AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penulisan System Enterprise Resource Planning (ERP) Mata Kuliah Pengauditan Sistem
Informasi. Terwujudnya makalah ini tidak dapat terlepas dari bimbingan dan dorongan
serta arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan pada
kesempatan ini Penulis juga menyampaikan Terima Kasih kepada Bapak M.Ridha Habibi
Z, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengauditan Sistem
Informasi yang telah memberikan tugas ini dan membantu memberikan dorongan dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
Kuliah Pengauditan Sistem Informasi dan juga sebagai bahan referensi kepada pembaca
untuk lebih memahami materi yang penulis sajikan. Dalam penulisan makalah ini penulis
tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Organisasi yang berukuran besar dan sedang memiliki sistem informasi yang dirancang dan
diprogram menurut pesanan (kebutuhan) mereka. Persaingan yang semakin sengit, membuat
sejumlah organisasi mulai mengefisienkan segala kegiatan operasional bisnisnya. Jika
semakin kompleks proses yang dijalankan, maka cepat atau lambat organisasi tersebut pasti
akan memerlukan sistem yang bisa mengatasinya.
Agar dapat bersaing, tentu diperlukan suatu sistem manajemen yang baik, untuk dapat
memonitoring segala aktivitas produksi perusahaan. Tak mengherankan jika perusahaan
pasti membutuhkan sebuah sistem aplikasi yang dapat memudahkan proses kerja. Kegiatan
menghasilkan produk, ketersediaan bahan baku, laporan keuangan, laporan pemasaran,
laporan komplain pelanggan, dan sebagainya itu merupakan beberapa komponen yang dapat
menjadi bahan analisis untuk mengambil keputusan.
Saat ini, trend sistem informasi adalah menuju implementasi sistem berorientasi perusahaan
dengan tingkat integratif tinggi. Sistem ini bukan paket-paket pesanan yang dirancang untuk
organisasi tertentu. Karakteristik organisasi-organisasi yang beraneka ragam turut
membentuk komponen-komponen perangkat lunak menjadi sebuah sistem perencanaan
sumber daya perusahaan atau bisa disebut Enterprise Resource Planing (ERP) yang terbaik
dalam memenuhi kebutuhan bisnis mereka.
Perencanaan sumber daya perusahaan - ERP (Enterprise Resource Planning) adalah model
sistem informasi yang memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan
berbagai proses bisnis utamanya berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun
distribusi di perusahaan bersangkutan.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut;
Apa definisi ERP?
Apa fungsi ERP?
Apa saja modul-modul di dalam ERP?
Apa peran ERP Pada Perusahaan
1
3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan definisi, fungsi dan model ERP,
ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk otomatisasi dan
integrasi banyak proses bisnis serta pelanggan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. HRM
Modul HRM (Human Resource Management) membantu meningkatkan efisiensi
departemen SDM atau HR dalam perusahaan. Modul ini membantu mengelola informasi
karyawan seperti penilaian kinerja, deskripsi pekerjaan, keterampilan, kehadiran, cuti, dan
lain-lain. Manajemen Penggajian merupakan salah satu sub modul yang paling penting
dalam modul HRM yang befungsi untuk mengelola gaji, biaya perjalanan, dan
pengembalian biaya.
4. Sales (Penjualan)
Modul ini berfungsi menangani alur kerja penjualan seperti pertanyaan penjualan,
penawaran, sales order, dan faktur. Integrasi modul Penjualan dan CRM dapat mempercepat
siklus penjualan dan menghasilkan keuntungan lebih besar bagi perusahaan.
5. Inventory (Inventaris)
Modul inventaris berguna untuk melacak dan mengelola stok barang di perusahaan termasuk
memantau tingkat persediaan, menjadwalkan pengisian ulang, melakukan forecasting dan
membuat laporan inventaris. Sistem ERP yang bagus memungkinkan integrasi modul
inventaris dengan barcode atau SKU scanner. Modul inventaris akan lebih efektif jika
diintegrasikan dengan modul pembelian.
6. Purchasing (Pembelian)
Modul ini mengelola proses yang terlibat dalam pengadaan barang. Ini termasuk: daftar
supplier, permintaan dan analisis penawaran, Purchase Order, Goods Receipt Notes, dan
pembaruan stok. Modul ini dapat diintegrasikan dengan modul inventaris untuk manajemen
pengadaan stok yang lebih optimal.
7. Manufacturing (Manufactur)
Modul ini berfungsi meningkatkan efisiensi dalam proses manufaktur dalam suatu bisnis,
seperti; perencanaan produk, material routing, pemantauan produksi harian, dan pembuatan
Bill of Materials. Sistem ERP yang baik memungkinkan modul manufaktur untuk
diintegrasikan dengan barcode atau RFID scanner.
7
Keuntungan penggunaan ERP
8
Gagalnya ERP
- Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
- Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
- Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
- Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang
baru
- Kurangnya edukasi dalam tahap implementasi akan memberikan kesulitan bagi user
yang justru akan memperlambat proses Bosnia perusahaan.
- Three Tier Model, fungsi database dan aplikasi terpisah dalam three tier model.
bentuk ini khusus untuk sistem ERP yang luas dimana pengguan menggunakan wide
area network untuk berhubungan antar pengguna. awalnya, klien membangun
komunikasi dengan application server. kemudian application server memulai
hubangan kedua ke database server
10
OLTP vs OLAP
Perbedaan OLTP dan OLAP dapat diringkas sebagai berikut. Aplikasi OLTP mendukung
tugas penting manajemen melalui Queri sedehana pada oprasional database. aplikasi OLAP
Mendukung tugas penting manajemen melalui pemeriksaan analisis pada gabungan data
yang kompleks yang didapat dari data warehouse.
OLAP server mendukung common analytical operation termasuk:
- Consolidation adalah pengumpulan atau roll-up data.
- Drill-down mengizinkan pengguna untuk melihat data sesuai pilihan tingkat detail .
- Slicing and Dicing memungkinkan pengguna untuk memeriksa data dari sudut
pandang yang berbeda, sering dilaksanakan sepanjang waktu untuk menggambarkan
tren dan pola
DATA WAREHOUSING
Data warehouse merupakan basis data relational atau multidimentional yang dapat berisi
data giga sampai tera bytes. Proses data warehousing melibatkan extracting, converting dan
standarizing data operasional organisasi dari ERP dan sistem lama dan memasukkannya
kedalam arsip pusat yang disebut dengan data warehouse. Sekali data dimasukkan kedalam
warehouse, data dapat diakses melalui berbagai macam query dan alat analisis yanng
digunakan untuk data mining (proses selecting, exploring, dan modeling data untuk
mengungkapkan hubungan dan pola umum yang ada dalam basis data tetapi tersembunyi
11
didalamnya).
Lima tahapan pokok dari proses data warehouse
- Perancangan data untuk data warehouse
- Mengekstrak data dari database operasional
- Pembersihan data yang diekstrak.
- Mengubah data menjadi model warehouse
- Memuat data kedalam database data warehouse Berikut tahapan penting dalam
proses data warehousing.
Penjelasan :
• Membuat model Data Warehouse
Disain basis data yang baik menekankan pentingnya data normaization untuk
menghilangkan update anomaly, insertion anomaly, dan deletion anomaly. Hal ini
diperlukan agar basis data dapat mencerminkan hubungan yang dinamis yang
terjadi dalam entitas secara akurat. Walaupun basis data normalized secara penuh
dapat menghasilkan model yang fleksibel yang dibutuhkan untuk membantu banyak
pengguna dalam lingkungan operasi yang dinamis ini, tetapi hal ini juga
menambah kompleksitas yang berakhir pada performa yang tidak efisien. Jadi,
dalam merancang model basis data ini perlu dipisahkan normalized table mana yang
harus di konsolidasikan ke dalam denormalized tables agar performa dari sistem
dapat terjaga.
