Kelompok 1 Tutorial PDF
Kelompok 1 Tutorial PDF
MAKALAH TUTORIAL
FAKULTAS KESEHATAN
2022
PENYUSUN
Data objektif :
• Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak mengetahui alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, tidak mampu memindahkan
makanan ke alat makan, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak
mengetahui fungsi alat makan dan tidak dapat memegang alat makan. (Buku
Keperawatan Jiwa, 2016)
c) Mayor : subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri
2. Menyampaikan ketidak inginan melakukan perawatan diri
3. Menyatakan tidak tahu cara merawat diri
Mayor : objektif
1. Kulit, rambut, gigi, kuku kotor
2. Pakaian kotor, tidak rapi, dan tidak tepat
3. Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi
Minor :
1. Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi
2. ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian
3. ketidakmampuan mengambil makan atau minum sendiri
4. ketidakmampuan menggunakan toilet (Buku Asuhan Keperawatan Jiwa:
EGC. 2019).
d) Tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Data subjektif, Klien mengatakan :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
b. Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4) Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju atau celana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat
makan, tidak mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB
dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah
BAB dan BAK. (Menurut Jalil, 2015)
e) Tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah :
Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri. (Menurut Depkes dalam Dermawan, 2013)
f) Tanda gejala pada defisit perawatan diri terbagi atas :
Subjektif : Menolak melakukan perawatan diri
Objektif : Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias
secara mandiri, Minat melakukan perawatan diri kurang(SDKI, 2016)
4. Apa penyebab defisit perawatan diri ?
a) Defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. (Nurhalimah,
2016).
b) Ansietas, penurunan motivasi, kendala lingkungan, nyeri, dan kelemahan.
(Nanda-1 Diagnosis Keperawatan, 2018-2020)
c) Defisit perawatan diri terjadi apabila sesorang tidak mampu merawat dirinya
sendiri atau bergantung pada orang lain (anggota keluarga yang lain). (Jurnal
Keperawatan Jiwa, 2010)
d) Kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa disebabkan oleh
kelemahan fisik dan kurangnya kesadaran penderita akan pentingnya
melakukan perawatan diri. (Journal of Nursing Health, 2018)
e) Penyebab defisit perawatan diri diakibatkan karena stresor yang cukup berat,
kurangnya dukungan motivasi dan pemberian pengetahuan kemampuan diri
pasien (Jurnal Media Keperawatan : politeknik kesehatan Makassar, Vol.10
No.02, 2019)
f) Penyebab lain nya yaitu toleransi terhadap frustasi yang rendah (Jurnal Cendikia
Muda, Vol. 1, No.3, 2021)
g) Gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskuler, kelemahan, gangguan
psikologis/psikotik, penurunan motivasi/minat. (Buku SDKI, 20116)
h) Pada pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
(Menurut Depkes dalam Dermawan, 2013)
i) Penyebab defisit perawatan diri
1.kelemahan
2.penurunan motivasi
3.kemunduran kemampuan
4.gangguan psikologis
5.kendala lingkungan (Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, 2019)
j) Terdapat beberapa penyebab defisit perawatan diri dari faktor predisposisi dan
presipitasi:
Factor predisposisi: Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang disebabkan klien tidak mampu
melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor herediter dimana
terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Psikologis : karena kemampuan realitas yang kurang menyebabkan klien tidak
peduli terhadap diri dan lingkungannya.
Social : kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri. (Nurhalimah, 2016)
Factor presipitasi:
Body Image, dimana gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
Praktik Sosial, misalnya pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Status Sosial Ekonomi, dimana dalam melakukan perawatan diri kita
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat
mandi dan semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan, misalnya pada aklien penderita DM, ia harus menjaga kebersihan
kakinya sehingga akibat kurangnya pengetahuan mengakibatkan terjadi kurang
perawatan terhadap kaki ataupun dirinya.
Budaya, dimana sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan. (Rochmawati, 2013)
5. Apa faktor predisposisi dan presipitasi defisit perawatan diri ?
a) Faktor prediposisi
1) Biologis : seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
2) Psikologis : factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah
penting hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Sosial : Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
Faktor presipitasi : Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan
diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. (Nurhalimah, 2016).
b) Faktor predisposisi: klien merasa kurang diperhatikan dan dipedulikan oleh
keluarganya. psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian,
moralitas, pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi secara
verbal.
Faktor presipitasi: faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
(Jurnal Cendekia Mua, 2021)
c) Faktor - faktor Yang mempengaruhi perawatan diri adalah : Body Image,
praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan
seseorang, dan kondisi fisik dan psikis, faktor kesehatan lingkungan, sikap, dan
perilaku individu (Jurnal Cendikia Muda, Vol. 1, No. 3, 2021 )
d) Faktor predisposisi
1.perkembangan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2.biologis
3.kemampuan realitas turun
4.sosial
Faktor presipitasi
1. penurunan motivasi,kerusakan kognisi atau perceptual
2.cemas,lelah atau lemah yang dialami individu
3. menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Menurut
Depkes 2000,dalam Dermawan,2013)
e) Faktor predisposisinya yaitu faktor biologis responden atau penyakit kronis
yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri, kemampuan
realitas turun dan klien dengan gangguan jiwa, kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Sedangkan faktor presipitasinya adalah body image atau gambaran individu
terhadap dirinya, budaya, status sosial ekonomi, pengetahuan, faktor fisik dan
psikis. (urnal ilmiah kesehatan keperawatan, vol 11, no 1, 2015)
f) Faktor predisposisi : Merasa kurang diperhatikan dan dipedulikan keluarganya
Faktor presipitasi : Klien mengalami putus obat (Jurnal Cendikia Muda, 2021)
6. Apa jenis jenis defisit perawatan diri ?
a) Jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Deficit perawatan diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaika mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Deficit perawatan diri : berhias
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Deficit perawatan diri : makan/minum
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
dan minum secara mandiri.
d. Deficit perawatan diri : BAB/BAK
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri. (Menurut Nanda, 2012)
b) Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu :
Defisit perawatan diri (mandi) : tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri (berdandan atau berhias) : kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur kumis.
Defisit perawatan diri (makan) : mengalami kesukaran dalam mengambil,
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya
beberapa suap makanan dari piring.
Defisit perawatan diri (toileting) : ketidak mampuan atau tidak adanya
keinginan untuk melakukan defeksi atau berkemih tanpa bantuan.
7. Bagaimana dampak Seorang pasien mengalami defisit perawatan diri ?
a) Berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial (Jurnal Keperawatan Jiwa, 2015).
b) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, Rambut
kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan.
Makan dan minum sembarangan serta berceceran. (Nurhalimah, 2016).
c) Berpenampilan tidak rapih, mamakai pakaian yang tidak sesuai, terlihat kotor,
rambut acak-acakan tidak tersisir, gigi kotor, kulit yang hitam karena banyak
daki (kotoran), bersisik, dan tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. (Jurnal
Keperawatan Jiwa, 2016).
d) Faktor prediposisi adalah jenis dan jumlah koping yang dipengaruhi oleh faktor
risiko.
e) Faktor preseptasi adalah suatu situmulasi yang diberikan dan dapat membuat
individu merasa tertantang dan terancam sehingga menyebabkan
stress.(Menurut Stuart,Keliat,dan Pasaribu 2016)
f) Menurut Elfariyani (2021) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygine ialah :
Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyama, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
g) Menurut Dermawan (2013) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan
mencinti, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
(Menurut Dermawan, 2013)
8. Bagaimana SP pasien dan SP keluarga pada pasien Defisit perawatan diri ?
a) SP Pasien
Pada SP 1, Melatih kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian,
berhias dan gunting kuku. Pada SP 2, melatih makan dan minum: diskusikan
gunanya makan dan minum yang baik dan teratur, diskusikan alat tempat makan
dan minum, diskusikan kebutuhan makan dan minum yang baik: cuci tangan,
berdo’a, makan dimeja makan. SP 3, Melatih BAB dan BAK: diskusikan
gunannya BAB dan BAK, diskusikan tempatm cara menggunakan, cara
membersihkan tempat dan cara membersihkan diri, latih BAB dan BAK yang
baik. SP 4 melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah: membersihkan
dan Merapikan lingkungan yaitu kamar, tidur, ruang makan, dapur, kamar
mandi (Keliat, 2019). (Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No
1, Maret 2021)
Pada pasien defisit perawatan diri ada empat Standar Pelaksanaan Komunikasi
(SP). Melatih kebersihan diri, melatih makan dan minum, melatih BAB dan
BAK, dan melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan. Pada SP 1, Melatih
kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias dan gunting
kuku. Pada SP 2, melatih makan dan minum: diskusikan gunanya makan dan
minum yang baik dan teratur, diskusikan alat tempat makan dan minum,
diskusikan kebutuhan makan dan minum yang baik: cuci tangan, berdo’a,
makan dimeja makan. SP 3, Melatih BAB dan BAK: diskusikan gunannya BAB
dan BAK, diskusikan tempatm cara menggunakan, cara membersihkan tempat
dan cara membersihkan diri, latih BAB dan BAK yang baik. SP 4 melatih
kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah: membersihkan dan Merapikan
lingkungan yaitu kamar, tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi (Keliat, 2019).
Pada asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diriada empat Strategi
Pelaksanaan (SP). Pada SP 1 yaitu, mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan,
makan, dan toileting. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan alat
dan cara kebersihan diri. Memasukkan cara kebersihan diri yang sudah
diajarkan kedalam jadwal kegiatan pasien. Selanjutnya SP 2, terdiri
darimengevaluasi kegiatan pada SP 1, menjelaskan pentingnya berdandan,
mengajarkan cara berdandan, kemudian memasukkan kegiatan yang sudah
diajarkan kedalam jadwal kegiatan pasien untuk dilatih. Pada SP 3,
kegiatannyaterdiri dari mengevaluasi kegiatan pada SP 2 kemudian
menjelaskan cara dan makan yang benar, melatih kegiatan makan dan
memasukkan kegiatan makan kedalam jadwal kegiatan pasien. Pada SP 4 terdiri
dari mengevaluasi kemampuan pasien yang sudah di latih yaitu kegiatan pada
SP 1, SP 2 dan SP 3, kemudian melatih cara BAB dan BAK yang baik,
menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan
diri setelah BAB/BAK. (Jurnal Gester, 2018).
b) SP Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit
perawatan diri
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit
perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan,
makan dan minum, BAB dan BAK pasien
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan diri pasien
6) Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas kesehatan.
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
(Nurhalimah, 2019)
d. Melatih pasien makan dan minum secara mandiri : Untuk melatih makan dan
minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
• Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori (untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap
hari makan minum 8 gelas (2500 ml setiap hari) dan cara makan dan minum
• Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib.
• Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan
dan minum
• Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : dimana saat klien mendapatkan stressor kemudian
mampu untuk berperilaku adaptif dan klien masih melakukan perawatan diri, maka
pola perawatan yang dilakukan klien dikatakan seimbang.
2. Kadang perawatan kadang tidak : dimana saat klien mendapatkan stressor, klien akan
memperlihatkan respon kadang – kadang klien melakukan perawatan diri dan kadang
tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat mendapatkan stressor.
3. Bagan/Skema/Konsep Solusi
Kata Sulit :
a. Risperidone
b. Clozapine
2.
Pertanyaan :
1. Apa itu deficit perawatan diri ?
2. Apa penyebab halusinasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
4. Apa penyebab defisit perawatan diri ?
5. Apa faktor predisposisi dan presipitasi defisit perawatan diri ?
6. Apa jenis jenis defisit perawatan diri ?
7. Bagaimana dampak Seorang pasien mengalami defisit
perawatan diri ?
8. Bagaimana SP pasien dan SP keluarga pada pasien Defisit
perawatan diri ?
9. Bagaimana cara mengatasi pasien Defisit perawatan diri ?
10. Bagaimana pengkajian pada defisit perawatan diri ?
11. Diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus defisit
perawatan diri ?
12. Bagaimana intervensi dan tindakan perawat pada pasien defisit
perawatan diri ?
13. Bagaimana terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada
pasien deficit perawatan diri ?
14. Bagaimana mekanisme koping pasien defisit perawatan diri ?
15. Bagaimana retang respon pasien defisit perawatan diri ?
4. Daftar Pustaka
A.Nur Anna. AS. (2019). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar, Vol. 10 No.02 2019, 100
Asyrofi, M Z., dkk. (2019). Demensia Vaskular Pada Perempuan Usian 76 Tahun : Laporan
Kasus. Majorty, Vol. 8 No.2.
Bella Indriani, Nury Lutfiatil Fitri, Indhit Tri Utami, PENGARUH PENERAPAN
AKTIVITAS MANDIRI : KEBERSIHAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI
LAMPUNG. Jurnal Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021.
Budi Anna Keliat … [et al.] ; (2019), Buku Asuhan Keperawatan Jiwa., hal: 209-210,
Jakarta : EGC
Dino Saputra. 2017. Asuhan Keperwatan pada Pasien dengan Gangguan Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Padang
Dwi Heppy Rochmawati, Budi Anna Keliat, Ice Yulia Wardani. (2013). MANAJEMEN
KASUS SPESIALIS JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA KLIEN
GANGGUAN JIWA DI RW 02 DAN RW 12 KELURAHAN BARANANGSIANG
KECAMATAN BOGOR TIMUR. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 2, 108
Faqih Muhammad. Dkk. 2021. Evaluasi pengobatan antipsikotik pada pasien skizofrenia
dirumah sakit jiwa sambaing lihum. Jurnal of current pharmaccutical sciences.No. 1
Vol. 5. Hal 439.
Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC.
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No 1, Maret 2021 Pengaruh Penerapan
Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada
Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi
Jurnal/ Imiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 7 No.1 (2018)
Kartika, Y. Saida, S.A. Nola, S. (2020). GAMBARAN KADAR GULA DARAH PASIEN
SKIZOFRENIA TIPE PARANOID YANG MENGGUNAKAN CLOZAPINE DI
BLUD RUMAH SAKIT JIWA ACEH. Kandidat, Vol 2, No 1, februari 2020:
108:115.
Kartika, Y., dkk. (2020). Gambaran Kadar Gula Darah Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid
yang Menggunakan Clozapine Di BLUD Rumah Sakit Jiwa Aceh. Kandidat Jurnal
Riset dan Inovasi Penelitian, Vol 2 No.1, 108 – 115.
Keliat, B N, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat, Budi Anna., dkk. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC :
Jakarta
Kesumawati, F. Linda, E.S. (2018) PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION
THERAPY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT PASIEN HALUSINASI. Literature review:. Akademi keperawatan
bina insan jakarta utara.
Laia, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di Ruang Pusuk Buhit Rsj Prof. dr.
Muhammad Ildrem: Studi Kasus.
Malle, A. M. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Personal Hygine Pada Klien
Dengan Defisit Perawatan Diri Di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny J Dengan MasalahDefisit Perawatan Diri
Di Kota Dumai – Riau Septyana Ndaha
Muhammad Zur’an Asyrofi1, Cahyaningsih Fibri Rokhmani2,2019,Demensia Vaskular
pada Perempuan Usia 76 Tahun : Laporan Kasus,jurnal majority,vol 8,no 2,hal 16-17
Muntolib Abdul, (2022), kemandirian personal diri orang dengan gangguan jiwa RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah., Jurnal Buletin Kesehatan Vol. 2,
No. 9, hal : 1-5
Nety. D. K. Dkk. 2018. Analisi efektivitas biaya penggunaan resperidone kombinasi dan
haloperidol kombinasi pada pasien skizofrenia di RSJ. DR. V.L. RATUMBUYSANG
provinsi Sulawesi Utara. Jurnal unhas No. 3 Vol. 22. Hal 69.
Novi Herawati, Yudistira Afconneri. (2019). Gambaran Perawatan Diri Pasien Skizofrenia
Dengan Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2019, 2
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J. (2016). KEPERAWATAN JIWA.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA: Jakarta Selatan
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan
Pinedendi, N. Rottie, V.J & Wowiling, F. (2016) PENGARUH PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN
PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN DI RSJ. PROF. V. I RATUMBUYSANG
MANADO, e journal keperawatan (e-Kp) vol 4, no 2. Juli 2016, hal 2.
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia : Defisit perawatan diri (D.0109),
Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defisit Perawatan diri
(D.0109), Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Pratiwi Murni. ( 2018 ). TINDAKAN MENGHARDIK UNTUK MENGATASI
HALUSINASI PENDENGARAN PADA KLIEN SKIZOFERNIA DI RUMAH
SAKIT JIWA. Jurnal Kesehatan, Vol 7, No. 2., Halaman 7.
Prihadi Robby. ( 2019 ). DEFISIT PERAWATAN DIRI dan TERAPI KOGNITIF
PERILAKU : STUDI LITERATUR. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 1, No. 1., Halaman
97.
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.K.p., M.App.Sc dan lain lain..,2019,Asuhan keperawatan
Jiwa,Jakarta
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 8 KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA HALUSINASI PENDENGARAN PADA SDR. D DI RUANG NAKULA
RSJD SURAKARTA (STUDY OF NURSING CARE MENTAL OF AUDITORY
HALLUCINATIONS ON MR D IN THE NAKULA RSJD OF SURAKARTA)
Purwati, E., Herniyatun., & Astutiningrum, D. (2015) dampak kekerasan dalam rumah
tangga terhadap tingkat perawatan diri. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan, vol 11,
no 1. Februari 2015, hal 27.
Rahman, Muhammad Nur., (2019), studi kasus pemenuhan kebutuhan defisit perawatan
diri mandi dan berias pada pasien isolasi sosial di rumah sakit tingkat dua Pelamonia
Makassar., Jurnal media keperawatan : Politeknik kesehatan Makassar, Vol.10 No.02
Rd. Hari Periza W1, Rahmi Dwi Yanti2, Vevi Suryenti Putri3,2021,Pengaruh Penerapan
Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada
Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi,Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No 1, Maret 2021,hal 32
Retno Yuli Hastuti1), Basuki Rohmat2),2018,PENGARUH PELAKSANAAN JADWAL
HARIAN PERAWATAN DIRI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN
MERAWAT DIRI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. RM
SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH,jurnal GASTER Vol. XVI No. 2
Agustus 2018,hal 180-181
Rochmawati, H.D., Keliat, A.B., & Wardani, Y.I. (2013). Manajemen kasus spesialis jiwa
defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa di RW 02 dan RT 12 kwlurahan
baranangsiang kecamatan bogor timur. Jurnal keperawatan jiwa, vol 1, no 2.
November 2013, hal 108.
Santi Nur Khasyanah, 2020. MANAJEMEN DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA
SKIZOFRENIA. Universitas Muhammadiyah Magelang.
Sari, S P., dkk. (2021). Penerapan Personal Hygiene Terhadap Kemandirian Pasien Defisit
Perawatan Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
Jurnal Cendekia Muda, Vol. 1 No. 3.