Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KELOMPOK 1

MAKALAH TUTORIAL

SKENARIO “DARI MATA TURUN KE HATI”

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

2022
PENYUSUN

1. Inas Putri Gusmayanti 20031082/Leader


2. Marta Tryaningsih 20031083/Notulen
3. Ervima Neltra 20031078/Scriber
4. Velly Aprinelfy 20031047
5. Renaldi Samuel 20031050
6. Argista 20031059
7. Natasha Alkarima 20031057
8. Agnes Ananada Muldiah 20031062
9. Sofia Reztika Putri 20031064
10. Elsa Sanusi 20031067
11. Esty Thaya 20031073
12. Putri Indriani NST 20031071
13. Juliana 20031081
14. Dwi Wulandari 20031085
15. Rahmad Ridho 20031088
1. Pendahuluan
a. Penulisan Kasus
“Dari Mata Turun Ke Hati”
Laki-laki (45 tahun) masuk rumah sakit jiwa dengan alasan seing marah – marah pada
setiap orang yang dijumpainya dan mendengar suara – suara yang menyuruhnya untuk
memukul dan marah-marah. Dirumah pasien tidak rutin minum obat, dan tidak mau
kontrol ke RSJ karena sudah bosan minum obat dan merasa tidak perlu datang ke rumah
sakit. Pasien sering marah – marah dan memukul orang tua nya hingga mengalami
cidera,hingga akhirnya keluarga membawa pasien ke RSJ pada tanggal 24 Februari
2022 Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa. Saat
pengkajian Pasien memiliki keluhan fisik, gatal-gatal dibagian kaki dan tangan, sakit
kepala, dan saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/80
mmHg ; N:80x/i ; S:36,5oC ; P :22x/i. Pasien memiliki tinggi badan 168 cm dan berat
badan 65 Kg. Rambut pasien tampak berantakan dan tidak rapi, bau badan dan mulut.
Pasien mengatakan malas mandi sejak 2 hari yang lalu. Pasien sulit bergaul dan selalu
ingin menyendiri. Pasien merupakan anak tunggal, Pendidikan terakhir SMP dan tidak
memiliki pekerjaan Pasien merasa malu karena pasien dirawat di RSJ dan ingin cepat
pulang ke rumah. Terapi obat yang dijalani pasien saat ini adalah Resperidon tablet 2
ng 2x1 & Chlozapine tablet 25 mg 1xl.
b. Daftar Kata Sulit
1. Risperidone
2. Clozapine
c. Daftar Pertanyaan
1. Apa itu deficit perawatan diri ?
2. Apa penyebab halusinasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
4. Apa penyebab defisit perawatan diri ?
5. Apa faktor predisposisi dan presipitasi defisit perawatan diri ?
6. Apa jenis jenis defisit perawatan diri ?
7. Bagaimana dampak Seorang pasien mengalami defisit perawatan diri ?
8. Bagaimana SP pasien dan SP keluarga pada pasien Defisit perawatan diri ?
9. Bagaimana cara mengatasi pasien Defisit perawatan diri ?
10. Bagaimana pengkajian pada defisit perawatan diri ?
11. Diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus defisit perawatan diri ?
12. Bagaimana intervensi dan tindakan perawat pada pasien defisit perawatan diri ?
13. Bagaimana terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada pasien deficit perawatan
diri ?
14. Bagaimana mekanisme koping pasien defisit perawatan diri ?
15. Bagaimana retang respon pasien defisit perawatan diri ?
2. Pembahasan
a. Jawaban Kata Sulit
1. Risperidone
a) Anti psikotik adalah pilihan terapatik yang paling berguna bagi penyakit
skizofrenia dimana resperinode adalah pilihan yang paling sering digunakan
sebagai obat generasi terbaru. (Jurnal Unhas, 2018)
b) Risiko efek samping ekstrapiramidal, memperluas aktivitas terapeutik terhadap
gejala negatif dan afektif, serta mengurangi gejala psikotik, seperti halusinasi
dan delusi. (Majorty, 2019)
c) Obat yang umumnya digunakan untuk mengobati dan membantu mengontrol
emosi dan menjernihkan pikiran para pengidap gangguan mental, obat ini
khususnya digunakan untuk mengobati atau meredakan gelaja skizofrenia
gangguan bipolar, iritabilitas yang terkait dengan gangguan autistik ( Artikel
obat-obatan, oktober 2022)
d) Resperidon merupakan obat antipsikotik atipikal digunakan untuk mengobati
skizofrenia
e) Resperidone merupakan obat yang diindikasikan untuk terapi skizofrenia baik
untuk gejala negatif maupun positif. (Indriani, 2019)
f) Risperidone merupakan obat golongan antipsikotik generasi.Risperidone
memiliki mekanisme kerja melalui blokade reseptor dopamin post sinaps dan
serotonin secara selektif. (Jurnal majority,vol 8,no 2, 2019)
2. Clozapine
a) Chlozapine adalah obat anti psikotik yang dapat mengobati syndrome positif,
negative, dan kognitif tanpa menyebabkan gejala ekstrapiramidal.ini pilihan
pertama untuk mengobati pasien dengan depresi berat dan pikiran untuk bunuh
diri. (Jurnal of current pharmaccutical sciences, 2021)
b) Clozapine menunjukan efek dopaminergik lemah,tetapidapat mempengaruhi
sistem saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak yang
berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang lebih tinggi, yang
berbeda dari dopamin neuron di daerah nigrostriatal (daerah gerak) dan
tuberoinfundibular. (Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan, 2020);
c) Clozapine merupakan obat golongan antipsikotik atipikal yang merupakan
“drug of choice” dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia, obat ini hampir
tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal (Dipiro et al., 2020).
d) Kalau Zapin termasuk salah satu obat untuk Atasi masalah kejiwaan parah yaitu
skizofrenia yang memiliki efek samping tubuh jadi lebih rentan terkena infeksi
(Artikel obat-obatan, oktober 2022)
e) Chlozapin adalah salah satu obat anti psikosis yang diberikan kepada penderita
skizofrenia.obat ini memiliki efek samping yang dapat merugikan sehingga
hanya diberikan kepada pasien yang tidak membaik setelah menggunakan obat
skizofrenia lainnya. (Menurut artikel wikipedia)
f) Chlozapin adalah obat untuk meredakan gejala skizofrenia yaitu gangguan
mental yang menyebabkan seseorang mengalami halisinasi ,delusi,serta
gangguan berpikir dan berperilaku.Obar ini juga bisa digunakan untuk
menangani gejala psikosis pada pasien dengan sindrom parkison. (Menurut
alodok)
g) Clozapine merupakan obat golongan antipsikotik atipikal yang merupakan
“drug of choice” dalam penatalaksanaan pasien skizofreni, obat ini hampir tidak
menimbulkan efek ekstrapiramidal.( Kartika, 2020)
