Anda di halaman 1dari 18

VILEP TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Nilam Noorma, S.Kep., M. Kes

Disusun Oleh:

Muhammad Oktariq

P07220217021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

(DEFISIT PERAWATAN DIRI)

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya kesehatan, dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).

Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal


Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga
mengemukakan bahwa higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah
kesejahteraan fisik dan psikologis.

B. Etiologi

Menurut Terwoto dan Wartanah (2000), penyebab/etiologi deficit perawatan


diri adalah sebagai berikut :

1. Keluhan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2000), penyebabnya sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : melindungi & memanjakan
(inisiatif terganggu)
b. Biologis : penyakit kronis
c. Kemampuan realitas menurun : ketidak pedulian dirinya dan
lingkungan
2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari deficit perawatan diri adalag kurangnya/menurunnya


motivasi, kerusakan kognisi/presiptual, cemas, lelah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri

C. Tanda dan gejala

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala sebagai berikut :


1. Fisik : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi.
2. Psikologis : malas, tidak inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri, dan merasa hina
3. Sosial : Interaksi (-), kegiatan (-), tidak mampu berperilaku sesuai norma,
cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu melakukannya sendiri

D. Patofisiologi

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
toileting (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015)

E. Pathway (Pohon Masalah)

Penurunan Motivasi

Isolasi sosial

Core Defisit Perawatan Diri

Harga diri rendah


F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien masalah defisit perawatan diri dilakukan


untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab organik pada pasien. Pemeriksaan
yang dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologis.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah


lengkap, elektrolit (termasuk kalsium), fungsi ginjal, fungsi hati, fungsi tiroid,
kadar vitamin B12, tes HIV, dan urinalisis. Urinalisis dilakukan untuk melihat
adanya penyalahgunaan zat, serta infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan radiologis yang dilakukan adalah rontgen toraks untuk


mengeksklusi penyakit paru atau keganasan, serta elektroensefalografi (EEG).

G. Penatalaksanaan

Terapi Farmakologi:

Golongan Antipsikotik Generasi Pertama

Antipsikotik generasi pertama ini memiliki efek samping


neurologis yang sering terjadi berupa tardive dyskinesia yang
mungkin reversibel ataupun ireversibel. Antipsikotik generasi
pertama meliputi:
 Fluphenazine : 2,5-10 mg/hari dikonsumsi 2-3 kali sehari dengan
dosis maksimum 40 mg/hari

 Haloperidol : 0,5-2 mg dikonsumsi 2-3 kali sehari dengan dosis


maksimum 30 mg/hari
 Perphenazine : 4-8 mg dikonsumsi 3 kali sehari dengan dosis
maksimum 64 mg/hari

Antipsikotik golongan ini memiliki harga yang lebih murah jika


dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua tetapi dengan
risiko efek samping yang lebih besar. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan jika diperlukan pengobatan jangka panjang.

Golongan Antipsikotik Generasi Kedua


Obat generasi kedua ini lebih baru dan umumnya lebih disukai
karena risiko efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan
generasi pertama. Antipsikotik generasi kedua meliputi:

 Risperidone : 1 mg dikonsumsi 2 kali sehari dengan dosis


maksimum 16 mg/hari
 Paliperidone : 6 mg dikonsumsi 1 kali sehari dengan dosis
maksimum 12 mg/hari

 Olanzapine : 5-10 mg dikonsumsi 1 kali sehari dengan dosis


maksimum 20 mg/hari

 Clozapine : 12,5 mg dikonsumsi 1-2 kali sehari dengan dosis


maksimum 900 mg/hari [5]

Terdapat risiko idiopatik untuk mengalami agranulositosis pada


penggunaan clozapine sehingga tes hematologi rutin harus
dilakukan untuk memonitor risiko efek samping ini.

Antikolinergik

Golongan antikolinergik seperti benztropin, trihexyphenidyl, dan


diphenhydramine, sering digunakan bersama dengan agen
antipsikotik untuk mencegah terjadinya gerakan distonik atau
untuk mengobati gejala ekstrapiramidal (parkinsonism, distonia,
akatisia). Golongan antikolinergik meliputi:

 Benztropin : untuk mengatasi distonia akut adalah 1-2 mg


dikonsumsi 2 kali sehari selama 7-28 hari untuk mencegah gejala
timbul kembali

 Trihexyphenidyl : untuk mengatasi gejala akibat penggunaan obat


antipsikotik adalah 5-15 mg dikonsumsi 3-4 kali sehari

 Diphenhydramine : untuk mengatasi parkinsonism yang


merupakan salah satu gejala ekstrapiramidal adalah 25 mg
dikonsumsi 3 kali sehari

Terapi elektrokonvulsif

Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif, untuk


meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani
psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat
dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.

Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk membuat
otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang elektroda di ubun-ubun
pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui elektroda, dan memicu kejang
singkat di otak pasien.

H. Komplikasi

Komplikasi dari pasien dengan defisit perawatan diri adalah isolasi sosial,
karena dengan kurangnya rasa untuk merwat diri, maka pasien dapat mengisolasi
sosial karena dengan perubahan pada penampilan fisik tersebut, dan komplikasi
selanjutnya yaitu dengan penurunan motivasi untuk memenuhi kebutuhan ADLs.

I. Pengkajian

Untuk pengkajian pada pasien ODGJ dengan masalah defisit perawatan diri
dapat dengan menggunakan pemeriksaan status mental, berikut pengkajian status
mental :

 Penampilan: melihat secara keseluruhan cara jalan, cara duduk,


cara berpakaian, dandanan, kebersihan diri, ada/tidaknya cacat fisik, sesuai
dengan usia atau lebih muda/lebih tua.

 Sikap: kooperatif atau tidak dengan pemeriksa, gaduh gelisah atau


sebentar-sebentar ingin meninggalkan tempat duduk, bermusuhan atau
tidak kooperatif dengan pemeriksa.

 Mood: Suasana perasaan pasien. Hasil yang dapat diperoleh berupa


hipertimia (manik), eutimia (normal), hipotimia (depresi), disforia (cepat
marah/tersinggung), labil (bila marah dapat membahayakan orang
sekitarnya).

 Afek: memperhatikan mimik pasien (gerak alis, bibir, kedipan


mata, dll) atau bahasa tubuh. Hasil penilaian berupa datar/terbatas/serasi
dengan mood/tidak serasi dengan mood.

 Proses pikir: selama wawancara apakah relevan (koheren) / tidak


relevan sama sekali (inkoheren), apakah ide satu tidak ada kaitan dengan
ide bicara lainnya (asosiasi longgar), jawaban berputar-putar, apakah tidak
menjawab atau terhenti tiba-tiba (blocking).
 Isi pikir: isi pembicaraan hanya tertentu dan diulang-ulang (miskin
ide), ada waham (kebesaran, kejaran, nihilistik, aneh, dll) atau hanya
preokupasi.

 Persepsi: ada halusinasi/tidak (auditorik/visual/taktil)

 Tilikan: apakah pasien sadar dirinya sakit atau tidak

J. Diagnosa

 Defisit keperawatan b.d penurunan motivasi/minat (D.0109)


 Koping tidak efektif b.d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasu masalah(D.0096)
 Isolasi sosial b.d perubahan penampilan fisik (D.0121)

K. Intervensi keperawatan (NIC)

DEFISIT KEPERAWATAN

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Defisit perawatan diri teratas


dengan kriteria hasil:

1. Pasien terbebas dari bau badan

2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

3. Dapat melakukan ADLs dengan bantuan

NIC

1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

2. Monitor kebutuhan klien untuk alat'alat bantu untuk kebersihan diri,


berpakaian, berhias, toileting dan makan.

3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan


self'care.
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari'hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.

5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.

ISOLASI SOSIAL

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Isolasi sosial teratas dengan


kriteria hasil:

1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi


dengan orang lain.

2. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.

3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan


cara yang sesuai / dapat diterima.

NIC

Intervensi Keperawatan :

1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi
singkat.

2. Perlihatkan penguatan positif pada pasien.

3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok


yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.

4. Jujur dan menepati semua janji.

5. Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.

KOPING TIDAK EFEKTIF

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Koping tidak efektif teratasi
dengan kriteria hasil:

a. Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan


kebersihan diri.

NIC

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik.

2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara


menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien


terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara


kebersihan diri.

6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti


kebersihan diri.

7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DEFISIT


PERAWATAN DIRI

SP-1 Pasien: Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien 
Ny. H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-garuk
kepala yang terlihat kotor, rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang
digunakan Ny. H tidak terpasang dengan benar dan terlihat banyak robekan.
Kuku jari tangan terlihat hitam dan panjang. Gigi Ny.H terlihat kotor dan
mulut Ny. H mengeluarkan bau.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Sinta. Saya adalah
Mahasiswa Keperawatan UPH yang sedang praktek disini. Saya praktek
disini selama 4 hari. Nama kamu siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh
jadi anda senangnya dipanggil Ny. M saja”.
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan
diri?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny. M
maunya kita ngobrol-ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita
ngobrolnya diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)
a. “Berapa kali Ny. M mandi dalam sehari? Apakah Ny. M sudah mandi hari
ini? Menurut Ny. M apa kegunaannya mandi? Apa alasan Ny. M sehingga
tidak bisa merawat diri? Menurut Ny. M apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat
diri dengan baik seperti apa ya? badan gatal, mulut bau, apa lagi?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Ny.
M yang bisa muncul ? Betul ada kudis, kutu, dsb”
b. “Menurut Ny. M mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang
biasanya Ny. M persiapkan? Benar sekali, Ny. M perlu menyiapkan pakaia
n ganti yang bersih, handuk kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun
mandi”
c. “Menurut Ny. M tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar
mandi, bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang? Saya akan bantu
melakukannya. Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat
gigi yang sudah di kasih odol kemudian sikat gigi dengan gerakan
memutar dari atas ke bawah kemudian Ny. M berkumur-kumur dengan
air bersih. Bagus sekali, sekarang Ny. M buka pakaian, siram seluruh
tubuh Ny. M dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampoo
sedikit dan gosokkan ke atas kepala Ny. M sampai berbusa lalu bilas
sampai bersih. Bagus sekali Ny. M, sekarang ambil sabun dan gosokan
keseluruh tubuh Ny. M secara merata dan di mulai dari bagian sebelah
kanan lalu siram dengan air sampai bersih, pastikan bersih tidak ada sisa
sabun yang menempel. Setelah selesai di siram dengan air sampai bersih,
keringkan tubuh Ny. M dengan handuk kering yang sudah disiapkan.
Bagus sekali Ny. M melakukannya. Selanjutnya Ny. M
menggunakan pakaian bersih yang sudah di siapkan”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi dan mengganti pakaian?
Coba Ny. M sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah Ny. M lakukan tadi? Bagus sekali sekarang Ny. M sudah tahu
manfaat dan cara mandi yang baik”.
2. Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Ny. M masih memiliki kemampuan yang baik dalam
menjaga kebersihan diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang ya Ny. M”.
b. Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M Mau berapa
kali sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore.
Kalau pagi jam berapa? kalau sore jam berapa? Beri tanda M (mandiri)
kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru
dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 9 pagi
setelah Ny. M melakukan kegiatan mandi”
Tempat : “Ny. M mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam
kamar Ny. M besok bagaimana?”

SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu sudut ruangan sambil memegang rambut
yang basah. Klien terlihat menggunakan pakaian dengan kancing baju yang
tidak terpasang. Klien mengatakan merasa segar setelah mendi.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
Membantu klien latihan berhias
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, masih ingat dengan saya Ny. M?
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M memegang kepala, kenapa Ny. M? Bagaimana
perasaan Ny. M setelah melakukan kegiatan mandi?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang berhias diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny. M mau
kita ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita
ngobrolnya diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi? Apa yang Ny. M lakukan
setelah mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan”
b. “Apa Ny. M sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersih
dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba Ny.
M lakukan menggangti pakaian. Bagus sekali Ny. M kerja yang bagus.
Sekarang setelah menggunakan pakaian yang baik kita akan latihan
berdandan supaya Ny. M tampak rapi dan cantik”
c. “Kira-kira apa alat yang Ny. M butuhkan untuk berdandan? Bagus sekali
Ny. M alat yang digunakan adalah sisir, bedak dan kaca”
d. “Setelah Ny. M memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut
yang rapi. Bagus Ny. M, sekarang ambil bedak dan bedaki muka Ny. M
rata dan tipis. Bagus sekali Ny. M bisa melakukan nya dengan baik”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan berdandan?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat segar dan cantik”
b. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis Ny. M
melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik
dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak
melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan cara makan
yang baik dan benar”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang atau sesuai
jadwal makan Ny. M”
Tempat: “Siang nanti kita latihan makan yang baik diruang makan,
bagaimana menurut Ny. M?”

SP-3 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu kursi di dekat meja makan. Ny. M terlihat rapi
dengan rambut yang disisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan cara persiapkan makanan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? bagus sekali Ny. M terlihat rapi siang ini”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara makan yang baik?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi kita
ngobrolnya 25 menit saja ya”
Tempat: “kita akan latihan cara makan yang baik langsung diruang makan
saja ya, bagaiman menurut Ny. M?”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana menurut Ny. M cara makan yang baik? Bagus Ny. M sebelum
kita makan, kita cuci tangan dengan air sabun dulu ya”
b. “Sebelum mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny. M bisa mengambil
makanan di atas meja dengan menggunakan piring”
c. “Sebelum makan Ny. M dapat berdoa. Bagus sekarang, Ny. M bisa berdoa
sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, ya bagus Ny. M
sekarang sudah bisa melakukan menyuap makanan dengan abik dan benar”
d. “Setelah makan Ny. M harus membereskan piring dan gelas yang kotor,
setelah dibereskan sekarang Ny. M dapat mencuci tangan dengan sapu tangan
yang bersih”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan cara makan yang baik?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat rapid an bersih”
b. Rencana tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan dan makan yang baik dan
benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak
melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan cara BAK/BAB
yang baik ya Ny. M?”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara BAK/BAB besok jam 10 pagi
atau sesuai jadwal kapan Ny. M merasa ingin BAB/BAK”
Tempat: “Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik diruangan ini ya
Ny. M?”

SP-4 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk di salah satu sisi kamar. Ny. M terlihat rapi dengan
rambut yang di sisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan membersihkan tempat BAB/BAK
B. Strategi Komunikas dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? Sudah dilakukan jadwal harian yang telah kita
lakukan kemarin? Bagus sekali Ny. M dapat melakukan secara mandiri
semua latihan yang telah kita lakukan”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara BAK/BAB yang baik?”
Waktu: “Kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagaimana
menurut Ny. M?”
Tempat: “Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita latihan
langsung di tempat BAB/BAK”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Menurut Ny. M dimana kita BAB/BAB yang benar? Benar Ny. M kita
BAB/BAK di ruang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran. Jadi
kita tidak boleh BAB/BAK di sembarang tempat”
b. “Sekarang coba Ny. M sebutkan bagaimana cara membersihkan/cebok?
Bagus Ny. M cebok itu adalah cara membersihkan bokong atau tempat
keluar BAB/BAK dengan air yang bersih dan jernih. Setelah Ny. M
cebok pastikan juga tidak ada BAB/BAK yang tersisa di WC dengan
cara menyirami WC dengan air bersih. Setelah di pastikan bokong dan
WC bersih baru Ny. M mencuci tangan dengan air bersih dan sabun”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah cara BAB/BAK yang baik”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat tersenyum dan wajah yang segar”
b. Tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis Ny. M
melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan
yang baik dan benar. Jika Ny. M merasakan keinginan BAB/BAK Ny.
M dapat melakukan latihan yang telah kita lakukan. Beri tanda M
(Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan
dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah Ny. M sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Ny. M
masih ada yang ingin ditanyakan atau ada masalah yang ingin
dibicarakan boleh kepada perawat lain yang dinas diruangan ini. Saya
permisi dulu ya Ny. M. Selamat siang”.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba
Medika.

Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika


Aditama

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit


Perawatan Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah
%20Hoesny.pdf pada 14 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai