Disusun Oleh :
Kelompok 6 AK21B
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak 1990-an, Enterprise Resource Planning System (ERP System) telah banyak
digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menggantikan sisteminformasi yang
telah dikembangkan sebelumnya (Parr and Shanks, 2000; Soffer et al.,2005; Motwani et al.,
2005; Chang dan Vichita, 2002). Menurut Lee (2000), aplikasiERP merupakan paket yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang penting kedalam satu sistem informasi melalui
sharing database yang terintegrasi. Sistem ERPdirancang untuk membantu organisasi
didalam mengelola sumber daya yangdimilikinya secara terintegrasi. Davenport dalam
Hawking et al. (2004) menyebutkanterdapat tiga manfaat utama implementasi sistem ERP
yaitu integrasi, optimisasi daninformasi. Integrasi adalah manfaat ketika perusahaan mampu
mengintegrasikan datadan proses secara internal dan eksternal dengan pelanggan dan
supplier. Optimisasiadalah manfaat pada saat perusahaan mampu menstandarisasi proses
bisnis dengan best practice yang ada, sedangkan informasi adalah kemampuan untuk
menyediakaninformasi yang kontekstual untuk mendukung pengambilan keputusan yang
efektif.Akan tetapi, Martin dalam Parr and Shanks (2000) menyebutkan bahwa 90% dari
proyek implementasi ERP ternyata terlambat atau melebihi anggaran (over budget), bahkan
beberapa proyek implementasi ERP berakhir dengan kegagalan. Untukmenghindari
terjadinya kegagalan dalam implementasi ERP, Bancroft (1996), Ross(1998) dan Markus and
Tanis (1999) mengajukan model implementasi ERP untukmemperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai proses ERP serta memberikan panduan untuk kesuksesan implementasi
ERP. Parr and Shanks (2000)mengembangkan suatu model Project Phase Model (PPM) yang
merupakan sintesis. dari model-model proses implementasi ERP yang sudah ada dan
memfokuskan pada proyek implementasi.
Deloitte meyakini bahwa terdapat sejumlah fase yang terjadi pada post-project yaitu
stabilize, synthesize dan synergize. Botta-Genoulaz et al. (2005)menyebutkan bahwa adanya
trap-trap yang muncul setelah proyek ERP go live.Genoulaz melakukan penelitian terhadap
217 perusahaan di perancis yang telahmenerapkan sistem ERP. Trap yang muncul
diantaranya karena perusahaan tidakmerencanakan post-project dengan baik. Trap ini
ditemukan pada 13% dari jumlah perusahaan tersebut. Namun demikian, penelitian-
penelitian sebelumnya belummemfokuskan pada langkah-langkah konkrit yang harus
dilakukan perusahaan padafase postproject sistem ERP. Pada Penelitian ini akan dijelaskan
pentingnya fase postproject pada penerapan sistem ERP dan bagaimana aktivitas-aktivitas
pada fase post-project berkontribusi terhadap perolehan benefit.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan¸ maka dirumuskan permasalahan pada
penelitian ini adalah bagaimanakah framework yangmenjelaskan pengelolaan post-project
sistem ERP? Untuk menjawab pertanyaantersebut maka perlu dijabarkan sebagai berikut:
1. Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur
2. Kebutuhan Manfaat Sistem Terintegrasi
3. Peran ERP Pada Perusahaan
4. Estimasi Biaya Dan Roi
5. Implementasi Sistem ERP
6. Estimasi Implementasi :
a. Data Warhouse
b. Data Mining
c. SCM dan CRTA
7. Manfaat Implementasi
Dari rumusan permasalahan tersebut, maka pada penulisan tujuan masalah iniakan
dihasilkan framework pengelolaan post-project sebagai acuan bagi perusahaan dalam tahapan
post-project sistem ERP.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Pemrosesan Data
Sebuah sistem informasi akuntansi pada dasarnya dapat dilaksanakan secara manual
dengan menggunakan alat bantu komputer, atau kombinasi antara Keduanya. Meskipun
demikian, tugas pokok yang dilaksanakan oleh sebuah sistem informasi akuntansi dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan memproses data tentana kegiatan organisasi bisnis secara efesien dan
efektif.
2. Menghasilkan informasi yang berguna untuk pembuatan keputusan.
3. Melakukan pengendalian yang memadai untuk menjamin bahwa data tentang transaksi
bisnis telah dicatat dan diproses secara akurat, dan untuk melindungi data tersebut dan
aset lain yang dimiliki oleh perusahaan.
Ketiga tujuan tersebut satu dengan lainnya berhubungan erat. Data tentang aktivitas bisnis
dikhtisarkan dalam laporan keuangan dan laporan manajerial. Laporan tersebut selanjutnya
digunakan untuk membuat keputusan tentang aktivitas bisnis. Agar dapat bermanfaat, maka
informasi yang dihasilkan harus memiliki sifat dapat dipercaya dan relevan. Bab ini akan
menguraikan tentang bagaimana sistem informasi akuntansi memenuhi ketiga fungsi di atas.
A. Aktivitas Bisnis dan Informasi yang Diperlukan
Sebelum merancang sistem informasi bagi sebuah perusahaan, seseorang sebaiknya
memahami terlebih dahulu tata kerja yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pendekatan
ini bermanfaat untuk mengidentifikasi jenis-jenis informasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Setelah mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, selanjutnya menentukan
jenis data input yang relevan dan proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan keluaran
berupa informasi tersebut. Contoh hasil analisis di atas, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
ini.
Tabel 2.1
Contoh Aktivitas Bisnis, Keputusan Yang Dibuat, dan Informasi Yang Dibutuh
3
Setelah aktivitas bisnis diidentifikasi, selanjutnya aktivitas bisnis tersebut
dikelompokkan ke dalam kelompok transaksi yang saling berhubungan. Misalnya transaksi
penjualan barang berhubungan dengan penerimaan kas dari pelanggan. Contoh lain adalah
pembelian barang berhubungan dengan pembayaran utang kepada para pemasok. Kelompok
aktivitas bisnis yang saling berhubungan ini disebut dengan siklus transaksi. Setiap siklus
transaksi, umumnya memroses sejumlah besar transaksi. Jenis-jenis si Klus transaksiyang
diselenggarakan oleh sebuah perusahaan tidak sama banyanya, tergantung pada jenis atau
bidang usahanya. Salah satu contoh siklus transaksi yang diselenggarakan Oleh sebuah
perusahaan dagang dapat dilhat pada Gambar 2.1 berikut ini.
4
Gambar 2.1
Contoh Siklus Transaksi Pada Perusahaan Dagang
Pada gambar tersebut dapat dilihat siklus apa saja yang diselenggarakan ole sebuah
perusahaan dagang, sekaligus juga digambarkan hubungan antara perusahaan dengan pihak-
pihak di luar perusahaan. Secara rinci transaksi atau aktivitas bisnis yang tergabung dalam
setiap siklus adalah sebagai berikut.
Salah satu fungi dasar sebuah sistem informasi akuntansi adalah melakukan pemrosesan
data tentang transaksi perusahaan secara efisien dan efektif. Pemrosesan transaksi terdiri atas tiga
tahap yang dilakukan secara berrutan sebagai berikut :
1. Merekam data transaksi pada sebuah dokumen.
2. Mencatat transaksi ke dalam jurnal, yang merupakan catatan yang bersifat kronologis
tentang apa yang telah terjadi.
3. Membukukan (memposting) data dari jurnal ke dalam akun buku besar, yang meringkas
data berdasarkan jenis akun.
6
Gambar 2.2
Contoh Dokumen Sumber
7
Pada bagian tengah, order pembelian in menggunakan baris dan kotak untuk
mengelompokkan informasi yang secara logis berkaitan. Rancangan semacam ini tidak hanya
memudahkan pengisian formulir secara tapat, namun juga membantu para penerima
dokumen untuk membacanya secara tepat. Bagian tengah juga menyediakan rang untuk
merekam tanggal pesanan, tanggal barang dibutuhkan, dan termin yang dinginkan. Selain it,
pada bagian ini pula tersedia ruang untuk mencantumkan total nilai pesanan.
Pada bagian bawah dokumen order pembelian in juga menyediakan rang untuk memilih
moda pengiriman sehingga bagian pembelian tidak perlu menuliskan moda pengiriman.
Selain itu, juga tersedia daftar distribusi tembusan dokumen sesai dengan warna kertas.
