Anda di halaman 1dari 33

SARBANES OXLEY, PENGENDALIAN INTERN, AKUTANSI KAS KECIL,

REKENING BANK DAN SURAT BERHARGA

DOSEN : YUSIFA PASCAYANTI, SE, MSA, AK

KELOMPOK I

ANGGOTA :

PUJA ILAHI ( A0D021101 )

PUTRI ANGELITA ( A0D021103 )

RAHINI ( A0D021105 )

RATNA DEWI ( A0D021107 )

RIAN SAPUTRA ( A0D021109 )

RISMA AMALIA (

IRGI SOFIYAN (

ROCKY PRATAMA

ROY MARDIANSYAH

TRI LIANA PEPPYRA

WANDA OKTA AMALIA

WISTIA PARDIANA

WULANDA ASHARI

UNIVERSITAS MATARAM

Jl. Majapahit No. 62, Gomong, Kec. Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat

Tahun Akademik 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmatnya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Adapun tema dari tugas ini adalah “ SARBANES
OXLEY, PENGENDALIAN INTERN, AKUTANSI KAS KESIL, REKENING BANK
DAN SURAT BERHARGA”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarya kepada
dosen mata kuliah AKUTANSI yang telah memberikan tugas kepada kami.

Saya jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik bagi studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga tugas ini dapat berguna bagi kami
pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-
Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik
akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di
perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan
aturan tersebut.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang
berwujud (seperti mesindan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab
itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap
semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.
Rekonsiliasi bank didefinisikan sebagai proses penyesuaian informasi catatan
kas menurut sebuah perusahaan dan juga menurut bank. Rekonsiliasi bank juga
diartikan sebagai kegiatan merinci adanya perbedaan terhadap catatan transaksi milik
bank sebagai pengelola transaksi serta catatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan
pihak bank berupa rekening koran atau biasa disebut Bank Statement.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sarbanes oxley ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian intern ?
3. Bagaimana prosedur pengendalian kas terhadap penerimaan dan pengeluaran
4. Apa yang dimaksud dengan reknsiliasi Bank ?
5. Apa saja komponen yang ada dalam kas kecil dan surat berharga ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sarbanes oxley
2. Untuk mengetahui tentang pengendalian intern
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengendalian kas terhadap penerimaan
dan pengeluaran kas
4. Untuk mengetahui hal-hal mengenai rekonsiliasi bank
5. Untuk mengetahui berbagai jenis surat berharga dan kasa kecil
BAB II

PEMBAHASAN

1. UNDANG-UNDANG SARBANES OXLEY


A. PENGERTIAN SARBANES OXLEY ACT

Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-


Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik
akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di
perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan
aturan tersebut.

B. SEJARAH MUNCULNYA SARBANES - OXLEY

Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau SOA adalah hukum federal
Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini
diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael
Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan
suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Undang-
undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap
berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International,
Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems,
Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing,
HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan
beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen,
KPMG dan PWC.

Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor


karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini
mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini
merupakan contoh tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat
buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai.
Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa aturan
pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa self
regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas
perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi
perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta
membuat perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi
semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik
walaupun tidak berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau
bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan
Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and
Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk
menaati hukum ini. Saat ini, corporate governance dan pengendalian internal bukan
lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang.

C. AKTIVITAS SOA PADA PERUSAHAAN

Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan


pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih
banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi
eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula
mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris,


komite audit, dan pihak manajemen.
b. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah
dewan yang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.
c. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities
Exchange Commision) secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non-audit” yang
tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien .
d. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan)
e. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest
f. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan


publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi
pegawai atau pengadu untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem
pelaporan ini diselenggarakan oleh komite audit. Perusahaan dapat
menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s EthicsLine. ACFE dapat
membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan menerima dan
merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat
mengambil tindakan yang tepat. Sistem hotlines ini akan mendorong para
pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan
pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi
program pencegahan fraud yang kuat.

D. ISI SARBANES OXLEY ACT

Secara umum SOX’s Act terdiri dari tiga bagian penting yang harus
diperhatikan oleh manajemen perusahaan publik, yaitu: Seksi 404, 906, dan 302.
Peraturan ini sudah mulai dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan publik
di AS sejak dikeluarkannya peraturan tersebut, Juli 2002, namun yang menjadi
penekanan adalah seksi 302 dan seksi 404.
Seksi 404 berisi peraturan yang mewajibkan manajemen untuk menilai
internal kontrol yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya serta
pengesahan dari auditor eksternal. Seksi 906 berisi peraturan yang mewajibkan
manajemen perusahaan secara periodik untuk melaporkan segala sesuatu
menyangkut informasi keuangan yang juga tunduk kepada peraturan bursa saham,
serta menyatakan dengan benar kondisi laporan keuangan dan hasil operasi
perusahaan. SOX’s act seksi 302 berisi peraturan yang hampir sama dengan seksi 906,
tetapi seksi 302 berisi tambahan atas pengungkapan yang berhubungan dengan
pengungkapan internal kontrol dan prsodurnya, serta internal kontrol dan
penipuan/kecurangan.
Berikut ini dijelaskan beberapa bagian(section) dari Sarbanes-Oxley Act
yang perlu mendapat perhatian.
1. Seksi 101
Seksi 101 SOX mengatur tentang pembentukan dan ”administrative
provisions” dari Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB
memiliki 5 anggota yang menguasai keuangan (financially-literate), menjabat
selama 5 tahun. Dua anggota dari PCAOB harus CPA (Certified Public
Accountant), dan sisa tiga anggotanya tidak harus dan dapat bukan CPA.
2. Seksi 102
Seksi 102 SOX mengatur tentang pendaftaran atau registrasi dengan
PCAOB. Kantor akuntan publik (audit firms) yang terlibat dalam audit
perusahaan publik harus terdaftar dalam audit perusahaan publik harus terdaftar
pada PCAOB.
3. Seksi 103
Seksi 103 SOX mengatur tentang auditing, pengendalian mutu, dan
aturan, aturan dan standar indenpendensi. PCAOB akan membuat standar auditing
dan standar atestasi yang berkaitan, standar pengendalian mutu, dan standar
etik yang digunakan kantor akuntan publik dalam penyusunan dan penerbitan
laporan audit dari emiten (issuers) sebagaimana yang disyaratkan oleh Sarbones-
Oxley Act (SOX) dan peraturan SEC. PCAOB akan memasukkan standar
auditing suatu persyaratan bahwa kantor akuntan publik harus menyusun dan
memelihara kertas kerja untuk periode paling sedikit 7 tahun.
4. Seksi 104
Seksi 104 SOX mengatur tentang inspeksi kantor akuntan publik. Inspeksi
pengendalian mutu tahunan harus dilakukan setiap tahun untuk kantor akuntan
publik yang melakukan audit lebih dari 100 emiten. Kantor akuntan publik yang
lain harus diinspeksi paling sedikit 3 tahun sekali. Inspeksi khusus dapat dilakukan
berdasarkan permintaan SEC atau PCAOB.

5. Seksi 105
Seksi 105 SOX mengatur tentang investigasi dan tindakan disipliner
(disciplinary procedings). Apabila PCAOB telah menentukan bahwa sebuah
kantor akuntan publik melakukan praktik yang melanggar Sarbanes-Oxley Act
(SOX), peraturan-peraturan PCAOB, atau peraturan pasar modal yang berkaitan
dengan penerbitan laporan audit, PCAOB dapat menjatuhkan sanksi, mencakup
suspensi sementara atau pencabutan (revocation) izin permanen atau
dikeluarkan dsari asosiasi akuntan publik, denda financial, pemberian hukuman
(censure), pendidikan atau pelatihan tambahan, atau sanksi lain yang diberikan
berdasarkan peraturan PCAOB.
6. Seksi 201
Seksi 201 mengatur jasa di luar ruang lingkup praktik auditor. Adalah
melanggar hukum bagi sebuah kantor akuntan publik yang memberikan jasa non
audit kepada emiten. Jasa non-audit dapat diberikan apabila jasa tersebut disetujui
terlebih dahulu oleh komite audit. Komite audit akan mengungkapkan kepada
investor dalam laporan berkala keputusannya dalam pemberian persetujuan
pendahuluan untuk jasa non-audit.
7. Seksi 203
Seksi 203 SOX mengatur rotasi partner audit. Partner yang mengepalai atau
mengkoordinasi dan partner penelaah (reviewing partner) harus dirotasikan setiap
5 tahun.
8. Seksi 204
Seksi 204 SOX mengatur tentang laporan auditor kepala komite audit.
Kantor akuntan publik harus melaporkan kepada komite audit semua:
a. Kebijakan dan praktik akuntansi kritikal yang digunakan;
b. Seluruh perlakuan alternatif dari informasi keuangan dalam prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principle/GAAP)
yang telah didiskusikan dengan manajemen.
9. Seksi 206
Seksi 206 SOX mengatur tentang benturan kepentingan (conflicts of
interest) CEO, kontroler, CFO, Chief Accounting Officer atau orang yang berada
dalam posisi ekuivalen tidak boleh dijabat oleh kantor akuntan publik
perusahaan selam periode satu tahun setelah audit (1 years period preceding
audit).
10. Seksi 207
Seksi 207 SOX mengatur tentang studi keharusan rotasi akuntan publik
terdaftar. GAO akan melakukan studi atas pengaruh potensial dari mensyaratkan
keharusan rotasi dari kantor akuntan publik.
11. Seksi 301
Seksi 301 SOX mengatur tentang komite audit perusahaan publik. Setiap
anggota dari komite audit harus merupakan anggota independen dari board of
directors emiten. Komite audit harus secara langsung bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan dari pekerjaan kantor akuntan publik
yang ditunjuk oleh emiten.
12. Seksi 302
SOX’s Act 2002 seksi 302 ini merupakan dokumen penjelasan manajemen
atas internal kontrol yang ada pada perusahaan. Pihak manajemen
yang bertanggungjawab dalam pengungkapan ini adalah direktur utama dan
direktur keuangan perusahaan.
\Dibawah ini adalah contoh pernyataan manajemen:
“Kami sudah merancang internal kontrol atas laporan keungan perusahaan
kami,dan kami sudah memantau pelaksanaan internal kontrol tersebut,
dengan tujuan untuk menyediakan jaminan kepada pihak luar atas keandalan
laporan keuangan perusahaan kami, dan memberikan jaminan lebih lanjut
bahwa laporan keuangan perusahaan kami sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum di Amerika Serikat”.
13. Seksi 303
Seksi 303 SOX mengatur tentang pengaruh yang tidak tepat atas
pelaksanaan audit. Adalah melanggar hukum bagi setiap pejabat atau direktur dari
emiten melakukan tindakan apapun untuk secara curabg mempengaruhi,
memaksakan, memanipulasi, atau menyesatkan siapapun auditornya yang ditunjuk
dalam pelaksanaan suatu audit dengan tujuan untuk membuat laporan keuangan
secara material menyesatkan.
14. Seksi 404
SOX’s Act seksi 404 ini berisi kewajiban bagi manajemen perusahaan
untuk menilai internal control yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya;
1. Perusahaan harus mengevaluasi internal kontrol atas laporan
keuangannya setiap tahun. Manajemen harus menyimpulkan efektifitas
dari internal kontrol setiap akhir tahun. Pihak yang bertanggungjawab
untuk mengevaluasi internal kontrol perusahaan adalah departemen internal
control/audit
2. Akuntan publik yang
disewa perusahaan harus
menegaskan dan melaporkan
hasil evaluasi atas internal kontrol
atas laporan keuangan
perusahaan.

Seksi 404 secara khusus


memberikan perhatian kepada
internal kontrol perusahaan atas laporan keuangannya. Dalam mengevaluasi
internal kontrol yang dilaksanakan perusahaan, manajemen melalui departemen
internal kontrol/audit perlu menggunakan kerangka yang disusun oleh COSO
(Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission).

15. Seksi 407


Seksi 407 SOX mengatur tentang pengungkapan dari keahlian keuangan
komite audit. SEC akan menerbitkan peraturan yang mensyaratkan emiten
mengungkapkan apakah paling sedikit satu anggota dari komite audit adalah ahli
keuangan seperti yang didefinisikan dalam seksi 407 SOX.
16. Seksi 701
Seksi 701 SOX mengatur tentang studi GAO dan laporan yang berkaitan
dengan konsolidasi dari kantor akuntan publik. GAO akan melakukan studi untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menuntun konsolidasi kantor akuntan sejak
1989, pengaruh dari konsolidasi atas pembentukan modal dan pasar ekuitas, dan
solusi terhadap setiap masalah yang diidentifikasi, mencakup cara-cara untuk
meningkatkan kompetensi dan jumlah perusahaan yang mampu untuk
menyediakan jasa audit kepada organisasi usaha besar yang bergantung pada
peraturan sekuritas.
17. Seksi 802
Seksi 802 SOX mengatur tentang hukuman kriminal untuk mngubah
dokumen. Adalah tindak pidana yang tergolong berat (felony) secara sengaja
merusak atau menciptakan dokumen untuk menghalangi (impede/obstruct) atau
mempengaruhi setiap investigasi federal yang sedang berlangsung atau akan
diadakan.
18. Seksi 806
Seksi 806 SOX mengatur tentang ”Employee Whistleblower Protection”.
Seksi 806 memungkinkan suatu aksi sipil bagi pekerja perusahaan publik yang
mendapatkan pembalasan (retailiation) dari pemberi kerja karena mengungkapkan
aktivitas illegal. Seksi 806 dari Sarbanes-Oxley Act melarang perusahaan publik
membebaskan (discharging), menurunkan jabatan (threatening), mengganggu
(harassing) atau dengan cara-cara lain melakukan diskriminasi terhadap setiap
pejabat, karyawan, kontraktor, subkontraktor, atau agen, karena suatu tindakan yang
sesuai dengan hukum (lawful act) yang dilakukan oleh orang tersebut,
memberikan informasi, menyebabkan informasi diberikan, ataupun membantu
dalam menyelidiki setiap tindakan tersebut yang melanggar hukum, seperti mail,
Wire, bank dan securities fraud.
19. Seksi 906
Sarbanes Oxley Act section 906 berisi :
1. CEO dan CFO melakukan sertifikasi bahwa, laporan periodik ‘fully complies’
peraturan yang dikeluarkan oleh US SEC, informasi yang terkandung pada
laporan periodik tersebut disajikan secara wajar, dalam keseluruhan hal
yang material, terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
2. Hukuman atas penyimpangan dalam section 906 bagi individu yang secara
sadar melakukanpenyimpangan dikenakan denda sampai dengan $1 juta dan
hukuman penjara sampai dengan 10 tahun. Dan, bagi individu yang dengan
sengaja dan secara sadar melakukan penyimpangan, akan dikenakan denda
sampai dengan $5 juta dan hukuman penjara sampai dengan 20 tahun.
20. Seksi 1102
Seksi 1102 SOX mengatur tentang perusakan catatan ataupun penghilangan
acara kerja (official proceeding). Setiap orang yang secara korup mengubah,
merusak (destroy/mutilate) atau menyembunyikan setiap catatan, dokumen atau
objek lain dengan maksud untuk merusak integritas objek tersebut atau
ketersediaanya untuk penggunaan dalam acara kerja pejabat atau merusak,
mempengaruhi atau menghalangi setiap acara kerja pejabat akan didenda dan/atau
dipenjarakan samapai dengan 20 tahun.

E. IMPLIKASI SARBANES-OXLEY ACT


Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan
 Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang
lebih baik, sehingga akuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya
lebih dapat dipercaya dan diandalkan.
 Kepercayaan investor lebih meningkat.
 Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku
kepentingan lainnya.
 Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance Corporation
dengan baik
Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen
 Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
 Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan
 Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan

F. KEBUTUHAN AKAN PENERAPAN SARBANES - OXLEY ACT PADA


PERUSAHAAN

Sarbaness-Oxley Act (SOA) diterbitkan untuk memproteksi


kepentingan investor dengan cara menciptakan tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance), full disclosure, dan akuntabilitas dalam
perusahaan (Sarbanes dan Oxley, 2002). SOA khususnya section 404
mensyaratkan adanya laporan manajemen tahunan (annual management
report) tentang pengendalian intern perusahaan atas pelaporan keuangan dan
laporan manajemen tersebut merupakan subjek yang akan diaudit.
Pada dasarnya SOA ditujukan kepada perusahaan publik yang terdaftar
dalam bursa saham. Namun juga dapat diterapkan pada perusahaan non-publik.
Karena Dalam SOA diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan
kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.
Perusahaan sangat perlu Sarbanes Oxley untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa perusahaan tersebut tidak ada unsur fraud (manipulasi)
didalamnya khususnya pada perusahaan publik yang harus mempunyai
kepercayaan terhadap masyarakat. Sarbanes Oxley Act juga meningkatkan
perlindungan bagi pegawai karena SOA mewajibkan semua perusahaan publik
untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai untuk
melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan hotlines ini akan
mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari
tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis
bagi program pencegahan frauds (manipulasi).

G. RESIKO TIDAK COMPLIENCE (MEMATUHI) SOA BAGI PERUSAHAAN

1. Dalam Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan
dalam hal financial adalah dapat menyebabkan kebangkrutan bagi
perusahaan khususnya perusahaan publik jika ternyata terdapat fraud
(manipulasi) dalam perusahaan tersebut. Karena dapat mengakibatkan
hilangnya kepercayaan masyarakat dan menarik semua saham-sahamnya dan
akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan.

2. Dalam Non-Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi
perusahaan dalam hal non-financial adalah dapat menyebabkan
perlakuan buruk bagi pegawai jika terjadi pengakuan/membeberkan
dan memberi informasi jika terjadi fraud (manipulasi) dan membantu
investigasi di dalam perusahaan. seperti dipecat, didemosikan,
dilecehkan dan berbagai perlakuan diskrimatif lainnya.

H. PENERAPAN SOA DI INDONESIA

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan yang telah


tercatat di bursa saham dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh
untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola
perusahaan dengan pembenahan internal dan pemenuhan standard internasional.
Standard internasional khususnya aturan yang ditetapkan oleh US Securities and
Exchange Commission (US SEC) yang harus diadopsi oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk, sebagai salah satu perusahaan yang telah listing di New York
Stock Exchange (NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act (SOA).
Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act
merupakan unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley
Act, yaitu section 302, section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan tiga section tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal
implementasi Sarbanes Oxley Act. Sedangkan untuk section lainnya,
kemungkinan di masa mendatang juga akan diterapkan secara bertahap bila
perusahaan telah mampu menjalankan tiga section tersebut dengan lengkap dan
benar, serta adanya pertimbangan manajemen terhadap benefit yang diperoleh.

I. KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN SOA

 Keunggulan Penerapan SOA

1) Tanggung Jawab Perusahaan


Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk
bertanggungjawab secara terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara akurat dan tidak menimbulkan
salah tafsir. Selain itu, pernyataan manajemen juga harus mencakup bahwa
laporan keuangan yang disajikan telah menerapkan sistem pengawasan internal
yang sehat. Komite Audit harus berperan aktif antara lain dengan melakukan
pengawasan ketat terhadap auditor, melakukan pemisahan antara audit
service dengan non-audit service, dan melakukan persetujuan dan
pengungkapan atas semua jasa non-audit.
2) Auditor
Walaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan
publik tetapi dalam undangundang ini diperketat lagi kewajiban
mempertahankan independensi akuntan dan membentuk Dewan Pengawas
Akuntan Publik. Undang-undang ini melarang pemberian jasa non-audit diluar
jasa perpajakan dan juga mencantumkan adanya kewajiban untuk melakukan
tugas bergilir terhadap pelaksana dan penanggung jawab audit.
3) Perluasan Pengungkapan
Dalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan,
antara lain: penilaian setiap tahun oleh manajemen dan auditor terhadap
sistem pengawasan internal, kewajiban untuk menyajikan laporan proforma,
pelaporan transaksi saham internal dalam jangka waktu dua hari,
pengungkapan semua pembiayaan yang bersifat off-balance sheet dan
pembiayaan yang bersifat kontingensi (seperti pada industri perbankan), dan
beberapa informasi tertentu yang dianggap penting harus di laporkan secara
real time.
4) Analis Saham
Analis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi
yang berkenaan dengan kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of
interest).
5) Securities Exchange Committee (SEC)
SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan,
meningkatkan kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan
peraturannnya dan menaikkan biaya hukuman terhadap setiap pelanggaran UU
pasar modal.

 Keterbatasan SOA

Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian


internal terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses
pelaporan frauds yang disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap
pegawai tersebut atas pelaporannya. Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa
kelemahan, yang pertama adalah memfokuskan pada pemberian sanksi dan
perlakuan terhadap subject, namun pada kenyataanya kebanyakan kasus fraud yang
terjadi bukan hanya terjadi karena individu yang melakukannya (Moral Hazard)
tapi lebih dikarenakan adanya permainan dalam sistem.
Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang
berarti kebanyakan kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi
karena masing-masing individu, yang seharusnya menerapkan prinsip internal
controls ini dengan baik, dengan sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat
secara bersama-sama menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada sistem yang
dapat menakut-nakuti orang-orang yang memiliki peluang untuk melakukan
kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun individu.
Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk
dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di
Amerika yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa
kasus fraud lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi
global. Ada komponen lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan
secara semestinya, yaitu ketika moral hazard atas individu yang terjadi dalam sebuah
perusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya adalah AIG yang merupakan salah
satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Fund dan peluang pengendalian
uang yang besar oleh manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan
skandal keuangan.
Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya
dilakukan oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan
pengontrolan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis
terhadap kondisi sebuah perusahaan yang sudah dianggap baik haruslah
ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada sebuah perusahaan harus dilakukan secara
berkala agar pendeteksian kecurangan bisa ditemukan lebih awal. Pembuatan
regulasi dan sanksi luar biasa dalam pengendalian moral hazard harus dilakukan
agar tidak terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan mengakibatkan semua
instrument pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik perusahaan, maupun
nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki lagi dari awal.

2. PENGENDALIAN INTERN
A. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol
intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya
manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern
merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber
daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi
penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesindan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Pengertian Pengendalian Internal Menurut Ahli :
1. Horngren (2009:390)
Pengendalian internal adalah semua rencana dan tindakan dalam
organisasional yang dirancang untuk mengamankan aktiva, mendorong
karyawan agar mengikuti kebijakan perusahaan, memastikan catatan akuntansi
yang tepat, dan meningkatkan efisiensi operasional.
2. Hery (2016:159)
Pengendalian internal adalah sebuah kesatuan perangkat kebijakan dan
prosedur yang dibuat untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari
penyalahgunaan, menjamin informasi akuntansi yang akurat, serta untuk
memastikan bahwa semua peraturan dan undang-undang dan kebijakan
manajemen telah dipatuhi oleh seluruh karyawan.
3. Dasaratha, V. Rama-Frederick, L. Jones (2008:132)
Pengendalian internal adalah suatu proses kebijakan perusahaan yang
dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel-personel
lainnya. Hal ini dibuat untuk memastikan kepastian terkait beberapa
pencapaian meliputi, efektivitas dan efisiensi operasional, keakuratan laporan
keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
4. IAPI (2011:319.2) dalam Thorman Lumbanraja
Pengendalian internal adalah proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, serta personel lainnya untuk meyakinkan beberapa
pencapaian meliputi, keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi
operasional, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
5. Mulyadi (2013:163)
Pengendalian internal adalah struktur organisasi, metode, dan ukuran-
ukuran yang telah dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan sebuah
perusahaan yang tugasnya meliputi, mengecek ketepatan laporan keuangan,
mendorong efisiensi operasional, dan mendorong karyawan untuk mematuhi
kebijakan manajemen yang ada.

B. TUJUAN PENGENDALIAN INTERN


 Mencapai tujuan perusahaan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
 Menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang dapat dipercaya.
 Memastikan kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
 Mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan.
 Menjaga keuangan perusahaan.
 Mendorong efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan.
 Memastikan dipatuhinya kebijakan atau peraturan yang sudah dibuat oleh
manajemen perusahaan.
 Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan
sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi
tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta
menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan.

C. ELEMEN-ELEMEN PENGENDALIAN INTERN


Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission
(COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yakni :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di
organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan
pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam
persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi
manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur
organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.
Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan
unsur-unsur pengendalian intern yang lain.
Pengendalian internal vs pengendalian manajemen:
 Pengendalian internal
- pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern dan
ekstern
- lebih menekankan pd tujuan perusahaan dan menghubungkan
pengendallian manajemen untuk mencapai tujuan
- meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan.
 Pengendalian manajemen
- mengendalikan terdiri dari pengendalian administratif dan
pengendalian akuntansi
- menekankan pada pengendalian terhadap mengamankan aktiva
perusahaan dengan melakukan pecatatan akuntansi memadai
- meliputi akuntansi meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan taat
pd hukum yang berlaku.
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang
namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan
dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang
telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan
intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.
3. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandardisasi proses kerja
sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau
mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian
meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib.
- Pelimpahan tanggung jawab.
- Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.
- Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.

4. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern
dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan
dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan
dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang
diberikan oleh sistem akuntansi.
5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting
dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring
diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin
ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada
perusahaan.

D. PROSEDUR PENGENDALIAN INTERN

1. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau


transaksi.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi
dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan
dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya
pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan
transaksi kepada orang lain.
2. Pembagian tugas.
Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan
semua tahap suatu transaksi.
3. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan,
catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang
sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua
fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan
transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang
dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya
kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.
4. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.
Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan
catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan
transaksi dan kejadian secara memadai. Selanjutnya dokumen dan catatan
yang memadai akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya
mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.(biasanya
dilakukan berdampingan dengan penggunaan wewenang secara tepat)
5. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.
Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat
penyimpanan aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya
pencurian aset dan data/informasi perusahaan.
6. Pengecekan independen terhadap kinerja.
Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek)
secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus
dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi
penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga
objektivitas pemeriksaan.

E. JENIS PENGENDALIAN INTERN


Berdasarkan tujuan dari pengendalian internal maka jenis pengendalian
internal ini dibagi menjadi dua yaitu, pengendalian internal akuntansi, dan
pengendalian internal administrasi.
1. Pengendalian Internal Akuntansi
Yang dikendalikan dalam pengendalian internal akuntansi ini meliputi,
keandalan data, persetujuan, pemisahan fungsi operasional, pencatatan,
pengawasan, serta pengawasan aset perusahaan.
2. Pengendalian Internal Administrasi
Dalam pengendaliannya, internal administrasi mengurus beberapa hal
meliputi, efisiensi usaha, analisis risiko, kebijakan direksi, manajemen sumber
daya, dan pengendalian mutu.

Berdasarkan manfaatnya, jenis pengendalian internal juga dibagi menjadi


tiga kelompok, yaitu.

1. Pengendalian Preventif
Pengendalian ini digunakan untuk mencegah kesalahan yang terjadi.
Dalam hal ini secara otomatis akan dilakukan pengecekan yang dirancang
untuk mencegah penyalahgunaan.
2. Pengendalian Detektif
Pengendalian ini digunakan untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam memasukkan data.
3. Pengendalian Korektif
Pengendalian ini digunakan untuk memberikan informasi kepada pihak
manajemen untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi. Pengendalian ini
dirancang untuk mengoreksi kesalahan yang terdeteksi.

Berdasarkan cakupannya, jenis pengendalian internal juga dibagi lagi


menjadi dua kelompok, yaitu.

1. Pengendalian Umum
Pengendalian ini digunakan untuk memproses semua aktivitas yang
berhubungan dengan data di dalam komputer. Hal-hal yang diproses
meliputi, pemisahan tanggung jawab dan pengolahan data.
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian ini digunakan untuk mengawasi jalannya transaksi dan
penggunaan program di aplikasi-aplikasi komputer. Pengendalian ini
bertujuan untuk menjaga setiap transaksi harus selalu dicatat, mendapat
otorisasi, diproses, dan dilaporkan dengan baik.

F. UNSUR-UNSUR PENGENDALIAN INTERNAL


1. Struktur Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional
Struktur dalam organisasi merupakan kerangka untuk pembagian
tanggung jawab secara fungsional pada unit organisasi yang dibentuk untuk
kepentingan perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam
organisasi dibagi menjadi dua prinsip berikut.
- Dipisahkan antara fungsi-fungsi operasional dan penyimpangan
dari fungsi akuntansi. Fungsi dari operasional itu sendiri adalah
tugas untuk melaksanakan suatu kegiatan, seperti pembelian.
Sedangkan fungsi penyimpanan adalah tugas untuk menyimpan
aktiva perusahaan.
- Suatu fungsi dibatasi, tidak boleh melakukan tanggung jawab
penuh untuk semua tahap transaksi.
3. Wewenang dan Prosedur Memberi Upaya Perlindungan
Di sebuah organisasi setiap transaksi hanya bisa terjadi karena adanya
otoritas wewenang untuk menyetujui adanya transaksi. Oleh karena itu, di
dalam sebuah organisasi harus ada sistem yang mengatur sebuah wewenang
dalam setiap transaksi untuk melindungi kekayaan, uang, pendapatan dan
biaya dalam organisasi tersebut.
4. Praktik Sehat dalam Tugas Organisasi
Dalam pembagian tugas dan fungsi di organisasi tidak akan terlaksana
dengan baik apabila tidak dengan praktik yang sehat. Berikut adalah beberapa
praktik yang sehat dalam melaksanakan wewenang dan fungsi di organisasi.
- Pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak
- Penggunaan formulir dengan nomor urut cetak yang
penggunaannya dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
- Transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir hanya
satu orang atau satu unit organisasi tanpa bantuan orang atau unit
organisasi lainnya.
- Adanya pemeriksaan mendadak dengan jadwal yang tidak teratur.
- Diadakan perputaran jabatan untuk menghindari adanya
persekongkolan antar pejabat.Diadakan pencocokan kekayaan
dengan catatannya untuk menjaga aset sebuah
organisasi.Membentuk unit organisasi yang memiliki tugas
mengecek efektivitas unsur sistem pengendalian internal lain.
5. Karyawan Berkualitas
Dalam struktur organisasi seharusnya dibuat sistem pencatatan dan
berbagai cara lain untuk mendorong praktik yang sehat dalam sebuah
organisasi dengan sumber daya manusia yang berkualitas juga. Hal tersebut
yang menjadi unsur penting dalam organisasi adalah adanya karyawan yang
berkualitas. Cara sebuah organisasi agar mendapatkan karyawan yang
memiliki potensi dan dapat dipercaya adalah dengan cara berikut ini.
- Seleksi calon karyawan berdasarkan kriteria yang berlaku di dalam
sebuah organisasi.
- Dilakukan pengembangan pendidikan terhadap karyawan sesuai
dengan tuntutan pekerjaan.

G. CONTOH PENGENDALIAN INTERNAL


Contoh pengendalian internalnya sebagai berikut.
1. Memasang kamera pengawas;
2. Memiliki sistem untuk mencatat kas otomatis untuk mempermudah pekerjaan;
3. Memiliki dua karyawan yang bertugas bergantian dan satu orang sebagai
pencatat transaksi;
4. Menempatkan kasir di depan pintu masuk untuk memudahkan pelanggan
melakukan transaksi;
5. Melakukan penyetoran kas langsung ke bank sebelum pergantian karyawan;
6. Setiap pergantian karyawan wajib dilakukan presensi
7. Setiap barang yang keluar dan masuk dicatat ke dalam dokumen atau sistem
data.

3. PENGENDALIAN KAS TERHADAP PENERIMAAN DAN PENGELUARAN


A. PENGERTIAN KAS

Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh
sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat
pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.
Ada dua kriteria agar alat pembayaran dapat diklasifikasikan sebagai kas :
1. Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau diterima oleh
bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya.
2. Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan sehari-hari

Kas meliputi uang tunai dan instrumen atau alat-alat pembayaran yang
diterima oleh umum, baik yang ada di dalam perusahaan maupun yang disimpan
di bank (uang tunai kertas dan logam, cek, wesel cek, rekening bank yang
berbentuk tabungan dan giro)

Kas memiliki sifat-sifat atau karakteristik:


1. Kas mempunyai sifat yang aktif tetapi tidak produktif
2. Kas (uang tunai) tidak mempunyai identitas kepemilikan dan
mempunyai sifat yang mudah dipindahtangankan.

B. SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KAS


Secara garis besar akuntansi terhadap kas harus diarahkan kepada dua hal
yaitu : Administrative dan Accounting Control, yang secara umum terdiri dari:
1. Menyediakan kas yang cukup untuk operasi perusahaan sehari-hari (likuiditas)
2. Menghindarkan terjadinya kas yang menganggur (idle money)
3.Mencegah terjadinya kerugian-kerugian sebagaiakibat dari adanya
penyalahgunaan terhadap kas.

 PENGAWASAN KAS
Sistem pengawasan intern suatu perusahaan berbeda dengan
perusahaan lain karena bentuk dan jenis perusahaan bermacam-macam. Tetapi
ada dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk
mengadakan pengawasan terhadap kas sebagai berikut:
a. Penerimaan uang
Prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain:
1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas
dari setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan
kas.
3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan
pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
GAMBAR 1.4 – Pengendalian Kas Terhadap Penerimaan Kas
b. Pengeluaran uang

Beberapa prosedur pengawasan yang penting adalah sebagai berikut:


1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk
pengeluaran- pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
2. Dibentuk dana kas kecil yang diawasi dengan ketat.
3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang
lengkap atau dengan kata lain digunakan sistem voucher.
4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti
pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang
mencatat pengeluaran kas.
5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tertentu.
6. Diharuskan membuat kas harian.

GAMBAR 1.5 – Pengendalian Kas terhadap Pengeluaran Kas


4. REKONSILIASI REKENING BANK

A. PENGERTIAN REKONSILIASI BANK

Rekonsiliasi bank didefinisikan sebagai proses penyesuaian informasi catatan


kas menurut sebuah perusahaan dan juga menurut bank. Rekonsiliasi bank juga
diartikan sebagai kegiatan merinci adanya perbedaan terhadap catatan transaksi milik
bank sebagai pengelola transaksi serta catatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan
pihak bank berupa rekening koran atau biasa disebut Bank Statement.

Pengertian Rekonsiliasi Bank Menurut Ahli

1. Haryono Jusup (2005:21):


Rekonsiliasi bank adalah proses untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya
perbedaan antara catatan perusahaan dengan laporan bank dan menentukan jumlah
saldo rekening giro yang sesungguhnya pada suatu saat tertentu.

2. Menurut Munandar (2006:40):


Rekonsiliasi bank adalah kewajiban yang dilakukan perusahaan dalam
mencari sebab-sebab ketidaksamaan antara saldo simpanan menurut laporan
catatan bank dengan saldo yang dimiliki perusahaan.

3. Menurut Donald F. Kiso (2013:63)


Rekonsiliasi bank adalah suatu skedul informasi yang menjelaskan setiap
perbedaan antara catatan bank dan catatan kas nasabah. Jika perbedaan tersebut
hanya berasal dari transaksi yang belum dicatat oleh pihak bank ataupun dari
pihak perusahaan.

B. PENGGUNAAN REKONSILIASI BANK


1. Kredit Bank
Rekonsiliasi Bank dilakukan saat penagihan atau deposito oleh pihak bank
untuk kepentingan nasabah yang tidak diketahui oleh nasabah sampai penerimaan
rekening koran.

2. Setoran dalam Perjalanan


Saat setoran kas akhir bulan yang dicatat pada buku penyetor dalam satu
bulan, diterima dan dicatat oleh bank dalam bulan berikutnya.

3. Beban Bank
Rekonsiliasi juga dilakukan ketika beban yang dicatat oleh bank terhadap
saldo nasabah untuk pos-pos seperti biaya pelayanan, penulisan cek, dan lain-lain
yang mungkin tidak disadari nasabah.

4. Kesalahan Bank atau Nasabah


Ketika terjadi kesalahan pencatatan antara 2 (dua) pihak yang mengakibatkan
saldo bank tidak sama dengan saldo buku nasabah.

5. Cek yang Masih Beredar


Jika saat cek yang ditulis oleh penyetor, dicatat ketika dituliskan tetapi belum
dicatat atau belum di jelaskan oleh bank sampai pada bulan berikutnya.

C. TUJUAN REKONSILIASI BANK

1. Dapat mencegah terjadinya penyelewengan dana pada kedua belah pihak, seperti
adanya transaksi fiktif yang tidak pernah dilakukan pihak perusahaan maupun
bank dan memastikan bahwa pembayaran telah di proses dan kas telah disetorkan
ke bank.

2. Dapat mengoreksi jika terjadi kesalahan pencatatan, mengetahui jumlah


penerimaan dan pengeluaran yang belum tercatat oleh perusahaan.

3. Memastikan ketelitian pencatatan kas

4. Memerikan penggunaan dana sudah melewati batas atau belum

5. Fungsi Rekonsiliasi Bank

D. BEBERAPA FUNGSI REKONSILIASI BANK

1. Mengawasi pencatatan kas

2. Membantu perusahaan mendeteksi penipuan atau manipulasi

3. Menghindari kelirunya pencatatan kas

4. Menghindari pengeluaran atau biaya tak terduga

E. PROSEDUR REKONSILIASI BANK


1. Menelusuri saldo bank ke rekening korang serta melakukan review atas jawaban
konfirmasi bank terkait pencatatan kas.

2. Menelusuri tanggal neraca pada rekonsiliasi banknya.

3. Membuat lembar kerja rekonsiliasi bank

4. Melakukan pengecekan ulang pada catatan kas perusahaan.

F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN


REKONSILIASI BANK

1. Setoran dalam Perjalanan


Setoran dalam perjalanan (deposit on transit) merupakan penyebab perbedaan
pencatatan pada bank dan perusahaan yang paling sering terjadi.Ini terjadi karena
setoran yang dikirimkan perusahaan pada bank di akhir bulan belum diterima oleh
perusahaan pada bulan berikutnya.Sehingga perusahaan telah mencatat
pengeluaran setoran tersebut namun bank belum mencatatnya karena belum
menerima setoran tersebut.

2. Jasa Giro
Biasanya hal ini akan dialami oleh suatu perusahaan yang memiliki
perhitungan bunga, tetapi perusahaan belum mencatatnya, sehingga terjadi
perbedaan angka.Bunga yang dimaksud sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
bank.

3. Cek Beredar
Tidak dapat dipungkiri, saat terjadi salah pengelolaan, biasanya cek
perusahaan bisa beredar atau outstanding cheque.Cek sudah dikeluarkan oleh
perusahaan, namun pemilik cek tersebut belum menguangkannya ke bank.hal ini
pun akan membuat perbedaan angka antara perhitungan perusahaan dan
perhitungan pihak bank.

4. Cek Kosong
Kasus ini adalah kebalikan dari kasus cek beredar, di mana perusahaan
telah mencatatnya sebagai pengeluaran cek, namun pihak bank belum
mencairkannya dikarenakan adanya kekurangan setoran uang dari perusahaan.

5. Piutang Wessel
Rekonsiliasi dilakukan untuk menyelesaikan kesalahpahaman antara kedua
belah pihak, sehingga bisa dinyatakan piutang wesel.Maksudnya, pihak bank
sudah mencatat sebagai penerimaan, namun perusahaan belum mencatatnya.

Contoh Kegiatan Rekonsiliasi Bank

Saldo rekening Bank ARTHA di Buku Besar PT MARTECH pada tanggal 31 Juli 2006.
Namun, saldo menurut rekening koran bank pada tanggal tersebut sebesar Rp207.000.Setelah
dilakukan pemeriksaan, perbedaan itu disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Biaya administrasi bank pada bulan Juli 2006 sebesar Rp2.800 yang muncul di
rekening koran bank belum dicatat oleh perusahaan karena nota debitnya belum
sampai.

2. 5 lembar cek berjumlah Rp40.750 yang telah dibayarkan kepada para pemasok
(supplier) untuk melunasi utang ternyata masih belum diuangkan.

3. Cek yang ditarik oleh PT AYU sebesar Rp15.000 telah salah dibukukan oleh bank ke
dalam rekening PT MARTECH.

4. Kiriman uang dari langganan melalui transfer bank sebesar Rp3.950 untuk pelunasan
utangnya belum dicatat dalam pembukuan perusahaan.

5. Cek nomor SR 5220 sebesar Rp70.550 dicatat dalam pembukuan PT MARTECH


dengan jumlah Rp65.150

Pertanyaan:

Bagaimana rekonsiliasi bank yang harus dibuat untuk PT MARTECH pada tanggal 31
Juli 2006? Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan!enunjukkan jumlah sebesar
Rp185.500.

5. AKUTANSI KAS KECIL DAN SURAT BERHARGA

A. PENGERTIAN PETTY CASH ATAU KAS


Petty cash atau kas kecil adalah dana yang digunakan untuk
pembiayaan operasional perusahaan ataupun hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.Kas kecil digunakan untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran pimpinan yang jumlahnya relatif kecil seperti conth dana
entertain klien atau rekan kerja pimpinan, dana konsumsi untuk kepentingan rapat,
dan lain sebagainya.Pengelolaan kas kecil keuangan dilakukan oleh Biro
Kesekretariatan atau petugas keuangan tingkat pemula atas pengeluaran-pengeluaran
tunai.

B. TUJUAN KAS KECIL

Ada beberapa tujuan kas kecil adalah untuk beberapa berikut di antaranya:

 Menangani masalah perlengkapan/perbekalan kantor yang dialami oleh suatu


bagian di kantor.

 Menghindari cara pembayaran yang tidak ekonomis juga tidak praktis atas
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan mendadak.

 Meringankan beban staff karyawan dalam memberikan pelayanan secara


maksimal kepada pelanggan juga termasuk kepada relasi bisnis pimpinan.
 Mempercepat aktivitas atasan yang menggunakan dana secara mendadak dan
juga tidak terencana sebelumnya.

C. METODE DALAM PENGELOLAAN KAS KECIL

1. Metode Tetap (Imprest Fund System)


Metode Tetap adalah metode pembukuan kas kecil di mana rekening kas kecil
jumlahnya selalu tetap.Setiap pengeluaran kas terjadi, pemegang petty cash tidak
serta merta langsung mencatatnya di buku jurnal kas kecil, tetapi hanya sekedar
mengumpulkan bukti transaksi pengeluarannya.Ciri-ciri metode tetap antara lain :

 Bukti-bukti penggunaan dana kas kecil dikumpulkan oleh pengelola kas kecil.

 Pengisian dana kas kecil dilakukan dengan penarikan cek yang sama
jumlahnya dengan dana kas kecil yang telah digunakan sehingga jumlah dana
petty cash kembali kepada jumlah yang ditetapkan semula.

Selanjutnya, berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam metode tetap :

 Pembentukan dana kas kecil di mana pemegang kas nanti diberi sejumlah
uang tunai yang nantinya untuk pembayaran atas pengeluaran yang
diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan dalam waktu tertentu.

 Dana kas kecil dipergunakan untuk pembayaran transaksi pengeluaran.

 Setelah dana kas kecil habis/hampir habis, kasir membentuk kembali dana
kas kecil, mengisinya sebesar jumlah nominal pengeluaran yang terjadi.

2. Metode Berubah-ubah (Fluctuating fund system)


Metode berubah-ubah adalah suatu metode pengisian dan
pengendalian kas kecil di mana jumlah kas kecil akan selalu berubah-ubah (sesuai
dengan kebutuhan).Sistem ini menghendaki bahwa jumlah nominal kas kecil tidak
ditetapkan akan tetapi sesuai dengan kebutuhan.Ciri-ciri metode berubah-ubah
yaitu sebagai berikut ini :

 Pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil di catat di debit dalam
akun kas kecil.

 Bukti pengeluaran kas kecil dicatat dalam buku jurnal kas kecil dengan
mendebit akun-akun yang terkait dengan penggunaan kredit akun kas
kecil.

 Besarnya jumlah dana kas kecil yang disediakan berfluktuasi disesuaikan


dengan perkembangan kegiatan bagian-bagian pemakai dana.

D. DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN

1. Bukti Kas Keluar


Dokumen ini berguna agar perintah pengeluaran kas dari fungsi akuntansi
pada fungsi kas besar yang tercantum dalam dokumen pembukuan tersebut.Dalam
sistem dana kas Kecil, dokumen ini sangat dibutuhkan pada saat pengisian
kembali dana kas kecil.

2. Cek
Cek adalah dokumen yang dipakai untuk memerintahkan bank
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau badan yang namanya
tercantum pada cek atau pembawa cek.

3. Permintaan pengeluaran kas kecil


Dokumen ini dipakai oleh pengguna kas kecil untuk meminta sejumlah uang
kepada pemegang dana kas kecil.Bagi pemegang dana kas kecil dokumen ini
berguna sebagai bukti pengeluaran.Dokumen ini akan disimpan oleh pemegang
kas kecil menurut nama pengeluaran dana kas kecil.

4. Bukti Pengeluaran Kas Kecil


Dokumen ini dibuat oleh pengguna dana kas kecil untuk mempertanggung
jawabkan pemakaian dana kas kecil.Dokumen ini dilampiri dengan bukti-bukti
pengeluaran kas kecil dan diserahkan oleh pengguna dana kas kecil kepada
pemegang dana kas kecil.

5. Permintaan Pengisian Kembali Kas Kecil


Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta
kepada bagian utang agar dibuatkan bukti kas keluar untuk pengisian kembali
dana kas kecil.

E. SURAT - SURAT BERHARGA


Surat’’ berharga adalah saham atau obligasi dan surat berharga lainnya
yang di miliki perusahaan dalam rangka penanaman sementara untuk memanfaatkan
dana selama tidak di gunakan . untuk di klasifikasikan sebagai penanaman sementara
surat berharga harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Mempunyai pasar ,sehingga dapat di perjual-belikan dengan segera.

b. Pemilikanya di lakukan dengan maksud untuk di jual kembali dalam waktu dekat.
apabila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan .

c. Pemilikannya di lakukan tidak dengan maksud untuk menguasai perusahaan lain.

 Macam-Macam Surat Berharga

1. Saham
Saham merupakan surat berharga yang menunjukkan
kepemilikan atau penyertaan modal investor di dalam suatu perusahaan.
Artinya, jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia
telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah
saham yang dibeli.Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan
sebuah perusahaan dalam rangka menambah modal perusahaan tersebut.
Jika sebuah perusahaan menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat
luas atau kepada publik maka perusahaan tersebut dikatakan go public

 Keuntungan Dan Kerugian Saham


Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau
membeli saham, yaitu:

1. Dividen. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan


perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang
saham dengan orientasi jangka panjang, seperti misalnya investor
institusi, dana pensiun dan lain-lain.

2. Capital Gain. Keuntungan lain yang akan didapatkan pemegang saham


adalah Capital Gain yaitu merupakan selisih antara harga beli dan harga
jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
di pasar sekunder. Misalnya seorang investor membeli saham Bank BRI
dengan harga per saham Rp 900, kemudian beberapa waktu kemudian
investor tersebut menjual sahamnya dengan harga Rp 1.200 yang berarti
investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 300 untuk setiap
saham yang dijualnya.

Di satu sisi, saham dapat memberikan keuntungan kepada para


pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa risiko, antara
lain:

 Tidak Mendapat Dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika


perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan
tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami
kerugian. Dengan demikian peluang keuntungan investor untuk
mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja atau prestasi perusahaan
tersebut.

 Capital Loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu investor


mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.
Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih
rendah dari harga beli

2. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit
obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.

 Karakteristik Obligasi
Sebagai surat utang, obligasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
sebagai berikut:

1. Memiliki Masa Jatuh Tempo. Masa berlaku suatu obligasi sudah


ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan.

2. Nilai Pokok Utang. Besarnya nilai obligasi yang dikeluarkan sebuah


perusahaan telah ditetapkan sejak awal obligasi tersebut diterbitkan.

3. Kupon Obligasi. Pendapatan utama pemegang obligasi adalah berupa


bunga yang dibayar perusahaan kepada pemegang obligasi pada waktu-
waktu yang telah ditentukan misalnya dibayar setiap 3 bulan, atau
setiap 6 bulan sekali. Di obligasi, istilah bunga umumnya disebut
kupon

4. Peringkat Obligasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa


dalam dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor
tidak sesuai dengan kenyataan atau selalu terdapat risiko. Risiko dalam
berinvestasi di obligasi adalah risiko perusahaan penerbit obligasi tidak
mampu memenuhi janji yang telah ditentukan, yaitu risiko perusahaan
tidak mampu membayar kupon maupun tidak mampu mengembalikan
pokok obligasi.

5. Dapat diperjualbelikan. Sebagai surat berharga, obligasi dapat


diperjualbelikan seperti halnya saham. Jika suatu saat nilai obligasi
meningkat, maka pemegang obligasi dapat menjual obligasi tersebut
melalui dealer atau pialang obligasi. Pialang obligasi akan menerima
fee atas transaksi obligasi tersebut.

 Keuntungan Dan Kerugian Obligasi


Keuntungan obligasi antara lain :

 Memberikan Pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon.


Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang
obligasi akan mendapatkan pendapatan berupa bunga secara
rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang
ditawarkan obligasi, umumnya lebih tinggi daripada bunga
yang diberikan deposito.

 Keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain). Disamping


penghasilan kupon, pemegang obligasi dapat
memperjualbelikan obligasi yang dimilikinya

Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko yang relatif


rendah, namun obligasi tetap mengandung beberapa risiko, antara lain:
 Risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi maupun
risiko perusahaan tidak mampu mengembalikan pokok obligasi.

 Risiko Tingkat Suku Bunga (interest rate risko)

3. Reksa Dana
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
investor, khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi
mereka.Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang
terbatas.

 Manfaat Reksa Dana


Manfaat yang diperoleh investor jika melakukan investasi dalam Reksa
Dana, antara lain:

Pertama, investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar


dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat
memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang investor dengan dana
terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin
dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar.

Kedua, Reksa Dana mempermudah investor untuk melakukan investasi


di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli
bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan
keahlian tersendiri, dimana tidak semua investor memiliki pengetahuan
tersebut.

Ketiga, Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana


dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka
investor tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya
karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut

 Risiko Reksa Dana

 Risko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.


Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari
Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk
dalam portfolio Reksa Dana tersebut.

 Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi
oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit
melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang
dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan
uang tunai atas redemption tersebut.

 Risiko Wanprestas

Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini


dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan
kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-
pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank
kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat
menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa
Dana.
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-
Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik
akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di
perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru menerapkan
aturan tersebut.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang
berwujud (seperti mesindan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab
itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap
semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.
Rekonsiliasi bank didefinisikan sebagai proses penyesuaian informasi catatan
kas menurut sebuah perusahaan dan juga menurut bank. Rekonsiliasi bank juga
diartikan sebagai kegiatan merinci adanya perbedaan terhadap catatan transaksi milik
bank sebagai pengelola transaksi serta catatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan
pihak bank berupa rekening koran atau biasa disebut Bank Statement.

B. SARAN
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dsri
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu kami harapkan diberikan
saran ataupun tanggapannya agar kami bisa membuiat makalah lebih baik lagi, dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno.2012. Auditing Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.


Arens, dkk.2010. Auditing and Assurance Service, An Integrated Approach, 19 th
Edition. New Jersey : Practice Hall, Englewood Cliffs .
Suradi. 2011. Artikel Mengenal Sarbanes Oxley Act (Sox/Soa).
www.bppk.depkeu.go.id/bdk/.../146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf
https://www.academia.edu/5055942/Pembahasan_Sarbanes_Oxley_Act International
Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI): Guidelines for Internal
Control Standards (1992)

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission: Internal


Control - Integrated Framework (1994)

Sugiarto, Pengantar Akuntansi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2002.

https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
pengendalian-internal/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#Jenis_Pengendalian_Internal

https://www.finansialku.com/rekonsiliasi-bank/

Anda mungkin juga menyukai