Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK 8

PENYELESAIAN SENGKETA KERTAS ANTARA INDONESIA DENGAN

AUSTRALIA DI WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION)

Disusun oleh:

1. Aprieka Ester Estevania : 2040050093

2. David Frans Jordan : 2040050098

3. Jasper Keladius Ginting : 2040050171

Dosen pengampu:

Dr. Wiwik Sri Widiarty , S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang menuju pada tahap

negara maju, hal tersebut menjadikan Indonesia melakukan pembangunan

pembangunan di segala bidang dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur. Tujuan tersebut membutuhkan strategi yang matang dan tentunya dengan

pendanaan yang besar. Di sisi lain Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang

berlimpah serta dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan internasional.

Sedangkan perdagangan internasional merupakan sejumlah transaksi

perdagangan atau jual beli diantara pembeli dan penjual (yang dalam hal ini satu

negara dengan negara lain yang berbentuk ekspor dan impor ) pada suatu pasar, demi

mencapai keuntungan yang maksimal bagi kedua belah pihak.

Perdagangan internasional dianggap mampu memberikan manfaat bagi setiap

negara seperti pemenuhan kebutuhan barang tertentu yang hanya diproduksi didaerah

tertentu, memperoleh keuntungan dari spesialisasi produk memperluas pasar, dan

menambah keuntungan dari produksi domestik suatu barang yang berlebih. Salah satu

bentuk perdagangan internasional paling populer yaitu ekspor.

Indonesia memiliki mitra dagang dari berbagai negara, salah satunya adalah

Australia. Hubungan bilateral Indonesia-Australia sepakat untuk membuka hubungan

kerja sama perdagangan melalui free trade agreement (FTA) antara ASEAN dengan

Australia dan new zealand (AANZFTA). Pemerintah Indonesia berharap dapat

memperluas dan meningkatkan potensi pasar serta volume ekspor bagi produk-produk

Indonesia . Salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yaitu paper (kertas) dan

pulp (bubur kertas). Kertas produksi Indonesia lebih diminati oleh pasar Australia
karena harga yang relatif lebih murah dibandingkan harga kertas lokal, sehingga

terjadi peningkatan permintaan akan kertas fotokopi a4 yang terlihat dari instansi

pemerintah australoia yang lebih banyak menggunakan kertas Indonesia dibanding

kertas produksi Australia.

Kerjasama perdagangan ini membuat industry lokal Australia merasa terancam

karena agresifitas komoditas kertas a4 Indonesia sedikit demi sedikit menggerus pasar

Australia, salah satunya merupakan perusahaan kertas terbesar Australia yaitu

Australian paper, sehingga perusahaan tersebut meminta penyelidikan dumping

terhadap kertas fotokopi Indonesia yang telah diinisiasi pada 12 april 2016.

Dikatakan dumping adalah jika suatu negara menjual suatu barang ke negara

lain (impor) dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar dalam negeri

(harga normal). Dengan terjadinya situasi tersebut, maka suatu negara berhak untuk

melindungi produk domestiknya dari produk impor dengan menerapkan Bea Masuk

Anti Dumping dimana barang impor tersebut diberikan pajak tambahan atau biaya

pungutan terhadap barang yang mengakibatkan kerugian.

Komisi anti dumping Australia menemukan adanya intervensi pemerintah

Indonesia terhadap industry kertas Indonesia, maka dari itu Australia memberlakukan

salah satu hambatan perdagangan yakni dengan pengenaan pajak impor yang tinggi

atau menerapkan bea masuk anti dumping , dengan tuduhan adanya dumping yang

diterapkan oleh pemerintah Indonesia terhadap kertas fotocopy A4.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa terjadi sengketa kertas antara Indonesia dengan Australia?

2. Bagaimana penyelesaian sengketa kertas antara Indonesia dengan Australia?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui alasan terjadinya sengketa antara Indonesia dengan

Australia

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia

dengan Australia.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sengketa kertas antara Indonesia dengan Australia

Sengketa Indonesia dan Australia berlangsung sejak 1 September 2017.

permasalahan utama yang digugat Indonesia adalah tuduhan Australia yang muncul di

dalam final report bahwa terdapat situasi Particular Market Situation (PMS) di

industri kertas Indonesia yang menyebabkan harga bubur kertas sebagai bahan baku

kertas terdistorsi. Australia mendasari temuan adanya PMS dengan adanya intervensi

Pemerintah Indonesia dalam bentuk kebijakan-kebijakan di industri kehutanan,

khususnya kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat yang diduga menyubsidi industri

kertas dengan membuat pasokan kayu bahan baku kertas melimpah sehingga

harganya menjadi rendah.

