Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI NECROPHILIA

Mata Kuliah : Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan


Dosen Pengampu : Ns. Ika Nurfijriyani, S.Kep., M, Kep

DISUSUN OLEH

Nama : Tiara Hasanah

NPM : 222C0011

Prodi : Keperawatan

Semester : 2A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
saya panjatkan atas kehadirat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam saya ucapkan semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada
kami selaku umatnya.
Adapun maksud dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu Mata
Kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang diampu oleh Ibu Ns. Ika Nurfajriyani,
M.Kep di ITEKES Mahardika Cirebon. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan keterbatasan yang dimiliki. Kritik serta
saran dari pembaca akan saya terima dengan sangat terbuka agar dapat digunakan untuk
memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Cirebon, 20 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6


2.1 Definis Necrophilia .................................................................................................................. 6
2.2 Ragam tipe dan Ciri Necrophilia ............................................................................................... 7
2.3 Motivasi Necrophilia ................................................................................................................ 9
2.4 Dampak Necrophilia............................................................................................................... 10
2.5 Faktor Penyebab Necrophilia .................................................................................................. 12
2.6 Penanganan Necrophilia ......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 15


3.1.KESIMPULAN ...................................................................................................................... 15
3.2.SARAN .................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak dapat dilepaskan dari konsep seksualitas. Seksualitas pada awal
mulanya dipahami sebagai ungkapan yang dipakai dalam ilmu biologi dan ilmu hewan.
Seksualitas memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan tidak akan
pernah terjadi tanpa adanya dorongan hasrat seksual. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan seksualitas dengan, pertama ciri, sifat atau peranan seks. Kedua, dorongan
seks. Ketiga, kehidupan seks. Seksualitas sendiri merupakan ungkapan yang muncul pertama
kali pada abad ke-19. Kata tersebut muncul dalam istilah teknis ilmu biologi dan ilmu hewan
pada permulaan tahun 1800. Tetapi di akhir abad 19 seksualitas digunakan secara luas dalam
sebuah penafsiran terbuka sehingga dimaknai menjadi seksual sama dengan melakukan seks
(hubungan seksual).3 Diyakini sejak dahulu kala bahwa perilaku seksual manusia berbeda
dari perilaku seksual binatang, perbedaannya terletak pada dasar bahwa seksualitas secara
moral bukan hanya sekedar tindakan kopulasi antar kelamin. Lebih dari itu tindakan
senggama antara lelaki dan perempuan memiliki peranan sentral dalam hal meneruskan
kehidupan, perintah agama dan implementasi cinta. Tetapi kemudian kata ini mengalami
pergeseran makna menjadi seksualitas sama dengan melakukan seks.

Secara konvensional hubungan seksual harus dilakukan antara dua orang yang masih
hidup, jenis kelamin yang berbeda, dan dalam naungan legalitas pernikahan. Seiring
berkembangnya zaman ternyata timbul suatu kasus hubungan seksual yang terjadi di luar
norma yaitu penyimpangan seksual necrophilia. Ada 10 (sepuluh) tipe necrophilia yaitu role
players, romantic necrophile, necrophilic fantasizers, tactile necrophiles, fetihistic
necrophiles, necromutilomaniacs, opportunistic necrophiles, regular necrophiles, homicidal
necrophiles, dan exlusive necrophiles.
Perilaku memperkosa mayat dikenal dengan sebutan necrophilia. Perilaku
menyimpang dengan mendapatkan kepuasan secara seksual terhadap mayat melalui
persetubuhan. Necrophilia merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kepuasan
seksual yang dirasakan seseorang bila melakukan hubungan intim dengan orang yang sudah
meninggal. Gangguan kejiwaan ini merupakan salah satu jenis parafilia. Parafilia adalah

