Anda di halaman 1dari 50

LEMBAGA PEMBIAYAAN ONLINE SAAT INI

Makalah

Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Hukum Bisnis

Oleh:

MADE RIYANTI NPM 2111086

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTASEKONOMI dan BISNIS

UNIVERSITAS BATURAJA

2022

DAFTAR ISI

A.Latar belakang........................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 7

E. Kerangka Pemikiran.................................................................................................. 8

F. Metode Penelitian...................................................................................................... 8

G. Sistematika Penelitian..............................................................................................10

BAB II............................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 10

A.Tinjauan Umum Tentang Lembaga Pembiayaan......................................................... 10

1.pengertian umum dan Tujuan Lembaga Pembiayaan....................................................10


1
2. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan...................................................................... 10

jenis-jenis lembaga pembiayaan....................................................................................15

B. Tinjauan Umum Tentang Modal Ventur.................................................................... 15

1. Pengertian Modal Ventura........................................................................................ 15

2. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pembiayaan Modal Ventura................................19

3. Sumber Dana Modal Ventura.................................................................................... 21

5. Bentuk Pembiayaan Modal Ventura...........................................................................23

C. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pembiayaan....................................................... 25

1. Pengertian Perjanjian................................................................................................ 25

2. Asas – asas Dalam Perjanjian.................................................................................... 27

3. Syarat Sahnya Perjanjian.......................................................................................... 29

4. Unsur – unsur Perjanjian...........................................................................................32

5.Hubungan Hukum Dalam Perjanjian...........................................................................33

BAB III.......................................................................................................................... 38

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................................38

A. Hal – Hal Apa Saja Yang Diatur Dalam Perjanjian Kegiatan Modal Ventura Prinsip
Bagi Hasil Antara PT Sarana Surakarta Ventura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha...... 38

B. Perlindungan Hukum Yang Diberikan PT Sarana Surakarta Ventura Terhadap


Perusahaan Pasangan Usaha Dihubungkan Dengan Proses Perjanjian Kegiatan Modal
Ventura Prinsip Bagi Hasil........................................................................................... 45

BAB IV.......................................................................................................................... 48

PENUTUP.................................................................................................................. 48

A. Kesimpuan..............................................................................................................48

B. SARAN.................................................................................................................. 50

C. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 50

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan urusan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal. Dalam Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun
2009 menjelaskan bahwa lembaga pembiayaan sebagai badan usaha uang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Lembaga pembiayaan
merupakan salah satu bentuk usaha yang mempunyai peran sangat penting dalam pembiayaan.
Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga
berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk
menunjang perekonomian nasional.

Menurut Pasal 2 Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan,
lembaga pembiayaan itu sendiri meliputi perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura,
perusahaan pembiayaan infrastruktur. Kegiatan usaha yang dilakukan dalam masing – masing
jenis perusahaan berbeda. Salah satu lembaga pembiayaan yang dapat menjadi pilihan
kalangan bisnis adalah perusahaan modal ventura.

Sejak awal diperkenalkannya pembiayaan melalui modal ventura, pembiayaan ini mempunyai
dua dimensi utama, yaitu dimensi bisnis dan dimensi sosial. Modal ventura berdimensi bisnis
artinya kegiatan pembiayaan melalui nodal ventura bertujuan untuk memberikan keuntungan
finansial bagi perusahaan modal ventura. Modal ventura berdimensi sosial artinya bantuan
pembiayaan dan manajemen melalui modal ventura diarahkan juga untuk membantu usaha
kecil yang sedang mengalami kesulitan modal dalam kegiatan usahanya.

Perusahaan modal ventura merupakan badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan /
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan (investee company) usaha untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi
konversi, dan / atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Dalam investasi
modal ventura biasanya juga memiliki suatu resiko yang tinggi namun memberikan imbalan
hasil yang tinggi pula. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup pemberian bantuan
managerial dan teknikal.

Menurut Dr. Neil Cross yang dimaksud dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang
mengandung risiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaan
– perusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan perusahaan modal

3
ventura menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan manajemen dan
memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang bersangkutan.
Risiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi
pula, yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan
penanaman modal yang bersifat jangka menengah.

Berdasarkan ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, tujuan dari adanya pembiayaan
modal jenis ini antara lain :

1. Pelaksanaan pendirian atau pembentukan suatu perusahaan baru;

2. Membantu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana dalam

pengembangan usahanya terutama pada tahap awal;

3. Membantu perusahaan pada tahp pengembangan suatu produk atau pada

tahap mengalami kemunduran;

4. Merealisasikan suatu gagasan menjadi produk terutama produk teknologi

yang siap dipasarkan tanpa bergabung dari pembiayaan kredit bank;

5. Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri;

6. Mengembangkan proyek penelitian dan pengembangan (research anf

development);

7. Mengembangkan teknologi baru dan alih teknologi

8. Mengalihkan kepemilikan suatu perusahaan.

Dalam modal ventura, bantuan yang diberikan perusahaan modal ventura dengan perusahaan
pasangan usaha dapat meliputi dua hal, yaitu finansial dan manajemen. Sebagaimana halnya
dengan pembiayaan lainnya, maka dalam hal kegiatan pembiayaan modal ventura sendiri
perlu didahului dengan suatuperjanjian dari pihak perusahaan modal ventura dengan
perusahaan pasangan usaha.

Dalam perusahaan modal ventura sendiri kegiatan usaha yang melakukan usaha pembiayaan /
penyertaan modal kedalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham , penyertaan melalui pembelian
obligasi konversi, dan / atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Modal
ventura secara teoritis merupakan sahabat usaha kecil menengah dalam menjalankan
4
usahanya, karena modal ventura memberikan investasi bukan dalam bentuk kredit maupun
pinjaman, tetapi dalam bentuk investasi modal.

Pemerintah juga mengupayakan modal ventura untuk dapat alternatif pembiayaan ditujukan
kepada perusahaan kecil atau masih baru, tetapi berpotensi besar untuk berkembang dan
prospek cerah, bidang teknologi atau nonteknologi, atau usaha yang mengandung terobosan
baru. Perusahaan ini sulit memperoleh kredit perbankan.5 Dalam penyaluran dananya
perusahaan modal ventura melakukan dengan cara langsung dalam bentuk penyertaan saham
pada perusahaan pasangan usaha dan pendirian perusahaan baru, serta penyertaan tidak
langsung dimana menggunakan instrument pembiyaaan obligasi konversi dan pola partisipasi
terbatas/bagi hasil.

Adapun penyertaan modal dalam bentuk partisipasi terbatas/bagi hasil (Profit Sharing)
merupakan bentuk penyertaan oleh perusahaan modal ventura yang didasarkan pada prinsip –
prinsip bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai oleh karena itu hal
– hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk pembiayaan ini adalah kewenangan bertindak
pihak yang mewakili perusahaan pasangan usaha, objek usaha serta jaminan atas pemberian
bantuan dana dan perlindungan hokum perusahaan pasangan usaha dalam kedudukannya
sebagai konsumen pemakai jasa perusahaan modal ventura. Pola bagi hasil ini merupakan
instrument pembiayaan yang dimodifikasi untuk menjembatani kendala pembiayaan bagi
badan usaha yang belum berbadan hukum, terutama usaha kecil. Sistem bagi hasil yang
berkembang di Indonesia pada prinsipnya tidak berbeda dengan pemberian pinjaman dari
perusahaan modal ventura kepada perusahaan pasangan usaha. Secara tidak langsung dengan
diterapkannya perjanjian perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha
dengan prinsip bagi hasil, mengikis karakteristik modal ventura sebagai investasi dengan
risiko tinggi karena perusahaan modal ventura tidak mendapatkan jaminan dari perusahaan
pasangan usaha, sedangkan dalam perjanjian bagi hasil dimungkinkan untuk dicantumkan
klausul jaminan. Prinsip bagi hasil yang menggunakan agunan/jaminan dalam investasinya
berarti mengurangi risiko yang seharusnya ditanggung perusahaan modal ventura dan terjadi
pelimpahan risiko kepada perusahaan pasangan usaha.

Syarat-syarat yang Top of For lazim diperjanjikan dalam perjanjian pemberian modal ventura,
antara lain :

a. Suku bunga atau besarnya presentase bagi hasil dari modal ventura yang diberikan;

b. Jangka waktu penggunaan modal ventura oleh perusahaan pasangan usaha;

c. Cara-cara pengembalian modal ventura dari perusahaan pasangan usaha kepada


perusahaan modal ventura;

5
d. Jaminan atau agunan atas pemberian modal ventura tersebut;

e. Biaya yang harus dikeluarkan dan menjadi tanggungan perusahaan

pasangan usaha;

f. Asuransi jiwa kerugian

g. Bantuan manajemen atau keikutsertaan pihak perusahaan modal ventura

ke dalam manajemen / operasional perusahaan pasangan usaha, dan sebagainya termasuk di


dalamnya syarat yang bisasa disebut juga sebagai syarat-syarat positif covenant dan negative
coventant seperti halnya dengan pemberian kredit oleh bank kepada debiturnya dan atau
perusahaan leasing kepada lessee.

Syarat-syarat tersebut dimasukkan dalam pasal-pasal perjanjian

pemberian modal ventura. Perjanjian dilakukan dengan melaksanakan isi dari perjanjian yang
telah disepakati dan dibuat oleh para pihak. Isi perjanjian merupakan ketentuan – ketentuan
dan syarat – syarat yang berisi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Dalam hal ini
dicerminkan asas kebebasan berkontrak, yakni seberapa jauh pihak – pihak dapat
mengadakan perjanjian, hubungan apa saja yang terjadi diantara mereka dan sampai sejauh
mana hukum yang mengatur hubungan antara mereka.

Dalam pelaksanaan pemberian bantuan pembiayaan perlu dilakukan kesepakatan atau


perjanjian antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha untuk
diberikan penyertaan modal. Namun, pada kenyataannya dalam perjanjian pembiayaan tidak
dilakukan dalam bentuk penyertaan modal, melainkan dapat dikategorikan sebagai perjanjian
pemberian pinjaman / kredit, bahkan dipersamakan dengan kredit perbankan namun pada
dasarnya tetap tidak menghilangkan ciri khas modal ventura seperti negara asalnya hal
tersebut dikarenakan terkait dengan masalah sumber daya manusia, sumber dana, budaya
bisnis masyarakat, motif bisnis perusahaan modal ventura dan minimnya peraturan
perundangan – undangan.

Dari beberapa hal yang penulis sampaikan diatas, maka penulis akan memfokuskan penelitian
dan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Analisis Perjanjian Kegiatan Modal Ventura
Prinsip Bagi Hasil Antara Perusahaan Ventura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha”.

B. Rumusan Masalah

1. Hal-hal apa saja yang diatur dalam perjanjian kegiatan modal ventura prinsip bagi hasil
antara PT Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan pasangan usaha ?

2. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan PT Sarana Surakarta Ventura terhadap


6
Perusahaan pasangan usaha dihubungkan dengan proses perjanjian kegiatan modal ventura
prinsip bagi hasil ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hal – hal apa saja yang diatur dalam perjanjian kegiatan modal ventura
prinsip bagi hasil antara PT Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan pasangan usaha.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan PT Sarana Surakarta Ventura


terhadap Perusahaan pasangan usaha dihubungkan dengan proses perjanjian kegiatan modal
ventura prinsip bagi hasil.

D. Manfaat Penelitian

Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dalam hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
mengenai hal-hal yang terdapat dalam perjanjian kegiatan modal ventura prinsip bagi hasil
antara PT Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan pasangan usaha.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan pengetahuan bagi penulis mengenai perlindungan

hukum yang diberikan PT Sarana Surakarta Ventura terhadap Perusahaan pasangan usaha
dihubungkan dengan proses perjanjian kegiatan modal ventura prinsip bagi hasil.

b. Untuk memberikan pengetahuan terhadap masyarakat umum dalam hal kegiatan usaha
pembiayaan.

E. Kerangka Pemikiran

Lembaga Pembiayaan

Leasing

Factoring

Usaha Kartu Kredit

Pembiayaa n Konsumen

7
Modal Ventura

Perdagang an Surat Berharga

Penyertaan Secara Langsung

Penyertaan Secara Tidak Langsung

Equity Financing

Mendirikan Perusahaan Baru

Semi Equity Financing

Bagi Hasil

Perjanjian Pemberian Modal Ventura

F. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah
yang sistematik untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi yang baru. Pada
dasarnya pemahaman penelitian mengarahkan pada suatu kegiatan terencana dengan
menggunakan metode ilmiah guna menelusuri dan menemukan kebenaran atau
ketidakbenaran suatu gejala atau fenomena. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini didasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum
utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
penelitian hukum yang dimaksudkan untuk menggambarkan sedetail mumgkin tentang suatu
keadaan secara subjektif. Sehingga mampu memecahkan masalah yang akan dikaji.

3. Lokasi Penelitian

Dengan penelitian ini penulis mengambil lokasi di PT Sarana Surakarta Ventura yang
terletak di Jalan M. Saleh Werdisastro Nomor 1, Stabelan, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa
Tengah, 57133. Pemilihan lokasi ini 9 Meray Hendrik Mezak, “Jenis, Metode, Pendekatan

8
Dalam Penelitian Hukum”, Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. V,
Maret 2006, Hal. 86. Karena dengan pertimbangan bahwa sumber data lokasi tepat dengan
penelitian yang akan dikaji berkaitan dengan PT Sarana Surakarta Ventura dalam melakukan
kegiatan usaha pembiayaan.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian perjanjian kegiatan usaha
pembiayaan. Data ini diperoleh dari penelitian di perusahaan ventura di Surakarta yaitu PT.
Sarana Surakarta Ventura yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji.