Australia menerapkan bea masuk anti-dumping (BMAD) hingga 33% terhadap

impor produk kertas A4 asal Indonesia. Kebijakan itu berlaku sejak 20 April 2017.
Atas hal ini, Indonesia akhirnya menggugat Australia via WTO dalam kasus DS529:

Australia Anti-Dumping Measures on A4 Copy Paper. Pengenaan BMAD itu

mengakibatkan turunnya kuantitas ekspor produk kertas RI ke Australia yang

berdampak pada penurunan nilai ekspor.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, nilai ekspor kertas A4 ke

Australia anjlok 42,56% dari tahun 2016 sebesar US$ 34,34 juta menjadi US$ 19,72

juta di 2017. Dalam periode Januari-September tahun ini, nilai ekspor tersebut bahkan

hanya mencapai US$ 9,47 juta, alias kembali turun drastis hingga 36,8% secara year-

on-year (yoy). Padahal, dalam medio 2013-2016 ekspor kertas A4 ke Negeri Kanguru

tumbuh positif 23,22%.

Australia mendasari temuan adanya PMS dengan adanya intervensi

Pemerintah Indonesia dalam bentuk kebijakan-kebijakan di industri kehutanan,

khususnya kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat yang diduga menyubsidi industri

kertas dengan membuat pasokan kayu bahan baku kertas melimpah sehingga

harganya menjadi rendah.

Berdasarkan keterangan dari Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas

Indonesia (APKI) Liana Bratasida Justifikasi yang digunakan Australia untuk

menuduhkan dumping kepada kertas Indonesia dianggap tidak benar. Ia

menerangkan, industri kertas RI dituduh telah menerima bantuan dari pemerintah

melalui beragam kebijakan, salah satunya pelarangan ekspor kayu bulat yang disebut

Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk subsidi dari negara. Australia sendiri

menganggap kebijakan itu telah menimbulkan kondisi pasar khusus (particular market

situation/PMS) yang akhirnya mendistorsi harga bubur kertas (pulp) sebagai bahan

baku produksi. Padahal kenyataannya, kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat


bertujuan untuk mengatasi illegal logging yang banyak terjadi di Tanah Air, bukan

sebagai bentuk su bsidi yang menguntungkan industri pulp dan kertas. Jadi,

tuduhan-tuduhan tersebut tidak benar adanya. 1

Direktur Pengamanan Perdagangan Pradnyawati menambahkan, penurunan

kinerja ekspor kertas fotokopi A4 ke Australia akibat pengenaan BMAD tersebut

telah menjadi salah satu faktor tergesernya posisi negara tujuan ekpor kertas fotokopi

A4 Indonesia dari posisi lima besar menjadi 25 pada tahun ini. Oleh karena itu, jika

interprestasi dan aplikasi menggunakan PMS oleh Australia untuk menetapkan

besaran margin dumping ini dibenarkan maka akan mengancam akses pasar ekspor

kertas Indonesia ke seluruh dunia. 2

2. Penyelesaian sengketa kertas antara Indonesia dengan Australia

Pemerintah Indonesia akan mengirimkan delegasi ke pertemuan pertama

sengketa dagang Indonesia melawan Australia untuk produk kertas fotokopi (DS529:

Australia Anti-Dumping Measures on A4 Copy Paper). Delegasi yang terdiri dari

unsur Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri beserta tim kuasa

hukum pemerintah Indonesia akan menghadiri pertemuan tersebut, yang akan

dilaksanakan pada 18-19 Desember 2018 di kantor World Trade Organization

(WTO), Jenewa, Swiss. Misi utama nya yaitu untuk membuka kembali akses pasar

produk kertas fotokopi A4 dari Indonesia yang saat ini dikenakan Bea Masuk Anti

Dumping berkisar antara 12,6-33 persen di Australia. Terdapat lima klaim yang akan
1
Dilansir dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20181220150718-4-47300/australia-terapkan-anti-
dumping-ekspor-kertas-ri-anjlok-40#:~:text=Jakarta%2C%20CNBC%20Indonesia%20%2D%20Australia
%20menerapkan,produk%20kertas%20A4%20asal%20Indonesia.
2
Dilansir dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/3841460/ri-lawan-tuduhan-australia-soal-sengketa-
produk-kertas-fotokopi-di-wto
diangkat Indonesia untuk melawan Australia yang dinilai melanggar perjanjian anti-

dumping WTO pasal 2.2, 2.2.1.1 dan 9.3. Namun, istilah PMS sebenarnya belum

terdefinisikan dan hanya disebutkan satu kali dalam perjanjian anti-dumping WTO.