h) clozapine merupakan obat antipsikotik golongan atiplkal yang efektif untuk
gejala positif maupun negatif karena menghambat tidak hanya pada reseptor
dopamine-2 tetapi juga pada reseptor serotonin 5 HT2. (Jurnal IIimiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 7 No. 1, 2018)
b. Jawaban Pertanyaan
1. Apa itu defisit perawatan diri ?
a) Defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam melakukan aktifitas
perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting). Sedangkan
perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. (Herdman, 2012)
b) Menurut Orem (2001), defisit perawatan diri adalah hubungan antara
tuntutan perawatan diri terapeutik individual dan kekuatan agen perawatan
dirinya dimana kemampuan perawatan diri yang telah dikembangkan di
dalam agen perawatan diri tidak bisa dioperasikan atau tidak memadai untuk
mengetahui dan memenuhi beberapa atau semua komponen permintaan
perawatan diri terapeutik yang ada atau yang diproyeksikan (Hamid &
Ibrahim, 2017: 106).
c) Defisit perawatan diri adalah salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa yang didapatkan karakteristik fisik badan kotor dan berbau,
rambut kotor, kuku panjang dan kotor, penampilan tidak rapi (Jurnal Media
Keperawatan : Politeknik Kesehatan Makassar vol.10 No.02 2019)
d) Defisit perawatan diri menurut Oremadalah ketidakmampuan seseorang
untukmelakukan perawatan diri secara adekuatsehngga dibutuhkan
beberapa system yang dapatmembantu klien memenuhi kebutuhannya
e) Menurut (Yusuf, 2015) Defisit Perawatan Diri adalah suatu keadaan
seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi.
f) Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Abdul, 2015)
g) Deficit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi,
berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk,
Messakh, & Sukardi, 2018).
h) Defisit perawatan diri adalah salah satu gejala yang dialami oleh pasien
skizofrenia sebagai salah satu gejala negatif. (Jurnal Akademka Baiturrahim
Jambi (JABJ)Vol 10, No 1, 2021)
i) Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri. (SDKI, 2016)
j) Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah utama yang timbul
pada klien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis serinh mengalami
ketidakpedulian merawat diri. ( Jurnal Cendikia Muda, 2021)
2. Apa penyebab halusinasi ?
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis : Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi
korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih
sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan :Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
Faktor Presipitasi : Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik
antar masyarakat. (Nurhalimah, 2016)
b) Halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis
halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
(Stuart & Laraia, 2009)
c) Penyebab halusinasi karena adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya. (Jurnal Media
Keperawatan, 2019)
d) Kurang Tidur , Isolasi Sosial, Mengurung Diri, Kurang kegiatan social. (Buku
Asuhan Keperawatan Jiwa, 2019)
e) penyebab halusinasi yaitu:
1. konsumsi minuman beralkohol dan oenggunaan narkoba
2. gangguan jiwa
3. gangguan pada otak dan saraf
4. gangguan penglihatan (Menurut halodok)
f) Demam,terutama pada anakatau lansia, Gangguan tidur,seperti narkolepsi,
Cedera kepala berat (Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 2,Hal 165-172)
g) Faktor penyebab halusinasi terbagi menjadi dua yaitu faktor predisposisi (dapat
diperoleh baik dari klien, keluarganya, mengenal faktor perkembangan sosial
kultura, biokimia, psikologis, dan genetik) dan faktor persepsinya (kurangnya
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi dan suasana
sepi/isolasi). (Kesumawati, 2018)
h) 1). Faktor Predisposisi: genetika, neuro- biologi, neurotransmitter, abnormal
perkem- bangan syarat, psikologis
2). Faktor presipitasi:proses pengolahan informasi yang berlebihan,mekanisme
penghantaran listrik yang abnormal,adanya gejala pemicu. Direja (2011)
i) Salah satu faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah tidak adanya
komunikasi, komunikasi tertutup, tidak ada kehangatan dalam keluarga, faktor
keturunan dan keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku pasien di
rumahnya. (Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan,Vol 4,no 2,
2019)
j) Skizofernia merupakan satu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan komunikasi. Gejala yang timbul pada
skizofernia salah satunya adalah halusinasi. ( Jurnal Kesehatan, 2018 )
3. Bagaimana tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
a) Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
• Malas mandi
• Tidak mau menyisir rambut
• Tidak mau menggosok gigi
• Tidak mau memotong kuku
• Tidak mau berhias/ berdandan
• Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
• Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
• BAB dan BAK sembarangan
• Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
• Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
Data objektif
• Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,
• Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
• Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
• Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju atau celana.
• Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas
barang-barang yang perlu dalam berpakaian, mis telajang.
• Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat
makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman dan menghabiskan makanaan).
• BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB
dan
• BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah
BAB atau BAK). (Nurhalimah, 2016).
b) Data subjektif :
• Malas mandi
• Tidak mau menyisir rambut
• Tidak mau menggosok gigi
• Tidak mau memotong kuku
• Tidak mau berhias
• Tidak bisa menggunakan alat mandi
• BAB dan BAK sembarangan
• Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

Data objektif :
• Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak mengetahui alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, tidak mampu memindahkan
makanan ke alat makan, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak
mengetahui fungsi alat makan dan tidak dapat memegang alat makan. (Buku
Keperawatan Jiwa, 2016)
c) Mayor : subjektif
1. Menolak melakukan perawatan diri
2. Menyampaikan ketidak inginan melakukan perawatan diri
3. Menyatakan tidak tahu cara merawat diri
Mayor : objektif
1. Kulit, rambut, gigi, kuku kotor
2. Pakaian kotor, tidak rapi, dan tidak tepat
3. Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi
Minor :
1. Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi
2. ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian
3. ketidakmampuan mengambil makan atau minum sendiri
4. ketidakmampuan menggunakan toilet (Buku Asuhan Keperawatan Jiwa:
EGC. 2019).
d) Tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Data subjektif, Klien mengatakan :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
b. Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4) Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju atau celana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat
makan, tidak mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB
dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah
BAB dan BAK. (Menurut Jalil, 2015)
e) Tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah :
Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri. (Menurut Depkes dalam Dermawan, 2013)
f) Tanda gejala pada defisit perawatan diri terbagi atas :
Subjektif : Menolak melakukan perawatan diri
Objektif : Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias
secara mandiri, Minat melakukan perawatan diri kurang(SDKI, 2016)
4. Apa penyebab defisit perawatan diri ?
a) Defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. (Nurhalimah,
2016).
b) Ansietas, penurunan motivasi, kendala lingkungan, nyeri, dan kelemahan.
(Nanda-1 Diagnosis Keperawatan, 2018-2020)
c) Defisit perawatan diri terjadi apabila sesorang tidak mampu merawat dirinya
sendiri atau bergantung pada orang lain (anggota keluarga yang lain). (Jurnal
Keperawatan Jiwa, 2010)
d) Kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa disebabkan oleh
kelemahan fisik dan kurangnya kesadaran penderita akan pentingnya
melakukan perawatan diri. (Journal of Nursing Health, 2018)
e) Penyebab defisit perawatan diri diakibatkan karena stresor yang cukup berat,
kurangnya dukungan motivasi dan pemberian pengetahuan kemampuan diri
pasien (Jurnal Media Keperawatan : politeknik kesehatan Makassar, Vol.10
No.02, 2019)
f) Penyebab lain nya yaitu toleransi terhadap frustasi yang rendah (Jurnal Cendikia
Muda, Vol. 1, No.3, 2021)
g) Gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskuler, kelemahan, gangguan
psikologis/psikotik, penurunan motivasi/minat. (Buku SDKI, 20116)
h) Pada pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
(Menurut Depkes dalam Dermawan, 2013)
i) Penyebab defisit perawatan diri
1.kelemahan
2.penurunan motivasi
3.kemunduran kemampuan
4.gangguan psikologis
5.kendala lingkungan (Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, 2019)
j) Terdapat beberapa penyebab defisit perawatan diri dari faktor predisposisi dan
presipitasi:
Factor predisposisi: Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang disebabkan klien tidak mampu
melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor herediter dimana
terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Psikologis : karena kemampuan realitas yang kurang menyebabkan klien tidak
peduli terhadap diri dan lingkungannya.
Social : kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri. (Nurhalimah, 2016)
Factor presipitasi:
Body Image, dimana gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
Praktik Sosial, misalnya pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Status Sosial Ekonomi, dimana dalam melakukan perawatan diri kita
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat
mandi dan semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan, misalnya pada aklien penderita DM, ia harus menjaga kebersihan
kakinya sehingga akibat kurangnya pengetahuan mengakibatkan terjadi kurang
perawatan terhadap kaki ataupun dirinya.
Budaya, dimana sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan. (Rochmawati, 2013)
5. Apa faktor predisposisi dan presipitasi defisit perawatan diri ?
a) Faktor prediposisi
1) Biologis : seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
2) Psikologis : factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah
penting hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Sosial : Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
Faktor presipitasi : Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan
diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. (Nurhalimah, 2016).
b) Faktor predisposisi: klien merasa kurang diperhatikan dan dipedulikan oleh
keluarganya. psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian,
moralitas, pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi secara
verbal.
Faktor presipitasi: faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
(Jurnal Cendekia Mua, 2021)
c) Faktor - faktor Yang mempengaruhi perawatan diri adalah : Body Image,
praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan
seseorang, dan kondisi fisik dan psikis, faktor kesehatan lingkungan, sikap, dan
perilaku individu (Jurnal Cendikia Muda, Vol. 1, No. 3, 2021 )
d) Faktor predisposisi
1.perkembangan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2.biologis
3.kemampuan realitas turun
4.sosial
Faktor presipitasi
1. penurunan motivasi,kerusakan kognisi atau perceptual
2.cemas,lelah atau lemah yang dialami individu
3. menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Menurut
Depkes 2000,dalam Dermawan,2013)
e) Faktor predisposisinya yaitu faktor biologis responden atau penyakit kronis
yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri, kemampuan
realitas turun dan klien dengan gangguan jiwa, kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Sedangkan faktor presipitasinya adalah body image atau gambaran individu
terhadap dirinya, budaya, status sosial ekonomi, pengetahuan, faktor fisik dan
psikis. (urnal ilmiah kesehatan keperawatan, vol 11, no 1, 2015)
f) Faktor predisposisi : Merasa kurang diperhatikan dan dipedulikan keluarganya
Faktor presipitasi : Klien mengalami putus obat (Jurnal Cendikia Muda, 2021)
6. Apa jenis jenis defisit perawatan diri ?
a) Jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Deficit perawatan diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaika mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Deficit perawatan diri : berhias
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Deficit perawatan diri : makan/minum
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
dan minum secara mandiri.
d. Deficit perawatan diri : BAB/BAK
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri. (Menurut Nanda, 2012)
b) Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu :
Defisit perawatan diri (mandi) : tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri (berdandan atau berhias) : kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur kumis.
Defisit perawatan diri (makan) : mengalami kesukaran dalam mengambil,
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya
beberapa suap makanan dari piring.
Defisit perawatan diri (toileting) : ketidak mampuan atau tidak adanya
keinginan untuk melakukan defeksi atau berkemih tanpa bantuan.
7. Bagaimana dampak Seorang pasien mengalami defisit perawatan diri ?
a) Berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial (Jurnal Keperawatan Jiwa, 2015).
b) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, Rambut
kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan.
Makan dan minum sembarangan serta berceceran. (Nurhalimah, 2016).
c) Berpenampilan tidak rapih, mamakai pakaian yang tidak sesuai, terlihat kotor,
rambut acak-acakan tidak tersisir, gigi kotor, kulit yang hitam karena banyak
daki (kotoran), bersisik, dan tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. (Jurnal
Keperawatan Jiwa, 2016).
d) Faktor prediposisi adalah jenis dan jumlah koping yang dipengaruhi oleh faktor
risiko.
e) Faktor preseptasi adalah suatu situmulasi yang diberikan dan dapat membuat
individu merasa tertantang dan terancam sehingga menyebabkan
stress.(Menurut Stuart,Keliat,dan Pasaribu 2016)
f) Menurut Elfariyani (2021) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygine ialah :
Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyama, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
g) Menurut Dermawan (2013) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan
mencinti, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
(Menurut Dermawan, 2013)
8. Bagaimana SP pasien dan SP keluarga pada pasien Defisit perawatan diri ?
a) SP Pasien
Pada SP 1, Melatih kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian,
berhias dan gunting kuku. Pada SP 2, melatih makan dan minum: diskusikan
gunanya makan dan minum yang baik dan teratur, diskusikan alat tempat makan
dan minum, diskusikan kebutuhan makan dan minum yang baik: cuci tangan,
berdo’a, makan dimeja makan. SP 3, Melatih BAB dan BAK: diskusikan
gunannya BAB dan BAK, diskusikan tempatm cara menggunakan, cara
membersihkan tempat dan cara membersihkan diri, latih BAB dan BAK yang
baik. SP 4 melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah: membersihkan
dan Merapikan lingkungan yaitu kamar, tidur, ruang makan, dapur, kamar
mandi (Keliat, 2019). (Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No
1, Maret 2021)

Pada pasien defisit perawatan diri ada empat Standar Pelaksanaan Komunikasi
(SP). Melatih kebersihan diri, melatih makan dan minum, melatih BAB dan
BAK, dan melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan. Pada SP 1, Melatih
kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias dan gunting
kuku. Pada SP 2, melatih makan dan minum: diskusikan gunanya makan dan
minum yang baik dan teratur, diskusikan alat tempat makan dan minum,
diskusikan kebutuhan makan dan minum yang baik: cuci tangan, berdo’a,
makan dimeja makan. SP 3, Melatih BAB dan BAK: diskusikan gunannya BAB
dan BAK, diskusikan tempatm cara menggunakan, cara membersihkan tempat
dan cara membersihkan diri, latih BAB dan BAK yang baik. SP 4 melatih
kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah: membersihkan dan Merapikan
lingkungan yaitu kamar, tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi (Keliat, 2019).

Pada asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diriada empat Strategi
Pelaksanaan (SP). Pada SP 1 yaitu, mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan,
makan, dan toileting. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan alat
dan cara kebersihan diri. Memasukkan cara kebersihan diri yang sudah
diajarkan kedalam jadwal kegiatan pasien. Selanjutnya SP 2, terdiri
darimengevaluasi kegiatan pada SP 1, menjelaskan pentingnya berdandan,
mengajarkan cara berdandan, kemudian memasukkan kegiatan yang sudah
diajarkan kedalam jadwal kegiatan pasien untuk dilatih. Pada SP 3,
kegiatannyaterdiri dari mengevaluasi kegiatan pada SP 2 kemudian
menjelaskan cara dan makan yang benar, melatih kegiatan makan dan
memasukkan kegiatan makan kedalam jadwal kegiatan pasien. Pada SP 4 terdiri
dari mengevaluasi kemampuan pasien yang sudah di latih yaitu kegiatan pada
SP 1, SP 2 dan SP 3, kemudian melatih cara BAB dan BAK yang baik,
menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan
diri setelah BAB/BAK. (Jurnal Gester, 2018).
b) SP Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien defisit
perawatan diri
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit
perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdAndan,
makan dan minum, BAB dan BAK pasien
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan diri pasien
6) Mendiskusikan tAnda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas kesehatan.
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
(Nurhalimah, 2019)

1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang


dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
2) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri ( Jurnal Buletin Kesehatan Vol. 2,
No. 9, 2022 )

Tindakan Keperawatan pada Keluarga :


a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
e. Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien dalam
merawat diri.
f. Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri. (Malle,
A. M, 2021).
9. Bagaimana cara mengatasi pasien Defisit perawatan diri ?
a) Cara untuk mengatasi pasien dengan deficit perawatan diri adalah
menggunakan penerapan personal hygiene. (Jurnak Cendekia Muda, 2021)
b) 1) Membina hubungan saling percaya dengan klien.
2) Melatih klien Melakukan kebersihan diri secara mandiri
3) Melatih klien Melakukan berhias/berdandan secara baik
4) Melatih klien Melakukan makan dengan baik
5) Melatih klien Melakukan BAB/BAK secara mandir. (Nurhalimah, 2016).
c) cara mengatasi defisit perawatan diri ini terdiri dari tindakan keperawatan
generalis dan spesialis.
1) Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan yaitu klien diajarkan dan
dilatih untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri yang meliputi mandi,
berhias, makan dan minum dengan benar serta toileting (BAK dan BAB
secara benar).
2) Tindakan keperawatan spesialis yang tepat dan dapat dilakukan untuk klien
dengan defisit perawatan diri antara lain adalah terapi perilaku, terapi
suportif, terapi kelompok swa bantu dan terapi psiko edukasi keluarga.
(Jurnal Keperawatan Jiwa, 2013)
d) Pasien defisit perawatan diri umumnya terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan fisiologis pasien dan kebutuhan pisikolog is oleh karena
itu sebagai Perawat cara untuk mengatasi pasien defisit perawatan diri yaitu
dengan memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut dengan menjalin rasa percaya
dan berusaha memahami apa yang dirasakan oleh pasien (Jurnal Cendikia
Muda, Vol. 1, No.3, 2021)
e) Mengatasi pasien defisit perawatan diri:
1.meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2. membimbing dan menolong klien merawat diri
3. berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
4. ciptakan lingkungan yang mendukung (Menurut Nanda Nic-Noc 2010)
f) Tindakan yang sudah dikembangkan dalam mengatasi defisit perawatan diri ini
terdiri tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan keperawatan
generalis yan dilakukan yaitu klien diajarkan dan dilatih untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri yang meliputi mandi, berhias, makan dan minum
dengan benar beserta toileting (BAB dan BAK secara benar). Tindakan
keperawatan spesialis yang tepat dan dapat dilakukan untuk klien dengan defisit
perawatan diri antara lain adalah terapi perilaku, terapi suportif, terapi
kelompok swa bantu, dan terapi psiko edukasi keluarga. (Jurnal keperawatan
jiwa, vol 1, no 2, 2013)
g) Cara mengatasi pada pasien defisit perawatan diri yaitu dengan melatih pasien
cara perawatan kebersihan diri/mandi, melatih pasien berdandan atau berhias,
melatih pasien makan dan minum secara mandiri dan mengajarkan pasien
melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Fitria, 2012)
h) Salah satu cara untuk menangani pasien dengan defisit perawatan diri adalah
menggunakan penerapan personal hygiene. (Jurnal Cendikia Muda, 2021)
i) Terapi kognitif. Peningkatan pengetahuan yang dilakukan kepada klien dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
pemberian terapi kognitif. ( Jurnal Ilmu Kesehatan, 2019 )
10. Bagaimana pengkajian pada defisit perawatan diri ?
a) Kaji tanda dan grjala perawatan diri serta penyebabnya. (Buku Asuhan
Keperawatan Jiwa, 2019)
b) Pengkajian sesuai kasus :
Identitas diri : laki laki 45 tahun, anak tunggal, pendidikan terakhir SMP
Alasan masuk : sering marah marah, mendengar suara suara yang menyuruhnya
untuk memukul orang, tidak rutin meminum obat, tidak mau kontrol, memukul
orang tuanya hingga cidera
Pemfis :
• TD : 110/80 mmHg
• N : 80x/mnt
• S : 36,5°c
• P : 22x/mnt
• TB : 168 cm
• BB : 65 kg
Psikososial : pasien merasa malu karena pasien dirawat di rumah sakit jiwa dan
ingin cepat pulang
Ds : pasien mengatakan malas mandi, gatal gatal di bagian kaki, sakit kepala,
pasien merasa malu, sulit bergaul dan ingin menyendiri
Do : rambut tampak berantakan dan tidak rapi, bau badan dan mulut, pasien
marah marah.
c) Pengkajian yang dilakukan pada pasien Defisit Perawatan Diri yaitu dengan
wawancara langsung pada pasien atau jeluarganya. (T.Heather Herdman, 2018).
11. Diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus defisit perawatan diri ?
a) Gangguan Integritas Kulit (Jurnal cendikia muda, 2021)
b) Halusinasi d.d mendengar suara suara yang menyuruhnya untuk memukul dan
marah marah
c) RPK d.d pasien sering marah marah dan memukul orang tuanya hingga
mengalami cidera
d) Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien defisit perawatan diri salah
satunya adaah isolasi sosial. (Wulandari, Y., dkk. (2019).
e) Peningkatan kemampuan dan penurunan gejala pasien skizofrenia dengan
masalah defisit perawatan diri. Studi Kasus, hal 14.)
f) Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit(dermis atau epidermis),atau
jaringan (membran,mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tulang,kartilago,kapsul
sendidan ligamen). (SDKI, 2017)
12. Bagaimana intervensi dan tindakan perawat pada pasien defisit perawatan
diri ?
a) a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
• Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
• Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
• Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
• Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan dan tempatnya di mana.
• Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
• Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
• Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri : Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan tahapan tindakan
yang meliputi:
• Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
• Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
• Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
• Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

c. Melatih pasien berdandan/berhias


• Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan
Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :Berpakaian, Menyisir
rambut dan Berhias

d. Melatih pasien makan dan minum secara mandiri : Untuk melatih makan dan
minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
• Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori (untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap
hari makan minum 8 gelas (2500 ml setiap hari) dan cara makan dan minum
• Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib.
• Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan
dan minum
• Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

e. Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri : Perawat


dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
• Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
• Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
• Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
• Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik. (Nurhalimah, 2016).
b) Tindakan keperawatan spesialis : terapi perilaku
Sesi 1 : Mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan
prilaku negative.
Sesi 2 : Latih mengubah perilaku negative menjadi positif
Sesi 3: Manajemen stress untuk keluarga
Sesi 4 : Mengevaluasi manfaat latihan mengubah perilaku negative. (Buku
Asuhan Keperawatan Jiwa, 2019)
c) Ketidakmampuan minum dan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya. (Buku Keperawatan Jiwa, 2016)
d) Intervensi keperawatan menurut PPNI, SDKI dan DPP 2018
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
1. Observasi
- pemahaman usia serta budaya dalam membantu perawatan diri
- Pemahaman jenis bantuan yang dibutuhkan
- Pantau kebersihan tubuh
- Pantau integritas kulit
2. Terapi
- menyiapkan peralatan perawatan pribadi
- memberikan lingkungan yang nyaman serta aman
- Fasilitasi perawatan diri sesuai keinginan
- pertahankan kebiasaan kebersihan pribadi
- memberikan bantuan sesuai dengan tingkat kemandirian nya
3. Edukasi
- jelaskan manfaat perawatan diri dan dampak tidak perawatan diri
terhadap kesehatan
- Ajarkan keluarga cara merawat klien (bila ada keluarga)
e) Peran perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan diri di rumah sakit
jiwa yaitu melakukan penerapan asuhan keperawatan berupa penerapan strategi
pelaksanaan defisit perawatan diri (Fitria, 2012)
13. Bagaimana terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada pasien deficit perawatan
diri ?
a) Sesi IA : TAK SP : Kebersihan diri : mandi
Sesi IB : TAK SP : Kebersihan diri : keramas
Sesi IC : TAK SP : Kebersihan diri : menyikat gigi
Sesi ID : TAK SP : Kebersihan diri : perawatan kuku
Sesi IIA : TAK SP : Berdandan : berpakaian rapi
Sesi IIB : TAK SP : Berdandan : berhias diri
Sesi IIIA: TAK SP : Tata cara makan
Sesi IIIB : TAK SP : Tata cara minum
Sesi IVA : TAK SP : Tata cara buang air besar
Sesi IVB : TAK SP : Tata cara buang air kecil (Buku keperawatan jiwa, terapi
aktivitas kelompok, 2015)
14. Bagaimana mekanisme koping pasien defisit perawatan diri ?
a) Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri mekanisme koping berdasarkan
klasifikasi nya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif, mekanisme koping untuk pertumbuhan
pembelajaran dan pencapaian tujuan. Kategori ini memungkinkan klien
untuk secara mandiri mencukupi kebutuhan perawatan diri mereka
2. Mekanisme koping mall adaptif adalah cara menghadapi masalah yang
menghambat integrasi, mengganggu pertumbuhan, mengurangi otonomi
Dan cenderung mendominasi lingkungan kategori ini tidak suka
bertanggung jawab atas diri mereka sendiri (KTI Asuhan keperawatan jiwa
pada pasien schizophrenia dengan masalah keperawatan defisit perawatan
diri di ruang Flamboyan RSJ Dr. Radjiman wediodiningrat Malang)
15. Bagaimana rentang respon kognitif pasien defisit perawatan diri ?
Menurut Keliat (2014), rentang respon perawatan diri pad aklien adalah sebagai
berikut :

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat stress

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : dimana saat klien mendapatkan stressor kemudian
mampu untuk berperilaku adaptif dan klien masih melakukan perawatan diri, maka
pola perawatan yang dilakukan klien dikatakan seimbang.
2. Kadang perawatan kadang tidak : dimana saat klien mendapatkan stressor, klien akan
memperlihatkan respon kadang – kadang klien melakukan perawatan diri dan kadang
tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat mendapatkan stressor.
3. Bagan/Skema/Konsep Solusi

Dari Mata Turun Ke Hati

Kata Sulit :
a. Risperidone
b. Clozapine
2.

Defisit Perawatan Diri

Pertanyaan :
1. Apa itu deficit perawatan diri ?
2. Apa penyebab halusinasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
4. Apa penyebab defisit perawatan diri ?
5. Apa faktor predisposisi dan presipitasi defisit perawatan diri ?
6. Apa jenis jenis defisit perawatan diri ?
7. Bagaimana dampak Seorang pasien mengalami defisit
perawatan diri ?
8. Bagaimana SP pasien dan SP keluarga pada pasien Defisit
perawatan diri ?
9. Bagaimana cara mengatasi pasien Defisit perawatan diri ?
10. Bagaimana pengkajian pada defisit perawatan diri ?
11. Diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus defisit
perawatan diri ?
12. Bagaimana intervensi dan tindakan perawat pada pasien defisit
perawatan diri ?
13. Bagaimana terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada
pasien deficit perawatan diri ?
14. Bagaimana mekanisme koping pasien defisit perawatan diri ?
15. Bagaimana retang respon pasien defisit perawatan diri ?
4. Daftar Pustaka

A.Nur Anna. AS. (2019). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT
KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar, Vol. 10 No.02 2019, 100
Asyrofi, M Z., dkk. (2019). Demensia Vaskular Pada Perempuan Usian 76 Tahun : Laporan
Kasus. Majorty, Vol. 8 No.2.

Bella Indriani, Nury Lutfiatil Fitri, Indhit Tri Utami, PENGARUH PENERAPAN
AKTIVITAS MANDIRI : KEBERSIHAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI
LAMPUNG. Jurnal Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 3, September 2021.
Budi Anna Keliat … [et al.] ; (2019), Buku Asuhan Keperawatan Jiwa., hal: 209-210,
Jakarta : EGC
Dino Saputra. 2017. Asuhan Keperwatan pada Pasien dengan Gangguan Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Padang
Dwi Heppy Rochmawati, Budi Anna Keliat, Ice Yulia Wardani. (2013). MANAJEMEN
KASUS SPESIALIS JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA KLIEN
GANGGUAN JIWA DI RW 02 DAN RW 12 KELURAHAN BARANANGSIANG
KECAMATAN BOGOR TIMUR. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 2, 108
Faqih Muhammad. Dkk. 2021. Evaluasi pengobatan antipsikotik pada pasien skizofrenia
dirumah sakit jiwa sambaing lihum. Jurnal of current pharmaccutical sciences.No. 1
Vol. 5. Hal 439.
Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Herni Susanti. (2010). DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA KLIEN SKIZOFRENIA:


APLIKASI TEORI KEPERAWATAN OREM. Jurnal Keperawatan Jiwa Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Vol. 13, No. 2, 88
Ikhwan Yuda Kusuma, Peppy Oktaviani DM, Almas Amalul Fasha, Elza Puspita
Apriliansa. (2020). Gambaran Kadar Glukosa, Leukosit dan Trombosit Pasien
Schizophrenia Rawat Jalan dengan Terapi Clozapine di RSUD Banyumas, Indonesia.
jurnal of pharmacopolium, Vol. 3, No. 3, 122
Indriani Bella … [et al.], (2021), pengaruh penerapan aktivitas mandiri: kebersihan diri
terhadap kemandirian pasien defisit perawatan diri di ruang kutilang RSJ daerah
provinsi Lampung., Jurnal cendikia muda, Vol.1, No.3, hal:387
Indriani Bella. ( 2021 ). PENGARUH PENERAPAN AKTIVITAS MANDIRI :
KEBERSIHAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI RUANG KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI
LAMPUNG. Jurnal Cendikia Muda, Vol 1, No. 3., Halaman 384.
Indriani Bella. ( 2021 ). PENGARUH PENERAPAN AKTIVITAS MANDIRI :
KEBERSIHAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI RUANG KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI
LAMPUNG. Jurnal Cendikia Muda, Vol 1, No. 3., Halaman 384.
Indriani, A. Ardiningrum, W. Febrianti, Y. (2019). Studi penggunaan kombinasi
antipsikotik pada pasien skizofrenia di rumah sakit yogyakarta. Majalah farmasetika,
4 (Suppl 1) 2019, 201-211.
Indriani, Bella. 2021. PENGARUH PENERAPAN AKTIVITAS MANDIRI : KEBERSIHAN
DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI
RUANG KUTILANG RSJ DAERAH PROVINSI LAMPUNG. Jurnal cendikia muda
No. 3 Vol. 1

Isti Harkomah,2019,Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia dengan


Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi,Jurnal Endurance : Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan,Vol 4,no 2, hal(282-292)
Jail, A. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia
Dalam Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan, Vol. 3
No.2, 154 – 161.

Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No 1, Maret 2021 Pengaruh Penerapan
Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada
Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi
Jurnal/ Imiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 7 No.1 (2018)
Kartika, Y. Saida, S.A. Nola, S. (2020). GAMBARAN KADAR GULA DARAH PASIEN
SKIZOFRENIA TIPE PARANOID YANG MENGGUNAKAN CLOZAPINE DI
BLUD RUMAH SAKIT JIWA ACEH. Kandidat, Vol 2, No 1, februari 2020:
108:115.
Kartika, Y., dkk. (2020). Gambaran Kadar Gula Darah Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid
yang Menggunakan Clozapine Di BLUD Rumah Sakit Jiwa Aceh. Kandidat Jurnal
Riset dan Inovasi Penelitian, Vol 2 No.1, 108 – 115.
Keliat, B N, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Keliat, Budi Anna., dkk. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC :
Jakarta
Kesumawati, F. Linda, E.S. (2018) PENGARUH FAMILY PSYCHOEDUCATION
THERAPY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT PASIEN HALUSINASI. Literature review:. Akademi keperawatan
bina insan jakarta utara.
Laia, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di Ruang Pusuk Buhit Rsj Prof. dr.
Muhammad Ildrem: Studi Kasus.
Malle, A. M. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Personal Hygine Pada Klien
Dengan Defisit Perawatan Diri Di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny J Dengan MasalahDefisit Perawatan Diri
Di Kota Dumai – Riau Septyana Ndaha
Muhammad Zur’an Asyrofi1, Cahyaningsih Fibri Rokhmani2,2019,Demensia Vaskular
pada Perempuan Usia 76 Tahun : Laporan Kasus,jurnal majority,vol 8,no 2,hal 16-17
Muntolib Abdul, (2022), kemandirian personal diri orang dengan gangguan jiwa RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah., Jurnal Buletin Kesehatan Vol. 2,
No. 9, hal : 1-5
Nety. D. K. Dkk. 2018. Analisi efektivitas biaya penggunaan resperidone kombinasi dan
haloperidol kombinasi pada pasien skizofrenia di RSJ. DR. V.L. RATUMBUYSANG
provinsi Sulawesi Utara. Jurnal unhas No. 3 Vol. 22. Hal 69.

Novi Herawati, Yudistira Afconneri. (2019). Gambaran Perawatan Diri Pasien Skizofrenia
Dengan Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2019, 2
Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J. (2016). KEPERAWATAN JIWA.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA: Jakarta Selatan
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan
Pinedendi, N. Rottie, V.J & Wowiling, F. (2016) PENGARUH PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN
PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN DI RSJ. PROF. V. I RATUMBUYSANG
MANADO, e journal keperawatan (e-Kp) vol 4, no 2. Juli 2016, hal 2.
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia : Defisit perawatan diri (D.0109),
Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defisit Perawatan diri
(D.0109), Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Pratiwi Murni. ( 2018 ). TINDAKAN MENGHARDIK UNTUK MENGATASI
HALUSINASI PENDENGARAN PADA KLIEN SKIZOFERNIA DI RUMAH
SAKIT JIWA. Jurnal Kesehatan, Vol 7, No. 2., Halaman 7.
Prihadi Robby. ( 2019 ). DEFISIT PERAWATAN DIRI dan TERAPI KOGNITIF
PERILAKU : STUDI LITERATUR. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 1, No. 1., Halaman
97.
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.K.p., M.App.Sc dan lain lain..,2019,Asuhan keperawatan
Jiwa,Jakarta
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 8 KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA HALUSINASI PENDENGARAN PADA SDR. D DI RUANG NAKULA
RSJD SURAKARTA (STUDY OF NURSING CARE MENTAL OF AUDITORY
HALLUCINATIONS ON MR D IN THE NAKULA RSJD OF SURAKARTA)
Purwati, E., Herniyatun., & Astutiningrum, D. (2015) dampak kekerasan dalam rumah
tangga terhadap tingkat perawatan diri. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan, vol 11,
no 1. Februari 2015, hal 27.
Rahman, Muhammad Nur., (2019), studi kasus pemenuhan kebutuhan defisit perawatan
diri mandi dan berias pada pasien isolasi sosial di rumah sakit tingkat dua Pelamonia
Makassar., Jurnal media keperawatan : Politeknik kesehatan Makassar, Vol.10 No.02
Rd. Hari Periza W1, Rahmi Dwi Yanti2, Vevi Suryenti Putri3,2021,Pengaruh Penerapan
Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada
Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi,Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)Vol 10, No 1, Maret 2021,hal 32
Retno Yuli Hastuti1), Basuki Rohmat2),2018,PENGARUH PELAKSANAAN JADWAL
HARIAN PERAWATAN DIRI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN
MERAWAT DIRI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. RM
SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH,jurnal GASTER Vol. XVI No. 2
Agustus 2018,hal 180-181
Rochmawati, H.D., Keliat, A.B., & Wardani, Y.I. (2013). Manajemen kasus spesialis jiwa
defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa di RW 02 dan RT 12 kwlurahan
baranangsiang kecamatan bogor timur. Jurnal keperawatan jiwa, vol 1, no 2.
November 2013, hal 108.
Santi Nur Khasyanah, 2020. MANAJEMEN DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA
SKIZOFRENIA. Universitas Muhammadiyah Magelang.
Sari, S P., dkk. (2021). Penerapan Personal Hygiene Terhadap Kemandirian Pasien Defisit
Perawatan Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
Jurnal Cendekia Muda, Vol. 1 No. 3.

Suci Puspita Sari ¹, Uswatun Hasanah², Anik Inayati³,2021,PENERAPAN PERSONAL


HYGIENE TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DI
RUANG CENDRAWASIH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
LAMPUNG,Jurnal Cendikia Muda Volume 1, Nomor 3, September 2021
Tim pokja SDKI DPP PPNI,2017,Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,dewan
pengurus pusat,Jakarta
Tim Pokja SDKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indoensia : Tindakan
Keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
5. Referensi Pustaka

Anda mungkin juga menyukai