• Mengekstrak data dari basis data operasi
Untuk mengekstraksi data dari basis data, umumnya basis data itu harus tidak
beroperasi untuk menghindari ketidakkonsistenan data. Karena besarnya data dan
kebutuhan transfer yang cepat untuk meminimalisir downtime, konversi tidak
dilakukan atau dikerjakan sedikit saja. Untuk mempercepat transfer, dapat
digunakan teknik yang disebut changed data capture (hanya merekam data yang
dimodifikasi baru-baru ini). Salah satu fitur penting dari data warehouse adalah data
yang dimasukkan ke dalam data warehouse merupakan data yang stabil akibat data
dimasukkan kedalam warehouse setelah aktivitasnya selesai.
• Membersihkan data yang diekstrak
Pembersihan data melibatkan perbaikan data sebelum dimasukkan kedalam warehouse.
Pembersihan ini dikarenakan data operasi dapat mengandung kesalahan klerikal,
entri data, dan program. Pembersihan ini, juga termasuk menstandarisasi istilah
bisnis dalam basis data.
12
• Mengubah data ke dalam data model warehouse
Data warehouse terdiri dari data detil dan data ringkas. Untuk meningkatkan efisiensi,
data dapat di ubah menjadi data ringkas sebelum dimasukkan kedalam warehouse.
Sebuah data warehouse yang berisi ringkasan data dapat mengurangi waktu proses
selama analisis. Tetapi, karena masalah bisnis memerlukan data detil untuk
mengevaluasi tren, pola, atau anomali yang terlihat pada laporan ringkas juga satu
anomali dalam data detil dapat muncul dalam bentuk berbeda di ringkasan yang
bermacam maka perangkat lunak OLAP masih membolehkan pengguna membuat
data detil virtual jika belum ada.
• Memasukkan data ke dalam basis data data warehouse
Kesuksesan data warehouse membutuhkan pemisahan pembuatan dan pemeliharaan
antara data warehouse dengan basis data operasi. Berikut beberapa alasan perlunya
warehouse
1. Efisiensi internal: Persyaratan struktur dan operasional dari pemrosesan transaksi
dengan data mining sangat berbeda, sehingga menjadi hal yang sangat tidak
praktis untuk menyimpan data operasional dengan arsip data dalam basis data
yang sama.
2. Integrasi dengan sistem yang lama:atau sebelumnya: Pengaruh dari sistem lama
yang masih sangat kental karena telah lama digunakan, sehingga sebagian besar
data bisnis perusahaan dibuat oleh sistem yang lama. Padahal data yang
dihasilkan biasanya tidak dapat digunakan dalam alat data mining modern. Jadi,
agar data ini dapat dipakai, data warehouse yang terpisah dibutuhkan untuk
memberi ruang penyatuan antara sistem lama yang kontemporer ke struktur
umum yang mendukung analisis perusahaan secara menyeluruh.
3. Konsolidasi data global: Munculnya ekonomi global membawa perubahan yang
besar kepada struktur bisnis organisasi dan kebutuhan akan informasi pun
meningkat. Karena kompleksitas dari bisnis saat ini, sebuah data warehouse yang
terpusat dan terpisah dari basis data operasional merupakan cara yang efektif
untuk mengumpulkan, menstandarkan, dan mengasimilasi data dari sumber yang
beraneka ragam.
4. Pengambilan keputusan yang didukung oleh data warehouse. Data warehouse
memiliki fungsi yang sama dengan basis data tradisional. Selain itu, basis data
ini juga menyediakan informasi lain yang tidak memungkinkan dibuat dalam
sistem tradisional seperti analisis multi dimensi serta visualisasi informasi.
Pembuatan laporan standar dalam sistem data warehousing ini dapat dilakukan
13
secara otomatis sehingga dapat mengurangi akses ke warehouse dan
meningkatkan efisiensi dalam berhubungan dengan kepentingan yang lebih
spesifik. Teknik drill-down merupakan analisis data yang berguna dalam
kaitannya dengan data mining. Analisis drill-down dimulai dari meninjau data,
dan ketika terlihat adanya anomali atau tren yang menarik, pengguna dapat
melihat hal itu secara lebih detil hingga tingkatan data detil. Hal ini tentunya
tidak dapat diantisipasi dalan laporan standar. Ada keuntungan dengan membagi
data kepada pihak luar seperti konsumen dan pemasok, yaitu meningkatkan
hubungan dengan piha tersebut dan memberikan layanan yang lebih baik. Selain
itu dapat memberikan respon yang lebih baik dalam rantai suplai.
14
Perubahan harus dapat didukung oleh budaya organisasi itu sendiri agar implementasi
ERP dapat berhasil. Selain itu, diperlukan staf teknis untuk sistem baru ini atau
basis pengguna yang paham teknologi komputer agar proses pembelajarannya dapat
berjalan lancar.
3. Memilih ERP yang salah
Alasan umumnya dari kegagalan pengimplementasian ERP adalah ERP tidak
mendukung satu atau lebih proses bisnis yang penting. Jika salah memilih,
dibutuhkan perubahan model ERP yang luas, memakan waktu, dan juga tentunya
menghabiskan dana yang tidak sedikit. Gangguan serius dapat terjadi dikarenakan
kealpaan ini. Lebih lanjut, pengembangan dari sistem ERP ini akan menjadi lebih
sulit lagi.
4. Goodness of Fit.
Manajemen perlu yakin bahwa ERP yang dipilih tepat bagi perusahaan. Untuk
menemukannya diperlukan proses seleksi perangkat lunak yang meyerupai corong,
yang dimulai dari hal yang luas lalu menjadi lebih terfokus. Tetapi, jika proses
bisnis itu sangat unik, sistem ERP harus dimodifikasi agar dapat berjalan dengan
sistem yang lama atau mengakomodasi perangkat lunak bolt-on.
5. Isu skalabilitas sistem.
Jika manajemen memperkirakan volume bisnis yang meningkat saat penggunaan sistem
ERP, mereka memiliki isu skalabilitas yang perlu dialamatkan. Skalabilitas adalah
kemampuan dari sistem untuk berjalan secara lancar dan ekonomis saat
persyaratan pengguna bertambah. Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah size,
speed, dan workload.
6. Memilih konsultan yang salah
Sukses dari pengimplementasian ini tergantung dari keahlian dan pengalaman yang
biasanya tidak tersedia langsung. Karena itu, kebanyakan implementasi ERP
melibatkan perusahaan konsultan yang mengkoordinasikan proyek, membantu
organisasi dalam mengenali kebutuhannya. Tetapi, dengan banyaknya permintaan
pengimplementasian sistem ERP, maka perusahaan konsultan kekurangan
sumber daya manusia. Hal ini menyebabkan penempatan individu yang tidak
sesuai dengan kualifikasi. Permasalahan ini menyebabkan banyaknya proses
implementasi ERP yang gagal. Oleh karena itu, sebelum melibatkan sebuah
konsultan luar, manajemen perlu melakukan tahap-tahap berikut ini:
a. Mewawancara staf yang diusulkan kepada proyek dan buat draft yang
meyebutkan penempatan tugasnya.
15
b. Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf ditangani.
c. Lakukan rujukan terhadap member staf yang diusulkan.
d. Selaraskan kpentingan konsultan yang organisasi itu bernegosiasi sebuah skema
pay-per- performance yang didasari pencapaian tertentu atas proyek. Contohnya,
jumlah uang yang dibayar kepada konsultan mungkin berada di kisaran 85 sd 115
persen dan upah kontrak, tergantung dari apakah kesuksesan proyek
pengimplementasian berada sesuai jadwal atau tidak.
e. Buat waktu tenggat pemutusan yang tegas kepada konsultan untuk menghindari
konsultasi yang tidak ada akhirnya, yang berakibat ketergantungan dan upah
yang mengalir tanpa henti.
Proses implementasi ERP ini memerlukan biaya yang besar sedangkan manfaatnya tidak
dapat dirasakan dalam jangka waktu yang pendek. Untuk itu, manajemen harus pandai
16
menaksir kuntungan yang didapat dari pengimplementasian ini agar tidak mengalami
kerugian akibat proses ini.
