Anda di halaman 1dari 23

PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN YANG BERTANGGUNGJAWAB

MELALUI PENERAPAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN


INDONESIA BERBASIS KEPEMIMPINAN KEPAMONGPRAJAAN,
BIROKRASI, SOSIAL, POLITIK DAN KEPEMIMPINAN PANCASILA DI
LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

NAMA : RIO VALENTINO


NPP: 30.0935
KELAS : H-3
MATA KULIAH: KEPEMIMPINAN PEMERINTAH INDONESIA
PROGRAM STUDI PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG
FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN 2023
LATAR BELAKANG

Secara umum, banyak orang memahami bahwa arti dari pemimpin adalah
orang yang mempunyai suatu jabatan atau kedudukan yang tinggi dalam sebuah
organisasi. Dengan kata lain, orang tersebut mempunyai kekuasaan untuk
mempengaruhi orang lain karena jabatan yang dimilikinya. Secara ekonomi pun
orang yang dikatakan pemimpin mempunyai taraf ekonomi yang bagus dan
mempunyai fasilitas yang lebih dibandingkan orang yang biasa sehingga mendapat
perlakuan yang istimewa kepada orang tersebut.

Namun demikian, pemimpin itu diperlukan karena keperluan suatu institusi


atau organisasi untuk mencapai tujuannya yang harus di pimpinnya yang disebut
kepemimpinannya, maka kepemimpinan merupakan sebuah tindakan atau perilaku
dari pemimpin untuk mencapai tujuan dari institusi atau organisasi. (Afandi;2013)

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang-orang yang


dipimpin sehingga orang tersebut mau melaksanakan apa yang diinginkan oleh sang
pemimpin. Setiap pemimpin memiliki model atau gaya kepemimpinan yang berbeda-
beda, tergantung dari visi dan karakter dari orang tersebut. Kepemimpinan secara
umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Hade Afriansyah, 2019).

Dalam birokrasi pada umumnya dan khususnya birokrasi publik, pemimpin


memegang peranan yang sangat strategis, berhasil tidaknya birokrasi publik
menjalankan tugas-tugas pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas pemimpinnya.
Oleh karena itu kedudukan pemimpin sangat mendominasi semua aktivitas yang
dilakukan birokrasi.

Kepemimpinan dalam birokrasi merupakan sesuatu yang sangat menentukan


berhasil tidaknya birokrasi. Karena pemimpin yang bertanggungjawab untuk
mengkoordinir dan mengorganisir sumber daya birokrasi sehingga bisa menjadi satu
kesatuan yang utuh dan selaras satu sama lain. Birokrasi tanpa pimpinan seperti
tubuh tanpa kepala, mudah tersesat, kacau balau. Sebagian besar umat manusia
memerlukan pemimpin, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain dari pada
pemimpin. Oleh karena itu, birokrasi sangat membutuhkan pemimpin yang pionir,
yaitu pemimpin yang mempunyai visi serta pemimpin yang mau melayani bukan
dilayani.

Selanjutnya, mengatur kehidupan masyarakat, kehadiran pemerintah menjadi


sesuatu yang tak dapat dihindari. Sepanjang kebutuhan itu, eksistensi pemerintah
dapat hadir dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Semakin jauh
keterlibatan pemerintah dalam kehidupan masyarakat, mengesankan iemahnya
masyarakat sekaligus menunjukkan tingginya kebutuhan akan hadirnya
pemerintahan. Fenomena ini sering kali mendorong terbentuknya pemerintahan
absolut dengan model sentralistik. Sebaliknya, semakin rendah keterlibatan
pemerintah dalam aktivitas masyarakat, menunjukkan tingginya kemandirian
masyarakat dalam menentukan masa depannya sekaligus menggambarkan batas-
batas kebutuhan akan perlunya pemerintahan. Gambaran terakhir cenderung
mendorong terbentuknya pemerintahan demokratis di berbagai belahan dunia.

Salah satu model kepemimpinan yang paling relevan dengan saat ini adalah
pemimpin yang bergaya Pamong yang artinya pemimpin yang dapat mengemong,
mengasuh atau dapat membimbing orang yang dipimpin. Berkenan dengan hal
tersebut maka kepemimpinan kepamongprajaan hendaknya mampu berpegang
pada kode etik kepamongprajaan dengan menunjukkan ukuran-ukuran baku yang
tertinggi pada nilai-nilai dan karakter serta jiwa dan kejuangan yang memberikan
informasi dan transparans yang akuntabel.