Terakhir pada bagian bawah juga tersedia rang untuk tanda tangan kepala bagian pembelian,
yang mengindikasikan bahwa order pembelian telah dikaji ulang dan disetuful.
Tabel 2.2
Pedoman Perancangan Dokumen
8
B. Pencatatan ke Dalam Jurnal
Setelah transaksi direkam dalam dokumen, tahap berikutnya adalah mencatat
transaksi tersebut ke dalam sebuah jurnal. Penjurnalan dibuat untuk setiap transaksi
dengan menyebut akun yang didebit dan dikredit berikut nilai rupiahnya. Umumnya
perusahaan menggunakan jurnal khusus untuk mencatat jenis transaksi tertentu yang
frekuensi terjadinya tinggi, seperti transaksi pembelian, transaksi pengeluaran kas.
transaksi penjualan, dan transaksi penerimaan kas. Untuk transaksi yang jarang terjadi,
atau transaksi non-rutin, biasanya perusahaan akan mencatatnya ke dalam jurnal umum.
Penggunaan jurnal Khusus menyederhanakan proses pencatatan sejumlah besar transaksi
yang terjadi secara repetitif (berulang). Untuk memahami bagaimana jumal khusus dapat
menghemat waktu pencatatan, berikut ini kita lihat salah satu contoh jurnal Khusus, yaitu
jurnal penjualan.
Tabel 2.3
Contoh Jurnal Penjulan
Tanggal Nomer Akun yang Nomer Ref. Jumlah
Faktur didebitkan Akun Post
April 15 121 PT Alamanda 125 – 121 √ 450.000
15 122 Hotel Semeru 125 – 065 √ 1.500.000
15 123 CV Anugrah 125 – 157 √ 8.500.000
15 124 Toko Saerah 125 – 125 √ 3.550.000
15 125 PT Makmur Jaya 125 – 173 √ 7.250.000
15 126 Tuan Hamdani 125 – 084 √ 2.750.000
125/410 23.000.000
9
dalam akun-akun buku besar. proses akuntansi, baik pada tahap pencatatan dalam jurnal
maupun pada tahap posting ke akun-akun buku besar.
Proses Posting. Proses posting dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1)
menjumlah kolom-kolom pada jurnal yang berisi data rupiah, (2) menyiapkan akun-akun
yang akan menerima posting, (3) memindah angka-angka dari buku jurnal ke akun-akun
yang bersangkutan, (4) menghitung saldo yang baru (ika digunakan akun berbentuk saldo
berjalan), (5) mencantumkan nomor akun di kolom referensi posting buku jurnal, (6)
mencantumkan halaman jurnal pada kolom referensi posting akun buku besar. Posting
semacam ini dilakukan sama baik posting ke akun buku besar maupun ke akun pembantu
Perbedaanya adalah posting ke akun pembantu dilakukan setiap hari, sedangkan posting
ke akun buku besar dilakukan secara periodik (biasanya seminggu sekali). Contoh proses
posting dapat dilihat pada gambar 2.3.
Jejak Audit. Gambar 2.3 juga menunjukkan bahwa referensi posting dan nomor
dokumen memberikan jejak sudit. Jejak audit adalah sarana yang tersedia untuk
mengecek akurasi dan validitas posting ke akun-akun buku besar. Contoh, kolom
referensi posting pada akun penjualan berisi kode JPn-3, untuk posting sebesar
Rp23.000.000,00 dapat ditelusur ke sumbernya, yaitu jurnal penjualan halaman 3.
Dengan mengecek jurnal penjualan halaman 3, maka kita dapat mengetahui bahwa angka
R23.000.000,00 merupakan total penjualan kredit yang dicatat pada tanggal 15 April.
Demikian halya, posting ke akun-akun pembantu juga dapat ditelusur sumber angkanya
ke jurnal penjualan halaman tertentu dengan melihat keterangan pada kolom referensi
posting di masing-masing akun pembantu. Selain itu. pada jurnal penjualan juga
diselenggarakan kolom khusus untuk mencantum-kan nomor faktur. Hal itu dimaksudkan
agar angka yang dicatat dalam jurnal dapat ditelusur ke sumbernya dengan menelusur
nomor faktur yang berangkutan, sehingga dapat diketahui bahwa transaksinya benar-
benar terjadi dan telah dicatat secara akurat.
Bagan Akun. Gambar 2.3 juga menunjukkan bahwa setiap akun memiliki kode
atau nomor, yang secara akumulatif disebut dengan bagan akun. Bagan akun adalah
sebuah daftar yang berisi seluruh akun buku besar yang diselenggarakan ole sebuah
organisasi. Struktur bagan akun merupakan salah satu aspek penting dalam sistem
informasi akuntansi, karena bagan tersebut berpengaruh terhadap proses pembatan
berbagai laporan keuangan Data yang tersimpan dalam setiap individu akun dapat
dijumlahkan dengan mudah untuk keperluan pelaporan, namun data vang tersimpan
dalam akun ikhlisar akan sulit untuk dipecah dan dilaporkan secara lebih rinci. Dengan
demikian jelaslah bahwa bagan akun seharusnya berisi data yang cukup rinci untuk
memenuhi kebutuhan informasi sebuah perusahaan.
Bagan akun dapat dibuat dengan menggunakan salah satu dari beberapa metoda.
Namun dari berbagai metoda tersebut, yang paling banyak digunakan yaitu Kode angka
kelompok (group numerical code), dan kode angka blok (block numerical code). Contoh
Kode angka blok dapat dilhat di tabel 2.4. sedangkan kode angka kelompok dapat dilihat
di tabel 2.5. Pada tabel 2.4, dapat dilihat bahwa setiap akun diberi kode angka sebanyak 3
dijit. Dit pertama menggambarkan kelompok akun pokok yang akan muncul dalam
laporan keuangan perusahaan, misalnya kelompok akun aset lancar, aset tidak lancar,
10
liabiltas, ekuitas, penghasilan, beban, dan akun lain-lain. Untuk setiap kategori akun
disediakan satu blok angka, yang disesuaikan dengan urutan penyajian akun-akun
tersebut dalam laporan keuangan. Dengan demikian, seluruh akun aset lancar diberi kode
angka dalam kisaran 100-an, aset tidak lancar diberi kode angka dalam kisaran 200an,
dan seterusnya.
Gambar 2.3
Proses Posting Jurnal Penjualan
Dijit kedua dalam setiap kode akun menggambarkan akun pokok dalam setiap
kategori. Akun-akun ini diberi nomor rut sesai dengan urutan penyajian akun tersebut
dalam laporan keuangan. Dengan demikian kode 120 digunakan untuk mewakili akun
plutang, sedangkan kode 140 mewakili persediaan barang. Digit ketiga digunakan untuk
mengidentifikasi akun Khusus yang akan digunakan untuk menerima data posting.
Contohnya kode 501 digunakan untuk akun Penjualan Tunai, 502 untuk Penjualan
Kredit, 503 untuk Pendapatan Jasa. Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah bahwa
bagan akun yang digunakan oleh setiap organisasi tentunya tidak sama, tergantung pada
11
sifat dan tujuan dari organisasi yang bersangkutan. Selain itu, dalam perancangan bagan
akun juga perlu diperhatikan bahwa kode akun harus cukup fleksibel untuk menampung
berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, shingga kalau ada penambahan akun
cukup disisipkan saja dan tidak perl mengubah struktur pengkodean secara keseluruhan.
Pada tabel 2.5. dapat dilihat contoh bagan akun yang disusun dengan metoda
angka kelompok. Perhatikan bahwa pada metoda kedua tersebut, setiap dijit memiliki arti
khusus, misalnya dijit ke 1 menggambarkan kelompok akun, dijit kedua menggambarkan
sub kelompok akun, dijit ke 3 menggambarkan akun pokok yang akan menerima posting
dan dimunculkan dalam laporan kuangan, dan ditambah dua atau tida dijit lagi untuk
menggambarkan akun pembantu. Selanjutnya kelompok akun akan diberi nomor urut
sesuai dengan kelompok masing-masing, misalnya kelompok akun aset diberi kode 1,
liabilitas diberi kode 2, ekuitas diberi kode 3, penghasilan diberi kode 4, dan beban diberi
kode 5. Demikian pula sub kelompok akun, akun, dan akun pembantu juga diberi nomor
urut sesuai dengan kebutuhan. Secara lengkap struktur pengkodean dapat dielaskan
sebagai berikut :
Dengan menggunakan struktur semacam ini, maka dapat dicapai fleksibilitas yang
lebin tinggi. Artinva kalav ada perubahan (penambahan atau pengurangan juman akun)
Calam organisasi, sepaniang perubahan tersebut bukan perubahan mendasar, maka
struktur kode akun tidak perlu diubah.
12
Tabel 2.4
Contoh Kode Angka Blok
13
Tabel 2.5
Contoh Kode Angka Kelompok
14
2.3 Laporan Yang Dihasilkan
Fungi kedua sistem informasi akuntansi adalah memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pembuatan keputusan ole para pengguna. Dalam sistem manual, informasi ini disalikan
dalam sebuah laporan, yang dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu laporan kuangan
(financial statements) dan laporan manajemen (managerial reports).
Laporan Keuangan
Penyusunan laporan kuangan melibatkan beberapa aktivitas sebagai berikut.
1. Membuat neraca saldo, dengan tujuan untuk menguji keseimbangan debit dan kredit
catatan akuntansi.
2. Melakukan penyesuaian, yaitu mencatat transaksi-transaksi Khusus yang hanya dicatat
pada akhir periode saja. Hasil dari aktivitas ini adalah neraca saldo setelan disesuaikan.
Neraca saldo in dibuat untuk menguji ketelitian aktivitas penyesuaian.
3. Menyusun laporan laba rugi berdasarkan neraca saldo setelah disesuaikan.
4. Menyusun laporan perubahan ekuitas.
5. Menyusun laporan posisi keuangan.
6. Menyusun laporan arus kas dengan menggunakan informasi yang tersaji dalam laporan
laba/rug dan neraca.
Laporan Manajerial
Selain menghasilkan laporan kuangan, sistem informasi akuntansi juga mampu
menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen tentang kinerja operasional secara
rinci, seperti laporan status persediaan, laporan kemampulabaan setiap jenis produk, laporan
kinerja setiap petugas penjualan, laporan penerimaan kas, dan lain-lain.
Agar sistem informasi akuntansi dapat menghasilkan informasi jenis ini, tentunya rancangan
dokumen yang digunakan untuk menangkap data transaksi harus cukup memadai, sehingga data
yang penting dan diperlukan dapat terekam didalamnya. Dari berbagai jenis laporan manajemen
yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi, ada dua laporan yang cukup penting,
yaitu anggaran dan laporan kinerja. Anggaran adalah ekspresi formal tujuan organisasi dalam
satuan finansial. Salah satu jenis anggaran yang penting adalah anggaran kas. Anggaran kas
menunjukkan proyeksi arus mask kas dan arus keluar kas (lihat Tabel 2.6.). Informasi yang
tertuang di dalamnya amat penting bagi perusahaan kecil karena problem arus kas merupakan
penyebab utama gagalnya sebagian besar perusahan kecil. Anggaran kas dapat memberikan
peringatan dini sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan perbaikan sesegera mungkin
untuk mengatasi memburuknya perkembangan perusahaan.
Jenis anggaran lain yang juga penting adalah anggaran operasional. Anggaran operasional
memproyeksikan penghasilan dan beban untuk rentang waktu tertentu di masa, yang akan
datang, biasanya dalam satuan bulan atau tahun. Umumnya anggaran operasional terstruktur
sejalan dengan periodisasi laporan keuangan.
15
Tabel 2.6
Contoh Anggaran Kas
Anggaran adalah alat perencanaan keuangan. Laporan kinerja adalah alal yang
digunakan untuk mengendalikan kuangan perusahaan. Laporan kinerja adalah laporan
yang menyajikan anyka-angka anggaran dan realisasi penghasilan dan beban, dan juga
menyajikan selisih antara keduanya. Contoh laporan kinerja dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Contoh Laporan Kinerja
16
3. Manajemen melindungi dan menjaga set organisasi termasuk data lain yang dimilki oleh
perusahaan.
17
menggunakan sistem ERP untuk mengkoordinasi dan mengelola data, proses bisnis, dan
sumberdaya perusahaan. Sistem ERP mengumpulkan, memroses, dan menyimpan dana
dan menyediakan informasi kepada manajer dan pihak luar yang memerlukan akses ke
perusahaan.
Sistem ERP menggunakan database yang terpusat untuk membag informasi
diantara berbagai proses bisnis dan mengkoordinasi aktivitas yang dilaksanakan. Fungsi
ini penting karena sebuah aktivitas yang merupakan bagian dari sebuah proses bisnis
sering memicu kompleksitas serangkaian aktivitas yang ada di seluruh bagian organisasi.
Sebagai contoh, sebuah order pelanggan memerlukan peniadwalan tambahan
produksi untuk memenuhi kenaikan permintaan. Peristiwa in memicu dilakukannya order
pembelian bahan baku yang lebih banyak, dan memerlukan tambahan jam tenaga kerja
sehingga ada tambahan lembur tau pengangkatan tenaga kerja tambahan yang bersifat
temporer.
Sistem ERP yang dirancang dengan baik akan memudahkan manajemen untuk
melakukan akses ke informasi terkini tentang seluruh kegiatan sehingga memudahkan
dilakukannya perencanaan, pengendalian, dan penilaian proses bisnis secara leblh efektif.
Sistem ERP terdiri atas beberapa modul. Setiap modul menggunakan praktik
bisnis terbaik untuk mengotomatiskan proses bisnis standar. Desain modular in
memungkinkan perusahaan untuk menambah atau menghapus modul sesai kebutuhan.
Modul-modul ERP mencakup :
a. Finansial (sistem buku besar dan pelaporan) - buku besar, piutang dagang, tang
dagang, asset tetap, penganggaran, manajemen kas, dan penyusunan laporan
keuangan dan laporan manajemen.
b. Sumberdaya manusia dan penggajian - sumberdaya manusia, penggajian, benefit
karyawan, pelatihan, presensi dan waktu kerja karyawan, bonus, dan pelaporan
kepada instansi pemerintah (pajak).
c. Siklus pendapatan - pemesanan penjualan, pengiriman, persediaan, penerimaan
kas, perhitungan komisi.
d. Siklus pengeluaran - pembelian, penerimaan dan inspeksi barang, manajemen
persediaan dan penggudangan, dan pengeluaran kas.
e. Manufaktur (siklus produksi) - perekayasaan produk, penjadwalan produksi,
daftar kebutuhan bahan baku, barang dalam proses, manajemen arus kerja,
pengendalian kualitas, manajemen biaya, dan proses produksi.
f. Manajemen proyek - penentuan kos, penagihan, manajemen waktu dan biaya, unit
kinerja, dan manajemen aktivitas.
g. Manajemen hubungan pelanggan - penjualan dan pemasaran, komisi, jasa, kontak
pelanggan, dan dukungan call center.
h. Software sistem - software untuk membuat data file induk, penetuan arus
informasi, pengendalian akses, dan lain-lain.
18
Sebuah sistem ERP dengan database terpusat, memberikan keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
a. ERP menvediakan data vang terintegrasi, berskala perusahaan, mencakup Kese
luruhan data organisasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan.
Penyimpanan seluruh informasi perusahaan dalam sebuah database tunggal
menghilangkan hambatan dan batasan antar departemen dan memperlancar. arus
informasi.
b. Input data dilakukan satu kali dan mask ke berbagai sistem. Pengunduhan data
dari sebuah sistem ke sistem lainnya tidak lagi diperlukan.
c. Manajemen memiliki pandangan yang lebih luas ke dalam setiap area dalam
perusahaan sehingga meningkatkan kemampuan monitoring. Karyawan lebih
produktif dan efisien karena mereka dapat secara cepat mengumpulkan data baik
dari dalam maupun dari luar departemennya.
d. Organisasi dapat melakukan pengendalian akses secara lebih baik karena ERP
dapat mengkonsolidasikan banyak model pengamanan data ke dalam sebuah
struktur akses data tunggal.
e. Prosedur dan laporan distandarkan diantara unit bisnis. Standarisasi in terutama
bermanfaat iika ada merger dan akuisisi karena sistem ERP dapat menggantikan
sistem yang berbeda dengan sistem tunggal dan menyatu.
f. Layanan pelanggan meningkat karena karyawan dapat secara cepat mengakses
pesanan, ketersediaan barang, informasi pengiriman, dan rincian transaksi masa
lalu pelanggan.
g. Pabrik menerima order baru secara real time, dan otomasi proses manufaktur
berakibat kenaikan produktivitas.
19
mengkastemisasi modul ERP. Kegagalan untuk memetakan proses bisnis saat ini
dengan software ERP yang ada merupakan penyebab utama kegagalan proyek
ERP.
d. Kompleksitas. Kompleksitas muncul dari proses pengintegrasian berbagai
aktivitas bisnis dan sistem yang berbeda, yang masing-masing memiliki
perbedaan dalam hal proses, aturan bisnis, semantika data, hirarki otorisasi, dan
pusat keputusan.
e. Resistensi. Organisasi yang memiliki banyak departemen dengan pemisahan
sumberdaya, misi, laba dan rugi, dan jalinan komando meyakini bahwa sebuah
sistem tunggal memiliki manfaat yang sedikit. Selain itu, penggunaan ERP juga
memerlukan pelatihan dan pengalaman untuk menggunakan sistem ERP secara
efektif, dan resistensi karyawan merupakan alasan utama mengapa implementasi
ERP tidak sukses. Upaya meyakinkan karyawan untuk mengubah cara
melaksanakan pekerjaannya, melatih mereka dalam menjalankan prosedur baru,
menguasai sistem baru, dan mendorong mereka untuk berbagi informasi yang
sensitive. Resistensi dan ketidak jelasan batas dalam perusahaan dapat
memunculkan persoalan moral, akuntabilitas, dan jalur pertanggung jawaban.
Untuk memperoleh manfaat potensial sistem ERP secara optimal dan memitigasi
kelemahan tersebut diperlukan upaya yang cermat dan keterlibatan manajemen puncak.
Dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perubahan yang diperlukan meningkatkan
peluang keberhasilan penerapan sistem ERP.
Sistem ERP mahal dan kompleks, oleh karena itu proses memilih sistem yang tepat bagi
perusahaan bukan pekerjaan yang mudah. Untuk memilih sistem ERP yang cocok bagi
perusahaan, manajemen perusahaan harus sangat hati-hati untuk menjamin bahwa sistem ERP
memiliki modul yang benar-benar diperlukan untuk menjalankan proses bisnis perusahaan. Salah
satu cara untuk memperoleh sistem yang cook adalah dengan memilih paket yang dirancang
sesai jenis industry perusahaan. Kos merupakan hal yang harus diperhatikan. Jika perusahaan
membeli sistem ERP dengan harga murah Disa berakibat pengeluaran yang besar di masa
mendatang terutama jika sistem in tidak mampu memenuhi kebutuhan bisnis, karena modifikasi
sistem tidak murah. Perusahaan dapat memiminumkan risiko pembelian paket yang keliru
dengan melakukan riset yang hati-hati terhadap pemasok ERP terbalik. Saat ini ada beberapa
pemasok sistem ERP, dua yang terbesar adalah SAP dan Oracle. Pemasok lain yang juga dinilai
handal adalah the Sage Group, Microsoft, dan Infor.
Bagi sebagian besar perusahaan, software ERP terlalu sulit untuk diterapkan sendiri
lampa bantuan pemasok. Oleh karena it, mereka terpaksa membayar pemasok ERP atau
konsultan untuk membantu implementasi ERP. Perusahaan konsultan biasanya memberikan tiga
jenis jasa: konsultasi, kastemisasi, dan dukungan. Bagi kebanyakan perusahaan berskala
menengah, biaya implementasi bisa sama dengan harga lisensi sistem ERP sampai dengan dua
kali lipatnya. Perusahaan besar yang memiliki banyak lokasi sering mengeluarkan biaya antara
tiga sampai lima kali lipat harga lisensi sistem ERP.
Konfigurasi sistem ERP secara tepat merupakan hal penting karena banyak proses yang
dilakukan secara otomatis memicu proses tambahan pada modul lainnya. Hal ini memerlukan
20
pemahaman yang mendalam tentang seluruh proses bisnis utama dan interaksinya sehingga
proses bisnis tersebut dapat didefinisikan secara jelas. Contohnya meliputi penetapan pusat
biaya/pusat laba, kebijakan persetujuan kredit, dan aturan persetujuan pembelian. Dalam proses
konfigurasi ini, perusahaan harus menyeimbangkan antara keinginan perusahaan tentang sistem
seharusya beroperasi dan kondisi atau kemampuan sistem senyatanya beroperasi. Jika sistem
tidak mampu beroperasi sebagaimana yang dinginkan, perusahaan dapat memodifikasi modul
yang bersangkutan. Alternatifnya, perusahaan dapat menggunakan sistem yang ada sekarang dan
membangun interface antara sistem lama dengan sistem ERP. Kedua pilihan sama-sama makan
waktu, mahal, dan menghasilkan integrasi sistem yang sedikit. Selain itu, semakin sebuah sistem
dikastemisasi, semakin sulit sistem tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok
dan pelanggan. Untuk memudahkan konfigurasi, pemasok ERP mengembangkan fasilitas
konfigurasi yang melekat pada sistem untuk mengakomodasi kebutuhan perubahan sistem para
pengguna.
Pentingnya pengendalian interen yang memadai dalam sebuah ERP tidak dapat
ditambahkan. Sifat sistem ERP yang terintegrasi mengandung arti bahwa kesalahan data akan
secara otomatis tersebar di seluruh sistem, kecuali jika setiap elemen data divalidasi dan
diperiksa akurasinya saat dilakukan entri data. Dengan demikian, pengendalian entri data dan
pengendalian akses menjadi penting. Manajer dan karyawan memahami dan memiliki akses yang
sedikit pada sistem. Pemisahan tugas ini memperkuat pengendalian interen. Konsep penting
lainnya adalah adanya pemisahan tanggung jawab untuk penjagaan asset, otorisasi aktivitas yang
mempengaruhi asset, dan pencatatan informasi tentang aktivitas dan status asset perusahaan.
21
22
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sebuah sistem informasi memainkan tiga peran penting dalam sebuah organisasi: (1)
pengumpulan dan penyimpanan data tentang organisasi, (2) pemrosesan data untuk
menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan, (3) menyelenggarakan
prosedur pengendalian interan untuk menjamin daya andal informasi yang dihasilkan dan untuk
menjaga aset organisasi. Untuk dapat memainkan ketiga peran ini, maka sistem informasi
akuntansi menggunakan dokumen, jurnal, dan akun buku besar seperti yang diuraikan secara
rinci pada tabel 2.8
Untuk menerapkan sebuah SIA, tahap pertama yang harus dilakukan adalah memahami
aktivitas bisnis yang akan dilaksanakan ole sebuah organisasi dan keputusan kunci dalam
melaksanakan aktivitas tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan ole sebuah perusahaan dagang
mencakup empat siklus transaksi sebagai berikut:
1. Siklus pendapatan, yang mencakup transaksi penjualan barang dan jasa kepada pelanggan
dan penerimaan kas dari hasil penjualan tersebut.
2. Siklus pengeluaran, yang mencakup transaksi pembelian barang; dan jasa dan
pengeluaran kas untuk pembayaran pembelian barang dan jasa tersebut, dan juga untuk
pembayaran berbagai macam beban, seperti beban sewa, beban gaji, dan sebagainya.
3. Siklus sumberdaya manusia, yang mencakup seluruh transaksi yang berhubungan dengan
seleksi, pengangkatan, pelatihan, penempatan, dan pembayaran gaji karvawan.
4. Siklus keuangan, yang mencakup seluruh transaksi yang berhubungan dengan investasi
ekuitas dalam perusahaan, peminjaman uang, pembayaran dividen dan bunga, dan
pelunasan pinjaman.
5. Siklus buku besar dan pelaporan, yang mencakup seluruh aktivitas yang berhubungan
dengan penyusunan laporan kuangan dan laporan manajerial lainnya, baik untuk transaksi
rutin, transaksi non rutin, maupun transaksi penyesuaian.
23
DAFTAR ISI
https://www.studocu.com/id/document/universitas-nusa-cendana/sistem-informasi/makalah-erp/
49519332
https://www.academia.edu/37715471/Makalah_Enterprise_Resource_Planning
http://repository.unika.ac.id/17366/2/14.G1.0107%20STEFANIE%20AYUDIA
%20SANIAMOSENAI%20%284.62%29.BAB%20I.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/37203/Skripsi.pdf?
sequence=2&isAllowed=y
24