Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya
yang tidak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran geografi dan
membahas mengenai hidrosfer.
Kami berharap, makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi
pembaca,.Kritik dan saran yang membangun semangat kami harapkan demi
peningkatan kualitas makalah ini.
Terima kasih.
Salam dalam Kristus,
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1. Latar belakang.......................................................................................1
2. Rumusan masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Terbentuknya Laut...................................................................3
2. Komposisi Kimia Air Tambak/Laut.....................................................5
3. Bagaimana Proses Terjadinya Hujan?..................................................6
4. Proses Terbentuknya Hujan Buatan......................................................7
5. Identifikasi Berbagai Jenis Perairan 1. Sungai........................................11
6. Identifikasi berbagai proses pelapukan/pengikisan sungai.....................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Teori tentang terjadinya bumi yang sudah diterima secara meluas adalah
yang dikembangkan pada tahun 1944 oleh seorang ahli teori bangsa Jerman Carl
F. von Weizsacker dan kemudian dimodifikasi oleh Gerard P. Kuiper dari
Universitas Arizona, AS. Teori ini mengemukakan bahwa matahari berkembang
dari awan hidrogen dan helium yang sangat banyak dan berbentuk gas. Dalam
awan ini terdapat unsur serta senyawa yang menjadi bahan semua planet dalam
bentuk debu halus yang tersebar dan meliputi satu persen dari seluruhnya. Air,
dalam bentuk uap dan hablur, adalah salah satu di antara senyawa-senyawa
tersebut.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang lahir adalah:
1. Unsur-unsur utama siklus hidrologi
2. Identifikasi berbagai jenis perairan
3. Daerah aliran sungai (DAS)
4. Potensi air permukaan dan tanah
5. Penyebab dan usaha mengurangi resiko banjir f. Pantai dan pesisir laut
6. Ekosistem pantai dan pesisir h. Zona pesisir dan laut
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Komposisi Kimia Air Tambak/Laut.
Apabila berbicara tentang air tambak pasti berbicara tentang air laut.
Sehingga pembahasan air tambak pun tidak terlepas dari air laut. Unsur-unsur
kimia yang terdapat di dalam air laut atau tambak yaitu berupa garam-garam, gas-
gas, suspensi dan senyawa organik. Garam-garam tersebut berasal dari hasil erosi
batu-batuan yang diangkut oleh sungai dan telah berlangsung dalam kurun waktu
yang sangat lama. Beberapa senyawa lain terutama yang berupa gas berasal dari
makhluk hidup yang ada didalamnya termasuk unsu oksigen dan nitrogen.Karena
senyawa kimia yang ada di dalam laut / tambak sangat kompleks, agak sulit untuk
menentukan jumlah zat-zat yang terlarut didalamnya, karena diperlukan perangkat
peralatan yang lengkap. Namun demikian Forch Knudsen dan Sorensen (1902)
menyatakan bahwa perbandingan elemen-elemen tersebut dapat dikatakan tetap.
Dengan kata lain konsentrasi zat-zat terlarut dalam air dapat ditentukan apabila
salah satu elemennya dapat diketahui. Karena itu klorida merupakan satu elemen
yang paling besar jumlahnya, konsentrasinya digunakan sebagai standar untuk
menentukan tinggi rendahnya kadar garam (salinitas).