Menurut Australia, kondisi PMS ini mengizinkan otoritas penyidik untuk

menggantikan data biaya produksi dan penjualan produsen atau eksportir dengan

tolok ukur harga dari luar negeri (out-of-country benchmark). Dengan demikian,

harga di dalam negeri (normal value) akan melambung dan menyebabkan

terbentuknya margin dumping karena margin dumping merupakan perbandingan

antara harga domestik dengan harga ekspor.

Selain itu juga, menurut Australia, otoritas penyidik dapat tidak mengenakan

aturan lesser duty atau pengenaan tingkat bea masuk antidumping dengan besaran

(level) yang lebih kecil dari margin dumping yang ada.

Sepanjang besaran tersebut dianggap proporsional untuk memulihkan

kerugian industri domestik sebagai akibat impor produk dumping.

Sementara itu, Indonesia menilai tuduhan ini tidak adil. Dalam upaya

pembelaan pada tahap investigasi, pemerintah Indonesia telah menyampaikan

sanggahan terkait PMS ini melalui berbagai cara. Pemerintah Indonesia juga telah

melakukan konsultasi, penyampaian surat tingkat Menteri, hingga melayangkan

gugatan ke pengadilan domestik Australia, yaitu Anti-Dumping Review Panel

(ADRP). berdasarkan keterangan dari Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan

Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo Kendati

berbagai upaya telah dilakukan, Indonesia belum menemukan hasil yang memuaskan

sehingga diputuskan untuk menaikkan sengketa ke tingkat WTO. Untuk pertama


kalinya kasus ini akan memberikan pertimbangan bagi hakim WTO tentang

bagaimana menafsirkan dan menerapkan metode PMS ini di negara lainnya.

interprestasi dan implementasi PMS tersebut sangat penting bagi negara berkembang

seperti Indonesia. jika semua intervensi Pemerintah otomatis dianggap sebagai PMS,

maka tentunya hal ini akan menimbulkan kontroversi. Implementasi PMS yang

dilakukan negara berkembang sejauh ini masih belum bisa memenuhi kriteria sebagai

intervensi yang menyebabkan distorsi, seperti interpretasi Australia terhadap

Indonesia. Kondisi ini terutama semakin mengkhawatirkan setelah modernisasi

peraturan trade remedy oleh negara-negara maju lainnya seperti Uni Eropa dengan

istilah significant distortion dan AS yang saat ini telah menerapkan dalam tuduhan

dumping dan subsidi terhadap produk biodiesel Indonesia.

Panel Sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia(World Trade

Organization/WTO) akhirnya memutuskan untuk memenangkan gugatan

Indonesia atas Australia yang mengenakan kebijakan Masuk Anti-Dumping

(BMAD) untuk produk A4 Copy Paper asal Indonesia (DS529).Keputusan

tersebut tertuang dalam laporan akhir kasus sengketa pengenaan BMAD untuk produk

A4 Copy Paper asal Indonesia yang diterbitkan WTO. WTO menyatakan kebijakan

Australia mengenakan BMAD terhadap produk A4 Copy Paper asal Indonesia

tersebut melanggar Pasal 2.2 dan 2.2.1.1 perjanjian anti-dumping WTO.

Beberapa ketentuan dalam perjanjian anti-dumping WTO yang terbukti

dilanggar Australia, yaitu Pasal 2.2. Ketentuan anti-dumping WTO karena telah

mengkonstruksi nilai normal produsen kertas foto kopi A4 Indonesia tanpa terlebih

dahulu menguji apakah harga penjualan domestik dapat dibandingkan secara

layak dengan harga penjualan ekspor. Kemudian Pasal 2.2.1.1 ketentuan anti-
dumping WTO karena Australia menolak memakai data pembukuan aktual

produsen walaupun data dimaksud sudah memenuhi persyaratan GAAP

(Generally Accepted Accounting Principles) dan secara masuk akal telah

merefleksikan biaya sehubungan dengan produksi.Berikutnya, kalimat pertama

Pasal 2.2 ketentuan anti-dumping WTO karena Australia (a) tidak mempunyai

dasar untuk menggunakan harga ekspor pulp dari Brazil dan Amerika Selatan

ke RRT dan Korea, (b) tidak mengeluarkan profit dari acuan harga pulp yang

digunakan.Sedangkan, terkait gugatan Pemerintah Indonesia terhadap temuan

adanya Particular Market Situation (PMS) di industri kertas Indonesia oleh

Otoritas Australia, Panel memutuskan temuan tersebut belum dapat dibuktikan

melanggar Pasal 2.2 Perjanjian Anti-Dumping WTO.Meskipun demikian, Panel

memutuskan, terlepas ada atau tidaknya PMS, Otoritas Penyelidikan tetap harus

melakukan “proper comparison” antara harga domestik dan harga ekspor dalam

menentukan nilai normal sebagaimana dipersyaratkan Pasal 2.2 Perjanjian Anti-

Dumping.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indrasari Wisnu

Wardhana juga memberikan penegasan terhadap keputusan WTO yang

memenangkan gugatan Indonesia tersebut. Ia juga menerangkan Kemenangan

ini diharapkan akan mengangkat kembali kinerja ekspor kertas Indonesia ke

Australia. Nilai ekspor kertas tersebut menurun dari USD 34 juta pada 2016

menjadi USD 12 juta pada 2018 akibat pengenaan BMAD oleh Australia

sebesar 12,6 persen sampai dengan 38,6 persen3

BAB III

3
Dilansir dari https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/indonesia-menang-sengketa-kertas-di-wto
PENUTUP

1. Kesimpulan

Sengketa Indonesia dan Australia berlangsung sejak 1 September 2017.

permasalahan utama yang digugat Indonesia adalah tuduhan Australia yang muncul di

dalam final report bahwa terdapat situasi Particular Market Situation (PMS) di

industri kertas Indonesia yang menyebabkan harga bubur kertas sebagai bahan baku

kertas terdistorsi.

Australia menerapkan bea masuk anti-dumping (BMAD) hingga 33% terhadap

impor produk kertas A4 asal Indonesia. Kebijakan itu berlaku sejak 20 April 2017.

Atas hal ini, Indonesia akhirnya menggugat Australia via WTO dalam kasus DS529:

Australia Anti-Dumping Measures on A4 Copy Paper. Pengenaan BMAD itu

mengakibatkan turunnya kuantitas ekspor produk kertas RI ke Australia yang

berdampak pada penurunan nilai ekspor.

Panel Sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia(World Trade

Organization/WTO) akhirnya memutuskan untuk memenangkan gugatan

Indonesia atas Australia yang mengenakan kebijakan Masuk Anti-Dumping

(BMAD) untuk produk A4 Copy Paper asal Indonesia (DS529).Keputusan

tersebut tertuang dalam laporan akhir kasus sengketa pengenaan BMAD untuk produk

A4 Copy Paper asal Indonesia yang diterbitkan WTO. WTO menyatakan kebijakan

Australia mengenakan BMAD terhadap produk A4 Copy Paper asal Indonesia

tersebut melanggar Pasal 2.2 dan 2.2.1.1 perjanjian anti-dumping WTO.


2. Saran

Terkait dengan diplomasi Indonesia dalam menyikapi atau menyelesaikan tuduhan

dumping kertas fotocopy A4 oleh Australia. Penulis menyarankan agar stake holder

ikut serta dalam pertemuan atau sosialisasi dengan konsumen kertas di Australia, jadi

tidak hanya Pemerintah saja yang terjun langsung. Hal ini diharapkan agar kontak

dagang atau hubungan konsumen kertas di Australia lebih erat dengan stake holder

Indonesia serta akan terus mempercayai bahwa produk kertas Indonesia memiliki

kualitas yang baik serta kompetitif dalam produksi kertas.

Kemudian diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi tuduhan

dumping kertas agar dilakukan dalam berbagai bentuk diplomasi lainnya, seperti

adanya pertemuan khusus bagi produsen-produsen kertas antar kedua negara agar

lebih terjalin hubungan yang lebih baik. Serta adanya kegiatan kunjungan Pemerintah

Indonesia dan Pemerintah Australia dengan produsen kertas Indonesia maupun

produsen kertas Australia untuk dapat saling bekerja sama dalam mencapai

kepentingannya masing-masing serta tidak ada lagi tuduhan dumping kertas yang

serupa.

penulis juga menyarankan agar ke depannya, pemerintah diharap lebih berhati-hati

sebelum membuat kebijakan agar tidak lagi digugat dengan tuduhan-tuduhan yang

merugikan industri dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA

Internet:

https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/indonesia-menang-sengketa-kertas-di-

wto

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3841460/ri-lawan-tuduhan-australia-soal-

sengketa-produk-kertas-fotokopi-di-wto

https://sumbar-antaranews-com.cdn.ampproject.org/v/s/sumbar.antaranews.com/

amp/berita/311128/indonesia-menang-sengketa-kertas-atas-australia?

amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM

%3D#amp_ct=1681616919246&amp_tf=Dari

%20%251%24s&aoh=16816169102285&referrer=https%3A%2F

%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fsumbar.antaranews.com

%2Fberita%2F311128%2Findonesia-menang-sengketa-kertas-atas-australia

https://jarijambi.com/penyelesaian-sengketa-gugatan-indonesia-terhadap-australia-

mengenai-produk-kertas/

https://www.cnbcindonesia.com/news/20191205211449-4-120799/ri-menang-lawan-

australia-tempur-soal-kertas-di-wto

Anda mungkin juga menyukai