Anda di halaman 1dari 15

Mudharabah dalam Perjanjian Modal Ventura Prespektif Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Kompilasi Hukum Ekonomi Islam

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah


KAPITA SELEKTA HUKUM BISNIS

Dosen Pengampu:
Dr. Aryani Witasari

Oleh:
RONI AKROMA
NIM :

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AGUNG
SEMARANG 2022
A. Pendahuluan
Pembiayaan Modal Ventura (PMV) merupakan salah satu alternatif yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi (perusahaan) dalam membantu permodalan usaha,
khususnya bagi perusahaan yang mengalami kesulitan dana 1. Ketentuan Pasal 1 angka 2
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1998 dan dalam ketentuan Pasal 1 huruf b
Keputusan menteri keuangan No 1251/MK.013/1988 disebutkan, bahwa yang dimaksud
dengan lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Dan dapat dilihat pula dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan
Presiden No 9 tahun 2009, yang menyatakan bahwa lembaga Pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana dan/ atau
barang modal2.
Dari peraturan di atas maka lembaga pembiayaan tersebut adalah suatu badan
usaha, yaitu perusahaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk
dalam bidang usaha lembaga pembiayaan dan aktivitas dengan cara membiayai pada
pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan dan dalam penyediaan dana untuk
perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan barang modal, yaitu barang yang di
pakai untuk mengahasilkan sesuatu barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik
dan sebagainya dan tidak menarik secara langsung atau tidak mengambil uang secara
langsung seperti yang dilakukan oleh bank.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden nomor 9 Tahun 2009 terdapat tiga jenis
lembaga pembiayaan, yang meliputi3:
1. Perusahaan Pembiayaan (PP), yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/ atau usaha
kredit
2. Perusahaan modal ventura yaitu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

1
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 138.
2
Nitaria Angkasa, Peran Lembaga Pembiayaan Modal Ventura Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil,
DERIVATIF Vol. 10 No. 2, November 2016
3
Usman Rachmadi, Hukum Perbankan. Sinar Grafika. Jakarta, 2010, hlm.78
1
pembelian obligasi konversi, dan/ atau pembiayaan berdasarkan pembagian atau
hasil usaha.
3. Perusahaan pembiayaan infrastruktur (PPI), yaitu badan usaha yang didirikan
khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek
infrastruktur
Sebagaimana lembaga keuangan lainnya, perusahaan modal ventura juga
mengalami perkembangan dari sistem yang digunakan, yakni modal ventura syariah.
Modal ventura syariah merupakan salah satu alternative lembaga pembiayaan yang
sesuai dengan karakteristiknya sangat membantu para pengusaha pemula dan
juga pengusaha yang tidak memiliki kecukupan atau bahkan tidak memiliki modal
usaha sama sekali dan juga sesuai dengan prinsip- prinsip syariah, Dalam modal
ventura syariah menggunakan akad yang sesuai dengan prinsip syariah dalam
memberikan pembiayaan kepada Perusahaan pasangan usaha (PPU) seperti dengan
menggunakan akad mudharabah dimana dengan akad ini, perusahaan modal ventura
akan menerima bagi hasil, sehingga tidak ada unsur bunga, sampai saa ini setidaknya
terdapat 4 (empat) perusahaan modal ventura syariah yakni PT PNM Venture Syariah,
PT Amanah Ventura Syariah, Permodalan BMT Syariah, dan PT Persada Ventura
Syariah. Jumlah tersebut masih jauh dibandingkan dengan jumlah perusahaan
modal ventura konvensional sebanyak 73 perusahaan, selain itu juga jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura syariah sangat relative
kecil dibandingkan modal ventura konvensional 4.
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/Pojk.05/2015 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura mendefinisikan Usaha Modal
Ventura sebagai usaha pembiayaan melalui penyertaan modal dan/atau pembiayaan
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka pengembangan usaha pasangan usaha atau
debitur. Perusahaannya disebut perusahaan modal ventura (PMV) dan perusahaan
pasangan usaha disingkat PPU.
Beberapa perusahaan yang dapat dibiayai oleh perusahaan modal ventura yaitu5:

4
Sulistyowati, Problematika Eksistensi Modal Ventura Syariah Dalam Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Perusahaan Permodalan Nasional Madani Ventura Syariah Jakarta), Jurnal Lentera: Kajian
Keilmuan, Keagamaan dan Teknologi, Vol 19 No 2 (2020): September 2020 diakses melalui
https://ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/lentera/article/view/622
5
Liya Sukma Muliya dan Neni Sri Imaniyati, Perusahaan Modal Ventura Dalam Perspektif Hukum
Bisnis Dan Hukum Islam. Penerbit Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung 2008, hlm. 15-16
2
1. Perusahaan yang berusaha dalam pasar yang sedang tumbuh dan bersifat
inovatif serta mempunyai potensi untuk berkembang dengan cepat di masa
yang akan datang, seperti usaha pengembangan perangkat lunak untuk industri
komputer dan usaha yang berkaitan dengan teknologi baru.
2. Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha namun karena beberapa
keterbatasannya, seperti nilai asset yang berada di bawah ketentuan yang
berlaku di pasar modal, belum bisa menghimpun dana lewat pasar modal
maupun melakukan pinjaman dari bank.
3. Perusahaan yang telah memiliki pangsa pasar yang baik, namun perlu
mengganti fasilitas produksi agar menjadi lebih canggih untuk memenuhi
tuntutan kualitas yang lebih baik.
4. Perusahaan yang memerlukan benih modal dalam mengembangkan suatu
produk yang akan dilemparkan ke pasar.
5. Perusahaan yang memerlukan restrukturisasi hutang-hutangnya yang posisinya
sudah sangat menggangu tingkat kesehatan perusahaan tersebut, misalnya
karena beban bunga yang tinggi atau risiko hutang dan modal yang sudah tidak
sehat lagi.
Salah satu pola pembiayaan PMV berpola bagi hasil (akad mudarabah) itu masih
menyisakan resiko yang harus dipertimbangkan. Hubungan kemitraan di dalamnya
memiliki pola sejajar sehingga memerlukan kejelasan mengingat kondisi PPU secara
umum adalah perusahaan yang tidak memiliki akses terhadap pada kredit perbankan6.
Dalam PMV, adanya perbedaan bentuk badan usaha pada PPU dapat berpengaruh pada
pola hubungan hukum dengan PMV. Akibat perbedaan itu, masing-masing dari PPU
memiliki karakteristik yang bervariasi. PMV harus menyikapinya saat mengadakan
perjanjian modal ventura, termasuk saat mengunakan akad mudarabah. Kesenjangan
terjadi ketika hubungan hukum antara keduanya karena perjanjian modal ventura tidak
sesuai dengan dengan acuan Pasal 1618 dan 1619 ayat (2) KUHPerdata tentang
persekutuan perdata. Kemitraan ini juga dikenal dengan nama matschaap, yaitu
perjanjian antara dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan uang, barang
ataupun keahlian ke dalam perjanjian dengan maksud membagi keuntungan.