Komposisi Kimia dalam Air Laut / Tambak
No. Senyawa Konsentrasi g/kg pada salinitas 35 ppt
1 Klorida (Cl) 19.353
2 Natrium (Na) 10.730
3 Sulfat (S) 2.712
4 Magnesium (Mg) 1.294
5 Kalsium (Ca) 0.413
6 Kalium (K) 0.387
7 Bicarbonat (HCO3) 0.142
8 Bromida (Br) 0.067
9 Strontium (Sr) 0.008
10 Brom (B) 0.004
11 Flourida (F) 0.001
6
Salinitas menunjukkan banyaknya (gram) zat-zat terlarut dalam (satu)
kilogram air laut, dimana dianggap semua karbonat telah diubah menjadi oksida
dan unsur Bromida (Br), Iodium (I) diganti oleh Klorida (Cl) dan semua bahan
organik telah dioksidasi secara sempurna. Selain unsur-unsur utama yang
disebutkan diatas ada beberapa unsur lain yang besar peranannya dalam
menentukan kualitas air tersebut, khususnya hubungannya dengan usaha budidaya
udang di tambak. Unsur tersebut adalah Fosfor, Nitrogen, Silikon dan
Karbondioksida.
9
6. Identifikasi Berbagai Jenis Perairan 1. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya didaratan menuju dna
berumuara dilaut, danau atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai
meruapakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu limpasan yang
berasal dari hujan, limpasan dari anak-anak sungai, dan limpasan dari air tanah.
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu:
· Sungai konsekwen lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni
lereng-lereng asli yang ada dipemrukaan bumi seperti dome, block
mountain, atau dataran yang baru terangkat.
· Sungai konsekwen longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegunungan).
· Sungai subsekwen, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai
konsekwen lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai kepuncak
lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi ke samping dan
memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah
strike (arah patahan)
· Sungai superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen
datar yang menutupi lapisan batuan dibawahnya. Apabila terjadi peremajaan,
sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan menutup dan memotong formasi
batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak
sesuai dengan struktur batuan.
· Sungai anteseden, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat
mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila
pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
· Sungai resekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope
(lemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan
sungai resekwen lateral. Sungai resekwen ini terjadi lebih akhir sehingga lebih
mudah dan sering merupakan anak sungai subsekwen.
· Sungai obsekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan
patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
10
· Sungai insekwen, yakni sungai terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab
yang nyata. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola
aliran dendritis. · Sungai reserve, yakni sungai yang tidak dapat
mempertahankan arah alirannya melawan
suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
· Sungai komposit, yakni sungai yang mengalir dari darah yang berlainan
struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai komposit.
· Sungai anaklinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang
secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah
arus sungai.
· Sungai kompound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang
berlawanan geomorfologinya.
a. Pola aliran sungai
Ada berbagai pola aliran sungai sebagai berikut:
1. Pararel adalah pola aliran sungai yang terdapat pada suatu daerah yang
luas dan miring sekali, sehingga gradien dari sungai itu besar dan sungainya
dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih
lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu costal plain (dataran pantai)
yang masih mudah yang lereng aslinnya miring sekali ke arah laut.
2. Rektangular adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang
mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau
hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku-siku.
3. Angulat adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku-siku tetapi
lebih kecil atau besar dari 90°C.
4. Radial sentrifugal adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau
dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng-
lereng pegunugan
5. Radial sentripental adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan
suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya.
11
6. Trelis adalah pola aliran yang berbentuk seperti tralis. Disini sungai
mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklim dan sinklim yang
pararel.
7. Anular adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau
kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai
konsekwen, subsekwen, resekwen, dan obsekwen.
8. Dendritik adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman.
hTerdapat pada daerah yang batu-batuannya homogen, dan lereng-lereng tidak
begitu terjal, sehingga sungai-sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk
menempuh jalan yang lurus dan pendek.
b. Meander sungai
Meander sungai adalah bentuk kelokan-kelokan aliran sungai. Kenampakan
ini sering didapati pada aliran sungai didaerah dataran rendah, terbentuk
meander ialah karena adanya reaksi dari aliran sungai terhadap batu-batuan
yang relatif homogen dan kurang resisten terhadap erosi.