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari bahan pustaka yang terdiri dari tiga sumber bahan hukum, yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang berasal dari analisa perjanjian kegiatan modal ventura serta peraturan
perundang – undangan serta peraturan lain yang berlaku mengenai penelitian ini.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum yang merupakan literatur – literatur yang berkaitan dengan perjanjian
pembiayaan modal ventura.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang menguatkan dan memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer dan baham hukum tersier yaitu berupa kamus hukum dan bahan dari media internet.

4) Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini menggunakan
cara sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan ini adalah teknik pengumpulan data secara langsung pada objek yang
diteliti di PT. Sarana Surakarta Ventura.

b. Studi Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan mencari, mempelajari peraturan
perundang – undanganan dan bahan hukum lainnya yang mendukung dengan materi
9
penelitian ini.

6) Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan cara
menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat – kalimat. Kemudian
pembahasannya akan ditarik kesimpulan dengan cara berfikir yang didasarkan fakta – fakta.

G. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam mempelajari penjabaran isi dari penelitian ini dan dapat
memberikan gambaran mengenai penelitian ini, maka penulis akan memberikan gambaran
secara garis besarnya sebagai berikut:

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Tentang Lembaga Pembiayaan

1.pengertian umum dan Tujuan Lembaga Pembiayaan

Lembaga Pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden No 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiyaanan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2014 tentang Perizinan
Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan. Menurut Pasal 1 angka Perpres No. 9
Tahun 2009 yang dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang konsumsi.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha
dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan pasal 1 perusahaan pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa.
2. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan.
Hukum pembiayaan konsumen di Indonesian diatur dalam Peraturan Presiden No 9 Tahun
2009 tentang Lembaga Pembiyaanan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
28/POJK.05/2014 Tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan kedua
peraturan tersebut merupakan perkembangan pengaturan pembiayaan konsumen sebagai
lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia. Transaksi pembiayaan konsumen dilakukan tidak
hanya berdasarkan kehendak para pihak saja, yaitu antara perusahaan pembiayaan konsumen
dan konsumen yang di tuangkan dalam bentuk perjanjian, tetapi juga diatur oleh beberapa
peraturan perundang undangan yang bersifat publik administratif. Abdulkadir muhammad
Rilda Murniati berpendapat bahwa pembiayaan konsumen sebagai salah satu bentuk bisnis
pembiayaan bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik perjanjian maupun
perundang-undangan. Perjanjian adalah sumber hukum utama pembiayaan konsumen dari

10
segi perdata, sedangkan undang-undang adalah sumber hukum utama pembiayaan konsumen
dari segi publik.

1. Segi Hukum Perdata

Ada 2 jenis dasar hukum untuk lahirnya kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu asas
kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata.

a. Asas Kebebasan Berkontrak

hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara
tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal
certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarka atas asas kebebasan
berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari
perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana.

Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan dokumen (mail


legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah,
maka akan berlaku sebagi undang-Undang bagi pihak-pihak yaitu perusahaan pembiayaan
konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUHperdata). konsekuensi yuridis selanjutnya.
perjanjian tersebut harus dilaksanaka dengan iktikad baik (in good faith) dan tidak dapat
dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi
sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen.10

b. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang
tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata. Sumber Hukum utama pembiyaan konsumen
adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai habis, perjanjian jual beli bersyarat dan
perjanjian kerjasama yang diataur dalam KUH Perdata. Kedua sumber hukum utama tersebut
dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan konsumen.

1) Perjanjian pakai habis

Perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara perusahaan pembiayaan konsumen


di golongkan ke dalam “perjanjian pinjam pakai habis “ yang diatur dalam Pasal 1754- 1773
KUH Perdata, Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa pinjam pakai habis adalah
perjanjian dengan mana pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada
peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada
pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Dalam pengertian barang pakai habis pakai termasuk juga sejumlah uang yang di pinjamkan
11
oleh pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman adalah perusahaan pembiayaan konsumen yang
berkedudukan sebagai kreditor, sedangkan peminjam adalah konsumen yang berkedudukan
sebagai debitur . Karena barang habis pakai yang dipinjam itu sejumlah uang, maka menurut
Pasal 1765 KUH Perdata Pihak-pihak (perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen )
boleh memperjanjikan pengembalian uang pokok di tambah denganbunga. Berdasarkan
uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tergolong
perjanjian khusus yang objeknya adalah barang habis pakai yang diatur dlam pasal 1754-1773
KUH Perdata. dengan demikian ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap dan sejauh
relevan dengan perjanjian pembiayaan konsumen, kecuali apabila dalam perjanjian diatur
secara khusus menyimpang.

Perjanjian jual beli bersyarat adalah perjanjian yang terjadi antara konsumen sebagai pembeli,
dan produsen (suplier) sebagai penjual, dengan syarat bahwa yang melakukan pembayaran
secara tunai kepada penjual adalah perusahaan pembiayaan konsumen. perjanjian jual beli ini
merupakan perjanjian bersyarat dari perjanjian pembiayaan konsumen sebagai perjanjian
pokok. perjanjian jual beli ini di golongkan kedalam perjanjian jual beli yang diatur dalam
pasal 1457-1518 KUH Perdata, tetapi pelaksanaan peembayaran di gantungkan pada syarat
yang disepakati dalam perjanjian pokok, yaitu perjanjian pembiayaan konsumen. Menurut
Pasal 1513 KUH Perdata bahwa pembeli wajib membayar harga pembelian pada waktu dan
ditempat yang ditetapkan menurut perjanjian. Syarat waktu dan tempat pembayaran di
tetapkan dalam perjanjian pokok, yaitu pembayaran secara tunai oleh perusahaan pembiayaan
konsumen ketika penjual menyerahkan nota pembelian yang ditandatangani oleh pembeli.

Dalam perjanjian jual beli penjual setuju menjual barang secara tunai kepada pembeli, Penjual
setuju bahwa harga akan di bayar oleh perusahaan pembiayaan konsumen ketika surat tanda
pembelian yang di tandatangani oleh pembeli di serahkan kepada perusahaan yang
bersangkutan. Syarat Perjanjian tersebut mengikat penjual dan pembeli sama mengikatnya
dengan perjanjian pembiayaan kosumen sebagai perjanjian pokok, perusahaan pembiayaan
konsumen akan membayar harga pembelian barang yang dibeli oleh konsumen dari penjual
(supplier) manapun.

3) Perjanjian kerjasama

Antara pihak supplier dengan perusahaan pembiayaan Konsumen terdapat perjanjian


kerjasama yang biasanya dituangkan dalam bentuk MoU (Memorandum of Undersanding)
yang biasanya berisi beberapa kesepakatan khusus mengenai potongan harga ,harga
pembayaran total jangka waktu maksimal pembayaran. Pihak perusahaan pembiayaan
konsumen kemudian membayar harga sepeda motor yang tlah disepakati secara tunai kepada
supplier atau delaer, sehingga hubungan yang terjadi dianggap selesai dan supplier atau dealer
hanya mempunyai kewajiban untuk menerahkan barang ke konsumen.

12
2. Segi Perdata Di luar KUH Perdata

Selain dari ketentuan ketentuan dalam Buku III KUH Perdata yang relevan dengan
pembiayaan konsumen, ada juga ketentuan-ketentuan dalam berbagai Undang-Undang di luar
KUH Perdata yang mengatur aspek perdata pembiayaan konsumen. Undang-Undang
dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas dan

peraturan pelaksanaannya. Berlakunya Undang-Undang ini apabila perusahaan pembiayaan


konsumen itu mempunyai bentuk hukum berupa perseroan terbatas.

b. Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dan peraturan pelaksanaanya.


Berlakunya undang-undang ini apabila bentuk badan usaha perusahaan pembiayaan
konsumen adalah koperasi sehingga di dalam pendirian dan kegiatan juga harus mematuhi
ketentuan ketentuan yang di atur dalam undang-undang tersebut.

c. Undang-Undang N0.5 Tahun 1960 tentang ketentuan-ketentuan pokok agraria dan peraturan
pelaksanaanya. Berlaku undang-undang ini apabila perusahaan pembiayaan konsumen
mengadakan perjanjian mengenai hak atas tanah.

d. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan peraturan


pelaksanaanya. Berlakunya Undang-undnag ini apabila perusahaan pembiayaan konsumen
sebagai produsen melakukan pelanggaran atas kewajiban dan larangan undang-undnag yang
secara perdata merugikan konsumen.

e. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata cara

Pendaftaran jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

3. Segi hukum Publik

Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, pembiayaan konsumen banyak
menyangkut kepentingan publik terutama yang bersifat administratif. Oleh karena itu,
perundang- undangan yang bersifat publik yang relevan berlaku pula pada pembiayaan
konsumen. Perundang-undangan tersebut terdiri atas undnag –undang, keputusan presiden
dan keputusan menteri.15

a. Undang-Undang di bidang Hukum Publik

Berbagai undang-undang di bidang administrati negara yang menjadi sumber hukum utama
pembiayaan konsumen adalah sebagai berikut ;

13
1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar

perusahaan dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang- undang ini apabila


perusahaan pembiayaan konsumen berurusan dengan pendaftaran perusahaan pada waktu
pendirian, pendaftaran ulang dan pendaftaran likuidasi perusahaan .

2) Undang-undang No.12 Tahun 1985 Berlakunya undang-undang ini karena perusahaan


pembiayaan konsumen wajib membayar pajak bumi dan bangunan, penghasilan dan
pertambahan nilai Peraturan tentang Lembaga pembiayaan.

Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur pembiayaan konsumen antara lain
adalah :

1) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

pembiayaan. Di dalamnya memuat tentang pengakuan bahwa pembiayaan konsumen sebagai


salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan. Bentuk hukum perusahaan pembiayaan
konsumen adalah Perseroan terbatas atau koperasi, dan dalam kegiatannya dilarang menarik
dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat
sanggup bayar (promissory note.

Undang-undang No 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan dan Peraturan Pelaksanaanya.


Berlakunya Undang-Undang ini karena perusahaan pembiayaan konsumen melakukan
pembukuan perusahaan dan pemeliharaan dokumen perusahaan. Undang-undang No.8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pelaksanaanya, berlakuya undang-
undang ini apabila perusahaan pembiayaan konsumen melanggar kewajiban dan larangan
undang-undang-yang merugikan masyarakat konsumen dan / atau negara.

tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan pembiayaan ini mengatur tentang
kegiatan perusahaan pembiayaan konsumen bentuk badan hukum, izin usaha, besaran modal,
pembinaan dan pengawasan, sumber daya manusia,pengembangan tenaga kerja keanggotaan
organisasi,unit usaha syariah,laporan perubahan anggaran dasar,pecabutan izin
usaha,perusahaan pembiayaan di bidang ketenagalistrikan dan pelayaran serta sanksi apabila
perusahaan pembiayaan konsumen melakkan kegiatan yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuann dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2014 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan pembiayaan

3.jenis-jenis lembaga pembiayaan

Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang
14
khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang,
Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit pengertian penjelasan diatas antara lain
yaitu :

1. Sewa Guna Usaha


Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance Lease)
maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh
Penyewa Guna Usaha (Lessee)
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
2. Modal Ventura
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu
dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
3. Anjak Piutang
Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut.
4. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran.
5. Kartu kredit Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian
barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.

B. Tinjauan Umum Tentang Modal Ventur

1. Pengertian Modal Ventura

Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris yaitu
Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko, sehingga modal ventura
banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang mengandung risiko pada suatu
usaha atau perusahaan, atau dapat pula diartikan sebagai usaha15. Menurut Dictionary of
Business, modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu
perusahaan yang melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di
atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, modal ventura disebut
juga sebagai modal yang berisiko tinggi.

Istilah modal ventura menurut The Encyclopedia of Private Equity and Venture Capital dapat
15
diartikan sebagai serangkaian kesempatan untuk melakukan investasi; bisnis yang
menjanjikan; modal dan pendampingan manajemen yang disediakan oleh individu maupun
perusahaan. The Bank of England Quarterly Buletin juga memberikan pengertian modal
ventura adalah suatu aktivitas dengan mana pihak investor mendukung bakat-bakat
enterpreneur dengan skill finansial dan bisnis, untuk memanfaatkan pasar dan selanjutnya,
pengertian Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan
Presiden Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk
penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/ atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Definisi yang sama diulang kembali pada Pasal 1
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal
Ventura18

2. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura

Sebagai institusi bisnis, usaha modal ventura memiliki orientasi untuk memperoleh
keuntungan yang besar mengingat usaha jenis ini mempunyai tingkat resiko yang tinggi (high
risk). Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi
Humanistik (Humantistic Institution), yaitu lembaga penolong bagi usaha yang masih lemah.
Di sini usaha modal ventura dapat memberikan banyak manfaat bagi pengembangan usaha,
khususnya bagi usaha kecil yang terdapat di Indonesia20. Berdasarkan ketentuan yang ada
dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/ PMK.010/ 2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura, tujuan dari adanya pembiayaan modal jenis ini antara lain:

a) Pelaksanaan pendirian atau pembentukan suatu perusahaan baru;

b) Membantu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana dalam

pengembangan usahanya terutama pada tahap awal;

c) Membantu perusahaan pada tahap pengembangan suatu produk atau

pada tahap mengalami kemunduran;

d) Merealisasikan suatu gagasan menjadi produk terutama prosuk teknologi yang siap
dipasarkan tanpa bergabung dari pembiayaan kredit bank;

e) Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri;

f) Mengembangkan proyek penelitian dan pengembangan (research and development);

g) Mengembangkan teknologi barudan alih teknologi;

16
h) Mengalihkan kepemilikan suatu perusahaan.

Sebagai salah satu lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura ini sebagai ciri khasnya.
Bantuan keuangan yang diberikan bersifat sebagai penyertaan modal saham (equity share)
yang ditambah dengan pinjaman jangka menengah dan panjang. Disamping itu diberikan juga
bantuan manajemen secara langsung maupun yang bersifat konsultasi. Dengan pola
penyertaan saham dalam usaha kecil perusahaan modal ventura telah berperan secara nyata
dalam memperkuat struktur permodalan perusahaan yang dibantunya. Selain dari berbagai
macam tujuan sebagaimana yang telah diuraikan diatas, pembiayaan modal ventura juga
memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1) Memungkinkan Berhasilnya Usaha Lebih Besar

Sebuah perusahaan yang tidak memiliki kriteria mumpuni dalam menjalankan usahanya
akan menghadapi risiko investasi yang akan. menghancurkan usahanya yang sebenarnya
memiliki prospek dan potensi besar untuk berkembang. Dengan masuknya modal ventura
yang memiliki kemampuan manajemen dan latar belakang bisnis yang kuat sebagai mitra
usaha, risiko usaha tersebut dapat dikurangi.

2) Meningkatkan Kemampuan Memperoleh Keuntungan

Pembiayaan melalui modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal, sehingga


investee company tidak perlu mengeluarkan biaya rutin dalam bentuk bunga dan cicilan
pinjaman yang akan mempengaruhi cashflow perusahaan. Jangka waktu pembiayaan modal
ventura relatif panjang, sehingga perusahaan dapat menggunakan dana tersebut untuk
investasi jangka panjang pula. Penambahan modal perusahaan yang bersumber dari
penyertaan modal ventura akan memperkecil rasio debt equity perusahaan yang secara
langsung tentu akan memperkecil beban biaya bunga. Kecilnya beban biaya bunga yang
ditanggung jelas akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperbesar perolehan
laba operasinya.

3) Meningkatkan Bankabilitas

Perusahaan yang baru didirikan sering mengalami kesulitan memperoleh pembiayaan


karena memiliki tim manajemen yang lemah di samping struktur permodalan yang kuat.
Akibatnya, pemilik dan kurang berminat memberi pinjaman kepada perusahaan baru,
masuknya perusahaan modal ventura ke dalam perusahaan yang bersangkutan jelas akan
meningkatkan kepercayaan para calon kreditur pada perusahaan tersebut.

4) Meningkatkan Likuiditas Keuangan

Pembiayaan modal ventura dengan cara penyertaan modal akan mengurangi beban biaya

17
bunga perusahaan. Di samping itu, likuiditas perusahaan tidak perlu terganggu karena
perusahaan tidak memiliki beban pembayaran cicilan atas pinjaman seperti halnya kalau
menerima pembiayaan kredit melalui bank. Oleh karena itu, penyertaan modal ventura secara
langsung memiliki dampak positif terhadap meningkatnya likuiditas keuangan perusahaan.

5) Meningkatkan Efisiensi Pendistribusian Produk

Pada awal berproduksinya perusahaan biasanya jumlah produk tidak akan efisien apabila
pendistribusian ditangani sendiri karena volume produksi belum ekonomis untuk dilakukan
distribusi sendiri. Untuk mengatasi keterbatasan ini perusahaan modal ventura yang memiliki
jaringan distribusi atau pemasaran yang luas dapat diajak serta untuk membiayai dengan cara
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya.

4. Karateristik Modal Ventura

Konsep dasar modal ventura adalah pembiayaan dalam bentuk pernyataan modal equity
ke dalam perusahaan pasangan usaha. Pernyertaan modal oleh perusahaan modal ventura ini
tidak dapat disamakan dengan penyertaan biasa, dan tidak juga semua penyertaan modal pada
perusahaan lain dapat digolongkan sebagai pembiayaan modal ventura. Pembiayaan modal
ventura mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan usaha lain
sekalipun usaha tersebut sejenis. Beberapa karakteristik yang melekat pada usaha modal
ventura tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pemberi bantuan finansial dalam bentuk modal ventura tidak hanya menginvestasikan
modalnya saja, tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibentuknya.

b) Investasi yang dilakukan tidak bersifat permanen, tetapi hanya bersifat sementara, untuk
kemudian hingga jangka waktunya berakhir dilakukan divestasi.

c) Motif dari modal ventura adalah motif bisnis yaitu mendapatkan keuntungan
setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko yang relatif tinggi pula.

d) Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan ke perusahaan pasangan usahanya
bukan investasi jangka pendek, tetapi merupakan investasi jangka menengah atau jangka
panjang.

e) Modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan/ collateral sehingga dibutuhkan


kehati-hatian dan kesabaran.

f) Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk
partisipasi equity/ saham, atau setidak-tidaknya loan/ pinjaman yang dapat dilakukan ke
equity/ saham. Sehingga return/ kembalinya yang diharapkan oleh perusahaan modal ventura
bukanlah bunga atas modal yang ditanam, melainkan deviden/ pembagian laba dan capital
18
gain/ laba.

g) Prototype/ model dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang
ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi memiliki potensi untuk
berkembang.

h) Investasi modal ventura biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses
untuk mendapatkan kredit perbankan.

5. Para Pihak dalam Pembiaayan Modal Ventura a. Skema Pembiayaan Modal Ventura

Pihak Penyandang Dana

Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan Pasangan Usaha

2. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pembiayaan Modal Ventura

1) Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan


pasal 1 angka 3, yang dimaksud dengan Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital
Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/ penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi
konversi dan/ atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha24.

2) Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan


Modal Ventura pasal 1 angka 3, yang dimaksud dengan Perusahaan Pasangan Usaha adalah
perusahaan atau usaha mikro, kecil, dan menengah yang menerima bantuan pembiayaan dan/
atau penyertaan dari Perusahaan Modal Ventura.

3) Pihak Penyandang Dana

Adakalanya dalam suatu bisnis modal ventura terlibat juga pihak penyandang dana dan
pihak ketiga. Pihak penyandang dana ini sendiri dapat berupa perusahaan modal ventura yaitu
para pemegang saham dan pihak ketiga adalah suatu lembaga di luar perusahaan modal
ventura yang menyalurkan dananya untuk kegiatan modal ventura. Misalnya sebagaian dari
dana bank yang disalurkan untuk kegiatan modal ventura.

4) Notaris

19
Hubungan kontrak antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan
Usaha dalam bentuk tertulis mewajibkan adanya notaris yang merupakan salah satu pihak
dalam kegiatan bisnis pembiayaan dalam pembentukan akta-akta/ perjanjian-perjanjian
sebagai alat bukti bahwa kedua belah pihak telah melaksanakan perjanjian.

c. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pembiaayan Modal Ventura

1) Hak dan Kewajiban Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan Modal Ventura memiliki hak dan kewajiban dalam pembiayaannya terhadap
perusahaan pasangan usaha. Hak dan kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Wajib memiliki piutang pembiayaan minimal 40% dari keseluruhan aktiva perusahaan
pasangan usaha.

b) Tidak dikenai pajak pertambahan nilai terhadap jasa modal ventura yang diberikan.

c) Tidak dikenai pajak penghasilan, mengingat perusahaan modal ventura merupakan


alternatif pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kepada perusahaan-perusahaan yang
belum memiliki akses ke bursa efek.

d) Menerapkan sistem lembaga keuangan ramah lingkungan hidup, yaitu suatu sistem
lembaga keuangan yang menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem lembaga keuangan non bank.

2) Hak dan Kewajiban Perusahaan Pasangan Usaha

Perusahaan pasangan usaha memiliki hak dan kewajiban untuk memperhatikan calon
Perusahaan Modal Ventura yang akan membiayai bisnisnya, dimana hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain.

a) Kualitas dan karateristik perusahaan pasangan usaha yang berkaitan dengan komitmen
kepada manajemen perusahaan, kesabaran dalam menerima return on investment, kejujuran,
kemudahan dalam bekerjasama, cepat dan efisien dalam pemberian respons.

b) Pengalaman dari perusahaan modal ventura dan track record yang berhubungan dengan
reputasi dan lamanya perusahaan tersebut telah beroperasi.

c) Pertimbangan finansial yang meliputi biaya dalam pengadaan dana, kemungkinan


pembelian kembali equity yang sudah terjual serta kapasitas kekuatan finansial dari
perusahaan pasangan usaha.

3. Sumber Dana Modal Ventura

Sumber dana modal ventura dapat berasal dari berbagai sumber, anatara lain sebagai
20
berikut :

1. Investor Perseorangan

Salah satu sumber dana modal ventura berasal dari investor individu. Hanya saja, proses
untuk menarik investor perseorangan yang ingin mengikutsertakan dananya dalam suatu
usaha modal ventura tidak semudah yang dipirkirka, kalau tidak ingin dikatakan sulit. Hal ini
disebabkan bisnis modal ventura memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis investasi lainnya. Umumnya, investor perseorangan lebih menyukai dan
cenderung melakukan investasi pada usaha yang telah berjalan lancar dan bersifat jangka
pendek. Investor individu yang memiliki kesabaran dan kesiapan untuk menerima dan
menanggung risiko tinggi dalam suatu usaha dianggap sebagai seorang venture capitalist
murni karena dalam usaha modal ventura sulit diharapkan akan memberi hasil yang besar atas
investasi yang ditanam dalam kurun waktu satu atau dua tahun.

2. Investor Institusi

Biasanya perusahaan-perusahaan besar, terutama di negara-negara industri, memiliki


suatu divisi tersendiri yang khusus menangani bisnis modal ventura. Tugas divisi khusus ini
adalah menampung dan mengevaluasi suatu ide-ide, terutama dalam bidang teknologi, yang
dapat dikembangkan menjadi suatu produk teknologi baru yang dapat dipasarkan.
Keikutsertaan investor institusi ini merupakan alternatif sumber dana modal ventura.

3. Perusahaan Asuransi dan Dana Pensiun

Lembaga keuangan non-bank ini merupakan sumber dana modal ventura yang cukup
besar. Potensi lembaga ini sebagai investor dalam usaha modal ventura didukung oleh sumber
dananya yang berjangka panjang.

4. Perbankan

Sumber dana modal ventura dapat diperoleh dari bank-bank yang tertarik melakukan
jangka pendek, sementara modal ventura bersifat jangka panjang. Dana-dana yang berasal
dari bank sebaiknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dengan pola bagi
hasil yang berjangka waktu pendek.

5. Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan internasional dapat menjadi sumber dana modal ventura, terutama yang
berkaitan dengan upaya untuk membantu pengembangan sektor- sektor tertentu. Kelebihan
sumber dana ini, disamping berbiaya murah, juga biasanya memiliki jangka waktu panjang
dengan masa tenggang waktu. Perolehan sumber dana ini, umumnya, dilakukan melalui two
step loan dari pemerintah.
21
` 4. Mekanisme Modal Ventura

Karakteristik yang sangat menonjol dalam usaha modal ventura berkaitan dengan risiko.
Besarnya risiko yang mungkin dihadapi dalam bisnis modal ventura ini menyebabkan
tingginya expected return yang diharapkan oleh venture capitalist. Oleh karena itu, modal
ventura lebih cenderung membiayai usaha yang menjanjikan keuntungan yang lebih besar,
seperti usaha-usaha baru di bidang pengembangan teknologi. Bahkan, perusahaan modal
ventura bersedia untuk membiayai gagasan- gagasan yang diperkirakan akan dapat
dikembangkan menjadi suatu realita usaha yang memberikan keuntungan yang berlipat.

Ciri-ciri utama modal ventura adalah pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal saham
(equity financing) dengan jangka waktu tertentu. Dalam perkembangannya, penyertaan modal
tersebut, lebih lanjut, dapat dimodifikasi menjadi semi equity financing. Di samping itu,
karakteristik lain modal ventura adalah tingginya risiko yang mungkin dihadapi oleh
pemodal.

Mekanisme modal ventura, pada prinsipnya, merupakan suatu proses yang menggambarkan
arus investasi, yang dimulai dari masuknya pemodal dengan membentuk suatu pool of funds,
proses pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha, sampai proses penarikan kembali
penyertaan tersebut (divestasi). Sebagaimana dijelaskan di atas, pada hakikatnya, modal
ventura adalah kumpulan dana (pool of funds) yang berasal dari investor, dan dikelola secara
profesional untuk diinvestasikan kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Oleh karena
itu, dalam mekanisme modal ventura, paling sedikit ada tiga unsur yang terlibat secara
langsung, yaitu ;

a. Pemilik modal yang menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang dimilikinya.
Modal dari berbagai sumber atau investor tersebut dihimpun dalam suatu wadah atau lembaga
khusus yang dibentuk untuk itu; atau disebut venture capital funds.

b. Profesional yang mempunyai keahlian dalam mengelola investasi dan mencari jenis
investasi potensial. Profesional ini dapat berupa lembaga yang disebut perusahaan manajemen
atau management venture capital fund company

c. Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya. Perusahaan yang


dibiayai ini disebut investee company atau perusahaan pasangan usaha.