6
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2005, hlm. 111-112
3
Keberhasilan dari pengelolaan matschaap ini tergantung dari pertukaran informasi
dari kedua belah pihak antara PVM dan PPU, arus Informasi simetrik kemudian menjadi
sangat penting, dan informasi asimetrik berdampak negative karena salah satu pihak
menguasai informasi yang lebih banyak. Situasi asimetrik (suatu keadaan di mana salah
satu pihak dalam aktivitas ekonomi memiliki lebih banyak informasi daripada pihak
lainnya) tersebut cenderung mendorong terjadinya apa yang disebut sebagai moral
hazard terutama oleh pihak yang mempunyai sifat opportunis, yakni cenderung
memanfaatkan kesempatan untuk keuntungan pribadi.
Dalam hal PMV, proses transformasi akan melibatkan PMV dan PPU. Hubungan
kedua pihak ini sangat berbeda dengan karakteristik hubungan antara pihak bank dan
pihak perusahaan sehingga naik turunnya tingkat bunga tidak bisa digunakan sebagai
acuan untuk instrumen transaksi. Oleh karena itu, guna menjaga kesinambungan kerja
sama usaha antara kedua pihak sangatlah ditentukan oleh perilaku (behaviour)
pihakpihak yang terlibat baik secara personal antar pemegang saham, antara pemegang
saham dan PMV, antara pemegang saham dan pengelola calon PPU, ataupun antar
perusahaan tersebut.
Dalam ekonomi syariah, pola kemitraan (kerjasama) dalam modal ventura
memiliki kesesuaian dengan bentuk mudarabah7. Sistem bagi hasil merupakan inti
pengerak dalam ekonomi syariah. Salah satu bentuknya adalah mudarabah. Dalam pasal
20 buku II Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, Mudarabah merupakan kerjasama antara
pemilik dana atau penanam modal (sohibul maal) dengan pengelola modal (mudarib)
untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
Cara utama untuk menghindari moral hazard adalah mengikatkan kedua pihak dalam
modal ventura dalam perjanjian yang mengikat dengan pola bagi hasil. Perjanjian antara
PMV dan PPU perlu diteliti dipahami secara mendalam agar potensi permasalahan
dalam hubungan kemitraaan tidak mengalami jalan buntu.
Dari pemaparan di atas maka dalam makalah ini, penulis hendak mendeskripsikan
lebih dalam dengan menganalisis secara yuridis tentang perjanjian PMV dengan pola
bagi hasil dalam lingkup KUHPerdata dan KHES tentang mudarabah dalam
menyelesaiakan permasalahan PMV. Dengan eksplorasi awal ini diharapkan bisa

7
Santoso, F. Setiawan Santoso, “Pola Pembiayaan Modal Ventura Di Indonesia, Ekplorasi Bagi Upaya
Pengembangannya Di Ekonomi Syariah,” Jurnal ilmu-ilmu Keislaman Ulumuddin, volume 5 nomor 2, hal.39-
49, hlm. 39-49
4
memberikan sumbangan bagi praktisi peradilan agama di Indonesias yang masih
mengakui keduanya dalam penyelesaian permasalahan ekonomi syariah yang menjadi
wewenangnya. Pandangan keduanya tidak berbeda jauh dalam meneyelesaikan
persoalan modal ventura bahkan bisa saling melengkapi kelemahan dalam memutuskan
permasalahan modal ventura.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana Perjanjian modal ventura pola bagi hasil dalam KUHPerdata dan
KHES?
2. Bagaimana Hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam KUHPerdata dan
KHES yang melakukan perjanjian modal ventura pola bagi hasil?
3. Bagaimana Wanprestasi dan Akibat Hukum dari perjanjian modal ventura dengan
pola bagi hasil dalam KUHPerdata dan KHES?
C. Pembahasan
1. Perjanjian Modal Ventura Pola Bagi Hasil dalam KUHPerdata dan KHES
Pelaksanaan penyertaan modal pada PPU memerlukan perjanjian sebagaimana
dalam hal kredit bank memerlukan perjanjian kredit. Perjanjian dalam bentuk tertulis
(kontrak) inilah yang merupakan dasar bagi terjadinya penyertaan modal dalam usaha
modal ventura. Perjanjian modal ventura merupakan suatu perjanjian antara PMV
dengan PPU yang menjadi dasar pengikatan dalam pelaksanaan pembiayaan oleh
PMV terhadap PPU8. Dokumen pokok yang paling penting sebagai bukti adanya
kerjasama dalam usaha modal ventura adalah perjanjian modal ventura ( venture
capital agreement/shareholder agreement). Oleh karena itu, dalam praktek
bentuk-bentuk penyertaan modal yang dilakukan PMV ada beberapa macam, maka
jenis perjanjiannya pun tergantung pada masing-masing bentuk penyertaan modal
mana yang dipilihnya.
Dalam pelaksanaan perjanjian, iktikad baik juga sangat perlu diperhatikan.
Iktikad baik pada saat pelaksanaan perjanjian tentunya mengacu pada ketentuan
bahwa para pihak bertindak dengan cara yang masuk akal (rasional) dan patut. Iktikad

8
Tami Rusli, Prosedur Kemitraan Dan Proses Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Terhadap
Perusahaan Pasangan Usahanya. (Studi Pada PT. Sarana Lampung Ventura). KEADILAN PROGRESIF
Volume 5 Nomor 1 Maret 2014, hlm. 60
5
baik dari PMV dalam menjalankan perannya sebagai Perusahaan pemberi pembiyaan
yang benar-benar menjalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
karakteristiknya dalam rangka menjaga iktikad baiknya terhadap Perusahaan
Pasangan Usaha (PPU), terutama dalam perjanjiannya, perlu untuk dikaji lebih dalam.
Pelaksanaan perjanjian pembiayaan modal ventura dengan pola bagi hasil
sangat bergantung terhadap perjanjian yang disepakati oleh dua belah pihak yang
berkaitan yakni PMV dan PPU. Meski demikian persyaratan pokoknya Untuk
mencermati isi perjanjian, PMV sebagai pihak yang memberikan fasilitas pembiayaan
dan PPU sebagai pihak yan menerima pembiayaan perlu memperhatikan syarat-syarat
perjanjian. Menurut Pasal 1338 KUHPerdata dijelaskan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang
membuatnya.Suatu perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat –
syarat yang telah ditetapkan oleh undang–undang. Syarat sahnya perjanjian telah
diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang meliputi empat syarat 9 :
a. Adanya persetujuan kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian
(kesepakatan)
b. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian
c. Adanya sesuatu hal tertentu
d. Adanya suatu sebab yang halal

Tujuan para pihak mengadakan perjanjian, yaitu untuk melahirkan sesuatu


hubungan hukum yakni adanya hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak,
menjadi gagal, karena tidak terpenuhinya apa yang diisyaratkan oleh undang-
undang10. Didalam suatu perjanjian apabila dideskripsikan lebih jauh lagi, maka
terdapat unsur–unsur yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok,
sebagaimana berikut:
a. Unsur Esensialia. Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-
ketentuan berupa prestasi–prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau
lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang
membedakan secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur esensialia ini

9
Diakses melalui: http://eprints.ums.ac.id/64660/4/BAB%20III.pdf
10
Sigit Nugroho, Penerapan Asas Iktikad Baik Dalam Perjanjian Bagi Hasil Modal Ventura (Studi
Kasus pada PT. Sarana Yogya Ventura di Yogyakarta). Tesis: PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA, 2011, hlm. 45
6
pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, definisi atau
pengertian dari suatu perjanjian 11.
b. Unsur Naturalia. Unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu unsur
yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam suatu perjanjian secara diam –
diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah
merupakan pembawaan atau melekat pada perjanjian12. Unsur naturalia
unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur
essensialia diketahui secara pasti.
c. Unsur Aksidentalia. Unsur pelengkap dalam suatu perjanjian yang
merupakan ketentuan–ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh
para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara
bersama–sama oleh para pihak. Dengan demikian unsur ini pada hakekatnya
bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan atau
dipenuhi oleh para pihak 13.
Mudarabah dalam KHES juga mengatur dan memiliki muatan perjanjian,
mencakup aturan penyerahaan dana bagi usaha yang disepakati dalam akad perjanjian
sebagaimana termaktub dalam Pasal 187. Aturan tentang bidang usaha,tempat, dan
waktu yang bersifat bebas atau mengikat bisa diatur akad (pasal 189). Dalam
mudarbah juga lebih jelas diatur terkait pentingnya pemisahan modal dari harta
kekayaan pribadi. Dalam pasal 200, Mudharib tidak boleh mencampurkan
kekayaanya sendiri dengan harta kerjasama dalam melakukan mudarabah, kecuali
bila sudah menjadi kebiasaan di kalangan pelaku usaha. Pasal 201 mengatur
kebolehnannya jika mendapat izin dari pemilik modal dalam melakukan usaha-usaha
khusus tertentu kemudian wajib dibagi secara proporsional atau atas dasar
kesepakatan semua pihak.
2. Hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam KUHPerdata dan KHES
Perlindungan hukum terhadap perusahaan modal ventura dalam upaya
pengamanan pembiayaan dari proses perjanjian modal ventura dalam rangka
membantu usaha kecil menengah yang sulit memenuhi persyaratan kredit perbankan

11
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003, hlm. 85.
12
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty, 1999, hlm. 110
13
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Hak-hak atas tanah, Jakarta : Kencana, 2007, hlm. 89
7
sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian di Indonesia dan juga
memiliki misi humanistik, yaitu sebagai lemabaga penolong bagi usaha yang masih
lemah. Disini usaha modal ventura dapat memberikan banyak manfaat bagi
pengembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil yang terdapat di Indonesia14.
Masing-masing pihak hak dan kewajiban dalam menjalankan perjanjian, agar tujuan
dari kemitraan antara PMV dan PPU dapat tercapai. Hal ini mengingat bahwa
hubungan antara perusahaan modal ventura (PMV) dan perusahaan pasangan usaha
(PPU) merupakan hubungan kemitraan. Konsekuensi logis dari kemitraan adalah
bahwa setiap pihak harus berupaya saling membantu demi memperoleh keuntungan
bersama yang dibagi sesuai dengan kesepakatan sebagaimana yang tertuang di dalam
kontrak, dalam hal ini adalah kontrak modal ventura (venture capital
agreement).15
Hak dan kewajiban pihak yang memberikan modal ventura atau PMV dan
pihak yang menerima modal ventura atau PPU, yaitu16:
a. Kewajiban
1) Kewajiban Perusahaan Modal Ventura. Kewajiban utama perusahaan modal
ventura hanya berupa penyediaan uang atau modal kepada PPU sesuai
perjanjian kesepakatan. Kewajiban lain bersifat tambahan yang melindungi
kepentingan PMV itu sendiri, antara lain :
a) pembinaan terhadap PPU, baik atas operasional, manajemen, dan
keuangan yang usaha yang dibiayai olehnya.
b) Penyusunan pelaporan yang sesuai ketentuan pemerintah.
2) Kewajiban PPU. Kewajiban dari PPU, antara lain :
a) Mengembalikan modal yang telah diterimanya tersebut kepada
perusahaan modal ventura setelah jangka waktu tertentu yang telah
disepakati dalam perjanjian.
b) Membayar bagi hasil atas pemberian modal tersebut sebesar berapa
yang telah disepakati dalam perjanjian.
14
Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan Rekonstruksi Perusahaan Edisi III, Yogyakarta : PT.
Gramedia Utama, 2009, hlm. 137
15
Tami Rusli, Prosedur Kemitraan Dan Proses Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Terhadap
Perusahaan Pasangan Usahanya. (Studi Pada PT. Sarana Lampung Ventura). KEADILAN PROGRESIF
Volume 5 Nomor 1 Maret 2014, hlm. 61
16
Rahman, Hasanuddin. Segi-segi Hukum & Manajemen Modal Ventura, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003. hlm. 118
8
b. Hak
1) Hak Perusahaan Modal ventura. Hak Perusahaan Modal Ventura, antara lain:
a) Berhak untuk mendapatkan pembayaran angsuran dan bagi hasil dari
pembiayaan yang diberikan oleh PMV, sekaligus pinjaman pokoknya.
b) Berhak melakukan Divestasi, yaitu pelepasan investasi yang dilakukan
PMV, apabila usaha dari PPU telah mencapai target.
c) Berhak menegur PPU yang wanprestasi.
2) Hak PPU. Hak PPU antara lain :
a) Berhak mendapatkan pelayanan dari PMV.
b) Berhak memperoleh modal dari PMV untuk menjalankan usahanya.
c) Berhak mendapatkan pembinaan dari PMV.
Hak dan Kewajiban dalam perjanjian mengindikasikan modal ventura dengan
pola bagi hasil merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak
pertama) berkewajiban menyerahkan sejumlah uang dan atau barang tertentu kepada
dan untuk dipergunakan oleh pihak yang lain (pihak kedua) sebagai modal atau
tambahan modal usaha, dengan kewajiban bagi pihak lainnya itu untuk pada
waktunya membayar kembali dan memberi imbalan pada pihak pertama menurut
bentuk, cara, jumlah, jangka waktu serta syarat yang telah disepakati. Perjanjian ini
termasuk dalam ketentuan umum mengenai hukum perjanjian sebagaimana diatur
dalam Buku III KUHPerdata, antara lain yang menyangkut syarat sahnya perjanjian
serta asas-asas hukum perjanjian.
Perjanjian akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang telah diadakan. Hal ini berarti, bahwa
tujuan dari perjanjian yang diadakan tersebut adalah untuk melaksanakan prestasi
sebagaimana dimaksudkan dari isi perjanjian itu, jadi prestasi adalah sesuatu yang
harus dipenuhi dalam suatu perjanjian, dengan kata lain, prestasi juga merupakan
objek atau pokok dari pada perjanjian. Dalam perjanjian sepihak hanya salah satu saja
yang melaksanakan prestasi, sedangkan pihak lainnya berhak atas prestasi yang
dimaksud.
3. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya dalam KUHPerdata dan KHES.

9
Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”,
artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik
perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena
undang-undang. Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur. Akibat
kelalaian kreditur yang dapat dipertanggung jawabkan, yaitu:
a. Debitur berada dalam keadaan memaksa.
b. Beban resiko beralih untuk kerugian kreditur, dan dengan demikian debitur
kesalahan besar lainnya.
c. Kreditur tetap diwajibkan memberi prestasi balasan (Pasal 160
KUHPerdata)17.
Sedangkan akibat hukum adalah akibat sesuatu perbuatan hukum. Perbuatan
hukum adalah perbuatan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang
dikehendaki yang diatur oleh hukum. Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah
segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek
hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena
kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau
dianggap sebagai akibat hukum18. Perbuatan hukum merupakan sumber lahirnya hak
dan kewajiban bagi subyek-subyek hukum yang bersangkutan. Misalnya,
mengadakan perjanjian jual beli, membuat surat wasiat, dan sewa menyewa. Jelas
akibat hukum yang terjadi karena perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek
hukum terhadap obyek hukum, segala akibat perjanjian yang telah diadakan oleh para
pihak tertentu mengenai sesuatu hal tertentu, maka telah lahir suatu akibat hukum
yang melahirkan lebih jauh segala hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
para subyek hukum yang besangkutan untuk menepati isi perjanjian tersebut 19.
Akibat hukum itu dapat berupa:
a. Lahir-ubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.

17
Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik penyusunan Kontrak, Cetakan pertama, Sinar Grafika,
Jakarta, 2003, hlm. 77
18
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 1998, hlm 71.
19
Ibid, 72
10
b. Lahirnya-ubahnya atau lenyapnya “suatu hubungan hukum” (hubungan
antara dua subyek hukum atau lebih).
c. Sanksi apabila melakukan kelalaian atau perbuatan melawan hukum.
d. Akibat hukum yang timbul karena adanya kejadian-kejadian darurat oleh
hukum yang bersangkutan telah diakui atau dianggap sebagai akibat hukum,
meskipun dalam keadaan yang wajar tindakan-tindakan tersebut mungkin
terlarang menurut hukum.
Dalam KUHPerdata, kelalaian dalam wanprestasi bisa berakibat sanksi atau
hukuman berupa;
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau ganti rugi (Pasal 1234).
b. Pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1266).
c. Peralihan resiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (Pasal 1237
ayat (2)).
d. Membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan di muka hakim (Pasal
181 ayat (1) HIR).
Akibat adanya wanprestasi ini, maka perusahaan modal ventura (yang berhak
menuntut prestasi) dapat menuntut kepada PPU (yang wajib memenuhi prestasi),
yaitu berupa :
a. Pemutusan perjanjian
b. Penggantiaan kerugian
c. Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian
d. Pemutusan perjanjian disertai dengan ganti kerugian
Sebelum tuntutan dilakukan, pihak PMV perlu melakukan upayaupaya awal
untuk mengklasifikasikan apakah tindakan penuntutan itu harus diambil. Berdasarkan
catatan dan data lampau, PMV dapat melakukan klasifikasi PPU yang berpotensi
wanprestasi dengan melihat aspek-aspek penentunya, antara lain:
a. Aspek pemenuhan kewajiban.
PPU memenuhi kewajibannya dengan sebagaimana mestinya. Tidak terdapat
tunggakan, baik pokok maupun bagi hasilnya.
b. Aspek kondisi keuangan.

11
Kondisi keuangan PPU berkembang dengan baik, usahanya berjalan dengan
lancar sesuai yang disepakati bersama antara PMV dan PPU yang
bersangkutan.
c. Aspek prospek usaha.
Reputasi, perkembangan perusahaan dan prospek PPU berada dalam
keadaan baik, manajemen berjalan dengan baik, kapasitas pemasaran terus
meningkat, pasokan bahan baku terjamin, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perusahaan tersebut dapat berjalan dengan kinerja yang optimal
sampai beberapa waktu ke depan.
d. Aspek dokumentasi.
Seluruh perjanjian yang ada atas pembiayaan dengan pola bagi hasil kepada
PPU, secara yuridis formal dijadikan alat bukti yang sempurna sesuai dengan
hukum pebuktian yang berlaku.
e. Aspek asset
Asset yang ada sangat mencukupi dan dapat menjadi jaminan atas
kewajiban-kewajiban Perusahaan Pasangan Usaha, apabila harus dilakukan
penjualan asset untuk menutupi seluruh kewajibannya tersebut.
Dalam Buku II KHES pasal 207 memiliki aturan yang senada untuk mengatasi
wanprestasi. Dalam pasal itu dijelaskan bahwa Pemilik modal dapat memberhentikan
atau memecat pihak yang melanggar kesepakatan dalam akad mudaarabah.
Penghentian itu tidak bisa dilakukan seketika tetapi harus diberitahukan kepada
mudharib yang wajib mengembalikan modal dan keuntungan kepada pemilik modal
yang menjadi hak pemilik modal dalam kerjasama mudharabah. Perselisihan itu bisa
didamaikan (sulh) melalui pengadilan.
D. Penutup
Dari naratif deskriptif di atas, maka dapat ditarik tiga kesimpulan utama, Pertama,
Perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil ditinjau dari bentuknya merupakan perjanjian
baku yang telah terstandarisasi meski kemungkinan variasi dan perbedaan karakter usaha
dari PPU sangat besar sehingga dan tidak bisa tercakup dalam bentuk baku. Hal yang sama
terungkap dalam akad mudarabah meski demikian persyaratan pokok antara keduanya tidak
terdapat jurang pemisah yang jauh. Kedua, Hak Dan Kewajiban PMV dan PPU ternyata
belum mencerminkan iktikad baik masing–masing pihak sebagaimana yang seharusnya

12
terjadi dalam perjanjian persekutuan perdata. PPU mendapatkan manfaat dari hak dan
kewajibannya, namun manfaat PMV masih lebih besar sehingga perjanjian kemitraan
masih perlu diperjelas lagi. Ketiga, Penyelesaian wanprestasi dari pihak PPU dalam MV
melalui KUHPerdata mempunyai potensi dikembangkan lebih jauh dalam mudarabah
karena aturan dan penjelasan lebih detil. Pengaturan demikian bisa memposisikan PMV dan
PPU dalam posisi yang seimbang dalam menyikapi wanprestasi secara hokum. Meski
demikian KUHPerdata dan KHES tentang mudarabah sama-sama menjadikan pengadilan
sebagai jalan terakhir bila penyelesaian di luar pengadilan mengalami jalan buntu.

DAFTAR PUSTAKA
Angkasa, Nitaria. Peran Lembaga Pembiayaan Modal Ventura Dalam Pemberdayaan
Usaha Kecil, DERIVATIF Vol. 10 No. 2, November 2016
Arifah, Ermiyati. Hubungan Timbal Balik Antara Ekonomi dan Hukum dalam Penegakan
Hukum dilihat Dari Perspektif Sosiologi Hukum, Diakses dari http//www. Lbh-
makassar.org, dipostkan pada tanggal 26 Juli 2011.
Burton Simatupang, Richard. Aspek Hukum dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2020. Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum Dan HAM. Diakses melalui:
https://bphn.go.id/data/documents/13._buku_dphn.pdf.
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya
Bakti, Bandung. 2005.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty. 1999,
Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan. Hak-hak atas tanah, Jakarta : Kencana,
2007Rahman, Hasanuddin. Segi-segi Hukum & Manajemen Modal Ventura.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2003.
Nugroho, Sigit. Penerapan Asas Iktikad Baik Dalam Perjanjian Bagi Hasil Modal Ventura
(Studi Kasus pada PT. Sarana Yogya Ventura di Yogyakarta). Tesis: PROGRAM
PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA,
2011Rusli, Tami, Prosedur Kemitraan Dan Proses Pembiayaan Perusahaan Modal
Ventura Terhadap Perusahaan Pasangan Usahanya. (Studi Pada PT. Sarana
Lampung Ventura). KEADILAN PROGRESIF Volume 5 Nomor 1 Maret 2014.
Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik penyusunan Kontrak, Cetakan pertama, Sinar
Grafika, Jakarta, 2003.
Syarifin, Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. Pustaka Setia: Bandung. 1998.
Sawir, Agnes. Kebijakan Pendanaan dan Rekonstruksi Perusahaan Edisi III. Yogyakarta
PT. Gramedia Utama. 2009.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/Pojk.05/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Modal Ventura
Rachmadi, Usman. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

13
Santoso, F. Setiawan. “Pola Pembiayaan Modal Ventura Di Indonesia, Ekplorasi Bagi
Upaya Pengembangannya Di Ekonomi Syariah,” Jurnal ilmu-ilmu Keislaman
Ulumuddin, volume 5 nomor 2, hal. 39-49
Simorangkir, O. P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Jakarta: Ghalia
Indonesia. 2004.
Subekti, R. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung: Alumni. 1976
Sulistyowati, Problematika Eksistensi Modal Ventura Syariah Dalam Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Pada Perusahaan Permodalan Nasional Madani Ventura Syariah
Jakarta), Jurnal Lentera: Kajian Keilmuan, Keagamaan dan Teknologi, Vol 19 No 2
(2020): September 2020 diakses melalui
https://ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/lentera/article/view/622
Sukma Muliya, Liya dan Sri Imaniyati, Neni. Perusahaan Modal Ventura Dalam
Perspektif Hukum Bisnis Dan Hukum Islam. Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Islam Bandung. 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai