Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
7
Ibid, hlm. 24
9
B. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan
dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
8
Bambang Sutiyoso, Reformasi keadilan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Yogyakarta,
UII Pres, 2010, hlm. 96
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
Tujuan Objektif daria penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutus
Perkara Tindak Pidana Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM)
tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
b. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang dipergunakan oleh hakim
putusan hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Penyimpanan
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
2. Tujuan Subjektif
Tujuan subjektif dari penelitian ini adalah:
a. Untuk memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar Magister
dalam bidang ilmu hukum.
b. Agar masyarakat mendapat informasi tentang bagaimana hukum
pidana di terapkan dalam praktek dan teori.
c. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti
penting ilmu hukum pidana dalam praktek dan teori.
D. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya manfaat
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
A. Landasan Teori
1. Tindak Pidana
a. Pengertian Tindak Pidana
Pembentuk Undang-Undang telah menggunakan perkataan
straafbar feit untuk menyebutkan istilah “tindak pidana”. Perkataan
feit didalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu kenyataan”
atau een gedeelte van de werkwlijkheid, sedang straafbar berarti
“dapat dihukum”, jadi secara harfiah perkataan straafbar feit dapat
diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat
dihukum” 9
Hazewingnkel Suringa dalam bukunya Andi Hamzah telah
membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari strafbaar feit sebagai
“suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di
dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku
yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan
sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya”.10
Menurut Pompe dalam bukunya Andi Hamzah, straafbarfeit
secara teoritis dapat dirumuskan sebagai “suatu pelanggaran norma
(gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukum terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum” atau
sebagai “de normovertreding (verstoring der rechtsorde), waaraan de
overtreder schuld heft en waaraan de bestraffing dienstig is voor de
handhaving der recht orde en de behartiging van het algemaan
welzijin”11 .
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan
kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
9
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal. 141
10
Ibid, hlm. 142
11
Ibid, hlm. 142-143
13
12
Widodo Tresno Novianto, Mengembangkan Model Penyelesaian Sengketa Medik
antara Dokter dan Pasien melalui Peradilan Profesi Tenaga Medik, Disertasi, Program Studi Ilmu
Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm. 27
13
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia., Alumni , Bandung, 1992, hlm. 115
14
2) Unsur Obyektif
Unsur obyektif adalah hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan lahiriah, yaitu dalam keadaan mana tindak pidana itu
dilakukan, dan berada diluar batin si pelaku.
Unsur Obyektif tindak pidana meliputi: 15
(a) Sifat melanggar hukum (wederrechtelijkheid);
(b) Kualitas si pelaku;
(c) Kausalitas, yaitu yang berhubungan antara penyebab yaitu
tindakan dengan akibat.
14
Andi Hamzah, Op. Cit. hlm. 45
15
P.A.F Lamintang, Dasar Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
1997, Bandung, hlm. 193-194
16
Ibid, hlm. 196-197
15
1) Keterangan Saksi
2) Keterangan Ahli
3) Surat
4) Petunjuk
5) Keterangan Terdakwa
17
Ibid, hlm. 196
16
1) Keterangan Saksi
Keterangan saksi sebagai alat bukti ini diatur dalam Pasal 185
ayat (1) KUHAP, yaitu apa yang saksi nyatakan dimuka persidangan.
Alat bukti ini merupakan yang paling utama, tetapi agar keterangan
saksi ini dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai
kekuatan pembuktian, maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a) Harus mengucapkan sumpah atau janji
Diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP yaitu “Sebelum
memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah
atau janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia
akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain
dari pada yang sebenarnya”. Namun dalam Pasal 160 ayat (4)
memberi kemungkinan untuk mengucapkan sumpah atau janji
setelah saksi memberikan keterangan.
b) Keterangan yang memiliki nilai sebagai bukti
Sebenarnya tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai
sebagai alat bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai
17
2) Keterangan Ahli
19
Pengertian alat bukti ini diatur dalam Pasal 187 KUHAP yang
berbunyi : ”Surat sebagaimana dimaksud Pasal 184 ayat (1) huruf
c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,
adalah :
a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
20
5) Keterangan Terdakwa
22
sendiri, ia harus diperkuat dengan alat bukti yang sah lainnya, sehingga
meskipun terdakwa mengakui kesalahannya tetap masih diperlukan
minimal satu alat bukti lagi untuk mencapai suatu minimum pembuktian.
Setelah adanya minimum dua alat bukti yang sah, masih diperlukan lagi
keyakinan hakim tentang telah terbuktinya suatu tindak pidana dan
terbukti pula bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana tersebut
b. Sistem Pembuktian
1) Beberapa macam sistem pembuktian
Sistem pembuktian bertujuan untuk mengetahui bagaimana
cara meletakkan hasil pembuktian trhadap perkara yang sedang
diperiksa. Berikut ini adalah beberapa teori sistem pembuktian:
a) Dasar pembuktian menurut keyakinan hakim semata-mata
(Conviction-in Time)
Sistem pembuktian conviction-in time menentukan salah
tidaknya seorang terdakwa, semata-mata ditentukan oleh
penilaian “keyakinan” hakim. Keyakinan hakim yang
menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Dari mana hakim
menarik dan menyimpulkan keyakinannya, tidak menjadi
masalah dalam sistem ini. Keyakinan boleh diambil dan
disimpulkan hakim dari alat-alat bukti yang diperiksanya dalam
sidang pengadilan. Bisa juga hasil pemeriksaan alat-alat bukti
itu diabaikan hakim, dan langsung menarik keyakinan dari
keterangan atau pengakuan terdakwa.
