 Juni 2013 s/d
tanggal 09 Juli 2013 ;
4) Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih tertanggal 02 Juli 2013, No.
306 /Pen.Pid/2013/PN.GS sejak tanggal 02 Juli 2013 sampai dengan
tanggal 31 Juli 2013 ;
5) Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Gunung Sugih tertanggal 16 Juni
2013 No. 306/Pen.Pid/2013/PN.GS sejak tanggal 01 Agustus 2013 sampai
dengan tanggal 29 September 2013 ;

Terdakwa di persidangan tidak dampingi Penasihat Hukum meski


haknya untuk itu telah ditawarkan ;

Pengadilan Negeri Tersebut ;

a. Setelah membaca penetapan Ketua Pengadilan Negeri Gunung Sugih,


tanggal 02 Juli 2013, No. 249/Pen.Pid.B/2011/PN.GS. tentang Penunjukan
Hakim yang menyidangkan perkara ini ;
102

b. Setelah membaca Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih


tanggal 02 Juli 2013, No : 249/ Pen.Pid.B/2013, tertanggal 02 Juli 2013
tentang Penetapan Hari Sidang ;

c. Setelah membaca berkas perkara tersebut beserta lampiran-lampiran lain


yang bersangkutan dengan perkara ini ;

d. Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa yang


diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum;

e. Setelah mendengar Tuntutan (Requisitoir) pidana oleh Jaksa Penuntut


Umum pada persidangan hari Kamis Tanggal 20 Desember 2013, yang
pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini memutuskan sebagai berikut :

1) Menyatakan Terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMAD TAYIB


bersalah melakukan tindak pidana, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 tanpa Izin Usaha Niaga, sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 53 Huruf d Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2001 tengan Minyak dan Gas Bumi ;
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ASHARI SUBING Bin
MUHAMAD TAYIB dengan pidana penjara selama 6 (enam) Bulan
penjara potong masa tahanan, dengan perintah agar terdakwa tatap
ditahan dan denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta Rupiah) Subsidair 1
(satu) bulan kurungan ;
3) Menyatakan barang Bukti berupa :

a) 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik


No. Pol. BE 1001 GG ; Dikembalikan kepada yang berhak ;

b) Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) ;
103

c) Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter ; Dirampas untuk Negara ;

4) Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar


Rp. 1.000,- ( seribu rupiah) ;

Menimbang bahwa dipersidangan setelah mendengar permohonan


yang disampaikan oleh terdakwa secara lisan yang pada pokoknya mohon
agar Hakim menjatuhkan hukuman yang seringan-ringannya karena
terdakwa menyesali segala perbuatannya dan berjanji tidak akan
mengulangi kembali perbuatannya.

Setelah mendengar replik lisan penuntut umum yang pada pokoknya


tetap pada surat tuntutannya dan duplik lisan dari terdakwa yang pada
pokoknya juga tetap pada permohonannya semula ;

Menimbang bahwa terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan


Surat Dakwaan Nomor : Reg. Perk. : PDM-70/GS/06/2013 Tanggal 01 Juli
2013 yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

KESATU :

Bahwa terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB


pada hari Minggu tanggal 21 April 2013 sekitar pukul 22.00 WIB dan/atau
pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB atau
setidak-tidaknya sekitar waktu itu yang masih dalam bulan April tahun
2013 bertempat di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Gunung Sugih, yang menyalahgunakan Pengangkutan dan/atau Niaga
Bahan Bakar Minyak yang disubsidi Pemerintah, perbuatan tersebut
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
104

Pada waktu dan tempat sebagaiamana tersebut di atas, berawal


ketika terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB yang
tidak mempunyai izin usaha niaga pembelian dan atau penjualan BBM
bersubsidi dari pemerintah melakukan pembelian BBM jenis Solar yang
disubsidi pemerintah di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
menggunakan tangki minyak standar kapasitas 45 (empat puluh lima) liter
ditambahan derijen dengan kapasitas 20 (dua puluh) liter dengan harga Rp.
4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) perliter lalu terdakwa menjualnya
kembali kepada pengecer di dekat SPBU tersebut dengan harga Rp.
5.100,- (lima ribu seratus rupiah) perliter, kemudian pada hari Minggu
tanggal 21 April 2013 sekitar pukul 22.00 WIB, terdakwa mendatangani
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli kembali BBM jenis Solar
dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe Jeep
warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah dimodifikasi
(kapasitas standarnya 45 (empat puluh lima) liter dan setelah dimodifikasi
menjadi 80 (delapan puluh) liter, lalu terdakwa melakukan pembelian di
Pompa Nomor 9/10 di SPBU tersebut awalnya saksi EKO TRIMAKNO
Bin PAIJI saksi TAMRIN Bin BAHTIAR SAHBUDIN (keduanya
Karyawan SPBU 24.341.12 Yukum Jaya) tidak memperbolehkan terdakwa
untuk melakukan pengisian atau pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM)
jenis Solar dengan tangki yang sudah dimodifikasi tetapi karena terdakwa
memaksa dan marah-marah akhirnya kedua saksi tersebut membiarkan
terdakwa mengisi/membeli BBM jenis Solar sebanyak 80 (delapan puluh)
liter dengan harga perliternya Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah)
dan setelah terdakwa melakukan pengisian/pembelian BBM jenis Solar
tersebut terdakwa pergi membawa mobilnya yang sudah terisi BBM jenis
Solar dan menjualnya kepada pengecer BBM di pinggir-pinggir jalan
dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai dengan Rp.
5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah), selanjutnya pada hari Selasa tanggal
23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB terdakwa kembali mendatangani
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli BBM jenis Solar dengan
105

menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe Jeep warna
Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah dimodifikasi
melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU tersebut sebanyak
80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp. 4.500,- (empat ribu
lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi kurang lebih 47 (empat
puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin GIMIN dan saksi TRISNA
JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya Anggota Polisi) yang melakukan
penangkapan terhadap terdakwa karena terdakwa telah membeli BBM
yang disubsidi pemerintah dengan cara memodifikasi tangki mobilnya
dengan tujuan agar dapat membeli BBM jenis Solar lebih banyak dari
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan maksud untuk dijual kembali
kepada pengecer minyak dengan harga yang lebih mahal karena ingin
memperoleh keuntungan dari penjualan BBM bersubsidi tersebut dan
menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian dan penjualan BBM
jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut terdakwa telah mendapatkan
keuntungan kurang lebih sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam


Pasal 55 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi ;

ATAU

KEDUA :

Bahwa terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB


pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB atau
setidak-tidaknya sekitar waktu itu yang masih dalam bulan April tahun
2013 bertempat di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Gunung Sugih, yang melakukan Penyimpanan sebagaimana dimaksud
106

dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Penyimpanan, perbuatan tersebut


dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

Pada waktu dan tempat sebagaiamana tersebut di atas, berawal


ketika terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB yang
tidak mempunyai izin usaha niaga pembelian dan atau penjualan BBM
bersubsidi dari pemerintah melakukan pembelian BBM jenis Solar yang
disubsidi pemerintah di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
menggunakan tangki minyak standar kapasitas 45 (empat puluh lima) liter
ditambahan derijen dengan kapasitas 20 (dua puluh) liter dengan harga Rp.
4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) perliter lalu terdakwa menjualnya
kembali kepada pengecer di dekat SPBU tersebut dengan harga Rp.
5.100,- (lima ribu seratus rupiah) perliter, kemudian pada hari Minggu
tanggal 21 April 2013 sekitar pukul 22.00 WIB, terdakwa mendatangani
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli kembali BBM jenis Solar
dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe Jeep
warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah dimodifikasi
(kapasitas standarnya 45 (empat puluh lima) liter dan setelah dimodifikasi
menjadi 80 (delapan puluh) liter, lalu terdakwa melakukan pembelian di
Pompa Nomor 9/10 di SPBU tersebut awalnya saksi EKO TRIMAKNO
Bin PAIJI saksi TAMRIN Bin BAHTIAR SAHBUDIN (keduanya
Karyawan SPBU 24.341.12 Yukum Jaya) tidak memperbolehkan
terdakwa untuk melakukan pengisian atau pembelian Bahan Bakar Minyak
(BBM) jenis Solar dengan tangki yang sudah dimodifikasi tetapi karena
terdakwa memaksa dan marah-marah akhirnya kedua saksi tersebut
membiarkan terdakwa mengisi/membeli BBM jenis Solar sebanyak 80
(delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp. 4.500,- (empat ribu lima
ratus rupiah) dan setelah terdakwa melakukan pengisian/pembelian BBM
jenis Solar tersebut terdakwa pergi membawa mobilnya yang sudah terisi
BBM jenis Solar dan menjualnya kepada pengecer BBM di pinggir-
pinggir jalan dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai
107

dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah), selanjutnya pada hari
Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB terdakwa kembali
mendatangani SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli BBM jenis
Solar dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe
Jeep warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah
dimodifikasi melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU
tersebut sebanyak 80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp.
4.500,- (empat ribu lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi
kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin
GIMIN dan saksi TRISNA JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya
Anggota Polisi) yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa telah membeli BBM yang disubsidi pemerintah dengan cara
memodifikasi tangki mobilnya dengan tujuan agar dapat membeli BBM
jenis Solar lebih banyak dari SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
maksud untuk dijual kembali kepada pengecer minyak dengan harga yang
lebih mahal karena ingin memperoleh keuntungan dari penjualan BBM
bersubsidi tersebut dan menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian
dan penjualan BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut
terdakwa telah mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp.
300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam


Pasal 53 Huruf c Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi ;

ATAU

KETIGA :

Bahwa terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB


pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB atau
setidak-tidaknya sekitar waktu itu yang masih dalam bulan April tahun
2013 bertempat di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi
108

Besar Kabupaten Lampung Tengah atau setidak-tidaknya pada suatu


tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Gunung Sugih, yang melakukan Niaga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa
dengan cara sebagai berikut :

Pada waktu dan tempat sebagaiamana tersebut di atas, berawal


ketika terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB yang
tidak mempunyai izin usaha niaga pembelian dan atau penjualan BBM
bersubsidi dari pemerintah melakukan pembelian BBM jenis Solar yang
disubsidi pemerintah di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
menggunakan tangki minyak standar kapasitas 45 (empat puluh lima) liter
ditambahan derijen dengan kapasitas 20 (dua puluh) liter dengan harga Rp.
4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) perliter lalu terdakwa menjualnya
kembali kepada pengecer di dekat SPBU tersebut dengan harga Rp.
5.100,- (lima ribu seratus rupiah) perliter, kemudian pada hari Minggu
tanggal 21 April 2013 sekitar pukul 22.00 WIB, terdakwa mendatangani
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli kembali BBM jenis Solar
dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe Jeep
warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah dimodifikasi
(kapasitas standarnya 45 (empat puluh lima) liter dan setelah dimodifikasi
menjadi 80 (delapan puluh) liter, lalu terdakwa melakukan pembelian di
Pompa Nomor 9/10 di SPBU tersebut awalnya saksi EKO TRIMAKNO
Bin PAIJI saksi TAMRIN Bin BAHTIAR SAHBUDIN (keduanya
Karyawan SPBU 24.341.12 Yukum Jaya) tidak memperbolehkan
terdakwa untuk melakukan pengisian atau pembelian Bahan Bakar Minyak
(BBM) jenis Solar dengan tangki yang sudah dimodifikasi tetapi karena
terdakwa memaksa dan marah-marah akhirnya kedua saksi tersebut
membiarkan terdakwa mengisi/membeli BBM jenis Solar sebanyak 80
(delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp. 4.500,- (empat ribu lima
ratus rupiah) dan setelah terdakwa melakukan pengisian/pembelian BBM
109

jenis Solar tersebut terdakwa pergi membawa mobilnya yang sudah terisi
BBM jenis Solar dan menjualnya kepada pengecer BBM di pinggir-
pinggir jalan dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai
dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah), selanjutnya pada hari
Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB terdakwa kembali
mendatangani SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli BBM jenis
Solar dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe
Jeep warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah
dimodifikasi melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU
tersebut sebanyak 80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp.
4.500,- (empat ribu lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi
kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin
GIMIN dan saksi TRISNA JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya
Anggota Polisi) yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa telah membeli BBM yang disubsidi pemerintah dengan cara
memodifikasi tangki mobilnya dengan tujuan agar dapat membeli BBM
jenis Solar lebih banyak dari SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
maksud untuk dijual kembali kepada pengecer minyak dengan harga yang
lebih mahal karena ingin memperoleh keuntungan dari penjualan BBM
bersubsidi tersebut dan menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian
dan penjualan BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut
terdakwa telah mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp.
300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam


Pasal 53 Huruf d Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut, terdakwa menyatakan


telah mengerti maksud dan isi dakwaan serta menyatakan tidak akan
mengajukan keberatan/eksepsi ;
110

