MK.GAWAT DARURAT
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI
Sampul Depan...........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Daftar Singkatan.....................................................................................................iii
Daftar Tabel............................................................................................................iv
Daftar Gambar..........................................................................................................v
Daftar Lampiran......................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................5
1.5 Metode Penulisan..............................................................................................6
1.5.1 Metode.....................................................................................................6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data......................................................................6
1.5.3 Sumber Data............................................................................................6
1.5.4 Studi Kepustakaan...................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan.......................................................................................7
1.6.1 Bagian Awal............................................................................................7
1.6.2 Bagian Inti...............................................................................................7
1.6.3 Bagian Akhir............................................................................................8
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................64
4.1 Analisa Data....................................................................................................64
4.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................66
4.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................69
4.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................69
4.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................70
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................72
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................72
5.2 Saran................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................75
DAFTAR LAMPIRAN
i
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
C : Celcius
Cm : centimeter
CM : Compos Mentis
Do : Data objektif
Ds : Data subjektif
KO : Kekuatan Otot
N : Nadi
Ny. : Nyonya
O2 : Oksigen
ii
PTM : Penyakit Tidak Menular
RR : Respirasi
S : Suhu
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
Tn. : Tuan
iii
DAFTAR
iv
DAFTAR
v
DAFTAR
vi
BAB
PENDAHULUAN
(Naga, 2017). Asma bronkial adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas
dan wheezing, dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Asma
bronkial merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak dijumpai
di masyarakat. Kondisi ini akibat kelainan dari jalan napas di paru dan
memengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada
saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan
bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang dapat gejala tanpa
tidak menggangu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa.
Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi. Asma akut,
yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh stress, olahraga berat,
infeksi, atau pemajanan terhadap alergen atau iritan lain seperti debu, asap rokok,
dan faktor lingkungan. Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun
1
2
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mediator ini dalam jaringan paru mempengarusi otot polos dan kelenjar jalan
data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun
terakhir terutama di negara maju. Pada Tahun 2016, sebanyak 300 jiwa penduduk
di dunia menderita asma bronkial dari berbagai golongan umur dan ras. Pada
Tahun 2017, meningkat menjadi 350 jiwa dan Tahun 2018 prevalensi asma
meningkat menjadi 420 jiwa. Prevalensi asma telah meningkat disemua negara,
2018 prevalensi asma meningkat menjadi 500 jiwa. Di provinsi Jawa Timur
sebesar 4,45% yang menderita penyakit asma bronkial dengan masalah pola napas
tidak efektif. Jawa Timur diperkirakan sebesar 172 per 1000 penduduk
(Kemenkes, 2018). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
nafas, rasa berat didada, dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari yang
3
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya asma bronkial meliputi faktor alergi, faktor non alergi,
faktor psikologi, faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Pola napas
tidak efektif ditandai dengan adanya suara mengi, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya
masalah salah satunya pola nafas tidak efektif. Pada masalah pola nafas tidak
efektif pada penderita asma bronkial dapat kita lakukan tindakan untuk mencegah
Akibat dari penyakit asma bronkial jika tidak ditangani akan menimbulkan
Meskipun asma dapat berakibat fatal, asma lebih sering mengganggu pekerjaan,
aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya. Semakin tinggi kasusu asma
bronkial, maka penderita asma bronkial perlu dilakukan asuhan keperawatan yang
tepat. Peran perawat sangat penting dalam merawat pasien asma bronkial antara
pasien yang optimal antara lain dengan, pemberian posisi semi fowler dengan
derajat kemiringan 45°, yaitu mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma
dan ajarkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana melakukan
4
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
Berdasarkan latar belakang diatas dan data yang saya dapat, penulis
Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dengan Masalah Pola Napas Tidak
Pasuruan?
Pasuruan.
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Tn.A dengan Pola Napas Tidak Efektif
Pasuruan.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa pada Tn.A dengan Pola Napas Tidak Efektif
Pasuruan.
5
1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Pola Napas Tidak
Kota Pasuruan.