Pada lengkungan mender masing-masing terdapat dua sisi. Bagian dari lengkung
meander yang selalu mendapat sedimentasi sehingga menyebabkan aliran terseut
berpindah disebut under cut. Aliran air mengalir lebih cepat pada sisi luar
lengkungdibandingkan arus pada sisi dalam, sehingga sisi luar lengkungan
tererosi dan hasilnya terendapkan pada sisi dalam Demikian seterusnya sampai
pada suatu saat meander mungkin akan terbentuk setengah lingkaran atau bahkan
hampir melingkar penuh. Batas daratan yang sempit yang memisahkan antara
tikungan satu dan tikungan lainnya akhirnya terpotong oleh saluran yang baru,
dan terbentuklah danau tapal kuda atau danau mati (oxbow lake). Sungai san
juan merupakan salah satu contoh sungau bermeander yang melakukan erosi
pendalaman terhadap batuan dasar sehingga sungai tersebut berkedudukan tepat
didasar lembahnya.
c. Pada ujung aliran dekat muara dilaut atau danau, akan terbentuk
endapan yang disebut delta.
12
Delta meliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain: jenis batuan, kecepatan aliran
sungai, dan musim.
7. Identifikasi berbagai proses pelapukan/pengikisan sungai
Secara alami, sungai mengalir sambil melakukan aktivitas yang satu sama lain
saling berhubungan dengan, yakni: erosi (pengikisan), pengangkutan
(transportasi) dan penimbunan atau pengendapan (sedimentasi). Ketiga aktivitas
tersebut tergantung pada faktor-faktor kemiringan daerah aliran sungai, volume
air singai, dan kecepatan aliran air.
Makin besar kemiringan aliran sungai, makin besar pula aktivitas pengikisan dan
pengangkutan. Sebaliknya, penimbunan akan semakin insentif pada daerah datar,
dimana aliran mengalir lambat sehingga air mempunyai kesempatan untuk
mengendapkan material yang dibawanya. Bahan yang diangkut oleh sungai terdiri
atas material halus yang melayang dan bongkah batu yang menggelinding di dasar
sungai. Bahan-bahan yang diangkut sungai mengalami pengendapan mulai dari
material yang kasar dan berukuran besar seperti bongkah, krakal, dan kerikil,
akibat dari proses erosi sungai yang aktif maka terbentuklah beberapa bentuk
lembah sungai.
Kenampakan bentuk suatu lembah sungai tersebut dapat mencerminkan
tingakat perkembangan sungainya. Lembah sungai adalah suatu bentuk
permukaan yang lebih rendah dari pada bagian lainnya yang dihasilkan oleh
pengikisan air. Pertumbuhan suatu lembah sungai dapat berjalan melalui tiga
proses yakni: pendalaman, pelebaran, dan pemanjangan.
1. Pendalaman lembah sungai
Didaerah hulu sungai dengan perbedaan ketinggian masih cukup besar, sungai
memliki aliran yang cukup kuat. Kecepatan aliran yang besar menyebabkan
proses erosi dan transportasi bekerja lebih dominan. Kekuatan aliran erosi bekerja
dengan cara menumbuk dan menggeras dasar sungai. Cara kerja ini disebut sebgai
pengikisan hidrolik. Serpihan batuan yang terbawa oleh aliran yang deras juga
tutut mengikis dan mempercepat pendalaman sungai, yang disebut sebagai
13
pengikisan mekanik. Disamping itu berjalan pula proses pengikisan
kimiawi berupa pelarutan dan reaksi asam terhadap dasar dan tepi saluran sungai.
2. Pelebaran lembah sungai
Pada daerah datar, proses erosi yang bekerja lebih banyak adalah erosi
menyamping (lateral). Hal ini disebabkan lambatnya kecepatan arus yang
mengalir. Erosi lateral yang dominan berisfat melebarkan saluran dan lembah
sungai. Selain itu berjalan pula proses agradasi atau penambahan endapan yang
berasal dari materi longsoran (masa wasting) dari daerah lereng-lereng diatasnya.
Adanya proses ini mempercepatkan terjadinya pelebaran lembah sungai.
