Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PRESENTASI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengauditan Sistem Informasi


Dosen Pengampu : M.Ridha Habibi Z, SE.,M.Si.,Ak.,CA

Disusun oleh Kelompok 6 :

Saadi Syahrian Iskandar (7181220013)


Nanda Dwi Aprilia S (7183520035)
Kevin Nabot (7183520021)
M Rizky Adha Daulay (7183520048)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penulisan System Enterprise Resource Planning (ERP) Mata Kuliah Pengauditan Sistem
Informasi. Terwujudnya makalah ini tidak dapat terlepas dari bimbingan dan dorongan
serta arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan pada
kesempatan ini Penulis juga menyampaikan Terima Kasih kepada Bapak M.Ridha Habibi
Z, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengauditan Sistem
Informasi yang telah memberikan tugas ini dan membantu memberikan dorongan dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulisan Makalah ini bertujuan untuk sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
Kuliah Pengauditan Sistem Informasi dan juga sebagai bahan referensi kepada pembaca
untuk lebih memahami materi yang penulis sajikan. Dalam penulisan makalah ini penulis
tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 28 September 2021

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran...........................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
BAB III ...........................................................................................................................22
PENUTUP ......................................................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran ....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Organisasi yang berukuran besar dan sedang memiliki sistem informasi yang dirancang dan
diprogram menurut pesanan (kebutuhan) mereka. Persaingan yang semakin sengit, membuat
sejumlah organisasi mulai mengefisienkan segala kegiatan operasional bisnisnya. Jika
semakin kompleks proses yang dijalankan, maka cepat atau lambat organisasi tersebut pasti
akan memerlukan sistem yang bisa mengatasinya.
Agar dapat bersaing, tentu diperlukan suatu sistem manajemen yang baik, untuk dapat
memonitoring segala aktivitas produksi perusahaan. Tak mengherankan jika perusahaan
pasti membutuhkan sebuah sistem aplikasi yang dapat memudahkan proses kerja. Kegiatan
menghasilkan produk, ketersediaan bahan baku, laporan keuangan, laporan pemasaran,
laporan komplain pelanggan, dan sebagainya itu merupakan beberapa komponen yang dapat
menjadi bahan analisis untuk mengambil keputusan.
Saat ini, trend sistem informasi adalah menuju implementasi sistem berorientasi perusahaan
dengan tingkat integratif tinggi. Sistem ini bukan paket-paket pesanan yang dirancang untuk
organisasi tertentu. Karakteristik organisasi-organisasi yang beraneka ragam turut
membentuk komponen-komponen perangkat lunak menjadi sebuah sistem perencanaan
sumber daya perusahaan atau bisa disebut Enterprise Resource Planing (ERP) yang terbaik
dalam memenuhi kebutuhan bisnis mereka.
Perencanaan sumber daya perusahaan - ERP (Enterprise Resource Planning) adalah model
sistem informasi yang memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan
berbagai proses bisnis utamanya berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun
distribusi di perusahaan bersangkutan.

2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut;
Apa definisi ERP?
Apa fungsi ERP?
Apa saja modul-modul di dalam ERP?
Apa peran ERP Pada Perusahaan

1
3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan definisi, fungsi dan model ERP,
ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk otomatisasi dan
integrasi banyak proses bisnis serta pelanggan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi ERP (Enterprise Resource Planning)


