Anda di halaman 1dari 25

BUKU PEDOMAN PELAYANAN ICU

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Alamat : Jl. Laksda Yos Sudarso Karanganyar Telepon (0271)495025, 495118
Fax (0271)495673 Ext. 109 Website : www.rsukaranganyar.go.id,E-mail :
RsudKabKaranganyar@gmail.com Kode Pos 57716
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan
ICU ini selesai disusun. Buku Pedoman Pelayanan ICU ini disusun sebagai
acuan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan ICU bertujuan mengelola
pasien yang sakit serius sehingga ancaman kematian dapat dikurangi dan
harapan sembuh kembali dapat ditingkatkan. Selain itu pelayanan ICU
juga bertujuan meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan secara
optimal melalui upaya penyelenggaraan asuhan keperawatan intensif,
akurat, dan tepat.

Besar harapan kami buku ini dapat dipelajari, dipahami serta


petugas mampu melaksanakann setiap kebijakan dan prsedur yang telah
ditentukan dilingkungan RSUD Karanganyar sehingga kegiatan pelayanan
dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam


pennyusunan buku panduan ini. Kami menyadari bahwa buku panduan
ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan masukkan yangg
berharga sangat kamii harapkan.

Karanganyar, September 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................

Kata pengantar.............................................................

Daftar Isi.......................................................................

Bab I Pendahuluan.......................................................

A.Latar belakang...........................................................
B.Landasan Hukum......................................................
C.Maksud dan Tujuan...................................................
D.Ruang Lingkup..........................................................

Bab II Pelayanan ICU....................................................

A.Klasifikasi Pelayanan ICU..........................................


B.Indikasi Masuk dan keluar ICU.................................
C.Inform Consent..........................................................
D.Alur Pelayanan .........................................................
E.Sarana Prasarana dan peralatan................................
F.Sistem Rujukan.........................................................
G.Pencatatan dan Pelaporan.........................................
H.Monitoring dan Evaluasi............................................
I.Pengendalian Mutu dan Pengawasan ICU...................
J.Pengorganisasian.......................................................

Bab III Penutup.............................................................


LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR
NOMOR :
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN ICU

PANDUAN PELAYANAN ICU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
RSUD Kabupaten Karanganyar adalah instansi pelayanan
kesehatan yang merupakan garda terdepan di wilayah Kabupaten
Karanganyar yang saat ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan prima kepada masyarakat di wilayah ini. Sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan antara lain memuat hak dan kewajiban setiap
individu untuk mernperoleh derajat kesehatan yang optimal serta wajib
berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.
Di samping itu dalam Undang-Undang tersebut juga mencantumkan
bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan kewajibannya harus
mematuhi sandar profesi dan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Atas dasar amanat Undang-Undang tersebut dan sesuai dengan
rencana pengembangan RSUD Kabupaten Karanganyar dan fungsi
rumah sakit sebagai pemberi pelayanan rujukan, saat ini berbagai jenis
pelayanan mulai disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
sehingga RSUD Kabupaten Karanganyar memandang perlu membentuk
dan menyelenggaraan Pelayananan Intensif.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul
pada saat pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale
mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar
tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana
pasien-pasien pasca bedahdikumoulkan dan diawasi sampai sadar dan
stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan suatu awal untuk
melanjutkan pelayanan dari pelayanan sebelumnya dan sampai pada
pelayanan pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dan timbulnya wabah poliomyelitis di
Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian
yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot pernapasan. Dokter
spesialis anestesiologi dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual
mirip yang dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para
mahasiswa kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka
mempertahankan nyawa pasien poliomyelitis bulbar dan bahkan
menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40% dibandingkan dengan
cara sebelumnya yaitu menggunakan iron lung yang mortalitasya
sebesar 90%. Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilasi mekanik
bertekanan positif yang ternyata sangat efektif untuk memberi
pernapasan jangka panjang. Sejak saat itulah ICU dengan perawatan
pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien
pasca bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang
ilmu sendiri yaitu intensive care unit. Ruang lingkup pelayanannya
meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal, dan lain-lainnya, baik bagi
pasiendewasa atau pasien anak. Rumah sakit sebagai salah satu
penyedia layanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus
dapat memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkialitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit perawatan
intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga professional yang terdiri dan multidisiplin
ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multi disiplin
yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain itu dukungan sarana, prasarana, serta peralatan juga diperlukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu,
mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana
prsarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan
ICU perlu dikonsentrasikan.

B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2018 tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1778/Menkes/SK/XII/2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan ICU
6. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 445/192.25/Tahun 2021 Tentang Pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Pelayanan ICU bertujuan mengelola pasien yang sakit serius
sehingga ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh
kembali normal dapat ditingkatkan. Selain itu pelayanan ICU juga
bertujuan meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan secara
optimal melalui upaya penyelenggaraan asuhan keperawatan intensif,
akurat, dan tepat. Tujuan buku pedoman pelayanan ICU ini adalah:
1. Memperpendek hari rawat dengan peningkatan mutu asuhan
keperawatan.
2. Menekan/menurunkan infeksi nosokomial.
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
4. Dalam memberikan pelayanan tidak membedakan golongan, ras, dan
agama.
5. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang praktik
klinik keperawatan sesuai dengan kompetensinya.
6. Meningkatkan komunikasi antar perawat dan tim kesehatan lain
D. RUANG LINGKUP
1. Diagnosis dan pelayanan spesifik penyakit akut yang mengancam
nyawa atau menimbulkan kematian.
2. Memberi bantuan atau mengambil alih fungsi vital tubuh.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit.
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya
sangat tergantung pada alat atau mesin maupun orang lain

BAB II
PELAYANAN ICU

Pelayanan ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan


pasien yang sakit kritis yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan
berdasarkan orientasi orgen.
A. Klasifikasi Pelayanan ICU
Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan ICU
dibagi dalam beberapa klasifikasi pelayanan. Jenis tenaga dan
kelengkapan pelayananan menentukan klasifikasi pelayanan di rumah
sakit tersebut atau sebaliknya.
KEMAMPUAN PELAYANAN
No
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1. Resusitasi jantung Resusitasi jantung Resusitasi
paru paru jantung paru
2. Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan
napas, termasuk napas, termasuk jalan napas,
intubasi trakeal intubasi trakeal dan termasuk
dan vertilisasi vertilisasi mekanik intubasi trakeal
mekanik dan vertilisasi
mekanik
3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4. Pemasangan Pemasangan kateter Pemasangan
kateter vena vena sentral kateter vena
sentral sentral, arteri,
Swan Ganz dan
ICP monitor
5. Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan
pulse oksimetri pulse oksimetri dan EKG, pulse
dan tekanan tekanan darah non oksimetri dan
darah non invasive dan tekanan darah
invasive invasive non invasive dan
invasive, Swan
Ganz dan ICP
serta ECHO
Monitor
6. Pelaksanaan Pelaksanaan terapi Pelaksanaan
terapi secara secara tirtrasi terapi secara
tirtrasi tirtrasi
7. Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi Pemberian
eksternal dan eksternal dan nutrisi eksternal
parental parental dan parental
8. Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
laboratorium laboratorium laboratorium
khusus dengan khusus dengan khusus dengan
cepat dan cepat dan cepat dan
menyeluruh menyeluruh menyeluruh
9. Memberikan Memberikan Memberikan
tunjangan fungsi tunjangan fungsi tunjangan fungsi
vital dengan alat- vital dengan alat- vital dengan alat-
alat portable alat portable selama alat portable
selama transportasi pasien selama
transportasi gawat transportasi
pasien gawat pasien gawat
10. Kemampuan Melakukan Melakukan
melakukan fisioterapi dada fisioterapi dada
fisioterapi dada
11. - Melakukan Melakukan
prosedur isolasi prosedur isolasi
12. - Melakukan Melakukan
hemodialisis hemodialisis
intermiten dan intermiten dan
kontinyu kontinyu

B. Indikasi Masuk dan Keluar ICU


ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian
khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat.
Pelayanan ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien
yang sakit kritis. Tujuan dan pelayanan adalah memberikan pelayanan
medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi
pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi:
2. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan
dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan
berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat
dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta tetap
tirtrasi.
2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta
dilakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.
Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan/atau
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
dasar pertimbangan mengapa pasien harus dirawat di ICU, serta
tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien
dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICU atau
dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau
keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
ICU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed
consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada
suatu rumah sakit, diperlukan mekanismen untuk membuat prioritas
apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi
daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU
bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU.
Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala
ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medic, pasien mana yang
akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus
dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Kriteria masuk ICU memberikan
pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif.
1. Kriteria Masuk
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan
pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian
objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan
untuk menentukan prioritas masuk ICU.
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti:
dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/system
yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh
pasien kelompok ini antara lain, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Intitusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU,
seperti derajat hipoksemia, hipotensi di bawah tekanan darah
tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak
mempunyai batas. Pasien dengan skor APACHE II lebih dari 5.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU,
sebab sangat berisiko jika tidak mendapatkan terapi intensif segera,
antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru,
gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan
major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas,
karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah paien sakit kritis, yang tidak stabil
status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau
penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan
sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat
kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan
metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade,
sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru
terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya
saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan Kepala ICU,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan,
dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu
waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3
(satu, dua, tiga)
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
aman” saja ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah
“DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasie-pasien ini
mungkin mendapat manfaat dan tunjangan canggih yang
tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasein dalam keadaan vegetative permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak.
Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ
untuk donasi.

2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan
medis oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat pasien, antara lain:
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup
stabil,dengan kategori EWS kuning atau hijau sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif
tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien.
Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu
mekanis khusus seperti ventilasi mekanis. Contoh pasien golongan
demikian, antara lain pasien yang menderita penyakit stadium akhir
(misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari ICU
sebaiknya keluarga dan pasien diberikan penjelasan alasan pasien
dikeluarkan dari ICU.
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU
(keluar paksa)
d Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan
ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan
observasi yang lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya
diusahakan pindah keruang yang khusus untuk pemantauan
secara intensif yaitu HCU.

C. Informed Consent
Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU
serta prognosa penyakit yang diderita pasien. Penjelasan tersebut
diberikan oleh Kepala ICU atau dokter yang bertugas. Setelah
mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa
menerima atau tidak bisa menerima. Pernyataan pasien dan atau
keluarganya (baik bisa menerima atau tidak bisa menerima) harus
dinyatakan dalam formulir yang ditanda tangani (informed consent).

