Disusun oleh:
Dosen pengampu:
FAKULTAS HUKUM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makmur. Tujuan tersebut membutuhkan strategi yang matang dan tentunya dengan
pendanaan yang besar. Di sisi lain Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang
perdagangan atau jual beli diantara pembeli dan penjual (yang dalam hal ini satu
negara dengan negara lain yang berbentuk ekspor dan impor ) pada suatu pasar, demi
negara seperti pemenuhan kebutuhan barang tertentu yang hanya diproduksi didaerah
menambah keuntungan dari produksi domestik suatu barang yang berlebih. Salah satu
Indonesia memiliki mitra dagang dari berbagai negara, salah satunya adalah
kerja sama perdagangan melalui free trade agreement (FTA) antara ASEAN dengan
memperluas dan meningkatkan potensi pasar serta volume ekspor bagi produk-produk
Indonesia . Salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yaitu paper (kertas) dan
pulp (bubur kertas). Kertas produksi Indonesia lebih diminati oleh pasar Australia
karena harga yang relatif lebih murah dibandingkan harga kertas lokal, sehingga
terjadi peningkatan permintaan akan kertas fotokopi a4 yang terlihat dari instansi
karena agresifitas komoditas kertas a4 Indonesia sedikit demi sedikit menggerus pasar
terhadap kertas fotokopi Indonesia yang telah diinisiasi pada 12 april 2016.
Dikatakan dumping adalah jika suatu negara menjual suatu barang ke negara
lain (impor) dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar dalam negeri
(harga normal). Dengan terjadinya situasi tersebut, maka suatu negara berhak untuk
melindungi produk domestiknya dari produk impor dengan menerapkan Bea Masuk
Anti Dumping dimana barang impor tersebut diberikan pajak tambahan atau biaya
Indonesia terhadap industry kertas Indonesia, maka dari itu Australia memberlakukan
salah satu hambatan perdagangan yakni dengan pengenaan pajak impor yang tinggi
atau menerapkan bea masuk anti dumping , dengan tuduhan adanya dumping yang
B. Rumusan Masalah
Australia
dengan Australia.
BAB II
PEMBAHASAN
permasalahan utama yang digugat Indonesia adalah tuduhan Australia yang muncul di
dalam final report bahwa terdapat situasi Particular Market Situation (PMS) di
industri kertas Indonesia yang menyebabkan harga bubur kertas sebagai bahan baku
kertas terdistorsi. Australia mendasari temuan adanya PMS dengan adanya intervensi
khususnya kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat yang diduga menyubsidi industri
kertas dengan membuat pasokan kayu bahan baku kertas melimpah sehingga
impor produk kertas A4 asal Indonesia. Kebijakan itu berlaku sejak 20 April 2017.
Atas hal ini, Indonesia akhirnya menggugat Australia via WTO dalam kasus DS529:
Australia anjlok 42,56% dari tahun 2016 sebesar US$ 34,34 juta menjadi US$ 19,72
juta di 2017. Dalam periode Januari-September tahun ini, nilai ekspor tersebut bahkan
hanya mencapai US$ 9,47 juta, alias kembali turun drastis hingga 36,8% secara year-
on-year (yoy). Padahal, dalam medio 2013-2016 ekspor kertas A4 ke Negeri Kanguru
khususnya kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat yang diduga menyubsidi industri
kertas dengan membuat pasokan kayu bahan baku kertas melimpah sehingga
melalui beragam kebijakan, salah satunya pelarangan ekspor kayu bulat yang disebut
Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk subsidi dari negara. Australia sendiri
menganggap kebijakan itu telah menimbulkan kondisi pasar khusus (particular market
situation/PMS) yang akhirnya mendistorsi harga bubur kertas (pulp) sebagai bahan
sebagai bentuk su bsidi yang menguntungkan industri pulp dan kertas. Jadi,
telah menjadi salah satu faktor tergesernya posisi negara tujuan ekpor kertas fotokopi
A4 Indonesia dari posisi lima besar menjadi 25 pada tahun ini. Oleh karena itu, jika
besaran margin dumping ini dibenarkan maka akan mengancam akses pasar ekspor
sengketa dagang Indonesia melawan Australia untuk produk kertas fotokopi (DS529:
unsur Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri beserta tim kuasa
(WTO), Jenewa, Swiss. Misi utama nya yaitu untuk membuka kembali akses pasar
produk kertas fotokopi A4 dari Indonesia yang saat ini dikenakan Bea Masuk Anti
Dumping berkisar antara 12,6-33 persen di Australia. Terdapat lima klaim yang akan
1
Dilansir dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20181220150718-4-47300/australia-terapkan-anti-
dumping-ekspor-kertas-ri-anjlok-40#:~:text=Jakarta%2C%20CNBC%20Indonesia%20%2D%20Australia
%20menerapkan,produk%20kertas%20A4%20asal%20Indonesia.