Istilah ERP diciptakan pada tahun 1990 oleh Gartner Group. Akan tetapi, konsepnya
sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Saat itu, konsep ini hanya diterapkan pada
manajemen inventaris dan kontrol di sektor manufaktur. Pengembang software membuat
program untuk memantau inventaris, merekonsiliasi saldo, dan melaporkan status. Pada
tahun 1970-an, program ini berevolusi menjadi Material Requirements Planning (MRP)
untuk penjadwalan proses produksi.
Pada 1980-an, MRP dikembangkan untuk mencakup lebih banyak proses manufaktur,
sehingga mengubah namanya menjadi MRP-II atau Material Resource Planning. Pada tahun
1990, sistem ini telah memiliki lebih banyak fungsi di luar manajemen inventaris dan proses
operasional lainnya ke fungsi-fungsi back-office lain seperti keuangan, permesinan,
manajemen proyek, dan SDM. Pada tahun inilah istilah ERP mulai digunakan.
Pada tahun 2000-an, Gartner Group kembali mengembangkan ERP dengan mengeluarkan
ERP II. Ini adalah ERP berbasis Cloud keluaran pertama. Sistem ini menawarkan
fleksibilitas tingkat tinggi, karena dapat melampaui batas wilayah dan waktu (asal terhubung
dengan internet). Kini sistem ERP SaaS (Software-as-a-Service) semakin diminati oleh
berbagai bisnis terutama UKM dikarenakan tingkat mobilitasnya yang tinggi dan harganya
yang lebih terjangkau.
Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning) menurut para ahli;
• Menurut Daniel E. O’ Leary dalam bukunya Enterprise Resource Planning Systems
(Systems, Life Cycle, Electronic Commerce and Risk), ERP adalah paket software powerful
yang memungkinkan perusahaan mengintegrasikan berbagai fungsi yang terpisah.
• Menurut James Hall dalam bukunya Accounting Information Systems (Buku 1, Edisi
13, Halaman 45), ERP adalah model sistem informasi yang memungkinkan perusahaan
mengotomatiskan dan mengintegrasikan berbagai proses bisnis utamanya.
• Menurut Ellen Monk dan Bret Wagner dalam bukunya Concepts in Enterprise
Resource Planning (Third Edition, Halaman 1), program ERP adalah core software yang
digunakan perusahaan untuk mengkoordinasi informasi pada setiap area bisnis. Program
ERP membantu untuk mengelola proses bisnis perusahaan secara luas menggunakan satu
database dan satu sistem pelaporan manajemen.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Enterprise Resource Planning (ERP) adalah
sistem berbasis komputer sebagai tulang punggung perusahaan yang didesain untuk
3
mengotomatisasi banyak proses transaksi perusahaan dan terintegrasi secara real time.
Seiring berkembangnya dunia teknologi informasi, sistem ERP juga semakin maju. Bahkan
saat ini, sistem ERP dapat diakses melalui berbagai perangkat mobile dari luar perusahaan
melalui internet, sehingga dapat dijangkau oleh pengguna kapanpun dan dimanapun mereka
berada. Hal ini tentunya juga diiringi oleh semakin majunya mekanisme keamanan dari
sistem tersebut.
Implikasi ERP pada perusahaan sangat di sesuaikan dengan keadaan perusahaan.
Perencanaan maupun penerapan ERP melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penerapan tersebut tidak hanya didukung dengan ERP sebagai alat tetapi juga didukung oleh
keempat komponen teknologi yaitu humanware, technoware, organware dan infoware. Dari
konsep keempat komponen tersebut maka kesuksesan dalam ERP tergantung pada faktor-
faktor sebagai berikut :
1. Management/organisasi; meliputi komitmen, edukasi, keterlibatan, pemilihan tim,
pelatihan, serta peran dan tanggung jawab.
2. Proses; meliputi alignment, dokumentasi, integrasi, dan re-desain proses.
3. Teknologi; meliputi hardware, software, manajemen sistem, dan interface.
4. Data; meliputi file utama, file transaksi, struktur data, dan maintenance dan integrasi
data.
5. Personel; meliputi edukasi, pelatihan, pengembangan skill, dan pengembangan
pengetahuan.

2.2 Fungsi ERP (Enterprise Resource Planning)


Meskipun ERP pada awalnya dirancang untuk industri manufaktur, sekarang perangkat
lunak ini telah berkembang ke berbagai sektor lainnya seperti jasa, pendidikan, ritel dan
grosir, real estate, makanan dan minuman, kesehatan, dan bahkan pemerintahan.
Setiap perusahaan atau organisasi tentunya mengelola karyawan, membeli produk atau jasa,
menjual atau mendistribusikan sesuatu, dan mencatat keuangan. ERP memungkinkan
perusahaan dari segala industri untuk mengintegrasikan dan mengelola seluruh fungsi dasar
tersebut. Berikut ini adalah beberapa manfaat yang dapatkan dengan mengimplementasikan
perangkat lunak ERP di perusahaan;
1. Mengoptimalkan Efisiensi
Sistem ERP berfungsi menyederhanakan berbagai aktivitas operasional yang memakan
banyak waktu dan tenaga. Tugas-tugas kompleks seperti pengecekan inventaris, pembagian
tugas ke karyawan, pemantauan jam kerja, penggajian, pembuatan laporan keuangan,
semuanya dapat dilakukan secara otomatis.
4
Dengan berkurangnya pekerjaan manual, tim dapat lebih fokus pada pekerjaan mereka tanpa
harus mengganggu tim lainnya. Misalnya, tim marketing dapat memantau laporan web
traffic harian tanpa harus memintanya dari tim IT, atau tim akuntansi dapat membuat
laporan yang terkait dengan sales tanpa harus bergantung pada manajer penjualan.
2. Meningkatkan Kolaborasi
Kolaborasi antar departemen merupakan bagian yang krusial dan sering diperlukan dalam
bisnis. ERP software meruntuhkan dinding-dinding pembatas antara departemen. Dengan
data yang dimasukkan ke dalam sistem ERP yang terpusat dan konsisten, satu departemen
dapat mengakses data dari departemen yang lain. ERP SaaS atau yang berbasis Cloud dapat
memperluas kolaborasi antar-tim yang ada di seluruh cabang perusahaan melalui internet.
3. Menghemat Biaya Operasional
ERP juga membantu perusahaan dalam menghemat biaya operasional, karena sebagian
besar aktivitas operasional diotomatiskan, maka berbagai gangguan, kendala, dan kerusakan
dapat diantisipasi dengan baik. Seluruh pekerjaan kompleks dapat diselesaikan dengan lebih
cepat sehingga ini dapat mengurangi lead time. Perusahaan juga dapat mengurangi biaya
tenaga kerja, karena ERP mampu mengambil alih berbagai pekerjaan manual.
4. Meningkatkan Keamanan Data
ERP memiliki firewall dan kontrol pembatasan untuk mencegah pelanggaran data. Seluruh
data disimpan dalam sistem terpusat sehingga titik akses dapat dimonitor dengan ketat dan
keamanannya pun terjaga. Admin yang bertanggung jawab mengelola data perusahaan bisa
memberikan hak akses terbatas kepada karyawan. Misalnya, manajer HR dapat
menyembunyikan data-data penting hanya untuk dirinya dan para pemangku kepentingan
sementara memberikan hak akses kepada karyawan untuk melihat data keuangan mereka
masing-masing.
Admin juga dapat dengan cepat menghentikan akses karyawan yang diberhentikan dan
memberikan hak akses kepada karyawan baru. Solusi ERP juga menunjukkan aktivitas
pengguna, sehingga admin dapat dengan mudah mengidentifikasi tindakan yang tidak sah
atau pola aktivitas yang mencurigakan dalam sistem.
5. Membuat Prakiraan Bisnis Yang Akurat
Salah satu hal yang paling krusial bagi kemajuan bisnis adalah prakiraan (forecast) yang
tepat. Pemangku kepentingan dalam perusahaan bergantung pada laporan untuk membuat
prakiraan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang mereka ambil. Oleh
karena itu, sangatlah penting bagi bisnis untuk mendapatkan laporan real-time, lengkap, dan
konsisten. Solusi ERP bisa memfasilitasi semua itu.
Laporan dalam sistem ERP menggunakan filter dan analitik canggih yang bisa menyaring
5
ketidakkonsistenan pada data. Sistem ini juga memastikan bahwa data yang diperoleh
dihasilkan pada waktu yang sebenar-benarnya. Laporan bisnis yang akurat akan membantu
pemangku kepentingan dalam menghasilkan keputusan yang terbaik bagi bisnis mereka.
6. Meningkatkan Layanan Pelanggan
Sistem ERP memberikan akses cepat kepada Anda untuk melihat informasi dan riwayat
pelanggan sehingga Anda dapat memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik. Perangkat
lunak ini juga membantu Anda meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mempercepat
proses order fulfillment.
7. Meningkatkan Daya Saing
Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen dan perubahan teknologi yang begitu
cepat, penting bagi Anda untuk mengadopsi sistem modern supaya Anda dapat
memenangkan persaingan di industri Anda.
Solusi ERP dirancang untuk menawarkan fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan
skalabilitas untuk pertumbuhan bisnis. Dengan perangkat lunak ERP yang tepat, bahkan
UKM dapat bersaing secara efektif dengan pemain yang lebih besar.

2.3 Modul-Modul Dalam ERP (Enterprise Resource Planning)


Setiap sistem ERP memiliki modul yang berbeda, namun biasanya ada beberapa modul
dasar yang dimiliki oleh sistem ERP yang canggih. Fungsi dari modul-modul dasar ini
dinilai penting bagi berbagai jenis perusahaan. Berikut ini adalah beberapa modul dasar
yang ada dalam sistem ERP secara umum;
1. Accounting (Akuntansi)
Modul akuntansi berfungsi mengelola arus kas yang masuk dan keluar dalam suatu
perusahaan. Modul juga membantu perusahaan menangani berbagai transaksi akuntansi
seperti pengeluaran, neraca, buku besar, rekonsiliasi bank, penganggaran, manajemen pajak,
dan lain-lain. Laporan keuangan perusahaan dapat dibuat hanya dengan beberapa klik
dengan modul ini.
2. CRM
Modul CRM (Customer Relationship Management) membantu meningkatkan kinerja
penjualan melalui layanan pelanggan yang lebih baik dan membangun hubungan yang sehat
dengan pelanggan. Modul ini juga membantu perusahaan mengelola dan melacak informasi
prospek dan pelanggan seperti riwayat komunikasi, panggilan, pertemuan, data transaksi
yang mereka lakukan, durasi kontrak, dan lain-lain.

6
3. HRM
Modul HRM (Human Resource Management) membantu meningkatkan efisiensi
departemen SDM atau HR dalam perusahaan. Modul ini membantu mengelola informasi
karyawan seperti penilaian kinerja, deskripsi pekerjaan, keterampilan, kehadiran, cuti, dan
lain-lain. Manajemen Penggajian merupakan salah satu sub modul yang paling penting
dalam modul HRM yang befungsi untuk mengelola gaji, biaya perjalanan, dan
pengembalian biaya.
4. Sales (Penjualan)
Modul ini berfungsi menangani alur kerja penjualan seperti pertanyaan penjualan,
penawaran, sales order, dan faktur. Integrasi modul Penjualan dan CRM dapat mempercepat
siklus penjualan dan menghasilkan keuntungan lebih besar bagi perusahaan.
5. Inventory (Inventaris)
Modul inventaris berguna untuk melacak dan mengelola stok barang di perusahaan termasuk
memantau tingkat persediaan, menjadwalkan pengisian ulang, melakukan forecasting dan
membuat laporan inventaris. Sistem ERP yang bagus memungkinkan integrasi modul
inventaris dengan barcode atau SKU scanner. Modul inventaris akan lebih efektif jika
diintegrasikan dengan modul pembelian.

6. Purchasing (Pembelian)
Modul ini mengelola proses yang terlibat dalam pengadaan barang. Ini termasuk: daftar
supplier, permintaan dan analisis penawaran, Purchase Order, Goods Receipt Notes, dan
pembaruan stok. Modul ini dapat diintegrasikan dengan modul inventaris untuk manajemen
pengadaan stok yang lebih optimal.
7. Manufacturing (Manufactur)
Modul ini berfungsi meningkatkan efisiensi dalam proses manufaktur dalam suatu bisnis,
seperti; perencanaan produk, material routing, pemantauan produksi harian, dan pembuatan
Bill of Materials. Sistem ERP yang baik memungkinkan modul manufaktur untuk
diintegrasikan dengan barcode atau RFID scanner.

7
Keuntungan penggunaan ERP

- Integrasi data keuangan


Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan
mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik

- Standarisasi Proses Operasi


Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi
peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk
- Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk
perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan
jenis bisnis yg berbeda-beda.

Keuntungan yg bisa diukur


- Penurunan inventori
- Penurunan tenaga kerja secara total
- Peningkatan service level
- Peningkatan kontrol keuangan
- Penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi
-

8
Gagalnya ERP
- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
- Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang
baru
- Kurangnya edukasi dalam tahap implementasi akan memberikan kesulitan bagi user
yang justru akan memperlambat proses Bosnia perusahaan.

Tanda-tanda kegagalan ERP


Kegagalan ERP biasanya ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:
- Kurangnya komitmen top management
- Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisis strategi bisnis)
- Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
- Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
- Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
- Kesalahan penghitungan waktu implementasi
- Tidak cocoknya software dgn business process
- Kurangnya training dan pembelajaran
- Cacatnya project design & management
- Kurangnya komunikasi
- Saran penghematan yang menyesatkan

OLAP (Online Analitycal Processing)


ERP bukan hanya sekedar sistem pemrosesan transaksi yang rumit. ERP adalah alat
pendukung keputusan yang menyediakan manajemen informasi yang real-time dan
mengijinkan keputusan tepat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan
mendapatkan keunggulan kompetitif. online Analytical processing(OLAP) termasuk
pendukung keputusan, modeling, pengembalian informasi, pelaporan/analisis ad-hoc, dan
what-if analisis.

KONFIGURASI SISTEM ERP


Sebagian besar sitem ERP berdasar pada model server klien. secara singkatnya, model
server klien adalah bentuk dari topologi jaringan yang mana komputer pengguna atau
9
terminal (klien) mengakses program dan data ERP melalui host computer yang disebut
server. Walaupun server dapat dipusatkan, klien biasanya ditempatkan dimacam-macam
lokasi diseluruh perusahaan. dua bentuk dasar client-server modul:
- Two Tier Model, pada two tier model, server menangani kedua tugas aplikasi dan
database. komputer klien bertanggung jawab untuk menyajikan data kepada
pengguna dan menyalurkan input pengguna kembali ke sever. bebrapa Vendor ERP
menggunakan pendekatan ini pada Local Area Network.

- Three Tier Model, fungsi database dan aplikasi terpisah dalam three tier model.
bentuk ini khusus untuk sistem ERP yang luas dimana pengguan menggunakan wide
area network untuk berhubungan antar pengguna. awalnya, klien membangun
komunikasi dengan application server. kemudian application server memulai
hubangan kedua ke database server

10
OLTP vs OLAP
Perbedaan OLTP dan OLAP dapat diringkas sebagai berikut. Aplikasi OLTP mendukung
tugas penting manajemen melalui Queri sedehana pada oprasional database. aplikasi OLAP
Mendukung tugas penting manajemen melalui pemeriksaan analisis pada gabungan data
yang kompleks yang didapat dari data warehouse.
OLAP server mendukung common analytical operation termasuk:
- Consolidation adalah pengumpulan atau roll-up data.
- Drill-down mengizinkan pengguna untuk melihat data sesuai pilihan tingkat detail .
- Slicing and Dicing memungkinkan pengguna untuk memeriksa data dari sudut
pandang yang berbeda, sering dilaksanakan sepanjang waktu untuk menggambarkan
tren dan pola

Perangkat Lunak Bolt-On


Banyak organisasi menemukan bahwa perangkat lunak ERP sendiri tidak dapat
digunakan untuk menjalankan semua proses dalam perusahaan. Perusahaan ini
menggunakan b eb e rap a perangkat lunak bolt- on yang disediakan vendor pihak ketiga
untuk menjalankan proses bisnis tertentu. Pemilihan perangkat lunak ini perlu mendapat
perhatian agar dapat berjalan pada system ERP yang akan diimplementasikan.
Supply Chain Management (SCM)
Supply chain management adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
memindahkan barang dari tahap bahan baku sampai ke pelanggan. Ini termasuk pengadaan,
penjadwalan produksi, pemrosesan order tersebut, manajemen inventarisasi, transportasi,
pergudangan, layanan pelanggan, dan ramalan permintaan untuk barang. SCM sistem adalah
suatu aplikasi perangkat lunak yang mendukung tugas ini. Keberhasilan SCM
menyelaraskan dan mengintegrasikan kegiatan tersebut ke dalam proses yang halus. SCM
menghubungkan semua mitra dalam rantai, termasuk vendor, perusahaan pengangkut,
perusahaan logistic pihak ketiga, dan penyedia sistem informasi.

DATA WAREHOUSING
Data warehouse merupakan basis data relational atau multidimentional yang dapat berisi
data giga sampai tera bytes. Proses data warehousing melibatkan extracting, converting dan
standarizing data operasional organisasi dari ERP dan sistem lama dan memasukkannya
kedalam arsip pusat yang disebut dengan data warehouse. Sekali data dimasukkan kedalam
warehouse, data dapat diakses melalui berbagai macam query dan alat analisis yanng
digunakan untuk data mining (proses selecting, exploring, dan modeling data untuk
mengungkapkan hubungan dan pola umum yang ada dalam basis data tetapi tersembunyi
11
didalamnya).
Lima tahapan pokok dari proses data warehouse
- Perancangan data untuk data warehouse
- Mengekstrak data dari database operasional
- Pembersihan data yang diekstrak.
- Mengubah data menjadi model warehouse
- Memuat data kedalam database data warehouse Berikut tahapan penting dalam
proses data warehousing.

Penjelasan :
• Membuat model Data Warehouse
Disain basis data yang baik menekankan pentingnya data normaization untuk
menghilangkan update anomaly, insertion anomaly, dan deletion anomaly. Hal ini
diperlukan agar basis data dapat mencerminkan hubungan yang dinamis yang
terjadi dalam entitas secara akurat. Walaupun basis data normalized secara penuh
dapat menghasilkan model yang fleksibel yang dibutuhkan untuk membantu banyak
pengguna dalam lingkungan operasi yang dinamis ini, tetapi hal ini juga
menambah kompleksitas yang berakhir pada performa yang tidak efisien. Jadi,
dalam merancang model basis data ini perlu dipisahkan normalized table mana yang
harus di konsolidasikan ke dalam denormalized tables agar performa dari sistem
dapat terjaga.
• Mengekstrak data dari basis data operasi
Untuk mengekstraksi data dari basis data, umumnya basis data itu harus tidak
beroperasi untuk menghindari ketidakkonsistenan data. Karena besarnya data dan
kebutuhan transfer yang cepat untuk meminimalisir downtime, konversi tidak
dilakukan atau dikerjakan sedikit saja. Untuk mempercepat transfer, dapat
digunakan teknik yang disebut changed data capture (hanya merekam data yang
dimodifikasi baru-baru ini). Salah satu fitur penting dari data warehouse adalah data
yang dimasukkan ke dalam data warehouse merupakan data yang stabil akibat data
dimasukkan kedalam warehouse setelah aktivitasnya selesai.
• Membersihkan data yang diekstrak
Pembersihan data melibatkan perbaikan data sebelum dimasukkan kedalam warehouse.
Pembersihan ini dikarenakan data operasi dapat mengandung kesalahan klerikal,
entri data, dan program. Pembersihan ini, juga termasuk menstandarisasi istilah
bisnis dalam basis data.
12
• Mengubah data ke dalam data model warehouse
Data warehouse terdiri dari data detil dan data ringkas. Untuk meningkatkan efisiensi,
data dapat di ubah menjadi data ringkas sebelum dimasukkan kedalam warehouse.
Sebuah data warehouse yang berisi ringkasan data dapat mengurangi waktu proses
selama analisis. Tetapi, karena masalah bisnis memerlukan data detil untuk
mengevaluasi tren, pola, atau anomali yang terlihat pada laporan ringkas juga satu
anomali dalam data detil dapat muncul dalam bentuk berbeda di ringkasan yang
bermacam maka perangkat lunak OLAP masih membolehkan pengguna membuat
data detil virtual jika belum ada.
• Memasukkan data ke dalam basis data data warehouse
Kesuksesan data warehouse membutuhkan pemisahan pembuatan dan pemeliharaan
antara data warehouse dengan basis data operasi. Berikut beberapa alasan perlunya
warehouse
1. Efisiensi internal: Persyaratan struktur dan operasional dari pemrosesan transaksi
dengan data mining sangat berbeda, sehingga menjadi hal yang sangat tidak
praktis untuk menyimpan data operasional dengan arsip data dalam basis data
yang sama.
2. Integrasi dengan sistem yang lama:atau sebelumnya: Pengaruh dari sistem lama
yang masih sangat kental karena telah lama digunakan, sehingga sebagian besar
data bisnis perusahaan dibuat oleh sistem yang lama. Padahal data yang
dihasilkan biasanya tidak dapat digunakan dalam alat data mining modern. Jadi,
agar data ini dapat dipakai, data warehouse yang terpisah dibutuhkan untuk
memberi ruang penyatuan antara sistem lama yang kontemporer ke struktur
umum yang mendukung analisis perusahaan secara menyeluruh.
3. Konsolidasi data global: Munculnya ekonomi global membawa perubahan yang
besar kepada struktur bisnis organisasi dan kebutuhan akan informasi pun
meningkat. Karena kompleksitas dari bisnis saat ini, sebuah data warehouse yang
terpusat dan terpisah dari basis data operasional merupakan cara yang efektif
untuk mengumpulkan, menstandarkan, dan mengasimilasi data dari sumber yang
beraneka ragam.
4. Pengambilan keputusan yang didukung oleh data warehouse. Data warehouse
memiliki fungsi yang sama dengan basis data tradisional. Selain itu, basis data
ini juga menyediakan informasi lain yang tidak memungkinkan dibuat dalam
sistem tradisional seperti analisis multi dimensi serta visualisasi informasi.
Pembuatan laporan standar dalam sistem data warehousing ini dapat dilakukan
13
secara otomatis sehingga dapat mengurangi akses ke warehouse dan
meningkatkan efisiensi dalam berhubungan dengan kepentingan yang lebih
spesifik. Teknik drill-down merupakan analisis data yang berguna dalam
kaitannya dengan data mining. Analisis drill-down dimulai dari meninjau data,
dan ketika terlihat adanya anomali atau tren yang menarik, pengguna dapat
melihat hal itu secara lebih detil hingga tingkatan data detil. Hal ini tentunya
tidak dapat diantisipasi dalan laporan standar. Ada keuntungan dengan membagi
data kepada pihak luar seperti konsumen dan pemasok, yaitu meningkatkan
hubungan dengan piha tersebut dan memberikan layanan yang lebih baik. Selain
itu dapat memberikan respon yang lebih baik dalam rantai suplai.

RESIKO YANG BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI ERP


Berikut resiko yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi ERP:
1. Implementasi dengan pendekatan Big-Bang dan Phased-In
Kebanyakan implementasi ERP mengalami kegagalan karena masalah budaya dalam
perusahaan yang menentang proses ini. Ada beberapa pendekatan dalam
mengimplementasikan ERP, antara lain:
a. Pendekatan big-bang. Pendekatan ini mencoba untuk mengalihkan operasi dari
sistem lama ke sistem baru sekaligus, tanpa adanya tahapan
pengimplementasian. Hal ini tentunya akan mendapat penentang karena setiap
orang dalam organisasi lebih familiar dengan sistem lama. Selain itu, individu
seringkali menemukan dirinya mengisi data lebih banyak dibanding dengan saat
menggunakan sistem lama. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pada
operasi harian. Tetapi ketika periode penyesuaian dapat terlewati dan munculnya
budaya perusahaan baru, ERP menjadi alat operasi dan strategik yang
memberikan keuntungan kompetitif kepada perusahaan.
b. Pendekatan Phased-In. Karena banyaknya tentangan atas pendekatan diatas,
maka pendekatan ini menjadi alternative favorit dalam pengimplementasian
ERP. Pendekatan ini mengimplementasikan ERP pada unit bisnis satu demi satu.
Proses dan data umum dapat disatukan tanpa harus mengganggu operasi
perusahaan. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk membuat ERP dapat
berjalan dengan baik bersamaan dengan sistem lama, setelah fungsi-fungsi
organisasi terkonversikan kedalam sistem yang baru, sistem lama diistirahatkan.
2. Oposisi terhadap perubahan budaya bisnis

14
Perubahan harus dapat didukung oleh budaya organisasi itu sendiri agar implementasi
ERP dapat berhasil. Selain itu, diperlukan staf teknis untuk sistem baru ini atau
basis pengguna yang paham teknologi komputer agar proses pembelajarannya dapat
berjalan lancar.
3. Memilih ERP yang salah
Alasan umumnya dari kegagalan pengimplementasian ERP adalah ERP tidak
mendukung satu atau lebih proses bisnis yang penting. Jika salah memilih,
dibutuhkan perubahan model ERP yang luas, memakan waktu, dan juga tentunya
menghabiskan dana yang tidak sedikit. Gangguan serius dapat terjadi dikarenakan
kealpaan ini. Lebih lanjut, pengembangan dari sistem ERP ini akan menjadi lebih
sulit lagi.
4. Goodness of Fit.
Manajemen perlu yakin bahwa ERP yang dipilih tepat bagi perusahaan. Untuk
menemukannya diperlukan proses seleksi perangkat lunak yang meyerupai corong,
yang dimulai dari hal yang luas lalu menjadi lebih terfokus. Tetapi, jika proses
bisnis itu sangat unik, sistem ERP harus dimodifikasi agar dapat berjalan dengan
sistem yang lama atau mengakomodasi perangkat lunak bolt-on.
5. Isu skalabilitas sistem.
Jika manajemen memperkirakan volume bisnis yang meningkat saat penggunaan sistem
ERP, mereka memiliki isu skalabilitas yang perlu dialamatkan. Skalabilitas adalah
kemampuan dari sistem untuk berjalan secara lancar dan ekonomis saat
persyaratan pengguna bertambah. Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah size,
speed, dan workload.
6. Memilih konsultan yang salah
Sukses dari pengimplementasian ini tergantung dari keahlian dan pengalaman yang
biasanya tidak tersedia langsung. Karena itu, kebanyakan implementasi ERP
melibatkan perusahaan konsultan yang mengkoordinasikan proyek, membantu
organisasi dalam mengenali kebutuhannya. Tetapi, dengan banyaknya permintaan
pengimplementasian sistem ERP, maka perusahaan konsultan kekurangan
sumber daya manusia. Hal ini menyebabkan penempatan individu yang tidak
sesuai dengan kualifikasi. Permasalahan ini menyebabkan banyaknya proses
implementasi ERP yang gagal. Oleh karena itu, sebelum melibatkan sebuah
konsultan luar, manajemen perlu melakukan tahap-tahap berikut ini:
a. Mewawancara staf yang diusulkan kepada proyek dan buat draft yang
meyebutkan penempatan tugasnya.
15
b. Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf ditangani.
c. Lakukan rujukan terhadap member staf yang diusulkan.
d. Selaraskan kpentingan konsultan yang organisasi itu bernegosiasi sebuah skema
pay-per- performance yang didasari pencapaian tertentu atas proyek. Contohnya,
jumlah uang yang dibayar kepada konsultan mungkin berada di kisaran 85 sd 115
persen dan upah kontrak, tergantung dari apakah kesuksesan proyek
pengimplementasian berada sesuai jadwal atau tidak.
e. Buat waktu tenggat pemutusan yang tegas kepada konsultan untuk menghindari
konsultasi yang tidak ada akhirnya, yang berakibat ketergantungan dan upah
yang mengalir tanpa henti.

Biaya tinggi dan biaya yang melebihi anggaran


Resiko yang ada bebentuk biaya yang di anggap terlalu rendah atau yang tidak diantisipasi.
Masalah yang sering muncul terjadi dalam beberapa area yaitu
- Pelatihan. Biaya pelatihan selalu lebih tinggi dari yang diperkirakan karena
manajemen berfokus terutama pada niaya mengajarkan pekerja perangkat lunak
baru. Hal ini sebenarnya hanya sebagian dari pelatihan yang dibutuhkan. Pekerja
juga harus mempelajari prosedur baru, yang seringkali diabaikan saat proses
penganggaran.
- Pengujian dan penyatuan sistem. ERP merupakan model keseluruhan yang dalam
teorinya satu sistem yang menggerakkan seluruh organisasi. Pada kenyataannya,
banyak organisasi menggunakan ERP sebagai tulang punggung yang terikat pada
sistem lama dan perangkat lunak bolt-on, yang mendukung kebutuhan khusus
perusahaan. Menggabungkan sistem yang tidak sama ini dengan sistem ERP dapat
melibatkan penulisan program konversi atau bahkan memodifikasi kode internal dari
ERP. Penggabungan dan pengujian dilaksanakan dengan basis case-by-case, jadi
biayanya sangat sulit ditaksir sebelumnya.
- Konversi basis data. Sebuah sistem ERP baru biasanya berarti basis data baru.
Konversi data merupakan proses mengalihkan data dari sistem lama kepada basis
data ERP. Jika data sistem lama handal, proses konversi dilaksanakan lewat prosedur
yang otomatis. Meskipun dengan kondisi ideal, pengujian dan rekonsiliasi manual
dibutuhkan untuk menjamin bahwa pemindahan telah lengkap dan akurat.

Proses implementasi ERP ini memerlukan biaya yang besar sedangkan manfaatnya tidak
dapat dirasakan dalam jangka waktu yang pendek. Untuk itu, manajemen harus pandai
16
menaksir kuntungan yang didapat dari pengimplementasian ini agar tidak mengalami
kerugian akibat proses ini.
Gangguan Operasi
Sistem ERP dapat mengacaukan operasi perusahaan yang memasangnya. Hal ini disebabkan
sistem ERP ini terlihat asing dibandingkan dengan sistem lama sehingga memerlukan
periode penyesuaian untuk memperlancar proses implementasi ini.

IMPLIKASI TERHADAP KONTROL INTERNAL DAN AUDIT


Beberapa perhatian penting atas isu kontrol internal dan audit, antara lain:
1. Otorisasi transaksi
Kontrol perlu ditanamkan pada sistem untuk memvalidasi transaksi sebelum diterima
dan digunakan modul lain. Tantangan bagi auditor adalah memverifikasi otorisasi
transaksi untuk mendapatkan pengetahuan yang terperinci atas konfigurasi sistem
ERP dan pengertian yang seksama atas proses bisnis dan arus informasi antara
komponen sistem.
2. Pemisahan tugas
Keputusan operasional organisasiberbasis ERP berusah didekatkan dengan sumber dari
kejadiannya. Proses manual yang memerlukan pemisahan tugas seringkali dihilangkan
dalam lingkungan ERP. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagaimana
mengamankan, mengontrol suatu sistem agar dapat menjamin pemisahan tugas berjalan
dengan baik. Untuk memecahkan masalah ini, SAP memperkenalkan teknik user role.
Seiap role diberikan suatu set aktivitas yang ditugaskan pada pengguna yang berwenang
dalam sistem ERP. Auditor perlu memastikan apakan role ini diberikan sesuai dengan
tanggung jawab kerjanya.
3. Pengawasan
Seringkali kegagalan dari implementasi ERP dikarenakan manajemen tidak mengerti
dengan baik pengaruhnya terhadap bisnis. Seringkali, setelah ERP berjalan, hanya tim
implementasi yang mengerti cara kerjanya. Karena peran tradisional akan diganti,
supervisor perlu mendapatkan pengertian teknis dan operasional yang mendalam atas
sistem baru ini. Supervisor seharusnya memiliki waktu untuk mengelola melalui
kemampuan pengawasan yang ditingkatkan serta meningkatkan rentang kontrol mereka.
4. Accounting Records
Dalam sistem ini data OLTP dapat dengan mudah diproses menjadi berbagai macam
produk akuntansi, resiko yang ada dapat diminimalkan dengan meningkatkan akurasi
entri data. Tetapi, Walaupun menggunakan teknologi ERP, beberapa resiko atas akurasi
17
accounting records masih muncul. Hal ini disebabkan karena data yang rusak atau
tidak akurat akibat melewati sumber eksternal. Data ini dapat berisi duplicate records,
nilai yang tidak akurat, atau fields yang tidak lengkap. Oleh karena itu dibutuhkan
pembersihan data untuk mengurangi resiko dan menyakinkan data yang paling akurat
dan terkini yang diterima.
5. Kontrol akses
Security merupakan isu yang penting dalam implementasi ERP. Tujuan dari security
ini untuk menyediakan kerahasiaan, kejujuran, dan ketersediaan informasi yang
dibutuhkan. Apabila security lemah, dapat menyebabkan pembeberan rahasia dagang
kepada pesaing dan akses tanpa izin.

IMPLEMENTASI SISTEM ERP

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem computer-based terintegrasi


untuk mengelola seluruh aktifitas perusahaan, sumberdaya internal dan eksternal, termasuk
tangible asset, keuangan, persediaan, produksi, human resources, marketing, supply chain,
logistics, dll.
Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur software yang
memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara seluruh fungsi-fungsi bisnis di
dalam batas organisasi/perusahaan dan mengelola hubungan dengan pihak stakeholder
diluar perusahaan.
Dibangun atas dasar sistem database yang terpusat dan biasanya menggunakan
platform komputasi yang umum. Sistem informasi berbasis ERP dapat mengkonsolidasikan
seluruh operasi bisnis menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas.
Suatu sistem ERP akan berada pada pusat server dan akan didistribusikan ke seluruh unit
perangkat keras dan perangkat lunak modular sehingga dapat melayani dan berkomunikasi
melalui jaringan area lokal.

18
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sistem ERP mengintegrasikan informasi
dan proses-proses yang berbasis informasi pada sebuah bagian atau antar bagian dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Sistem ERP terdiri atas beberapa sub sistem (modul) yaitu
sistem finansial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem inventori, dan sistem human
resource. Masing-masing sub sistem terhubung dengan sebuah database terpusat yang
menyimpan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing sub sistem. Sub sistem
mewakili sebuah bagian fungsionalitas dari sebuah organisasi perusahaan.

ARSITEKTUR
Sistem ERP yang ada pada saat ini kebanyakan menggunakan sistem arsitektur 3-tier
atau lebih. Arsitektur 3-tier secara umum digambarkan sebagai berikut:

1. Presentation Layer
Presentation layer merupakan sarana bagi pengguna untuk menggunakan sistem
ERP. Presentantaion layer dapat berupa sebuah aplikasi (sistem berbasis desktop) atau
sebuah web browser (sistem berbasis web) yang memiliki graphical user interface (GUI).
Pengguna dapat menggunakan fungsi-fungsi sistem dari sini, seperti menambah dan
menampilkan data.

19
2. Application layer
Lapisan ini berupa server yang memberikan layanan kepada pengguna. Server
merupakan pusat business rule, logika fungsi, yang bertanggung jawab menerima, mengirim
dan mengolah data dari dan ke server database.
3. Database layer
Berisi server database yang menyimpan semua data dari sistem ERP. Database
layer bertanggung jawab terhadap manajemen transaksi data.

IMPLEMENTASI ERP DALAM DUNIA BISNIS

Practice dan Business Process Reengineering

Dalam praktiknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang
dianggap best practie, yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misalnya,
bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing),
penyusunan stok di gudang dan sebagainya.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari Sistem ERP, maka industri
yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process (proses umum
terbaik) yang berlaku. Akan tetapi, permasalahan mulai timbul bagi industri di Indonesia.
Sebagai contoh, adalah permasalahan bagaimana merubah proses bisnis perusahaan
sehingga sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh Sistem ERP, atau merubah Sistem
ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul
sumber daya manusia (SDM), karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan
dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang
terdapat pada sistem ERP pada umumnya, contohnya
SAP. Proses penyesuaian ini, dikenal juga sebagai proses Implementasi. Jika dalam
kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses bisnis yang cukup mendasar, maka
perusahaan harus melakukan Business Process Reengineering (BPR) yang dapat memakan
waktu berbulan bulan.
Ironisnya, tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang melakukan Business Process
Reengineering (BPR) tidak hanya pada modul SDM pada paket ERP saja, namun
perusahaan tersebut justru melakukan penyesuaian pada modul lain diluar modul SDM,
seperti purchasing, hal ini merupakan penerapan ERP di Indonesia yang sangat disayangkan.
Sebab, dengan melakukan Business Process Reengineering pada modul lain selain modul
SDM, sama saja dengan membeli paket ERP kosong, karena salah satu faktor yang
20
menentukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah karena proses
bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan proses bisnis best practice yang
telah teruji reabilitasnya.

21
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “ERP ” penulis menyimpulkan bahwa ERP merupakan suatu sistem
sangat bagus dan komplek dan tidak semua perusahaan dapat memkainnya, karena di lihat
dari segi nilai jual.

SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran yang membangun terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://aliandidoni.wordpress.com/2013/04/10/mengenal-modul-modul-
enterpsrise-resource-planning-erp/
https://irrineayu.wordpress.com/2015/03/13/manajemen-sumber-daya-manusia-
human-resource-departement/
http://korpsbabonait.blogspot.co.id/2016/12/makalah-erp-finance-and-
accounting.html

23

Anda mungkin juga menyukai