4
ketertarikan seksual yang tidak normal, dimana ketertarikan seksual yang dirasakan tidak
pada hubungan intim yang melibatkan organ intim seperti penis dan vagina.
Perbuatan nekrofilia dipandang sebagai perbuatan yang menyimpang sebab
bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan, budaya dan sosiologis yang membawa
dampak buruk bagi moralitas bangsa. Perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
fundamental yang berlaku dalam masyarakat merupakan suatu perbuatan tidak patut dan
membawa keresahan masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini, nekrofilia tidak diatur secara
tegas dalam hukum positif di Indonesia yang tidak terdapat ancaman hukumannya. Dengan
demikian, dibutuhkan suatu regulasi untuk mengatur nekrofilia sebagai suatu perbuatan
pidana yang dapat diancam dengan hukuman. Pembentukan undang-undang untuk mengatur
suatu perbuatan yang sebelumnya bukan suatu perbuatan pidana yang kemudian menjadi
suatu perbuatan yang dilarang dan diancam pidana disebut kriminalisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah definisi necrophilia?
2. Bagaimana ragam tipe dan ciri pada necrophilia?
3. Apa motivasi necrophilia?
4. Apa saja Dampak necrophilia?
5. Apa saja faktor penyebab necrophilia?
6. Bagaimana penanganan necrophilia?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi necrophilia
2. Mengetahui ragam tipe dan ciri pada necrophilia
3. Mengetahui apa motivasi necrophilia
4. Mengetahui dampak necrophilia
5. Mengetahui faktor prnyebebab necrophilia
6. Menjelaskan bagaimana penanganan necrophilia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definis Necrophilia


Sejarah memberi tahu kita bahwa necrophilia ada di Mesir ribuan tahun yang lalu
Secara histori, praktek necrophilia dikenali sejak dahulu kala berawal ketika mayat-mayat
diangkut lintas negara melalui laut untuk upacara pemakaman terakhir (seperti dalam kasus
kematian orang-orang yang terjadi di negara-negara asing), pelaut dalam hal ini awak kapal
seringkali dituduh seorang necrophilia. Periode transportasi yang panjang dan kurangnya
saksi, mendorong para pelaut untuk melakukan tindakan persetubuhan dengan mayat.114
Dalam karyanya psychopatia sexualis, Richard Von Krafft Ebing menyebut perbuatan
necrophilia sebagai manifestasi mengerikan dari sadisme. Abraham A. Brill mencirikan
necrophilia sebagai orang yang kekurangan mental, psikotik, dan tidak mampu mendapatkan
pasangan.. Para suami, karena takut akan pelecehan terhadap tubuh istrinya oleh pembalsem,
menyimpan tubuh istrinya di rumah sampai benar-benar membusuk.

Necrophiliac adalah orang yang melakukan kejahatan necrophilia ketika melakukan


hubungan seksual dengan mayat manusia, yang melibatkan alat kelamin seseorang dan
mulut, anus, penis atau vagina orang lain. Menurut KUHP, menangani mayat belum
termasuk tindak pidana karena bertentangan dengan asas legalitas. Necrophilia hanya
dipidana jika diungkapkan dalam bentuk pornografi, menurut pasal 4 ayat 1 UU No 4. 44
Tahun 2008 tentang Pornografi. Namun, para pemain peran, fanatik nekrofil, dan nekrofil
pembunuh memungkinkan penuntutan. Namun bukan karena interaksinya dengan mayat.
Dari sudut pandang hukum pidana Islam, semua ulama sepakat bahwa merawat jenazah
adalah haram dan tidak bermoral. Namun, mereka tidak setuju dengan jenis hukumannya.

Necrophilia, juga dikenal sebagai thanatophilia atau necrolagnia, adalah gangguan


nafsu tubuh manusia yang disebabkan oleh keinginan untuk berhubungan seks dengan tubuh
orang mati. Banyak orang tidak bertindak sesuai dengan kodratnya dari waktu ke waktu.
Dimana banyak terjadi penyimpangan dari perilaku manusia itu sendiri. Penyimpangan
kodrat itu sendiri adalah penyimpangan seksual yang disebabkan oleh seseorang dengan
kelainan seksual seperti pedofilia, zoofilia, LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender),
necrophilia, dan lain-lain.
6
2.2 Ragam tipe dan Ciri Necrophilia
Secara sederhana necrophilia dipahami menyetubuhi mayat, tetapi kenyataannya
necrophilia terdiri dari ragam tipe dan memiliki ciri khasnya masing-masing. Necrophilia
merupakan kelainan seksual yang mana pengidap kelainan kepribadian ini mendapatkan
kesenangan dan kepuasan melalui bercinta dengan mayat. Necrophile terbagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Necrophilic homicide, yaitu kondisi dimana penderita necrophilia harus
membunuh terlebih dahulu untuk mendapatkan mayat dan kemudian
menyetubuhinya untuk mendapatkan kepuasan secara seksual.
2. Reguler Necrophilia, yaitu keadaan dimana penderita necrophilia hanya
menggunakan mayat yang sudah ada tanpa melakukan pembunuhan terlebih
dahulu untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan seksual.
3. Necrophilic fantasy penderita berfantasi berhubungan seks dengan mayat, tetapi
tidak melakukannya.
Sementara itu, Anil Anggrawal membagi necrophilia ke dalam sepuluh kelas yang
berbeda berdasarkan karakteristik utama pengidapnya, yang digambarkan dalam table
seperti berikut:

Ragam Necrophilia Dikenali dengan ciri


a. Role players Pada tipe ini seseorang tidak
berhubungan dengan mayat, melainkan
dengan orang lain yang berperan menjadi
mayat.
b. Romantic necrophiles Orang dengan tipe ini hanya melakukan
hubungan seksual dengan mayat yang
ketika masih hidup menjadi kekasih atau
seseorang yang dia cintai dan tidak
menginginkan mayat lainnya.
c. Necrophilic fantasizers Pada tipe ini seseorang akan pergi ke
pemakaman dan berfantasi berhubungan

7
seksual dengan mayat yang ia salurkan
lewat masturbasi.
d. Tactile necrophiles Orang dengan tipe ini berminat pada
mayat dengan cara menyentuh,
membelai bagian erotis mayat seperti
payudara dan organ-organ 62 seksual
lainnya. Melakukannya sedemikian rupa
demi mendapatkan kepuasan orgasme.
e. Fetishistic necrophiles Pada tipe ini seseorang akan memotong
bagian sensual tubuh mayat untuk
kemudian di simpan dan dijadikan alat
pemuas seksual. Tipe ini berbeda dengan
nomor dua. Jika di nomor dua hanya
menggunakan mayat yang dicintai, tipe
ini lebih acak.
f. Necromutilomaniacs Orang dengan tipe ini bukan sekedar
menyentuh mayat demi mendapatkan
kepuasan seksualnya, melainkan
kepuasannya didapatkan dengan cara
memutilasi mayat tersebut.
g. Opportunistic necrophiles Pada tipe ini seseorang akan merasa puas
berhubungan seksual dengan aktivitas
seksual sewajarnya, tetapi jika ada
kesempatan untuk berhubungan dengan
mayat 63 mereka akan melakukannya.
Tipe ini ialah awal dari aktivitas
necrophilia lainnya.
h. Regular necrophiles Orang dengan tipe ini tidak menikmati
aktivitas seksual dengan yang masih
hidup, mereka lebih memilih
berhubungan seksual dengan mayat.

8
i. Homicidal necrophiles Pada tipe ini seseorang akan membunuh
terlebih dahulu untuk kemudian
melakukan hubungan seksual dengan
korbannya
j. Exlusive necrophiles Orang dengan tipe ini sama sekali tidak
mampu melakukan hubungan seksual
dengan yang masih hidup. Sebab itu
mayat adalah kebutuhan mutlak bagi
mereka untuk berhubungan seks

2.3 Motivasi Necrophilia


Penelitian yang dilakukan oleh Jonathan P. Rosman dan Phillip J. Resnick terhadap
34 (tiga puluh empat) kasus necrophilia mengungkapkan motivasi necrophilia sebagai
berikut:
a. Yang patuh dan tidak menolak (68%)
b. Romantisme (21%)
c. Ketertarikan seksual pada mayat (15%)
d. Nyaman (15%)
e. Mencari harga diri dengan mengekspresikan kekuasaan atas korban pembunuhan
(12%)
Motif lain yang sering menjadi alasan ialah tidak tersedianya pasangan hidup, takut
terhadap wanita, keyakinan bahwa melakukan seks dengan wanita hidup adalah dosa besar,
ingin penguasaan penuh atas pasangan seksual, halusinasi, serangkaian tindakan destruktif,
ekpresi hasrat seksual, dan perlu melakukan aktivitas seksual tanpa batas. Dalam jurnal
penelitian yang lain mengungkapkan penyebab seseorang bertindak melakukan necrophilia
ialah, sebagai berikut:
a. Keinginan untuk berhubungan dengan mayat biasanya muncul dari rasa takut yang
intens terhadap pasangan yang masih hidup. Pelaku necrophilia melihat mayat sebagai
objek yang membangkitkan emosional sedemikian rupa sekaligus fisik mayat yang tidak
mengancam. Sehingga menyajikan ekpresi lebih mudah untuk ketertarikan seksual dan
tindakan seksual.

9
b. Mayat tidak dapat menolak, mayat juga tidak dapat tidak setuju, tidak mampu
memanipulasi, atau melecehkan si pelaku. Sehingga pelaku necrophilia memegang
kendali penuh.
c. Pelaku necrophilia tidak memahami konsekuensi dari tindakan mereka baik yang
berhubungan dengan dampak hubungan seksual ataupun pendapat masyarakat.
d. Kondisi psikologi seperti psikopati atau sosiopati, termasuk ketidakmampuan untuk
mengalami penyesalan atau perasaan empati. Pelaku necrophilia yang melakukan
pembunuhan untuk mendapatkan mayat (memutilasi atau memakan mayat setelah
hubungan seksual) kemungkinan akan menderita kondisi psikologis. Seperti juga obsesi
romantis pada pelaku necrophilia yang menyetubuhi mayat kekasihnya, mereka seolah
tengah mempertahankan hubungan dengan mayat yang dikasihinya itu.

2.4 Dampak Necrophilia


Setiap perbuatan memiliki konsekuensinya, begitu juga dengan perbuatan
necrophilia. Berikut ini dampak negatif dari necrophilia, yaitu:
a. Dampak Negatif Necrophilia bagi Pelaku
1) Dari segi psikologis, penyimpangan seksual mengakibatkan gangguan
pada perkembangan psikoseksual. Sehingga seorang pelaku lebih
memilih aktivitas seks yang menjijikan ketimbang aktivitas seksual
secara normal.
2) Dari aspek medis, selain menyimpang dari kebiasaan masyarakat,
necrophilia juga berdampak buruk bagi seseorang yang terlibat dalam
hubungan seks dengan mayat. Dijelaskan bahwa kontaminasi suplai air
oleh mayat yang dibuang tanpa penguburan, situs pemakaman, atau di
penyimpanan sementara dapat mengakibatkan:
a) Penyebaran gastroenteritis dari isi usus mayat yaitu infeksi yang
terjadi pada usus atau perut yang disebabkan oleh beberapa jenis
virus.
b) Zat cadaverine dan putresin yang dihasilkan selama
pembusukan bangkai hewan dan manusia mengeluarkan bau
busuk yang bisa beracun jika tertelan dalam dosis besar.
c) Resiko penularan infeksi dan penyakit kronis melalui kontak
10
langsung dengan mayat yang mungkin semasa hidupnya
menderita penyakit, seperti penyakit kuru, hepatitis B dan
hepatitis C, HIV,122 patogen usus enterik,123 TBC, kolera dan
lain-lain.
Menurut Budi Martino Limonon125 pelaku penyimpangan seksual secara umum
memiliki konsekuensi, diantaranya:
1) Infeksi alat vital
2) Si penderita terkadang akan dikucilkan oleh masyarakat dan lingkungan
tempat tinggal
3) Penyakit kelamin yang dapat timbul bagi pelaku penyimpangan seksual
4) Tidak munculnya perasaan normal layaknya orang yang mampu
mengemukakan sifat penuh kasih sayang dan cinta terhadap sesama manusia
5) Dapat merugikan orang lain (korban) dari perbuatan penyimpangan tersebut
6) Merugikan diri sendiri karena tidak mampu menikmati seks secara normal.
b. Dampak Negatif Necrophilia bagi Masyarakat
Suatu perbuatan tidak hanya memiliki dampak terhadap pelakunya saja, melainkan
berefek juga terhadap keadaan sosial dimana perbuatan itu terjadi. Adapun dampak negatif
dari necrophilia bagi masyarakat, sebagai berikut:
1) Timbulnya kekacauan sebagai aksi balas dendam. Pelaku akan mencari korban
dalam hal ini mayat demi memenuhi kepuasan seksualnya. Maka dampaknya
kemudian ialah terjadi reaksi yang dibuat oleh keluarga korban karena tidak
terima atas pelecehan yang dilakukan si pelaku, terlebih jika mekanisme hukum
tidak bekerja.
2) Masyarakat menjadi resah dan tidak tenang. Kasus necrophilia termasuk aktivitas
aneh dibanding penyimpangan seksual lainnya. Sehingga ketika ini terjadi timbul
keresahan dan ketidak tenangan yang diawali dari kesimpangsiuran pengetahuan
tentang necrophilia, alih-alih menganggap sebagai penyimpangan seksual dan
melawan hukum, masyarakat awam akan menilainya sebagai mitos pengamalan
ilmu sesat.
3) Rusaknya tatanan sosial dalam masyarakat. Kehidupan yang harmonis, aman,
dan tentram menjadi dambaan setiap orang. Tetapi jika suatu waktu ditemukan
kasus mayat yang digagahi oleh seseorang pastinya ada sistem nilai yang
11
dilanggar dengan sengaja. Akibatnya masyarakat menjadi saling bersitegang.
4) Munculnya rantai kejahatan yang sama. Jika ada satu kasus necrophilia
kemungkinan terjadi kasus berikutnya berpeluang besar. Meskipun hal ini pada
rentang waktu yang lama.
5) Penularan penyakit berbahaya. Jika seseorang bersetubuh dengan mayat,
kemudian si pelaku terjangkit penyakit, namun ia masih bergaul dengan
masyarakat dikhawatirkan terjadi penularan penyakit secara masif.
6) Menjadi contoh yang buruk bagi penerus generasi. Bagaimanapun juga kasus-
kasus penyimpangan seksual (necrophilia) memberikan stimulus pada orang lain
untuk mengikuti jejak pendahulunya. Alasan pastinya tidak hanya satu, bisa jadi
rasa penasaran atau mungkin fantasi seksual yang liar.
7) Rusaknya unsur budaya dalam masyarakat. Kebiasaan di masyarakat hubungan
seksual dilandasi atas dasar pernikahan seorang laki-laki dan perempuan yang
masih hidup. Jika kemudian terjadi aksi persetubuhan dengan mayat, artinya satu
kebudayaan telah tercederai nilainya.
8) Menjadikan kehidupan bermasyarakat tak lagi aman. Setiap masyarakat
mengharapkan hidup di lingkungan yang aman tanpa ada kasus-kasus kejahatan.
Adanya kasus necrophilia sudah barang tentu akan menimbulkan reaksi yang
simpangsiur di kalangan masyarakat sehingga menimbulkan kondisi lingkungan
sekitar tidak lagi aman.