D.Alur Pelayanan
Pasein yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar
bersalin, ruang dialysis, dan sebagainya
3. Pasien dari bangsal (ruang rawat inap)
4. Pasien dari polikllinik
Alur Pelayanan ICU di Rumah Sakit

Pasien gawat

Tidak Ya

Poliklinik IGD

Kamar Operasi ICU HCU Bangsal

E. Sarana, Prasarana, dan Peralatan


1. Lokasi
Dianjurkan satu kompleks dengan kamar bedah dan kamar pulih,
berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat
Darurat, laboratorium, dan radiologi.
2. Desain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang
baik dan pengaturan ruang yang adekuat.
3. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas sangat
membantu kelancaran pelayanan. Berikut ini adalah ketentuan
umum mengenai peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran,
dan fungsi ICU, dan harus sesuai dengan beban kerja ICU,
disesuaikan dengan standar yang berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
c. Peralatan dasar meliputi :
1) Ventilasi mekanik
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan napas
3) Alat hisap
4) Peralatan akses vaskuler
5) Peralatan monitor invasife dan non invasife
6) Defibrillator dan alat pacu jantung
7) Alat pengatur suhu pasien
8) Peralatan drain thorax
9) Infusion pump dan syiringe pump
10) Peralatan portable untuk transportasi
11) Tempat tidur khusus
12) Lampu untuk tindakan
d. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk
prosedur diagnostic dan atau terapi khusus mendukung fungsi
ICU.
e. Protocol dan pelatihan kerja untuk staf medic dan para medic
perlu tersedia untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-
langah untuk mengatasi apabila terjadi malfungsi.

F. Sistem Rujukan
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas/wewenang dan tanggungjawab serta timbal balik baik
horizontal maupun vertical terhadap kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan
dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Terdapat dua jenis yaitu:
1. Rujukan Eksternal (rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan) yang
terdiri dari:
a. Rujukan Vertikal
Rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan
kepada fasillitas pelayanan kesehatan lainnya yang menjangkau
dalam suatu tingkatan pelayanan kesehatan yang berbeda.
b. Rujukan Horizontal
Rujukan yang terjadi dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan
kepada faslitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
kemampuan yang lebih tinngi dalam suatu tingkatan yang sama
2. Rujukan Internal : rujukan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dari
tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya (dokter ke dokter,
redidenke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan terdiri dari:
a. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit :
Rujukan yang dilakukan berkitan dengan pengobatan dan
pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), specimen dan
pengetahuan tentang penyakit.
b. Rujukan permasalahan kesehatan:
Rujukan yang dilakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan berupa fasilitas teknologi operasional.
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien
yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah
sakit. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa
pasien yang dirujuk tersebut akan mendapatkan penanganan segera.
Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus
dilakukan segera setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah
tertangani. Oleh karena itu, rujukan merupakan proses timbal balik
yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer informasi diantara
fasilitas pelayanan kesehatan. Secara umum, tujuan dilakukannya
rujukan adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (second opinion)
2. Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di fasilitas kesehatan
tersebut
3. Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan fasilitas kesehatan
tersebut
4. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
5. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan

Sistem Rujukan
RS Tipe A

RS Tipe B

RS Tipe C

RS Tipe D

Pelayanan ICU harus memiliki kriteria penderita masuk, keluar


dan rujukan. Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi
untuk ICU, memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk
dukungan / bantuan hidup multi system yang kompleks dalam
jangka waktu yang terbatas.
G.Pencatatan dan Pelaporan
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokternya yang
melakukan pelayanan di ICU dan dokter tersebut harus
bertangungjawab atas semua yang dicatat dan dikerjakan. Pencatatan
menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ
khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya) secara berkala.
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan
oleh perawat ICU minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi
pasien.
Pemantauan secara umum dan khusus setiap hari oleh dokter jaga
dan perawat ICU dan dikoordinasikan dengan dokter yang merawat.
Pemantauan umum meliputi:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tensi, nadi,
suhu, respirasi, saturasi oksigen.
2. Pemeriksaan fisik meliputi sistem syaraf, sistem kardiovaskuler,
sistem respirasi, system gastrointestinal, system traktus urinarius
dan system lokomotof.
3. Balance cairan dilakukan setiap 7 jam bila pagi, 6 jam bila sore hari,
11 jam bila malam hari, diperhitungkan intake dan output cairan.
4. Evaluasi CVP (Central Venous Pressure) dengan melakukan Fluid
Challenge Test (FTC)
5. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Analisa gas darah
b. Gula darah
c. Darah rutin
d. Elektrolit
e. Ureum, kreatinin
f. Keton urin sesudah indikasi
g. Hemostase lengkap sesuai indikasi
h. Pemeriksaan lain bila dibutuhkan
Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, system skor prognosis penggunaan alat bantu (ventilasi
mekanis, hemodialisis, dan sebagainya) lama rawat dan keluaran (hidup
atau meninggal) dari ICU.
H.Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan
guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan
mengutamakan keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi harus
ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial
berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Indicator
pelayanan ICU yang digunakan adalah system scoring prognosis dan
keluaran dari ICU. System scoring prognosis di buat dalam 24 jam
pasien masuk ICU. Contoh sistem scoring prognosis yang dapat
digunakan adalah APACHE II ( Acut Physiologic and Chronik Heatl
Evaluation), SAPS II (Simplified Acute Physiologic Score) dan MODS
(Multiple Organ Dysfungtion Score). Rerata nilai csoring prognosis dalam
periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian
yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah
dari angka mortalitas terhadap rerata nilai scoring prognosis.
Perameter yang digunakan yang digunakan pada APACHE II
adalah suhu tubuh, rerata tekanan darah arteri, laju nadi, laju
pernapasan, oksigenasi, PH darah arteri, kadar natriun serum, kadar
kalium serum, kadar kreatinin, hematokrit, leukosit, skala coma
Glasgow, umur, dan keadaan penyakit kronis. Setiap parameter tadi
memiliki bobot nilai masing-masing.
Sedangkan parameter-parameter yang digunakan pada SAPS II
adalah umur, laju nadi, tekanan darah sistolik suhu tubuh, rasio
PaO2/FiO2, jumlah urin selama 24 jam, kadar urea serum, nilai
leukosit, kadar katium serum, kadar nutrium serum, kadar bikarbonat
serum, kadar bilirubin serum, skala coma Glasgow, keadaan kesehatan
kronis, dan indikasi masuk ICU. Seperti pada APACHE II, setiap
parameter pada SAPS II juga memiliki bobot nilai tertentu.

I. Pengendalian Mutu dan Pengawasan Pelayanan ICU


Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan ICU merupakan suatu
program yang bersifat objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan
memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan
pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegiatan pemantauan yang dilaksanakan
setiap hari secara objektif di ICU bekerja sama dengan Tim Pengendali
Mutu dan Kualitas Pelayanan rumah sakit setempat.
Parameter standar adalah suatu nilai ambang yang tidak boleh
dilampaui sehingga dapat dipenuhi kepuasan pelanggan.
Pelaksanaan pemantauan/Evaluasi meliputi :
1. Self Assessment
Adalah kegiatan yang memantau parameter mutu pelayanan setiap
hari yang dilakukan oleh setiap staf ICU yang hasilnya diberikan
kepada Tim Pengendali Mutu dan Kualitas Rumah Sakit.
2. Independent Audit
Merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolok ukur
keberhasilannya ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh
Tim Pengendali Mutu dan Kualitas Rumah Sakit.
Pelaksanaan evaluasi dan pemantauan sendiri mutu pelayanan ICU
dilakukan melalui:
1. Kegiatan penilaian pasien yang masuk ICU
Adalah kegiatan dengan menggunakan Standar Parameter Objektif
(seperti SAPS II, APACHE II, MODS, dll) serta menggunakan
indikator-indikator tertentu yang telah ditetapkan di ICU.
2. Pertemuan staf
Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan
evaluasi terhadap laporan bulanan, pasien yang meninggal,
pencegahan infeksi nosokomial dan permasalahan lain di ICU
3. Diskusi kasus kematian sulit di ICU setiap 3 bulan
4. Laporan berkala
Laporan bulanan dan tahunan yang berisi jumlah pasien di ICU,
jenis penyakit dan angka kematian.
5. Evauasi dan mutu pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan cara
mengidentifikasi dan pengelompokan masalah, analisa, dan
penyelesaian masalah, pelaksanaan dan evaluasi, serta tindak lanjut.

J. Pembiayaan
Penyelenggaraan Pelayanan ICU di rumah sakit mengacu pada pola tariff
standar kelas 1 (satu). Sumber pembiayaan dapat berasal dari :
1. Jamkesmas
2. Asuransi kesehatan
3. Masyarakat dan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
4. Mandiri dan pasien
K. Pengorganisasian
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang
menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu, dan efektif. Untuk
tercapainya tugas ini diperlukan partisipasu dokter intensives pada
aktivitas manajemen. Kedudukan unit Pelayanan Intensif harus
ditetapkan dengan jelas dalam struktur organisasi rumah sakit disertai
ditetapkannya hubungan kerjanya dengan unit lain atau dengan rumah
sakit lainnya. Unit Pelayanan Intensif dilengkapi dengan Bagan
Organisasi disertai uraian tugas.