2
Dilansir dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/3841460/ri-lawan-tuduhan-australia-soal-sengketa-
produk-kertas-fotokopi-di-wto
diangkat Indonesia untuk melawan Australia yang dinilai melanggar perjanjian anti-
dumping WTO pasal 2.2, 2.2.1.1 dan 9.3. Namun, istilah PMS sebenarnya belum
terdefinisikan dan hanya disebutkan satu kali dalam perjanjian anti-dumping WTO.
menggantikan data biaya produksi dan penjualan produsen atau eksportir dengan
tolok ukur harga dari luar negeri (out-of-country benchmark). Dengan demikian,
Selain itu juga, menurut Australia, otoritas penyidik dapat tidak mengenakan
aturan lesser duty atau pengenaan tingkat bea masuk antidumping dengan besaran
Sementara itu, Indonesia menilai tuduhan ini tidak adil. Dalam upaya
sanggahan terkait PMS ini melalui berbagai cara. Pemerintah Indonesia juga telah
berbagai upaya telah dilakukan, Indonesia belum menemukan hasil yang memuaskan
interprestasi dan implementasi PMS tersebut sangat penting bagi negara berkembang
seperti Indonesia. jika semua intervensi Pemerintah otomatis dianggap sebagai PMS,
maka tentunya hal ini akan menimbulkan kontroversi. Implementasi PMS yang
dilakukan negara berkembang sejauh ini masih belum bisa memenuhi kriteria sebagai
peraturan trade remedy oleh negara-negara maju lainnya seperti Uni Eropa dengan
istilah significant distortion dan AS yang saat ini telah menerapkan dalam tuduhan
tersebut tertuang dalam laporan akhir kasus sengketa pengenaan BMAD untuk produk
A4 Copy Paper asal Indonesia yang diterbitkan WTO. WTO menyatakan kebijakan
dilanggar Australia, yaitu Pasal 2.2. Ketentuan anti-dumping WTO karena telah
mengkonstruksi nilai normal produsen kertas foto kopi A4 Indonesia tanpa terlebih
layak dengan harga penjualan ekspor. Kemudian Pasal 2.2.1.1 ketentuan anti-
dumping WTO karena Australia menolak memakai data pembukuan aktual
Pasal 2.2 ketentuan anti-dumping WTO karena Australia (a) tidak mempunyai
dasar untuk menggunakan harga ekspor pulp dari Brazil dan Amerika Selatan
ke RRT dan Korea, (b) tidak mengeluarkan profit dari acuan harga pulp yang
memutuskan, terlepas ada atau tidaknya PMS, Otoritas Penyelidikan tetap harus
melakukan “proper comparison” antara harga domestik dan harga ekspor dalam
Dumping.
Australia. Nilai ekspor kertas tersebut menurun dari USD 34 juta pada 2016
menjadi USD 12 juta pada 2018 akibat pengenaan BMAD oleh Australia
BAB III
3
Dilansir dari https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/indonesia-menang-sengketa-kertas-di-wto
PENUTUP
1. Kesimpulan
permasalahan utama yang digugat Indonesia adalah tuduhan Australia yang muncul di
dalam final report bahwa terdapat situasi Particular Market Situation (PMS) di
industri kertas Indonesia yang menyebabkan harga bubur kertas sebagai bahan baku
kertas terdistorsi.
impor produk kertas A4 asal Indonesia. Kebijakan itu berlaku sejak 20 April 2017.
Atas hal ini, Indonesia akhirnya menggugat Australia via WTO dalam kasus DS529:
tersebut tertuang dalam laporan akhir kasus sengketa pengenaan BMAD untuk produk
A4 Copy Paper asal Indonesia yang diterbitkan WTO. WTO menyatakan kebijakan
dumping kertas fotocopy A4 oleh Australia. Penulis menyarankan agar stake holder
ikut serta dalam pertemuan atau sosialisasi dengan konsumen kertas di Australia, jadi
tidak hanya Pemerintah saja yang terjun langsung. Hal ini diharapkan agar kontak
dagang atau hubungan konsumen kertas di Australia lebih erat dengan stake holder
Indonesia serta akan terus mempercayai bahwa produk kertas Indonesia memiliki
dumping kertas agar dilakukan dalam berbagai bentuk diplomasi lainnya, seperti
adanya pertemuan khusus bagi produsen-produsen kertas antar kedua negara agar
lebih terjalin hubungan yang lebih baik. Serta adanya kegiatan kunjungan Pemerintah
produsen kertas Australia untuk dapat saling bekerja sama dalam mencapai
kepentingannya masing-masing serta tidak ada lagi tuduhan dumping kertas yang
serupa.
sebelum membuat kebijakan agar tidak lagi digugat dengan tuduhan-tuduhan yang
merugikan industri dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/indonesia-menang-sengketa-kertas-di-
wto
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3841460/ri-lawan-tuduhan-australia-soal-
sengketa-produk-kertas-fotokopi-di-wto
https://sumbar-antaranews-com.cdn.ampproject.org/v/s/sumbar.antaranews.com/
amp/berita/311128/indonesia-menang-sengketa-kertas-atas-australia?
amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM
%3D#amp_ct=1681616919246&_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16816169102285&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fsumbar.antaranews.com
%2Fberita%2F311128%2Findonesia-menang-sengketa-kertas-atas-australia
https://jarijambi.com/penyelesaian-sengketa-gugatan-indonesia-terhadap-australia-
mengenai-produk-kertas/
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191205211449-4-120799/ri-menang-lawan-
australia-tempur-soal-kertas-di-wto