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber
informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta teori-
1.4.2 Praktis
sehari-hari.
Asma Bronkial.
1.5.1 Metode
yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu
1.5.2.1 Wawancara
keluarga klien.
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-
1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan Pustaka berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
kerangka masalah.
8
1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
TINJAUAN PUSTAKA
bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada
terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran
Asma bronkial adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang dapat pulih dan
dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
9
1
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan faktor pencetus
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena penyakit asma brokial jika terpapar
a. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
c. Perubahan cuaca
d. Lingkungan kerja
klien asma bronkial. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi
bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
f. Stres
bronkial, selain itu juga dapat memperberat serangan asma bronkial yang
sudah ada. Disamping gejala asma bronkial harus segera diobati. penderita
menyelesaikan masalahnya.
g. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap obat
h. Polusi udara
Pasien asma bronkial sangat peka terhadap udara berdebu, asap rokok, asap
pabrik atau asap kendaraan, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu,
lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasus, asma jenis ini dapat
Pada usia remaja dan dewasa. Rangsangan pencetus asma bronkial jarang
yang segera timbul merupakan faktor utama pada 1/3 dari penderita asma
lain bagi asma bronkial dewasa diantaranya adalah gerak badan, kontak
terhadap udara dingin atau iritan lain seperti asap, embun, dan aerosol.
Intoleransi aspirin (atau obat-obat anti radang non- steroid) dan terakhir
a. Asma interminten
Gejala muncul <1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa
jam atau hari, gejala asma malam terjadi <2 kali dalam 1 bulan, fungsi
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam seminggu tetapi <1 kali dalam 1 hari,
tejadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV 1 > 80%.
gejala asma terjadi <1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2
agonis kerja cepatdalam keseharian, PEF dan PEV1 > 60 % dan <80%.
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam
hari serninggu terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan
cuaca, kegiatan jasmani yang berlebihan dan psikis akan merangsang reaksi
dinding sel mast, kemudian sel mast tersensitasi. Sel mast tersensitasi akan
produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan
proliferasi akibat terjadinya sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perkusi
daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama sekresi paksa
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma bronkial biasanya bisa
Menurut Padila (2018), manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien
mendadak, disertai inspirasi yang pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan
diikuti bunyi meni (wheezing), batuk yang disertai serangan nafas yang kumat
sedang,atau berat dan sesak nafas timbul mendadak, dirasakan makin lama makin
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yangkeluar masuk paru. Bila
terdengar lebih lama atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada,
bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua
2.1.6.2 Atelektasis
2.1.6.3 Bronkhitis
2.1.6.4 Hipoksemia
(normal PaO 85-100 mmHg, SaO2 95%).Pada dewasa, anak, dan bayi,
PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat
mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.
2.1.6.5 Hipoksia
2.1.6.6 Pneumothoraks
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
kegagalan napas.
2.1.6.7 Emfisema
Penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru -
membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah.
1
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
atau lebih.
b. Sputum:
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan trensudasi dari
cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik.
1
c. Sel eosinofil:
antara 100-200/mm3.
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya
e. Pemeriksaan Radiologi :
b. Antikolinergik
e. Metilxantin
2
a. Penyuluhan
penyakit asma
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
(Andarmoyo, 2016).
diantaranya, yaitu :
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat).
darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi atau keluarga yang terdiri dari
2
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family
c. Dyad family :
Keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak memiliki anak.
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. Single adult
Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup
g. Kit-network family :
bersama.
Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan
pernikahan.
b. Cohabitating couple :
Keluarga yang hidup bersama tanpa adanya pernikahan dan sering berganti
pasangan.
e. Faster family :
waktu sementara.
2.2.3.1 Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
2.2.3.2 Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
2.2.3.3 Matrilokal
2.2.3.4 Patrilokal
kelangsungan keluarga.
perawatan kesehatan.
2
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam
adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan dalam individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2017). Setiap
tertentu.
2.2.5.2 Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga dan
2.2.6.1 Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
kesehatannya.
keseluruhan.