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya tersebut


Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan para saksi yang telah disumpah
atau berjanji menurut cara agamanya masing-masing yang memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut :

SAKSI 1. M. BASUKI Bin GIMIN ;

a. Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan saksi yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut saksi menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada
yang saksi bantah ;

b. Bahwa saksi mengerti diperiksa dipersidangan ini sehubungan adanya


terdakwa telah melakukan pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin ;

c. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah

d. Bahwa saksi mengetahui hal tersebut pada saat saksi sedang berada di
SPBU Yukum Jaya saksi mendapat dari informasi dari masyarakat
bahwa seseorang yang sedang melakukan penimbunan bahan bakar
minyak jenis solar

e. Bahwa setelah itu saksi melihat ada 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG sedang
melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis solar yang dikemudikan
terdakwa yang sudah selesai melakukan pembayaran sebanyak Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) untuk pembelian solar
sebanyak 47.33 (empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter
111

f. Bahwa mengetahui hal tersebut kemudian saksi bersama dengan rekan


saksi yang bernama Trisna Jaya dan Des Harisan melakukan
pemeriksaan terhadap mobil terdakwa dan didapati mobil terdakwa
tangki mobilnya sudah dimodifikasi ;

g. Bahwa cara terdakwa menimbun bahan bakar minyak jenis solar


tersebut dengan cara membelinya dari SPBU dengan harga Rp. 4.500,-
(empat ribu lima ratus rupiah) perliternya dan dan setelah terdakwa
melakukan pengisian/pembelian BBM jenis Solar tersebut terdakwa
pergi membawa mobilnya yang sudah terisi BBM jenis Solar dan
menjualnya kepada pengecer bahan bakar minyak di pinggir-pinggir
jalan dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai
dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah) ;

h. Bahwa menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian dan penjualan


BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut terdakwa telah
mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah) ;

i. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin dari pemerintah untuk melakukan


pengangkutan dan penjualan bahan bakar minyak jenis solar ;

j. Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk
Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang
Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan
Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter yang diperlihatkan kepada saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa


menyatakan tidak keberatan dan membenarkan seluruhnya ;

SAKSI 2. TRISNA JAYA Bin ENDI HAMAMI ;


112

a. Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan saksi yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut saksi menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada
yang saksi bantah ;

b. Bahwa saksi mengerti diperiksa dipersidangan ini sehubungan adanya


terdakwa telah melakukan pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin ;

c. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

d. Bahwa saksi mengetahui hal tersebut pada saat saksi sedang berada di
SPBU Yukum Jaya saksi mendapat dari informasi dari masyarakat
bahwa seseorang yang sedang melakukan penimbunan bahan bakar
minyak jenis solar ;

e. Bahwa setelah itu saksi melihat ada 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG sedang
melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis solar yang dikemudikan
terdakwa yang sudah selesai melakukan pembayaran sebanyak Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) untuk pembelian solar
sebanyak 47.33 (empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter ;

f. Bahwa mengetahui hal tersebut kemudian saksi bersama dengan rekan


saksi yang bernama M. Basuki dan Des Harisan melakukan
pemeriksaan terhadap mobil terdakwa dan didapati mobil terdakwa
tangki mobilnya sudah dimodifikasi ;

g. Bahwa cara terdakwa menimbun bahan bakar minyak jenis solar


tersebut dengan cara membelinya dari SPBU dengan harga Rp. 4.500,-
(empat ribu lima ratus rupiah) perliternya dan dan setelah terdakwa
113

melakukan pengisian/pembelian BBM jenis Solar tersebut terdakwa


pergi membawa mobilnya yang sudah terisi BBM jenis Solar dan
menjualnya kepada pengecer bahan bakar minyak di pinggir-pinggir
jalan dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai
dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah) ;

h. Bahwa menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian dan penjualan


BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut terdakwa telah
mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah) ;

i. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin dari pemerintah untuk melakukan


pengangkutan dan penjualan bahan bakar minyak jenis solar ;

j. Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk
Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang
Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan
Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter yang diperlihatkan kepada saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa


menyatakan tidak keberatan dan membenarkan seluruhnya ;

SAKSI 3. TAMRIN Bin BAHTIAR SAHBUDIN ;

a. Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan saksi yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut saksi menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada
yang saksi bantah ;

b. Bahwa saksi mengerti diperiksa dipersidangan ini sehubungan adanya


terdakwa telah melakukan pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin ;
114

c. Bahwa saksi bekerja di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan


Terbanggi Besar Lampung Tengah sebagai Karyawan yang bertugas
sebagai operator pompa yang bertugas melayani pengisian BBM ;

- Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

d. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;

e. Bahwa tidak dibenarkan terdakwa membeli bahan bakar minyak di


SPBU dengan menggunakan tengki minyak yang sudah dimodifikasi
dengan harga Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) sebanyak 47,33
(empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter ;

f. Bahwa terdakwa sudah sering melakukan pengecoran di SPBU Yukum


Jaya ;

g. Bahwa cara terdakwa melakukannya dengan cara memodifikasi tengki


mobil yang ada didalam mobil terdakwa kemudian terdakwa mengisi
bahan bakar minyak jenis solar ke SPBU setelah selesai melakukan
pengisian kemudian terdakwa akan menyedot kembali bahan bakar
minyak jenis solar untuk dijual dengan cara eceran ;

h. Bahwa saksi tidak mengetahui apakah ada kontrak kerjasama SPBU di


tempat saksi bekerja dengan terdakwa ;

i. Bahwa saksi tidak mengetahui apakah terdakwa memiliki izin ataukah


tidak dalam pembelian bahan bakar minyak jenis solar bersubsidi
tersebut ;

j. Bahwa Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit


Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001
115

GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah)
dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh
tujuh) liter yang diperlihatkan kepada saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa


menyatakan tidak keberatan dan membenarkan seluruhnya ;

SAKSI 4. SOLIKIN Bin JIANTO ;

a. Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan saksi yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut saksi menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada
yang saksi bantah ;

b. Bahwa saksi mengerti diperiksa dipersidangan ini sehubungan adanya


terdakwa telah melakukan pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin ;

c. Bahwa saksi bekerja di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan


Terbanggi Besar Lampung Tengah sejak tanggal 22 April 2013 sebagai
Karyawan sebagai Pengawas dan bertanggung jawab menjalankan
operasional sehari-hari di SPBU ;

d. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

e. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;
116

f. Bahwa saksi tidak mengetahui ketentuan penjualan bahan bakar minyak


subsidi di SPBU Yukum Jaya karena saksi sedang Job Training selama
3 (tiga) bulan di SPBU Yukum Jaya ;

g. Bahwa pada saat penangkapan terhadap diri terdakwa, saksi sedang


berada di rumah sedang mengambil perbekalan untuk menginap di
Mess, dan saksi mengetahui terdakwa sudah ditangkap Polisi sekitar
pukul 06.00 WIB dari karyawan bahwa ada mobil ngecor di tangkap
Polisi, kemudian saksi melapor dengan menggunakan handphone
kepada pimpinan SPBU yang bernama Bapak Kris Sukatmo atas apa
yang terjadi ;

h. Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil


merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG,
Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan
Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter yang diperlihatkan kepada saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa


menyatakan tidak keberatan dan membenarkan seluruhnya ;

SAKSI 5. EKO TRIMAKNO Bin PAIJI ;

a. Bahwa Saksi pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan saksi yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut saksi menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada
yang saksi bantah ;

b. Bahwa saksi mengerti diperiksa dipersidangan ini sehubungan adanya


terdakwa telah melakukan pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar
minyak tanpa izin ;
117

c. Bahwa saksi bekerja di SPBU 24.341.12 Yukum Jaya Kecamatan


Terbanggi Besar Lampung Tengah sebagai Karyawan yang bertugas
sebagai operator pompa yang bertugas melayani pengisian BBM ;

d. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

e. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;

f. Bahwa tidak dibenarkan terdakwa membeli bahan bakar minyak di


SPBU dengan menggunakan tengki minyak yang sudah dimodifikasi
dengan harga Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) sebanyak 47,33
(empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter ;

g. Bahwa terdakwa sudah sering melakukan pengecoran di SPBU Yukum


Jaya ;

h. Bahwa cara terdakwa melakukannya dengan cara memodifikasi tengki


mobil yang ada didalam mobil terdakwa kemudian terdakwa mengisi
bahan bakar minyak jenis solar ke SPBU setelah selesai melakukan
pengisian kemudian terdakwa akan menyedot kembali bahan bakar
minyak jenis solar untuk dijual dengan cara eceran ;

i. Bahwa saksi tidak mengetahui apakah ada kontrak kerjasama SPBU di


tempat saksi bekerja dengan terdakwa ;

j. Bahwa saksi tidak mengetahui apakah terdakwa memiliki izin ataukah


tidak dalam pembelian bahan bakar minyak jenis solar bersubsidi
tersebut ;

k Bahwa Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit


Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001
118

GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah)
dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh
tujuh) liter yang diperlihatkan kepada saksi ;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa


menyatakan tidak keberatan dan membenarkan seluruhnya ;

Menimbang, bahwa terhadap saksi ahli AREZA, S.Si., MT, yang


oleh karena saksi tersebut telah dipanggil secara sah dan patut menurut
tenggang waktu yang ditentukan undang-undang namun tidak hadir tanpa
alasan yang sah dan Penuntut Umum menyatakan tidak dapat lagi
menghadirkan saksi tersebut, maka atas permintaan Penuntut Umum dan
disetujui oleh terdakwa, keterangan saksi ahli di dalam Berita Acara
Penyidikan (BAP) dibacakan di persidangan yang selengkapnya
sebagaimana termuat di dalam berita acara dan berkas perkara ini :

SAKSI 6. AREZA, S.Si., MT ;

a. Bahwa saksi menjabat sebagai anggota Pokja Wilayah I selama 6


(enam) tahun dan PPNS selama 4 (empat) tahun di bidnag Migas yang
mepunyai tugas untuk melakukan pengawasan pendistribusian BBM di
seluruh wilayah Indonesia ;

b. Bahwa saksi memiliki surat tugas penyidikan penyalahguna Bahan


Bakar Minyak Nomor 203/07.12/DBM/BPH/213 tanggal 08 Mei 2013 ;

c. Bahwa yang memiliki izin untuk melakukan pengelolaan, pengangkutan


dan niaga bahan bakar minyak harus sesuai dengan Pasal 9 UU RI No.
22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah Badn Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi atau Usaha Kecil dan
Badan Usaha Swasta ;
119

Atas keterangan saksi-saksi yang dibacakan Berita Acara


Pemeriksaan dari Kepolisian Resor Lampung Tengah tersebut,
terdakwa menyatakan tidak keberatan dan membenarkan keterangan
saksi-saksi tersebut ;

Menimbang, bahwa untuk memperkuat pembuktian dakwaannya,


Penuntut Umum juga telah mengajukan barang bukti sebagai berikut:

1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No.
Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga
belas ribu rupiah) dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47
(empat puluh tujuh) liter, dan terhadap barang bukti tersebut telah
dilakukan penyitaan secara sah dan patut menurut hukum ;

Menimbang, bahwa atas barang bukti tersebut terdakwa dan


saksi-saksi telah mengenalinya dan oleh karena telah disita secara sah
maka barang bukti tersebut dapat dipertimbangkan dalam pembuktian
perkara ini ;

Menimbang bahwa di persidangan telah pula didengar keterangan


terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut :

Terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD TAYIB ;

a. Bahwa terdakwa pernah diperiksa di Polisi Resor Lampung Tengah dan


keterangan terdakwa yang berikan benar semua, terhadap keterangan
tersebut terdakwa menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak
ada yang terdakwa bantah ;

b. Bahwa terdakwa mengerti diperiksa dipersidangan ini karena adanya


tindak pidana penyalahgunaan pengangkutan BBM subsidi tanpa ijin ;
120

c. Bahwa terdakwa ditangkap oleh petugas polisi pada hari Selasa tanggal
23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya
Kecamatan Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

d. Bahwa terdakwa melakukan pengecoran bahan bakar minyak tersebut


sendirian dan terdakwa baru pertama kali melakukannya ;

e. Bahwa terdakwa mengangkut BBM jenis solar kurang lebih sebanyak


47 (empat puluh tujuh) liter dan dimasukan kedalam tengki mobil yang
sudah terdakwa modifikasi ;

f. Bahwa pada saat melakukannya terdakwa menggunakan 1 (satu) unit


Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001
GG milik terdakwa yang didalamnya ada 2 (dua) tengki mobil yang
standar dan dimodifikasi rencananya akan mengisi bahan bakar minyak
jenis solar sebanyak 80 (delapan puluh) liter akan tetapi baru terisi
sebanyak 47 (empat puluh tujuh) liter ;

g. Bahwa terdakwa membeli bahan bakar minyak jenis solar di SPBU


Yukum Jaya dengan harga Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah)
perliternya dan akan kembali terdakwa jual dengan cara mengecernya
dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) perliternya ;

h. Bahwa setiap terdakwa melakukan pengecoran di SPBU Yukum Jaya,


terdakwa selalu memberi tip kepata petugas SPBU sebanyak Rp.
10.000,- (sepulih ribu rupiah) ;

i. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin baik untuk melakukan pengecoran


dan menjual kembali bahan bakar minyak jenis solar tersebut ;

j. Bahwa selama terdakwa melakukan pengecoran dan penjualan bahan


bakar minyak jenis solar tersebut terdakwa sudah mendapat untung
sebanyak Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;
121

k. Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline
warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai sebesar Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan Bahan Bakar Minyak
jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter tersebut adalah
yang ditemukan Polisi pada saat penangkapan ;

l. Bahwa yang memodifikasi tangki tambahan yang ada di mobil tersebut


adalah terdakwa sendiri ;

m.Bahwa benar terdakwa mengetahui Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis


solar yang dijual tersebut adalah BBM yang disubsidi oleh pemerintah ;

n. Bahwa atas kejadian ini terdakwa merasa bersalah dan menyesal serta
berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;

Menimbang, bahwa berdasarkan persuaian antara keterangan saksi-


saksi serta saksi Ahli dan setelah dihubungankan dengan keterangan
terdakwa maupun barang bukti di persidangan, maka dapat dikonstantirkan
fakta-fakta hukum sebagai berikut :

a. Bahwa benar para saksi dan terdakwa pernah diperiksa di Polisi Resor
Lampung Tengah dan keterangan para saksi dan terdakwa yang berikan
benar semua, terhadap keterangan tersebut para saksi dan terdakwa
menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada yang para
saksi dan terdakwa bantah ;

b. Bahwa benar terdakwa mengerti diperiksa dipersidangan ini karena


adanya tindak pidana penyalahgunaan pengangkutan BBM subsidi
tanpa ijin ;

c. Bahwa yang memiliki izin untuk melakukan pengelolaan, pengangkutan


dan niaga bahan bakar minyak harus sesuai dengan Pasal 9 UU RI No.
22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah Badan Usaha
122

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi atau Usaha Kecil
dan Badan Usaha Swasta ;

d. Bahwa benar terdakwa ditangkap oleh petugas polisi pada hari Selasa
tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00 WIB di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;

e. Bahwa benar terdakwa melakukan pengecoran bahan bakar minyak


tersebut sendirian dan terdakwa baru pertama kali melakukannya ;

- Bahwa benar terdakwa mengangkut BBM jenis solar kurang lebih


sebanyak 47 (empat puluh tujuh) liter dan dimasukan kedalam tengki
mobil yang sudah terdakwa modifikasi ;

f. Bahwa benar pada saat melakukannya terdakwa menggunakan 1 (satu)


unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE
1001 GG milik terdakwa yang didalamnya ada 2 (dua) tengki mobil
yang standar dan dimodifikasi rencananya akan mengisi bahan bakar
minyak jenis solar sebanyak 80 (delapan puluh) liter akan tetapi baru
terisi sebanyak 47 (empat puluh tujuh) liter ;

g. Bahwa benar terdakwa membeli bahan bakar minyak jenis solar di


SPBU Yukum Jaya dengan harga Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus
rupiah) perliternya dan akan kembali terdakwa jual dengan cara
mengecernya dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah)
perliternya ;

h. Bahwa benar setiap terdakwa melakukan pengecoran di SPBU Yukum


Jaya, terdakwa selalu memberi tip kepata petugas SPBU sebanyak Rp.
10.000,- (sepulih ribu rupiah) ;
123

i. Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin baik untuk melakukan


pengecoran dan menjual kembali bahan bakar minyak jenis solar
tersebut ;

j. Bahwa benar selama terdakwa melakukan pengecoran dan penjualan


bahan bakar minyak jenis solar tersebut terdakwa sudah mendapat
untung sebanyak Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;

k. Bahwa benar barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai
sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan Bahan
Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter
tersebut adalah yang ditemukan Polisi pada saat penangkapan ;

l. Bahwa benar yang memodifikasi tangki tambahan yang ada di mobil


tersebut adalah terdakwa sendiri ;

m. Bahwa benar atas kejadian ini terdakwa merasa bersalah dan menyesal
serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;

n. Bahwa benar terdakwa mengetahui BBM jenis solar yang dijual tersebut
adalah BBM yang disubsidi oleh pemerintah ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan


apakah dari rangkaian perbuatan terdakwa tersebut dapat dinyatakan
bahwa terdakwa terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan pasal yang
didakwakan padanya;

Menimbang, bahwa untuk menyatakan terdakwa terbukti


melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka perbuatan
terdakwa haruslah memenuhi seluruh unsur dari pasal yang didakwakan;

Menimbang, bahwa di persidangan terdakwa oleh Penuntut Umum


telah didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana berikut, yaitu :
124

Kesatu melanggar Pasal 53 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi ;

ATAU

Kedua melanggar Pasal 53 Huruf c Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.

ATAU

Ketiga melanggar Pasal 53 huruf d Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi

Menimbang, bahwa karena terdakwa didakwa oleh Penuntut


Umum dengan bentuk dakwaan alternatif, maka dalam hal ini Majelis
Hakim memiliki kebebasan untuk memilih dakwaan mana yang paling
tepat dikenakan pada diri terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap


dipersidangan dimana terdakwa ditangkap oleh petugas polisi karena
kedapatan melakukan niaga Bahan Bakar Minyak jenis solar yang
disubsidi oleh pemerintah tanpa ada ijin, maka atas dasar itu menurut
hemat Majelis Hakim dakwaan yang tepat dan sesuai dengan pasal yang
didakwakan kepada terdakwa adalah dakwaan Ketiga Pasal 53 Huruf d
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang ;
2. Yang Melakukan Niaga Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Tanpa
Izin Usaha Niaga ;

Ad.1. Unsur “Setiap orang” ;


125

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan ?Setiap orang?


adalah subjek hukum sebagai pengemban/pendukung hak dan
kewajiban, meliputi subyek hukum orang/pribadi (natuurlijke
persoon) maupun badan hukum (rechtpersoon) yang dapat
dimintakan pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang
dilakukannya;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini berdasarkan fakta-


fakta hasil pemeriksaan di persidangan dari keterangan saksi-saksi
dan keterangan terdakwa telah menunjuk kepada subyek hukum
orang/pribadi yaitu terdakwa ASHARI SUBING Bin
MUHAMMAD TAYIB yang setelah dicocokkan identitasnya di
persidangan sebagaimana ketentuan Pasal 155 ayat (1) KUHAP,
ternyata terdakwa membenarkan dan telah sesuai pula dengan
identitas masing-masing terdakwa dalam surat dakwaan penuntut
umum, sehingga menurut hemat Majelis, unsur ?setiap orang? ini
telah terpenuhi menurut hukum ;

Ad.2. Unsur “Yang Melakukan Niaga Sebagaimana Dimaksud Dalam


Pasal 23 Tanpa Izin Usaha Niaga” ;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan ?Izin Usaha


Niaga? dalam Pasal 9 UU RI No. 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Koperasi atau Usaha Kecil dan Badan Usaha Swasta
;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang


terungkap di persidangan yaitu terdakwa pada hari Selasa tanggal
23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum
Jaya Kecamatan Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah,
tertangkap telah membeli bahan bakar minyak jenis solar sebanyak
126

lebih kurang 47 (empat puluh tujuh) liter di dalam 2 (dua) buah


tengki mobil yang sudah dimodifikasi yang diangkut dengan
menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna
Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG ;

Menimbang, bahwa pada saat melakukannya terdakwa


menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna
Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG milik terdakwa yang
didalamnya ada 2 (dua) tengki mobil yang standar dan
dimodifikasi rencananya akan mengisi bahan bakar minyak jenis
solar sebanyak 80 (delapan puluh) liter akan tetapi baru terisi
sebanyak 47 (empat puluh tujuh) liter ;

Menimbang, bahwa terdakwa membeli bahan bakar minyak


jenis solar di SPBU Yukum Jaya dengan harga Rp. 4.500,- (empat
ribu lima ratus rupiah) perliternya dan akan kembali terdakwa jual
dengan cara mengecernya dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua
ratus rupiah) perliternya ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur yang


Melakukan Niaga Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Tanpa
Izin Usaha Niaga, telah terpenuhi secara sah dan menurut hukum
dalam perbuatan terdakwa ;

Menimbang, bahwa oleh karena perbuatan terdakwa telah


terbukti memenuhi seluruh unsur dari Pasal 53 Huruf d Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi dalam dakwaan Kedua Subsidair, maka
menurut hemat Majelis Hakim, terdakwa telah terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Melakukan Niaga
Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Tanpa Izin Usaha
Niaga” ;
127

Menimbang, bahwa dari hasil pengamatan Majelis selama


pemeriksaan di persidangan, ternyata pada diri maupun perbuatan
terdakwa tidak terdapat adanya alasan pembenar maupun alasan
pemaaf yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana
para terdakwa, maka oleh karena itu terdakwa haruslah dinyatakan
bersalah dan karenanya harus dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana, terlebih


dahulu majelis akan mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan baik pada latar
belakang kehidupan maupun perbuatan terdakwa berdasarkan
fakta-fakta dan data-data pemidanaan yang terungkap di
persidangan sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan:

Perbuatan terdakwa merugikan PERTAMINA pada khususnya dan


masyarakat pada umumnya ;

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa belum pernah dihukum;

b. Terdakwa bersikap sopan di persidangan dan mengakui terus


terang semua perbuatannya serta menyesal dan berjanji untuk
tidak mengulanginya;

c. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga ;

Menimbang, bahwa oleh karena selama dalam pemeriksaan


persidangan ini terdakwa ditahan, maka sesuai dengan ketentuan
Pasal 22 ayat (4) KUHAP, masa penahanan yang telah dijalani
oleh terdakwa haruslah dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
128

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah ditahan,


dan penahanan terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang sah
dan cukup, maka berdasarkan ketentuan Pasal 193 ayat (2) sub b
KUHAP perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam
tahanan;

Menimbang, bahwa barang bukti yang dihadirkan


dipersidangan berupa :

1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik


No. Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua
ratus tiga belas ribu rupiah) dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar
kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter, oleh karena barang bukti
tersebut telah disita secara sah dan patut maka terhadap status
barang bukti tersebut akan disebut dalam amar putusan ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan


bersalah dan dipidana, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 222
ayat (1) KUHAP, terdakwa haruslah dibebani membayar biaya
perkara ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-


pertimbangan tersebut diatas, maka pidana yang dijatuhkan
terhadap Terdakwa dipandang pantas dan telah memenuhi rasa
keadilan masyarakat ;

Mengingat Pasal Pasal 53 Huruf d Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan
Gas Bumi, dan dan Undang-Undang Nomor : 8 tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta ketentuan
hukum lainnya yang bersangkutan dengan perkara ini ;

c. Putusan Pengadilan Negeri Unaaha No. 130/Pid.B/2013/PN.Unh


129

Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara-


perkara pidana pada peradilan tingkat pertama yang bersidang dengan
acarapemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa :
Nama lengkap :HARSID alias TANDE bin LABANGULE ;
Tempat lahir : Anggotoa ;
Umur/Tanggal lahir : 34 Tahun / 07 Maret 1979 ;
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Desa Anggotoa, Kec. Wawotobi Kab. Konawe ;
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Terdakwa ditahan berdasarkan surat perintah/penetapan penahanan
oleh ;
1. Penyidik tidak dilakukan penahanan ;
2. Penuntut Umum sejak tanggal 4 September 2013 s/d tanggal 23
September 2013;
3. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 17 September 2013 s/d tanggal
16 Oktober 2013;
4. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 17 Oktober 2013
s/d tanggal 15 Desember 2013;
Terdakwa menghadap sendiri dipersidangan tanpa didampingi oleh
Penasihat Hukum; Pengadilan Negeri tersebut; Telah membaca penetapan
Wakil Ketua Pengadilan Negeri Unaaha Nomor :
129/Pen.Pid/2013/PN.Unh tanggal 17 September 2013 tentang
penunjukkan Hakim Majelis dan Panitera untuk menyidangkan dan
mengadili perkara ini;
Telah membaca berkas perkara;
Telah membaca penetapan Hakim Pengadilan Negeri Unaaha Nomor :
130/Pen.Pid/2013/PN.Unh tanggal 17 September 2013 tentang Hari
sidang;
Telah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum;
130

Telah mendengar keterangan Saksi-saksi ;