Kelemahan sistem ini adalah hakim dapat saja
menjatuhkan hukuman pada seorang terdakwa semata-mata atas
dasar keyakinan belaka tanpa didukung oleh alat bukti yang
cukup, sebaliknya hakim leluasa membebaskan terdakwa dari
tindak pidana yang dilakukan walaupun kesalahan terdakwa
telah cukup terbukti dengan alat-alat bukti yang lengkap, selama
hakim tidak merasa yakinatas kesalahan terdakwa. Dalam sistem
24
18
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 276
19
Ibid, hlm. 280
27
20
Leden marpaung, Asas-Teori-Praktek, Hukum Pidana, UI Press, Jakarta, 2005, hlm. 13
34
d) Penutup
Ketentuan penutup ini memuat hari dan tanggal diadakannya
musyawarah Hakim, hari dan tanggal putusan diucapkan, nama-
nama dan susunan Majelis Hakim, nama Panitera/Panitera
Pengganti, nama Penuntut Umum serta nama terdakwa dan
Penasehat Hukumnya. Kemudian akan ditandatangani oleh Majelis
Hakim dan Panitera/Panitera Pengganti.
Menurut Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana suatu putusan pemidanaan memuat :
a. Kepala putusan yang berbunyi : DEMI KEADIALAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa.
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaaan
di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.
e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.
f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan Pasal peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai
keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
diperiksa oleh hakim tunggal.
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua
unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasi dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai
barang bukti.
38
23
Bagir Manan, Hakim dan Pemidanaan, Majalah Hukum Varia peradilan Edisi No. 249,
Bulan Agustus 2006, Ikahi, 2006, hlm. 7-12
43
pandang positivisme yuridis dalam arti yang mutlak dan positivisme hukum
seringkali dilihat sebagai aliran hukum yang memisahkan antara hukum
dengan moral dan agama. Bahkan tidak sedikit pembicaraan terhadap
positivisme hukum sampai pada kesimpulan, bahwa dalam kacamata
positivisme tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is command
from the lawgivers), hukum hukum itu identik dengan undang-undang.
Bahwa munculnya gerakan positivisme mempengaruhi banyak
pemikiran di berbagai bidang ilmu tentang kehidupan manusia. Positivisme
sebagai suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua
didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya
spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan.
Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu
memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang
berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Dalam
pandangan positivis, tidak ada hukum lain, kecuali perintah penguasa.
Bahkan, bagian dari Aliran Hukum Positif yang dikenal dengan nama
Legisme berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan Undang-
Undang. Positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu hanya bersangkut paut dengan hukum
positif saja. Ilmu hukum tidak membahas apakah hukum positif itu baik atau
buruk, dan tidak pula membahas soal efektivitas hukum dalam masyarakat.
Termasuk dalam aliran ini ajaran Analytical Jurisprudence yang
dikemukakan oleh John Austin. Inti dari ajaran Analytical Jurisprudence
adalah Law is a command (hukum merupakan perintah dari penguasa).
John Austin mendefinisikan hukum sebagai berikut:
”Law is a command set, either directly or circuitously, by a
sovereign individual or body, to a members of some independent
political society in which his auhority is supreme.”
45
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk konsep atau alur dari
suatu penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang diteliti yang
diharapkan dapat mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sehingga dapat
tercapai paparan permasalahan dan solusi serta hasil penelitian seperti yang
47
UU No 22 Tahun 2001
Putusan Hakim
Keterangan :
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang dikuasai
oleh Negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting
dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan penting maka
pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dimana di
sebagian negara berkembang seperti Indonesia kebutuhan akan minyak dan
gas bumi semakin hari semakin meningkat, seperti yang tercantum dalam
48
BAB III
METODE PENELITIAN
baik untuk mencapai maksud 24. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara
metodologis, sistematis, dan konsisten 25. Penelitian dapat diartikan pula suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan metode
ilmiah26.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik
dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidakbenaran
dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Untuk dapat memperoleh hasil
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan maka
diperlukan metode penelitian yang dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan penelitian. Seorjono Soekanto dan Sri Mamudji menyatakan
bahwa “penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan
ilmu pengetahuan maupun teknologi”. Hal demikian disebabkan penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sistematis, metodologi dan
konsisten.27
24
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Transito, Yogyakarta, 1990, hlm.
131
25
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 42
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Hukum. UNS Press, Surakarta, 1989, hlm. 4
2729
Soejono Soekarno dan Sri Mamdji, Penelitian Hukum Normatif, CV. Rajawali,
Jakarta, 1985, hlm.1
28
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum, 2006, hlm.26
29
Ibid, hlm. 28
51
1. Hukum adalah asas kebenaran dalam keadilan yang bersifat kodrati dan
berlaku universal
2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan
hukum nasional
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan
tersistematisasi sebagai judge made low
4. Hukum adalah pola-pola prilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai
variable sosial yang empiris
5. Hukum adalah menifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial
sebagaimana tampak dalam interaksi antara mereka.
Konsep hukum dalam penelitian ini adalah konsep yang ketiga yaitu
Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan tersistematisasi
sebagai judge made low. Berdasarkan konsep hukum tersebut diatas maka
penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari sudut penelitian hukum, maka pada penelitian ini
termasuk jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah
suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Penelitian hukum normatif
memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal research)
yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang
Ibid, hlm. 57
30
31 ?