Beberapa usaha untuk menjaga kesehatan antara lain makan makanan yang
bergizi baik, minum banyak air putih, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga.
2
kucing, anjing, dan tikus, menghindari tempat yang terlalu sesak atau ramai,
bentuk tablet, kapsul, maupun sirup. Tetapi jika gejala asma ingin cepathilang,
aerosol lebih baik. Sedangkan pada penderita asma kronis bila keadaannya sudah
terkendali dapat dicoba obat -obatan anti asma. Tujuannya untuk mencegah
(Ikawati, 2018).
Menurut Padila (2018), masalah yang sering muncul pada asma bronkial
antara lain :
2.4.1.1 Anamnesis
mungkin terdapat status atopik. Serangan asma pada usia dewasa dimungkinkan
tempat klien berada. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul
Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan
bahan alergen.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu dada
Gejala : pada klien dengan asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain
2
hari karena sulit bernafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
b. Sirkulasi
ekstremitas bawah.
peningkatan frekuensi jantung atau takikardi berat, disritmia, distensi vena leher,
membrane mukosa normal atau abu-abu (sianosis), tubuh kaku, pucat dapat
menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
e. Higiene
f. Pernapasan
gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnya sulit napas (asma), riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi
kimia atau iritan pernapasan dalam jangka panjang atau debu atau asap, faktor
atau keturunan.
sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut
sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas (asma), hipersonan pada area
paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus, pucat dengan
sianosis bibir dan pada dasar kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah.
g. Keamanan
h. Interaksi sosial
dukungan dari atau terhadap pasangan atau orang terdekat, penyakit lama atau
3
ketidakmampuan membaik.
a. B1 ( Breathing )
fremitus normal.
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
berfikirdan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,teori dan prinsip yang
keperawatan klien.
adekuat.
Subjektif : Dispnea
Objektif :
cheyne-stokes).
Subjektif : Ortopnea
Objektif :
1) Pernapasan pursed-lip
topik tertentu.
Objektif :
Subjektif : -
3
Objektif :
histeria)
Objektif :
Subjektif :
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
3
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu
ini memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor dan bobot
yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut.
1) Kriteria pertama : sifat masalah dengan skala aktual (skor 3), risiko (skor
masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat
(skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2.
sumber daya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber
3
sokongan masyarakat).
3) Kriteria pertama : sifat masalah dengan skala aktual (skor 3), risiko (skor
masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat
(skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2.
sumber daya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber
sokongan masyarakat).
5) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dicegah dengan skala skor tinggi
(skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1. Pembenaran
tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot 1
3
masalah yang ada. Untuk lebih jelasnya skala dalam menentukan prioritas
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah dapat
Diubah
a. Tinggi 2 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Mudah 3
b. Cukup 2 1
c. Tidak Dapat 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah dirasakan dan perlu 2 1
segera ditangani
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak di rasakan 0
Keterangan :
keperawatan keluarga.
3
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada pasien Asma Bronkial berdasarkan (SIKI, 2018) dan (SLKI, 2018)
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama :
Definisi : selama ....x24 jam diharapkan keluarga mampu Manajemen Jalan Napas
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak merawat klien dengan pola nafas kembali efektif, Observasi :
memberikan ventilasi adekuat. meliputi : 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Dengan kriteria luaran : 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Pola Napas gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
1. Ventilasi semenit dari menurun menjadi
meningkat Terapeutik :
2. Ekspirasi dari menurun menjadi meningkat 1. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Teakanan inspirasi dari menurun menjadi 2. Berikan minum hangat
meningkat 3. Berikan oksigen, jika perlu
4. Dispnea dari meningkat menjadi menurun
5. Pemanjangan fase ekspirasi dari meningkat Edukasi :
menjadi menurun 1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
6. Frekuensi napas dari memburuk tidak kontraindikasi
menjadimembaik 2. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Kesulitan bernapas dari memburuk menjadi
membaik Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkhodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3
5. Dispnea yang semula meningkat menjadi selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
menurun kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
6. Kegelisahan dari menurun menjadi meningkat mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
7. Frekuensi napas dari memburuk menjadi 3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
membaik 3 kali
8. Pola napas dari memburuk menjadi membaik 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napasdalam yang ke-3
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Luaran Tambahan : Intervensi Pendukung :
Kontrol Gejala Latihan Batuk Efektif
Kriteria Hasil : Observasi :
1. Kemampuan memonitor munculnya gejala 1. Identifikasi kemampuan batuk
secara mandiri dari menurun menjadi 2. Monitor adanya retensi sputum
meningkat 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
2. Kemampuan memonitor lama bertahannya 4. Monitor input dan output cairan (mis.
gejala dari menurun menjadi meningkat jumlah dan karakteristik)
3. Kemampuan memonitor keparahan gejala
darimenurun menjadi meningkat Terapeutik :
4. Kemampuan memonitor frekuensi gejala 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
darimenurun menjadi meningkat 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
5. Kemampuan memonitor variasi gejala dari 3. Buang sekret pada tempat sputum
menurun menjadi meningkat
6. Kemampuan melakukan tindakan Edukasi :
pencegahandari menurun menjadi meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
7. Kemampuan melakukan tindakan untuk 2. Anjurkan tarik napas melalui hidung selama 4
mengurangi gejala dari menurun menjadi detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
meningkat keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
8. Mendapatkan perawatan kesehatan saat (dibulatkan ) selama 8 detik
gejala bahaya muncul dari menurun menjadi 3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
meningkat 3 kali
9. Mencatat hasil pemantauan gejala dari 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
menurun menjadi meningkat tarik napas dalam yang ke-3
10. Kemampuan melaporkan gejala dari
4
Terapeutik :
1. Berikan posisi semi-Fowler 30-45º
2. Pasang oksimetri nadi
3. Lakukan penghisapan lender, jika perlu
4. Berikan oksigen 6-15L via sungkup untuk
mempertahankan SpO2: >90%
Edukasi :
1. Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen
2. Ajarkan teknik pursed-lip breathing
3. Ajarkan mengidentifikasi dan menghindari
pemicu (mis. debu, bulu hewan, serbuk bunga,
asap rokok, polutan udara, suhu lingkungan
ekstrem, alergi makanan)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronchodilator sesuai
indikasi(mis. albuierol, metaproterenol)
2. Kolaborasi pemberian obat tambahan jika tidak
responsif dengan bronkodilator (mis.
Prednisolone, methylprednisolone,
aminophylline)
4
Pemantauan Respirasi
Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AG D
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
1. Aturinterval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4
dengan Asma Bronkial secara teoritis mengacu pada teori sesuai dengan diagnosis
baik, mudah menerima saran perawat, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka
serta tanggapan yang baik dari keluarga kepada penulis dalam memberikan
2.4.5 Evaluasi
2.4.4.2 (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
2.4.4.3 A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang) Polusi udara : CO, asap rokok, parfume
Emosional : takut, cemas, stress
Fisik : cuaca dingin perubahan temperatur
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Iritan : kimia
Aktivitas yang berlebihan
Antigen merangsang IgE di sel mast, maka terjadi Reaksi antigen & antibody
BAB 3
TINJAUAN KASUS
keperawatan pada pasien Asma Bronkial maka penulis menyajikan satu kasus
yang penulis amati mulai tanggal 06 Maret 2021 sampai dengan 08 Maret 2021
dengan data pengkajian pada tanggal 06 Maret 2021 pada pukul 09.00 WIB.
3.1 Pengkajian
3) Pekerjaan KK : Pedagang
4) Pendidikan KK : SLTP
5) Komposisi keluarga :
Jenis Hubungan
Nama Umur Pekerjaan Pendidikan
Kelamin Keluarga
Tn.A
1. (Klien) Laki-laki Suami 49 Wiraswasta SLTP
Ibu Rumah
2. Ny.K Perempuan Istri 48 SD
Tangga
Karyawan
3. Tn.P Laki-laki Anak 25 SMA
Swata
Karyawan
4. Nn.S Perempuan Anak 22 SMA
Swasta
4
Genogram
: Laki-Laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Garis keturunan
3.1.3Data Lingkungan
Pintu
Kamar 1
Ruang Tamu
Kamar 2
Ventilasi
Ruang Keluarga
Ruang sholat
Kamar 3 Dapur Kamar Mandi
DO:
1. Kesadaran: Compos mentis
2. GCS 4, 5, 6
3. Keadaan umum : lemah
4. Klien tampak gelisah
5. wheezing (+)
6. Irama nafas irreguler
7. TTV:
TD : 110/80mmHg
N : 90x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,7oC
DS: Kurang Terpapar Defisit
1. Keluarga dan Tn.A tidak mampu memahami Informasi Pengetahuan
masalah dan cara pencegahan asma bronkial
2. Keluarga dan Tn.A mengatakan tidak
mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
Tn.A
DO:
1. Keluarga dan klien tampak bingung saat
ditanya mengenai masalah kesehatan Tn.A
2. Kesadaran : Compos
mentis 3. GCS 4, 5, 6
4. Keadaan umum : lemah
5. TTV:
TD :
110/80mmHg N
: 90x/menit RR :
28x/menit
S : 36,7oC
5
Defisit Pengetahuan berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3x24 Intervensi Utama :
6 Maret 2021
dengan Kurang Terpapar Informasi jam di harapkan klien dan keluarga mampu Edukasi Kesehatan
dibuktikan dengan Keluarga dan klien memahami masalah, meliputi : Observasi :
tidak mampu memahami masalah 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Luaran Utama menerima informasi
Tingkat Pengetahuan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Dengan kriteria hasil: meningkatkan dan menurunkan motivasi
1. Keluarga dan klien mampu memahami perilaku hidup bersih dan sehat
tanda dan gejala asma
2. Keluarga dan klien mampu memahami Terapeutik :
penyebabdari asma 1. Sediakan materi dan media pendidikan
3. Keluarga dan klien mampu memahami kesehatan
pencegahan dari asma 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
4. Keluarga dan klien mampu memahami kesepakatan
penanganan asma 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan stratergi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
5
3.7 EVALUASI
TANGGAL
/ JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI TTD
06-03-2021 Pola Napas Tidak Efektif S : Tn. A mengatakan dada terasa
09.00 WIB berhubungan dengan Hambatan sesak dankesulitan untuk bernafas
Upaya Nafas (Kelemahan otot O:
pernafasan) dibuktikan dengan 1. Keadaan umum : Lemah
klien mengatakan sesak nafas 2. Kesadaran :
yang dirasakan mendadak setelah Composmentis 3. GCS : 4, 5,
melakukan aktivitas berat. 6
4. Klien tampak gelisah
5. Wheezing (+)
+ +
- -
6. TTV:
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,7oC
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
Defisit Pengetahuan berhubungan S : Keluarga dan klien tidak
dengan Kurang Terpapar mampu memahami masalah
Informasi dibuktikan dengan kesehatan klien.
Keluarga dan klien tidak mampu O:
memahami masalah 1. Keluarga dan klien tampak
bingung ketika ditanya
perawat mengenai penyakit
klien
2. Klien dan keluarga tampak
penasaran terhadap cara
perawatan terhadap anggota
keluarga yang mengalami
asma bronkial
3. Keluarga sangat ingin
mengetahui apa yang
seharusnya dihindari agar
mencegah terjadinya
kekambuhan
- -
- -
6. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,3oC
A : Masalah Terasi
P : Intervensi di hentikan
Defisit Pengetahuan berhubungan S : Keluarga dan klien sedikit
dengan Kurang Terpapar memahami terkait dengan masalah
Informasi dibuktikan dengan kesehatan klien.