Telah mendengar keterangan Terdakwa ;
Telah memperhatikan barang bukti ;
Telah mendengar tuntutan dari Penuntut Umum yang dibacakan
dimuka persidangan pada tanggal 30 Oktober 2013 yang tuntutannya
sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 55 UU No. 22
tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa HARSID alias TENDE bin
LABANGULE dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan
dikurangkan seluruhnya masa penahanan yang telah dijalankan
Terdakwa dengan perintah Terdakwa tetap berada dalam tahanan dan
membayar denda sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
subsidair 1 (satu) bulan kurungan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) unit mobil Suzuki Carry DT 9550 GE warna hitam ;
Dikembalikan kepada yang berhak;
b. 8 (delapan) jergen berisi 275 (dua ratus tujuh puluh lima) liter
BBM jenis bensin ; Dirampas untuk negara;
4. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
5.000,- (lima ribu rupiah);
Telah mendengar permohonan Terdakwa secara lisan yang pada
pokoknya mohon agar Majelis Hakim memberikan keringanan
hukuman dengan alasan terdakwa berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya, atas pembelaan tersebut Jaksa Penuntut Umum bertetap
pada Tuntutannya dan terdakwa bertetap pada Pembelaannya ;
Menimbang bahwa Terdakwa diajukan dipersidangan dengan
dakwaan Subsidairitas sebagai berikut :
DAKWAAN
131

PRIMAIR
Bahwa Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE pada
hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun 2013 bertempat di
Kelurahan Lalosabila kec. Wawotobi Kab. Konawe atau setidak-tidaknya
disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri
Unaaha, telah menyalahkan pengangkutan dan atau niaga bahan bakar
minyak yang disubsidi pemerintah, perbuatan terdakwa dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita di
Kelurahan Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. Konawe, berawal ketika
terdakwa memuat BBM jenis bensin yang diambil dengan cara mengantri
dan mengisi jergen dalam mobil Suzuki Carry milik DT 9550 GE warna
hitam yang dikendarai oleh terdakwa di SPBU Wawotobi, selanjutnya
ketika terdakwa hendak menyalurkan kepada pemesan BBM jenis bensin
tersebut ke Kec. Meluhu Kab. Konawe oleh anggota Polres Konawe
dihentikan dan ketika dilakukan pemeriksaan terdakwa tidak memiliki izin
untuk melakukan pengangkutan atau niaga Bahan Bakar Minyak jenis
bensin sebanyak 8 (delapan) jerigen dengan isi total 275 (dua ratus tujuh
puluh lima) liter yang di subsidi pemerintah dan terdakwa dalam
melakukan pengangkutan tersebut dimaksudkan untuk dijual kepada
pengecer dan pengelola kayu seharga Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) ;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 55 UU No. 22 tahun 2001 ;

SUBSIDAIR
Bahwa Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE pada
hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun 2013 bertempat di
Kelurahan Lalosabilakec. Wawotobi Kab. Konawe atau setidak-tidaknya
disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri
132

Unaaha, telah melakukan penegangkutan sebagaimana yang daiatur dalam


Pasal 23 tanpa izin usaha Pengangkutan, perbuatan terdakwa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul
11.00 wita di Kelurahan Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. Konawe,
berawal ketika terdakwa memuat BBM jenis bensin yang diambil
dengan cara mengantri dan mengisi jergen dalam mobil Suzuki Carry
milik DT 9550 GE warna hitam yang dikendarai oleh terdakwa di
SPBU Wawotobi, selanjutnya ketika terdakwa hendak menyalurkan
kepada pemesan BBM jenis bensin tersebut ke Kec. Meluhu Kab.
Konawe oleh anggota Polres Konawe dihentikan dan ketika dilakukan
pemeriksaan terdakwa tidak memiliki izin untuk melakukan
pengangkutan atau niaga Bahan Bakar Minyak jenis bensin sebanyak 8
(delapan) jerigen dengan isi total 275 (dua ratus tujuh puluh lima) liter
yang di subsidi pemerintah dan terdakwa dalam melakukan
pengangkutan tersebut dimaksudkan untuk dijual kepada pengecer dan
pengelola kayu seharga Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) ;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam pasal 23 ayat (2) huruf c jo Pasal 53 huruf c UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi ;
Menimbang bahwa setelah dibacakan dakwaan oleh Penuntut
Umum
Terdakwa menyatakan telah mengerti dan tidak akan
mengajukan keberatan;
Menimbang bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut
Umum telah menghadapkan 2 (dua) orang Saksi dipersidangan, yang
telah memberikan keterangannya dibawah sumpah yang pada
pokoknya sebagai berikut :
1. Saksi HERMANTO
2. Bahwa Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik sehubungan
dengan masalah BBM jenis Bensin ;
133

3. Bahwa kejadiannya pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013


sekitar pukul 11.00 Wita bertempat di Kel. Lalosabila Kec.
Wawotobi Kab. Konawe ;
4. Bahwa benar saksi menemukan terdakwa pada saat saksi sedang
melakukan operasi Anoa 2013 sehubungan dengan penyaluran
bahwan bakar minyak bersubsidi di Kel. Lalosabila Kec.
Wawotobi Kab. Konawe ;
5. Bahwa terdakwa memperoleh BBM jenis bensin tersebut dari
SPBU di Wawotobi dengan cara terdakwa mengantri BBM jenis
bensin tersebut dengan menggunakan mobil Suzuki Pic Up
warna hitam dengan Nopol DT 9550 GE lalu mengisi BBM
jenis bensin dengan menggunakan jerigen di SPBU Wawotobi
dengan cara menyimpan 2 (dua) jerigen tersebut dibagian depan
mobil lalu mengisi bensin kedalam jerigen tersebut sedangkan
yang 6 (enam) jerigen diperoleh terdakwa dengan\ cara mengisi
BBM kedalam tangki mobil miliknya secara berkali-kali\
kemudian BBM jenis bensin tersebut di sedot dari dalam tangki
kemudian dipindahkan kedalam jerigen hingga terkumpul
sebanyak 6 (enam) jerigen ;
6. Bahwa maksud terdakwa membeli BBM jenis bensin tersebut
adalah untuk dijual kembali ;
7. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin untuk menjual atau
mengecer dan mengangkut BBM bersubsidi dari pihak yang
berwenang ;
Atas keterangan Saksi tersebut, Terdakwa tidak keberatan
dan membenarkannya ;
2. Saksi KOMANG AGUS WIDANA alias KOMANG ;
8. Bahwa Saksi pernah diperiksa oleh Penyidik sehubungan
dengan masalah BBM jenis Bensin ;
134

9. Bahwa kejadiannya pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013


sekitar pukul 11.00 Wita bertempat di Kel. Lalosabila Kec.
Wawotobi Kab. Konawe ;
10. Bahwa benar saksi menemukan terdakwa pada saat saksi
sedang melakukan operasi Anoa 2013 sehubungan dengan
penyaluran bahwan bakar minyak bersubsidi di Kel. Lalosabila
Kec. Wawotobi Kab. Konawe ;
11. Bahwa terdakwa memperoleh BBM jenis bensin tersebut dari
SPBU di Wawotobi dengan cara terdakwa mengantri BBM
jenis bensin tersebut dengan menggunakan mobil Suzuki Pic
Up warna hitam dengan Nopol DT 9550 GE lalu mengisi BBM
jenis bensin dengan menggunakan jerigen di SPBU Wawotobi
dengan cara menyimpan 2 (dua) jerigen tersebut dibagian
depan mobil lalu mengisi bensin kedalam jerigen tersebut
sedangkan yang 6 (enam) jerigen diperoleh terdakwa dengan
cara mengisi BBM kedalam tangki mobil miliknya secara
berkali-kali kemudian BBM jenis bensin tersebut di sedot dari
dalam tangki kemudian dipindahkan kedalam jerigen hingga
terkumpul sebanyak 6 (enam) jerigen ;
12. Bahwa maksud terdakwa membeli BBM jenis bensin tersebut
adalah untuk dijual kembali ;
13. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin untuk menjual atau
mengecer dan mengangkut BBM bersubsidi dari pihak yang
berwenang ;
Atas keterangan Saksi tersebut, Terdakwa tidak keberatan dan
membenarkannya ;
Menimbang bahwa dipersidangan Jaksa Penuntut Umum
dan atas persetujuan Terdakwa, Keterangan Saksi IRMA EVIANA
alias IRMA binti SYUKUR dan keterangan saksi ERFI
HADRIANTI alias ERFI binti A. FINDRANG dibacakan dimuka
135

persidangan dan atas keterangan Saksi-saksi tersebut Terdakwa


menyatakan tidak keberatan ;
Menimbang bahwa dipersidangan Terdakwa HARSID alias
TENDE bin LABANGULE telah pula memberikan keterangan
yang pada pokoknya sebagai berikut :
a. Bahwa terdakwa pernah diperiksa oleh Penyidik sehubungan
dengan masalah BBM jenis Bensin ;
b. Bahwa kejadiannya pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekitar
pukul 11.00 Wita bertempat di Kel. Lalosabila Kec. Wawotobi
Kab. Konawe ;
c. Bahwa terdakwa telah ditemukan oleh petugas Kepolisian yang
pada waktu itu sedang melakukan operasi Anoa 2013 sehubungan
dengan penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi di Kel.
Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. Konawe ;
d. Bahwa terdakwa memperoleh BBM jenis bensin tersebut dari
SPBU di Wawotobi dengan cara terdakwa mengantri BBM jenis
bensin tersebut dengan menggunakan mobil Suzuki Pic Up warna
hitam dengan Nopol DT 9550 GE lalu mengisi BBM jenis bensin
dengan menggunakan jerigen di SPBU Wawotobi dengan cara
menyimpan 2 (dua) jerigen tersebut dibagian depan mobil lalu
mengisi bensin kedalam jerigen tersebut sedangkan yang 6 (enam)
jerigen diperoleh terdakwa dengan cara mengisi BBM kedalam
tangki mobil miliknya secara berkali-kali kemudian BBM jenis
bensin tersebut di sedot dari dalam tangki kemudian dipindahkan
kedalam jerigen hingga terkumpul sebanyak 6 (enam) jerigen ;
e. Bahwa maksud terdakwa membeli BBM jenis bensin tersebut
adalah untuk dijual kembali ;
f. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin untuk menjual atau mengecer
dan mengangkut BBM bersubsidi dari pihak yang berwenang ;
136

g. Bahwa BBM jenis bensin bersubsidi yang telah ditemukan oleh


Petugas Kepolisian Polres Konawe adalah sebanyak 275 (dua ratus
tujuh puluh lima) liter atau sebanyak 8 (delapan) jerigen ;
h. Bahwa setiap kali mengisi jerigen, terdakwa memberikan uang
sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)/jerigen pada karyawan
SPBU dan terdakwa telah melakukannya selama 2 (dua) bulan ;
i. Bahwa mobil yang digunakan adalah 1 (satu) unit Suzuki Carry DT
9550 GE warna hitam milik terdakwa yang terdakwa beli dengan
cara kredit/cicil ;
Menimbang bahwa dalam perkara ini telah pula diajukan
barang bukti berupa :
1. 8 (delapan) jerigen berisi 275
(dua ratus tujuh puluh lima) liter BBM jenis Bensin ;
2. 1 (satu) unit mobil Suzuki
Carry DT 9550 GE warna hitam ; Barang bukti tersebut telah
disita menurut hukum dan dapat dipergunakan dalam
pembuktian perkara ini;
Menimbang bahwa berdasarkan keterangan Saksi-saksi dan
keterangan Terdakwa serta barang bukti apabila dihubungkan satu
dengan lainnya maka didapatlah fakta-fakta hukum sebagai berikut :
a. Bahwa kejadiannya pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekitar
pukul 11.00 Wita bertempat di Kel. Lalosabila Kec. Wawotobi
Kab. Konawe ;
b. Bahwa terdakwa telah ditemukan oleh petugas Kepolisian yang
pada waktu itu sedang melakukan operasi Anoa 2013 sehubungan
dengan penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi di Kel.
Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. Konawe ;
c. Bahwa terdakwa memperoleh BBM jenis bensin tersebut dari
SPBU di Wawotobi dengan cara terdakwa mengantri BBM jenis
bensin tersebut dengan menggunakan mobil Suzuki Pic Up warna
hitam dengan Nopol DT 9550 GE lalu mengisi BBM jenis bensin
137

dengan menggunakan jerigen di SPBU Wawotobi dengan cara


menyimpan 2 (dua) jerigen tersebut dibagian depan mobil lalu
mengisi bensin kedalam jerigen tersebut sedangkan yang 6 (enam)
jerigen diperoleh terdakwa dengan cara mengisi BBM kedalam
tangki mobil miliknya secara berkali-kali kemudian BBM jenis
bensin tersebut di sedot dari dalam tangki kemudian dipindahkan
kedalam jerigen hingga terkumpul sebanyak 6 (enam) jerigen ;
d. Bahwa maksud terdakwa membeli BBM jenis bensin tersebut
adalah untuk dijual kembali ;
e. Bahwa terdakwa tidak memiliki izin untuk menjual atau mengecer
dan mengangkut BBM bersubsidi dari pihak yang berwenang ;
f. Bahwa BBM jenis bensin bersubsidi yang telah ditemukan oleh
Petugas Kepolisian Polres Konawe adalah sebanyak 275 (dua ratus
tujuh puluh lima) liter atau sebanyak 8 (delapan) jerigen ;
g. Bahwa setiap kali mengisi jerigen, terdakwa memberikan uang
sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)/jerigen pada karyawan
SPBU dan terdakwa telah melakukannya selama 2 (dua) bulan ;
h. Bahwa mobil yang digunakan adalah 1 (satu) unit Suzuki Carry DT
9550 GE warna hitam milik terdakwa yang terdakwa beli dengan
cara kredit/cicil ;
Menimbang bahwa segala sesuatu yang terungkap dipersidangan dan
relevan untuk dijadikan pertimbangan tetapi belum termuat dalam
putusan ini, untuk mempersingkat putusan maka cukup dimuat dalam
Berita Acara Pemeriksaan persidangan dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan putusan, serta dianggap telah termuat dalam
putusan ini;
Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan apakah
Terdakwa benar-benar melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan
Jaksa Penuntut Umum;
Menimbang bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut
Umum dengan dakwaan Subsidairitas yaitu :
138