Kabupaten Kapuas merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Tengah


yang memiliki 17 kecamatan dan jumlah penduduk sebanyak 329.646 jiwa dengan
klasifikasi 168.139 laki-laki dan 161.507 perempuan (hasil Sensus Penduduk
Indonesia 2010). Karakteristik penempatan wilayah di kabupaten Kapuas cukup
berbeda dari wilayah lain di Indonesia. Sebagai contoh Kecamatan Pasak Talawang
mempunyai waktu tempuh 10 jam dari ibukota kabupaten, Kecamatan Kapuas
Tengah 8 jam, Kecamatan Timpah 6 jam. Kecamatan tersebut melewati kabupaten
lain dan ibukota provinsi untuk bisa sampai kesana, sehingga memang dibutuhkan
sumber daya manusia yang handal untuk melayani daerah-daerah yang jauh di
dalam pelayanan publik.
Isu urgensi yang menjadi salah satu topik yang selalu disorot adalah krisis
etika pelayan publik. Dalam realitanya masalah pelayanan publik dilingkungan
pemerintahan sudah lama menjadi pusat perhatian masyarakat seiring banyaknya
kasus pelayanan publik yang dianggap kurang berpihak kepada kepentingan
masyarakat. Ini mengisyaratkan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan
pemerintah belum menunjukkan hasil yang memuaskan bagi masyarakat.
Pelayanan yang berbelit-belit, in-efisiensi,  lambat, tidak ramah serta tidak jelasnya
waktu penyelesaian dan  tidak jelasnya biaya pelayanan merupakan bukti nyata
bahwa kualitas pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah masih rendah dan
pelayanan publik belum berkualitas. Beberapa faktor penyebab
belum berkualitasnya pelayanan publik adalah faktor SDM aparatur, organisasi
birokrasi, tata laksana, pola pikir, kinerja organisasi, budaya birokrasi, inovasi
birokrasi dan teknologi informasi, perilaku birokrasi, sistem dan strategi pelayanan,
kepemimpinan   yang   transaksional, struktur organisasi  yang adaptif, perilaku
organisasi yang koruptif, lemahnya implementasi kebijakan, belum diterapkannya
prinsip good governance dan komunikasi birokrasi.

MASALAH KAJIAN

Bagaimana penerapan kepemimpinan politik, birokrasi, sosial,


kepamongprajaan dan kepemimpinan Pancasila?

METODE

Pada artikel ini, penelitian menggukan metode studi literatur dengan cara
mengumpulkan literatur (bahan-bahan materi) yang bersumber dari berbagai macam
jurnal.

Berbagai bahan bacaan tersebut dikumpulkan dan dibuatlah artikel ini dengan
menggabungkan berbagai macam materi yang ada berkaitan dengan kepemimpinan
terutama kepemimpinan kepamongprajaan, birokrasi, politik, sosial dan pancasila
yang dianggap cocok untuk tujuan pembuatan artikel ini.

Artikel disusun dengan materi-materi dari segala sumber dengan memulai dari
materi dasar hingga hal-hal yang dianggap penting dalam membahas tentang
kepemimpinan kepamongprajaan, birokrasi, politik, sosial, dan Pancasila.
TINJAUAN TEORITIS

1. Pembangunan

Menurut beberapa pakar, teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan ke


dalam dua paradigma, yaitu Modernisasi dan Ketergantungan (Lewellen 1995;
Larrain 1994; Kiely 1995). Di dalam paradigma Modernisasi termasuk teori-teori
makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial, dan mikro tentang nilai-
nilai individu yang menunjang proses perubahan tersebut. Sedangkan paradigma
Ketergantungan mancakup teori- teori Keterbelakangan (Underdevelopment),
Ketergantungan (Dependent Development), dan Sistem Dunia (World System
Theory) sesuai dengan klasifikasi Larrain (1994).

Pembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari


konsep yang statis. Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang
tanpa akhir. Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya.
Pembangunan menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan
sendiri, tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak
bersifat top-down, tetapi tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri.
Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam proses pembangunan hanya
mungkin bila terjadi karena proses pendewasaan.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang


bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu


usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai
“suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana”.
2. Pemerintahan

Pemerintahan berasal dari perkataan perintah, sedangkan pemerintah berasal


dari kata perintah. Menurut kamus, kata-kata tersebut mempunyai arti sebagai
berikut:

1. Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu.


2. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara (daerah-negara)
atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu negara (seperti kabinet
merupakan suatu pemerintah).
3. Pemerintah adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah.

Sementara itu Samuel Edward Finer (S.E. Finer) menyatakan bahwa istilah
government, paling sedikit mempunyai empat arti:

1. menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol


atas pihak lain;
2. menunjukkan masalah-masalah (hal ikhwal) negara, di mana kegiatan atau
proses-proses di atas dijumpai;
3. menunjukkan orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-
tugas untuk memerintah;
4. menunjukkan cara, metode atau sistem masyarakat tertentu diperoleh.

Sedangkan J.A Corry seperti yang dikutip Muchtar Affandi (1982), menyatakan
bahwa pemerintah merupakan pengejawantahan yang konkret dari negara yang
terdiri dari badan-badan dan orang-orang yang melaksanakan tujuan-tujuan negara.
Setidak-tidaknya untuk negara-negara demokrasi, maka pemerintah pada saat
khusus manapun adalah lebih kecil dari negara.

Dalam arti luas, pemerintahan mencakup semua kekuasaan yang meliputi


seluruh fungsi negara. Menurut Corry (dalam Affandi, 1986;109) dalam arti umum
yang menyeluruh, pemerintahan menunjukkan keseluruhan rangkaian lembaga-
lembaga yang dipakai segolongan orang untuk memerintah dan yang menyebabkan
orang-orang lainnya tunduk. Jadi pemerintahan dalam arti luas tersebut, apabila
merujuk pada ajaran Montesquieu, meliputi keseluruhan lembaga negara yang
menjalankan kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif.
Ketiga lembaga tersebut merupakan unsur-unsur kekuasaan negara.

