Anda di halaman 1dari 10

Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Hubungan Antara Budaya Kerja Dengan Komitmen Organisasi Karyawan


Dennys Arachim1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. The commitment of organization of a company will have an effect on the company's success.
Success in a company cannot be separated from the attitude of the behavior of its members that was formed
by the norms, so that a work culture. Culture is up, owned and so on adopted by members of the company as
one strategy that will affect the work the company's business. This research was conducted to find out the
correlations between work culture with organisational commitment of employee. This research by using
quantitave method which correlation. This research is a population study which involves 66 MNC Play
Media’s employees. Organisational commitment and work culture were measured by Likert scale models. The
collected data were analyzed by using the correlation product moment test which assisted by Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) program 22.0 for Windows. The results showed a positive and very
significant relationship between work culture with organisational commitment with R calculate > R table =
0.356 > 0.242 dan p = 0.003 < 0.050.

Keywords: organisational commitment, work culture.

ABSTRAK. Komitmen organisasi suatu perusahaan akan berpengaruh pada kesuksesan perusahaan. Sukses
dalam suatu perusahaan tidak lepas dari sikap perilaku anggotanya yang dibentuk oleh norma-norma,
sehingga menjadi budaya kerja. Budaya yang di bangun, dimiliki dan sebagainya diadopsi oleh anggota
perusahaan sebagai salah satu strategi yang akan mempengaruhi jalannya bisnis perusahaan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara budaya kerja dengan komitmen organisasi karyawan. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif yang berkorelasi. Penelitian ini merupakan studi populasi yang
melibatkan 66 karyawan MNC Play Media. Komitmen organisasi dan budaya kerja diukur dengan model
skala likert. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji korelasi product moment yang dibantu
program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 22.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara budaya kerja dengan komitmen organisasi dengan
R hitung> R tabel = 0,356> 0,242 dan p = 0,003 <0,050.

Kata kunci: komitmen organisasi, budaya kerja.

1
Email: dennysarachim1789@gmail.com
132
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN terhadap organisasi dan kesediaan berusaha dengan


tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan
Sebuah organisasi atau perusahaan pasti
organisasi demi mencapai sesuatu tujuan (Steers,
memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam usaha
1997).
pencapaian tujuannya, permasalahan yang dihadapi
Komitmen seseorang diukur kepada sejauh
manajemen bukan hanya terdapat pada bahan
mana individu ingin melihat kan diri secara
mentah maupun alat-alat kerja saja, tetapi juga
mendalam terhadap tugasnya (Yusof, 2007).
menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang
Komitmen organisasi memiliki beberapa aspek
mengelola faktor- faktor lainnya. Setiap keadaan
menurut Meyer dan Allen (1991) yaitu yaitu
yang senantiasa berubah tanpa kita sadari
komitmen afektif, ditunjukkan dengan adanya
membutuhkan sikap yang penuh kehatihatian agar
keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi yang
pengelola organisasi sesegera mungkin melakukan
dinyatakan dengan datang bekerja secara teratur,
penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi agar
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh organisasi,
dapat terus bertahan menghadapi lajunya proses
menampilkan tugas dan tanggung jawab terbaik,
perubahan (Kusuma, Adriansyah, dan Prastika,
serta melakukan tugas ekstra untuk menolong orang
2013). Perusahaan akan menghadapi permasalahan
lain. Seperti yang diketahui pada subjek HM yang
tenaga kerja yang semakin kompleks. Oleh
menunjukkan rendahnya aspek afektif pada subjek
karenanya pengelolaan tenaga kerja sebagai sumber
dalam komitmen organisasi yang dimilikinya.
daya manusia (SDM) harus dilakukan secara
Kurangnya keterlibatan karyawan yaitu
professional oleh departemen tersendiri dalam suatu
kurangnya kesediaan subjek untuk berusaha sebaik
organisasi, yaitu Human Resource Departement
mungkin untuk perusahaannya tidak sejalan pada
(HRD).
aspek komitmen organisasi yaitu normatif.
Sumber daya terpenting suatu organisasi
Komitmen normatif seharusnya ditunjukkan dengan
adalah sumber daya manusia, orang-orang yang
merasa wajib tinggal dalam organisasi, merasa
memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha
berharga bila berada di organisasi dan melakukan hal
mereka kepada organisasi. Oleh karena itu,
yang berhubungan dengan organisasi sebagai bagian
karyawan merupakan kunci penentu keberhasilan
dari tugas. Jika hal ini terjadi terus menerus akan
perusahaan. Untuk itu setiap karyawan selain itu
berdampak pada menurunnya citra perusahaan dan
untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kurangnya peminat penonton pada berita yang
kemampuan juga harus memiliki kesetiaan atau
mereka buat karena kurang update.
komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.
Setiap perusahaan mempunyai budaya masing-
Komitmen karyawan pada organisasi dapat dijadikan
masing. Budaya tersebut digali, dimiliki dan
sebagai salah satu variabel untuk menjaga
seterusnya dianut oleh anggota perusahaan sebagai
kelangsungan organisasi atau perusahaan tersebut.
salah satu strategi yang akan mempengaruhi jalannya
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, komitmen
kerja bisnis perusahaan. Budaya kerja yang kuat
organisasi akan berpengaruh pada keberhasilan
merupakan pembangkit semangat yang paling
perusahaan. Keberhasilan perusahaan dinilai dari
berpengaruh dalam menuntun perilaku karena dapat
suksesnya perusahaan dalam mencapai tujuan
membantu para karyawan melakukan pekerjaan-
perusahaan.
pekerjaannya dengan lebih baik.
PT. MNC Media adalah sebuah perusahaan
Budaya kerja merupakan faktor yang sangat
yang bergerak di bidang media. Di Kota Samarinda
penting di dalam organisasi sehingga efektivitas
unit usaha dari MNC Media ini terdiri dari MNC
kerja dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
Finance serta Stasiun Televisi. Fenomena yang
yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan
terjadi dalam perusahaan MNC Media adalah terjadi
organisasi. Budaya kerja adalah sikap mental dan
penurunan komitmen organisasi pada karyawan yang
kebiasaan lama yang sudah melekat dalam setiap
di jabarkan dalam bentuk beberapa wawancara
langkah kegiatan dan hasil kerja. Budaya merupakan
kepada subjek dan observasi di lapangan. Hal ini
produk lembaga yang berakar dari sikap mental,
berkaitan erat dengan sebuah komitmen yang
komitmen, dedikasi, dan loyalitas setiap personil
dimiliki oleh seorang karyawan. Komitmen
lembaga (Nurcolis, 2002).
merupakan kondisi dimana pekerja sangat tertarik
Budaya kerja merupakan persamaan persepsi
terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi.
yang dipegang oleh anggota organisasi dalam
Komitmen terhadap organisasi lebih dari sekedar
memberi arti dari suatu nilai yang ada, budaya kerja
keanggotaan formal, karena ia meliputi sikap setia
133
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

ini akan membentuk norma-norma dan menjadi serta terdapat pengaruh yang signifikan antara
pedoman perilaku yang menentukan sikap perilaku budaya organisasi terhadap komitmen pegawai.
anggotanya dan dapat diterima oleh anggota lainnya Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
karena norma-norma itu baik dan benar mulai dari Mahanani, Lubis dan Widiartanto (2014) dalam
top manajemen sampai pada karyawan operasional judul pengaruh budaya kerja dan kepuasan kerja
(Arifin, 2010). terhadap kinerja karyawan dengan komitmen
Salah satu cakupan budaya kerja menurut karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Moekijat (2006) adalah keterbukaan. Keterbukaan terdapat pengaruh antara budaya kerja terhadap
berarti menunjukkan kesiapan untuk memberi dan kinerja karyawan.
menerima informasi yang benar dari dan kepada
sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan. TINJAUAN PUSTAKA
Keterbukaan budaya ditentukan oleh kemauan Komitmen Organisasi
seseorang untuk berinteraksi dengan orang-orang Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa
dengan budaya lain dan pengalaman beberapa komitmen organisasional adalah sejauh mana
artefak (Ramadania, 2013). Budaya merupakan keberpihakan seorang personal value terhadap
penentu keinginan dan perilaku yang paling organisasi tertentu dan tujuannya serta berupaya
mendasar bagi individu. Budaya mencakup semua menjaga keanggotaannya dalam organisasi tersebut.
yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia yang Komitmen Organisasi menurut menurut Mathis dan
menyangkut pola fikir dan tindakanya sebagai Jackson (2006), adalah tingkat sampai mana
anggota masyarakat (Muanas dkk, 2013). karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional,
Dengan memahami dan menyadari budaya serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi
keterbukaan didalam budaya kerja bagi setiap tersebut. Dengan kata lain komitmen organisasional
individu, akan mendorong para manajer/pimpinan merupakan proses yang berkelanjutan dari anggota
menciptakan budaya yang menekankan pada organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada
interpersonal relationship (yang lebih menarik lagi) organisasi.
dibanding dengan budaya yang menekankan pada Mayer dan Allen (dalam Zurnali, 2010), dalam
work task. bukunya menjelaskan terdapat tiga aspek komitmen
Budaya kerja di dalam perusahaan juga belum organisasi, yaitu:
berjalan dengan baik hal ini terlihat ketika peneliti a. Komitmen Afektif
melakukan observasi di perusahaan masih banyak Komitmen afektif mengacu pada ketertarikan
karyawan yang tidak saling menyapa atau kurang emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang
peduli dengan rekan kerjanya. Nilai–nilai kerja karyawan pada suatu organisasi. Pada dimensi ini
perusahaan atau corporate values belum terbentuk karyawan mengidentifikasikan dirinya dengan
dan dipahami oleh masing-masing karyawan. organisasi dan loyal terhadap organisasi.
Seperti pada penelitian Hermayanti dan Komitmen afektif seseorang akan menjadi lebih
Rahmawati (2015) dengan judul Pengaruh Budaya kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi
Kerja terhadap Komitmen Karyawan PT Indofood konsisten dengan harapan-harapan dan
CBP Sukses Makmur Tbk Cabang Bandung Divisi memuaskan kebutuhan dasarnya dan sebaliknya,
Noodle menjelaskan bahwa perusahaan tersebut komitmen afektif menunjukan kuatnya keinginan
menerapkan budaya kerja excellent dan karyawan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu
melakukan secara komitmen. Budaya kerja excellent, organisasi karena ia memang setuju dengan
discipline, integrity, innovative, respect berpengaruh organisasi itu dan memang berkeinginan
positif dan signifikan terhadap komitmen karyawan, melakukannya. Komitmen afektif menjelaskan
sedangkan unity tidak signifikan terhadap komitmen seberapa jauh seorang karyawan secara emosi
karyawan. terikat, mengenal dan terlibat dalam organisasi.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Dengan demikian, karyawan yang memilki
oleh Mustikasari (2014) dengan judul pengaruh komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja
budaya organisasi terhadap komitmen pegawai dinas dalam organisasi karena mereka memang ingin
pendidikan menyebutkan bahwa kondisi budaya (want to) melakukan hal tersebut.
organisasi di dinas pendidikan adalah kuat dan Zurnali (2010) menjelaskan bahwa karyawan
komitmen pegawai dinas pendidikan adalah kuat akan cenderung mengembakan tipe komitmen
afektif jika penerimaan mereka tentang organisasi
134
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

itu fair dalam memperlakukan mereka. Adanya menjadi sesuatu yang beresiko tinggi karena
suatu keyakinan bahwa karyawan orang merasa takut akan kehilangan sumbangan
mengembangkan komitmen afektif apabila yang mereka tanamkan pada organisasi itu dan
mereka melihat organisasi sebagai tempat dimana menyadari bahwa mereka tak mungkin mencari
mereka merasa penting dan kompeten untuk tetap gantinya. Komitmen ini lebih menjelaskan
berada di organisasi. persepsi karyawan tentang kerugian yang akan
b. Komitmen Normatif dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.
Komitmen normatif menunjukkan kepada tingkats Karyawan dengan komitmen continuance
eberapa jauh seseorang secara psikologis terikat tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut
untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi karena mereka membutuhkan organisasi. Komitmen
yang didasarkankepadaperasaansepertikesetiaan, ini didasarkan kepada kebutuhan rasional, dengan
afeksi, kehangatan, pemilikan, kebanggaan, kata lain komitmen ini terbentuk atas dasar untung
kebahagiaan, dan lain-lain. Komitmen normatif rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus
bias dipengaruhi beberapa aspek antara lain dikorbankan bila menetap pada organisasi. Kunci
sosialisasi awal dan bentuk peran seseorang dari dari komitmen ini adalah kebutuhan untuk bertahan
pengalaman organisasinya. Keterkaitan yang kuat (need to).
antara komitmen dan pemberdayaan disebabkan Menurut Steers (1997) membedakan faktor-
karena adanya keinginan dan kesiapan karyawan faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap
dalam organisasi untuk diberdayakan dengan perusahaan menjadi empat kategori, yaitu:
menerima berbagai tantangan dan tanggung a. Karakteristik Personal
jawab. Karakteristik personal mencakup: usia, masa
Pemberdayaan dalam hal ini merupakan jabatan, motif berprestasi, jenis kelamin, ras, dan
serangkaian proses yang dilakukan secara faktor kepribadian. Sedang tingkat pendidikan
bertahap dalam organisasi agar dapat dicapai berkorelasi negatif dengan komitmen terhadap
secara optimal dan membangun kesadaran dari perusahaan. Karyawan yang lebih tua dan lebih
karyawan akan pentingnya proses pemberdayaan lama bekerja secara konsisten menunjukkan nilai
sehingga perlu adanya komitmen dari anggota komitmen yang tinggi.
terhadap organisasi, dengan pemberian wewenang b. Karakteristik Pekerjaan
dan tanggung jawab akan menimbulkan motivasi Karakteristik pekerjaan meliputi kejelasan serta
dan komitmen organisasi terhadap organisasi. keselarasan peran, umpan balik, tantangan
Komitmen normative ini lebih berhubungann pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan
dengan perasaan-perasaan tentang kewajiban dimensi inti pekerjaan. Biasanya, karyawan yang
pekerjaan yang harus ia berikan kepada bekerja pada level pekerjaan yang lebih tinggi
organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen nilainya dan karyawan menunjukkan level yang
normatif tinggi, tetap menjadi anggota organisasi rendah pada konflik peran dan ambigu cenderung
karena mereka harus melakukannya. Komitmen lebih berkomitmen.
ini didasarkan kepada norma yang ada dalam diri c. Karakteristik Struktural
karyawan, yang berisi keyakinan individu akan Karakteristik struktural antara lain ialah derajat
tanggungjawab terhadap organisasi, ia merasa formalisasi, ketergantungan fungsional,
harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari desentralisasi, tingkat pastisipasi dalam
komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol dalam
dalam organisasi (ought to). Tipe komitmen ini perusahaan. Atasan yang berada pada organisasi
lebih dikarenakan nilai-nilai moral yang dimiliki yang mengalami desentralisasi dan pada pemilik
karyawan secara pribadi. pekerja kooperatif menunjukkan tingkat
c. Komitmen Kontinuen komitmen yang tinggi.
Dibandingkan dengan komitmen afektif, d. Pengalaman Bekerja
komitmen continuance ini lebih terbuka. Pengalaman kerja dipandang sebagai kekuatan
Continuance commitment berkaitan dengan sosialisasi yang penting, yang mempengaruhi
konsep side-bets orientation yang menekankan kelekatan psikologis karyawan terhadap
pada sumbangan seseorang yang sewaktu-waktu perusahaan. Pengalaman kerja terbukti
dapat hilang jika orang itu meninggalkan berkorelasi positif dengan komitmen terhadap
organisasi. Tindakan meninggalkan organisasi perusahaan sejauh menyangkut taraf seberapa

135
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

besar karyawan percaya bahwa perusahaan Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh
memperhatikan minatnya, merasakan adanya anggota perusahaan perlu diwariskan kepada
kepentingan pribadi dengan perusahaan, dan anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai
seberapa besar harapan karyawan dapat terpenuhi pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam
dalam pelaksanaan pekerjaanya. perusahaan tersebut.
g. Penyesuaian (adaptasi).
Budaya Kerja Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap
Menurut Triguno (2003) budaya kerja adalah peraturan atau norma yang berlaku dalam
suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi
sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan perusahaan terhadap perubahan lingkungan.
kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan Menurut Stepen P. Robbins dalam buku Tika
suatu kelompok masyarakat atau organisasi, (2008) menyatakan adalah 10 karakteristik yang
kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang budaya kerja. Kesepuluh karateristik budaya kerja
terwujud sebagai kerja atau bekerja. Moeljono tersebut sebagai berikut:
(2005) mengatakan budaya kerja pada umumnya a. Inisiatif Individual.
merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat
sebagai tuntutan yang mengikat pada karyawan tanggung jawab, keberadaan atau independensi
karena dapat diformulasikan secara formal dalam yang dipunyai setiap individu dalam
berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. mengemukakan pendapat.Inisiatif tersebut perlu
Menurut Tika (2008), aspek-aspek yang dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu
terkandung dalam budaya kerja dapat diuraikan perusahaan sepanjang menyangkut ide untuk
sebagai berikut: memajukan dan mengembangkan perusahaan.
a. Asumsi dasar b. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko.
Dalam budaya kerja terdapat asumsi dasar yang Dalam budaya kerja perlu ditekankan, sejauh
dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota mana para karyawan dianjurkan untuk dapat
maupun kelompok dalam organisasi untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko.
berperilaku. Suatu budaya kerja dikatakan baik, apabila dapat
b. Keyakinan yang dianut. memberikan toleransi kepada anggota/para
Dalam budaya kerja terdapat keyakinan yang karyawan untuk dapat bertindak agresif dan
dianut dan dilaksanakan oleh para anggota inovatif untuk memajukan perusahaan serta
perusahaan. Keyakinan ini mengandung nilai- berani mengambil risiko terhadap apa yang
nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, dilakukannya.
asumsi dasar, tujuan umum perusahaan filosofi c. Pengarahan.
usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha. Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu
c. Pimpinan atau kelompok pencipta dan organisasi/perusahaan dapat menciptakan dengan
pengembangan budaya kerja. jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.
Budaya kerja perlu diciptakan dan dikembangkan Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum
oleh pemimpin perusahaan atau kelompok dalam visi, misi dan tujuan perusahaan. Kondisi
tertentu dalam perusahaan tersebut. ini dapat berpengaruh terhadap kinerja
d. Pedoman mengatasi masalah perusahaan.
Dalam perusahaan, terdapat dua masalah pokok d. Integrasi.
yang sering muncul, yakni masalah adaptasi Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu
eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua perusahaan dapat mendorong unit-unit perusahaan
masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota Kekompakan unit-unit perusahaan dalam bekerja
organisasi. dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan
e. Berbagi nilai (sharing of value). yang dihasilkan.
Dalam budaya kerja perlu berbagi nilai terhadap e. Dukungan Manajemen.
apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana
baik atau berharga bagi seseorang. para manajer dapat memberikan komunikasi atau
f. Pewarisan (learningprocess). arahan, bantuan serta dukungan yang jelas

136
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

terhadap bawahan.Perhatian manajemen terhadap bawahan atau antar karyawan itu sendiri. Untuk
bawahan (karyawan) sangat membantu dapat menentukan karakteristik budaya kerja yang
kelancaran kinerja suatu perusahaan. dapat meningkatkan kinerja perusahaan,
f. Kontrol. diperlukan kriteria ukuran. Kriteria ukuran
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan- budaya kerja juga bermanfaat untuk memetakan
peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam sejauh mana karakteristik tipe budaya kerja tepat
suatu perusahaan. Untuk itu diperlukan sejumlah atau relevan dengan kepentingan suatu organisasi
peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) karena setiap perusahaan memiliki spesifikasi
yang dapat digunakan untuk mengawasi dan tujuan dan karakter sumber daya yang berlainan.
mengendalikan perilaku karyawan/karyawan Karakteristik perusahaan yang berbeda akan
dalam suatu perusahaan. membawa perbedaan dalam karakteristik tipe
g. Identitas. budaya kerja.
Identitas dimaksudkan sejauh mana para
anggota/karyawan suatu perusahaan dapat METODE PENELITIAN
mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan Metode penelitian yang digunakan dalam
dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian
perusahaan sangat membantu manajemen dalam ini berjumlah 66 karyawan MNC Play Media
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Samarinda. Metode pengumpulan data pada
h. Sistem Imbalan. penelitian ini menggunakan skala likert. Alat
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi pengukuran atau istrumen yang digunakan terdapat
imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi dan dua macam, yakni: skala komitmen organisasi dan
sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja skala budaya kerja. Selain itu, pengumpulan data
karyawan, bukan sebaliknya didasarkan atas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai
senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. atau try out terpakai, yaitu pengambilan data satu
Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kali namun digunakan untuk dua keperluan sekaligus
kerja karyawan dapat mendorong yaitu uji coba alat ukur (perhitungan validitas dan
karyawan/karyawan suatu perusahaan untuk
reliabilitas) dan uji hipotesis. Pengujian hipotesis
bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari
dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi
prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan
dan keahlian yang dimilikinya. product moment dengan menggunakan bantuan
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas program SPSS 22.0 for windows.
senioritas dan pilih kasih, akan berakibat tenaga
kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berlaku pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dapat berakibat kinerja perusahaan menjadi hubungan antara budaya kerja dengan komitmen
terhambat. organisasi karyawan MNC Play Media Samarinda
i. Toleransi terhadap konflik. dengan jumlah sampling sebanyak 66 karyawan dan
Sejauh mana para karyawan/karyawan didorong menggunakan teknik total sampling dan
untuk mengemukakan konflik dan kritik secara menggunakan uji korelasi product moment dalam
terbuka. Perbedaan pendapat merupakan pengujian hipotesisnya.
fenomena yang sering terjadi dalam suatu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan. Namun, perbedaan pendapat atau terdapat hubungan positif dan sangat signifikan
kritik yang terjadi bisa dijadikan sebagai media budaya kerja dengan komitmen organisasi karyawan
untuk melakukan perbaikan atau perubahan MNC Play Media Samarinda dengan R hitung > R
strategi untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. tabel = 0.356 > 0.242 dan p = 0.003 < 0.050, hal ini
j. Pola Komunikasi. bermakna bahwa semakin tinggi budaya kerja maka
Sejauh mana komunikasi dapat dibatasi oleh semakin tinggi pula komitmen organisasi karyawan
hierarki kewenangan yang formal. Kadang- MNC Play Media Samarinda.
kadang hirarki kewenangan dapat menghambat Budaya kerja pada sebuah organisasi terbentuk
terjadinya pola komunikasi antara atasan dan sejak satuan kerja atau organisasi tersebut berdiri.
137
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Pembentukan budaya kerja terjadi ketika suatu kepribadian. Budaya kerja yang tercipta dengan baik
satuan kerja atau organisasi menghadapi suatu akan menghasilkan loyalitas pegawai yang baik.
permasalahan yang berkenaan dengan Ismail (2003) mengemukakan bahwa dalam
keberlangsungan suatu organisasi yang menyangkut budaya kerja, masing-masing instansi/unit terkait
perubahan-perubahan eksternal maupun internal tetap melaksanakan kewenangan dan tugas-
yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi fungsinya sebagai budaya kerja, serta dapat
(Ndraha, 2005). Tika (2008) mengemukakan bahwa menempatkan petugasnya pada tempat tersebut.
dalam pembentukan budaya kerja ada dua hal Sebenarnya budaya kerja sudah lama dikenal oleh
penting yang harus diperhatikan yaitu unsur-unsur manusia, namun belum disadari bahwa suatu
pembentuk budaya kerja dan proses pembentukan keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang
budaya kerja itu sendiri. Biech (dalam Triguno, dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan.
2003) menambahkan bahwa budaya kerja memiliki Kuatnya budaya kerja akan terlihat dari
proses yang panjang dan terus menerus bagaimana pegawai memandang budaya kerja
disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan sehingga berpengaruh terhadap perilaku yang
kemampuan sumber daya manusia itu sendiri, sesuai digambarkan antara lain memiliki motivasi, dedikasi,
dengan prinsip pedoman yang diakui. kreatifitas, kemampuan dan komitmen yang tinggi.
Budaya kerja pada suatu perusahaan, biasanya Semakin kuat budaya kerja, semakin tinggi
akan bersifat berkelanjutan sampai kapanpun komitmen dan kemampuan yang dirasakan pegawai.
perusahaan itu berdiri. Menurut Gea (2005), budaya Makin banyak pegawai yang menerima nilai-nilai
perusahaan dapat membantu perusahaan meraih makin tinggi kemampuan dan komitmen mereka
sukses yang diinginkannya. Untuk dapat pada nilai-nilai itu dan semakin kuat budaya tersebut
memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, (Robbins dan Judge, 2008).
perusahaan perlu menanamkan nilai yang sama pada Applebaum (2004) menjelaskan budaya kerja
setiap karyawannya. Kebersamaan dalam menganut yang berkembang dalam organisasi tempat bekerja
budaya atau nilai yang sama menciptakan rasa akan menjadi kewajiban bagi setiap warganya.
kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Setiap warga organisasi harus dapat memenuhi
Bila hal itu telah terjadi maka akan tercipta perilaku yang dianggap tepat untuk kesuksesan
lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan fungsi dan perannya, dan mereka akan mendapat
seperti itu dapat membangun kreativitas dan hukuman atas perilaku yang tidak pantas.
komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga Boon dan Arumugam (2006) menunjukkan
pada akhirnya mereka mampu memperbaiki kinerja bahwa empat dimensi budaya organisasi, seperti:
serta mengakomodasi berbagai perubahan dalam kerja tim, komunikasi, penghargaan dan pengakuan,
perusahaan ke arah yang positif. dan pelatihan dan pengembangan memiliki
Ndraha (2005) membagi budaya dalam tiga hubungan positif dengan komitmen pegawai
tingkatan (level), terdiri dari: a) lowest level terhadap organisasinya. Budaya organisasi
(tingkatan yang paling rendah) berisi kepercayaan berpengaruh pada komitmen individu pada
yang dianut begitu saja (unconscious) berupa organisasi (Manetje dan Martins, 2009).
pemikiran dan perasaan dan lainnya yang menjadi Penelitian yang dilakukan oleh Hermayanti
nilai dan tindakan, dikenal juga dengan istilah basic dan Rahmawati (2015), hasil penelitiannya
underlying assumptions, b) espoused values, mengungkapkan bahwa budaya kerja yang memiliki
berisikan strategi, tujuan, dan filosofi kerja institusi, pengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen
c), most visible level contain, tingkatan yang paling karyawan adalah excellent, discipline, perfect,
atas dan dapat diamati, diantaranya adalah struktur integrity, innovative. Hasil penelitian oleh Hakim
organisasi, situs, ritual, dekorasi, sistem reward dan (2015) menunjukkan bahwa budaya kerja
proses penyelenggaraan manajemen pendidikan yang berpengaruh signifikan terhadap komitmen.
lebih dikenal dengan sebutan artifak. Seorang karyawan yang memiliki komitmen
Kurniawan, dkk (2012) menjelaskan budaya organisasi yang tinggi mampu menunjukkan
kerja diaktualisasikan sangat beragam. Bisa dalam performa kerja yang lebih baik saat bekerja di bawah
bentuk dedikasi/loyalitas, tanggung jawab, tekanan tinggi dibanding rekan kerjanya dengan
kerjasama, kedisiplinan, kejujuran, ketekunan, komitmen organisasi yang lebih rendah (Siu, 2003).
semangat, mutu kerja, keadilan, dan integritas Karyawan yang merasa lebih berkomitmen pada
organisasi memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bisa

138
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di Moris dan Sherman (1981) menjelaskan
dalam organisasi dan mencurahkan lebih banyak tentang beberapa penelitian yang menunjukkan
upaya dalam bekerja (Griffin, 2004) dimana komitmen organisasi berguna sebagai alat
Komitmen organisasi yang tinggi mendorong untuk melihat beberapa perilaku yang sangat
individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi penting, seperti: kinerja, kehadiran ditempat kerja
dan berpengaruh terhadap kinerja. Komitmen dan keluar masuknya karyawan dari organisasi.
organisasi yang tinggi meningkatkan kinerja yang
tinggi pula (Sopiah, 2008). Seseorang yang KESIMPULAN DAN SARAN
mempunyai komitmen organisasi yang kuat akan Kesimpulan
mempengaruhi pegawai untuk bekerja keras dalam Berdasarkan hasil penelitian yang telah
mencapai tujuan yang ditentukan (Sumarno, 2005). dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
Tingginya komitmen organisasi menyebabkan hubungan positif yang sangat signifikan antara
karyawan tidak memiliki keinginan untuk budaya kerja dengan komitmen organisasi pada
meninggalkan organisasi tersebut. Karyawan akan karyawan MNC Play Media Samarinda.
berjuang untuk melakukan segala sesuatu demi
kemajuan perusahaannya serta karirnya sendiri. Saran
Seseorang yang memiliki komitmen organisasi yang Berdasarkan hasil penelitian di atas maka
tinggi akan cenderung menunjukkan keterlibatan peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
yang tinggi pula sebagai karyawan dalam sebuah 1. Bagi Subjek Penelitian
organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen a. Untuk mencapai visi dan misi perusahaan,
organisasi memiliki kemungkinan akan tetap karyawan diharapkan dapat menunjukkan
bertahan dalam organisasi dibandingkan dengan dedikasi yang tinggi kepada perusahaan seperti
individu yang tidak memiliki komitmen organisasi menunjukkan sikap disiplinnya terutama
(Darmawan, 2013), disiplin waktu, menunjukkan semangat
Sopiah (2008) mengungkapkan proses kerjanya, memberikan pujian terhadap hasil
terjadinya komitmen organisasi yaitu diantaranya kinerja karyawan lain, menjadi teladan bagi
adalah membangun nilai-nilai yang berdasarkan karyawan lain, memiliki kemampuan
adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi pemecahan masalah yang baik dan berorientasi
memiliki kesempatan yang sama, misalnya untuk pada target maupun hasil.
promosi maka dasar yang digunakan untuk promosi b. Karyawan diharapkan mampu memperbaiki
adalah kemampuan, keterampilan, minat, motivasi, kinerja dengan cara lebih sadar lagi akan
kinerja, tanpa ada diskriminasi. Komitmen dapat keberadaannya di perusahaan untuk kemajuan
tercapai apabila individu dalam organisasi sadar bersama serta mengakomodasi berbagai
akan hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa perubahan dalam perusahaan ke arah yang
melihat jabatan dan kedudukan masing-masing positif.
individu, karena pencapaian tujuan organisasi c. Karyawan diharapkan menyadari akan hak dan
merupakan hasil kerja semua anggota organisasi kewajibannya sebagai karyawan dan dapat
yang bersifat kolektif (Christina, 2012). melaksanakan kewenangan dan tugas serta
Meyer dan Allen (dalam Dewi dan Astuti, fungsinya sesuai PKB yang ada dalam
2016) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki perusahaan tersebut.
komitmen organisasi akan bekerja dengan penuh 2. Bagi Perusahaan
dedikasi karena karyawan yang memiliki komitmen a. Perusahaan diharapkan menanamkan nilai
tinggi menganggap bahwa hal yang penting yang kebersamaan yang sama pada karyawannya
harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam dengan cara membangun budaya saling
organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen menghormati sesama karyawan dan selalu
organisasi yang tinggi juga memiliki pandangan terbuka terhadap ide-ide baru untu kemajuan
yang positif dan akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Menjadi pelopor bagi karyawan
kepentingan organisasi. Hal ini membuat karyawan dalam menjalin kebersamaan agar terciptak
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan rasa kesatuan dari masing-masing karyawan
tanggung jawab yang lebih menyokong sehingga tercipta lingkungan kerja yang baik
kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya dan sehat.
bekerja.

139
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

b. Pihak perusahaan diharapkan membentuk kerja Cabang Bandung divisi Noodle. Jurnal
tim seperti mengadakan workshop, menjalin Manajemen dan Organisasi, 6(2), 150-162.
komunikasi kepada karyawan, memberikan Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-Model
penghargaan kepada karyawan yang berpretasi Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan
terhadap hasil kerjanya dan memberikan Mutu SLTP.
pengembangan keterampilan untuk lebih Kurniawan, et al. (2012). Pengaruh Budaya Kerja
meningkatkan lagi kompetensi para dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
karyawannya. Karyawan International Federation Red Cross
c. Perusahaan diharapkan mengikuti sistem (IFRC) Banda Aceh”. Jurnal Ilmu Manajemen,
jenjang karir bagi karyawannya yang 1(1), 1-16.
berprestasi dalam pekerjaannya agar karyawan Kusuma, A. R., Adriansyah, M. A., & Prastika, N.
lebih bekerja keras dalam mencapai tujuan D. (2013). Pengaruh Daya Juang, Kecerdasan
perusahaan yang ditentukan. Emosional, dan Modal Sosial Terhadap
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Organizational Citizenship Behavior Dengan
Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan Persepsi Keadilan Organisasi Sebagai Variabel
penelitian dengan tema yang sama, diharapkan Moderasi. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 2(2),
dapat mengaitkan dengan keterampilan, minat, 100-116.
motivasi, kesejahteraan dan keberhasilan Mahanani, I. W., Lubis, N., & Widiartanto, W.
organisasi. (2014). Pengaruh Budaya Kerja dan Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan
DAFTAR PUSTAKA Komitmen Karyawan. Jurnal Ilmu
Administrasi Bisnis, 3(4), 355-365.
Applebaum, S. (2004). Organizational Citizenship
Manetje, O., & Martins, N. (2009). The Relationship
Behavior: A Case Study of Culture, Leadership
between Organizational Culture and
and Trust. Management Decision, 42(1), 13-
Organizational Commitment. Southern African
40.
Business Review, 13 (1).
Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran Prinsip,
Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2006). Human
Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Resource Management: Manajemen Sumber
Rosdakarya.
Daya Manusia. (terjemahan Dian Angelia).
Boon, O. K., & Arumugam, V. (2006). The
Jakarta: Salemba Empat.
Influence of Corporate Culture on
Meyer, J. P., Allen, N. J., & Smith, C. (1993).
Organizational Commitment: Case Sudy of
Commitment to Organization and Occupation:
Semiconductor Organizations In Malaysia.
Extension and Test of A Three-Componen
Sunway Academic Journal, 3, 99-115.
Conceptualization. Journal of Applied
Christina T. S. (2012). Pengaruh Komitmen
Psychology, 78, 538-551.
Organisasi, Budaya Organisasi dan
Moekijat. (2006) Asas-Asas Perilaku Organisasi.
Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Bandung: Mandar Maju.
BMT. Media Riset Akuntansi, 2(1).
Moeljono. (2005). Manajemen Administrasi &
Darmawan, H. D. (2013). Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Organisasi. Surabaya: Pena Semesta.
Media.
Dewi, R. P., & Astuti, K. (2016). Pelatihan
Morris, J. H., & Sherman, J. D. (1981).
Kepemimpinan Transformasional pada Atasan
Generalizability of An Organizational
untuk Peningkatan Komitmen Organisasi
Commitment Model. Academy of Management
Karyawan di Hotel “X” Yogyakarta. InSight,
Journal, 24(3), 512-526.
13(1), 1-18.
Muanas, A., dkk. (2013). Manajemen Pemasaran.
Gea, A. A. (2005). Relasi dengan sesama: Character
Sleman: Asnalitera.
Building II. Jakarta: Gramedia.
Mustikasari, A. (2014). Pengaruh Budaya Organisasi
Griffin, R. W. (2004). Manajemen (Edisi Ketujuh)
terhadap Komitmen Pegawai Dinas
(Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Pendidikan. Manajemen Pendidikan, 24(4),
Hermayanti, A., & Rahmawati, S. (2015). Pengaruh
341-349.
Budaya Kerja terhadap Komitmen Karyawan
Ndraha, T. (2005). Budaya Organisasi. Jakarta:
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Rineka Cipta.

140
Psikoborneo, Vol 6, No 1, 2018: 132-141 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Nurcolis, H. (2002). Teori dan Praktik: Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi
Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Empiris pada Kantor Cabang Perbankan
Grasindo. Indonesia di Jakarta)”, Simposium Nasional
Ramadania. (2013). Analisis Pengaruh Consumer VIII, Solo.
Ethnocentrism dan Perceived Value terhadap Tika, M. P. (2008). Budaya Organisasi Dan
Minat Beli Konsumen dengan Peran Brand Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:
Image sebagai Mediator. Jurnal Akmenbis, Bumi Aksara.
2(1) 55-70. Triguno, P. (2003). Budaya Kerja (Falsafah,
Robbins, S. P., & Judge, K. (2008). Perilaku Tantangan Lingkungan yang Kondusif,
oOganisasi. Jakarta: Indeks. Kualitas Pemecahan Masalah). Jakarta:
Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Golden Terayon Press.
Andi Offset. Yusof, A. A. (2007). Human Resource Management,
Steers, R. M. (1997). Efektivitas Organisasi the Soft Dimension. Malaysia: Prentice Hall.
(terjemahan). Jakarta: Erlangga. Zurnali, C. (2010). Knowledge Worker: Kerangka
Sumarno, J. (2005). Pengaruh Komitmen Organisasi Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Masa
dan Gaya Kepemimpinan terhadap Partisipasi Depan. Bandung: Unpad Press.

141

Anda mungkin juga menyukai