Di Indonesia, mekanisme modal ventura dengan konsep pemisahan antaraventure capital fund
dengan management venture capital company tidak dikenal dalam aturan perundangan modal
ventur. Pada prinsipnya, perusahaan modal ventura yang telah memperoleh izin usaha dari
Menteri Keuangan, dapat mengelola atau dikelola oleh perusahaan modal ventura lainnya.
Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan investasi modal ventura dalam mekanisme modal

22
ventura konvensional, dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal ventura itu sendiri
sebagai badan hukum, atau dengan kata lain, suatu perusahaan modal ventura dapat sebagai
venture capital fund dan dalam waktu yang sama menjadi management venture capital
company. Oleh karena itu kebijakan dan analisis investasi : pelaksanaan monitoring ;
keterlibatan pada manajemen perusahaan pasangan usaha; serta pelaksanaan dalam proses
divestasi, dilakukan oleh perusahaan modal ventura yang bersangkutan.

Mekanisme modal ventura dengan pendekatan venture capital fund company, berbeda dengan
metode pertama, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pelaksanaan semua kebijakan dan
srategi investasi mulai dari analisis, monitoring, sampai pada proses divestasi dan review
merupakan tugas dan tanggung jawab perusahaan manajemen investasi. Semua tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya tersebut didasarkan pada kesepakatan yang telah
diatur dalamm perjanjian kontrak manajemen. Atas tanggung jawabnya tersebut, perusahaan
manajemen mendapatkan contract fee atau management fee dan success fee.

5. Bentuk Pembiayaan Modal Ventura

Modal ventura sendiri terbagi dalam tiga jenis yaitu berdasarkan cara pemberian dana,
cara menghimpun dana, dan berdasarkan kepemilikan dana. Berikut penjelasan lebih detil
tentang jenis modal tersebut.

1. Berdasarkan Pemberian Dana

Jenis modal ventura berdasarkan cara pemberian dana diperoleh dari investor. Jenis ini
terbagi lagi menjadi dua bagian yakni bantuan manajemen dan juga bantuan finansial. Dari
pemberian kedua jenis bantuan ini maka terdapat dua jenis bantuan, yaitu:

A.Single Tier Approach

Single tier approach merupakan perusahaan yang menampung dana. Di sini, mereka juga
mengelola dana tersebut untuk diinvestasikan ke dalam bentuk penyertaan modal di suatu
perusahaan pasang usaha.

B.Two Tier Approach

Sementara, two tier approach merupakan modal yang dihimpun oleh dua badan usaha
maupun terpisah. Mereka adalah suatu perusahaan sebagai penyedia dana ataupun fund
company dan satunya sebagai management company. Management company akan bertindak
mengelola dana dari fund company.

23
2. Berdasarkan Cara Penghimpunan

Jenis modal ventura ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu equity venture capital.dan
leverage venture capital.

A.Equity Venture Capital

Equity venture capital adalah jenis pendanaan yang bersumber dari suatu perusahaan modal
ventura. Untuk dana yang dikumpulkan sebagian besar berasal dari modal pribadi.

B.Leverage Venture Capital

Leverage venture capital adalah jenis pendanaan yang bersumber dari suatu perusahaan modal
ventura. Namun, akan dikumpulkan dalam wujud pinjaman yang berasal dari berbagai pihak.

1. Berdasarkan Kepemilikan

Modal ventura berdasarkan kepemilikan dibedakan menjadi empat bagian, yakni:

A.Private Venture Capital Company

Private venture capital company merupakan perusahaan yang belum go public. Dengan kata
lain, perusahaan ini belum menjual lembaran sahamnya di lantai bursa.

B.Public Venture Capital Company

Sementara, public venture capital company adalah perusahaan modal ventura yang sudah
menjuallembaran sahamnya di lantai bursa.Bank Affiliate Venture Company Perusahaan
modal ventura ini didirikan oleh beberapa pihak bank. Mereka tergolong mengalami surplus
dana atau mempunyai tujuan khusus dalam hal modal ventura.

C.Conglomerate Venture Capital

Sedangkan yang terakhir adalah conglomerate venture capital. Perusahaan modal ventura
inidibangun oleh beberapa perusahaan besar.Itulah tadi penjelasan tentang modal ventura.
Kalau Anda membutuhkan modal tersebut, cobalah ajukan kepada perusahaan pendanaan.

C. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pembiayaan

1. Pengertian Perjanjian

Istilah perikatan merupakan terjemahan dari kata “verbintensis” yang dari segi
berasal dari kata kerja “verbinden” yang artinya mengikat. Adapun pengertian perikatan
menurut para sarjana adalah sebagai berikut:
24
Menurut R. Setiawan adalah “suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua
orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain
berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi”.

Pengertian perikatan yang lain diungkapkan oleh Abdulkadir Muhammad, yaitu “hubungan
hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang lain karena perbuatan, peristiwa,
atau keadaan.

Sedangkan menurut Prof. Subekti perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua
orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan pihak yang lain tersebut berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Pihak
yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si berpiutang. Sedangkan pihak yang
berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.

Pengertian perikatan yang lain diungkapkan oleh J. Satrio, yaitu hubungan hukum antara dua
pihak dimana disatu pihak ada hak dan dilain pihak ada kewajiban.39

Dengan mempelajari pendapat-pendapat mengenai pengertian perikatan, maka penulis lebih


cenderung memilih pengertian perikatan yang diungkapkan oleh Abdulkadir Muhammad.
Yang dimaksud dengan hubungan hukum yaitu hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dan terjadi karena perbuatan, peristiwa, dan keadaan.
Contoh perbuatan adalah jual beli barang, contoh dari peristiwa adalah lahirnya seorang bayi,
matinya orang, dan contoh dari keadaan adalah letak pekarangan yang berdekatan.

Buku ke III (Burgerlijk Wetboek) mengatur mengenai hukum perikatan. Bagian umum terdiri
dari empat (IV) bab dan bagian khusus terdiri dari lima belas (XV) bab. Bagian umum bab I
mengatur ketentuan- ketentuan untuk semua perikatan baik yang timbul dari persetujuan
maupun undang-undang.40 Dalam bab II diatur ketentuan-ketentuan mengenai
perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan.41 Sedangkan bab III yang berjudul
“perikatan-perikatan yang timbul dari undang-undang”, hanya terdapat dua ketentuan umum,
yaitu Pasal 1352 dan Pasal 1353 dan 38 R.

selanjutnya mengatur tiga perikatan-perikatan khusus yang terjadi karena undang-undang,


yaitu perwakilan sukarela, pembayaran yang tidak terutang, dan perbuatan melawan
hukum.42 Dalam bab IV mengatur ketentuan- ketentuan tentang cara hapusnya
perikatan-perikatan, tanpa memperhatikan apakah perikatan itu terjadi karena persetujuan
atau undang-undang.

Pada bab V sampai dengan bab XVIII dan bab VII A mengatur mengenai
persetujuan-persetujuan bernama (tertentu). Dalam bab ini terdapat persetujuan-persetujuan
yang seringkali dibuat dalam masyarakat, misalnya jual-beli, sewa-menyewa, pemberian

25
kuasa, dan sebagainya. Selain itu terdapat juga persetujuan-persetujuan yang tidak begitu
penting artinya bagi masyarakat : tukar-menukar, pinjam pakai, bunga tetap atau bunga abadi.
Beberapa persetujuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) :
perseroan, asuransi, komisioner, makelar, pengangkutan.

Walaupun banyak persetujuan-persetujuan yang belum diatur dalam undang-undang, akan


tetapi karena BW menganut asas kebebasan berkontrak, yang artinya bahwa setiap orang
adalah bebas untuk membuat persetujuan apapun selain yang telah diatur oleh undang-undang,
maka tidak tertutup kemungkinan bagi para pihak untuk membuat persetujuan- persetujuan
tersebut.

Peraturan perundang-undangan mengenai hukum persetujuan bersifat menambah (aanvullend


recht), yang artinya pihak-pihak dalam membuat persetujuan bebas untuk menyimpang dari
pada ketentuan- ketentuan tersebut dalam BW.

Mengenai kebebasan pihak-pihak untuk membuat persetujuan- persetujuan diadakan beberapa


pembatasan, yaitu tidak boleh melanggar : hukum yang bersifat memaksa, ketertiban umum,
dan kesusilaan.

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata “overeenkomst”, overeenkomst ditinjau


dari segi bahasa berasal dari kata kerja “overeenkomen” yang artinya setuju atau sepakat.48
Selain itu, “overeenkomst” diterjemahkan oleh para sarjana dalam dua istilah, yaitu perjanjian
dan persetujuan, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama, yaitu sama-sama
terjadi atas dasar kata sepakat dari masing- masing pihak.49 Dalam karya tulis ini penulis
cenderung menggunakan istilah perjanjian, karena bila menggunakan istilah persetujuan
dikhawatirkan akan terjadi kerancuan dalam Pasal 1320 Kitab Undang- undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) yaitu mengenai syarat sahnya perjanjian dimana salah satunya adalah
persetujuan atau kesepakatan. Sehingga, jika overeenkomst diterjemahkan sebagai
persetujuan akan menimbulkan kejanggalan.

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih. Pengertian perjanjian yang diatur Pasal 1313 KUHPerdata tersebut
ternyata belum cukup jelas karena rumusan tersebut tidak memberi batasan-batasan yang
tegas dan pada satu sisi kurang lengkap. Terlalu luas maksudnya adalah tidak adanya
pembatasan pada kata perbuatan. Adapun yang dimaksud dengan kurang lengkap adalah
karena kata mengikatkan diri mengandung arti perjanjian sepihak saja, sedangkan dalam
kenyataannya perjanjian timbal baliknya yang banyak dilakukan.

Untuk mendapatkan definisi yang lebih jelas tentang perjanjian, maka digunakan doktrin atau
pendapat para sarjana hukum lainnya. Adapun pengertian perjanjian menurut para sarjana
26
adalah sebagai berikut:

Menurut R. Setiawan, “Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. R. Subekti mendefinisikan perjanjian
sebagai “suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang
atau lebih saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal”.

Sementara itu, Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu hubungan
dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hak dan kewajiban”.

Dengan mempelajari pendapat-pendapat mengenai pengertian perjanjian pada umumnya


maka penulis lebih cenderung memilih pengertian perjanjian menurut Sudikno Mertokusumo
telah mencerminkan apa yang dimaksud dengan perjanjian itu, yaitu suatu hubungan yang
mempunyai arti perbuatan atau tindakan untuk saling mengikatkan diri antara dua pihak
berdasarkan kata sepakat yang berarti para pihak setuju melakukan suatu hubungan dan
sepakat mengenai hal-hal yang telah dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki
pihak yang lainnya dimana hubungan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban. Pengertian
hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan
yang dilindungi oleh hukum. Baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah
sesuatu yang patut atau layak diterima sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau
tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan. Selain itu, pengertian perjanjian menurut Sudikno Mertokusumo dapat
dikatakan telah mencakup pengertian perjanjian yang diungkapkan oleh R setiawan dan R.
Subekti.

2. Asas – Asas Dalam Perjanjian

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum modal ventura selalu dibuat tertulis sebagai dokumen hukum yang menjadi
dasar kepastian hukum (legal certainty). Kontrak modal ventura dibuat berdasarkan asas
kebebasan berkontrak, memuat rumusan kehendak berupa kewajiban dan hak pihak
Perusahaan Modal Ventura dan pihak Perusahaan Pasangan Usaha. Kontrak modal ventura
merupakan dokumen hukum utama (main legal document) dibuat secara sah memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijk Wetboek). Akibat hukum kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pasangan Usaha (Pasal 1338
ayat (1) KUHPdt). Konsekuensi yuridis selanjutnya, kontrak harus dilaksanakan dengan itikad
baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). Kontrak
modal ventura berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah.

27
2) Asas Konsensualisme

Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihakpihak yang membuat
perjanjian. Dengan asas konsensualisme, perjanjian dikatakan telah lahir jika ada kata sepakat
atau persesuaian kehendak diantara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Menurut
Subekti, arti dari Asas Konsensualisme (Konsensualitas) adalah pada dasarnya perjanjian dan
perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.
Dengan kata lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang
pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.

3) Asas Kekuatan Mengikat atau Pacta Sunt Servanda

Dengan adanya janji timbul kemauan bagi para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan
untuk saling mengikatkan diri. Kewajiban kontraktual tersebut menjadi sumber bagi para
pihak untuk secara bebas menentukan kehendak tersebut dengan segala akibat hukumnya.
Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak secara bebas mempertemukan kehendak
masing-masing. Kehendak para pihak inilah yang menjadi dasar kontrak. Terjadinya
perbuatan hukum itu ditentukan berdasarkan kata sepakat. Dengan adanya konsensus dari
para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat perjanjian
sebagaimana layaknya undang-undang (pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang
dalam suatu hubungan menjadi hukum bagi mereka. Asas inilah yang menjadi kekuatan
mengikatnya perjanjian. Ini bukan kewajiban moral, tetapi juga kewajiban hukum yang
pelaksanaannya wajib ditaati.

4) Asas Idtikad Baik (Utmost Good Faith)

Asas ini diatur dalam pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi bahwa suatu perjanjian
harus dilaksanakan dengan idtikad baik. Idtikad baik yang dimaksud bersifat dinamis, dimana
perbuatan harus dilaksanakan dengan kejujuran yang berjalan dalam hati sanubari seorang
manusia. Manusia sebagai anggota masyarakat harus jauh dari sifat yang merugikan pihak
lain, atau mempergunakan kata-kata yang membingungkan pada saat kedua belah pihak
membuat suatu perjanjian. Para pihak dalam suatu perjanjian tidak boleh mempergunakan
kelalaian pihak lain untuk menguntungkan diri pribadi. Idtikad baik yang dimaksud dalam
pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata tidak harus diinterpretasikan secara gramatikal, bahwa itikad
baik tersebut hanya muncul pada tahap pelaksanaan perjanjian saja. Itikad baik harus dilihat
sebagai keseluruhan proses kontraktual, artinya itikad baik harus melandasi hubungan para
pihak pada keseluruhan tahap perjanjian. Dengan demikian fungsi idtikad baik bersifat
dinamis dikarenakan melingkupi seluruh proses perjanjian tersebut.