Keluarga dan klien tidak mampu O:
memahami masalah 1. Keluarga dan klien sudah
sedikit memahami dan bisa
menjawab ketika ditanya
perawat mengenai penyakit
klien
2. Klien dan keluarga sedikit
memhami cara perawatan
terhadap anggota keluarga
yang mengalami asma
bronkial
3. Keluarga sudah sedikit
memahami apa yang
seharusnya dihindari agar
mencegah terjadinya
kekambuhan
A : Masalah belum
sebagian P : Lanjutkan
intervensi 3,4
08-03-2021 Pola Napas Tidak Efektif S : Tn. A mengatakan sesak nafas
09.00 WIB berhubungan dengan Hambatan berkurang, dan sedikit bisa
Upaya Nafas (Kelemahan otot bernafas.
pernafasan) dibuktikan dengan O:
klien mengatakan sesak nafas 1. Keadaan umum : Cukup
yang dirasakan mendadak setelah 2. Kesadaran : Composmentis
melakukan aktivitas berat. 3. GCS 4, 5, 6
4. Klien tampak gelisah
5. wheezing (+)
+ -
- -
6
6. TTV:
TD : 120/90mmHg
N : 88x/menit
RR24x/menit
S : 36,5oC
A : Masalah Belum Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 3,4,5
Defisit Pengetahuan berhubungan S : Keluarga dan klien mampu
dengan Kurang Terpapar memahami masalah kesehatan
Informasi dibuktikan dengan klien
Keluarga dan klien tidak mampu O:
memahami masalah 1. Keluaga dan klien terlihat
mampu mengaplikasikan
yang telah diajarkan oleh
perawat
2. Klien dan keluarga sudah
mengetahui cara perawatan
terhadap anggota keluarga
yang mengalami asma
bronkial
3. Keluarga sudah
mengetahui apa yang
seharusnya dihindari agar
mencegah terjadinya
kekambuhan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
6
BAB IV
PEMBAHASAN
yang terjadi antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnose medis Asma Bronkial Dengan Masalah Keperawatan
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas
Pada tinjauan pustaka menurut Jeremy, dkk (2018), orang dewasa yang
beresiko menderita asma bronkial yaitu usia >35 Tahun. Sedangkan pada tinjauan
kasus data pengkajian yang didapatkan bahwa klien adalah seorang laki – laki
pendidikan terakhir SLTP, klien adalah anak kedua dan klien tinggal bersama istri
dan dua anaknya. Pada pengkajian identitas tidak terjadi kesenjangan karena usia
Pada tinjauan kasus, keluhan utama klien sesak nafas, mengi, dan batuk.
Pada tinjauan pustaka menurut Taufan (2016), biasanya penderita asma bronkial
memiliki tanda dan gejala penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk, susah tidur, dan menimbulkan wheezing. Untuk keluhan utama disini tidak
Pada tinjauan kasus, klien mengeluh sesak nafas, mengi, batuk. Sedangkan
pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2018), Asma bronkial bisa disebabkan
oleh cuaca dingin, debu, asap rokok, bulu binatang, stress, dan kelelahan. Ditandai
dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari. Pada
pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan
debu dan memiliki riwayat penyakit turunan asma. Sedangkan pada tinjauan
bronkial meliputi faktor alergi, faktor non alergi, faktor psikologi, faktor genetik
atau keturunan dan faktor lingkungan. Pada pengkajian ini tidak terdapat
memiliki riwayat alergi terhadap debu dan riwayat penyakit turunan asma
Pada tinjauan kasus klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
faktor alergi, faktor non alergi, faktor psikologi, faktor genetik atau keturunan dan
6
terdiri dari teras, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Bangunan rumah adalah
cahaya sinar matahari ke dalam rumah masih tampak kurang. Pada pengkajian ini
suara nafas vesikuler dan terdapat suara nafas tambahan wheezing. Tanda – tanda
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut hingga ujung
kaki (head to toe). Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan dikarenakan pada
tinjauan pustaka tidak dijelaskan secara rinci seperti pada kasus nyata.