PRIMAIR : melanggar pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 tentang


Minyak dan Gas Bumi
SUBSIDAIR : melanggar pasal 23 ayat (2) huruf c UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Menimbang bahwa oleh karena dakwaan Jaksa Penuntut
Umum disusun secara Subsidairitas maka terlebih dahulu akan
dipertimbangkan dakwaan Primair dan apabila dakwaan Primair telah
terbukti maka untuk dakwaan selanjutnya tidak perlu dibuktikan lagi
begitu juga sebaliknya;
Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan dakwaan Primair yaitu melanggar pasal 55 UU No.
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang unsur-unsurnya
seperti dibawah ini :
1. Unsur setiap orang;
2. Unsur menyalahgunakan pengangkutan dan/atau niaga Bahan
Bakar Minyak yang disubsidi pemerintah;
Yang kemudian unsur-unsur tersebut diatas
dipertimbangkan Majelis Hakim seperti terurai di bawah ini :
Ad.1. UNSUR SETIAP ORANG
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan Setiap
Orang adalah subjek hukum pendukung hak dan kewajiban
yang mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya,
yang dalam perkara ini adalah Terdakwa HARSID alias
TENDE bin LABANGULE sebagai subjek hukum. Selain
daripada itu maksud dimuatnya unsur ini adalah untuk
menghindari adanya kesalahan subjek dalam suatu perkara
pidana;
Menimbang bahwa dari persidangan telah diperoleh
fakta-fakta hukum bahwa Terdakwa mampu mengikuti
persidangan dengan baik, mampu menjawab setiap
pertanyaan Majelis Hakim dan Terdakwa menyatakan
139

identitas lengkapnya dan ternyata sama dengan yang tertera


dalam surat dakwaan;
Menimbang bahwa dari fakta hukum tersebut diatas
Majelis Hakim menyimpulkan bahwa Terdakwa adalah
subjek hukum yang mampu mempertanggung jawabkan
perbuatannya, dan dalam perkara ini tidak terdapat
kesalahan subjek;
Menimbang bahwa berdasarkan kesimpulan diatas
maka Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur telah
terpenuhi;
Ad.2. UNSUR MENYALAHGUNAKAN PENGANGKUTAN
DAN/ATAU NIAGA BAHAN BAKAR MINYAK YANG
DISUBSIDI PEMERINTAH;

Menimbang bahwa menurut penjelasan Pasal 55 UU


No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang
dimaksud dengan menyalahgunakan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan perseorangan atau
badan usaha dengan cara yang merugikan kepentingan
masyarakat banyak dan Negara seperti antara lain kegiatan
pengoplosan bahan bakar minyak, penyimpangan alokasi
bahan bakar minyak, pengangkutan dan penjualan bahan
bakar minyak ke luar negeri;
Menimbang, bahwa adapun pengertian
Pengangkutan, Niaga dan Bahan Bakar Minyak (BBM)
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 1 angka 12, 14
dan angka 4, adalah :
a. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak
Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil olahannya dari wilayah
kerja atau dari tempat penampungan dan pengolahan,
140

termasuk pengangkutan Gas Bumi melalui pipa


transmisi dan distribusi;
b. Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,
impor minyak bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk
Niaga Gas Bumi melalui pipa;
c. Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal
dan/atau diolah dari minyak bumi;
Menimbang bahwa didalam ketentuan Pasal 5 UU No.
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan bahwa
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas :
1. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup Eksplorasi, Eksploitasi
dan,
2. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup, Pengolahan,
Pengangkutan, Penyimpanan, Niaga;
Menimbang bahwa Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 angka 2 dapat dilaksanakan oleh Badan
Usaha setelah mendapat izin Usaha dari Pemerintah (Pasal 23 ayat
(1) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi);
Menimbang bahwa selanjutnya mengenai pengertian Badan
Usaha dan Izin Usaha telah diatur secara jelas dalam Pasal 1 angka
17 dan angka 20 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi, dalam pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus menerus dan
didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sedangkan yang dimaksud dengan
izin usaha adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha untuk
melaksanakan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan/atau
Niaga dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba;
141

Menimbang bahwa berdasarkan fakta dipersidangan dari


keterangan Saksi-saksi dengan keterangan Terdakwa, bahwa
terdakwa telah ditemukan oleh petugas Kepolisian yang pada
waktu sedang melakukan operasi Anoa 2013 sehubungan dengan
penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi di Kel. Lalosabila Kec.
Wawotobi Kab. Konawe pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013
sekitar pukul 11.00 wita di Kel. Lalosabila Kec. Wawotobi Kab.
Konawe membawa BBM jenis bensin bersubsidi sebanyak 275
(dua ratus tujuh puluh lima) liter atau sebanyak 8 (delapan)
jerigen ;
Menimbang, bahwa terdakwa memperoleh Bahan Bakar
Minyak (BBM) BBM jenis bensin tersebut dari SPBU di
Wawotobi dengan cara terdakwa mengantri BBM jenis bensin
tersebut dengan menggunakan mobil Suzuki Carry Pic Up warna
hitam dengan Nopol DT 9550 GE lalu mengisi BBM jenis bensin
dengan menggunakan jerigen di SPBU Wawotobi dengan cara
menyimpan 2 (dua) jerigen tersebut dibagian depan mobil lalu
mengisi bensin kedalam jerigen tersebut sedangkan yang 6 (enam)
jerigen diperoleh terdakwa dengan cara mengisi Bahan Bakar
Minyak (BBM) kedalam tangki mobil miliknya secara berkali-kali
kemudian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin tersebut di
sedot dari dalam tangki kemudian dipindahkan kedalam jerigen
hingga terkumpul sebanyak 6 (enam) jerigen ;
Menimbang bahwa dalam kegiatan tersebut Terdakwa tidak
mempunyai izin angkut Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis
Bensin ;
Menimbang bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa Terdakwa tidak memiliki izin dari pihak
yang berwenang dalam melakukan kegiatan pengangkutan BBM
jenis solar bersubsidi dan dapat dilihat Terdakwa melakukannya
secara perseorangan karena Terdakwa tidak memiliki suatu Badan
142

Usaha yang memiliki izin atau legalitas untuk melakukan usaha


pengangkutan;
Menimbang bahwa dari uraian-uraian tersebut diatas
Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa
merupakan rangkaian perbuatan yang menyalahgunakan
Pengangkutan BBM yang disubsidi pemerintah, dengan demikian
unsur ini telah terpenuhi;
Menimbang bahwa oleh karena seluruh unsur pasal yang
terdapat dalam dakwaan Primair Penuntut Umum telah terpenuhi,
maka Terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang
didakwakan dalam dakwaan Primair Penuntut Umum;
Menimbang bahwa oleh karena dalam dakwaan Primiar
telah terbukti maka dakwaan selanjutnya tidak perlu dibuktikan
lagi;
Menimbang bahwa oleh karena selama pemeriksaan
perkara berlangsung tidak ditemukan adanya alasan pembenar
maupun pemaaf pada diri maupun perbuatan Terdakwa sehingga
sudah sepatutnya Terdakwa dijatuhi pidana yang setimpal atas
perbuatannya;
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 55 UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, kepada Terdakwa yang
dinyatakan bersalah maka selain dijatuhi pidana penjara kepadanya
juga harus dijatuhi pidana denda, oleh karena itu berdasarkan
ketentuan tersebut karena Terdakwa telah dinyatakan bersalah
maka kepadanya akan dijatuhi pidana denda juga yang besarnya
akan ditentukan dalam amar putusan dengan ketentuan apabila
denda tidak dibayar maka akan diganti dengan pidana kurungan
yang lamanya akan ditentukan dalam amar putusan;
Menimbang bahwa terhadap permohonan yang
disampaikan Terdakwa secara lisan yang pada pokoknya mohon
143

agar diberikan keringanan hukuman, Majelis Hakim telah


memasukkannya dalam musyawarah Majelis Hakim dan yang adil
sebagaimana yang tertera dalam amar putusan;
Menimbang bahwa selama pemeriksaan perkara ini
Terdakwa telah ditahan berdasarkan surat perintah/penetapan
penahanan yang sah, maka sudah sepatutnya penahanan tersebut
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menimbang bahwa oleh karena penjatuhan pidana oleh
Majelis Hakim lebih lama dari masa penahanan Terdakwa dan
tidak ada alasan untuk mengeluarkan Terdakwa dari tahanan, maka
Terdakwa harus dinyatakan tetap berada dalam tahanan;
Menimbang bahwa terhadap barang bukti berupa :
14. 8 (delapan) jerigen berisi 275 (dua ratus tujuh puluh lima)
liter BBM jenis Bensin ;
15. 1 (satu) unit mobil Suzuki Carry DT 9550 GE warna
hitam ; Karena barang bukti tersebut merupakan barang yang
diperoleh dan\ dipergunakan untuk tindak pidana dalam kegiatan
usaha Minyak dan Gas Bumi maka berdasarkan ketentuan pasal
58 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, maka
patut dan berdasar menurut hukum barang bukti tersebut
dirampas untuk negara;
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan
bersalah dan dihukum maka Terdakwa dibebankan membayar
biaya perkara kepada negara yang besarnya ditentukan dalam amar
putusan;
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan putusan maka
terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan sebagai berikut :
Hal-hal yang memberatkan :
- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;
144

-Perbuatan Terdakwa yang menyebabkan sering terjadinya


kelangkaan BBM;
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa mengakui kesalahan dan menyesal;
- Terdakwa belum pernah dihukum;
Mengingat Pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi dan ketentuan pasal-pasal dari Undang-
Undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP);
Dari ketiga putusan tersebut diatas, dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 1.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
NO PUTUSAN HAKIM PERTIMBANGAN PERTIMBANGAN
HAKIM YANG HAKIM YANG
MEMBERATKAN MERINGANKAN
1. Putusan Perngadilan Perbuatan terdakwa 1. Terdakwa belum
Negeri Boyolali No. mengganggu pernah dihukum.
211/Pid.Sus/2013/PN. ketersediaan bensin 2. Terdakwa
Bi. dan solar di masyarakat mengakui
perbuatannya,
( Pasal 53 (c) Undang- menyesali
Undang No. 22 Tahun perbuatannya dan
2001 Tentang Minyak berjanji tidak akan
dan Gas Bumi ) mengulangi
perbuatannya.
3. Terdakwa
mempunyai
tanggungjawab
memenuhi kebutuhan
keluarga.
145

2 Putusan Hakim Perbuatan terdakwa 1.Terdakwa belum


Pengadilan Negeri merugikan pernah dihukum;
Gunung Sugih No. PERTAMINA pada 2.Terdakwa bersikap
249/Pid.B/2013/PN.G khususnya dan sopan di persidangan
S masyarakat pada dan mengakui terus
( Pasal 53 (d) Undang- umumnya terang semua
Undang No. 22 Tahun perbuatannya serta
2001 Tentang Minyak menyesal dan berjanji
dan Gas Bumi ) untuk tidak
mengulanginya;
3.Terdakwa mempunyai
tanggungan keluarga
3. Putusan Pengadilan Perbuatan Terdakwa 1.Terdakwa mengakui
Negeri Unaaha No. meresahkan kesalahan dan
130/Pid.B/2013/PN.U masyarakat; menyesal;
nh -Perbuatan Terdakwa 2.Terdakwa belum
( Pasal 55 Undang- yang menyebabkan pernah dihukum;
Undang No. 22 Tahun sering terjadinya
2001 Tentang Minyak kelangkaan BBM;
dan Gas Bumi )

2. Putusan hakim Pengadilan Negeri dalam Perkara Tindak Pidana


Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha
Penyimpanan.
a. Putusan
Hakim Penghadilan negeri Boyolali No. 211/Pid.Sus/2013/PN.Bi.
146

Dari Kasus yang sudah diputus dan memiliki kekuatan hukum


tetap, dalam Putusan Hakim Penghadilan Negeri Boyolali No.
211/Pid.Sus/2013/PN.Bi. Putusan hakim adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin
SUPOMO PRAPTO DIMULYO telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : “Penyimpanan
bahan bakar minyak tanpa izin usaha penyimpanan”;
2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 3 (tiga) bulan;
3) Menghukum pula terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp.
3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) dengan ketentuan apabila terdakwa
tidak sanggup membayar denda tersebut maka diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan;
4) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari Pidana yang telah dijatuhkan ;
5) Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;
6) Memerintahkan barang bukti berupa :
a) Solar dalam tangki sekitar 7321 liter.
b) Bensin dalam tangki sebanyak sekitar 7262,5
liter.
c) Bensin dalam jerigen 23 @ sekitar 30
liter:sekitar 731 liter.
Dirampas untuk Negara.
1) 1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra Nopol: AD-4745-AM
beserta kunci aslinya dan STNK aslinya;
2) 1 (satu) buah bronjong;
3) 1 (satu) unit pompa bensin mini;
4) 2 (dua) tangki tempat penyimpanan bahan bakar minyak (BBM)
berupa bensin dan solar;
Dikembalikan kepada Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin
SUPOMO PRAPTO DIMULYO;
147

7) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara


sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

b. Putusan
Pengadilan Negeri Gunung Sugih No. 249/Pid.B/2013/PN.GS.
Putusan hakim Pengadilan Negeri Guning Sugih dalam
memutus perkara Penimbunan Bahan bakar Minyak (BBM), tanpa ijin
penyimpanan dalam perkara No. 249/Pid.B/2013/PN.GS. adalah
sebagai berikut :

1) Menyatakan Terdakwa ASHARI SUBING Bin MUHAMMAD


TAYIB telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Melakukan Niaga sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 tanpa izin usaha Niaga” ;
2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karena itu
engan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan 10 (sepuluh) hari
dan denda Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan ;
3) Menetapkan lamanya masa penahanan yang telah dijalani oleh
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
kepadanya ;
4) Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
5) Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) unit Mobil Daihatsu Hiline No. Pol. BE 1001 GG Warna


Abu-abu Metalik;

(dikembalikan kepada yang berhak yaitu terdakwa) ;

- Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu
rupiah) ;
148

- Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh


tujuh) liter ;

(dirampas untuk Negara) ;

6) Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar


Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) ;

c. Putusan Pengadilan Negeri Unaaha No. 130/Pid.B/2013/PN.Unh


Putusan hakim Pengadilan Negeri Unaaha dalam memutus
perkara No. 130/Pid.B/2013/PN.Unh adalah sebagai berikut :

2) Menyatakan Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE


telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “Menyalahgunakan Pengangkutan Bahan Bakar
Minyak Yang Disubsidi Pemerintah” ;
3) Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa dengan
pidana penjara selama 2 (dua) bulan dan denda sebesar Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan ;
4) Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5) Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
6) Menetapkan barang bukti berupa :
- 8 (delapan) jerigen berisi 275 (dua ratus tujuh puluh lima) liter
BBM jenis Bensin ;
- 1 (satu) unit mobil Suzuki Carry DT 9550 GE warna hitam ;
Dirampas untuk negara;
149

6) Menetapkan Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar


Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah);
Dari ketiga Putusan tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :

Tabel 2 :
Putusan Hakim Pengadilan Negeri
NO PERKARA PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM
HAKIM
1. Putusan Perngadilan Negeri Pertimbangan Hakim yang Menjatuhkan pidana
Boyolali No. memberatkan: kepada terdakwa
211/Pid.Sus/2013/PN.Bi. Perbuatan terdakwa tersebut oleh karena
mengganggu ketersediaan itu dengan pidana
bensin dan solar di penjara selama 3
masyarakat (tiga) bulan;
Pertimbangan hakim yang Menghukum pula
meringankam : terdakwa untuk
1. Terdakwa belum membayar denda
pernah dihukum. sebesar Rp.
2. Terdakwa 3.000.000.000,- (tiga
mengakui milyar rupiah)
perbuatannya, dengan ketentuan
menyesali apabila terdakwa
perbuatannya dan tidak sanggup
berjanji tidak akan membayar denda
150

mengulangi tersebut maka


perbuatannya diganti dengan
3. .Terdakwa pidana kurungan
mempunyai selama 1 (satu) bulan
tanggungjawab serta 7)
memenuhi kebutuhan Membebankan
keluarga. kepada Terdakwa
untuk membayar
biaya perkara
sebesar Rp.5.000,-
(lima ribu rupiah);
2. Putusan Hakim Pengadilan Pertimbangan Hakim Menjatuhkan pidana
Negeri Gunung Sugih No. yang memberatkan: kepada Terdakwa
249/Pid.B/2013/PN.GS Perbuatan terdakwa tersebut oleh karena
merugikan PERTAMINA itu engan pidana
pada khususnya dan penjara selama 3
masyarakat pada (tiga) bulan dan 10
umumnya (sepuluh) hari dan
Pertimbangan hakim denda Rp. 750.000,-
yang meringankan : (tujuh ratus lima
Terdakwa belum pernah puluh ribu rupiah)
dihukum; dengan ketentuan
1. Terdakwa bersikap apabila denda tidak
sopan di dibayar maka diganti
persidangan dan dengan pidana
mengakui terus kurungan selama 1
terang semua (satu) bulan.
perbuatannya serta Membebankan
menyesal dan Terdakwa untuk
berjanji untuk tidak membayar biaya
mengulanginya; perkara sebesar Rp.
151

2. Terdakwa 2.000,- (dua ribu


mempunyai rupiah)
tanggungan keluarga
3. Putusan Pengadilan Negeri Pertimbangan Hakim 1. Menjatuhkan
Unaaha No. yang memberatkan: pidana oleh
130/Pid.B/2013/PN.Unh Perbuatan Terdakwa karena itu
meresahkan masyarakat; kepada
-Perbuatan Terdakwa yang Terdakwa
menyebabkan sering dengan pidana
terjadinya kelangkaan penjara selama
BBM; 2 (dua) bulan
Pertimbangan hakim dan denda
yang meringankan : sebesar Rp.
1.Terdakwa mengakui 500.000,- (lima
kesalahan dan menyesal; ratus ribu
2.Terdakwa belum pernah rupiah) dengan
dihukum; ketentuan
apabila denda
tersebut dibayar
maka diganti
dengan pidana
kurungan
selama 1 (satu)
bulan ;
2. Menetapkan
masa penahanan
yang dijalani
oleh Terdakwa
dikurangkan
seluruhnya dari
pidana yang
152

dijatuhkan;
3. Menetapkan
Terdakwa tetap
berada dalam
tahanan;
4. Menetapkan
barang bukti
berupa :
a. 8 (delapan)
jerigen berisi
275 (dua
ratus tujuh
puluh lima)
liter BBM
jenis Bensin ;
b. 1 (satu) unit
mobil Suzuki
Carry DT
9550 GE
warna
hitam ;
Dirampas
untuk
negara;
5.Menetapkan
Terdakwa
dibebani
membayar biaya
perkara sebesar
Rp. 5.000,-
(lima ribu
153

rupiah);

B. Pembahasan
1. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang dipergunakan oleh hakim
Pengadilan Negeri, dalam memutus Perkara Tindak Pidana
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha
Penyimpanan.
Menurut Pasal Undang-Undang No. 18 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hakim adalah pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang. Oleh sebab
itu hakim dalam memutus dan memeriksa perkara mempertimbangkan
kebenaran yuridis (hukum) dengan kebenaran filosofis (Keadilan). Hakim
dalam memutus perkara yang adil dan bijaksana dengan
mempertimbangkan implikasi hukum dan dampaknya yang terjadi dalam
masyarakat.
Dari sudut perspektif internal, proses pembuatan keputusan tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan bernalar hakim. Kegiatan bernalar Hakim
dengan beragam motivering yang menopangnya, selalu berada dalam
pusaran tarikan keanekaragaman kerangka orientasi berpikir yuridis yang
terpelihara dalam sebuah sistem, sehingga dapat berkembang menurut
logikanya sendiri, dan eksis sebagai sebuah model penalaran yang khas
sesuai dengan tugas-tugas profesionalnya.Namun pilihan tersebut tidak
dapat dilakukan dalam ruang hampa.
Proses internal (kognitif) dalam kegiatan menalar harus selalu
merujuk pada beragam kode yang diproduksi dan direproduksi secara
otonom oleh hukum sebagai sebuah sistem autopoesis. Dalam hal ini
Hakim sebagai salah satu pengemban hukum praktis harus mampu
menemukan, membaca, menafsirkan dan menerapkan kode-kode hukum
dengan baik dan benar sebagai bagian dari upaya untuk melakukan.
154

Sehingga dapat dikatakan mengkodekan dunia menjadi apa yang legal dan
illegal.
Dari perspektif eksternal, proses pembuatan putusan oleh hakim
tidak dapat dilepaskan dari konteks kerangka teoretis, filosofis dan
paradigma yang diyakininya, yang acapkali --- secara sadar ataupun tidak
--- dimuati dan tercampur oleh kepentingan-kepentingan kultural,
sosioligis, dan politis. Hal ini yang kemudian menyebabkan pemikiran
apriori, pra-anggapan, prasangka dan praduga tentang klaim kebenaran
dari putusan yang dibuat tumbuh subur di komunitas hakim. Klaim
tersebut kemudian diperkuat oleh argumen-argumen para filosof hukum,
teoretisi, maupun praktisi berdasarkan landasan paradigma, aliran filsafat
dan kerangka teoretis yang dikukuhinya. Percampuran antara perspektif
internal dan eksternal itulah yang kemudian menjadi penentu, bagaimana
hakim sebagai bagian dari aparat penegak hukum dapat menjalankan
tugas, kewenangan dan fungsinya secara profesional.
Profesionalisme hakim yang termanifestasi dalam putusan-putusan
yang dibuatnya tersebut sangat dipengaruhi oleh: penguasaan atas ilmu
hukum, kemampuan berpikir yuridik, kemahiran yuridik, dan kesadaran
serta komitmen profesional. Penguasaan atas Ilmu Hukum, bagian ini
melihat bagaimana pengetahuan, penguasaan, serta pengembangan secara
sistematik, metodik dan rasional atas asas-asas, kaidah-kaidah, dan/atau
aturan-aturan hukum, baik pada tingkat lokal, nasional, transnasional
maupun internasional, serta pada tataran hukum dasar atau bidang-bidang
hukum pada sektor-sektor kehidupan manusia.
Kemampuan berpikir yuridik merupakan kemampuan menalar
(reasoning) dalam kerangka tatanan hukum yang berlaku (baik dalam
tataran lokal, nasional, transnasional, maupun internasional) untuk
mengidentifikasi hak dan kewajiban manusia di dalam pergaulan hidupnya
dengan mengacu pada upaya mewujudkan cita-hukum (rechtsidee) yang
mencakup idea tentang kepastian hukum, prediktabilitas, kemanfaatan
sosial dan keadilan yang harus diwujudkan di dalam masyarakat melalui
155

penegakan kaidah-kaidah hukum. Termasuk di dalam idea kemampuan


Legal Reasoning ini adalah kemahiran intelektual untuk: (a) mengakses,
menggunakan serta mengolah informasi secara tepat dan rasional; (b)
berkomunikasi secara efektif dan efisien (baik secara lisan maupun
tertulis); (c) mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah-masalah hukum
dalam rangka pengambilan keputusan hukum (legal decision making) yang
tepat;
Kemahiran yuridik mencakup keterampilan atau kemahiran dalam
menelusuri dan menemukan bahan-bahan hukum (legal materials),
kemampuan untuk menangani bahan-bahan hukum yang ada (penggunaan
doktrin dan yurisprudensi). Kesadaran serta komitmen profesional yang
mencakup upaya penumbuhan sikap, kepekaan dan kesadaran etik
profesional, khususnya berkenaan dengan pembebanan profesi hukum
sebagai profesi yang berorientasi pada upaya mewujudkan keadilan di
dalam masyarakat serta profesi hukum sebagai profesi yang terhormat
(officium nobile).
Dari ketiga Putusan hakim Pengadilan Negeri Boyolali, Putusan
hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih serta Putusan hakim Pengadilan
Negeri Konaaha, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan hakim.
Kebebasan hakim dalam memberikan putusan sejalan dengan
perintah Undang-Undang yang mewajibkan hakim sebagai penegak
hukum dan keadilan untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat. Prinsip yang mengatakan bahwa
pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu
perkara yang diajukan kepadanya, dengan alasan bahwa hukum tidak ada
atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Prinsip ini didasarkan kepada pandangan bahwa organ pengadilan dapat
memahami hukum.
Setiap putusan hakim harus dapat menunjukan secara tegas
ketentuan hukum yang diterapkan dalam suatu perkara yang konkret.
Karena hal ini sejalan dengan asas legalitas bahwa suatu tindakan haruslah
156

berdasarkan ketentuan hukum. Asas yang menuntut suatu kepastian


hukum bahwa seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan suatu
perbuatan yang didakwakan kepadanya, memang telah ada sebelumnya
suatu ketentuan perundang-undangan yang mengatur perbuatan yang
dilarang dilakukan orang. Sehingga segala putusan hakim haruslah
memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu, untuk dijadikan sabagai
dasar dalam mengadili.
Dalam putusan hakim Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan
Pidana dalam ketiga kasus tersebut di atas berdasar pertimbangan Yuridis
dan Sosiologis. Pertimbangan yuridis dimana Pertimbangan hakim atau
Ratio Decidendi adalah argument atau alasan yang dipakai oleh hakim
sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus
perkara. Dalam praktik sebelum pertimbangan yuridis ini dibuktikan,
maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan
yang timbul dan merupakan konklusi komulatif dari keterangan para saksi,
keterangan terdakwa, dan barang bukti. Pertimbangan hakim yang
didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan
oleh Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam
putusan misalnya Dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan terdakwa,
keterangan saksi, barang-barang bukti, dan pasal-pasal dalam peraturan
hukum pidana. Adas juga dengan pertimbangan non-yuridis dapat dilihat
dari latar belakang, akibat perbuatan terdakwa,kondisi diri terdakwa , dan
agama terdakwa.”Fakta-fakta persidangan yang dihadirkan, berorientasi
dari lokasi, waktu kejadian, dan modus operandi tentang bagaimana tindak
pidana itu dilakukan. Selain itu, dapat pula diperhatikan bagaimana akibat
langsung atau tidak langsung dari perbuatan terdakwa, barang bukti apa
saja yang digunakan, serta apakah terdakwa dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya atau tidak. Juga
mempertimbangkan secara Sosiologis. Pertimbangan sosiologis menurut
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan
bahwa hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
157

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini
dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Jadi, hakim merupakan perumus dan penggali nilai-nilai
hukum yang hidup di kalangan rakyat. Oleh karena itu, ia harus terjun ke
tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Dalam Ketiga putusan dalam kasus yanag diteliti, ada tiga unsur
yang harus selalu diperhatikan yaitu : kepastian hukum, kemanfaatan dan
keadilan. Demikian juga putusan hakim untuk menyelesaikan suatu
perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah
yang memperhatikan tiga nilai unsur yaitu yuridis (kepastian hukum), nilai
sosiologis (kemanfaatan), dan filosofis (keadilan). Kepastian hukum
menekankan agar hukum atau peraturan itu ditegakan sebagaimana yang
diinginkan oleh bunyi hukum/peraturannya. Fiat justitia et pereat mundus
(meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakan). Adapun nilai
sosiologis menekankan kepada kemanfaatan bagi masyarakat. Masyarakat
mengharapkan bahwa pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, karena
memang hukum adalah untuk manusia, maka dalam melaksanakan hukum
jangan sampai justru menimbulkan keresahan dalam masyarakat,.
Demikian juga hukum dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan.
Sehingga dengan ditegakkannya hukum akan memberikan rasa keadilan
bagi masyarakat. Meskipun sebenarnya keadilan itu sendiri bersifat
subyektif dan individualistis. Dalam memutus suatu perkara, ketiga unsur
diatas secara teoritis harus mendapat perhatian secara proposional dan
seimbang. Meskipun dalam prakteknya tidak selalu mudah untuk
mengusahakan kompromi terhadap unsure-unsur tersebut.
Pertentangan yang terjadi dalam setiap menanggapi putusan hakim
terhadap suatu perkara, dengan apa yang diinginkan masyarakat, biasanya
berkisar antara sejauh mana pertimbangan unsur yuridis (kepastian
hukum) dengan unsur filosofis (keadilan) ditampung didalamnya.
158

Kepastian hukum harus ditegakkan agar tidak timbul keresahan. Tetapi


terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati
hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun
yang terjadi memang peraturannya adalah demikian sehingga Undang-
undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat.
Dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara, hakim terikat
dengan hukum acara, yang mengatur sejak memeriksa dan memutus. Dan
hasil pemeriksaan itulah nantinya yang akan menjadi bahan pertimbangan
untuk mengambil putusan. Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan
merupakan bahan utama untuk dijadikan pertimbangan dalam suatu
putusan. Sehingga ketelitian, kejelian dan kecerdasan dalam
mengemukakan/menemukan fakta suatu kasus merupakan faktor penting
dan menentukan terhadap hasil putusan. Oleh karena itu tidak heran jika
apa yang ada dalam pikiran masyarakat dapat berbeda dengan putusan
hakim. Maka setiap individu hakim, dituntut bersikap lebih teliti dan jeli
dalam memeriksa perkara dan jernih serta cerdas berpikir dalam
mengambil putusan. Hakim dituntut lebih bijaksana dalam menyikapi
pendapat masyarakat. Pendapat masyarakat (umum) tidak boleh diabaikan
begitu saja dalam mempertimbangkan suatu perkara. Hakim harus ekstra
hati-hati dalam menjatuhkan putusan. Jangan sampai orang yang tidak
bersalah dihukum karena disebabkan sikap tidak profesional dalam
menangani perkara, begitu juga secara mudah pula melepaskan pelaku
kejahatan dari hukuman yang seharusnya dijatuhkan. Hal itu tentu saja
harus sesuai dengan keyakinan hakim yang professional dalam memutus
sebuah perkara agar terwujudnya rasa keadilan bagi masyarakat.
Pertimbangan hukum yang tidak benar dapat terjadi karena
berbagai kemungkinan:
a. Hakim tidak mempunyai cukup pengetahuan hukum tentang masalah
yang sedang ditangani. Namun secara normatif seharusnya hal ini tidak
boleh terjadi, karena Hakim dapat memerintahkan setiap pihak untuk
159

menyediakan ahli yang akan memberikan keterangan dan menjelaskan


pokok persoalannya di dalam persidangan.
b. Hakim sengaja menggunakan dalil hukum yang tidak benar atau tidak
semestinya karena adanya faktor lain seperti adanya tekanan pihak-
pihak tertentu, suap, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
indepensi Hakim yang bersangkutan.
c. Hakim tidak memiliki cukup waktu untuk menuliskan semua argumen
hukum yang baik disebabkan karena terlalu banyaknya perkara yang
harus diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif singkat.
d. Hakim malas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas putusan yang dibuatnya.
Faktor ini merupakan faktor yang pengaruhnya tidak langsung,
namun cukup menentukan kualitas putusan. Secara ideal, semua
kemungkinan yang disebutkan di atas tidak boleh terjadi dalam lembaga
peradilan. Jika hal itu terjadi, maka bukan tidak mungkin lembaga
peradilan yang seharusnya menjadi gerbang keadilan, justru menjadi
tempat terjadinya ketidakadilan. Tidak terkecuali Mahkamah Agung
sebagai lembaga pengadilan tertinggi di negeri ini. Hakim-hakim Agung
yang seharusnya menjadi penjaga gawang keadilan terakhir, boleh jadi
justru menjadi pihak yang menciptakan ketidakadilan.
Seharusnya fakta persidangan merupakan dasar/bahan untuk menyusun
pertimbangan majelis hakim sebelum majelis hakim membuat analisa
hukum yang kemudian digunakan oleh hakim tersebut untuk menilai
apakah terdakwa dapat dipersalahkan atas suatu peristiwa yang terungkap
di persidangan untuk memperoleh keyakinan apakah terdakwa patut
dipersalahkan, patut dihukum atas perbuatannya sebagaimana yang
terungkap dipersidangan.singkatnya, suatu putusan harus didasarkan pada
fakta persidangan dan dibarengi dengan putusan yang mencerminkan rasa
keadilan.
Beberapa pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut di
atas antara lain adalah :
160

1. Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor : 211/Pid.Sus/2013/PN.Bi.


Selain barang bukti serta pemeriksaan para saksi Majelis Hakim
menjatuhkan Pidana terlebih dahulu serta mempertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan dari diri dan
perbuatan Terdakwa sebagai berikut :
Hal-hal yang memberatkan :
Bahwa perbuatan terdakwa mengganggu ketersediaan bensin dan solar
di masyarakat.
Hal-hal yang meringankan :
a. Terdakwa belum pernah dihukum.
a. Terdakwa mengakui perbuatannya, menyesali
perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
b. Terdakwa mempunyai tanggungjawab memenuhi
kebutuhan keluarga.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Majelis Hakim
berpendapat tentang lamanya pidana yang akan dijatuhkan atas diri
terdakwa sebagaimana termuat dalam amar putusan nanti cukup
memadai dan sesuai dengan rasa keadilan baik itu untuk terdakwa
maupun masyarakat. Selain itu majelis hakim juga berpijak pada
ketentuan dalam pasal 53 huruf c Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi selain mengancamkan pidana
penjara juga mengancamkan pidana denda, dimana ancaman pidana
penjara dan pidana denda tersebut adalah bersifat kumulatif, maka
Majelis Hakim berpendapat bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 huruf
c Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi sehingga beralasan hukum apabila kepada terdakwa selain
dijatuhkan pidana penjara harus pula dijatuhi pidana denda
sebagaimana yang disebutkan dalam amar putusan ini dengan ketentuan
apabila terdakwa tidak sanggup membayarnya, dapat diganti dengan
pidana kurungan.
161

Masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan


seluruhnya dari lamanya pidana yang akan dijatuhkan serta lamanya
pidana yang akan dijatuhkan lebih lama dari masa penahanan yang telah
dijalani terdakwa maka Terdakwa diperintahkan untuk tetap berada
dalam tahanan;

2. Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor :


249/Pid.B/2013/PN.GS.

Pertimbangan hakim sebelum memutus perkara tersebut diatas


sebelum menjatuhkan pidana, terlebih dahulu majelis akan
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan baik pada latar belakang kehidupan maupun perbuatan
terdakwa berdasarkan fakta-fakta dan data-data pemidanaan yang
terungkap di persidangan sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan:

Perbuatan terdakwa merugikan PERTAMINA pada khususnya dan


masyarakat pada umumnya ;

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa belum pernah dihukum;


b. Terdakwa bersikap sopan di persidangan dan mengakui terus
terang semua perbuatannya serta menyesal dan berjanji untuk tidak
mengulanginya;
c. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga ;

Selain itu dalam pemeriksaan persidangan ini terdakwa ditahan,


maka sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP, masa
penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa haruslah dikurangkan
sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan serta terdakwa telah ditahan,
dan penahanan terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang sah dan
162

cukup, maka berdasarkan ketentuan Pasal 193 ayat (2) sub b KUHAP
perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

3. Putusan Pengadilan Negeri Onaaha Nomor :


134/Pid.B/2013/PN.Unh

sebelum menjatuhkan putusan maka terlebih dahulu Majelis Hakim


akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :


a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;
b. Perbuatan Terdakwa yang menyebabkan sering terjadinya
kelangkaan BBM;
Hal-hal yang meringankan :
a. Terdakwa mengakui kesalahan dan menyesal;
b. Terdakwa belum pernah dihukum;

2. Putusan Hakim Pengadilan Negeri dalam memutus perkara Tindak


Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha.
Dari ketiga kasus tersebut di atas hakim dalam memutus perkara
telah mempertimbangkan apa yang harus menjadi pertimbangan, sehingga
hakim memiliki keyakinan, apa yang diputus sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Bagian ini akan melihat bagaimana pengetahuan, penguasaan,
serta pengembangan dari para hakim terhadap asas-asas, kaidah-kaidah,
dan/atau aturan-aturan hukum, baik pada tingkat lokal, nasional,
transnasional maupun internasional, serta pada tataran hukum dasar atau
bidang- bidang hukum pada sektor-sektor kehidupan manusia. Dalam
putusan pidana, penguasaan hakim atas ilmu hukum ini terlihat pada
163

bagaimana upaya dari hakim untuk melakukan pemeriksaan terhadap


bentuk dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Di dalam memeriksa dan memutus suatu perkara, dakwaan JPU
sangat penting karena menjadi dasar pemeriksaan di sidang pengadilan dan
kemudian menjadi dasar bagi Hakim dalam memutus perkara yang
bersangkutan. Pemeriksaan dan putusan Hakim, terbatas pada apa yang
didakwakan oleh JPU. JPU adalah penentu tentang delik apa saja yang
didakwakan kepada terdakwa, karena JPU adalah dominus litis (pemilik
perkara atau tuntutan). Pada prinsipnya Hakim dilarang menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa tentang suatu perbuatan diluar dakwaan JPU
(walaupun terbukti dalam persidangan). Pasal 182 ayat (4) KUHAP26
mengatur secara tegas bahwa ”Musyawarah tersebut pada ayat (3) harus
didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam
pemeriksaan di sidang”. JPU dapat mengubah surat dakwaan sebelum
pengadilan menetapkan hari sidang selambat-lambatnya tujuh hari
sebelum sidang dimulai, sebagaimana diatur dalam pasal 144 KUHAP,
yang berbunyi:
a. Penuntut umum dapat mengubah
surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang, baik
dengan tujuan menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan
penuntutannya.
b. Pengubahan surat dakwaan tersebut
dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum
sidang dimulai.
c. Dalam hal penuntut umum
mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada
tersangka atau penasihat hukum dan penyidik.
Namun tata cara mengubah surat dakwaan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan, sehingga JPU bebas untuk
mengubah atau tidak mengubah surat dakwaannya, sedangkan Hakim yang
164

memeriksa perkara tidak dapat mengubah subtansi/isi dakwaan JPU selain


dari yang didakwakan JPU.
Dari ketiga putusan tersebut putusan yang dijatuhkan oleh hakim,
berpijak pada Jaksa Penuntut Umum, dengan melihat kasus posisi atau
pokok perkara yang ditangani. Putusan yang dijatuhkan tentu
mempertimbangkan apa yang harus menjadi pertimbangan hakim sesuai
dengan ketentuan hukum acara, sehingga putusan benar-benar sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku. Dalam Kasus ini Hakim berpijak pada
ketentuan Hukum Acara serta pada ketentuan Undang-Undang MIGAS.
Hal ini dapat dilihat pada putusan Pengadilan Negeri Boyolali No.
211/Pid.Sus/2013/PN.Bi. Dalam putusan hakim melihat juga ketentuan
dalam Pasal 53 huruf c Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang No.48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, serta pasal-pasal lain dari
Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan perkara ini.
Sedangkan Putusan Pengadilan Negeri Konaaha juga mengacu pada
ketentuan Pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
dan ketentuan pasal-pasal dari Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang
KUHAP. Untuk putusan Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih lebih
spesifik lagi yaitu melihat ketentuan Pasal Pasal 53 Huruf d Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan
Gas Bumi, dan dan Undang-Undang Nomor : 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Adanya perbedaan antara putusan hakim terhadap Kasus yang
terjadi di Pengadilan Negeri Boyolali, Pengadilan Negeri Konaaha serta
Pengadilan Negeri Gunung Sugih, dapat terlihat bahwa hakim dalam
memutus suatu perkara pidana dengan mempertimbangkan putusannya
sesuai dengan teori dalam penjatuhan pidana yaitu teori keseimbangan.
Karena putusan hakim dalam menjatuhkan putusannya menyeimbangkan
antara syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang dan
165

kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara


yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan baik
masyarakat maupun kepentingan terdakwa.
Dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
pidana terhadap pelaku penimbunan bahan bakar Minyak tanpa ijin usaha
penyimpanan, terdakwa tidak selalu diberikan hukuman tambahan, oleh
karena adanya niat yang baik dalam proses persidangan dengan
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan.
Mengenai Perbedaan Putusan yang dijatuhkan oleh hakim dalam memutus
perkara tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak tanpa ijin usaha
penyimpanan dengan tuntutan pidana dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
dikarenakan hakim mempunyai pertimbangan tersendiri sesuai
keyakinannya, serta disesuaikan dengan berat ringannya tindak pidana
yang dilakukan oleh terdakwa.
Dalam Bab XI Ketentuan Pidana Pasal 53 huruf c Undang-Undang
No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan :
Setiap orang yang melakukan penyimpanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Penyimpanan dipidana dengan pidana
Penjara Paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi
Rp.30.000.000.000,00 (Tiga puluh miliar rupiah). Dengan demikian ada
perbedaan dalam putusan hakim dalam memutus perkara tindak pidana
penyimpanan Bahan bakar Minyak tanpa izin Usaha Penyimpanan.
Dimana Putusan hakim Pengadilan Negeri jauh lebih ringan, hal ini
mengingat hakim punya pertimbangan-pertimbangan serta melihat asas
keseimbangan.
Dilihat dari teori positivisme, maka perintah Undang-Undang tidak
dilaksanakan oleh hakim, hal ini terbukti putusan yang dijatuhkan dalam
menangani Tindak Pidana Penyimpanan bahan Bakar Minyak tanpa izin
usaha Penyimpanan, tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yaitu ketentuan dalam
166

Pasal 53 huruf c, yaitu Tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak


(BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan dipidana dengan pidana Penjara
Paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi Rp.30.000.000.000,00
(Tiga puluh miliar rupiah). Dengan demikian ada perbedaan dalam
putusan hakim dalam memutus perkara tindak pidana penyimpanan Bahan
Bakar Minyak tanpa izin Usaha Penyimpanan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan, maka dapat


disimpulkan bahwa:
1. Pertimbangan-
Pertimbangan hukum yang dipergunakan oleh hakim Pengadilan
Negeri, dalam memutus Perkara Tindak Pidana Penyimpanan Bahan
Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
Pertimbangan hakim pengadilan Negeri dalam memutus Perkara Tindak
Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) mempertimbangkan
kebenaran yuridis (hukum) dengan kebenaran filosofis (keadilan). Dalam
hal ini hakim pengadilan negeri dalam membuat keputusan – keputusan
yang adil dan bijaksana dengan mempertimbangkan implikasi hukum dan
dampaknya yang terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini Hakim berpijak
167

pada ketentuan Hukum Acara Pidana serta Ketentuan dalam Undang-


Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
2. Putusan Hakim
Pengadilan Negeri dalam Perkara Tindak Pidana Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
Hakim dalam memutus Perkara Tindak Pidana Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan mengacu
pada ketentuan Undang-Undang 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi, dan Undang-Undang Nomor. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Putusan Hakim mengacu pada pasal 53
huruf (c), Pasal 53 huruf (d) serta pasal 55 Undang-Undang 22 Tahun
2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Perbedaan Putusan yang dijatuhkan
antara putusan yang satu dengan putusan lainnya, pertimbangan hakim
mendasarkan pada unsur keseimbangan. Besar kecilnya kasus turut
menjadi pertimbangan hakim, sehingga keputusan yang dijatuhkan belum
tidak sama. Hakim dalam memutus dengan mempertimbangkan asas
keseimbangan.

B. Implikasi

Konsekuensi logis dari kesimpulan yang diperoleh khususnya


menyangkut Pertimbangan-Pertimbangan hukum yang dipergunakan oleh
hakim Pengadilan Negeri, dalam memutus Perkara Tindak Pidana
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan
maka mengandung implikasi, yaitu:
1. Pertimbangan-Pertimbangan hukum yang
dipergunakan oleh hakim Pengadilan Negeri, dalam memutus Perkara
Tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin
Usaha Penyimpanan mempertimbangkan keseimbangan dan
mencerminkan rasa keadilan sehingga terdakwa menerima dan tidak
melakukan upaya hukum yang lain baik banding maupun kasasi.
168

2. Putusan hakim yang tidak terlalu berat atau belum


sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun
2001tentang Minyak dan gas Bumi, maka sering terjadi Tindak Pidana
yang sama di kemudian hari, dimana setiap kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak, selalu ada tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat.

C. Saran

Saran yang dapat disampaikan antara lain adalah :

1. Hakim
Hakim dalam hal memutus perkara harus mempertimbangkan Besar
kerugian atau dampak kerugian yang mungkin terjadi. Disamping hakim
juga harus mempertimbangkan kedudukan atau perbuatan terdakwa.
2. Pemerintah
Pemerintah hendaknya perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat,
bahwa menyimpan atau menimbun Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa
izin Usaha Penyimpanan merupakan perbuatan hukum yang dapat
dikenakan sanksi pidana.
3. Masyarakat
Masyarakat hendaknya menyadari, bahwa kebijakan pemerintah
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak, tentu memiliki tujuan dan maksud
untuk kesejahteraan rakyat sehingga tidak perlu lagi melakukan perbuatan
hukum yaitu tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak tanpa izin
penyimpanan.
169

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

A.Z. Abidin Farid dan Andi Hamzah. 2010. Pengantar Dalam Hukum Pidana
Indonesia. Jakarta: PT.Yarsif Watampone.

A.Z. Abidin Farid. 1995. Hukum Pidana I. Jakarta: Sinar Grafika

Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif. Jakarta, Sinar Grafika

Abdul Wahab Solichin.1991. Teori Implementasi. Jakarta. Raja Grafindo

Andi Ayyub Saleh, 2001, Tamasya Perenungan Hukum dalam “Law in Book and
Law in Actio Adami Chazawi.. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada

Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

Bambang Purnomo. 1983. Asas-asas Hukum Pidana. Yogjakarta: Ghalia


Indonesia
170

______________. 1986. Pokok-pokok Tata Cara Paradilan Pidana. Yogjakarta:


Liberty
Bambang Sutiyoso. 2010. Reformasi Keadilan dan Penegakan Hukum di
Indonesia. Yogyakarta. UII Press.
Bagir Manan, Hakim dan Pemidanaan, Majalah Hukum Varia peradilan Edisi No.
249. Bulan Agustus 2006. Ikahi. 2006
Burhan Ashshofa. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral. Rencana Umum Perminyakan dan Pergasbumian Nasional 2006
– 2025. Jakarta, September 2006

Faisal. 2010. Menerobos Positivisme Hukum. Yogyakarta. Rangkang Education,

HB. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press

Hilman Hadikusuma. 1992. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung .Alumni

Imam Soetikno dan Robby Khrismanaha. 1996. Pokok-Pokok Hukum Acara


Pidana. Surakarta : UNS Press

J.E. Jonkers. 1987. Hukum Pidana Hindia Belanda. Tim Penerjemah Bina Aksara.
Jakarta: PT Bina Aksara.

J.E. Sahetay. 1995. Hukum Pidana. Jakarta: Konsorium Ilmu Hukum Departemen
P dan K

Johni Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Bayumedia Publishing

__________. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum. Bandung. Alumni


Kuncoro Surbakti. 1999. Aspek-aspek Putusan hakim. Bandung. Alumni.

Moeljatno. 1999. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta : PT. Bumi


Aksara

___________. 2002. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Leden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar


Grafika

___________, 2005. Asas-Teori-Praktek, Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

M. Yahya Harahap. 2000. Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP.


Jakarta : Sinar Grafika
171

Mahmud Kusuma. Tt. Menyelami Semangat Hukum Progresif; Terapi


Paradigmatik Atas Lemahnya Penegakan Hukum Indonesia. Antony Lib
bekerjasama

Mahfud MD. 2009. Politik Hukum di Indonesia, Yogyakarta, Rajawali Pers.


Jakarta. 2009LSHP

Moeljatno. 2008. Edisi Revisi Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Nanda Agung Dewantara. 1987. Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani


suatu Masalah Perkara Pidana, Aksara Persada Indonesia. Jakarta.

PAF. Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung : PT.


Citra Aditya Bhakti

Pan S. Kim. Civil Service reform in Japan and Korea toward Competitiveness and
competency. International Rteview of Administrative Science. Vo. 68

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada


Media

Rudi Simamora.2000. Hukum Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Djambatan

Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung. PT. Citra Aditya Bhakti.

___________. 2006. Membedah Hukum Progresif. Jakarta. Penerbit Buku


Kompas

____________. 2007. Biarkan Hukum Mengalir (Catatan Kritis Tentang


Pergulatan Manusia dan Hukum). Jakarta. Penerbit Buku Kompas

____________. 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis,


Yogyakartam Genta Publishing,

Sabian Usman. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta, Pustaka


Belajar

Saifur Rohman. Menembus Batas Hukum. Opini Kompas. 22 januari 2010

Setiono. 2002. Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum. (Diktad).


Surakarta: Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS

Seyanto P Santosa. Qua Vadis Pengelolaan Migas Nasional. Kamis. 30


Desember 2004. Diambil dari http:/kolom.pacific.net.id, 24 Maret 2014
172

Soejono Soekarno dan Sri Mamdji. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta,
CV. Rajawali

__________. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press

Sutrisno Hadi. 1989. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: UNS Press

Tim. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud.

Varia Peradilan No. 131,1996. Jakarta: CV. Indah Grafika.

Widodo Tresno Novianto, 2014, Model Penyelesaian Sengketa Medik di luar


Pengadilan melalui Lembaga Penyelesaian Sengketa Medik, Disertasi,
Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Winamo Budyatmojo. 2009. Hukum Pidana Kodifikasi. Surakarta : LPP UNS dan
UNS Press.

Yarsif Faisal. 2010. Menerobos Positivisme Hukum. Yogyakarta. Rangkang


Education

Undang – Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi


173

Anda mungkin juga menyukai