Di dalam arti sempit, pemerintahan kerap kali dipahami sebagai aktivitas dari
lembaga kekuasaan eksekutif. Termasuk dalam pengertian ini adalah keseluruhan
unsur-unsur yang tercakup di dalam pengertian lembaga eksekutif tersebut
misalnya: kepala pemerintahan, menteri-menteri departemen-departemen,
pemerintah daerah, dinas-dinas daerah dan unit-unit kerja pemerintahan lainnya.

3. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam diri
seseorang. Sikap kepemimpinan tersebut digunakan ketika memimpin. Menurut
(Kouzes dan Posner, 1987) kepemimpinan adalah kemampuan seorang pimpinan
ketika menjalankan peran kepemimpinannya, sehingga dapat mempengaruhi
bawahannya atau pengikutnya dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi.

Susilo Martoyo (2007:191) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah inti


manajemen, ini berarti bahwa manajemen akan dapat mencapai sasarannya apabila
ada kepemimpinan. Sedangkan memimpin hanya dapat dilaksanakan oleh seorang
pemimpin. Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan memimpin artinya
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa
mengindahkan bentuk alasannya.

Sadili Samsudin (2006:287) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan


meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Seorang pemimpin yang dapat memberi inspirasi, membujuk, memengaruhi, dan


memotivasi, dapat memicu perubahan yang berguna. Menciptakan perubahan adalah
salah satu tujuan kepemimpinan karena kebanyakan perbaikan akan memerlukan
perubahan dari status quo. Seorang pemimpin menciptakan visi bagi orang lain, dan
kemudian mengarahkan mereka untuk mencapai visi tersebut.

4. Kepamongprajaan
Secara etimologis, pamongpraja terdiri dari dua kata yaitu ; pamong berasal
darikata “emong” berarti pengasuh, penyelenggara. Praja berarti kerajaan, kota,
negara. Pamongpraja berarti penyelenggara pemerintahan. Jadi pamongpraja
identik dengan “Pemerintah dan Pemerintahan” (Taliziduhu Ndraha;2010).
Kepamongprajaan adalah keahlian aparatur pemerintahan dalam menerapkan atau
mengaplikasikan ilmu pengetahuan, etika, teknologi, seni atau keterampilan dan
nilai-nilai lainnya dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri. Pamongpraja
adalah orang/aparat yang bekerja dibidang pemerintahan, khususnya bidang
penyelenggaraan tugas pemerintahan umum (tugas umum pemerintahan) yang
meliputi koordinasi, pengawasan, pemeliharaan ketentraman dan ketertiban serta
melaksanakan tugas lain (residu) yang belum menjadi tugas suatu instansti atau
tugas yang telah menjadi urusan daerah.

Pamong membutuhkan kekuasaan untuk berinovasi dan berbuat menurut inisiatif


dan prakarsa terutama dalam keadaan mendesak dan tidak terdapat dalam
peraturan yang harus menjadi pegangan dalam bertindak. Tugas pamong praja
adalah tugas yang mulia dan dibutuhkan oleh masyarakat. Tugas itu biasa disebut
sebagai tugas panggilan hati, yang menjadi bagian dari keinginan untuk menggera
kkan segenap kemampuan yang dimilikinya demi untuk kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.

Bagaimana sesungguhnya model kepemimpinan kepamongprajaan yang


diharapkan, tentu berbagai type model kepemimpinan yang dianggap mumpuni,
mampu menggerakkan orang-orang yang dipimpin dalam mengawal visi dan misi
organisasi, memberikan pelayanan kepada publik, melindungi dan mengayomi
masyarakat yang membutuhkannya. Kemudian ada 12 nilai kepamongprajaan yaitu
sebagai berikut :