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
data yang dikumpulkan dari klien. Keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan
6
diagnosa keperawatan yaitu pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
Hasil pengkajian yang sudah dilakukan dan data yang menunjang, maka
Tn.A didapat diagnosa yang sama yakni pola nafas tidak efektif berhubungan
pada Tn.A mengangkat 2 diagnosa yaitu: pola nafas tidak efektif berhubungan
proses pengkajian ditemukan data dan hasil yang menunjang, sehingga penulis
Pada Tn.A muncul diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif. Menurut
penulis tegakkan karena ditemukan data subjektif: klien mengatakan sesak napas
dan klien tampak sesak napas dan berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital
6
x/menit, suhu 36,7°C, auskultasi paru didapatkan hasil bunyi wheezing dengan
ekspirasi memanjang. Menurut penulis, antara tinjauan kasus dan tinjauan teori
pada diagnosa ini tidak terdapat kesenjangan karena sejalan dengan batasan
2. Defisit Pengetahuan
SDKI (2018), terdapat diagnosa ini. Batasan karakteristik untuk diagnosa defisit
menjalani pemeriksaan yang tidak tepat. Diagnosa ini penulis tegakkan karena
ditemukan data subjektif: pasien mengatakan klien dan keluarga klien tidak
mengetahui tentang penyakit yang di derita klien dan cara pencegahannya, tidak
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Menurut penulis, antara
tinjauan kasus dan tinjauan teori pada diagnosa ini tidak terdapat kesenjangan
Diagnosa yang ada dalam tinjauan pustaka tetapi tidak muncul dalam
tinjauan kasus yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas. Menurut penulis didapatkan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus, karena pada tinjauan pustaka terdapat 1 diagnosa yang tidak
muncul pada tinjauan kasus karena klien tidak mengalami kesulitan untuk
mengeluarkan sekresi.
6
Pada rencana keperawatan pada klien dengan diagnosa Pola Nafas Tidak
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini
ketingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Tindakan ini termasuk
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dengan pembahasan pada
perencanaan yang ada pada pasien sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien,
sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien tetapi dijabarkan secara rinci mengenai
tanggal 06 Maret 2021 jam 09.00 WIB yaitu bina hubungan saling percaya pada
klien dan keluarga klien, memberikan posisi semi-Fowler atau Fowler pada klien.
6
Saat dada terasa sesak dengan derajat kemiringan 45°, ajarkan teknik relaksasi
bronkial dan menganjurkan klien untuk mengonsumsi obat anti asma setiap hari
pada pasien dengan Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan
upaya nafas (kelemahan otot pernafasan) dan pada diagnosa keperawatan Defisit
dilakukan selama 3 hari yang dilakukan penulis dapat dievaluasi bahwa pasien
klien dan bunyi nafas tambahan, klien sudah paham mengenai pengertian asma
bronkial, dan pasien mampu melakukan kegiatan yang telah dilatih serta mau
mengikuti kegiatan yang dirancang oleh penulis. Pada kasus Tn.A dengan
upaya nafas (kelemahan otot pernafasan) dan pada diagnosa keperawatan Defisit
7
selama 3 hari pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif
yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
penulis tentang hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah ditemukan dari
data masalah pola nafas tidak efektif dan defisit pengetahuan adalah masalah
BAB 5
PENUTUP
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah di uraikan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Asma Bronkial dengan Masalah Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif,
5.1.1 Pengkajian
tersebut ada yang tidak berpengaruh terhadap pasien dan keluarga Tn.A
Diagnosa yang di dapat yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
Intervensi yang dirumuskan pada dua diagnosa prioritas yang muncul pada
klien dilakukan melalui 2 jenis tindakan yaitu tindakan mandiri keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan yang telah di tetapkan oleh penulis. Pada diagnosa
keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Dari dua diagnosa keperawatan yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan
Tn.A di dapatkan dua masalah teratasi. Kondisi Tn.A sudah cukup baik dan bisa
5.2 Saran
berikan yaitu:
dengan topik Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial dengan Masalah
Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif bagi dosen dan mahasiswa di lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. (2016). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Setyawan, Dodiet Aditya. (2016). Konsep Dasar Keluarga Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas. Surakarta : Program Studi Diploma IV
Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes.