Anda di halaman 1dari 22

1

MAKALAH

Seminar Pengauditan

SARBANES OXLEY ACT (SOA)

Dosen Pengampu :

Drs. Surbakti Karo-karo, M.Si., Ak., CA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

1. Perjuangan Sinaga (7182220017)


2. Hanna Gloria Girsang (7183520042)
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan karuniaNya
penulisan Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal tepat pada waktunya.
Adapun penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pengauditan yang diampu oleh Bapak Drs. Surbakti Karo-karo, M.Si., Ak., CA

Penyusun menyadari bahwa penyelesaian Makalah ini tidak terlepas dari dukuangan
teman-teman dan bimbingan dari dosen pengampu.

Penyusun berharap Makalah ini dapat digunakan seperlunya sebagaimana bagi pembaca
bila hendak menjadikan referensi untuk lebih tau mengenai materi mendesain pengambilan
keputusan manajemen.

Penyusun selaku manusia biasa menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca supaya penyusun
dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca atas perhatian
dan partisipasinya.

Medan, 1 Oktober 2021

Kelompok 9
3

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 4
B. Tujuan ……………………………………………………………………… 5
C. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 6
A. Sarbanes Oxley Act ……………………………………………………….. 6
Pengertian ……………………………………………………………… 6
Sejarah …………………………………………………………………. 6
Tujuan …………………………………………………………………. 7
Sarbanes Oxley Act untuk siapa ……………………………………... 8
Isi Sarbanes Oxley Act ……………………………………………….. 8
B. Implikasi Sarbanes Oxley Act …………………………………………….. 17
Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Kualitas Audit …………….. 18
Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Internal Control
Perusahaan …………………………………………………………….. 19
Penerapan Sarbanes Oxley Act di Indonesia ………………………… 20
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………….. 21
Kesimpulan ……………………………………………………………………. 21
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 22
4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masyarakat dimana-mana bertanya factor apakah gerangan yang mendorong dan


menyebabkan terjadinya skandal-skandal laporan keuangan perusahaan go-publik di
Amerika Serikat, yang melibatkan secara kasatmata profesi akuntan khususnya mereka
yang memeriksa laporan keuangan perusahaan atau yang dikenal pula dengan istiah
Independent Auditor. Tidak tanggung-tanggung, dalam kasus kejahatan korporasi itu
melibatkan Kantor Akuntan Publik global yang termasuk dalam kelompok lima besar,
yaitu Arthur Anderson. Meskipun yang diungkapkan media masa global hanya Enron,
Worldcom, dan Xerox, sbetulnya ada sejejer lagi nama perusahaan lain dengan
kemungkinan terjadi praktek manipulasi dalam bidang akuntansi, sehingga laporan
keuangannya menyesatkan dan tentu akibatnya merugikan public (Antonius, 2002).
Masyarakat pada umumnya mengira bahwa akuntansi sekadar pembukuan yang
mencatat pemasukan dan pengeluaran uang. Setelah terjadi kasus-kasus skandal korporasi
besar di Amerika Serikat, yang melibatkan perusahaan raksasa, seperti Enron dan
Worldcom, masyarakat dunia terperanjat karena skandal-skandal perusahaan besar yang
menipu masyarakat justru terjadi di Negara yang selama ini dianggap sebagai barometer
berbagai aturan dan standar mengenai bursa saham, profesi akuntan, dan transparansi
dalam laporan keuangan (Antonius, 2002).
Kejahatan korporasi di Amerika ini menimbulkan tanda Tanya besar dikalangan
masyarakat bisnis dunia, termasuk Indonesia, tentang integritas, kredibilitas, dan
profesionalisme para pemimpin perusahaan di Amerika dan Kantor Akuntan Publik
global yang termasuk dalam kelompok lima besar. Untungnya, berkat tekanan pers dan
public serta kepentingan nasional Amerika sendiri, Kongres Amerika Serikat segera
mensponsori suatu Rancangan Undang-Undang tentang Reformasi Perusahaan dan
Profesi Akuntan (Antonius, 2002).
5

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab dibentuknya undang-undang Sarbanes Oxley?
2. Apa sajakah yang diatur di dalam undang-undang Sarbanes Oxley?
3. Apa pengaruh yang ditimbulkan dari implikasi undang-undang Sarbanes Oxley?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dibentuknya undang-undang Sarbanes Oxley.
2. Untuk mengetahui apa saja yang diatur di dalam undang-undang Sarbanes Oxley.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari implikasi undang-undang
Sarbanes Oxley.
6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sarbanes Oxley Act
1. Pengertian

Sarbanes-Oxley Act (Pub. L. dalam Yesshy, 2010) adalah sebuah landasan hukum yang
disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini dikenal
sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau
undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang
seringkali disebut SOX atau Sarbox. Sarbanes Oxley Act adalah hukum federal Amerika
Serikat tahun 2002 yang berisi penetapan suatu standar baru bagi semua dewan dan
manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik, mengatur mulai ikhwal tanggung
jawab tambahan dewan perusahaan hingga ketentuan hukum pidana (Fitriana, 2012).
Menurut Efendi (2009) Undang-undang tersebut mengatur tentang akuntabilitas
(accountability), pratik akuntansi (accounting practice), dan pengungkapan informasi
(information disclosure) pada perusahaan publik, termasuk tata cara pengelolaan data.

2. Sejarah Sarbanes Oxley Act


Suharto di dalam Sri (2009) menjelaskan bahwa Sarbanes-Oxley Act muncul dilatar
belakangi oleh runtuhnya korporasi di Amerika Serikat, yaitu adanya skandal akuntansi dan
tidak diindahkannya corporate governance pada Enron (perusahaan energi terbesar di dunia).
Selama bertahun-tahun, perusahaan memberikan informasi perhitungan akuntansi yang salah,
namun menjelang kebangkrutan keuntungan Enron masih sempat dinyatakan overstated
sedangkan kewajibannya dinyatakan understated dalam laporan keuangannya Securities
Exchange Committee (SEC) melakukan penyidikan dan menemukan bahwa laporan
keuangan Enron tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Dampak manipulasi itu,
auditor independen Enron –Arthur Andersen- dianggap terlibat dalam skandal tersebut.
Selain skandal Enron, sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar lain yang termasuk di
antaranya Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom yang turut
menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham
7

perusabaan-perusahaan yang terpengaruh ini menyebabkan mengguncangnya kepercayaan


mayarakat terhadap pasar saham nasional. Sehingga akhirnya akta yang diberi nama
berdasarkan dua penggagasnya yaitu Senator Paul Sarbanes dan Representatif Michael G.
Oxley ini disetujui oleh Dewan dan Senat serta disahkan menjadi hukum federal oleh
Presiden AS George W. Bush pada tanggal 30 Juli 2002 (Fitriana, 2012).

3. Tujuan Sarbanes Oxley Act


Berdasarkan paparan di dalam website www.sox-online.com dikatakan bahwa maksud
dari Sarbanes-Oxley Act adalah untuk melindungi investor dengan meningkatkan akurasi dan
keandalan pengungkapan perusahaan dibuat berdasarkan undang-undang sekuritas, dan untuk
tujuan lain.
Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan public untuk mereformasi tanggung jawab
manajemen perusahaan berkaitan dengan keterbukaan informasi keuangan serta mencegah
terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) yang
biasanya bermula dari kecurangan akuntansi (accounting fraud) Selain itu, SOx juga
menjamin adanya kepastian terhadap integritas pelaporan keuangan (integrity of financial
reporting). Securities Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat juga telah
mengadopsi Sox sebagai syarat untuk memperketat persyaratan pengungkapan laporan
keuangan serta menjamin akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini, Sox
mewajibkan perusahaan yang terdaftar di NYSE untuk mematuhi berbagai ketentuan yang
berlaku guna menjamin transparansi dalam penyusunan laporan keuangan (Efendi, 2009).
Menurut Efendi (2009) tujuan utama Sox adalah meningkatkan kepercayaan public
terhadap implementasi prinsip Good Corporate Governance di perusahaan yang telah go
public. Amerika serikat menerapkan regulasi ini secara ketat, yang antara lain mencakup
pelaporan keuangan yang akurat dan tidak bias, peninjauan atas pengendalian internal, serta
kewajiban untuk menerapkan kode etik (code of ethics) dan kode tata kelola perusahaan
(code of corporate governance). Sox juga menuntut standar yang sangat tinggi bagi operasi
bisnis dan pelaksanaan audit atas pengendalian internal.

4. Sarbanes Oxley Act berlaku untuk siapa?


8

Sox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities) dalam
semua perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, untuk segala ukuran (Abrar, 2009).
Secara spesifik, SOX berlaku bagi:
a Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock Exchange atau
bursa lainnya di AS.
b Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta atau lebih.
c Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain seperti penerbitan
surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.
d Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum, tetapi menerapkan SOX
secara sukarela.
e Perusahaan yang registerasinya masih tertunda. Misal perusahaan yang melakukan IPO
untuk saham atau surat utang.

5. Isi Sarbanes Oxley Act


Sarbox terdiri dari 11 judul atau bagian dan dijabarkan lagi dalam 66 sectionyang
menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga
hukuman pidana (Yuwandito, 2010), sebagai berikut: .
TITLE I : PUBLIC COMPANY ACCOUNTING OVERSIGHT BOARD (9section)
TITLE II : AUDITOR INDEPENDENCE (9 section)
TITLE III : CORPORATE RESPONSIBILITY (8 section)
TITLE IV : ENHANCED FINANCIAL DISCLOSURES (9 section)
TITLE V : ANALYST CONFLICTS OF INTEREST (1 section)
TITLE VI : COMMISSION RESOURCES AND AUTHORITY (4 section)
TITLE VII : STUDIES AND REPORTS (5 section)
TITLE VIII : CORPORATE AND CRIMINAL FRAUD ACCOUNTABILITY (7
section)
TITLE IX : WHITE-COLLAR CRIME PENALTY ENHANCEMENTS (6 section)
TITLE X : CORPORATE TAX RETURNS (1 section)
TITLE XI : CORPORATE FRAUD AND ACCOUNTABILITY (7 section)
9

Dalam Sarbanes-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan


governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai
informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi
pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite
audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut (Yuwandito,
2010):
1. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang
independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal
2. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit dan
pihak manajemen
3. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan
4. Mendefinisikan jasa non-audit yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien
5. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud
6. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest
7. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru.

a. Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)


Dewan ini dibentuk berdasarkan amanat Sarbanes-Oxley Act Title I. PCAOB dibentuk
untuk mengawasi proses penyusunan, pemeriksaan dan pelaporan laporan keuangan
perusahaan publik di Amerika Serikat. Dewan ini mempunyai 5 orang anggota yang
dipilih oleh SEC setelah berkonsultasi dengan Menteri Keuangan (Secretary of Treasury)
dan Gubernur Bank Sentral (Chairman of the Federal Reserve Board). Masa tugas dari
badan tersebut adalah 5 tahun dan dapat tidak dapat dipilih lagi setelah dua periode.
Terdapat pembatasan atas keanggotaan tersebut, yaitu hanya dua orang CPA yang boleh
menjadi anggota Badan ini pada waktu yang bersamaan, dan mereka tidak boleh
berpraktik sebagai CPA selama 5 tahun terakhir sebelum menjabat sebagai anggota
PCAOB (Yuwandito, 2010).

Tugas-tugas dari PCAOB adalah:


10

1) Melakukan registrasi terhadap KAP yang melakukan pemeriksaan terhadap


perusaaan yang mencatatkan bursanya pasar modal (perusahaan public). (Section
102)
2) Menetapkan atau mengadopsi, atau melakukan keduanya: standar audit, quality
control, etika, independensi, dan beberapa standar lain yang berkaitan dengan proses
penyusunan laporan audit untuk perusahaan public. (Section 103)
3) Melaksanakan inspeksi terhadap KAP-KAP. (Section 104)
4) Melakukan investigasi, penegakan disiplin dan pengenaan sanksi terhadap KAP dan
partner dari KAP yang melakukan pelanggaran. (Section 105)
5) Melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi lain sebagai dewan yang dianggap perlu
untuk meningkatkan standar professional pada KAP dan pihak terkait untuk
melindungi kepentingan investor dan publik.
6) Menegakkan ketaatan terhadap Akta ini, aturan Badan, standar professional dan
hukum.
7) Menetapkan anggaran dan mengelola operasional Badan dan stafstafnya.

b. Independensi Auditor
Setiap KAP, baik yang beroperasi di USA atau di luar negeri, yang ikut serta dalam
penyiapan dan penerbitan laporan audit perusahaan publik wajib terdaftar pada PCAOB.
Biaya pendaftaran dan pembayaran iuran tahunan yang dipungut dari masing-masing
KAP terdaftar dipergunakan untuk menutupi biaya pemrosesan dan review aplikasi
pendaftaran dan laporan tahunan yang disampaikan KAP terdaftar kepada Badan
Pengawas. Melalui kewajiban ini, KAP yang terdaftar diwajibkan memelihara kertas
kerja audit dan informasi serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan laporan audit
minimal tujuh tahun. Jasa Tambahan yang Tidak Diperbolehkan. Untuk menjaga
independensi auditor maka sebuah kantor akuntan publik atau perseorangan yang
berasosiasi dengan kantor tersebut apabila mendapatkan penugasan audit maka dilarang
untuk melayani jasa tambahan berikut ini (Section 201 dalam Yuwandito, 2010):
1) Jasa pembukuan dan jasa lain yang terkait dengan laporan keuangan dan akuntansi
klien audit.
2) Desain sistem informasi keuangan dan pemasangannya
11

3) Apraisal atau jasa penilaian lain


4) Jasa aktuaria
5) Outsourcing jasa audit internal
6) Fungsi manajemen atau personalia
7) Menjadi pialang, penasehat investasi atau jasa konsultasi investasi perbankan
8) Jasa hukum dan jasa tenaga ahli lainnya yang tidak terkait dengan audit.
9) Jasa lain yang ditentukan oleh PCAOB

Kantor akuntan publik bisa melakukan jasa lain, kecuali jasa 1-9 diatas, termasuk jasa
perpajakan, dengan mendapatkan persetujuan dari Komite Audit terlebih dahulu. Selain
aturan mengenai jasa yang tidak diperbolehkan, terdapat beberapa aturan lain untuk
menjaga independensi (Yuwandito, 2010) sebagai berikut:
1. Setiap jasa audit yang diberikan kepada emiten harus terlebih dulu mendapatkan
persetujuan dari Komite Audit.
2. Setiap persetujuan komite audit atas pemberian jasa non audit oleh KAP yang
memberikan jasa audit harus diungkapkan dalam pelaporan kepada SEC.
3. Rotasi partner dilakukan setiap 5 tahun sekali untuk satu klien yang sama dimulai dari
tahun fiscal 6 Mei 2003 kecuali sebelumnya telah menjadi partner audit klien tersebut
selama 7 tahun berturut-turut.
4. Auditor harus melaporkan kebijakan dan praktek akuntansi yang penting (critical),
alternative pencatatan sesuai GAAP terkait dengan isu penting dalam audit, serta
materi lain yang dibahas (komunikasi tertulis) antara auditor dan manajemen.
5. Laporan keuangan harus mengungkapkan fee untuk auditor baik untuk jasa
pemeriksaan, jasa lain yang terkait audit, jasa perpajakan, dan jasa yang lainnya.
6. Seorang auditor tidak boleh menjabat sebagai anggota dewan direktur, CEO, CFO,
COO, CAO, controller, direktur audit intern dan jabatan-jabatan lainnya tanpa ada
tenggang waktu karir.
7. Partner KAP tidak boleh menerima kompensasi dari klien selain jasa audit,
perpajakan dan jasa atestasi lainnya.
12

c. Corporate Responsibility
a) Komite Audit
Selain KAP, ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap emiten.di mana mereka
harus memiliki Komite Audit, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: perusahaan yang
tidak memiliki komite audit tidak boleh terdaftar di bursa efek. Komite Audit mempunyai
tanggung jawab (Yuwandito, 2010) sebagai berikut:
 Melakukan seleksi/penunjukan dan menentukan kompensasi (fee) serta mengawasi
KAP yang mengaudit korporasi.
 Menjadi anggota yang independen dari dewan direksi dan dewan komisaris.
 Menyelenggarakan prosedur untuk menangani komplain-komplain yang berkaitan
dengan akuntansi, pengendalian internal, dan hal-ha llain yang berkaitan dengan
audit. Menelaah dan menyetujui jasa audit dan jasa-jasa lain yang diberikan oleh
KAP.
 Mengembankan program penanganan whistleblower bagi pegawai atau pengadu yang
melaporkan terjadinya penyimpangan untuk memperoleh perlindungan dan mencegah
tindakan pembalasan.

Untuk anggota komite audit independen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
tidak menerima fee untuk kegiatan konsultasi, advisery atau jasa lainnya yang diberikan
kepada perusahaan, bukan merupakan pegawai dari perusahaan atau anak perusahaan,
serta boleh dibantu oleh tenaga ahli (Yuwandito, 2010).

b) Pengungkapan Laporan Keuangan


Ketentuan ini mengatur direksi, karyawan, dan dewan komisaris dalam kaitannya
dengan perannya masing-masing. Direksi, karyawan, komisaris tidak boleh melakukan
pembohongan terhadap KAP. Mereka yang bertindak atas nama perusahaan tidak boleh
mempengaruhi secara curang, memaksa, memanipulasi atau menyesatkan KAP yang
mendapat penugasan audit, melalui PCAOB, SEC diminta mengeluarkan ketentuan yang
terkait dengan kode etik bagi petugas/pejabat bagian keuangan. selain itu, SEC juga
mengeluarkan aturan yang mewajibkan salah seorang anggota komite audit perusahaan
emiten harus memiliki keahlian di bidang keuangan (Dito, 2010).
13

Hal itu dikaitkan dengan tanggung jawab perusahaan berkaitan dengan pelaporan
keuangan. CEO, CFO dan pejabat lain yang mempunyai fungsi yang serupa perlu
memberikan pernyataan di dalam laporan triwulan dan laporan tahunan perusahaan yang
disampaikan kepada SEC bahwa: Pejabat yang menandatangani laporan telah mereview
laporan tersebut. Berdasarkan pengetahuan pejabat yang bersangkutan, laporan tidak
berisikan pernyataan yang tidak benar mengenai fakta-fakta yang material atau tidak
melaporkan fakta-fakta yang material sehingga laporan perusahaan memuat informasi
yang me nyesatkan , atau dengan kata lain telah menyajikan secara wajar semua kondisi
dan hasil operasi perusahaan yang material (Yuwandito, 2010).

SEC mengeluarkan beberapa peraturan baru terkait dengan pengungkapan laporan


keuangan yang lebih transparan dan tepat waktu bagi para investor sebagai berikut:
 Semua koreksi keuangan yang material harus terungkap dalam laporan keuangan.
 Pengungkapan tambahan terhadap pengungkapan-pengungkapan yang tidak
disyaratkan oleh GAAP, antara lain, core earnings, free cash flow, dan EBITDA.
 Pengungkapan informasi tambahan tersebut bisa dicantumkan di laporan tahunan,
laporan tertulis lainnya atau dalam web site perusahaan.
 Penambahkan pengungkapan transaksi diluar neraca (off balance sheet) yang harus
disertakan dalam penjelasan dan analisis manajemen (management’s discussion and
analysis - MD&A) yaitu pengungkapan tentang pengaturan transaksi diluar neraca
dan tabel yang menjelaskan informasi tentang kewajiban kontraktual yang pasti akan
terjadi. Misal:standby LC, performance guarantee dll.

c) Tanggung Jawab Terhadap Internal Control


SOA mewajibkan perusahaan yang listing di AS untuk membuat dokumentasi
pengendalian kunci dan melaporkan kondisi pengendalian internnya secara periodik.
 SOA Section 302 tentang ”Corporate Responsibility for Financial Reports”
menetapkan bahwa pejabat eksekutif perusahaan (CEO & CFO) harus bertanggung
jawab secara pribadi terhadap pernyataan prosedur pengendalian, internal control,
dan jaminan atas kecurangan (fraud).
14

 Sedangkan SOA section 404 tentang “Management Assessment of Internal Controls”


mengatur ketentuan yang mewajibkan terselenggaranya audit SOA tahunan yang
menunjukkan laporan pengendalian internal (internal control report) sebagai bagian
dari laporan keuangan.

Laporan pengendalian internal antara lain berisi tanggung jawab manajemen


untuk mengembangkan dan memelihara system (struktur & prosedur) pengendalian
intern atas pelaporan keuangan dan hasil evaluasi atas efektivitas sistem pengendalian
internal. Regulasi ini menuntut manajemen perusahaan untuk memahami,
mendokumentasikan, dan menyempurnakan pengendalian internal terkait pelaporan
keuangan, dengan terus meningkatkan keakuratan proses bisnis (business process) dan
informasi transaksionalnya, serta membangun perbaikan proses secara berkelanjutan
(continuous improvement process) mengenai pengendalian internal pada laporan
keuangan perusahaan. Selain itu, pengendalian harus terkait dengan upaya pencegahan
(prevention) dan pendeteksian (detection) kecurangan (fraud) atas pelaporan keuangan
termasuk kemungkinan risiko timbulnya kecurangan (Yuwandito, 2010).
Mengingat pembenahan prosedur pengendalian internal sangat rumit dan
kompleks, maka perusahaan dapat membentuk Tim SOA yang bekerjasama dengan
Komite Audit. Tim SOA bertugas mengembangkan dan membangun kebijakan
pengendalian internal, prosedur, bisnis proses dan mekanisme pelaporan pengendalian
internal serta pengawasan laporan keuangan internal. Apabila diperlukan Tim SOA dapat
minta bantuan konsultan independen dalam penyiapan prosedur dan bisnis proses internal
control untuk laporan keuangan (Yuwandito, 2010).

d) Analisa Konflik Kepentingan


Broker dan dealer surat berharga di bursa efek tidak diperbolehkan melaku kan balas
dendam atau mengancam untuk melakukan balas dendam kepada analis yang bekerja
untuk mereka karena laporan analis tersebut berisikan analisis negatif terhadap
perusahaan publik tertentu. Analis, broker atau dealer surat berharga harus
mengungkapkan konflik kepentingan yang ada pada mereka (Yuwandito, 2010), seperti:
15

 Apakah analis memiliki investasi atau hutang di dalam perusahaan yang sedang
dibuatkan laporan analisisnya;
 Apakah kompensasi yang diterima oleh broker, dealer atau analis wajar, tidak
berlebihan dan tidak bertentangan dengan kepentingan publik serta konsisten dengan
perlindungan terhadap kepentingan investor,
 Apakah emiten merupakan klien dari broker dan dealer, dan
 Apakah kompensasi yang diterima analis untuk penerbitan suatu laporan didasarkan
jumlah pendapatan/keuntungan perusahaan yang dianalisis.

Sementara, persyaratan bagi Pengacara yang mewakili Perusahaan Publik, SEC harus
menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh pengacara yang mewakili
perusahaan publik. Standar tersebut harus mengatur: Untuk Pengacara yang dipekerjakan
oleh perusahaan publik harus melaporkan kepada kepala biro hokum atau CEO
perusahaan apabila diketahui terdapat bukti dari pelanggaran yang material atas undang-
undang dan peraturan pasar modal (securities law), yang dilakukan oleh perusahaan atau
agen perusahaan. Apabila kepala biro hukum atau CEO per usahaan tidak memberikan
respon yang memadai, maka pelanggaran tersebut harus dilaporkan kepada seluruh jajaran
komisaris, komite audit dan direksi perusahaan (Yuwandito, 2010).

d. Konsep Pengendalian
Dari keseluruhan Sarbanes Oxley Act, terdapat dua bagian yang mengatur mengenai
internal control, dan sering dibahas, yaitu Section 302 dan Section 404. Seksi 404 secara
khusus memberikan perhatian kepada internal control perusahaan atas laporan
keuangannya.

Section 404 „Management Assessments of Internal Controls‟


1. Setiap laporan tahunan yang diserahkan kepada Securities Exchange Commission
harus berisi laporan internal control, yang akan:
a) Menyatakan tanggung jawab manajemen untuk membuat dan menjaga struktur
dan prosedur internal control yang cukup untuk pelaporan keuangan.
16

b) Berisi penilaian efektivitas struktur dan prosedur internalmcontrol pada akhir


tahun fiscal perusahaan.
2. Setiap kantor akuntan publik beregister yang menyiapkan atau mengeluarkan laporan
audit bagi perusahaan harus menguji dan melaporkan penilaian kecukupan dan efektivitas
struktur dan prosedur internal control yang dibuat oleh manajemen perusahaan sebagai
bagian dari audit laporan keuangan menurut standar atestasi.

Sedangkan dalam Section 302, CEO dan CFO secara personal harus menerangkan
dengan sebenarnya (certify) bahwa mereka bertanggung jawab untuk prosedur dan
control yang diungkapkan. Tiap laporan triwulan harus berisi pernyataan bahwa mereka
telah melaksanakan evaluasi design dan efektivitas control. Eksekutif yang menyatakan
juga harus menyatakan bahwa mereka mengungkapkan kepada Komite Audit dan auditor
independen mengenai kekurangan/kelemahan pengendalian yang signifikan, kelemahan
material, dan tindakan fraud. SEC juga mengusulkan persyaratan sertifikasi yang
diperluas yang memasukkan prosedur dan internal control untuk pelaporan keuangan,
selain persyaratan terkait pengungkapan control dan prosedur. Dengan diundangkannya
SOA, auditor saat ini juga memiliki tanggungjawab tambahan untuk mengevalusi
pengendalian internal yang secara khusus dapat menekan risiko terjadinya
penyelewengan keuangan (fraud) yang kemungkinan secara signifikan bisa
mempengaruhi sebuah laporan keuangan (Yuwandito, 2010).
Auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan laporan keuangan terhadap
perusahaan publik di Amerika Serikat tanpa sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap
pengendalian internal yang ada di perusahaan tersebut. Penugasan pemeriksaan laporan
keuangan dan pengendalian internal merupakan penugasan yang integral dan tidak dapat
dipisahkan. Namun perlu diingat, pengendalian internal perusahaan adalah tanggung
jawab manajemen perusahaan bukan tanggung jawab auditor. Manajemen harus
melakukan penilaian terhadap pengendalian internal mereka sendiri, dan peran tersebut
tidak bisa tergantikan dengan pengujian-pengujian yang dilakukan oleh auditor terkait
dengan pemeriksaan tahunan. Manajemen perusahaan juga harus membuat dokumentasi
terhadap proses signifikan yang ada di perusahaan tersebut. Dokumentasi proses yang
17

signifikan ini kemudian akan menjadi dasar penilaian auditor terhadap pengendalian
internal yang dimilliki oleh sebuah perusahaan (Yuwandito, 2010).

Hal-hal yang baru dalam audit integral (Section 404) :


a Auditor harus menyatakan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan sekaligus
menyatakan pendapat atas atestasi manajemen terhadap pengendalian internal. Proses
pernyataan pendapat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (audit
integral).
b Pekerjaan dalam pemeriksaan untuk menyatakan kewajaran atas laporan keuangan
maupun pemeriksaan terhadap pengendalian internal harus saling terkait.
c Standar yang ditetapkan oleh PCAOB merupakan standar yang integral, mencakup
pekerjaan yang diperlukan dalam audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal.

a. Audit integral akan menghasilkan tiga opini :


1) Pendapat tentang keefektifan pengendalian internal terhadap penyusunan
laporan keuangan.
2) Pendapat tentang keefektifan penilaian manajemen terhadap pengendalian
internal.
3) Pendapat tentang kewajaran laporan keuangan.

B. Implikasi Sarbanes Oxley Act


1. Pengaruh Sarbanes Oxley Act Terhadap Independensi Auditor
Independensi akuntan mulai dipertanyakan sejak pasca skandal Enron. Akuntan yang
memberikan jasa lain selain audit dalam waktu yang bersamaan akan selalu mengganggu
independensinya dan hasil auditnya. Hal ini juga terjadi apabila perusahaan merupakan klien
terbesar bagi kantor akuntan tersebut, maka independensinya menjadi terganggu. Badan
Pengatur Pasar Modal Indonesia (Bapepam) membatasi jangka waktu akuntan dan kantor
akuntan publik dalam melakukan audit pada suatu perusahaan secara berurutan. Jangka
waktu untuk auditor adalah 3 tahun dan kantor akuntan publik adalah 5 tahun. Hal ini diatur
dalam KMK No. 423/KMK.06/2002. Independensi merupakan faktor penting yang harus
dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan audit. Tanpa adanya independensi, maka
18

opini yang diberikan oleh seorang auditor atas hasil pemeriksaan tidak dapat dipercaya oleh
pihak-pihakyang berkepentingan terhadap hasil audit tersebut (Sri, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri (2009) pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 menggambarkan bahwa
independensi auditor setelah pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2001 akan
mempengaruhi kualitas audit. Sarbanes-Oxley Act diacu oleh Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 423/kmk.06 /2002 mengatur tentang independensi auditor dan
keputusan ini diwajibkan untuk diberlakukan pada tahun 2002. Sanksi yang diberikan apabila
tidak memenuhi keputusan tersebut adalah tegas sehingga baik akuntan publik maupun
Kantor Akuntan Publik yang mengaudit perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
akan patuh terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Peningkatan sikap
independensi auditor ini akan mampu meningkatkan kualitas audit, dan citra profesi akuntan
publik akan dibangun kembali setelah adanya kasus skandal Enron-Anderson tahun 2000.

2. Pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap Internal Control Perusahaan


Tujuan undang-undang Sarbanes Oxley ini adalah mengembalikan keyakinan dan
kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk melakukan itu, SOX
menekankan pentingnya pengendalian internal yang efektif. SOX mengharuskan perusahaan
mempertahankan pengendalian internal yang kuat dan efektif terhadap pencatatan transaksi
dan pembuatan laporan keuangan. Pengendalian seperti itu sangat penting karena dapat
mencegah kecurangan dan pembuatan laporan keuangan yang menyesatkan (Yesshy, 2010).
Yesshy (2010) menjelaskan bahwa pengendalian internal (internal control) secara luas
diartikan sebagai prosedur-prosedur serta proses-proses yang digunakan perusahaan untuk
melindungi aset perusahaan, mengolah informasi secara akurat, serta memastikan kepatuhan
pada hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Bostelman di dalam Yesshy (2010), “Internal control over financial
reporting is a process designed to provide reasonable assurance regarding the reliability of
financial reporting and the preparation of financial statements for external purposes in
accordance with generally accepted accounting principles.” Bostelman di dalam Yesshy
(2010) menyatakan bahwa proses pengendalian internal atas pelaporan keuangan (internal
controls over financial reporting) harus mencakup tiga elemen, yaitu:
19

a. Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang memadai yang
mencerminkan transaksi dan disposisi asset.
b. Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi
secara umum.
c. Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detection pada hak
akuisisi, penggunaan, atau disposisi asset.

Undang-Undang Sarbanes Oxley section 404 (Internal Control Attest)


Bostelman dan TELKOM presentation to HCGA di dalam Yesshy (2010)
menyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act section 404 berisi:
a Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial reporting
(ICOFR).
b Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial reporting
(ICOFR) berdasarkan pengujian yang dilakukan.
c Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan manajemen.
Hasil analisis korelasi pada penelitian yang dilakukan Yesshy (2010) menunjukkan
hubungan kuat dan signifikan antara undang-undang Sarbanes-Oxley terhadap pengendalian
internal pada perusahaan jasa telekomunikasi. Serta adanya pengaruh yang signifikan antara
undang-undang Sarbanes-Oxley terhadap pengendalian internal pada perusahaan jasa
telekomunikasi.

3. Penerapan Sarbanes Oxley Act di Indonesia


Dikutip dari artikel Majalah Usahawan LMFEUI edisi Februari 2006 oleh Dr.
Ronny Kusuma Muntoro MBA yang memaparkan sebagai berikut:
Pada saat ini Indonesia tidak memiliki undang‐undang yang mengatur industri
audit sekomprehensif Sarbanes‐Oxley. Walaupun demikian ada beberapa peraturan
yang dikeluarkan beberapa pihak yang berwenang yang secara terpisah memiliki
beberapa kesamaan dengan komponen dari Sarbanes Oxley, antara lain adalah
sebagai berikut:
Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yang isinya mensyaratkan agar KAP yang sedang memeriksa klien
20

milik negara ataupun mendapat bantuan dari keuangan negara untuk memeriksa
kondisi IC dan memberikan atestasi atas tingkat kepatuhan klien terhadap peraturan
dan undang‐undang. PSA ini sampai sekarang masih diperdebatkan oleh beberapa
pihak; ada yang setuju ada yang menentang. IAI sendiri kabarnya akan melakukan
perubahan dan menggantikan PSA 62 ini dengan PSA 75 yang sampai saat ini masih
bersifat exposure draft dan belum diketahui nasib selanjutnya (rencana penggantian
inipun juga dipertanyakan). Seandainyapun diterapkan, ketetuan ini hanya berlaku
bagi perusahaan yang menggunakan atau mendapat bantuan dari anggaran negara;
tidak diterapkan pada semua perusahaan.
Bagi industri perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa
peraturan yang mengharuskan direksi bank untuk membuat pernyataan mengenai
kondisi IC dan juga mengenai tingkat kepatuhan. Bahkan untuk perbankan, salah
seorang direktur harus ditetapkan sebagai direktur kepatuhan dan tidak
diperkenankan untuk melakukan kegiatan operasional.
Badan Pengelola Pasar Modal telah mengeluarkan peratuan Bapepam
no:VIII.G.1, pada tanggal Des. 2003 mengenai tanggung jawab direksi terhadap
laporan keuangan dengan cara menandatangani suatu pernyataan bahwa direksi
bertanggung jawab terhadap IC perusahaan. Perbedaannya dengan versi
Sarbanes‐Oxley adalah bahwa dalam Sarbanes‐Oxley direksi juga diminta untuk
membuat asesmen terhadap kondisi IC diperusahaannya.
Hal‐hal diatas menunjukkan bahwa sebenarnya prinsip‐prinsip dasar dari
peningkatan transparansi sudah mulai dilaksanakan. Sayangnya langkah‐langkah
tersebut masih terpencar dan melibatkan industri tertentu ataupun kepemilikan
tertentu (negara). Bapepam, dalam membuat peraturannyapun terkesan
setengah‐setengah. Keraguan ini mungkin disebabkan adanya kekhawatiran belum
siapnya emiten di pasar modal Indonesia untuk melaksanakan perbaikan‐perbaikan
dan perubahan‐perubahan besar seperti telah diuraikan di atas, Namun apabila pasar
modal Indonesia ingin menghindari peristiwa‐peristiwa buruk yang terjadi di AS,
kita justeru harus segera mempersiapkan diri karena apabila sampai terjadi peristiwa
yang menyebabkan kepercayaan kepada pasar modal Indonesia merosot,
membangkitkannya kembali akan jauh lebih sulit.
21

BAB III

KESIMPULAN

Sarbanes Oxley Act adalah undang-undang yang diresmikan pada 30 Juni 2002 dimana
keberadaan undang-undang ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan pemegang saham
akibat dari banyaknya terjadi skandal akuntansi di perusahaan go-publik di Amerika Serikat yang
turut melibatkan Kantor Akuntan Publik besar. Undang-undang SOA mengatur segala aktivitas
baik dari pihak perusahaan, berkaitan dengan internal control perusahaan, maupun dari pihak
auditor independen, yang berkaitan dengan jasa audit yang diberikan. Dengan diterbitnya
Undang-undang SOA ini diharapkan tindakan kecurangan akuntansi dapat diminimalisir dan
tujuan SOA untuk mengembalikan dan mempertahankam kepercayaan pemegang saham dapat
dicapai.
22

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri. 2009. Independensi Auditor Setelah Pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act di
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi &
Manajemen Vol. 20, No. 2 Hal 79-87
Efendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
Fitriana. 2012. Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act dan Manajemen Risiko dalam
Profesi Akuntan Publik dan Implikasinya terhadap Kualitas Audit. Sosiohumaniora Volume
14, No. 2: 155-156
Herusetya, Antonius. 2002. Dampak Undang-Undang Sarbanes-Oxley Act 2002 Terhadap
Profesi Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi Krida Warana. Vol. 2, No. 2
Kusuma, Ronny Muntoro. 2006. Sarbanes-Oxley Act, Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?.
Majalah USAHAWAN LMFEUI edisi Februari 2006. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Wiharjanto, Yuwandito. Sarbanes Oxley Act. (Online) http://dito-
gudboy.blogspot.com/2010/03/sarbanes-oxley-act.html. Diakses: 21 Oktober 2014.
Solikhin, Abrar. 2009. Pengaruh Sarbanes Oxley Act Section 302 & 404: Kualitas Pelaporan
KEuangan Publik, Komisaris, Direksi, Komite Audit, Akuntan Manajemen, & KAP. (Online)
Http://

Anda mungkin juga menyukai