2.5 Faktor Penyebab Necrophilia


Penyebab necrophilia ada beberapa macam. Antara lain ketakutan akan ditolak
pasangan atau perasaan rendah diri, kerinduan akan partner lama, sekedar ketertarikan biasa,
menginginkan pasangan yang tak bisa menolaknya, untuk mengatasi kecemasan dan
perasaan terisolir, juga memungkinkan karena ego untuk menunjukkan kekuasaan atau
membalaskan dendamnya kepada mayat. Namun, sebanyak 68% dari kasus necrophilia
adalah karena mereka tidak percaya diri untuk berhubungan secara normal. Sehingga mereka
memilih mayat sebagai partner seksnya.71 JP Rosman dan PJ Resnick mengklasifikasikan
penyebab necrophilia berdasarkan kasus nyata, adalah 68% karena ingin pasangan yang
tidak bisa melawan, 21% karena dorongan keinginan dapat bersatu kembali dengan
pasangan yang sudah mati, 15% karena daya tarik seksual dari mayat, 15% untuk alasan
12
kenyamanan, dan 11% dikarenakan harga diri yang buruk dan ingin menghilangkan
perasaan tersebut dengan menerapkan kuasa penuh atas mayat.72 Penyebab Necrophilia
adalah:
4. Keinginan untuk berhubungan seks dengan jenazah biasanya muncul dari rasa
takut yang intens untuk berinteraksi dengan calon pasangan hidup. Necrophiles
memandang mayat sebagai sesuatu yang tidak mengancam secara emosional atau
fisik, oleh karena itu memberikan jalan keluar yang lebih mudah untuk ekspresi,
ketertarikan seksual, dan tindakan seksual.
5. Mayat tidak dapat menolak, tidak setuju, memanipulasi, atau
menyalahgunakannya. Mereka mungkin juga menikmati perasaan terkendali
sepenuhnya.
6. Kurangnya hambatan seksual: Nekrofil yang menderita kekurangan hambatan
seksual, pengenalan batas sosial, atau penyesalan umum atas konsekuensi
tindakan mereka.
7. Kondisi psikologis: seperti psikopati atau sosiopati, termasuk ketidakmampuan
untuk mengalami penyesalan atau perasaan empati. Nekrofil yang melakukan
pembunuhan untuk mendapatkan mayat - atau yang memutilasi atau memakan
mayat setelah berhubungan seksual - kemungkinan besar menderita kondisi
psikologis. Bersetubuh dengan orang tercinta yang telah meninggal mungkin juga
merupakan gejala obsesi romantis, atau penyangkalan ekstrem bahwa orang yang
dicintai telah meninggal. Dalam situasi ini, individu yang masih hidup mencoba
menggunakan aktivitas seksual untuk mempertahankan hubungan khayalan
dengan orang yang meninggal. Nekrofil mungkin memandang tindakan seksual
sebagai cinta dan kasih sayang, dan sebagai tautan ke apa yang mungkin terjadi.
Orang-orang seperti itu membandingkan tindakan mereka dengan keadaan seperti
adegan di Shakespeare Romeo and Juliet, di mana Juliet mencium Romeo setelah
dia bunuh diri dengan racun (Ramsland, 2007).
Orang-orang yang terisolasi atau sering mendapatkan penolakan (apapun bentuk
penolakannya), terutama dalam penolakan rasa cinta atau keinginan bersenggama, memiliki
potensi yang lebih besar untuk menjadi pengidap necrophilia. Dorongan dari keinginan
untuk tidak ditolak dalam berhubungan seks dan memperbaiki harga diri yang rendah
diaplikasikan dengan cara mengekspresikan kekuasaan atas mayat.
13
2.6 Penanganan Necrophilia
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan
oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya
kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari
lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Ketika seseorang sering mengalami kesengsaraan
atau kekurangan di bidang fungsi karena minat seksual yang teratur dan intens pada mayat,
perilaku tersebut dapat didiagnosis di bawah Gangguan Parafilik Spesifik Lainnya
(necrophilia). Penderita kelainan seksual ini harus mendapatkan perawatan diantaranya
sebagai berikut:

a) Psikopatologi yang sesuai. Salah satu perawatan untuk penderita kelaianan seksual
ini adalah dengan terapi kognitif. psikoterapi baik individu maupun kelompok
adalah pilar fundamental dalam perawatan pasien-pasien ini dan biasanya bagian
dari perawatan multimodal, yang mungkin termasuk pelatihan keterampilan sosial,
administrasi obat dan perawatan hormonal.
b) Pemberian obat antiandrogenik seperti medroxyprogesterone acetate (di Amerika
Serikat) atau cyproterone acetate (di Eropa) adalah perawatan pilihan untuk
gangguan ini. Perawatan ini jangka panjang, karena pola gairah seksual yang
menyimpang dapat terjadi segera setelah kembali ke tingkat testosteron normal.
c) Administrasi dari Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine
atau fluvoxamine.
d) Terapi kognitif yaitu penggunaan obat pengurang gairah seks.

14
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa necrophilia adalah
ketertarikan yang tidak normal sampai dilakukannya hubungan seksual dengan mayat.
Necrophilia merupakan salah satu dari tipe parafilia yaitu gangguan psikoseksual yang
melibatkan fantasi atau tindakan yang tidak biasa, aneh, dan menijijkan yang diperlukan
untuk kesenangan seksual penuh. Sebagian besar pelaku necrophilia diidentifikasi
sebagai laki-laki dimana kasus necrophilia sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu

2. SARAN
Membutuhkan perspektif hukum yang luas. Inilah yang kurang dimiliki oleh penulis
ketika menemukan, menggambarkan dan menjelaskan dasar-dasar hukum. Alhasil, topik
necrophilia perlu diperdalam untuk penelitian lebih lanjut tentang apa yang disajikan
dalam makalah ini. Untuk penelitian selanjutnya tema necrophilia perlu pendalaman
lebih dari apa yang tersaji dalam makalah ini

15
DAFTAR PUSTAKA

Jauhara, Husna; Usman, Usman; WahyudhI, Dheny. Kebijakan Hukum Pidana terhadap
Perkosaan Mayat (Necrophilia). 2021. PhD Thesis. Universitas Jambi.
Budiman, Arif. (2020) "Studi komparasi hukum pidana Indonesia dan hukum pidana Islam
tentang necrophilia."

M. Farakhan, Maghriby Abdullah, Universitas Airlangga (2022). “Aspek Hukum Pidana


Terhadap Pelaku Persetubuhan Terhadap Mayat di Indonesia”
Aggrawal, A. (2016). Nekrofilia: Forensik Mediko-legal Aspek. CRC
RJ Parker, PhD (2019) Criminologist, Author and Publisher “Necrophilia: sexual
attraction towards corpses including sexual intercourse”
Brill, & Abraham, A. (1941). "Nekrofilia". Jurnal Pidana Psikopatologi.
Aggrawal, A. (2009). " baru klasifikasi dari nekrofilia". Jurnal dari Forensik Dan Hukum
Kedokteran
Pangkahila. Wimpie. 1998. Seksualitas Anak dan Remaja. Jakarta: Grasindo

16

Anda mungkin juga menyukai