Gangguan Operasi
Sistem ERP dapat mengacaukan operasi perusahaan yang memasangnya. Hal ini disebabkan
sistem ERP ini terlihat asing dibandingkan dengan sistem lama sehingga memerlukan
periode penyesuaian untuk memperlancar proses implementasi ini.
18
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sistem ERP mengintegrasikan informasi
dan proses-proses yang berbasis informasi pada sebuah bagian atau antar bagian dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Sistem ERP terdiri atas beberapa sub sistem (modul) yaitu
sistem finansial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem inventori, dan sistem human
resource. Masing-masing sub sistem terhubung dengan sebuah database terpusat yang
menyimpan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing sub sistem. Sub sistem
mewakili sebuah bagian fungsionalitas dari sebuah organisasi perusahaan.
ARSITEKTUR
Sistem ERP yang ada pada saat ini kebanyakan menggunakan sistem arsitektur 3-tier
atau lebih. Arsitektur 3-tier secara umum digambarkan sebagai berikut:
1. Presentation Layer
Presentation layer merupakan sarana bagi pengguna untuk menggunakan sistem
ERP. Presentantaion layer dapat berupa sebuah aplikasi (sistem berbasis desktop) atau
sebuah web browser (sistem berbasis web) yang memiliki graphical user interface (GUI).
Pengguna dapat menggunakan fungsi-fungsi sistem dari sini, seperti menambah dan
menampilkan data.
19
2. Application layer
Lapisan ini berupa server yang memberikan layanan kepada pengguna. Server
merupakan pusat business rule, logika fungsi, yang bertanggung jawab menerima, mengirim
dan mengolah data dari dan ke server database.
3. Database layer
Berisi server database yang menyimpan semua data dari sistem ERP. Database
layer bertanggung jawab terhadap manajemen transaksi data.
Dalam praktiknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang
dianggap best practie, yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misalnya,
bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing),
penyusunan stok di gudang dan sebagainya.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari Sistem ERP, maka industri
yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process (proses umum
terbaik) yang berlaku. Akan tetapi, permasalahan mulai timbul bagi industri di Indonesia.
Sebagai contoh, adalah permasalahan bagaimana merubah proses bisnis perusahaan
sehingga sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh Sistem ERP, atau merubah Sistem
ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul
sumber daya manusia (SDM), karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan
dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang
terdapat pada sistem ERP pada umumnya, contohnya
SAP. Proses penyesuaian ini, dikenal juga sebagai proses Implementasi. Jika dalam
kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses bisnis yang cukup mendasar, maka
perusahaan harus melakukan Business Process Reengineering (BPR) yang dapat memakan
waktu berbulan bulan.
Ironisnya, tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang melakukan Business Process
Reengineering (BPR) tidak hanya pada modul SDM pada paket ERP saja, namun
perusahaan tersebut justru melakukan penyesuaian pada modul lain diluar modul SDM,
seperti purchasing, hal ini merupakan penerapan ERP di Indonesia yang sangat disayangkan.
Sebab, dengan melakukan Business Process Reengineering pada modul lain selain modul
SDM, sama saja dengan membeli paket ERP kosong, karena salah satu faktor yang
20
menentukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah karena proses
bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan proses bisnis best practice yang
telah teruji reabilitasnya.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “ERP ” penulis menyimpulkan bahwa ERP merupakan suatu sistem
sangat bagus dan komplek dan tidak semua perusahaan dapat memkainnya, karena di lihat
dari segi nilai jual.
SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran yang membangun terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://aliandidoni.wordpress.com/2013/04/10/mengenal-modul-modul-
enterpsrise-resource-planning-erp/
https://irrineayu.wordpress.com/2015/03/13/manajemen-sumber-daya-manusia-
human-resource-departement/
http://korpsbabonait.blogspot.co.id/2016/12/makalah-erp-finance-and-
accounting.html
23