3. Syarat Sahnya Perjanjian

28
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata telah ditetapkan adanya empat syarat yang menentukan sah
atau tidaknya suatu perjanjian, keempat syarat itu bersifat mutlak sehingga harus dipenuhi
oleh para pihak yang melakukan perjanjian agar perjanjian yang mereka buat sah secara
hukum. Keempat syarat seperti yang dimaksudkan pada Pasal 1320 KUHPerdata adalah
sebagai berikut:

A. Sepakat mereka mengikatkan dirinya;

B. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

C. Sebab hal tertentu;

D. Suatu sebab yang halal;

Keempat syarat perjanjian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Kata Sepakat

Seperti yang telah ditentukan pada Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian
yang pertama adalah sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, maksudnya para pihak yang
mengadakan perjanjian setuju mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan. Apa
yang telah dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki pihak yang lainnya.

Menurut J. Satrio, orang dikatakan telah memberikan persetujuan atau sepakatnya


(toesteming), jika orang memang menghendaki apa yang disepakati. Jika demikian, sepakat
sebenarnya, merupakan pertemuan antara dua pihak yang satu saling mengisi dengan apa
yang dikehendaki pihak yang lain.

Menurut R. Subekti, kesepakatan berarti penyesuaian kehendak. Namun kehendak atau


keinginan ini harus dinyatakan. Kehendak atau keinginan yang disimpan dalam hati tidak
mungkin diketahui oleh pihak yang lain dan karenanya tidak ada paksaan yaitu apabila orang
yang melakukan perbuatan itu tidak berada dibawah ancaman atau sedang diancam, baik
dengan kekerasan jasmani maupun rohani (yaitu dengan upaya menakut-nakuti).

Kekhilafan atau kekeliruan terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang apa yang menjadi
pokok dari apa yang telah diperjanjikan atau tentang sifat-sifat yang penting dari barang yang
menjadi objek perjanjian atau mengenai orang dengan siapa diadakan perjanjian itu.
Kekhilafan itu harus sedemikian rupa sehingga seandainya orang itu tidak khilaf mengenai
hal-hal itu, ia tidak memberi persetujuan.

Dalam perjanjian atau kesepakatan juga tidak boleh ada unsur penipuan. Tindakan menipu
menurut Undang-undang yaitu dengan sengaja melakukan tipu muslihat, dengan memberikan
keterangan palsu dan tidak benar membujuk pihak lawannya supaya menyetujui (Pasal 1323

29
KUHPerdata).

Meskipun ada perjanjian yang cacat karena adanya kesepakatan yang mengandung
unsur-unsur tersebut di atas, maka perjanjian ini tetap mengikat para pihak sebelum
dibatalkan oleh hakim atas dasar permohonan pembatalan dari pihak yang memiliki hak untuk
meminta pembatalan.

Namun pada perkembangannya ada yurisprudensi yang mengatur alasan untuk menyatakan
batal atau membatalkan suatu perjanjian yakni penyalah gunaan keadaan. Penyalahgunaan
keadaan terdiri atas dua unsur yaitu : sangat merugikan salah satu pihak (dari segi isinya) dan
penyalahgunaan kesempatan oleh pihak yang lain pada saat terjadinya perjanjian (dari segi
terjadinya). Penyalahgunaan dibagi menjadi dua yakni penyalah gunaan psikologi dan
penyalahgunaan keadaan ekonomi.

B. Kecakapan

Untuk sahnya perjanjian juga diperlukan kecakapan para pihak. Menurut KUHPerdata
orang yang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum adalah apabila ia sudah dewasa dan
cakap bertindak. Yang dimaksud dewasa adalah orang yang sudah berusia 21 tahun keatas
atau orang yang belum genap 21 tahun akan tetapi telah pernah menikah sebelumnya, hal ini
sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata.

Berdasarkan Pasal 39 dan 40 UU Jabatan Notaris 18 tahun untuk penghadapan dan 18 tahun
untuk saksi. Sedangkan orang yang cakap bertindak hukum adalah orang yang tidak
diletakkan dibawah pengampuan.

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang yang tidak cakap melakukan perjanjian adalah :63

a) Orang yang belum dewasa;

b) Mereka yang di bawah pengampuan;

c) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

Undang-undang dan pada umumnya semua orang pada siapa Undang-undang telah melarang
membuat persetujuan-persetujuan tertentu. Bagi mereka yang dikatakan sebagai orang yang
tidak cakap hukum, dalam melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh walinya. Menurut
ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata bahwa orang perempuan yang bersuami dikatakan tidak
berlaku lagi setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor I Tahun 1974 pada Pasal 31 ayat
(2) yang menyatakan bahwa hak seorang istri dianggap sama dengan hak suaminya, maka
sejak saat itu perempuan yang bersuami dapat melakukan perbuatan hukum, serta sudah
diperbolehkan menghadap di pengadilan tanpa seizin suami.

30
Dalam membuat suatu perjanjian objek perjanjian itu harus tertentu atau setidak-tidaknya
dapat ditentukan jenis barang tersebut. Hal ini sebagaimana yang ditentukan Pasal 1333
KUHPerdata yang menyatakan “suatu persetujuan harus mempunyai sebagai pokok suatu
barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah
barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

Adapun yang dimaksud di sini adalah bahwa objek perjanjian itu tidak harus secara individu
tertentu, tetapi cukup bahwa jenisnya ditentukan. Hal ini tidak berarti bahwa perjanjian sudah
memenuhi syarat jika jenis objek perjanjiannya saja yang sudah ditentukan. Ketentuan
tersebut harus ditafsirkan bahwa objek perjanjian harus tertentu, sekalipun masing-masing
objek tidak harus secara individual tertentu. Objek pejanjian merupakan prestasi yang
menjadi pokok perjanjian itu sendiri. Oleh karena itu objek perjanjian adalah prestasi, maka
objek perjanjian ini dapat berupa memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak
melakukan sesuatu sama sekali. Dengan demikian, maka objek perjanjian tidak selalu berupa
benda (zaak). Penggunaan istilah Zaak hanya cocok untuk perjanjian yang prestasinya adalah
untuk memberikan sesuatu. Itulah sebabnya, bahwa lebih cocok jika diartikan objek
perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian.

Perikatan berdasarkan pasal 1234 adalah Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Prestasi tersebut harus tertentu atau
paling sedikit ditentukan jenisnya (Pasal 1333 ayat (1) KUHPerdata. Jika objeknya tidak
tertentu maka bagaimana orang dapat menuntut pemenuhan haknya dan melunasi
kewajibannya. Jadi suatu hal tertentu harus mencakup:

a) Jenis Zaak harus tertentu

b) Jumlahnya dapat ditentukan (dikemudian hari)

d. Kuasa yang Halal

Menurut J. Satrio, suatu perjanjian tanpa sebab yang halal akan berakibat bahwa isi perjanjian
harus tertentu (dapat ditentukan), isinya juga harus halal (tidak terlarang), sebab isi perjanjian
itulah yang akan dilaksanakan. Para pihak mengadakan perjanjian dengan maksud untuk
melaksanakan isi perjanjian tersebut dan berdasarkan Pasal 1320 jo Pasal 1337 KUHPerdata
isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang kesusilaan dan ketertiban
umum.

Berdasarkan keempat syarat tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu syarat
subjektif dan syarat objektif. Dua syarat yang pertama adalah yang disebut syarat subjektif.
Karena merupakan syarat yang menyangkut subjek perjanjian. Apabila suatu perjanjian
mengandung cacat yang disebabkan karena tidak dipenuhinya syarat subjektif tersebut, maka

31
perjanjian itu dapat dibatalkan. Jadi perjanjian yang dibuat tetap mengikat para pihak, selama
tidak dibatalkan. Jadi perjanjian yang dibuat tetap mengikat para pihak, selama tidak
dibatalkan atau dinyatakan batal oleh hukum atas permintaan salah satu pihak. Adapun pihak
yang berhak untuk meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau tidak sepakat.

Untuk dua syarat terakhir adalah yang dinamakan dengan syarat objektif, karena merupakan
syarat yang menyangkut objek dari perbuatan yang diperjanjikan. Tidak terpenuhinya salah
satu syarat objektif tersebut, maka perjanjian dapat dinyatakan batal demi hukum atau batal
dengan sendirinya (neng) sehingga tidak perlu adanya pembatalan dari hakim, karena
perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada atau tidak pernah terjadi

4. Unsur – unsur Perjanjian

Jika ditinjau secara fundamental/ dasar, unsur-unsur yang harus melekat pada perjanjian
pembiayaan modal ventura adalah sebagai berikut:

1) Unsur Esensialia, yaitu unsur perjanjian yang selalu harus ada di dalam suatu perjanjian,
unsur mutlak, di mana tanpa adanya unsur tersebut, perjanjian tak mungkin ada.

2) Unsur Naturalia, yaitu unsur perjanjian yang oleh undang-undang diatur, tetapi oleh para
pihak dapat dirubah atau diganti. Maksudnya adalah unsur tersebut oleh undang-undang
diatur dengan hukum yang mengatur atau menambah (regelend atau aanvullend recht).

3) Unsur Accidentalia, yaitu unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak,
Undang-undang sendiri tidak mengatur tentang hal tersebut. Di dalam suatu perjanjian
jual-beli, benda-benda pelengkap tertentu bisa dikecualikan. Dari apa yang telah dijabarkan
diatas, ditambah dengan kondisi empiris dalam suatu perikatan/ perjanjian, unsur-unsur yang
ada dalam suatu perjanjian dirumuskan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Adanya pihak-pihak sebagai subjek perjanjian tersebut, dimana harus terdiri dari minimal
dua orang. Subjek perjanjian bisa berupa perseorangan atau badan hukum.

b) Adanya asas konsensualitas, dimana para pihak yang ada dalam perjanjian harus
menyetujui isi dari perjanjian yang dibuat.

c) Para pihak memiliki tujuan bersama melalui perjanjian sebagai sarana untuk mewujudkan
tujuan tersebut.

d) Adanya prestasi yang dilaksanakan, dimana para pihak tidak hanya memiliki
masing-masing hak yang diperoleh dalam perjanjian namun juga wajib melaksanakan
kewajibannya sebagaimana yang diatur dalam perjanjian.

e) Adanya syarat-syarat tertentu, dimana merupakan suatu keharusan dikarenakan dalam pasal

32
1338 ayat 1 KUH Perdata tlah ditegaskan bahwa persetujuan yang secara sah dibuat berlaku
sebagaimana undang-undang bagi pembuatnya.

f) Adanya bentuk tertentu, dimana perjanjian dapat dibuat secara tertulis maupun lisan. Dalam
hal perjanjian yang dibuat secara tertulis, dapat dibuat dalam bentuk akta otentik atau di
bawah tangan

5.Hubungan Hukum Dalam Perjanjian

Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai
harga pembelian yang diperlukan konsumen dan membayarnya secara tunai kepada pemasok.
Konsumen wajib membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan
pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen;

Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama jaminan pokok, dan jaminan tambahan. Jaminan
utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur) bahwa konsumen dapat dipercaya
untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa barang
yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dimana semua dokumen kepemilikan
barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership)
sampai angsuran terakhir dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan utang
(promissory notes) dari konsumen. Perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Otoritas
Jasa keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan, pengertian perusahaan pembiayaan dalam Pasal 1 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa.

Atas dasar kepemilikannya, peusahaan pembiayaan konsumen dapat dibedakan menjadi tiga:

1. Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak perusahaan dari pemasok barang
dan jasa yang akan dibeli oleh debitur;

2. Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan satu grup usaha dengan pemasok
barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur;

3. Perusahaan pembiayaan konsumen yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan


pemasok barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur.

Karakteristik dari pembiayaan konsumen yang membedakan pembiayaan lainnya yaitu:

1. Sasaran pembiayaan jelas, yaitu konsumen yang membutuhkan barang- barang konsumsi;

2. Objek pembiayaan berupa barang-barang untuk kebutuhan atau konsumsi konsumen;

3. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada


masing-masing konsumen relatif kecil, meliputi:
33
4. Resiko pembiayaan relatif aman karena pembiayaan tersebar pada banyak kosumen;

5. Pembayaran kembali oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen dilakukan


secara berkala atau angsuran.

Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen Di dalam praktek perjanjian konsumen umumnya


dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard
contract,standar segremeent). Menurut Purwahid Patrik perjanjian baku adalah “suatu
perjanjian yang di dalamnya terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak”.

Di dalam praktek perjanjian konsumen umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau
disebut juga perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard contract, standar
segremeent). Selanjutnya J. Satrio merumuskan perjanjian standar sebagai “perjanjian tertulis,
yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat
baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui”.

Ciri dari perjanjian standar adalah adanya sifat uniform atau keseragaman dari syarat-syarat
perjanjian untuk semua perjanjian untuk sifat yang sama. Perjanjian baku (standard) ini
dianggap mengikat setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak dan masing-masing
pihak menandatangani perjanjian tersebut. Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen

Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen terdapat 3 (tiga) pihak yaitu: a. Pihak Perusahaan
Pembiayaan.Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakan dana bagi
kepentingan konsumen. Perusahaan pembiayaan konsumen ini 108 Purwahid Patrik, “Peranan
Perjanjian Baku dalam Masyarakat”, Makalah dalam Seminar Masalah Standar Kontrak
dalam Perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993, hlm 1.

109 J. Satrio, “Beberapa Segi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit”, Seminar Masalah
Standar Kontrak dalam Perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993, hlm 1.

sesuai dengan Kepres Nomor 61 Tahun 1998 harus berbentuk badan hukum berupa Perseroan
Terbatas atau Koperasi.111 Dalam transaksi pembiayaan konsumen, perusahaan pembiayaan
konsumen berkedudukan sebagai kreditur, yaitu pihak pemberi biaya kepada konsumen.

b. Pihak Dealer/Supplier

Pihak dealer/supplier adalah penjual, yaitu pihak yang menjual atau menyediakan barang
yang dibutuhkan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen. Barang-barang yang
disediakan pemasok adalah barang konsumsi. Pembayaran atas harga barang-barang yang
dibutuhkan konsumen tersebut dibiayai atau dilakukan oleh perusahaan pembiayaan
konsumen kepada pemasok.

34
c. Pihak Konsumen

Pihak konsumen adalah pihak yang membeli barang yang dananya disediakan oleh
perusahaan pembiayaan konsumen. Konsumen dapat berupa perseorangan maupun badan
usaha. Dalam transaksi pembiayaan konsumen, konsumen berkedudukan sebagai debitur,
yaitu pihak penerima dana dari perusahaan pembiayaan konsumen selaku kreditur.

Hubungan Para Pihak dalam Pembiayaan Konsumen:

a. Hubungan Pihak Kreditur dengan Konsumen. Terjadinya hubungan antara perusahaan


pembiayaan konsumen dan konsumen karena sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan
kontrak, yaitu kontrak pembiayaan konsumen. Atas dasar kontrak yang sudah mereka tanda
tangani, secara yuridis para pihak terikat akan hak dan kewajiban masing-masing.
Konsekuensi yuridis selanjutnya adalah kontrak tersebut harus dilakukan dengan iktikad baik
(in good faith) dan tidak dibatalkan secara sepihak (unilateral unavoidable).112 Hubungan
antara pihak kreditur dengan konsumen adalah hubungan kontraktual dalam hal ini kontrak
pembiayaan konsumen. Di mana pihak pemberi biaya sebagai kreditur dan pihak penerima
biaya (konsumen) sebagai pihak debitur. Pihak pemberi biaya berkewajiban utama untuk
memberi sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang konsumsi, sementara pihak
penerima biaya (konsumen) berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut
secara cicilan kepada pihak pemberi biaya. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyedia
dana dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit. Sehingga ketentuan- ketentuan
tentang perjanjian kredit dalam (KUHPerdata) berlaku, sementara ketentuan perkreditan yang
diatur dalam peraturan perbankan secara yuridis formal tidak berlaku berhubung pihak
pemberi biaya bukan pihak bank sehingga tidak tunduk kepada peraturan perbankan.

b. Hubungan Pihak Konsumen dengan Supplier

Hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasoktidak ada hubungan


kontraktual. Antara perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok tidak ada hubungan
hukum khusus.

4. hanya perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak ketiga yang disyaratkan. Maksud
persyaratan tersebut adalah pembayaran atas barang-barang yang dibeli konsumen dari
pemasok akan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.114Antara
pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan jual beli, dalam hal ini jual
beli bersyarat, di mana pihak supplier selaku penjual menjual barang kepada pihak konsumen
selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga yaitu pihak
pemberi biaya. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila karena alasan apapun pihak
pemberi biaya tidak dapat menyediakan dananya, maka jual beli antara pihak supplier dengan
pihak konsumen sebagai pembeli akan batal.
35
c. Hubungan Penyedia Dana dengan Supplier

Dalam hal ini antara pihak penyedia dana (pemberi biaya) dengan pihak supplier (penyedia
barang) tidak mempunyai sesuatu hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak penyedia
dana hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk menyediakan dana untuk
digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak supplier dengan pihak konsumen.

Jaminan dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Jaminan-jaminan yang diberikan dalam


transaksi pembiayaan konsumen ini pada prinsipnya serupa dengan jaminan terhadap
perjanjian kredit bank biasa, khususnya kredit konsumsi. Untuk itu, dapat dibagi ke dalam:

a. Jaminan Utama

Sebagai suatu kredit, maka jaminan pokoknya adalah kepercayaan dari kreditur kepada
debitur (konsumen) bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar
hutang-hutangnya. Jadi di sini, prinsip-prinsip pemberian kredit berlaku. Misalnya prinsip 5c
(Collateral, Capacity, Character, Capital, Condition of Economy).

b. Jaminan Pokok

Sebagai jaminan pokok terhadap transaksi pembiayaan konsumen adalah barang yang dibeli
dengan dana tersebut. Jika dana tersebut diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka
mobil yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Biasanya jaminan tersebut dibuat dalam
bentuk Fiduciary Transfer of Ownership (fidusia). Karena adanya fidusia ini, maka biasanya
seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan
dipegang oleh pihak kreditur (Pemberi Dana) hingga kredit lunas.

c. Jaminan Tambahan

Seiring juga dimintakan jaminan tambahan terhadap transaksi pembiayaan konsumen ini,
walaupun tidak seketat jaminan untuk pemberian kredit bank. Biasanya jaminan tambahan
terhadap transaksi seperti ini berupa pengakuan hutang (Promissori Notes), atau
Acknoledgment of Indebtedness, Kuasa Menjual Barang, dan Assigment of Proceed (Cessie)
dari asuransi. Di samping itu, sering juga dimintakan “persetujuan istri/suami” untuk
konsumen pribadi dan persetujuan komisaris/RUPS untuk konsumen perusahaan, sesuai
ketentuan Anggaran Dasarnya.

Pembiayaan Konsumen Didalam Perbankan Islam Bank syariah adalah merupakan salah satu
instrument yang digunakan untuk menegakkan aturan-aturan ekonomi Islami. Bank syariah
dapat dikatakan sebagai lembaga keuangan yang setiap kegiatan (operasional) yang
dilakukannya dan poduk-produk yang dihasilkannya dikembangkan berdasarkan Al-Qur‟an
dan AL-Hadits.119 Karena bank syariah setiap kegiatan yang dilaksanakannya selalu

36
berdasarkan hukum Islam, maka bank syariah tidak mengandalkan bunga dalam mencari
keuntungan, akan tetapi mengandalkan laba (keuntungan) yang telah disepakati para pihak.

Pembiayaan konsumen juga dikenal dalam perbankan syariah. Didalam perbankan syariah
pembiayaan konsumen ini dikenal sebagai pembiayaan murabahah. Akad pembiayaan
murabahah pada hakekatnya sama dengan perjanjian pembiayaan konsumen, hanya yang
membedakan pada prosedur dan pelaksanaannya saja.

Murabahah adalah merupakan akad (perjanjian) jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga atas pembelian
barang tertentu kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan
dalam jumlah tertentu.

Pembiayaan murabahah adalah salah satu produk pembiayaan yang ada dalam perbankan
islam. Pembiayaan murabahah memiliki pengertian bahwa penyaluran dana yang muncul
karena bank tidak memiliki barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus
melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lainnya yaitu
supplier (penyedia barang).122 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bank bertindak
selaku penjual disatu sisi, dan disisi lain sebagai penjual.123 Dikatakan sebagai penjual
karena bank membeli barang yang diinginkan oleh suplier maka bank akan menjual kembali
ke nasabah (konsumen) yang memerlukan barang tersebut.

Bank syariah dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan harus memenuhi aspek syar‟i dan
aspek ekonomi.124 Aspek syar‟i adalah setiap realisasi kegiatan pembiayaan kepada nasabah,
bank harus berpedoman pada syariat islam (antara lain tidak mengandung unsur maisir, gharar,
dan riba).125 Aspek ekonomi adalah disamping mempertimbangkan hal-hal syariah, bank
juga harus mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi pihak bank maupun pihak
nasabah.126

Pembiayaan murabahah ini dilahirkan dan dikembangkan oleh bank syariah pada dasarnya
berlandaskan islam pada Q.S Al-Baqarah: 275:

Artinya: “orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba). Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah, orang yang kembali (mengambil riba) maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya. Riba itu ada dua macam: nasiah
dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
37
meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian. Riba yang
dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam
masyarakat Arab zaman jahiliyah. Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tentram
jiwanya seperti orang kemasukan syaitan. Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun
ayat ini, boleh tidak dikembalikan.”

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hal – Hal Apa Saja Yang Diatur Dalam Perjanjian Kegiatan Modal Ventura Prinsip
Bagi Hasil Antara PT Sarana Surakarta Ventura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha

1. Sejarah PT. Sarana Surakarta Ventura

PT. Sarana Surakarta Ventura (PT. SSV) yang awalnya bernama dengan nama PT. Bengawan
Solo Ventura dengan Akta No. 155 tanggal 26 April 1995 yang dibuat dihadapan Notaris
Anthon Wahyupramono S.H. dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor C2- 5259.HT.01.01TH95 tertanggal 1 Mei 1995 yang kemudian
berubah nama menjadi PT. Sarana Surakarta Ventura (PT. SSV) berdasarkan Akte No. 97
tertanggal 20 Juni 1995 yang dibuat dihadapan Notaris Anthon Wahjupramono S.H dan telah
mendapatkan pengesahan dari menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor C2-
7857.HT.01.04TH.95 tertanggal 21 Juni 1995.

PT. Sarana Surakarta Ventura diresmikan oleh Menteri Keuangan RI tanggal 24 Juni 1995
merupakan perusahaan modal ventura daerah pertama yang didirikan di tingkat kotamadya.
Perseroan yang berkedudukan di Jalan M. Saleh Werdisastro No. 1, Banjarsari Kotamadya
Surakarta memiliki bidang usaha yang sesuai dengan Akte Notaris yang diubah terakhir
dengan Nomor 49 tertanggal 28 September yaitu melaksanakan kegiatan usaha dalam bentuk
pembiayaan ke dalam suatu Perusahaan Psangan Usaha. Ide pendirian ini diawali dengan
adanya inisiatif beberapa pengusaha yang ikut berpartisipasi dalam mengembangkan ekonomi
daerah karesidenan Surakarta khususnya pengusaha kecil hingga menengah. PT Sarana
Surakarta Ventura mempunyai misi sebagai berikut :

a. Menjembatani perusahaan kecil dengan perusahaan besar

b. Melahirkan pengusaha tangguh

c. Menciptakan sumber daya manusia yang professional

d. Turut mengembangkan structural ekonomi Indonesia

38
e. Turut memajukan ekonomi daerah.

Konsep bisnis dengan modal ventura adalah sebuah konsep yang masih baru untuk
masyarakat di Indonesia umumnya dan masyarakat Surakarta pada khususnya, karenanya
diperlukan pendekatan dan upaya untuk memperkenalkan konsep ini kepada masyarakat.
Penyebarluasan konsep ini telah dilakukan melalui beberapa penulisan surat kabar local dan
audiensi dengan anggota masyarakat yang tertarik dengan program PT. Sarana Surakarta
Ventura. Perusahaan modal ventura telah berkembang sejak 1977 di Amerika Serikat dengan
berbagai penemuan baru dan peluang usaha. Perusahaan – perusahaan raksasa dunia seperti
Apple Computer, Intel, dan Microsoft besar dengan modal ventura. Modal ventura juga telah
memperbesar cukup banyak perusahaan di Korea, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Thailand.

2. Jenis Pembiayaan Dalam PT. Sarana Surakarta Ventura Dalam kegiatan pembiayaan yang
dilakukan PT. Sarana Surakarta Ventura

terdapat 3 (tiga) jenis pembiayaan yang ada, yaitu :

a. Penyertaan Saham Langsung

Merupakan penyertaan langsung dalam bentuk saham.Jenis pembiayaan ini untuk perusahaan
yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas.

b. Obligasi Konversi

Merupakan pembiayaan dalam bentuk obligasi yang dapat dikonversi dalam bentuk saham
biasa yang dikeluarkan perusahaan tersebut.Jenis ini untuk perusahaan yang sudah berbentuk
Perseroan Terbatas.

c. Pola Bagi Hasil/Partisipasi Terbatas

Merupakan pembiayaan dengan pola bagi hasil atau berdasarkan prosentase tertentu dari
keuntungan yang diperoleh Perusahaan pasangan usaha.

Pembiayaan dengan pola bagi hasil didasarkan pada prinsip – prinsip bagi hasil dari
keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai. Suatu dasar dari adanya pembiayaan
modal ventura prinsip bagi hasil adalah adanya perjanjian antara perusahaan modal ventura
dengan perusahaan pasangan usaha yang disepakati antara kedua belah pihak. Dalam
perjanjian itu sendiri dapat berupa sebuah surat konfirmasi pembiayaan yang berisi meliputi :

a. Hak – hak pemberi dana pembiayaan (PT. Sarana Surakarta Ventura) :

1) PT. Sarana Surakarta Ventura berhak mengetahui dan menerima informasi mengenai usaha
yang akan dilakukan pihak perusahaan pasangan usaha

39
2) Menerima pengembalian pembiayaan serta bagi hasil yang telah ditetapkan dalam
konfirmasi pembiayaan yang disepakati untuk setiap bulannya

3) Menerima laporan keuangan bulanan yang dibuat oleh pihak perusahaan pasangan usaha

4) Menerima kuasa serta hak substitusi yang tidak dapat dicabut kembali atas jaminan yang
diberikan oleh perusahaan pasangan usaha kepada PT. Sarana Surakarta Ventura untuk
menjual jaminan apabila perusahaan pasangan usaha tidak memenuhi kewajibannya.