1. Struktur Organisasi
BAGAN ORGANISASI INTENSIF CARE UNIT

DIREKTUR

WADIR PELAYANAN MEDIKA & KEPERAWATAN

MANAGER INSTALASI INTENSIVE CARE UNIT

KEPALA RUANG INTENSIVE CARE UNIT

KEPALA TIM

KOORDINATOR SHIF JAGA

POS
2. Uraian Tugas
a. Kepala Instalasi ICU
1) Kompetensi jabatan :
a) Pendidikan : dokter spesialis anestesi/perawat yang
sudah berpengalaman di ruang intensive
b) Memiliki pengalaman kerja di bidang rawat kritis intensif
minimal 3 tahun
c) Berkepribadian dan berakhlak baik
d) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan,
berkomunikasi dengan orang lain
e) Sehat jasmani, rohani, dan sosial
f) Bertanggung jawab kepada wadir pelayanan medic
g) Melakukan supervisi atas kepala ruang ICU
2) Wewenang
a) Sebagai pengelola pasien yang dirawat di Intensive Care
Unit
b) Menentukan kriteria dan klasifikasi pasien yang perlu
perawatan krisis intensif
c) Menentukan rujukan pasien
d) Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, termasuk
ketertiban jaga dokter jaga rawat kritis intensif
e) Megajuan usulan RAPB
f) Mengajukan usulan pengadaan tenaga
g) Administrasi pelporan
3) Fungsi
1) Fungsi perencanaan
a) Menyusun RAPB ICU
b) Menyusun standar pelayanan kritis intensif serta SOP
sebagai kegiatan yag diperlukan
c) Menentukan pembagian tugas staf dan tata hubungan
seta tata kerjanya
d) Menugaskan staf dalam tugas yang sesuai
2) Fungsi operasonal
a) Mengadakan rapat KIE secara berkala
b) Melakukan koordinasi pelaksanaan tugas staf
c) Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain dengan
upaya mengatasi masalah lapangan.
3) Fungsi pengawasan, pengendalian, dan penilaian
a) Melakukan pembinaan teknis tugas staf
sehinggasesuai dengan standar pelayanan dan SPO
yang telah ditentukan.
b) Melakukan pengawasan tugas
c) Melakuka penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi
kerja instalasi rawat kritis intensif
d) Menyusun pengembangan instalani rawat kritis
intensif dan pengembangan SDM
4) Indicator Keberhasilan
a) Angka kematian lebih dan 48 jam dibawah standar
b) Angka pasien keluar dengan keadaan baik, meningkat
c) Efisiensi penggunaan SDI dan utilisasi alat
5) Target kerja :
Terselenggaranya pelayanan rawat kritis intensif yang
berhasil dan berdaya guna
b. Kepala Ruang ICU
1) Spesifikasi Jabatan
a) Pendidikan: D III Keperawatan, diutamakan Sarjana
Keperawatan, Ners.
b) Kursus / Pelatihan: Manajemen Keperawatan pola 40
jam, Pelatihan Perawatan Intensif
c) Pengalaman Kerja: minimal 3 tahun sebagai kepala tim
untuk Sarjana Keperawatan, Ners dan minimal 5 tahun
sebagai kepala tim untuk D III Keperawatan.
d) Berkepribadian dan berakhlak baik.
e) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan
dan berkomunikasi dengan orang lain.
f) Sehat jasmani, rohani dan sosial.
g) Bertanggung jawab kepada: Manager Bidang
Keperawatan dan manager intensif care unit.
h) Melakukan Supervisi atas: Koordinator Shif dan
Pelaksanaan Keperawatan / ICU.
2) Wewenang
a) Meminta informasi dan petunjuk atasan
b) Mengatur dan membimbing semua tenaga dan
mahasiswa. Meminta perangkat dan bahan kerja yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan /
pelayanan kesehaan.
c) Menyelengarakan asuhan keperawatan pada pasien kritis
(critical care) dengan prima.
d) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan
menjadi wewenangnya.
e) Memberi masukan dan pertimbangan kepada atasan
f) Melakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan asuhan keperawatan / pelayanan
kesehatan ruangan
g) Membuat penilaian DP3 bagi semua bagi semua tenaga
yang menjadi tanggung jawabnya.
h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan ruangan ICU
3) Uraian Tugas
a) Perencanaan
b) Mengajukan permintaan peralatan, obat-obatan dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan
c) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan
untuk membuat laporan tahunan.
d) Membuat usulan pengembangan tenaga
e) Membuat jadwal dinas
f) Membagi staf keperawatan sesuai dengan metode
pemberian asuhan keperawatan yang ditetapkan
4) Operasional
a) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditentukan
kepada staf
b) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan, obat-obatan
dan alat kesehatan yang tersedia untuk kelancaran
pelayanan.
c) Memeriksa keadaan ruang dan peralatan serta menyusun
laporan kerusakan, usulan perbaikan dan pemeliharaan.
d) Memantau pelaksanaan pemeliharaan dan kalibrasi alat
medic sesuai program bagian elektromedik
e) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui
masalah dan mendapatkan cara penyelesaikan agar
pelaksanaan pelayanan berjalan dengan baik
f) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib dan peraturan,
disiplin, kebersihan dan keamanan ruangan
g) Melaksanakan asuhan keperawatan kritis ( critical care)
dengan pendekatan ilmiah
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar kegiatan di instalasi
i) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat
j) Mendelegasikan tugas sore, malam dan hari libur pada
koordinator shif jaga
5) Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
a) Memberikan pengarahan, orientasi, dan bimbingan
kepada staf baru dan mahasiswa
b) Menilai kinerja semua tenaga yang menjadi tanggun
jawabnya dengan DP 3 pada saatnya
c) Melakukan supervise dan memberi motivasi seluruh staf
untuk mencapai kinerja yang optimal
d) Melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan
menggunakan berbagai metode peningkatan mutu
e) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala dan
isidentil
6) Indikator Keberhasilan
a) Kebutuhan alat kesehatan, alat kesehatan, dan bahan
pakai terpenuhi.
b) Fasilitas/alat kesehatan berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
c) Terlaksananya pengaturan staf keperawatan dengan
menggunakan jadwal dinas dan metode pemberian
asuhan keperawatan.
d) Terlaksananya kegiatan pertemuan berkala.
e) Terwujudnya pelayanan asuhan keperawatan/pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kepuasan pasien.
f) Adanya pengawasan, pengendalian, dan penilaian
asuhan keperawatan/ pelayanan kesehatan
g) Kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
ruangan.
h) Laporan tahunan.

c. Kepala Tim
1) Spesifikasi jabatan
a) Pendidikan : D III Keperawatan, diutamakan Sarjana
Keperawatan, Ners.
b) Kursus/Pelatihan : Pelatihan Perawatan Intensif
c) Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun sebagai coordinator
shift untuk Sarjana Keperawatan, Ners, dan minimal 5
tahun sebagai coordinator shift untuk D III Keperawatan.
d) Berkepribadian dan berakhlak baik.
e) Berkemampuan untuk memengaruhi, menggerakkan,
dan berkomunikasi degan orang lain.
f) Sehat jasmani, rohani, dan sosial.
g) Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Ruang.
h) Melakukan Supervisi Atas : Koordinator Shift dan
Pelaksanaan Keprawatan ICU.
2) Wewenang
a) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan dengan Perawat Pelaksana.
b) Meminta informasi dan pegarahan dari Kepala Ruang.
c) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.
3) Uraian Tugas
a) Memelihara dan mengawasi kebersihan ruang rawat dan
lingkungannya.
b) Menerima pasien baru, melakukan orientasi pada pasien.
c) Melakukan pengkajian pasien baru dan seterusnya
membuat prose keperawatan dengan pendokumentasian
yang benar.
d) Melakasanakan tindakan sesuai dengan rencana
keperawatan.
e) Melaksanakan tindakan kedaruratan yang terjadi pada
pasien sesuai SPO yang berlaku dan segera melaporkan
kepada dokter yang merawat.
f) Melakukan evaluasi tehadap perkembangan pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
g) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala
ruang.
h) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan.
i) Menyiapkan pasien yang akan pindah ruang atau
pulang.
j) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan perawat
pelaksana.

d. Koordinator Shift Jaga


1) Spesifikasi Jabatan :
2) Pendidikan : D III Keperawatan
3) Kursus/Pelatihan : Pelatihan ICU/ICCU
4) Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun untuk D III
Keperawatan.
5) Berkepribadian dan berakhlak baik.
6) Berkemampuan untuk memengaruhi, menggerakkan, dan
berkomunikasi degan orang lain.
7) Sehat jasmani, rohani, dan sosial.
8) Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Ruang.
9) Melakukan Supervisi Atas : Perawat Pelaksana.
10) Wewenang
a) Meminta informasi dan petunjuk atasan.
b) Mengatur, mengarahkan, dan membimbing semua
tenaga dan mahasiswa dalam shift jaganya.
c) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan/asuhan
keperawatan yang prima.
d) Melaksanakan tugas Kepala Ruang sewaktu Kepala
Ruang tidak bertugas.
e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan
pelayanan/asuhan keperawtan (Catatan Keperawatan)
11) Uraian Tugas
a) Perencanaan
b) Menetapkan perawat pelaksana yang bertanggung jawab
pada sekelompok klien.
c) Melakukan pengkajian dan menetapkan rencana
keperawatan.
d) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas
pelayanan/asuhan keperawatan
12) Operasional
a) Mengelola pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menggunakan proses keperawatan.
b) Memonitor dokumentasi yang dilakukan perawat
pelaksana pada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
c) Mengatur pelaksanaa konsul dan pemeriksaan lab yang
menjadi tanggung jawabnya.
d) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan
PA.
e) Melakukan kegiatan serah terima klien.
f) Mendampingi visit team kesehatan.
g) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga.
h) Membuat perencanaan pulang (discharge planning).
i) Mrngkoordinir pelaksanaan taat tertib, disiplin,
kebersihan, dan keamanan ruangan.
j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam keamanan ruangan.
k) Melaksnakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di
ruangan.
13) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian
a) Melakukan evaluasi askep dan memuat catatan
perkembangan setiap hari.
b) Melakkan supervise kepada perawat jaga untuk
mencapai kinerja yang optimal.
c) Berperan sebagai konsultan dan perawat pelaksana.

e. Perawat Pelaksana Rawat Intensif


1) Spesifikasi Jabatan
2) Pendidikan : SPK, D III Keperawatan, Sarjana Keperawatan.
3) Pengalaman di ruang rawat inap selama 2 tahun.
4) Kursus/Pelatihan: memiliki pelatihan dasar sesuai
kelompok klinis keperawatan.
5) Berkepribadian dan berakhlak baik.
6) Berkemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
7) Sehat jasmani, rohani, dan sosial.
8) Betanggung Jawab Kepada: Koordinator Shift dan Kepala
Ruang.
9) Wewenang:
a) Memeriksa kelengkapan fasilitas dan alat yang
diperlukan.
b) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan tugas.
c) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, dan
perencanaan keperawatan bagi pasien baru.
d) Melakukan asuhan keperawatan pasien.
e) Melaporkan masalah ang berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien dan masalah lainnya yang
berhubungan dengan pelayanan kepada coordinator shift.
f) Meminta bimbingan/konsultasi kepada kepala ruang
atau koordinator shift.
10) Uraian Tugas
a) Perencanaan
b) Mengikuti serah terima/operan jaga.
c) Mengikuti pre conference setiap awal dinas.
11) Operasional
a) Membantu pelaksanaan pengkajian dan menetapkan
rencana perawatan.
b) Membina hubungan terauptik dengan klien dan keluarga.
c) Menerima delegasi peran ketua tim (coordinator shift) bila
ketua tim tidak ada.
d) Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan.
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan dan didokumentasikan.
f) Memeriksa kerapihan dan kelengkapan status
keperawatan.
g) Mrengkomunikasikan semua masalah kepada ketua tim.
h) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, lab,
pengobatan, dan tindakan keperawatan pada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
i) Berperan serta dalam memberikan pendidikan
kesehatan.
j) Melakukan inventarisasi fasilitas termasuk obat.
k) Membantu tim lain yang membutuhkan.
l) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada
kepala ruang/koorinator shift.
12) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian
a) Melakukan monitoring respon pasien.
b) Melakukan pencatatan kegiatan asuhan keperawatan
secara lengkap dan benar.
f. POS
1) Spesifikasi Jabatan
a) Pendidikan miniml SMA
b) Sehat jasmani rohani
c) Berakhlaqul karimah
2) Uraian Tugas
a) Ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan ruangan
dan tempat tidur pasien.
b) Ikut menerima pasien baru.
c) Mengantar pasien ke radiologi, laboratorium, pindah
ruang rawat inap, dan atau pulang.
d) Membantu perawat pelaksana melaksanakan tugasnya.
e) Membantu pemenuhan personal hygiene.
f) Membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi.

g. Ketenangaan
Kualifikasi kenagaan perawatan juga tergantung dari klasifikasi
pelayanan perawatan intensif (primer, sekunder, tersier).
Pelayanan perawatan intensif tersier harus mempunyai staf
peraat kritikal yang berpengalaman dan berkualifikasi dalam
perawatan pasien kritis. Staf perawat intensif adalah staf
perawat professional yang diberikan kewenangan sebagai
seorang perawat yang mampu memberikan asuhan
keperawatan yang kompeten pada pasien dalam kondisi kritis
melalui inegrasikemampuan ilmiah dan keterampilan khusus
serta diikuti oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Perawat intensif dalam memberikan pelayanannya mengau


pada standar keperawatan kritikal, komitmen pada kode etik
keperawatn dapat berfungsi sebagai perwakilan pasien secara
tepat serta menunjukkan akuntabilitas terhadap tindakannya.
Perawat kritikal menggunakan intervensi independen,
dependen, dan interdependen dalam mengelola pasien.

Staf yang bekerja di unit perawatan intensif perlu dikelola


dengan baik dan benar sehingga masing-masing mempunyai
peran, tanggung jawab, serta tugas yang jelas. Staf di
pelayanan perawatan intensif dimasukkan dalam 4 kelompok,
meliputi :

1) Kelompok dokter
2) Perawat
3) Tenaga penunjang, terdiri dari elektro medic, laboratorium,
fisioterapis, farmasi, ahli gizi, radiographer
4) Tenaga administrasi
Kolaborasi dokter-perawat di ICU harus terjalin sebagai mitra yang
independensinya tinggi. Perubahan yang terjadi pada kondisi
pasien langsung didiskusikan bersama tim, sehingga keputusan
medic maupun keperawatan dapat ditetapkan secara tepat. Selain
itu komunikasi antara menejemen klinik dengan berbagai disiplin
dilakukan melalui pertemuan secara regular.
Adapun karakteristik perawat, penetapan jumlah, dan kualifikasi
tenaga keperawatan serta kompetensi perawat ICU adalah sebagai
berikut:
a. Karakteristik Perawat ICU
Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan
intensif meliputi:
1) Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan
intensif dengan konsisten.
2) Menghormati sesame sejawat dan tim lainnya.
3) Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan
khusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal dalam
memmberikan asuhan keperawatan.
4) Merespon secara terus menerus dengan perubahan
lingkungan.
5) Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif.
6) Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang
tinggi.
7) Meninterpretasikan analisa situasi yang komplek.
8) Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga.
9) Berpikir kritis.
10) Mampu menghadapi tantangan (challenging).
11) Mengembangkan pengetahuan dan penelitian.
12) Berpikir ke depan (visionary).
13) Inovatif.

b. Penetapan Jumlah Tenaga


Penetapan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga keperawatan
diunit perawatan intensif direkomendasikan formulasi ketenagaan
sebagai berikut:

Keterangan
A = jumlah tempat tidur :5
B = rata-rata pasien 80% :4
C = ketergantungan: intensif care : 12

1. Kebutuhan perawat:
5 x 12 = 8,5 dibulatkan = 9
7

2. Loss Day
78 hari x 9 = 2,5 dibulatkan 3
286

Jadi kebutuhan tenaga perawat di ruang ICU adalah 9+3 = 12


Perawat

Maka ruang ICU/ ICCU membutuhkan perawat sebagai berikut :


1. Kepala Ruang : 1 orang
2. Ketua Tim : 2 orang
3. Pelaksana : 12 orang
Jumlah : 15 orang
Saat ini baru dapat terpenuhi sebanyak 13 orang, sehingga masih
ada kekurangan 2 orang
Adapun distribusi perawat di ruang ICU/ICCU sekarang adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan jabatan fungsional:
1) Kepala Ruang : 1 orang
2) Ketua Tim : 2 orang
3) Pelaksana : 12 orang
Jumlah : 15 orang
2. Berdasarkan tingkat pendidikan:
1) S I Kep. : 4 orang
2) D III Kep. : 9 orang
3. Berdasarkan status kepegawaian
70% Pegawai Tetap
30% Pegawai Kontrak

( Standard Depkes )

c. Kompetensi Perawat Intensif


Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas
pasien di ICU.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI KHUSUS /


MINIMAL LANJUT

1. Memahami konsep 1. Seluruh kompetensi dasar


keperawatan intensif no. 1 s/d 21
2. Memahami issue etik dan 2. Mengelola pasien yang
hukum pada perawatan menggunakan ventilasi
intensif mekanik
3. Mempergunakan ketrampilan3. Mempersiapkan
komunikasi yang efektif pemasangan kateter arteri
untuk mencapai asuhan yang4. Mempersiapkan
optimal pemasangan kateter
4. Melakukan pengkajian dan venasentral
penganalisaan data yang di 5. Mempersiapkan
dapat, khususnya mengenai : pemasanagan kateter
henti napas dan jantung, arteri pulmonal
status pernapasan, gangguan6. Melakukan pengukuran
irama jantung,status curah jantung
hemodinamik pasien dan 7. Melakukan pengukuran
status kesadaran pasien tekanan vena sentral
5. Mempertahankan bersihan 8. Melakukan persiapan
jalan napas pada pasien yang pemasangan Intra Aortic
terpasang endotracheal tube Baloon Pump (IABP)
6. Mempertahankan potensi 9. Melakukan pengelolaan
jalan napas dengan asuhan keperawatan
menggunakan ETT pasien yang terpasang
7. Melakukan fisioterapi dada IABP
8. Memberikan terapi inhalasi 10. Melakukan pemgelolaan
9. Mengukur saturasi oksigen pengukuran tekanan intra
dengan menggunakan pulse cranial
oximetri 11. Melakukan pemgelolaan
10. Memberikan terapi oksigen pasien yang terpasang
dengan berbagai metode kateter invasive ( Arteri
11. Melakukan monitoring Line, cup line, kateter
hemodinamik non invasive swan gans)
12. Memberikan BLS ( basic life 12. Melakukan pemgelolaan
support ) dan ALS (advanced pasien yang menggunakan
life support) terapi trombolitik
13. Melakukan EKG 13. Melakukan pengukuran
14. Melakukan interpretasi hasil PCO2 ( Konsentrasi CO2
rekaman EKG pada akhir ekspirasi)
15. Melakukan pengambilan
darah untuk pemeriksaan
AGD
16. Melakukan interpretasi hasil
AGD
17. Mempersiapkan pemberian
terapi melalui syringe pump
dan infuse pamp
18. Melakukan pengelolaan
pasien dengan nutrisi
parenteral
19. Melakukan pengelolaan
pasien dengan terapi cairan
intravena
20. Melakukan pengelolaan
pasien dengan sindroma
coronare akut
21. Melakukan penanggulangan
infeksi nosokomial di ICU

Kompetensi tersebut di atas dapat diaplikasikan tergantung pada


masalah pasien yang dihadapi.
d. Pembinaan dan pengawasan
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit
dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat yang
dilakukan secara berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi,
lisensi, akreditasi dan penegakkan hukum.
Pembinaan dan pengawasan sebagai mana dimaksud diarahkan
untuk:
1) Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau
oleh masyarakat
2) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
3) Keselamatan pasien
4) Pengembangan jangkauan pelayanan
5) Peningkatan kemampuan kemandirian rumahsakit.
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
dilakukan secara eksternal maupun internal. Pengawasan internal
rumah sakit terdiri dari:
1) Pengawasan teknis medis: upaya evaluasi secara professional
terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis melalui Komite Medik Rumah
Sakit
2) Pengawasan teknis perumahsakitan: pengukuran kinerja
keuangan yang dilakukan oleh Satuan Pemeriksaan Internal.
Apabila ditemukan pelanggaran dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan kerugian pada
pihak lain, pemerintah maupun pemerintah daerah dapat
memberikan sanksi hukum dan administrasi berupa teguran,
teguran tertulis, denda atau pencabutan izin sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Pengembangan Pelayanan
Upaya pengembangan pelayanan ICU harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi di bidang ICU. Hal ini sejalan dengan
meningkatnya kompleksitas kasus penyakit dan permasalahan
kesehatan serta kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang aman, terjangkau dan bermutu.

Dalam rangka memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan


meningkatkan standar mutu profisional di ICU, rumah sakit
dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan mengembangkan
potensi sumber daya manusia yang dimilikinya.
Ruang lingkup pengembangan pelayanan kesehatan ICU meliputi:
f. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia meliputi pemenuhan
kebutuhan jenis dan jumlah tenaga sesuai dengan beban kerja
dan tingkat kemampuan pelayanan ICU, dan peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan atau pengembangan profesi
berkelanjutan (Continuing Professional, Developmen).
Untuk menunjang program tersebut maka rumah sakit
menyediakan suatu kebijakan untuk megembangkan dan
meningkatkan ketrampilan karyawannya melalui program
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan bagi semua
petugas di ICU mengacu pada program diklat rumah sakit.
Program pelatihan harus diselengarakan bagi semua staf agar
dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan, ketrampilan
dan kemampuan dalam menerapkan prosedur serta pengetahuan
dan tehnologi baru.
Program pengembangan dan pendidikan eksternal untuk dokter
ditujukan pada pelatihan dan pelatihan ulang ACLS, untuk
perawat ditujukan pada pelatihan Bantuan Hidup Dasar, ACLS,
Kardiologi Dasar dan Pelatihan ICU. Adapun evaluasi dilakukan
setelah pelatihan dilaksanakan.

g. Pengembangan Sarana, Prasarana dan Peralatan


Sarana, prasarana dan peralatan disesuaikan dengan beban kerja,
jenis tenaga, kemampuan dan pengembangan pelayanan rumah
sakit dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi
kesehatan dengan memperhatikan bukti kedokteran terkini
(evidence based medicine) dan pembiayaan serta manfaat.

h. Pengembangan Jenis Pelayanan


Pengembangan jenis pelayanan disesuaikan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat dan kompleksitas pelayanan dengan
memperhatikan kemampuan masing- masing rumah sakit
berdasarkan jenis dan klasifikasi rumah sakit, ketersediaan
sumber daya manusia sarana dan prasarana serta peralatan.
i. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu
Evaluasi merupakan satu aktivitas untuk melihat keberhasilan
dari satu kegiatan pemberian asuhan yang dapat dijadikan
indicator dalam penjaminan mutu. Beberapa indicator dari
pengendalian mutu pelayanan keperawatan yaitu:
1) Tingkat keamanan (safety) yang terdiri dari: tingkat kejadian
infeksi nosokomial, tingkat kesalahan pemberian obat, pasien
jatuh, dan angka dekubitus.
2) Tingkat kenyamanan (comfort) seperti: tingkat rasa nyeri
3) Tingkat kecemasan
4) Tingkat kepuasan pasien
5) Tingkat kemandirian pasien
6) Peningkatan pengetahuan pasien
BAB III
PENUTUP

Buku Panduan Pelayanan ICU Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Karanganyar ini mempunyai peranan yang penting sebagai
pedoman bagi pemberi jasa pelayanan keperawatan yang bertugas di ruang
intensif, sehingga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat
terus ditingkatkan. Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan ICU ini adalah
suatu langkah awal kesuatu proses yang panjang, sehinga memerlukan
dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk
mencapai tujuan.
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN KARANGANYAR,

IWAN SETIAWAN ADJI

Anda mungkin juga menyukai