Setiono, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, (Diktad). Surakarta:
Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS 2002, hlm. 5
52
3) B. Sifat Penelitian
Sifat penelitian hukum ini sejalan dengan sifat ilmu hukum itu sendiri.
Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya sebagai
ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan hukum,
konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.33
Dalam penelitian ini penulis akan memberikan preskriptif mengenai
Putusan hakim dalam memberikan pertimbangannya terhadap kasus
Penyimpnan Bahan Bakar Minyak tanpa izin usaha penyimpanan.
4) C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan
dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum
dikonsepkan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Hukum dipandang
sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya
yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan,
hanyalah ”terbatas” pada putusan pengadilan dilingkungan peradilan umum,
khususnya untuk perkara-perkara pidana terkait dengan Putusan tentang
Penimbunan Bahan bakar Minyak Tanpa Izin Pen yimpanan. . Dari berbagai
jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, peneliti memilih
bentuk pendekatan normatif yang berupa, penemuan hukum in-conreto.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Pascasarjanan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret serta
32
Johni Ibrahim, Teori dan Metodogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2006, hlm.44
33
Peter mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2006, hlm. 22
53
E. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data
yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Namun untuk
kelengkapan dan keutuhan dari masalah yang diteliti, maka akan
disempurnakan dengan penggunaan data pelengkap yang berguna untuk
melengkapi data pokok. Penelitian ini menggunakan jenis data Sekunder.
Data sekunder, adalah data yang berasal dari data-data yang sudah tersedia
misalnya, dokumen resmi, surat perjanjian atau buku-buku. Data Sekunder
dapat berupa bahan hukum Primer, Sekunder maupun Tertier34.
Adapun yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah
meliputi buku-buku kepustakaan, laporan, buku harian, arsip-arsip, dan
lainnya. Data sekunder utama dalam hal ini adalah Putusan hakim yaitu
Putusan Hakim yang ada di Pengadilan Negeri Boyolali
No.211/Pid.Sus/2013/PN.BI, Putusan Hakim Pengadilan negeri Unaaha No.
130/Pid.B/2013/PN.Unh Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih
No. 249/Pid.B/2013/PN.GS dalam Perkara Penyimpanan Bahan Bakar
Minyak tanpa Izin Usaha Penyimpanan.
F. Sumber Data
Sumber data yang akan diperlukan dalam penelitian adalah Sumber
data Sekunder. Sumber Data Sekunder merupakan sumber data yang
didapatkan secara tidak langsung berupa keterangan yang mendukung data
primer. Sumber data sekunder merupakan pendapat para ahli, dokumen-
dokumen, tulisan-tulisan dalam buku ilmiah, dan literatur-literatur serta
peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait.
34
Setiono. Loc. Cit. hlm. 6
54
BAB IV
A. Hasil Penelitian
35 ?
Setiono Op. Cit. hlm 8
56
Kebangsaan : Indonesia;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta;
57
Pendidikan : SLTA;
Telah membaca :
KESATU :
Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO PRAPTO
DIMULYO pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib,
atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam tahun 2013
bertempat di Pom Bensin Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk,
Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, menyalahgunakan
pengangkutan dan atau niaga bahan bakar minyak yang disubsidi
Pemerintah, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai
berikut :
Awalnya beberapa orang Anggota kepolisian dari Polres Boyolali
diantaranya saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR
EDI NUGROHO setelah mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada
bensin dan solar bersubsidi dalam jumlah besar yang disimpan sekitar area
di Pom Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk, Kab. Boyolali
kemudian saksi AIPTU ABDUL ROKHIM ,saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR
60
dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kab. Boyolali, ijin IMB NO : 1367 tahun
1998 tentang ijin mendirikan bangunan, ijin usaha perdagangan no :
0221/11.32/MK/X/2012/( SIUp MIKRO – P1, tanggal 20 Oktober 2012 ),
TDP perusahaan no : 113354703472 tanggal 20 Oktober 2012 dan ijin
prinsip Bupati Boyolali No : 503/03242 tanggal 19 Nopember 1997;
Bahwa Perbuatan terdakwa telah melakukan pelanggaran
penyalahgunaan pengangkutan dan atau Niaga BBM yang disubsidi oleh
pemerintah sebagaimana dimaksud melanggar Pasal 55 Undang Undang No
22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas.
ATAU
KEDUA :
Terdakwa SUMARYONO MARDOWO Bin SUPOMO PRAPTO
DIMULYO pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 sekitar pukul 11.00 Wib,
atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam tahun 2013
bertempat di Pom Bensin Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk,
Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, melakukan penyimpanan bahar
bakar minyak jenis bensin dan solar yang disubsidi oleh pemerintah tanpa
izin usaha penyimpanan, perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara
sebagai berikut :
Awalnya beberapa orang Anggota kepolisian dari Polres Boyolali
diantaranya saksi AIPTU ABDUL ROKHIM, saksi BRIPKA DIDIT EKO
HANGSONO, saksi BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI
NUGROHO setelah mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada bensin
dan solar bersubsidi dalam jumlah besar yang disimpan sekitar area di Pom
Mini di Dk. Wonorejo, Ds. Sruni, Kec. Musuk, Kab. Boyolali kemudian saksi
AIPTU ABDUL ROKHIM ,saksi BRIPKA DIDIT EKO HANGSONO, saksi
BRIPTU FAJAR ISTANTO dan saksi BRIGADIR EDI NUGROHO
langsung menuju tempat yang dimaksud untuk memastikan ke Pom Mini
mengenai informasi yang di peroleh;
63
d. Bahwa terdakwa menjual bensin dan solar dengan harga Rp. 4.750,-
(empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per liter dan terdakwa
membeli dari SPBU Kemiri dan SPBU Sunggingan dengan harga
Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah);
e. Bahwa cara terdakwa membeli bensin dan solar di SPBU yaitu pada
waktu malam hari terdakwa dengan menggunakan mobil atau sepeda
motor datang ke SPBU, lalu saksi ikut ke SPBU membawa sepeda
motor yang ada bronjongnya setelah sampai di SPBU kemudian
terdakwa membeli solar atau bensin dengan menggunakan surat
rekomendasi lalu saksi membawa jerigen yang sudah berisi solar
atau bensin menggunakan sepeda motor kemudian balik lagi ke
SPBU untuk membeli bensin dan solar demikian seterusnya dalam
satu malam bolak balik 4 (empat) sampai 5 (lima) kali dengan
jumlah pembelian sekitar 200 (dua ratus) liter sampai dengan 250
(dua ratus lima puluh) liter dalam satu SPBU;
f. Bahwa pada pagi hari tanggal 17 Juni 2013 Pom bensin mini buka
seperti biasa dan saksi yang bertugas menunggu pom bensin tetapi
sekitar pukul 08.30 Wib saksi menutup pom bensin untuk pulang
makan pagi (sarapan) setelah pulang sarapan ketika saksi kembali ke
pom bensin mini ternyata sudah ada polisi menanyakan siapa
pemilik pom bensin;
g. Bahwa saksi selanjutnya disuruh petugas polisi untuk membuka
tangki penampungan bensin dan solar lalu polisi menemukan bensin
dalam tangki kira-kira 7.017 (tujuh ribu tujuh belas) liter, solar
dalam tangki kira-kira 6000 (enam ribu) liter dan bensin dalam
jerigen kira-kira 600 (enam ratus) liter;
h. Bahwa bensin dan solar setiap harinya terjual sekitar 400 (empat
ratus) liter dan didalam tangki masih tersisa bensin dan solar dalam
jumlah banyak karena meskipun pom bensin tutup, terdakwa setiap
hari tetap membeli bensin dan solar ke SPBU;
70
2. Saksi PRIYANTO:
a. Bahwa saksi bekerja di SPBU Kemiri, Mojosongo, Boyolali sejak
2 (dua) tahun lalu sebagai Supervisor yang bertugas mengontrol
kerja anak buah yang bekerja di SPBU Kemiri;
b. Bahwa saksi pernah bertemu dengan terdakwa pada saat terdakwa
meminta surat pengantar di SPBU Kemiri untuk mengurus surat
rekomendasi ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag);
c. Bahwa surat pengantar dari SPBU isinya memberikan ijin untuk
pengambilan BBM untuk dijual lagi/sebagai pengecer;
d. Bahwa surat rekomendasi memberi batasan pengambilan BBM
premium untuk dijual lagi yaitu 40 (empat puluh) liter perhari
sedangkan sebelumnya 100 (seratus) liter perhari;
e. Bahwa SPBU Kemiri melayani pembelian premium (bensin)
dengan menggunakan surat rekomendasi dari Disperindag
sedangkan untuk pembelian solar dengan menggunakan surat
rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan;
f. Bahwa pembelian dengan menggunakan surat rekomendasi hanya
satu kali pembelian dalam satu hari dan surat rekomendasi tidak
71
h. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar dari SPBU Kemiri dan
SPBU Sunggingan;
i. Bahwa terdakwa membeli bensin dan solar dengan harga Rp. 4500,-
(empat ribu lima ratus rupiah) perliter kemudian dijual Rp. 4.750,-
(empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per liter;
j. Bahwa saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa menyimpan/menimbun BBM menjelang kenaikan harga BBM
selain itu dimana-mana banyak orang melakukan penimbunan BBM
dan penangkapan terdakwa bersamaan dengan adanya operasi Dian
Candi 2013;
k. Bahwa terdakwa menjual bensin dan solar sejak tahun 1996, dan
biasanya setiap hari buka terus akan tetapi menjelang kenaikan harga
BBM menurut informasi sering tutup;
l. Bahwa menurut pengakuan terdakwa, sisa bensin dan solar di dalam
tangki pendam tersisa dalam jumlah besar karena terdakwa membeli
bensin dan solar setiap hari ke SPBU tetapi penjualan sedikit;
m. Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan dipersidangan
adalah milik terdakwa;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
keberatan dan menyatakan tidak menimbun BBM dan tidak ada gudang;
yang digunakan sebagai bahan bakar pertanian tetapi tidak boleh untuk
dijual;
e. Bahwa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan surat
rekomendasi yaitu foto copy KTP Pemohon, surat pengantar dari desa,
surat keterangan dari SPBU dan surat pernyataan dari Pemohon yang
dibuat diatas materai Rp. 6000,-;
f. Bahwa satu orang pemohon hanya dapat mendapatkan satu surat
rekomendasi dan digunakan untuk pembelian di satu SPBU;’
g. Bahwa surat rekomendasi yang diajukan oleh orang yang masih satu
keluarga maka apabila dari Dinas mengetahui, permohonan tersebut
tidak akan dikabulkan;
h.Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan dalam
mengeluarkan surat rekomendasi tidak melakukan survey ke lokasi
pemohon;
i. Bahwa saksi tidak mengenal nama-nama yang mempunyai surat
rekomendasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Boyolali atas nama Miswanto, Anik Dyah Murwani, Budi
Sartono dan Dwi Wahyuni;
j. Bahwa Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Boyolali mengeluarkan surat rekomendasi berdasarkan:
1) Peraturan Presiden RI No. 15/2002 tentang harga jual eceran dan
konsumen pengguna jenis BBM tertentu;
2) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12/2012
tentang Pengendalian Pengguna BBM;
3) Hasil Rapat Koordinasi Terpadu antara Disperindag, Polres,
Pertamina, SPBU se Kabupaten Boyolali dan Hiswana Migas
Surakarta tanggal 13 Maret 2012;
4) Surat dari SPBU yang akan mengajukan rekomendasi;
k. Bahwa jangka waktu berlaku surat rekomendasi adalah satu tahun dan
dapat diperpanjang dengan memenuhi persyaratan seperti diawal
pengajuan;
77
7. Saksi SUTARDI, SH :
a. Bahwa saksi bekerja di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kabupaten Boyolali dan menjabat sebagai Kepala
Kantor sejak 31 Desember 2011;
b. Bahwa saksi mengetahui perkara yang berkaitan dengan terdakwa
karena saksi mendapat panggilan dari Polres Boyolali untuk dimintai
keterangan sebagai saksi mengenai pemberian SIUP (Surat Ijin Usaha
Perdagangan) atas nama Sumaryono Mardowo;
c. Bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kabupaten Boyolali pernah mengeluarkan Surat Ijin Tempat Usaha/HO
No. 503/932/30/X/Tahun 2012, TDP (Tanda Daftar Perusahaan) No.
113354703472 dan surat ijin usaha perdagangan No. 0221/11.32/
MK.10/2012 atas nama Sumaryono Mardowo;
d. Bahwa nama perusahaan terdakwa adalah Agung Sri Rejeki;
e. Bahwa ijin usaha yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perijinan Terpadu dapat digunakan untuk usaha pembelian
solar dan bensin;
f. Bahwa fungsi Surat Ijin Usaha Perdagangan adalah pemberian ijin
kepada pemohon untuk melakukan usaha perdagangan;
g. Bahwa Terdakwa mempunyai usaha pom bensin mini dan termasuk
kategori pengecer;
h. Bahwa dalam mengeluarkan Surat Ijin Usaha Perdagangan, Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu melibatkan Dinas
lain misalnya terkait BBM melibatkan Disperindag;
i. Bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
dalam mengeluarkan surat rekomendasi terlebih dahulu melakukan
78
b) Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) ;
103
c) Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter ; Dirampas untuk Negara ;
KESATU :
menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe Jeep warna
Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah dimodifikasi
melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU tersebut sebanyak
80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp. 4.500,- (empat ribu
lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi kurang lebih 47 (empat
puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin GIMIN dan saksi TRISNA
JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya Anggota Polisi) yang melakukan
penangkapan terhadap terdakwa karena terdakwa telah membeli BBM
yang disubsidi pemerintah dengan cara memodifikasi tangki mobilnya
dengan tujuan agar dapat membeli BBM jenis Solar lebih banyak dari
SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan maksud untuk dijual kembali
kepada pengecer minyak dengan harga yang lebih mahal karena ingin
memperoleh keuntungan dari penjualan BBM bersubsidi tersebut dan
menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian dan penjualan BBM
jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut terdakwa telah mendapatkan
keuntungan kurang lebih sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;
ATAU
KEDUA :
dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah), selanjutnya pada hari
Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB terdakwa kembali
mendatangani SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli BBM jenis
Solar dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe
Jeep warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah
dimodifikasi melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU
tersebut sebanyak 80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp.
4.500,- (empat ribu lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi
kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin
GIMIN dan saksi TRISNA JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya
Anggota Polisi) yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa telah membeli BBM yang disubsidi pemerintah dengan cara
memodifikasi tangki mobilnya dengan tujuan agar dapat membeli BBM
jenis Solar lebih banyak dari SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
maksud untuk dijual kembali kepada pengecer minyak dengan harga yang
lebih mahal karena ingin memperoleh keuntungan dari penjualan BBM
bersubsidi tersebut dan menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian
dan penjualan BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut
terdakwa telah mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp.
300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;
ATAU
KETIGA :
jenis Solar tersebut terdakwa pergi membawa mobilnya yang sudah terisi
BBM jenis Solar dan menjualnya kepada pengecer BBM di pinggir-
pinggir jalan dengan harga Rp. 5.200,- (lima ribu dua ratus rupiah) sampai
dengan Rp. 5.300,- (lima ribu tiga ratus rupiah), selanjutnya pada hari
Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 23.00 WIB terdakwa kembali
mendatangani SPBU 24.341.12 Yukum Jaya untuk membeli BBM jenis
Solar dengan menggunakan 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline tipe
Jeep warna Hitam No. Pol. BE 1001 GG yang tangkinya sudah
dimodifikasi melakukan pembelian di Pompa Nomor 9/10 di SPBU
tersebut sebanyak 80 (delapan puluh) liter dengan harga perliternya Rp.
4.500,- (empat ribu lim ratus rupiah) namun ketika tangki baru terisi
kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter datang saksi M. BASUKI Bin
GIMIN dan saksi TRISNA JAYA Bin ENDI HAMAMI (keduanya
Anggota Polisi) yang melakukan penangkapan terhadap terdakwa karena
terdakwa telah membeli BBM yang disubsidi pemerintah dengan cara
memodifikasi tangki mobilnya dengan tujuan agar dapat membeli BBM
jenis Solar lebih banyak dari SPBU 24.341.12 Yukum Jaya dengan
maksud untuk dijual kembali kepada pengecer minyak dengan harga yang
lebih mahal karena ingin memperoleh keuntungan dari penjualan BBM
bersubsidi tersebut dan menurut pengakuan terdakwa dari hasil pembelian
dan penjualan BBM jenis Solar yang disubsidi pemerintah terebut
terdakwa telah mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp.
300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;
c. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah
d. Bahwa saksi mengetahui hal tersebut pada saat saksi sedang berada di
SPBU Yukum Jaya saksi mendapat dari informasi dari masyarakat
bahwa seseorang yang sedang melakukan penimbunan bahan bakar
minyak jenis solar
e. Bahwa setelah itu saksi melihat ada 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG sedang
melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis solar yang dikemudikan
terdakwa yang sudah selesai melakukan pembayaran sebanyak Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) untuk pembelian solar
sebanyak 47.33 (empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter
111
j. Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk
Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang
Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan
Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter yang diperlihatkan kepada saksi ;
c. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
d. Bahwa saksi mengetahui hal tersebut pada saat saksi sedang berada di
SPBU Yukum Jaya saksi mendapat dari informasi dari masyarakat
bahwa seseorang yang sedang melakukan penimbunan bahan bakar
minyak jenis solar ;
e. Bahwa setelah itu saksi melihat ada 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG sedang
melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis solar yang dikemudikan
terdakwa yang sudah selesai melakukan pembayaran sebanyak Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) untuk pembelian solar
sebanyak 47.33 (empat puluh tujuh koma tiga puluh tiga) liter ;
j. Bahwa saksi membenarkan barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk
Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang
Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan
Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh)
liter yang diperlihatkan kepada saksi ;
- Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
d. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;
GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah)
dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh
tujuh) liter yang diperlihatkan kepada saksi ;
d. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
e. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;
116
d. Bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013
lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
e. Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00
WIB terdakwa membeli BBM bersubsidi di tempat saksi bekerja ;
GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah)
dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh
tujuh) liter yang diperlihatkan kepada saksi ;
1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline warna Abu-abu Metalik No.
Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga
belas ribu rupiah) dan Bahan Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47
(empat puluh tujuh) liter, dan terhadap barang bukti tersebut telah
dilakukan penyitaan secara sah dan patut menurut hukum ;
c. Bahwa terdakwa ditangkap oleh petugas polisi pada hari Selasa tanggal
23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00 WIB di SPBU Yukum Jaya
Kecamatan Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
k. Bahwa barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu Hiline
warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai sebesar Rp.
213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan Bahan Bakar Minyak
jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter tersebut adalah
yang ditemukan Polisi pada saat penangkapan ;
n. Bahwa atas kejadian ini terdakwa merasa bersalah dan menyesal serta
berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;
a. Bahwa benar para saksi dan terdakwa pernah diperiksa di Polisi Resor
Lampung Tengah dan keterangan para saksi dan terdakwa yang berikan
benar semua, terhadap keterangan tersebut para saksi dan terdakwa
menyatakan tetap akan mempergunakannya dan tidak ada yang para
saksi dan terdakwa bantah ;
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi atau Usaha Kecil
dan Badan Usaha Swasta ;
d. Bahwa benar terdakwa ditangkap oleh petugas polisi pada hari Selasa
tanggal 23 April 2013 lebih kurang pukul 23.00 WIB di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Yukum Jaya Kecamatan
Terbangi Besar Kabupaten Lampung Tengah ;
k. Bahwa benar barang bukti berupa 1 (satu) unit Mobil merk Daihatsu
Hiline warna Abu-abu Metalik No. Pol. BE 1001 GG, Uang Tunai
sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu rupiah) dan Bahan
Bakar Minyak jenis Solar kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) liter
tersebut adalah yang ditemukan Polisi pada saat penangkapan ;
m. Bahwa benar atas kejadian ini terdakwa merasa bersalah dan menyesal
serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;
n. Bahwa benar terdakwa mengetahui BBM jenis solar yang dijual tersebut
adalah BBM yang disubsidi oleh pemerintah ;
ATAU
ATAU
1. Setiap orang ;
2. Yang Melakukan Niaga Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Tanpa
Izin Usaha Niaga ;
PRIMAIR
Bahwa Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE pada
hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun 2013 bertempat di
Kelurahan Lalosabila kec. Wawotobi Kab. Konawe atau setidak-tidaknya
disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri
Unaaha, telah menyalahkan pengangkutan dan atau niaga bahan bakar
minyak yang disubsidi pemerintah, perbuatan terdakwa dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita di
Kelurahan Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. Konawe, berawal ketika
terdakwa memuat BBM jenis bensin yang diambil dengan cara mengantri
dan mengisi jergen dalam mobil Suzuki Carry milik DT 9550 GE warna
hitam yang dikendarai oleh terdakwa di SPBU Wawotobi, selanjutnya
ketika terdakwa hendak menyalurkan kepada pemesan BBM jenis bensin
tersebut ke Kec. Meluhu Kab. Konawe oleh anggota Polres Konawe
dihentikan dan ketika dilakukan pemeriksaan terdakwa tidak memiliki izin
untuk melakukan pengangkutan atau niaga Bahan Bakar Minyak jenis
bensin sebanyak 8 (delapan) jerigen dengan isi total 275 (dua ratus tujuh
puluh lima) liter yang di subsidi pemerintah dan terdakwa dalam
melakukan pengangkutan tersebut dimaksudkan untuk dijual kepada
pengecer dan pengelola kayu seharga Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) ;
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 55 UU No. 22 tahun 2001 ;
SUBSIDAIR
Bahwa Terdakwa HARSID alias TENDE bin LABANGULE pada
hari Sabtu tanggal 20 April 2013 sekira pukul 11.00 wita atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun 2013 bertempat di
Kelurahan Lalosabilakec. Wawotobi Kab. Konawe atau setidak-tidaknya
disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri
132
b. Putusan
Pengadilan Negeri Gunung Sugih No. 249/Pid.B/2013/PN.GS.
Putusan hakim Pengadilan Negeri Guning Sugih dalam
memutus perkara Penimbunan Bahan bakar Minyak (BBM), tanpa ijin
penyimpanan dalam perkara No. 249/Pid.B/2013/PN.GS. adalah
sebagai berikut :
- Uang Tunai sebesar Rp. 213.000,- (dua ratus tiga belas ribu
rupiah) ;
148
Tabel 2 :
Putusan Hakim Pengadilan Negeri
NO PERKARA PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM
HAKIM
1. Putusan Perngadilan Negeri Pertimbangan Hakim yang Menjatuhkan pidana
Boyolali No. memberatkan: kepada terdakwa
211/Pid.Sus/2013/PN.Bi. Perbuatan terdakwa tersebut oleh karena
mengganggu ketersediaan itu dengan pidana
bensin dan solar di penjara selama 3
masyarakat (tiga) bulan;
Pertimbangan hakim yang Menghukum pula
meringankam : terdakwa untuk
1. Terdakwa belum membayar denda
pernah dihukum. sebesar Rp.
2. Terdakwa 3.000.000.000,- (tiga
mengakui milyar rupiah)
perbuatannya, dengan ketentuan
menyesali apabila terdakwa
perbuatannya dan tidak sanggup
berjanji tidak akan membayar denda
150
dijatuhkan;
3. Menetapkan
Terdakwa tetap
berada dalam
tahanan;
4. Menetapkan
barang bukti
berupa :
a. 8 (delapan)
jerigen berisi
275 (dua
ratus tujuh
puluh lima)
liter BBM
jenis Bensin ;
b. 1 (satu) unit
mobil Suzuki
Carry DT
9550 GE
warna
hitam ;
Dirampas
untuk
negara;
5.Menetapkan
Terdakwa
dibebani
membayar biaya
perkara sebesar
Rp. 5.000,-
(lima ribu
153
rupiah);
B. Pembahasan
1. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang dipergunakan oleh hakim
Pengadilan Negeri, dalam memutus Perkara Tindak Pidana
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa Izin Usaha
Penyimpanan.
Menurut Pasal Undang-Undang No. 18 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hakim adalah pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang. Oleh sebab
itu hakim dalam memutus dan memeriksa perkara mempertimbangkan
kebenaran yuridis (hukum) dengan kebenaran filosofis (Keadilan). Hakim
dalam memutus perkara yang adil dan bijaksana dengan
mempertimbangkan implikasi hukum dan dampaknya yang terjadi dalam
masyarakat.
Dari sudut perspektif internal, proses pembuatan keputusan tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan bernalar hakim. Kegiatan bernalar Hakim
dengan beragam motivering yang menopangnya, selalu berada dalam
pusaran tarikan keanekaragaman kerangka orientasi berpikir yuridis yang
terpelihara dalam sebuah sistem, sehingga dapat berkembang menurut
logikanya sendiri, dan eksis sebagai sebuah model penalaran yang khas
sesuai dengan tugas-tugas profesionalnya.Namun pilihan tersebut tidak
dapat dilakukan dalam ruang hampa.
Proses internal (kognitif) dalam kegiatan menalar harus selalu
merujuk pada beragam kode yang diproduksi dan direproduksi secara
otonom oleh hukum sebagai sebuah sistem autopoesis. Dalam hal ini
Hakim sebagai salah satu pengemban hukum praktis harus mampu
menemukan, membaca, menafsirkan dan menerapkan kode-kode hukum
dengan baik dan benar sebagai bagian dari upaya untuk melakukan.
154
Sehingga dapat dikatakan mengkodekan dunia menjadi apa yang legal dan
illegal.
Dari perspektif eksternal, proses pembuatan putusan oleh hakim
tidak dapat dilepaskan dari konteks kerangka teoretis, filosofis dan
paradigma yang diyakininya, yang acapkali --- secara sadar ataupun tidak
--- dimuati dan tercampur oleh kepentingan-kepentingan kultural,
sosioligis, dan politis. Hal ini yang kemudian menyebabkan pemikiran
apriori, pra-anggapan, prasangka dan praduga tentang klaim kebenaran
dari putusan yang dibuat tumbuh subur di komunitas hakim. Klaim
tersebut kemudian diperkuat oleh argumen-argumen para filosof hukum,
teoretisi, maupun praktisi berdasarkan landasan paradigma, aliran filsafat
dan kerangka teoretis yang dikukuhinya. Percampuran antara perspektif
internal dan eksternal itulah yang kemudian menjadi penentu, bagaimana
hakim sebagai bagian dari aparat penegak hukum dapat menjalankan
tugas, kewenangan dan fungsinya secara profesional.
Profesionalisme hakim yang termanifestasi dalam putusan-putusan
yang dibuatnya tersebut sangat dipengaruhi oleh: penguasaan atas ilmu
hukum, kemampuan berpikir yuridik, kemahiran yuridik, dan kesadaran
serta komitmen profesional. Penguasaan atas Ilmu Hukum, bagian ini
melihat bagaimana pengetahuan, penguasaan, serta pengembangan secara
sistematik, metodik dan rasional atas asas-asas, kaidah-kaidah, dan/atau
aturan-aturan hukum, baik pada tingkat lokal, nasional, transnasional
maupun internasional, serta pada tataran hukum dasar atau bidang-bidang
hukum pada sektor-sektor kehidupan manusia.
Kemampuan berpikir yuridik merupakan kemampuan menalar
(reasoning) dalam kerangka tatanan hukum yang berlaku (baik dalam
tataran lokal, nasional, transnasional, maupun internasional) untuk
mengidentifikasi hak dan kewajiban manusia di dalam pergaulan hidupnya
dengan mengacu pada upaya mewujudkan cita-hukum (rechtsidee) yang
mencakup idea tentang kepastian hukum, prediktabilitas, kemanfaatan
sosial dan keadilan yang harus diwujudkan di dalam masyarakat melalui
155
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini
dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Jadi, hakim merupakan perumus dan penggali nilai-nilai
hukum yang hidup di kalangan rakyat. Oleh karena itu, ia harus terjun ke
tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Dalam Ketiga putusan dalam kasus yanag diteliti, ada tiga unsur
yang harus selalu diperhatikan yaitu : kepastian hukum, kemanfaatan dan
keadilan. Demikian juga putusan hakim untuk menyelesaikan suatu
perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah
yang memperhatikan tiga nilai unsur yaitu yuridis (kepastian hukum), nilai
sosiologis (kemanfaatan), dan filosofis (keadilan). Kepastian hukum
menekankan agar hukum atau peraturan itu ditegakan sebagaimana yang
diinginkan oleh bunyi hukum/peraturannya. Fiat justitia et pereat mundus
(meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakan). Adapun nilai
sosiologis menekankan kepada kemanfaatan bagi masyarakat. Masyarakat
mengharapkan bahwa pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, karena
memang hukum adalah untuk manusia, maka dalam melaksanakan hukum
jangan sampai justru menimbulkan keresahan dalam masyarakat,.
Demikian juga hukum dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan.
Sehingga dengan ditegakkannya hukum akan memberikan rasa keadilan
bagi masyarakat. Meskipun sebenarnya keadilan itu sendiri bersifat
subyektif dan individualistis. Dalam memutus suatu perkara, ketiga unsur
diatas secara teoritis harus mendapat perhatian secara proposional dan
seimbang. Meskipun dalam prakteknya tidak selalu mudah untuk
mengusahakan kompromi terhadap unsure-unsur tersebut.
Pertentangan yang terjadi dalam setiap menanggapi putusan hakim
terhadap suatu perkara, dengan apa yang diinginkan masyarakat, biasanya
berkisar antara sejauh mana pertimbangan unsur yuridis (kepastian
hukum) dengan unsur filosofis (keadilan) ditampung didalamnya.
158
cukup, maka berdasarkan ketentuan Pasal 193 ayat (2) sub b KUHAP
perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
1. Hakim
Hakim dalam hal memutus perkara harus mempertimbangkan Besar
kerugian atau dampak kerugian yang mungkin terjadi. Disamping hakim
juga harus mempertimbangkan kedudukan atau perbuatan terdakwa.
2. Pemerintah
Pemerintah hendaknya perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat,
bahwa menyimpan atau menimbun Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa
izin Usaha Penyimpanan merupakan perbuatan hukum yang dapat
dikenakan sanksi pidana.
3. Masyarakat
Masyarakat hendaknya menyadari, bahwa kebijakan pemerintah
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak, tentu memiliki tujuan dan maksud
untuk kesejahteraan rakyat sehingga tidak perlu lagi melakukan perbuatan
hukum yaitu tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak tanpa izin
penyimpanan.
169
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
A.Z. Abidin Farid dan Andi Hamzah. 2010. Pengantar Dalam Hukum Pidana
Indonesia. Jakarta: PT.Yarsif Watampone.
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif. Jakarta, Sinar Grafika
Andi Ayyub Saleh, 2001, Tamasya Perenungan Hukum dalam “Law in Book and
Law in Actio Adami Chazawi.. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika
J.E. Jonkers. 1987. Hukum Pidana Hindia Belanda. Tim Penerjemah Bina Aksara.
Jakarta: PT Bina Aksara.
J.E. Sahetay. 1995. Hukum Pidana. Jakarta: Konsorium Ilmu Hukum Departemen
P dan K
Johni Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Bayumedia Publishing
Moeljatno. 2008. Edisi Revisi Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
Pan S. Kim. Civil Service reform in Japan and Korea toward Competitiveness and
competency. International Rteview of Administrative Science. Vo. 68
Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung. PT. Citra Aditya Bhakti.
Soejono Soekarno dan Sri Mamdji. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta,
CV. Rajawali
Winamo Budyatmojo. 2009. Hukum Pidana Kodifikasi. Surakarta : LPP UNS dan
UNS Press.
Undang – Undang