1. Vooruitzien, mengamong adalah memandang sejauh mungkin kedepan, tidak


hanya sebatas jabatan, masa kerja maupun masa hidup
2. Conducting, mengamong adalah menciptakan harmoni antar kegiatan dengan
instrumen yang berbeda-beda dan dilakukan oleh aktor yang berlainan
3. Coordinating, mengamong adalah membangun komitmen bersama antar unit
kerja dalam suatu wilayah agar tidak saling merugikan tetapi justru saling
meguntungkan
4. Peace-making, mengamong adalah membangun, menciptakan serta menjaga
kedamaian, kerukunan, keamanan, dan ketertiban
5. Residu-caring, mengamong adalah mengurus apa saja baik urusan yang
belum termasuk tupoksi (tugas pokok dan fungsi) unit manapun maupun
uruan yang tak satu unit krjapun bersedia mengurusnya.
6. Turbulence-Serving, mengamong adalah mengantisipasi dan melayani dalam
arti memberdayakan dan melindungi masyarakat dan lingkungannya, bangsa
dan negara terhadap segala sesuatu yang sifatnya membahayakan.
7. Freies Ermessen, mengamong adalah menunjukkan keberanian untuk
melakukan tindakan-tindakan membela, melindungi dan melayani
masyarakat.
8. Generalist Dan Specialist Function, mengamong adalah mengetahui sedikit
tentang banyak hal (generalis), dan juga mengetahui banyak hal tentang
suatu hal (spesialis).
9. Responsibility, mengamong adalah keberanian untuk mempertanggung
jawabkan semua hal yang dilakukan, bukan hanya kepada atasan tetapi juga
kepada masyarakat.
10. Magnanimous Thingking, mengamong adalah berpikir besar, berpikiran yang
menembus jaman. Tidak hany pada masanya saja, tetapi juga untuk masa
kedepan nantinya juga.
11. Omniprsence, mengamong tidak hanya membangun citra (image building)
pemerintahan tetapi merendahkan hati sedemikian rupa sehingga pemerintah
itu tidak terlihat sebagai sesuatu yang jauh dan yang asing, tetapi terasa hadir
di mana-mana dan kapan saja sebagai bagian dari dan sama dengan “kita.”
Ia melihat apa yang “kita” lihat, dan merasakan apa yang “kita” rasakan.
12. Distinguished Statesmanship, mengamong berarti memosisikan diri di atas
semua kepentingan publik. Melayani masyarakat dengan ikhlas tanpa
mengharapkan imbalan. Seorang statesman tidak pernah merasa berjasa,
karena tindakan apapun yang dilakukannya telah mendapat imbalan dari
negara dan masyarakat.

5. Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata
“kratia” (cratein) yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk
menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh
suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep
bahasa Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan “civil service”. Selain itu juga
sering disebut dengan public sector, public service ataupublic administration.
Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu
sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang
rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan
aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugastugas administrasi
berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976;
Mouzelis, dalam Setiwan,1998).

Michael G. Roskin menyebutkan bahwa sekurang – kurangnya ada 4 fungsi


birokrasi di dalam suatu pemerintahan modern, yaitu:
1. Fungsi Administrasi; Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi
administrasi, pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpulan informasi.
Dengan fungsi administasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi
adalah mengimplementasikan undang – undang yang telah disusun oleh
legeslatif serta penafsiran atas undang – undang tersebut oleh eksekutif.
Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum
suatu negara, dimana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian
rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan;
2. Fungsi Pelayanan; Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani
masyarakat atau kelompok – kelompok khusus.
3. Fungsi Pengaturan (Regulation); Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan
biasanya dirancang demi mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam
menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan antara dua
pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak. Badan
birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.
4. Fungsi Pengumpulan Informasi (Information Gathering); Informasi dibutuhkan
berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan mengalami
sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan – kebijakan baru
yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan sistuasi faktual. Oleh sebab
itu badan birokrasi yang menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan
negara tentu menyediakan data – data sehubungan dengan dua hal tersebut.

6. Sosial
Sosial dapat juga diartikan sebagai tentang hubungan antar masyarakat
atau pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat. Unsur pokok sosial ini
terdiri dari kaidah sosial, berbagai lapisan sosial yang ada di masyarakat, hingga
kelompok sosial yang beragam. Selain itu, sosiologi juga mempelajari tentang
suatu pengaruh proses timbal balik antar pelaku masyarakat.

Ruang lingkup sosial mencakup :

1. Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial,


dan masyarakat.
2. Nilai dan norma sosial yang mendasari atau mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang dalam interaksi sosial.
3. Perubahan sosial budaya yang berlangsung karena faktor internal maupun
faktor eksternal.
4. Masyarakat, kebudayaan daerah, dan kebudayaan nasional Indonesia.
5. Masalah-masalah sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari.

7. Politik
Istilah politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis yang berarti negara kota.
Orangorang yang mendiami kota disebut polites atau disebut juga warga negara,
sedangkan kewarganegaraan dalam bahasa Yunani disebut politikos. Dari istilah-
istilah tersebut, kemudian lahir suatu istilah politike episteme yang berarti ilmu politik.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian politik.
Menurut Ramlan Surbakti, politik diartikan sebagai interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.

Ramlan Surbakti juga menyatakan bahwa ada lima pandangan mengenai


politik, yaitu :

1. Politik merupakan usaha-usaha warga negara yang ditempuh untuk


membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama.
2. Politik adalah segala hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara
dan pemerintah.
3. Politik merupakan segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.
4. Politik adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan umum.
5. Politik adalah sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan
sumbersumber yang dianggap penting.
Menurut Miriam Budihardjo, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang
perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang
baik, yang oleh Plato dan Aristoteles disebut sebagai en dam onia.