5) PT. Sarana Surakarta Ventura berhak untuk membatalkan / memutuskan pembiayaan secara
sepihak, apabila dimungkinkan merugikan / membahayakan dalam pembiayaan ini

b. Kewajiban pemberi dana pembiayaan (PT. Sarana Surakarta Ventura) :

1) Pihak PT. Sarana Surakarta Ventura wajib memberikan pembiayaan dana secara tunai
dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.

c. Hak – hak penerima pembiayaan (Perusahaan pasangan usaha) :

1) Perusahaan pasangan usaha berhak menerima dana pembiayaan untuk usahanya berupa
dana tunai

d. Kewajiban penerima pembiayaan (Perusahaan pasangan usaha) :

1) Perusahaan pasangan usaha berkewajibkan memberikan informasi terkait usaha yang akan
dilakukan dengan pembiayaan yang diberikan perusahaan pasangan usaha

2) Melakukan pengembalian pembiayaan serta bagi hasil yang telah ditetapkan dalam
konfirmasi pembiayaan yang disepakati untuk setiap bulannya

3) Memberikan dan membuat laporan keuangan bulanan untuk dilaporkan kepada PT. Sarana
Surakarta Ventura setiap bulannya

4) Memberikan kuasa serta hak substitusi yang tidak dapat dicabut kembali atas jaminan yang
diberikan oleh perusahaan pasangan usaha kepada PT. Sarana Surakarta Ventura untuk
menjual jaminan apabila perusahaan pasangan usaha tidak memenuhi kewajibannya.

5) Membayar denda apabila terjadi keterlambatan pengembalian dana pembiayaan dan bagi
hasil.

e. Persyaratan yang dipenuhi perusahaan pasangan usaha sebelum menerima pembiayaan :

1) Menyertakan modal kerja yang menjadi tanggung jawab perusahaan pasangan usaha,
tempat kerja, dan sarana yang layak .

40
2) Melengkapidata–data administrasi berupa fotocopy KTP suami-istri, fotocopy KK,
fotocopy akta nikah

f. Kesepakatan mengenai Bagi Hasil :

1) Perusahaan pasangan usaha wajib membayar Commitment Fee sebesar 2% (dua persen)
dari jumlah pembiayaan dan biaya administrasi pembiayaan yang telah ditentukan, dan harus
dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian pembiayaan

2) BagihasiluntukPT.SaranaSurakartaVenturaadalahsebesarX% (X persen) dan untuk


perusahaan pasangan usaha aebesar X% (X persen) . dihitung dari proyeksi akumulasi laba
usaha dalam periode perhitungan usaha yang ditetapkan selama jangka waktu pembiayaan

3) Apabila dalam kenyataannya laba yang diperoleh lebih rendah dari proyeksi laba rugi dan
cashflow, maka bagi hasil untuk PT. Sarana Surakarta Ventura yang tercantum dalam priyeksi
laba rugi dan cashflow yang dipakai untuk penentuan bagi hasil minimum yang harus
dibayarkan kepada PT. Sarana Surakarta Ventura

4) Pengembalian pembiayaan dan bagi hasil dilakukan setiap bulannya dengan batas tanggal
setiap bulannya

5) Untuk keterlambatan pembayaran pengembalian pembiayaan dan bagi hasil dikenakan


denda sebesar 3% (tiga persen)

6) Untuk melakukan pengembalian pembiayaan ditengah masa perjanjian bisa dilakukan


apabila minimal pembiayaan sudah berjalan 1 (satu) tahun. Dan mengembalikan sisa
pembiayaan ditambah penalty 2% (dua persen) dari sisa pembiayaan kepada PT. Sarana
Surakarta Ventura. Hal – hal yang dilarang dilakukan oleh perusahaan pasangan usaha :

1) Melakukan likuidasi atau pembubaran atau tindakan–tindakan yang menjurus pada


kepailitan

2) Mendapatkan fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari pihak ketiga lainnya yang
menimbulkan kewajiban dan atau menjadikan dijaminkannya sebagian atau semua harta
kekayaan perusahaan pasangan usaha

3) Melakukan pembayaran atau pemenuhan kepada pihak ketiga yang menimbulkan


gangguan terhadap kewajiban perusahaan pasangan usaha kepada PT. sarana Surakarta
Ventura

4) Menjaminkan, menggadaikan atau dengan cara lain mempertanggungkan harta kekayaan


kepada pihak ketiga

Menurut Pasal 1338 KUHPerdata dijelaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
41
berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya.Suatu perjanjian dapat
dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh undang –
undang. Syarat sahnya perjanjian telah diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang meliputi
empat syarat :

1. Adanya persetujuan kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian (kesepakatan)

2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian

3. Adanya sesuatu hal tertentu

4. Adanya suatu sebab yang halal

Didalam suatu perjanjian apabila diuraikan unsur – unsur yang ada, maka unsur – unsur
tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok adalah sebagai berikut :

1. Unsur Esensialia

Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan – ketentuan berupa prestasi – prestasi
yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari
perjanjian tersebut, yang membedakan secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur
esensialia ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, definisi atau
pengertian dari suatu perjanjian.41

2. Unsur Naturalia

Unsur naturalia ini adalah unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang
tanpa diperjanjikan secara khusus dalam suatu perjanjian secara diam – diam dengan
sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah merupakan pembawaan atau melekat
pada perjanjian.42 Unsur naturalia unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu,
setelah unsur essensialia diketahui secara pasti.

3. Unsur Aksidentalia

Unsur aksidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian yang merupakan ketentuan
– ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak, yang merupakan
persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama – sama oleh para pihak. Dengan demikian
unsur ini pada hakekatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan
atau dipenuhi oleh para pihak.

Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat – syarat sahnya suatu perjanjian, maka akan
ditemukan unsur – unsur yang ada dalam suatu perjanjian tersebut untuk mengelompokan
suatu perbuatan sebagaimana disebutkkan dalam Pasal 1234 KUHPerdata. Dalam pembahasan
ini akan dikaji apakah dalam perjanjian modal ventura antara PT. Sarana Surakarta Ventura
42
dengan Perusahaan pasangan usaha telah memenuhi syarat sah dan unsur – unsur pada suatu
perjanjian. Dari dokumen yang telah penulis kaji berupa Surat Konfirmasi dari PT. Sarana
Surakarta Ventura.

Pertama, kata “sepakat” dalam syarat sahnya perjanjian yang pertama, dimaksudkan
perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka
kehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan,
dan siapa yang harus melaksanakan. yang saling “cocok” atau bersesuaian dengan penyataan
masing – masing pihak.

 Dalam prakteknya perjanjian kegiatan pembiayaan ini, hanya ada satu pihak yang membuat
atau menyusun perjanjian kegiatan pembiayaan prinsip bagi hasil. Perusahaan modal ventura
yang melakukan penyusunan perjanjian kegiatan pembiayaan prinsip bagi hasil oleh
perusahaan modal ventura secara sepihak yang diawali dengan persetujuan konfirmasi
pembiayaan yang kemudian akan ditandatangai oleh pihak perusahaan pasangan usaha. Yang
pada prakteknya perjanjian ini kurang sesuai dengan pengertian kata “sepakat” yang
dijelaskan peraturan perundang – undang karena terdapat unsur paksaan yang dilakukan pihak
perusahaan modal ventura terhadap perusahaan pasangan usaha. Namun, dengan adanya
tandatangan antara kedua belah pihak dalam surat konfirmasi pembiayaan maupun perjanjian
pembiayaan dengan pola bagi hasil maka syarat sahnya perjanjian yang pertama kata “sepakat”
dapat dipenuhi dalam perjanjian ini.

Untuk syarat sahnya perjanjian yang kedua,“Kecakapan para pihak untuk membuat
perjanjian”, yang dimaksud cakap disini apabila seseorang yang melakukan perjanjian ini
tidak dinyatakan tak cakap menurut pasal 1330 KUHPerdata yang kategorinya meliputi :
orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, orang – orang
perempuan dalam hal yang

ditetapkan oleh undang – undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang –
undang telah melarang membuat perjanjian–perjanjian tertentu.

 Perjanjian ini dilakukan oleh pihak pertama orang yang telah dewasa, tidak sedang dalam
pengampuan, dan umumnya dilakukan oleh seorang suami yang telah mendapat persetujuan
istrinya dalam melakukan perjanjian ini atau disebut pihak debitur. Dan juga dibuktikan juga
dengan menggunakan KTP sebagai syarat dilakukannya pembiayaan, pihak nasabahnya atau
perusahaan pasangan usahanya ada yang berbadan hukum. Selanjutnya pihak kedua sebagai
kreditur yang diwakilkan oleh presiden direktur/direktur PT. Sarana Surakarta Ventura
sebagai orang yang berwenang bagi perusahaan, dan juga dibuktikan dengan adanya KTP
pihak kedua.

Adanya suatu hal tertentu, yang dimaksud ialah suatu objek dalam perjanjian harus
43
ditempuhkan setidaknya harus dapat ditentukan, seperti prestasi yang ditentukan dan harus
dipenuhi. Telah diatur dalam Pasal 1333 KUHPerdata “ suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”.

 Dalam perjanjian ini sudah jelas mengenai jenis dan prestasi–prestasi yang harus dipenuhi
masing–masing pihak. Perjanjian ini merupakan sama halnya dengan perjanjian kredit pada
umumnya. Adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing–masing pihak agar
tercapainya dan terpenuhinya prestasi dan perjanjian. Dalam hal proses pembayaran
pengangsuran pembiayaan dan juga bagi hasil telah ditentukan dalam surat konfirmasi
pembiayaan dan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil.

Adanya suatu sebab yang halal, dimaksudkan ialah tidak adanya salah sangka dikemudian
hari mengenai isi perjanjian. Suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh
undang–undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

 Jelas dalam perjanjian ini dilakukannnya kegiatan pembiayaan prinsip bagi hasil yang
dilakukan oleh perusahaan modal ventura terhadap perusahaan pasangan usaha. Namun,
dalam perjanjian ini terdapat klausul yang dapat memberatkan pihak perusahaan pasangan
usaha, yaitu klausul yang perlunya jaminan yang diberikan dari pihak perusahaan pasangan
usaha kepada perusahaan modal ventura. Jelas hal ini menyimpang dari karakteristik
perusahaan modal ventura yang modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral.

Setelah dipenuhinya syarat–syarat sahnya suatu perjanjian, maka akan ditemukan


unsur–unsur suatu perjanjian. Yang pertama, unsur esensialia yang mewakili
ketentuan–ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan salah satu pihak atau lebih
pihak yang mencerminkan dari perjanjian tersebut.

 Prestasi yang dimaksud ialah, pihak perusahaan modal ventura memberikan dana secara
tunai untuk membiayai usaha perusahaan pasangan usaha dengan ketentuan yang telah
ditentukan diawal perjanjian , dan sebaliknya pihak perusahaan pasangan usaha wajib
membayar angsuran pengembalian pembiayaan yang telah diterimanya serta bunga dan laba
setiap bulannya, dan membayar bagi hasil kepada PT. Sarana Surakarta Ventura sebesar X%
(X persen) dihitung dari proyeksi akumulasi laba usaha dalam periode perhitungan usaha
yang ditetapkan selama jangka waktu pembiayaan kepada perusahaan modal ventura yang
telah ditentukan diperjanjian awal.

Unsur yang kedua, unsur naturalia yang lazimnya telah melekat pada perjanjian ini tanpa
diperjanjikan khusus, dengan sendirinya telah ada dan dianggap ada.

 Dimaksudnya dalam unsur ini yaitu pihak perusahaan pasangan usaha sudah dengan
sendirinya sadar akan semua kewajibannya untuk memenuhi isi perjanjian, dengan kata lain

44
tidak dapat lari dari tanggungjawab untuk membayar dan mengembalikan pembiayaan serta
bunga dan labanya yang ditentukan.

Unsur yang ketiga yaitu unsur aksidentalia yang merupakan unsur pelengkap dalam suatu
perjanjian yang merupakan ketentuan–ketentuan yang dapat diatur menyimpang oleh para
pihak.

 Dalam perjanjian ini yang memenuhi unsur aksidentalia yaitu didalam surat konfirmasi ini
pihak PT. Sarana Surakarta Ventura memberikan hak sepenuhnya kepada perusahaan
pasangan usaha untuk menyusun laporan keuangan dan tidak dijelaskannya bantuan
manajemen seperti yang ada pada karakteristik modal ventura sendiri. Dalam produk syariah
sistem ini lebih mendekati pada sistem Mudharabah, dimana tidak diharuskannya ada wakil
shahibul maal yang mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.

B. Perlindungan Hukum Yang Diberikan PT Sarana Surakarta Ventura Terhadap Perusahaan


Pasangan Usaha Dihubungkan Dengan Proses Perjanjian Kegiatan Modal Ventura Prinsip
Bagi Hasil

. Perlindungan hukum terhadap perusahaan modal ventura dalam upaya pengamanan


pembiayaan dari proses perjanjian modal ventura dalam rangka membantu usaha kecil
menengah yang sulit memenuhi persyaratan kredit perbankan sehingga dapat membantu
meningkatkan perekonomian di Indonesia dan juga memiliki misi humanistik, yaitu sebagai
lemabaga penolong bagi usaha yang masih lemah. Disini usaha modal ventura dapat
memberikan banyak manfaat bagi pengembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil yang
terdapat di Indonesia.

Perusahaan modal ventura prinsip bagi hasil dilakukan dalam bentuk penyediaan modal
kepada perusahaan pasangan usaha dengan jangka waktu tertentu untuk kegiatan produktif
dengan pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan para pihak yang disepakati di awal
yang dituangkan dalam perjanjian tertulis. Dengan menghitung presentase atas modal yang
ditanamkan oleh pemilik saham atau perusahaan modal ventura. Keuntungan bagi hasil yang
diterima oleh perusahaan modal ventura didapatkan dari laba per bulan yang dihasilkan
perusahaan pasangan usahanya.

B. Perlindungan Hukum Yang Diberikan PT Sarana Surakarta Ventura Terhadap


Perusahaan Pasangan Usaha Dihubungkan Dengan Proses Perjanjian Kegiatan Modal
Ventura Prinsip Bagi Hasil

Dan perlindungan hukum yang ada bagi PT. Sarana Surakarta Ventura meliputi :

a. Adanya jaminan harta kekayaan perusahaan pasangan usaha yang diberikan kepada PT.
Sarana Surakarta Ventura, untuk mengamankan dana pembiayaan yang diberikan kepada
45
perusahaan pasangan usaha

b. Pengembalian pembayaran pembiayaan dan bagi hasil yang dilakukan tiap bulan oleh
perusahaan pasangan usaha kepada PT. Sarana Surakarta Ventura akan menjadikan keuangan
PT. Sarana Surakarta Ventura konsistensi modal kembali

c. Untuk keterlambatan pembayaran, PT. Sarana Surakarta Ventura menetapkan denda kepada
perusahaan pasangan usaha sebesar 3% untuk menutup keterlambatan dana masuk setiap
bulannya

d. PT. Sarana Surakarta Ventura diberi oleh perusahaan pasangan usaha kuasa dengan hak
substitusi yang tidak dapat dicabut kembali untuk menjual barang–barang atau jaminan
apabila kewajiban perusahaan pasangan usaha tidak dipenuhi.

e. PT. Sarana Surakarta Ventura lepas tanggung jawab atas biaya-biaya penagihan yang timbul
dari perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil, sehingga sepenuhnya dibebankan kepada
perusahaan pasangan usaha Jika melihat klausul dari surat konfirmasi pembiayaan yang
diberikan PT. Sarana Surakarta Ventura kepada perusahaan pasangan usaha dengan prinsip
pembiayaan bagi hasil yang merupakan resume dari perjanjian pembiayaan bagi hasil ini,
memberi perlindungan hukum yang cukup bagi PT. Sarana Surakarta Ventura. Karena
perjanjian pembiayaan bagi hasil merupakan perjanjian yang dirancang oleh PT. Sarana
Surakarta Ventura secara sepihak, artinya perusahaan pasangan usaha hampir tidak mungkin
dapat melakukan perubahan perjanjian tersebut karena ketentuan dalam perjanjian tersebut
sangat menguntungkan dan memberi perlindungan PT. Sarana Surakarta Ventura atas
pembiayaan yang diberikan PT. Sarana Surakarta Ventura kepada perusahaan pasangan usaha.
Perjanjian pembiayaan bagi hasil seharusnya memiliki batasan–batasan yang cukup relevan
dengan karakteristik modal ventura yang meliputi: factoring, modal ventura, pembiayaan
konsumen, kartu kredit), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Hal.

a) Pemberian bantuan finansial dalam bentuk modal ventura ini tidak hanya menginvestasikan
modalnya saja, tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibentuknya

b) Investasi yang dilakukan tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyala bersifat sementara
untuk kemudian sampai masanya dilakukanlah divestasi

c) Motif dari modal ventura adalah motif bisnis yaitu mendapatkan keuntungan
setinggi–tingginya, walaupun dengan resiko yang relative tinggi pula

d) Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan ke perusahaan pasangan usahanya
bukan bukan investasi jangka pendek, tetapi merupakan investasi jangka menengah atau
jangka panjang

46
e) Modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral sehingga dibutuhkan kehati –
hatian dan kesabaran

f) Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk
partisipasi equity, atau setidak – tidaknya loan yang dapat dilakukan ke equity. Sehingga
return yang diharapkan oleh perusahaan modal ventura bukanlah bunga atas modal yang
ditanam, melainkan deviden dan capital again.

g) Prototype dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan
kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi memiliki potensi untuk berkembang

h) Investasi modal ventura biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses
untuk mendapatkan kredit perbankan. Berbeda dengan karakteristik modal ventura yang
dijelaskan diatas, penyertaan modal dalam bentuk partisipasi terbatas / bagi hasil (Profit
Sharing) merupakan bentuk penyertaan yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura yang
didasarkan pada prinsip – prinsip bagi hasil dalam usaha bersama antara perusahaan modal
ventura dengan perusahaan pasangan usaha. Jenis ini mengharuskan calon perusahaan
pasangan usaha untuk menyerahkan modal atau asset yang relevan dengan aktivitas usahanya
sebagai harta bersama. Sama halnya dengan produk pembiayaan syariah, yaitu Musyarakah
yang mana landasan kegiatan ini adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk
meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama – sama. Bentuk kegiatan ini
melibatkan dua pihak atau lebih dimana masing – masing pihak secara bersama – sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

1. Dalam perjanjian pembiayaan bagi hasil ini memuat klausul mengenai jaminan. (surat
konfirmasi pembiayaan nomor 10) Jaminan ini dimaksudkan untuk menjamin pembayaran
secara penuh dan tepat waktu dari pembiayaan dan sejumlah lain yang harus dibayar oleh
perusahaan pasangan usaha. Jaminan tersebut dimuat dalam dokumen yang diminta oleh
perusahaan pasangan usaha atau pihak lain yang akan memberikan jaminan. Selain itu
perusahaan modal ventura memperoleh hak prioritas atau jaminan sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Sedangkan dinilai dari karakteristik modal ventura yang merupakan
investasi tanpa jaminan collateral, pernyataan ini terdapat kesimpangan dengan kalusul yang
ada dalam perjanjian pembiayaan bagi hasil yang ada. Namun, pernyataan tersebut dikikis
dengan prinsip – prinsip bagi hasil, dimana penyertaan modal dalam bentuk bagi hasil ini
diharuskannya calon perusahaan pasangan usaha untuk menyerahkan modal atau asset yang
relevan dengan aktivitas usahannya sebagai harta bersama. Sistem bagi hasil yang digunakan
perusahaan modal ventura berlandaskan pada produk syariah yaitu Musyarakah.

2. Manajemen perusahaan yang berupa penyusunan laporan keuangan bulanan sepenuhnya


dilimpahkan pada pihak perusahaan pasangan usaha untuk mempersiapkan tenaga
administrasi keuangan yang memadai, (surat konfirmasi pembiayaan nomor 8). Pihak
47
perusahaan modal ventura tidak adanya dampingan manajemen untuk menjamin investasinya
agar digunakan dengan efisien dan sesuai dengan peruntukannya, dan juga salah satu
pengendali perusahaan modal ventura untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap
kinerja manajemen perusahaan pasangan usaha. Karakteristik modal ventura sendiri tidak
hanya pemberian bantuan finansial dengan menanamkan modalnya saja, namun juga ikut
terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibentuknya. Jelasnya klausul yang terdapat
dalam perjanjian pembiayaan bagi hasil ini menyimpang.

3. Perjanjian pembiayaan bagi hasil juga menyatakan bahwa pengembalian pembiayaan


dibayar kembali oleh perusahaan pasangan usaha kepada perusahaan modal ventura secara
berkala dengan mengangsur setiap bulan dan diterima secara nyata oleh perusahaan modal
ventura. (surat konfirmasi pembiayaan nomor 6) Dan apabila ada keterlambatan
pembayarannya, akan dikenakan denda 3% (tiga persen) perbulan dari jumlah pengembalian
pembiayaan dan bagi hasil yang terlambat dibayar. (surat konfirmasi pembiayaan nomor 7).
Karakteristik modal ventura menyatakan bahwa investasi modal ventura mempunyai resiko
yang tinggi dan keuntungan yang didapat dari deviden dan capital again serta pengembalian
pembiayaan yang dilakukan pada saat divestasi. Maka klausul pembayaran pengembalian
pembiayaan modal ventura secara berkala dengan mengangsur setiap bulan telah sangat
menyimpang dari karakteristik modal ventura.

pihak PT. Sarana Surakarta Ventura tidak memberikan dampingan manajemen dan tidak ikut
campur dalam operasional perusahaan pasangan usaha dikarenakan telah adanya jaminan
yang menjamin pembiayaannya yang diberikan kepada perusahaan pasangan usaha. Sehingga
apabila didalam proses pembiayaan berlangsung terjadi wanprestasi atau kerugian dari pihak
perusahaan pasangan usaha yang tidak dapat mengembalikan modal usaha, jaminan yang
diberikan perusahaan pasangan usaha kepada PT. Sarana Surakarta Ventura dapat dilelang.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpuan

1) Hal–hal yang diatur dalam perjanjian kegiatan modal ventura prinsip bagi hasil antara PT.
Sarana Surakarta Ventura dengan perusahaan pasangan usaha sudah sesuai dengan syarat sah
perjanjian dan unsur dalam perjanjian.

a. Terpenuhinya syarat sahnya perjanjian pertama yaitu kata “sepakat”,dilihat dari adanya
tandatangan dalam perjanjian yang artinya para pihak saling sepakat dengan apa yang telah
diperjanjikan.

b. “Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian”, perjanjian pembiayaan ini dilakukan
48
oleh orang–orang yang cakap, dibuktikandengan KTP para pihak yang mengadakan perjanian
ini.

c. “Adanya suatu hal tertentu”, terdapat prestasi – prestasi yang harus dipenuhi masing –
masing pihak untuk keberlangsungan dan terpenuhinya perjanjian. Tercapainya prestasi –
prestasi tak jauh dari hak dan kewajiban yang dilakukan oleh masing – masing pihak.

d. “Adanya suatu sebab yang halal”, jelas kegiatan yang dilakukan dalam

perjanjian ini berupa kegiatan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang dilakukan oleh PT.
Sarana Surakarta Ventura dengan perusahaan pasangan usaha.

e. Unsur esensialia yang mewakili ketentuan – ketentuan berupa prestasi – prestasi yang wajib
dilakukan oleh para pihak yang mencerminkan dari perjanjian tersebut. Prestasi yang tak lain
berupa pemberian dana pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Sarana Surakarta Ventura
kepada perusahaan pasangan usaha, dan sebaliknya perusahaan pasangan usaha juga
memberikan bagi hasil yang telah disepakati dalam perjanjian yang ada.

f. Unsur naturalia yang lazimnya telah melekat pada perjanjian yang ada tanpa diperjanjikan
khusus, sudah ada dengan sendirinya dan dianggap telah ada. Maksudnya para pihak dengan
sadarnya tanpa paksaan dengan

sendirinya akan memenuhi kewajiban yang diperjanjikan.

g. Unsur aksidentalia yang merupakan unsur pelengkap dalam suatu perjanjian yang
merupakan ketentuan yang dapat diatur menyimpang oleh para pihak. Didalam surat
konfirmasi ini pihak PT. Sarana Surakarta Ventura memberikan hak sepenuhnya kepada
perusahaan pasangan usaha untuk menyusun laporan keuangan dan tidak dijelaskannya
bantuan manajemen seperti yang ada pada karakteristik modal ventura sendiri. Dalam produk
syariah sistem ini lebih mendekati pada sistem Mudharabah, dimana tidak diharuskannya ada
wakil shahibul maal yang mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba
optimal.

2) Perlindungan hukum yang diberikan PT Sarana Surakarta Ventura terhadap Perusahaan


pasangan usaha dihubungkan dengan proses perjanjian kegiatan modal ventura prinsip bagi
hasil

a. Klausul“jaminan”yang memberikan perlindungan kepada PT. Sarana Surakarta Ventura


atas pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan pasangan usaha. Jaminan ini menjadi hak
sepenuhnya PT. Sarana Surakarta Ventura karena memperoleh hak prioritas dari perusahaan
pasangan usaha.

b. Manajemen perusahaan yang berupa penyusunan laporan keuangan bulanan sepenuhnya


49
dilimpahkan pada pihaqk perusahaan pasangan usaha, dengan kata lain PT. Sarana Surakarta
Ventura terlepas dari urusan manajemen dan campur tangan perusahaan terhadap perusahaan
pasangan usaha.

c. Pengembalian pembiayaan dibayar kembali secara mengangsur setiap bulan dan diterima
secara nyata oleh PT. Sarana Surakarta Ventura. Untuk keterlambatan pembayaran dikenai
denda 3% (tiga persen) perbulan dari jumlah pengembalian pembiayaan dan bagi hasil yang
terlambat dibayarkan.

B. SARAN

1) Seharusnya perjanjian antara PT. Sarana Surakarta Ventura dibuat secara bersama dengan
perusahaan pasangan usaha untuk menghindari keberatan dari masing–masing pihak yang
mengadakan perjanjian dan tidak adanya paksaan dari masing–masing pihak.

2) PT. Sarana Surakarta Ventura harusnya tetap melakukan perannya sesuai kriteria yang ada
dalam teori dan apa yang telah dilakukan, sebagai contoh tidak menarik jaminan pada
perusahaan pasangan usaha untuk menjamin pembiayaannya. Dan memberikan dampingan
manajemen untuk keberlangsungan usaha yang didirikan.

C. DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Ahmad Muliadi, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan Cet. 1, Jakarta : Akademia Pustaka.

Munir Fuady, 2012, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktik Cetakan ke XI,
Bandung: PT Citra Aditya.

Dahlan Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit

50

Anda mungkin juga menyukai