3. Pemanjangan lembah sungai
Pemanjangan lembah dapat terjadi karena terjadinya penurunan permukaan laut,
sehingga daratan bertambah maju, dan karena pertumbuhan delta, yang berarti
menambah pula muka daratan.Perkembangan suatu lembah sungai menunjukan
umurnya. Umur disini merupakan umur relatif berdasarkan kenampakan bentuk
lembah tersebut yang terjadi dalam beberapa tingkat (stadium). Pada stadium
awal, gradien sungai masih besar sehingga daya kikis vertikal besar. Pada stadium
ini dataran asli baru saja terbentuk ini dapat terjadi akibat pengangkatan dasar laut
keatas permukaan atau erupsi (peletusan) gunung-gunung berapi yang
mengahasilkan sedimentasi yang begitu banyak sehingga terbentuk permukaan
daratan yang baru. Dibeberapa tempat terdapat permulaan sungai dengan lembah
yang kecil-kecil. Jadi pada stadium ini daerah disekitarnya masih merupakan
bentuk antara aliran dan erosi baru saja mulai.
Pada stadium mudah pembentukan lembah mulai terjadi dengan tanda-tanda
sebagai berikut.
1. Penampang lintang dari tengah terbentuk V. Hal ini disebabkan karena daya
kikis vertikal yang kuat akibat gradien masih besar.
2. Sungai masih banyak mempunyai erosi basis sementara
3. Daya angkut aliran air sungai masih merupakan daya angkut yang besar 4.
Lebar pada bagian bawah lembah sama dengan lebar saluran sungai 5. Dasar
lembah masih belum merata.
14
Selanjutnya, pada stadium dewasa lembah sungai akan memiliki ciri sebagai
berikut: 1. Gradien sungai menjadi lebih kecil
2. Erosi yang berperan penting adalah erosi lateral, sedangkan erosi vertikal
praktis sudah tidak terjadi
3. Pada bagian akhir stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran datar
sungai 4. Lembah sungai berbentuk U, yang ukuran lebarnya melebihi dalamnya
5. Pada dasar lembah terdapat dataran banjir (flood plain) dan pada flood plain
sungai membentuk kelokan (meander)
6. Dengan dasar lembah sungai sudah merata maka tidak terdapat lagi erosi dasar
sungai
4. Kualitas fisik air sungai dan pemanfaatan sungai.
Kualitas air sungai di Pulau Jawa, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Tangerang, dan Surabaya cenderung menurun. Penurunan kualitas air
sungai dapat ditunjukan dengan adanya perubahan kadar parameter tertentu
seperti kadar PH, kebutuhan oksigen biologi atau biolocal Oxyegen
Demand (BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi/ Chemical Oxyegen
Demand (COD). Parameter BOD dan COD sungai-sungai diseluruh propinsi
dipulau Jawa yang telah melampaui baku mutu yang ditetapkan,diantaranya
sungai Ciliwung, dana Sunter, sunga Citarung, kali Garang, sungai Bengawan
Solo dan kali Surabaya. Kekeruhan air pada sungai-sungai di pulau Jawa
umumnya menunjukan tingkat yang cukup tinggi. Taksiran jumalah lumpur yang
dibawah sungai-sungai di pulau Jawa dapat mencapai 25 juta ton pert tahun.
Hal itu menandakan bahwa erosi tanah telah terjadi dibagian hulu. Pengaturan
terhadap pemanfaatan sungai menjadi hal yang penting karena menyangkut nilai
ambang batas pencemaran. Dasar penentuan manfaat sungai adalah dominasi
pemnafaatan diwiliayah itu, berdasarkan kualitas air saat itu. Upaya program kali
bersih (Prokasi) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi
penemaran sungai. Program ini adalah kegiatan yang terpusat dan bertujuan
menurunkan jumlah beban zat pencemaran yang masuk ke sungai.Sungai
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, misalnya sbb:
15
a. Sungai banyak mengandung bahan-bahan bangunan
b. Sungai dapat memberikan mata pencarian penduduk
c. Air terjun sungai dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik d. Sungai
dapat digunakan untuk kepentingan pengairan
e. Untuk menumbuh kesuburan tanah
f. Hasil pengendapan sungai dapat mengahasilkan dataran aluvial yang subur
g. Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan suatu industri
yang banyak memerlukan air.
h. Sungai untuk lalu lintas air
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertentu, yang biasanya
berbentuk mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai-sungai, mata
air, dan air tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan
memberikan suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu
bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, bila sumber
air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka
danau itu umumnya bersifat temporer atau periodik. Artinya, dnaau tersebut pada
waktu tertentu menjadi kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut : a.
Danau air asin
Danau air asin terdapat di daerah semi arid dan arid, dimana penguapan yang
terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran.
b. Danau air tawar
Danau air tawar terdapat di daerah-daerah humid (basah) dimana curah hujan
tinggi. Danau ini mendapatkan curah hujan dan mengalirakan ke laut. Jadi danau
ini merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jaenis sebagai
berikut: a. Danau tektonik
Danau tektonik terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) dipermukaan
bumi yang menimbulkan bentuk-bentuk patahan, slenk,dll. Slenk yang diapit oleh
horst, disekitarnya dapat membentuk danau kalau mendapat air dalam jumlah
cukup. Setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dulunya dilalui gletser
16
menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah berisi air itu tak
berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau.
c. Danau vulkanis
Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik. Pada bekas suatu letusan
gunung api akan timbil suatu cekungan yang disebut depresi vulkanis. Jika dasar
cekungan tersebut kemudian tertutup oleh material vulkan yang tak tembus air,
hujan yang jatuh akan tertampung dan membentuk danau vulkanis. Bentuk dan
luas danau vulkanis yang terjadi tergantung pada macam proses vulkanis yang
membentuknya.
d. Danau dolina
Danau dolina/dolin merupakan danau yang terdapat didaerah karst dan umumnya
berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila didasar dan tebing dolina terdapat
bahan geluh lengkung yang merupakan bahan yang tak tembus air, maka air hujan
yang jatuh tertampung didolina tak dapar terus masuk ke tanah kapur, sehingga
terjadilah danau dolina. Danau dolina dapat juga terjadi karena adanya air didalam
tanah kapur tinggi.
e. Danau terbendung
Bahan-bahan lepas maupun terikat, misalnya runtuhan gunung, moraine ujung
dari gletser, aliran larva yang membendung lembah sungai, sehingga aliran airnya
akan tertahan dan akhirnya membentuk danau. Disini termasuk pula danau hasil
bendungan manusia yang disebut waduk atau dam.
17
BAB III
PENUTUP
8. Saran
Demikianlah makalah kami, semoga bermanfaat bagi pembaca. Saran dan
kritik yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman sangat kami
harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
9. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Rasa asin air laut diakibatkan asamnya air laut yang terjadi karena saat itu
atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-
garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini.
2. Unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam air laut atau tambak yaitu
berupa garam-garam, gas-gas, suspensi dan senyawa organik.
3. Proses terbentuknya hujan dimulai dari penguapan air. Uap-uap air akan
mengalami proses kondensasi atau pemadatan yang akhirnya menjadi
awan. Awan-awan itu akan bergerak, gerakan angin vertikal ke atas
menyebabkan awan bergumpal hingga berhasil mencapai atmosfir yang
bersuhu lebih dingin. Akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami
presipitasi atau proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke
bumi.
4. Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia
dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air
yang cukup. Dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus
dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya
awan jenuh.
18
DAFTAR PUSTAKA
Watt, Fiona. 2004. Gempa Bumi dan Gunung Berapi. Bandung: Pakar
Raya.Buletin Mina Diklat, Oktober 2003 oleh Rahbiah
19