Ruang lingkup ilmu politik sebagaimana tersebut di atas mencakup bidang-


bidang yang sangat luas, namun begitu, ruang lingkup ilmu politik pada dasarnya,
yaitu:

1. Filsafat dan teori politik. Filsafat politik mencari penjelasan yang berdasarkan
ratio, sedangkan teori politik tidak memajukan suatu pandangan tersendiri
mengenai metafisika dan epistemologi, tetapi berdasarkan atas pandangan-
pandangan yang sudah lazim pada masa itu.
2. Struktur dan lembaga-lembaga politik. Merupakan kajian terhadap lembaga-
lembaga politik khususnya peranan konstitusi, eksekutif, birokrasi, yudikatif,
partai politik, dan sistem pemilihannya.
3. Partai politik dan organisasi masyarakat. Partai-partai, golongan-golongan,
dan pendapat umum, banyak memakai konsep-konsep sosiologis dan
psikologis dan sering disebut political dynamic oleh karena sangat
menonjolkan aspek-aspek dinamis dari proses-proses politik.
4. Partisipasi warga negara. Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan
bentuk partisipasi politik.
5. Hukum dan lembaga-lembaga internasional. Subbidang ilmu politik
menfokuskan pada masalah-masalah yang beragam menyangkut organisasi-
organisasi internasional, ekonomi politik internasional, kajian perang, kajian
perdamaian, dan analisis kebijakan luar negeri.

8. Pancasila
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata

dari bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun
1945, ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 bersamaan dengan UUD
NRI Tahun 1945 yang diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor
7. Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pendalaman, penghayatan, pengembangan terhadap Pancasila tentulah
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang dengan memperhatikan
potensi yang ada padanya.

TINJAUAN LEGALISTIK

1. Pembukaan UUD 1945


Pada alinea ke-4, disebutkan ada empat tujuan berdirinya negara Republik
Indonesia, yaitu:

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial

Berdasarkan poin-poin di atas, pemerintah selaku pihak yang berwenang


menyelenggarakan urusan pemerintahan, mempunyai tugas untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat serta menciptakan ketertiban.

2. UU No. 23 Tahun 2014


Dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah disebutkan

bahwa pemerintah pusat melimpahkan wewenangnya langsung kepada pemerintah

daerah untuk diurus oleh daerah masing-masing. Seperti yang sudah disebutkan

dalam pasal 7 yang berbunyi:


1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah.

2) Presiden memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah

Adapun mengenai pasal diatas yang menyebutkan hal tersebut sudah

menjadi tanggung jawab Presiden dalam pelaksanaannya. Kemudian dalam pasal

11 ayat (1) "Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (3) yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib

dan Urusan Pemerintahan Pilihan". Kemudian pasal 12 ayat (1) dan (2)

menyebutkan urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar

sebagaimana dimaksud dalam:

a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat dan;
f. sosial.

3. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang


Administrasi Pemerintahan

Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai salah


satu dasar hukum bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat,
dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dalam upaya
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan Undang-Undang
tentang Administrasi Pemerintahan adalah:

a. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;


b. menciptakan kepastian hukum;
c. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;
d. menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
e. memberikan pelindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur
pemerintahan;
f. melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan dan menerapkan
AUPB; dan
g. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga Masyarakat

Pada pasal 5, Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan berdasarkan:


a. asas legalitas;
b. asas pelindungan terhadap hak asasi manusia; dan
c. AUPB.

Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk menyelenggarakan Administrasi


Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, kebijakan
pemerintahan, dan AUPB. Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban:

a. membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan kewenangannya;


b. mematuhi AUPB dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mematuhi persyaratan dan prosedur pembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;
d. mematuhi Undang-Undang ini dalam menggunakan Diskresi;
e. memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan
tertentu;
f. memberikan kesempatan kepada Warga Masyarakat untuk didengar pendapatnya
sebelum membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
g. memberitahukan kepada Warga Masyarakat yang berkaitan dengan Keputusan
dan/atau Tindakan yang menimbulkan kerugian paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja
terhitung sejak Keputusan dan/atau Tindakan ditetapkan dan/atau dilakukan;
h. menyusun standar operasional prosedur pembuatan Keputusan dan/atau
Tindakan;
i. memeriksa dan meneliti dokumen Administrasi Pemerintahan, serta membuka
akses dokumen Administrasi Pemerintahan kepada Warga Masyarakat, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang; menerbitkan Keputusan terhadap
permohonan
Warga Masyarakat, sesuai dengan hal-hal yang diputuskan dalam
keberatan/banding;
k. melaksanakan Keputusan dan/atau Tindakan yang sah dan Keputusan yang telah
dinyatakan tidak sah atau dibatalkan oleh Pengadilan, pejabat yang
bersangkutan,
atau Atasan Pejabat; dan

l. mematuhi putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Setiap Keputusan dan/atau Tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan


oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang. Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:

a. peraturan perundang-undangan; dan


b. AUPB.
Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Kewenangan
dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan Peraturan
Perundang-undangan atau Tindakan yang tidak sesuai dengan AUPB

AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas:

a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
Dalam hal ini, kepemimpinan yang baik harus berdasarkan asas legalitas,
asas pelindungan terhadap hak asasi manusia dan AUPB sehingga menciptakan
pelayan publik yang baik.

