Anda di halaman 1dari 1

Ramadhan Belum Usai

Al Anshori, S.ThI., M.Pd

Keramaian suasana Ramadahan kini sudah mulai berpindah. Jika di awal Ramadhan yang penuh
sesak adalah masjid, kini keramaiannya kian bergeser ke tempat lainnya. Bila di awal Ramadhan
masjid selalu disesaki jamaah sholat isya’ dan tarawih, kini sebagian masjid mulai tampak lebih
lengang. Kondisi ini memang tidak terjadi di semua daerah dan semua masjid, tapi polanya hampir
serupa. Kondisi yang mungkin sudah menjadi pemandangan umum, tapi tetap saja terasa
menyedihkan.
Ibarat sebuah perlombaan di lintasan lari, 30 hari Ramadhan adalah perlombaan yang bukan
seperti lari sprint jarak pendek. Melainkan lebih menyerupai perlombaan marathon dalam jarak
tempuh yang cukup panjang. Pemenangnya pun bukan hanya ditentukan siapa yang paling duluan
sampai ke garis finish, tapi siapa yang paling mampu bertahan lebih lama di lintasan. Siapa yang
lebih banyak dan lebih jauh melakukan lari mengelilingi putaran dalam waktu yang sama.
10 hari terakhir Ramadhan sejatinya adalah waktu terakhir perjuangan kita dalam
mengoptimalkan ibadah di bulan yang penuh keberkahan. Karenanya, dalam banyak hadist
disampaikan bahwa Rasulullah SAW juah lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah di 10 hari
terakhir ini. Beliau habiskan waktunya untuk beriktikaf di masjid. Memfokuskan fisik, jiwa dan
fikiran untuk lebih dekat kepada Allah SWT.
Sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadits “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di
waktu yang lainnya.” [HR. Muslim). Bahkan di tahun terakhir kehidupannya, Beliau beriktikaf di
masjid selama 20 hari.
Dalam hadist lain, digambarkan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan sarungnya pada 10 hari
terakhir Ramadhan. Mengencangkan sarung, menurut takwil para ulama, artinya mengurangi
makan, tidur, dan tidak mendekat ke para istrinya. Fokus beribadah.
Mengencangkan sarung merupakan bahasa simbolik seperti yang dikatakan Imam Ghazali bahwa
kualitas diri itu terbagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, tingkatan fisik jasmaniyah, tingkatan
kedua, yaitu mengencangkan ikat pinggang dengan mengendalikan pancaindra seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan semua yang berhubungan dengan panca indera
lainnya. Sedangkan pada tingkat yang ketiga, yaitu diharuskan mengontrol hati dan pikiran dari
hal-hal yang dilarang Allah.
Mengencangkan sarung ini juga menjadi sebuah pertanda bahwa butuh upaya ekstra di 10 hari
terakhir untuk mengoptimalkan Ramadhan, karena godaan untuk menurunkan intensitas ibadah
pada hari-hari tersebut cukup besar. Mungkin ada terselip rasa lelah setelah sekian hari berpuasa.
Bisa jadi muncul rasa ingin istirahat sejenak. Bisa jadi godaan eksternal dari lingkungan sekitar
yang mendorong untuk sedikit mengendorkan kecepatan dan daya tahan beribadah kita.
Padahal, lintasan lari Ramadhan belum lagi usai. Padahal limpahan keberkahan Ramadhan masih
tersaji di hadapan kita. Padahal malam yang ganjarannya setara dengan ibadah 1000 bulan ada di
lintasan terakhir Ramadhan ini.
Terus bersemangat dan terus bertahan dalam mengerjakan amal kebaikan. Karena Ramadhan
belum lagi usai.

Anda mungkin juga menyukai