Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan
ICU ini selesai disusun. Buku Pedoman Pelayanan ICU ini disusun sebagai
acuan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan ICU bertujuan mengelola
pasien yang sakit serius sehingga ancaman kematian dapat dikurangi dan
harapan sembuh kembali dapat ditingkatkan. Selain itu pelayanan ICU
juga bertujuan meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan secara
optimal melalui upaya penyelenggaraan asuhan keperawatan intensif,
akurat, dan tepat.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................
Kata pengantar.............................................................
Daftar Isi.......................................................................
Bab I Pendahuluan.......................................................
A.Latar belakang...........................................................
B.Landasan Hukum......................................................
C.Maksud dan Tujuan...................................................
D.Ruang Lingkup..........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
RSUD Kabupaten Karanganyar adalah instansi pelayanan
kesehatan yang merupakan garda terdepan di wilayah Kabupaten
Karanganyar yang saat ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan prima kepada masyarakat di wilayah ini. Sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan antara lain memuat hak dan kewajiban setiap
individu untuk mernperoleh derajat kesehatan yang optimal serta wajib
berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.
Di samping itu dalam Undang-Undang tersebut juga mencantumkan
bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan kewajibannya harus
mematuhi sandar profesi dan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Atas dasar amanat Undang-Undang tersebut dan sesuai dengan
rencana pengembangan RSUD Kabupaten Karanganyar dan fungsi
rumah sakit sebagai pemberi pelayanan rujukan, saat ini berbagai jenis
pelayanan mulai disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
sehingga RSUD Kabupaten Karanganyar memandang perlu membentuk
dan menyelenggaraan Pelayananan Intensif.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul
pada saat pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale
mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar
tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana
pasien-pasien pasca bedahdikumoulkan dan diawasi sampai sadar dan
stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan suatu awal untuk
melanjutkan pelayanan dari pelayanan sebelumnya dan sampai pada
pelayanan pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dan timbulnya wabah poliomyelitis di
Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian
yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot pernapasan. Dokter
spesialis anestesiologi dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual
mirip yang dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para
mahasiswa kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka
mempertahankan nyawa pasien poliomyelitis bulbar dan bahkan
menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40% dibandingkan dengan
cara sebelumnya yaitu menggunakan iron lung yang mortalitasya
sebesar 90%. Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilasi mekanik
bertekanan positif yang ternyata sangat efektif untuk memberi
pernapasan jangka panjang. Sejak saat itulah ICU dengan perawatan
pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien
pasca bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang
ilmu sendiri yaitu intensive care unit. Ruang lingkup pelayanannya
meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal, dan lain-lainnya, baik bagi
pasiendewasa atau pasien anak. Rumah sakit sebagai salah satu
penyedia layanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus
dapat memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkialitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit perawatan
intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga professional yang terdiri dan multidisiplin
ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multi disiplin
yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain itu dukungan sarana, prasarana, serta peralatan juga diperlukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu,
mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana
prsarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan
ICU perlu dikonsentrasikan.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2018 tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1778/Menkes/SK/XII/2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan ICU
6. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 445/192.25/Tahun 2021 Tentang Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar
BAB II
PELAYANAN ICU
2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan
medis oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat pasien, antara lain:
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup
stabil,dengan kategori EWS kuning atau hijau sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif
tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien.
Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu
mekanis khusus seperti ventilasi mekanis. Contoh pasien golongan
demikian, antara lain pasien yang menderita penyakit stadium akhir
(misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari ICU
sebaiknya keluarga dan pasien diberikan penjelasan alasan pasien
dikeluarkan dari ICU.
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU
(keluar paksa)
d Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan
ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan
observasi yang lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya
diusahakan pindah keruang yang khusus untuk pemantauan
secara intensif yaitu HCU.
C. Informed Consent
Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU
serta prognosa penyakit yang diderita pasien. Penjelasan tersebut
diberikan oleh Kepala ICU atau dokter yang bertugas. Setelah
mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa
menerima atau tidak bisa menerima. Pernyataan pasien dan atau
keluarganya (baik bisa menerima atau tidak bisa menerima) harus
dinyatakan dalam formulir yang ditanda tangani (informed consent).
D.Alur Pelayanan
Pasein yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar
bersalin, ruang dialysis, dan sebagainya
3. Pasien dari bangsal (ruang rawat inap)
4. Pasien dari polikllinik
Alur Pelayanan ICU di Rumah Sakit
Pasien gawat
Tidak Ya
Poliklinik IGD
F. Sistem Rujukan
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas/wewenang dan tanggungjawab serta timbal balik baik
horizontal maupun vertical terhadap kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan
dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Terdapat dua jenis yaitu:
1. Rujukan Eksternal (rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan) yang
terdiri dari:
a. Rujukan Vertikal
Rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan
kepada fasillitas pelayanan kesehatan lainnya yang menjangkau
dalam suatu tingkatan pelayanan kesehatan yang berbeda.
b. Rujukan Horizontal
Rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan
kepada faslitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
kemampuan yang lebih tinngi dalam suatu tingkatan yang sama
2. Rujukan Internal : rujukan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dari
tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya (dokter ke dokter,
redidenke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan terdiri dari:
a. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit :
Rujukan yang dilakukan berkitan dengan pengobatan dan
pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), specimen dan
pengetahuan tentang penyakit.
b. Rujukan permasalahan kesehatan:
Rujukan yang dilakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan berupa fasilitas teknologi operasional.
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien
yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah
sakit. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa
pasien yang dirujuk tersebut akan mendapatkan penanganan segera.
Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus
dilakukan segera setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah
tertangani. Oleh karena itu, rujukan merupakan proses timbal balik
yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer informasi diantara
fasilitas pelayanan kesehatan. Secara umum, tujuan dilakukannya
rujukan adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (second opinion)
2. Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di fasilitas kesehatan
tersebut
3. Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan fasilitas kesehatan
tersebut
4. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
5. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan
Sistem Rujukan
RS Tipe A
RS Tipe B
RS Tipe C
RS Tipe D
J. Pembiayaan
Penyelenggaraan Pelayanan ICU di rumah sakit mengacu pada pola tariff
standar kelas 1 (satu). Sumber pembiayaan dapat berasal dari :
1. Jamkesmas
2. Asuransi kesehatan
3. Masyarakat dan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
4. Mandiri dan pasien
K. Pengorganisasian
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang
menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu, dan efektif. Untuk
tercapainya tugas ini diperlukan partisipasu dokter intensives pada
aktivitas manajemen. Kedudukan unit Pelayanan Intensif harus
ditetapkan dengan jelas dalam struktur organisasi rumah sakit disertai
ditetapkannya hubungan kerjanya dengan unit lain atau dengan rumah
sakit lainnya. Unit Pelayanan Intensif dilengkapi dengan Bagan
Organisasi disertai uraian tugas.
1. Struktur Organisasi
BAGAN ORGANISASI INTENSIF CARE UNIT
DIREKTUR
KEPALA TIM
POS
2. Uraian Tugas
a. Kepala Instalasi ICU
1) Kompetensi jabatan :
a) Pendidikan : dokter spesialis anestesi/perawat yang
sudah berpengalaman di ruang intensive
b) Memiliki pengalaman kerja di bidang rawat kritis intensif
minimal 3 tahun
c) Berkepribadian dan berakhlak baik
d) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan,
berkomunikasi dengan orang lain
e) Sehat jasmani, rohani, dan sosial
f) Bertanggung jawab kepada wadir pelayanan medic
g) Melakukan supervisi atas kepala ruang ICU
2) Wewenang
a) Sebagai pengelola pasien yang dirawat di Intensive Care
Unit
b) Menentukan kriteria dan klasifikasi pasien yang perlu
perawatan krisis intensif
c) Menentukan rujukan pasien
d) Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, termasuk
ketertiban jaga dokter jaga rawat kritis intensif
e) Megajuan usulan RAPB
f) Mengajukan usulan pengadaan tenaga
g) Administrasi pelporan
3) Fungsi
1) Fungsi perencanaan
a) Menyusun RAPB ICU
b) Menyusun standar pelayanan kritis intensif serta SOP
sebagai kegiatan yag diperlukan
c) Menentukan pembagian tugas staf dan tata hubungan
seta tata kerjanya
d) Menugaskan staf dalam tugas yang sesuai
2) Fungsi operasonal
a) Mengadakan rapat KIE secara berkala
b) Melakukan koordinasi pelaksanaan tugas staf
c) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain dengan
upaya mengatasi masalah lapangan.
3) Fungsi pengawasan, pengendalian, dan penilaian
a) Melakukan pembinaan teknis tugas staf
sehinggasesuai dengan standar pelayanan dan SPO
yang telah ditentukan.
b) Melakukan pengawasan tugas
c) Melakuka penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi
kerja instalasi rawat kritis intensif
d) Menyusun pengembangan instalani rawat kritis
intensif dan pengembangan SDM
4) Indicator Keberhasilan
a) Angka kematian lebih dan 48 jam dibawah standar
b) Angka pasien keluar dengan keadaan baik, meningkat
c) Efisiensi penggunaan SDI dan utilisasi alat
5) Target kerja :
Terselenggaranya pelayanan rawat kritis intensif yang
berhasil dan berdaya guna
b. Kepala Ruang ICU
1) Spesifikasi Jabatan
a) Pendidikan: D III Keperawatan, diutamakan Sarjana
Keperawatan, Ners.
b) Kursus / Pelatihan: Manajemen Keperawatan pola 40
jam, Pelatihan Perawatan Intensif
c) Pengalaman Kerja: minimal 3 tahun sebagai kepala tim
untuk Sarjana Keperawatan, Ners dan minimal 5 tahun
sebagai kepala tim untuk D III Keperawatan.
d) Berkepribadian dan berakhlak baik.
e) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan
dan berkomunikasi dengan orang lain.
f) Sehat jasmani, rohani dan sosial.
g) Bertanggung jawab kepada: Manager Bidang
Keperawatan dan manager intensif care unit.
h) Melakukan Supervisi atas: Koordinator Shif dan
Pelaksanaan Keperawatan / ICU.
2) Wewenang
a) Meminta informasi dan petunjuk atasan
b) Mengatur dan membimbing semua tenaga dan
mahasiswa. Meminta perangkat dan bahan kerja yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan /
pelayanan kesehaan.
c) Menyelengarakan asuhan keperawatan pada pasien kritis
(critical care) dengan prima.
d) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan
menjadi wewenangnya.
e) Memberi masukan dan pertimbangan kepada atasan
f) Melakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan asuhan keperawatan / pelayanan
kesehatan ruangan
g) Membuat penilaian DP3 bagi semua bagi semua tenaga
yang menjadi tanggung jawabnya.
h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan ruangan ICU
3) Uraian Tugas
a) Perencanaan
b) Mengajukan permintaan peralatan, obat-obatan dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan
c) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan
untuk membuat laporan tahunan.
d) Membuat usulan pengembangan tenaga
e) Membuat jadwal dinas
f) Membagi staf keperawatan sesuai dengan metode
pemberian asuhan keperawatan yang ditetapkan
4) Operasional
a) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditentukan
kepada staf
b) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan, obat-obatan
dan alat kesehatan yang tersedia untuk kelancaran
pelayanan.
c) Memeriksa keadaan ruang dan peralatan serta menyusun
laporan kerusakan, usulan perbaikan dan pemeliharaan.
d) Memantau pelaksanaan pemeliharaan dan kalibrasi alat
medic sesuai program bagian elektromedik
e) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui
masalah dan mendapatkan cara penyelesaikan agar
pelaksanaan pelayanan berjalan dengan baik
f) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib dan peraturan,
disiplin, kebersihan dan keamanan ruangan
g) Melaksanakan asuhan keperawatan kritis ( critical care)
dengan pendekatan ilmiah
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar kegiatan di instalasi
i) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat
j) Mendelegasikan tugas sore, malam dan hari libur pada
koordinator shif jaga
5) Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
a) Memberikan pengarahan, orientasi, dan bimbingan
kepada staf baru dan mahasiswa
b) Menilai kinerja semua tenaga yang menjadi tanggun
jawabnya dengan DP 3 pada saatnya
c) Melakukan supervise dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
d) Melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan
menggunakan berbagai metode peningkatan mutu
e) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala dan
isidentil
6) Indikator Keberhasilan
a) Kebutuhan alat kesehatan, alat kesehatan, dan bahan
pakai terpenuhi.
b) Fasilitas/alat kesehatan berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
c) Terlaksananya pengaturan staf keperawatan dengan
menggunakan jadwal dinas dan metode pemberian
asuhan keperawatan.
d) Terlaksananya kegiatan pertemuan berkala.
e) Terwujudnya pelayanan asuhan keperawatan/pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kepuasan pasien.
f) Adanya pengawasan, pengendalian, dan penilaian
asuhan keperawatan/ pelayanan kesehatan
g) Kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
ruangan.
h) Laporan tahunan.
c. Kepala Tim
1) Spesifikasi jabatan
a) Pendidikan : D III Keperawatan, diutamakan Sarjana
Keperawatan, Ners.
b) Kursus/Pelatihan : Pelatihan Perawatan Intensif
c) Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun sebagai coordinator
shift untuk Sarjana Keperawatan, Ners, dan minimal 5
tahun sebagai coordinator shift untuk D III Keperawatan.
d) Berkepribadian dan berakhlak baik.
e) Berkemampuan untuk memengaruhi, menggerakkan,
dan berkomunikasi degan orang lain.
f) Sehat jasmani, rohani, dan sosial.
g) Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Ruang.
h) Melakukan Supervisi Atas : Koordinator Shift dan
Pelaksanaan Keprawatan ICU.
2) Wewenang
a) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan dengan Perawat Pelaksana.
b) Meminta informasi dan pegarahan dari Kepala Ruang.
c) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.
3) Uraian Tugas
a) Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang rawat dan
lingkungannya.
b) Menerima pasien baru, melakukan orientasi pada pasien.
c) Melakukan pengkajian pasien baru dan seterusnya
membuat prose keperawatan dengan pendokumentasian
yang benar.
d) Melakasanakan tindakan sesuai dengan rencana
keperawatan.
e) Melaksanakan tindakan kedaruratan yang terjadi pada
pasien sesuai SPO yang berlaku dan segera melaporkan
kepada dokter yang merawat.
f) Melakukan evaluasi tehadap perkembangan pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
g) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala
ruang.
h) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan.
i) Menyiapkan pasien yang akan pindah ruang atau
pulang.
j) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan perawat
pelaksana.
g. Ketenangaan
Kualifikasi kenagaan perawatan juga tergantung dari klasifikasi
pelayanan perawatan intensif (primer, sekunder, tersier).
Pelayanan perawatan intensif tersier harus mempunyai staf
peraat kritikal yang berpengalaman dan berkualifikasi dalam
perawatan pasien kritis. Staf perawat intensif adalah staf
perawat professional yang diberikan kewenangan sebagai
seorang perawat yang mampu memberikan asuhan
keperawatan yang kompeten pada pasien dalam kondisi kritis
melalui inegrasikemampuan ilmiah dan keterampilan khusus
serta diikuti oleh nilai-nilai kemanusiaan.
1) Kelompok dokter
2) Perawat
3) Tenaga penunjang, terdiri dari elektro medic, laboratorium,
fisioterapis, farmasi, ahli gizi, radiographer
4) Tenaga administrasi
Kolaborasi dokter-perawat di ICU harus terjalin sebagai mitra yang
independensinya tinggi. Perubahan yang terjadi pada kondisi
pasien langsung didiskusikan bersama tim, sehingga keputusan
medic maupun keperawatan dapat ditetapkan secara tepat. Selain
itu komunikasi antara menejemen klinik dengan berbagai disiplin
dilakukan melalui pertemuan secara regular.
Adapun karakteristik perawat, penetapan jumlah, dan kualifikasi
tenaga keperawatan serta kompetensi perawat ICU adalah sebagai
berikut:
a. Karakteristik Perawat ICU
Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan
intensif meliputi:
1) Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan
intensif dengan konsisten.
2) Menghormati sesame sejawat dan tim lainnya.
3) Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan
khusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal dalam
memmberikan asuhan keperawatan.
4) Merespon secara terus menerus dengan perubahan
lingkungan.
5) Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif.
6) Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang
tinggi.
7) Meninterpretasikan analisa situasi yang komplek.
8) Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga.
9) Berpikir kritis.
10) Mampu menghadapi tantangan (challenging).
11) Mengembangkan pengetahuan dan penelitian.
12) Berpikir ke depan (visionary).
13) Inovatif.
Keterangan
A = jumlah tempat tidur :5
B = rata-rata pasien 80% :4
C = ketergantungan: intensif care : 12
1. Kebutuhan perawat:
5 x 12 = 8,5 dibulatkan = 9
7
2. Loss Day
78 hari x 9 = 2,5 dibulatkan 3
286
( Standard Depkes )
KABUPATEN KARANGANYAR,