KERANGKA BERPIKIR

Kepemimpinan di Kabupaten
Kapuas
Permasalahan terkait
kepemimpinan

Kepemimpinan:
Kepamongprajaan
Birokrasi
Sosial
Pancasila
Politik

Faktor Upaya
Implementasi
Penghambat

Terciptanya Kepemimpinan
yang bertanggung jawab

Sumber: Diolah oleh Penulis (2023)

PEMBAHASAN

Pentingnya pembangunan pemerintahan yang bertanggung jawab


dikarenakan masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan pembangunan yang
mengedepankan pada, efektifitas pembangunan, efisiensi pembangunan,
responsivitas pembangunan, keberlanjutan pembangunan dan muara dari semua itu
adalah kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesejahtaraan. Hal ini didasarkan
pada apa yang telah disampaikan Kumorotomo (2014 : 179) bahwa para pengambil
keputusan negara mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu kapada warga negara
karena mereka memang telah memperoleh sebagian dari hak yang sebelumnya
merupakan hal individual. Masyarakat atau warga negara merelakan sebagian
kepentingannya untuk diserahkan kepada penguasa negara, dan negara melalui
aparaturnya memperoleh hak untuk mengatur sebagian dari sisi hidup warga
negaranya itu.
Pembangunan pemerintahan yang bertanggung jawab akan menciptakan
kesejahteraan masyarakat, hal ini juga disuarakan oleh Tjosvold bahwa pelayanan
yang bertanggung jawab akan menciptakan masyarakat yang manusiawi. Tjosvold
(1993) mengatakan bahwa melayani masyarakat baik sebagai kewajiban maupun
sebagai kehormatan, merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yang
manusiawi. Tjosvold (1993) selanjutnya menambahkan bahwa bagi organisasi,
melayani masyarakat/konsumen merupakan “saat yang menentukan” (moment of
thrust), peluang bagi organisasi untuk menunjukkan kredibilitas dan kapabilitas.
(Wasisitiono, 2003:42)
Pelayanan pemerintahan yang bertanggung jawab bisa dilihat dari banyak
sudut pandang, salah satunya jika merujuk kepada apa yang disampaikan oleh
Kumorotomo (2014:177) secara luas pertanggung jawaban mengandung arti yang
bermacam-macam, tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Pertanggung
jawaban etis tentunya berbeda dengan pertanggungjawbaan rasional. Jika
pertanggung jawaban rasional dapat diangkat dari tindakan-tindakan nyata dan
sanksi-sanksi yang diterapkan dapat dipaksakan oleh orang lain, sebaliknya
pertanggung jawaban etis sifatnya lebih abstrak dan sanksi-sanksi yang mengiringi
hendak menyentuh langsung nurani manusia yang mewujudkan sikap, tindakan, dan
keputusan tertentu. Pertanggung jawaban juga dapat dibedakan menurut
jenjangnya. Sebagai contoh, di dalam organisasi kita mengenal pertanggung
jawaban tingkat institusional, tingkat manajerial, dan tingkat teknis.
Begitu startegisnya kedudukan dan peran Kepala Daerah dalam sistem
pemerintahan, maka seorang Kepala Daerah harus menerapkan pola kegiatan yang
dinamis, aktif serta komunikatif, menerapkan pola kekuasaan yang tepat maupun
pola perilaku kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang
dipengaruhi oleh latar belakang individual masing-masing Kepala Daerah. Dengan
kepemimpinan Kepala Daerah yang efektif, Kepala Daerah diharapkan dapat
menerapkan dan menyesuaikan dengan paradigma baru otonomi daerah, ditengah-
tengah lingkungan strategis yang terus menerus berubah seperti reinventing
government, akuntabilitas, serta good governance.
Menyangkut soal kepemimpinan, mewujudkan suatu karakter pemimpin yang
ideal seperti kepamongprajaan sepertinya adalah hal yang agak sulit dilakukan.
Berbagai latar belakang aparat pemerintahan yang tersebar di seluruh instansi dan
dinas yang ada di Kabupaten Kapuas membuat kita seakan-akan kurang percaya,
namun memang terjadi demikian. Seperti contoh dari 17 kecamatan yang ada,
hanya satu saja camat yang berasal dari purna praja, sisanya dari guru, ahli
kesehatan, ahli teknik dan lain-lain yang memang belum memiliki basic
pemerintahan tetapi kuat dalam persaingan jabatan. Hal ini menyebabkan daerah-
daerah kecamatan mempunyai sistem kerjanya sendiri karena gaya kepemimpinan
kepala wilayah yang berasal dari pengalamannya sendiri dan belum kompak dalam
hal penyamaan persepsi urusan pemerintahan.
Dengan waktu yang tidak terlalu banyak, penulis mencoba menggambarkan
bagaimana kepemimpinan yang ada di Kabupaten Kapuas. Salah satunya lewat
kepala daerah tertinggi di kabupaten, yaitu bupati. Bupati saat ini sudah menjabat 2
periode dan sudah banyak membuat perubahan terhadap manajemen pemerintahan
daerah. Bupati atau wakilnya bukan berasal dari sekolah pemerintahan, beliau
berdua memiliki latar belakang pendidikannya masing-masing yang dengan tangan
dan pikirannya mengelola pemerintah kabupaten Kapuas yang cukup besar dan
cukup unik.
Modal kepemimpinan dari seorang kepala wilayah akan mempengaruhi
kualitas suatu daerah di mata masyarakat luas. Hal ini dibuktikan dari sangat
cepatnya beredar informasi yang menyangkut tata kelola pemerintahan serta
dampak dari suatu kepemimpinan. Untuk daerah yang tidak terlalu maju atau bukan
kota metropolitan, apalagi penduduknya yang suka berpindah-pindah karena
terbatasnya lahan pekerjaan atau penduduknya harus bersekolah, menjadikan
kabupaten Kapuas dihuni paling banyak oleh orang-orang yang memang
mempunyai perekonomian menengah ke bawah. Namun, seiring bertambahnya
tahun, bupati kapuas selalu mempunyai cara untuk meningkatkan kualitas
masyarakatnya. Mulai dari kerjasama dengan Universitas Bunga Bangsa untuk
mendirikan Fakultas hukum agar masyarakat tidak jauh lagi untuk kuliah, mendirikan
stand/lapak untuk UMKM di tempat yang sudah di sediakan, mengelola food estate
di beberapa kecamatan dan masih banyak lagi.
Beberapa strategi kepemimpinan kepala daerah pada pembangunan
kabupaten Kapuas dapat dilihat sebagai berikut:
1. Digerakkan oleh visi
Visi menjadi titik pancang kebijakan pengembangan kota. Visi dipancangkan
terutama untuk tiap bidang yang krusial memiliki spread effect atau multiflier effect
besar. Adapun visi kabupaten Kapuas adalah terwujudnya Kabupaten Kapuas Yang
Lebih Maju, Sejahtera dan Mandiri melalui Pembangunan yang adil dan Merata serta
Berkelanjutan. Sebagai contoh bupati Kapuas, Ir. Ben Brahim S.Bahat, MM, MT,
membangun jembatan Sare Pulau di Desa Pulau Mambulau Kecamatan Bataguh
Kabupaten Kapuas.

2. Strategi Komunikasi politik untuk menguatkan partisipasi masyarakat


sasaran.
Komunikasi menggunakan nilai lokal andap asor, artinya pemimpin mau
merendahkan diri untuk menjangkau semua kelompok sasaran, terutama kelompok
yang kontra atau dianggap rawan. Metode yang digunakan adalah mengundang
kelompok- kelompok rawan datang dan berdiskusi dalam perjamuan di rumah dinas
Bupati mendatangi langsung ke kelompok-kelompok ini. Kelompok yang dijangkau
dengan berbagai media komunikasi, termasuk kelompok cyber.

3. Kebijakan didasarkan atas pengenalan kondisi, serta data riil kemauan


public.
Kebijakan pro ekonomi kerakyatan dan pro poor ditunjukkan dalam program-
program andalan berikut:
o Keberpihakan pemerintah untuk orang miskin di bidang kesehatan
ditunjukkan dengan mengeluarkan instruksi kepada rumah sakit di seluruh
kabupaten agar bersedia membantu masyarakat miskin yang sakit dengan
tidak memberatkan biaya pengobatan mereka, dan menekankan bahwa bagi
rumah sakit yang tidak bersedia mengikuti instruksi ini akan dicabut IMB-nya.
Kebijakan ini menunjukkan pemerintahan tidak terkooptasi, kolusi atau tunduk
kepada pengusaha dalammenjalankan kepemimpinannya.
o Di bidang pendidikan, Bupati Kapuas merencanakan dan melaksanakan
program sekolah gratis, dan beasiswa pelayanan pendidikan (sekolah plus).
Dalam bidang pendidikan, Bupati juga membangun Taman Cerdas bagi anak-
anak tak mampu untuk mengakses perpustakaan dan computer
o Di bidang perumahan dan pemukiman direncanakan dan dilaksanakan secara
bertahap program renovasi rumah tak layak huni (RTLH), sekaligus
pengembangan ekonominya melalui permodalan usaha dan pelatihan
4. Konsistensi dalam visi, misi, dan strategi untuk perencanaan
pembangunan kota

Visi yang diusung adalah berseri tanpa korupsi. Semua program diarahkan
pada tata kota yang kondusif untuk pengembangan ekonomi dan budaya
kota. Keputusan kebijakan dilandasi pada visi dan misinya, mulai dari
perencanaan, implementasi dan pengendalian.
5. Menjunjung tinggi keberagaman suku agama dan ras.
Setiap agama yang menyelenggarakan upacara atau acara keagamaannya,
bupati selalu mengadakan kunjungan atau safari sebagai bentuk wujud
pengamalan Pancasila sila pertama. Bupati memang hanya memiliki satu agama
yang diyakininya, namun beliau merasa bahwa perbedaan inilah yang menjadi
karakteristik daerah di Indonesia yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan
perpecahan antar umat beragama, khususnya di kabupaten Kapuas.
Dari penjelasan mengenai bagaimana kepemimpinan kepala daerah di
daerah penulis dapat ditarik kesimpulan, yaitu masalah kepemimpinan adalah
masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin
dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Selain itu perlu adanya
kepemimpinan yang digerakkan oleh visi dan misi organisasi, bukan sebaliknya
terbelenggu dengan mekanisme dan aturan formal semata, tetapi perlu adanya
langkah-langkah inovasi maupun pengembangan SDM aparatur yang signifikan.

KESIMPULAN
Kedudukan dan peran Kepala Daerah dalam sistem pemerintahan daerah
sangatlah penting karena peran kepemimpinan Kepala Daerah (Bupati) sangat
menentukan adanya perubahan arah perencanaan pembangunan daerah
(kabupaten). Kepemimpinan Kepala Daerah dalam birokrasi juga memegang peran
yang penting untuk menciptakan governance yang kuat. Berkaitan dengan hal
tersebut, Kabupaten Kapuas telah mendapatkan beragam penghargaan yang
menunjukkan pengakuan dunia atas prestasi Kabupaten Kapuas. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan Kabupaten Kapuas adalah peran kepemimpinan
Bupati dan Wakil Bupati.
Ada 6 (enam) kunci keberhasilan Bupati dan Wakil Bupati dalam pengelolaan
kabupaten, yaitu :
(1) Kebijakan didasarkan atas pengenalan kondisi masa lalu dan kondisi
eksisting, serta data riil kemauan publik,
(2) Digerakkan oleh visi,
(3) Kebijakan berlandaskan nilai (based value system),
(4) Strategi komunikasi politik untuk menguatkan partisipasi masyarakat sasaran,
(5) Konsistensi dalam visi, misi, dan strategi untuk perencanaan pembangunan
kota,
(6) Inovasi cara berpikir untuk pengembangan kota. Praktik baik (best practices)
dari Kabupaten Kapuas ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah
daerah di luar Kabupaten Kapuas dengan menyesuaikan konteks lokal
masing-masing daerah, sesuai kondisi daerah dan dinamika sosial
masyarakatnya.

Mengenai kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini, memang sudah terlaksana


dengan baik, tetapi belum semua komponen seperti kepemimpinan
kepamongprajaan dilaksanakan. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala
daerah membuktikan bahwa daerah itu bisa berkembang jika kultur daerah itu
dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang memang cocok dengan daerah
itu. Pemerintah pusat atau lembaga institusi tertinggi memang mempunyai hipotesis
sendiri mengapa suatu daerah mengalami pembangunan yang lambat, tetapi
keadaan di lapangan memaksa beberapa pejabat publik untuk berputar otak untuk
menutupi semua kekurangan yang ada di pemerintah daerah sehingga terkadang
ada oknum pejabat publik yang terjaring beberapa kasus dikarenakan satu dan lain
hal yang kita sendiri belum tahu pasti penyebabnya.

SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam artikel ini adalah:


1.Penelitian ini merupakan karya ilmiah pertama yang menganalisis
kepemimpinan pemerintah daerah Kabupaten Kapuas dalam kaitannya
dengan upaya pembangunan pemerintahan di Kabupaten Kuala Kapuas
sehinngga dapat dikatakan bahwa karya ilmiah ini merupakan rangsangan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian
di topik yang sama. Penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan mampu
menggali lebih dalam dan komprehensif mengenai kepemimpinan yang ada di
Kabupaten Kuala Kapuas.
2. Karya ilmiah ini ditulis agar beroleh upaya-upaya yang konkrit dan lengkap
untuk menciptakan pembangunan pemerintahan yang lebih baik.
3.Karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ruang dan waktu
sehingga harapan kedepan penulis selanjutnya dapat menyempurnakan
karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Muchtar. 1982. Ilmu-ilmu Kenegaraan: Suatu Studi Perbandingan.


Cetakan Ketiga. Bandung. Lembaga Penerbitan Fakultas Sosial Politik
Universitas Padjajaran.
Afriansyah, Hade. 2019. “Administrasi Peserta Didik.”
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/NRXH8
Budiarjo Miriam (2016).Dasar-dasar ilmu politik (edisi revisi) Jakarta.Penerbit :
gramedia pustaka utama
Ernawan, E. 1988. Peranan Birokrasi Terhadap Peningkatan Efektifitas Pengambilan
Keputusan di Perusahaan Besar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Finer S.E. 1974, Comparative Government. penguin books Ltd : England
Ginanjar, Kartasasmita, 1994 : Pembangunan Untuk Rakyat, Memandukan
Pertumbuhan Dan Pemerataan, PT. Pustaka CIDES INDO, Jakarta.
INDONESIA, G. (1985). Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Yudistira cet
ke-2.
Kouzes, J. M., & Posner, B. Z. (1987). The Leadership Challenge: How to Get
Extraordinary Things Done in Organizations (1st ed.). San Francisco: Jossey-
Bass.
Kumorotomo, Wahyudi. 2014. Etika Administrasi Negara. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Martoyo, Susilo. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 5, Cetakan
Pertama.Yogyakarta: BPFE.
Nddara, Taliziduhu. 2009. Kybernologi & Kepamongperajaan. Sirao Credentia
Center, Tanggerang
Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: PT
Rineka Cipta
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa
Indonesia III, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 156
Sadili, Samsudin. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :
Pustaka Setia
Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Widiarsana Indonesia.
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan
Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Roden, D.M. dan Lewellen, W.G. 1995. Corporate capital structure decisions:
evidence from leverage buyouts, Financial Management, Vol. 24: 76-87.
Tjosvold D. (1993) Teamwork for customers: Building organizations that take pride in
serving. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah.
Fokusmedia, Bandung
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kapuas

Anda mungkin juga menyukai