Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Tentang :

“ SISTEM ERP (Enterprise Resource Planning) “

Disusun oleh :
Arido 1731510689
Hendri Setiawan 1731510507
Hilda Yani 1731510697

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


TAHUN AJARAN 2019
UNIVERSITAS BUDI LUHUR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya bisa
menyelesaikan penyusunan makalah tentang SISTEM INFORMASI MANAJEMEN, “SISTEM
ERP ( ENTERPRISE RESOURCE PLANNING )”.

Dengan menyusun laporan ini, saya berharap dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan saya, serta berpikir maju dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di masyarakat,
terutama tentang mewujudkan masyarakat sesuai pembinaan lembaga swadaya masyarakat. Tidak
lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terwujudnya
proposal penelitian ini.

Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga kritik dan saran sangat saya
harapkan guna kesempurnaan proposal penelitian selanjutnya. Semoga laporan ini dapat memberi
manfaat bagi semua yang membutuhkan.

Jakarta, 17 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning)
2.2 Evolusi ERP Software
2.3 Konsep Dasar Enterprise Resource Planning (ERP)
2.4 Karakteristik Enterprise Resource Planning (ERP)
2.5 Business functions dan Proses
2.6 Functional Area Information Systems.
2.7 Marketing & Sales
2.8 Supply Chain Management (SCM)
2.9 Accounting and Finance
2.10 Kelebihan Sistem dan Konsep ERP dalam Bisnis
2.11 Modul-Modul dalam Sistem ERP

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 1990-an, Enterprise Resource Planning System (ERP System) telah banyak
digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menggantikan sistem informasi
yang telah dikembangkan sebelumnya (Parr and Shanks, 2000; Soffer et al., 2005; Motwani
et al., 2005; Chang dan Vichita, 2002). Menurut Lee (2000), aplikasi ERP merupakan paket
yang mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang penting ke dalam satu sistem informasi
melalui sharing database yang terintegrasi. Sistem ERP dirancang untuk membantu
organisasi didalam mengelola sumber daya yang dimilikinya secara terintegrasi. Davenport
dalam Hawking et al. (2004) menyebutkan terdapat tiga manfaat utama implementasi sistem
ERP yaitu integrasi, optimisasi dan informasi. Integrasi adalah manfaat ketika perusahaan
mampu mengintegrasikan data dan proses secara internal dan eksternal dengan pelanggan
dan supplier. Optimisasi adalah manfaat pada saat perusahaan mampu menstandarisasi
proses bisnis dengan best practice yang ada, sedangkan informasi adalah kemampuan untuk
menyediakan informasi yang kontekstual untuk mendukung pengambilan keputusan yang
efektif. Akan tetapi, Martin dalam Parr and Shanks (2000) menyebutkan bahwa 90% dari
proyek implementasi ERP ternyata terlambat atau melebihi anggaran (over budget), bahkan
beberapa proyek implementasi ERP berakhir dengan kegagalan. Untuk menghindari
terjadinya kegagalan dalam implementasi ERP, Bancroft (1996), Ross (1998) dan Markus
and Tanis (1999) mengajukan model implementasi ERP untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam mengenai proses ERP serta memberikan panduan untuk kesuksesan
implementasi ERP. Parr and Shanks (2000) mengembangkan suatu model Project Phase
Model (PPM) yang merupakan sintesis dari model-model proses implementasi ERP yang
sudah ada dan memfokuskan pada proyek implementasi.

Deloitte dalam Hawking (2004) menyatakan bahwa proses untuk mencapai manfaat
tambahan dari implementasi sistem ERP disebut sebagai second wave implementation.
Deloitte meyakini bahwa terdapat sejumlah fase yang terjadi pada post-project yaitu
stabilize, synthesize dan synergize. Botta-Genoulaz et al. (2005) menyebutkan bahwa
adanya trap-trap yang muncul setelah proyek ERP go live. Genoulaz melakukan penelitian
terhadap 217 perusahaan di perancis yang telah menerapkan sistem ERP. Trap yang muncul
diantaranya karena perusahaan tidak merencanakan post-project dengan baik. Trap ini
ditemukan pada 13% dari jumlah perusahaan tersebut. Namun demikian, penelitian-
penelitian sebelumnya belum memfokuskan pada langkah-langkah konkrit yang harus
dilakukan perusahaan pada fase postproject sistem ERP. Pada Penelitian ini akan dijelaskan
pentingnya fase postproject pada penerapan sistem ERP dan bagaimana aktivitas-aktivitas
pada fase post-project berkontribusi terhadap perolehan benefit.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan¸ maka dirumuskan permasalahan
pada penelitian ini adalah bagaimanakah framework yang menjelaskan pengelolaan post-
project sistem ERP? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dijabarkan sebagai
berikut:
1. Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning)
2. Kelebihan Sistem dan Konsep ERP dalam Bisnis
3. Modul-Modul dalam Sistem ERP

1.3. Tujuan Penelitian


Dari rumusan permasalahan tersebut, maka pada penelitian ini akan dihasilkan
framework pengelolaan post-project sebagai acuan bagi perusahaan dalam tahapan post-
project sistem ERP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning)

Hal pertama yang bisa dilakukan untuk memulai perkenalan dengan ERP adalah
memahami definisi dari ERP itu sendiri. ERP memiliki tiga elemen utama yaitu perusahaan
(Enterprise), sumber daya (Resource) dan perencanaan (Planning). Sumber daya yang dimaksud
di sini termasuk sumber daya manusia, modal dan juga aset perusahaan.
Pada dasarnya, ERP adalah suatu sistem terintegrasi dengan tujuan untuk merangkum
proses yang ada sehingga menjadi sebuah kombinasi yang efisien dan efektif. Faktanya, ada cukup
banyak sumber yang bisa digunakan untuk mendefinisikan ERP itu sendiri. Berikut ini adalah
beberapa definisi dari ERP menurut beberapa sumber:
• ERP menurut kamus American Inventory and Production Control System (APICS) adalah
suatu sistem informasi yang berorientasi akuntansi untuk mengidentifikasikan dan
merencanakan sumber daya perusahaan untuk membuat, mengirim dan memperhitungkan
pesanan pelanggan.
• ERP menurut Wikipedia adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan
manufaktur atau jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang

3
berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan yang
bersangkutan.
• Menurut Kumar dan Van Hillsgerberg (2000), Sistem ERP merupakan paket sistem informasi
yang dapat dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang berbasis
informasi di dalam, dan melintas area fungsional dalam sebuah organisasi.
Konsep ERP sendiri lebih sering digunakan dalam konteks software, di mana software
ERP ini terus dikembangkan dan populer digunakan oleh perusahaan dalam menerapkan ERP.
Tujuan utama dari software ERP sendiri adalah untuk memfasilitasi arus informasi dalam
perusahaan sehingga bisa diambil keputusan sesuai dengan data yang ada. Pada dasarnya
konsep ERP dapat berjalan dengan baik jika ada dukungan dari aplikasi dan infrastruktur
komputer yang baik sehingga pengelolaan data dapat dilakukan dengan mudah dan
terintegrasi.

2.2 Evolusi ERP Software

Kemunculan ERP software ini tentu tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi
yang semakin maju. Pada dasarnya cikal bakal sistem ERP muncul pertama kali di tahun 1960-an,
di mana saat itu ada suatu sistem informasi yang disebut MRP (Material Requirement Planning).
Jadi MRP ini menjadi tahap awal dari terbentuknya software ERP dengan menawarkan konsep
perencanaan kebutuhan material.
Lalu di tahun 1970-an MRP berkembang menjadi Close-Loop MRP yang kemudian
berubah menjadi MRP II (Manufactur Resource Planning II) di tahun 1980. Dari sinilah sistem
ERP tercipta dan digunakan dalam beberapa proses bisnis sejak tahun 1990-an. Berikut ini adalah
tahapan Evolusi ERP yang perlu Anda ketahui:

4
• Tahap I: Material Requirement Planning (MRP)
MRP merupakan cikal bakal ERP dan memiliki area fungsional berupa Inventory Management
dan Production saja.
• Tahap II: Close Loop MRP
Tahapan kedua ini tidak hanya terbatas pada konsep perencanaan kebutuhan material, tetapi juga
pada alat bantu penyelesaian masalah prioritas. Kemudian rencana dalam sistem kedua ini bisa
diubah dan diganti jika diperlukan. Lebih jelasnya area fungsional dari Close Loop MRP adalah
Inventory Management, Production, dan Engineering saja.
• Tahap III: Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Tahapan ketiga ini menyempurnakan Close Loop MRP dengan menambahkan 3 elemen utama
lagi ke dalam sistem. Area fungsional dari MRP II adalah Inventory Management, Production,
Engineering, Finance, dan Human Resource Management.
• Tahap IV: Enterprise Resource Planning (ERP)
Pada tahap ke-4 ini, sistem ERP diperluas hingga integrasi keuangan hingga melintasi batas fungsi
organisasi sehingga pengelolaan bisnis bisa dilakukan dengan mudah. Area fungsional dari ERP
sendiri meliputi Inventory Management, Production, Engineering, Finance, Human Resource
Management, dan Delivery.
• Tahap V: Extended ERP (ERP II)
Inilah sistem ERP yang digunakan saat ini, di mana ERP II mulai diluncurkan sejak tahun 2000.
Area fungsional dari ERP II sendiri sudah sangat luas yaitu mencakup Supplier Management,
Inventory Management, Production, Engineering, Finance, Human Resource Management,
Delivery, Sales & Marketing hingga Customer Support.

Selain perkembangan dan perubahan MRP ke ERP II, nyatanya bidang ERP juga ikut
berubah pada aspek trennya. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul trentren baru yang
dipengaruhi oleh perusahaan software ERP yaitu Mobile ERP, Cloud ERP, Social ERP dan Two-
Tier ERP.
Perjalanan panjang Enterprise Resource Planning (ERP) software berujung pada
penggunaan yang semakin banyak di berbagai perusahaan. Hingga saat ini sebenarnya sistem ERP
masih bisa terus dikembangkan agar semakin baik kedepannya. Perkembangan secara
berkelanjutan ini penting untuk dilakukan, mengingat kesadaran perusahaan akan pentingnya

5
sistem ERP masih tergolong rendah, khususnya di Indonesia. Padahal persaingan bisnis saat ini
sangat ketat dan sistem ERP bisa menjadi salah satu komponen vital dalam manajemen
perusahaan.

2.3 Konsep Dasar Enterprise Resource Planning (ERP)


Berikut ini adalah konsep dasar tentang Enterprise Resource Planning (ERP), antara lain:
Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa Inggrisnya,
enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan
manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang
berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.
·ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan
dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System
yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Customer
Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

2.4 Karakteristik Enterprise Resource Planning (ERP)


Sistem ERP memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
 Sistem ERP merupakan paket software yang didesain pada lingkungan client-
server baik tradisional (berbasis desktop) maupun berbasis web.
 Sistem ERP mengintegrasikan mayoritas bisnis proses yang ada.
 Sistem ERP memproses seluruh transaksi organisasi perusahaan.
 Sistem ERP menggunakan database skala enterprise untuk penyimpanan data.
 Sistem ERP mengijinkan pengguna mengakses data secara real time.

2.5 Business functions dan Proses


Business functions merupakan aktivitas spesifik pada bidang operasi fungsional tertentu.
dan di dalam function terdiri dari beberapa area operasi yang sudah sistematis (Marketing and
Sales, Supply Chain Management, Accounting and Finance, Human Resources). Marketing and
Sales merupakan area yang mempromosikan produk melalui iklan dan pemasaran, menangani
pesanan pelanggan, men-support pelanggan, dan membuat prediksi penjualan. Supply Chain

6
Management adalah area yang Mengembangkan rencana produksi, order bahan baku dari supplier,
menerima bahan baku, memproduksi produk, memelihara fasilitas kerja, dan mengirim produk
kepada pelanggan. Accounting and Finance area ini adalah Keuangan akuntansi untuk
menyediakan ringkasan data operasional dalam laporan manajerial, rekening pengendalian,
perencanaan dan penganggaran, dan manajemen cash-flow. Human Resources tugas pada area ini
adalah merekrut, menyewa, melatih, dan menggaji karyawan, menjamin kesesuaian dengan
peraturan pemerintah, dan membawahi evaluasi karyawan.
Business process adalah kumpulan aktivitas yang menggunakan sejumlah input dan membuat
output yang memberikan keuntungan bagi customer. Business process juga merupakan bagian dari
ERP, Software ERP mendukung proses operasi bisnis yang efisien dengan mengintegrasikan hasil
pekerjaan bisnis yang berhubungan dengan sales, marketing, manufacturing, logistics, accounting,
dan staffing.

2.6 Functional Area Information Systems.


Functional Area Information Systems merupakan salah satu bagian yang sangat penting di
dalam ERP. Functional Area Information Systems ini sendiri telah terbagi menjadi beberapa
bagian, di anataranya sebagai berikut :
 Marketing & Sales
 Supply Chain Management
 Accounting and Finance
 Human Resources (HR)

2.7 Marketing & Sales


Marketing merupakan salah satu fungsi utama di antara fungsi-fungsi penting lainnya yang
ada dalam suatu perusahaan seperti : administrasi, pembukuan, pembelanjaan, produksi dan
personalia. Sihite menyebutkan bahwa Sale adalah : menawarkan sesuatu produk kepada
konsumen, sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan untuk menjadikan seseorang sebagai customer
atau langganan. Jadi arti sales di sini adalah penjualan. Marketing adalah pemasaran dan apabila
diterjemahkan adalah : “Usaha untuk memasyarakatkan hasil produksi perusahaan melalui
berbagai cara agar hasil produksi tersebut banyak diminati oleh masyarakat luas”, (Sihite,1996:1).

7
Adapun beberapa hal yang harus dikuasai oleh tenaga penjual atau sales person, sebagai
berikut :
1. Product knowledge
Adalah yang meliputi masalah pengetahuan produk yang dimiliki suatu
perusahaan yang berhubungan dengan keadaan fisik,jenis,ukuran, design dan
warna, manfaat terhadap konsumen, bahkan kelebihannya dengan prdouk lain
yang sama.
2. Price Policy
Sejenis produk yang ditawarkan atau dijual mempunyai klasifikasi harga. Adanya
suatu design harga tertentu yang ditawarkan untuk suatu volume penjualan. Apakah
ada insentif tertentu (discount/commission) bagi pembeli.

3. Human Relation
Kemampuan tenaga penjual dalam hubungannya dengan masyarakat pasar
tertentu untuk mempengaruhinya dan pada akhirnya menjadi konsumen.
Pendekatan perorangan sangat membantu keberhasilan dengan ditunjang
kemampuan berkomunikasi.

Setelah menguasai tiga hal penting diatas maka ada baiknya melakukan tahapan demi
tahapan dalam proses penjualan. Tahapan-tahapan tersebut adalah langkah-langkah yang perlu di
perhatikan oleh seorang Sales dalam melakukan proses penjualan yang diharapkan berujung pada
keberhasilan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

A. Approach (pendekatan kepada prospek)


Pendekatan kepada calon pembeli atau konsu menmemerlukan persiapan dan perencanaan yang
baik yang antara lain pengetahuan tentang siapakah calon Universitas Sumatera Utara pembeli
atau konsumen, apakah kebutuhan dan keinginannya, adakah kemungkinan perubahan situasi atas
kebutuhan maupun produk yang ditawarkan, siapkan kiat dengan penolakan atau keberatan.

8
B. Presentation (penyajian)
Dalam tahapan presentasi seorang sales harus sanggup menjual produk dan membantu memuaskan
kebutuhan para konsumen, misalnya membantu memecahkan persoalan para calon konsumen
terhadap suatu produk yang dijual. Komunikasi adalah merupakan sarana paling menentukan
untuk mengetahui kebutuhan pembeli, tata bahasa yang baik,courtesy (kesopanan), jelas atau tepat,
tidak berbelit-belit,memberikan ide,manfaat dan kelebihan produk. Satu hal lain yang tak kalah
pentingnya adalah First Impression atau kesan pertama kepada pelaku penjualan yang positif akan
membantu kelancaran proses penjualan.

C. Selling (menjual)
Proses menjual dari seorang sales harus dapat memberi keyakinan kepada pembeli atas manfaat
dan kelebihan produk yang ditawarkan. Dengan bekal Product Knowledge dan pengembangan
komunikasi yang efektif diharapkan pembeli menjadi pelaku pembeli.

D. Closing The Sale (menutup penjualan)


Suatu transaksi penjualan terjadi karena penjualan memperoleh persetujuan dari calon pembeli
untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Tahapan ini merupakan
keberhasilan seorang penjual mempengaruhi dan meyakinkan calon pembeli. Langkah-langkah
administrative untuk menutup penjualan dapat berupa statement, order dan tanda terima
pembayaran. Dalam Universitas Sumatera Utara jasa pelayanan wisata maka pembeli atau
konsumen akan menikmati produk wisata setelah terjadinya closing the sale
.
E. After Sales Service (pelayanan setelah penjualan)
Kesempurnaan dar suatu penjualan yang berhasil adalah ditutup dengan pelayanan purna jual.
Kegiatan tersebut antara lain pemberian ucapan terima kasih melalui surat, atas pembelian suatu
produk atau jasa, memberikan suatu kenang-kenangan (souvenir), mengirim kartu ucapan pada
hari-hari besar atau ulang tahun,dan mengadakan direct contact secara regular.

9
Ada dua bagian yang terjadi didalam alur sistem M/S di atas yaitu, Input dan Output. di
dalam Inputs for M/S include (Customer data, Order data, Sales trend data, Per-unit cost, Travel
expense company policy). Sedangkan didalam Outputs for M/S include (Sales strategies, Product
pricing, Employment needs). semua itulah yang dapat dikerjaka di dalam area M/S.

2.8 Supply Chain Management (SCM)


Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Supply Chain Management (SCM) sebenarnya istilah ini banyak digunakan dan dan berkembang
sejak tahun 1980an. Tetapi banyak orang yang mengartikan SCM sebagai pengganti dari istilah
logistik. Namun arti yang sebenarnya lebih luas. Supply Chain Management (SCM) adalah
integrasi beberapa kunci proses bisnis dari end user hingga para pemasok yang menyediakan
produk, jasa, dan informasi yang menjadi nilai tambah untuk para pelanggan dan stakeholder
(Douglas M. Lambert et el). Banyak tipe perusahaan yang berperan serta dalam aliran supply chain
management dari supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, sertu perusahaan pendukung seperti
jasa logistik. Lima prinsip dasar yang menjadi bagian penting pada manajemen supply chain
adalah:
 Planning / perencanaan
 Sourcing / sumber barang
 Manufacturing
 Pengiriman
 Pengembalian.

2.9 Accounting and Finance


Keuangan(bahasa Inggris: finance) mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi
meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu, dan
juga menghitung risiko dalam menjalankan proyek mereka. Istilah keuangan dapat bearti :
 Ilmu keuangan dan asset lainnya
 Manajement asset
 Menghitung dan mengatur resiko proyek

10
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan
menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat
digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu
keputusan serta tujuan lainnya
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam
bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di
hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut
sebagai bahasa bisnis.

Inputs A/F
· Pembayaran dari customer (Payments from customers)
· Data piutang (Accounts receivable data)
· Data hutang (Accounts payable data)
· Data penjualan (Sales data)
· Data produksi dan persediaan (Production and inventory data)
· Data gaji dan belanja (Payroll and expense data)
Outputs for A/F
· Pembayaran ke supplyer (Payments to suppliers)
· Laporan keuangan (Financial reports)
· Data kredit customer (Customer credit data)
Human Resources (HR)
 Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah
pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya
untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah
departemen sumber HR perlu informasi dari departemen lain.
 Tugas yang berkaitan dengan perekrutan karyawan, manfaat, pelatihan, dan
kewajiban ke pemerintah semua tanggung jawab HR.
 HR perlu perkiraan yang akurat mengenai kebutuhan personil dari semua unit
fungsional.

11
 HR perlu mengetahui keterampilan apa yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
tertentu dan seberapa besar perusahaan mampu membayar karyawan

2.10 Kelebihan Sistem dan Konsep ERP dalam Bisnis

Penerapan sistem ERP dan konsep ERP pada suatu bisnis pada dasarnya akan memberikan
banyak keuntungan bagi bisnis Anda. Jika biasanya perusahaan akan menggunakan sistem
database secara terpisah, maka dengan adanya ERP data-data yang ada di setiap bagian akan
terintegrasi dalam satu wadah sehingga semua pihak dapat mengakses dengan mudah dan lengkap.
Secara tidak langsung, pengelolaan perusahaan akan berjalan lebih efektif dan efisien.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang diperoleh perusahaan jika menggunakan ERP:
• Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas
Keberadaan sistem ERP juga bisa membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam
perusahaan. Aktivitas-aktivitas rutin harian perusahaan seperti order, pengiriman barang, profil
pemasok, manajemen kas (manajemen keuangan), manajemen gudang, realisasi penjualan hingga
akuntansi bisa berjalan lebih baik dan cepat. Tidak hanya itu, siklus waktu penjualan ke kas dan
pembayaran supplier pun bisa dilakukan dengan lebih cepat.
• Perencanaan dan Manajemen Sistem Informasi
Jika Anda belum tahu, sistem ERP sendiri memiliki berbagai alat pendukung untuk mengambil
keputusan seperti alat perencanaan dan alat simulasi. Alat-alat pendukung ini secara tidak
langsung bisa membantu perusahaan untuk memanfaatkan sumber dayanya secara lebih efektif
dan efisien. Selain itu penyajian laporan dalam sistem ERP juga lebih mudah, cepat dan dapat
diakses oleh pihak-pihak terkait kapan pun dibutuhkan.
• Integrasi Bisnis dan Akurasi Data yang Lebih Baik
Jika sebuah perusahaan menggunakan ERP, maka saat ada perubahan yang terjadi di setiap modul
atau sub-modul, pihak-pihak yang berkaitan bisa melihatnya secara langsung. Hal ini bisa terjadi

12
karena pembaharuan yang terjadi bersifat real-time. Tidak hanya itu, penggunaan ERP juga bisa
meminimalisir terjadinya duplikat data atau kehilangan data yang seringkali disebabkan oleh
faktor human error. Dengan begini maka integrasi bisnis berjalan dengan lebih baik. dan akurasi
data yang ada dalam perusahaan juga bisa lebih dipertanggungjawabkan.
• Pembentukan Standarisasi Prosedur
Dengan menerapkan sistem ERP dalam perusahaan maka pekerjaan-pekerjaan dalam perusahaan
bisa lebih terstruktur dan tidak bergantung dengan individu tertentu.
• Infrastruktur yang Konsisten
Dengan menggunakan ERP software maka perusahaan akan berjalan lebih seragam. Hal ini karena
semua pihak mulai dari back office hingga front office memiliki tampilan yang sama dalam
menjalankan aktivitas bisnis dalam sistem.
• Memangkas Biaya Manajemen dan Operasional
Biaya operasional dan manajemen menjadi dua hal yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah
perusahaan. Apapun strategi yang dijalankan, biaya manajemen dan operasional akan tetap ada
dan berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan. Cara terbaik untuk berteman dengan biaya
manajemen dan operasional agar tidak terlalu membebani perusahaan adalah dengan memangkas
atau meminimalisirnya. Dengan software ERP maka berbagai proses bisnis yang ada dalam
perusahaan bisa dirampingkan melalui sistem yang seragam dan terintegrasi.
• Menyempurnakan Kolaborasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa argumen di kantor khususnya dari bagian satu dengan bagian
lain menjadi hal yang lumrah. Tapi hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena bisa
mempengaruhi kondisi atau lingkungan kerja di kantor. Dengan menggunakan software ERP
setidaknya perselisihan yang terjadi antar bagian atau department yang biasa terjadi bisa
diminimalisir.
Kesalahan input data atau kesalahan-kesalahan lain yang biasanya bisa ditutupi atau diingkari oleh
rekan kerja atau departmen lain akan terpampang nyata di hadapan semua pihak yang
bersangkutan. Dengan begini penyelesaian masalah atau pencarian solusi bisa dilakukan dengan
lebih baik dan cepat.
Sistem ERP sendiri menunjang sistem multi uang dan bahasa dalam perusahaan sehingga
keberadaan ERP sangat penting untuk perusahaan multinasional. Tidak hanya itu, sistem ERP juga

13
memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus setiap perusahaan tanpa harus dilakukan
pemograman kembali.

2.11 Modul-Modul dalam Sistem ERP

Pada dasarnya dalam suatu sistem ERP, ada berbagai modul dan sub-modul yang mewakili
berbagai komponen bisnis perusahaan. Modul-modul ini bisa dipilih oleh perusahaan sesuai
dengan kebutuhan. Berikut ini adalah beberapa modul yang ada dan biasa dijumpai dalam sistem
ERP:
• Modul Sumber Daya Manusia (Human Resource Module).
• Modul Inventaris/Persediaan (Inventory Module).
• Modul Penjualan dan Pemasaran (Sales and Marketing Module).
• Modul Pembelian (Purchase Module).
• Modul Manajemen Hubungan Pelanggan (Customer Relations Management Module).
• Modul Manufakturing (Manufacturing Module).
• Modul Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management Module). Untuk sistem ERP
sendiri, Logiframe menawarkan layanan konsultasi untuk sistem ERP yang menyatukan dan
membangun kesatuan proses-proses bisnis yang terintegrasi dengan keunggulan seperti:
• Laporan kegiatan bisnis secara real-time.
• Menekankan kolaborasi tim dalam satu sistem.
• Meningkatkan integritas data dan kendali finansial.
• Menurunkan biaya manajemen dan operasional.

Mengenal ERP Sebagai Contoh Penerapan Manajemen Sistem Informasi


Untuk memulainya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
rantai pasok atau supply chain (SC). SC pada intinya adalah aliran material, informasi, dan uang

14
dari tangan produsen sampai menjadi produk siap pakai pada konsumen yang memperhatikan
faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produksi. Sedangkan manajemen rantai pasok atau
supply chain management(SCM), adalah pengelolaan atas integrasi pada aktivitas-aktivitas yang
terjadi dalam proses pengadaan bahan baku, pengolahan produk, hingga pendistribusian produk
dari produsen ke konsumen akhir.
Sebuah SCM akan semakin efisien dan mencapai kondisi ideal apabila sebuah pasokan
produk atau bahan baku yang datang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi biaya-biaya yang dianggap boros, dapat diperkecil ataupun dihilangkan. Itulah
kondisi ideal dari sebuah SCM, meskipun kenyataannya tidaklah seindah konsep yang ditawarkan.
Akan tetapi, setidaknya manusia dapat mengusahakan agar hasil kerja SCM mendekati
kondisi idealnya dengan menggunakan kegiatan-kegiatan tertentu. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan atau pengelolaan management information system
(MIS) dalam SCM. Salah satu contoh pemanfaatan IT/MIS yang saat ini paling mudah untuk
dijumpai pada perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan besar dengan pasar yang luas adalah
Enterprise Resource Planning (ERP).
ERP merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan
menyediakan informasi secara real-time. Alasan utama hadirnya konsep ERP adalah karena secara
umum perusahaan ingin mengintegrasikan sistem, divisi, ataupun departemen yang terpisah
sebagai satu kesatuan. ERP memungkinkan perusahaan untuk menggabungkan sumber data yang
terpisah ke dalam satu database. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan untuk membuat laporan
dari data yang bersumber dari berbagai departemen. Namun untuk menerapkan ERP, perlu biaya
yang cukup tinggi sehingga harus benar-benar menjalankan prosesnya secara benar.
ERP pada dasarnya memerlukan bantuan perangkat lunak khusus yang dinamakan SAP
(System Application and Product in data processingatau biasa disebut juga sebagai System Anaysis
and Program Development). SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai
kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu perusahaan dan tiap aplikasi
bekerja secara berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menggunakan SAP dan ERP, suatu perusahaan dapat dengan mudah memperkirakan
berapa lama suatu pasokan bahan baku akan habis dan dibutuhkan kembali, mengetahui jumlah
produksi yang dapat dilakukan dengan performa perusahaan saat ini, menghitung keperluan bahan

15
baku yang kurang, dan berbagai hal lainnya secara real-time karena terhubung langsung dengan
database perusahaan. Hal ini mungkin untuk dilakukan, karena SAP memiliki algoritma yang unik.
Untuk contoh kasus penerapan ERP ini adalah pada perusahaanNueske’s Applewood
Smoked Meats, sebuah perusahaan spesialis penyuplai daging asap, sosis, dan ayam di Wisconsin,
Amerika Serikat sejak tahun 1933. Berdasarkan video yang diunggah oleh Aptean, sebuah
perusahaan penyedia jasa perangkat lunak perusahaan (termasuk SAP), pada situs jejaring sosial
Youtube, digambarkan bagaimana perubahan positif yang terjadi ketika ERP mulai
diimplementasikan pada perusahaan itu.
Pada video yang diunggah pada tanggal 22 April 2014 tersebut, Glenn Gazzolo, Chief
Operating Officer dari Nueske’s mengakui bahwa sebelum periode 2010-2011 semua yang terjadi
benar-benar sedikit berbeda dari apa yang telah terjadi sekarang. Ia berkata bahwa hal-hal seperti
berapa besar biaya produksi suatu produk, atau bagaimana yang harus dilakukan dalam setahun ke
depan, dapat memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan hanya untuk sekadar
menyusun suatu rencana yang tepat. “Itu sangat lambat dan banyak duplikasi dalam pekerjaan
kami”, ujarnya.
Namun setelah implementasi ERP, ia mengakui semuanya menjadi lebih cepat. “Bahkan
hanya dengan menekan satu tombol, kami sudah dapat menemukan sebuah jawaban yang tepat”,
tukas Glenn. Hal semacam ini menurutnya sangatlah efisien dan memberikan ruang bagi Nueske’s
untuk mengembangkan bisnisnya.
Menurut Andy Pietsch, Manajer Operasional Nueske’s juga mengatakan bahwa sebelum
implementasi ERP dilakukan, semua data-data harus dikumpulkan secara manual seperti
kebanyakan perusahaan yang bergantung pada berlembar-lembar spreadsheet Excel dan menjaga
agar data tersebut tetap valid. Ia juga menambahkan bahwa, pada lingkungan kerja Nueske’s yang
bersuhu dingin-lembab dan memprioritaskan keamanan makanan yang tinggi, pengukuran untuk
kebanyakan data ini (pada bahan baku) sangat sulit untuk dilakukan secara akurat. “... dan kegiatan
pelaporan data menjadi sangat rapi juga lancar, karena kami telah memiliki database”, ujarnya.
Berdasarkan contoh yang saya berikan, ERP memang dapat meningkatkan efisiensi sebuah
perusahaan, apabila dilakukan dengan tepat dan didukung oleh semua pihak. Sekali lagi, hanya
dan akan terjadi, jika dilakukan dengan tepat. Sebab, ada pula perusahaan yang tidak begitu sukses
dalam melakukan penerapan konsep ERP ini. Salah satu contohnya, adalah kasus yang menimpa
Nestlé pada awal tahun 2000-an.

16
Nestlé adalah perusahaan makanan dan minuman multinasional yang berkantor pusat di
Vevey, Switzerland. Produk-produk yang dihasilkan oleh Nestlé meliputi makanan bayi, minuman
botol, sereal sarapan, kopi dan teh, gula, susu, es krim, makanan beku, makanan hewan, dan
cemilan (Bangsa, 2015).
Nestlé dibentuk pada tahun 1905 oleh penggabungan dari Perusahaan Susu Anglo-Swiss,
yang didirikan pada tahun 1866 oleh George Page dan Charles Page bersaudara, dan Farine Lactée
Henri Nestlé, didirikan pada tahun 1866 oleh Henri Nestlé. Perusahaan tumbuh signifikan selama
Perang Dunia I dan Perang Dunia II, memperluas penawarannya di luar produk awalnya, yaitu
susu kental dan produk formula bayi (Bangsa, 2015).
Pada tahun 2000 Nestlé memutuskan untuk memanfaatkan luasnya jaringan dan mulai
menjadi perusahaan raksasa. Untuk mewujudkan hal tersebut, perusahaan menandatangani kontrak
dengan SAP senilai 200 juta USD untuk membangun sebuah sistem ERP untuk 230.000
karyawannya di dalam 80 negara di seluruh dunia (Olson, 2004, dalam Bangsa, 2015). Kemudian,
Nestlé juga menyerahkan tambahan 80 juta USD yang dihabiskan untuk konsultasi, pemeliharaan,
dan upgrade (Konicki, 2000, dalam Bangsa, 2015). Para eksekutif di Nestlé menyadari bahwa
perusahaan membutuhkan untuk standarisasi proses bisnisnya jika ingin perusahaannya lebih
kompetitif. Peluncuran telah dijadwalkan untuk mengambil tiga tahun untuk situs terbesar Nestlé
(Bangsa, 2015).
Pada tahun 1997, Nestlé USA memulai proyek ERP yang dikenal sebagai BEST (Business
Excellence Through Systems Technology) (Worthen, 2002). Proyek tersebut dijadwalkan untuk
berjalan selama 6 tahun yang berakhir pada kuarter pertama di tahun 2003. Proyek ini telah
dianggarkan lebih dari 200 juta USD dan akan mengimplementasikan 5 modul SAP, yaitu
pembelian, finansial, penjualan dan pendistribusian, akun pembayaran, dan akun penerimaan
(Worthen, 2002).
Tujuan dari implementasi ini adalah sama seperti cabang sebelumnya, yaitu untuk
penggabungan. Dalam kasus ini, ERP merupakan bagian dari visi Chairman Nestlé USA dan CEO
Joe Weller yang dimaksud sebagai “One Nestlé” yang akan bertanggung jawab untuk perubahan
merek yang terpisah ke dalam satu perusahaan yang sangat terintegrasi (Worthen, 2002). Sebelum
tahap implementasi, Nestlé USA mempunyai Sembilan buku besar dan 28 poin catatan pelanggan
(Worthen, 2002). Tujuan proyek ERP ini untuk membawa hal tersebut menjadi satu bagian.
Istilah “Implementasi ERP” bisa menjadi mimpi buruk jika proses tersebut gagal.

17
Kegagalan tersebut dapat berakibat buruk bagi bisnis mereka, baik vendor maupun perusahaan.
Oleh karena itu Vendor, seperti SAP berusaha untuk bekerja dengan teliti untuk mempertaruhkan
reputasi mereka untuk dapat mencapai kesuksesan dalam implementasi. Beruntung bagi
perusahaan yang mempertimbangkan implementasi ERP berdasarkan kepada apa telah dilakukan
pada perusahaan lain sehingga bisa mempelajari keberhasilan dan kegagalan implementasi
(Bangsa, 2015).
Salah satu faktor kunci dari kesuksesan implementasi adalah jangan mencoba untuk membuat
produk sama persis seperti idealnya dengan yang ingin dikerjakan atau dari sisi lain yang
menganggap bahwa orang benar-benar akan mengubah prosesnya untuk memenuhi permintaan.
Pertama, memerlukan waktu bertahun-tahun dan biaya yang dikeluarkan dan kedua, akan menemui
hambatan besar (Adshead, 2002).
Kendala terakhir untuk dihindari dalam implementasi ERP adalah tidak untuk meremehkan
pentingnya pelatihan. Hal ini tidak umum ketika usirseperti karyawan menerima pelatihan
beberapa hari pada sistem baru dan kemudian tidak melihat sistem lagi untuk beberapa bulan. User
membutuhkan pelatihan yang dalam dan harus dilibatkan dengan pengujian sistem jika
memungkinkan untuk dilakukan (Adshead, 2002).
Sayangnya untuk Nestlé USA, mereka tidak memperhatikan kegagalan dari yang lainnya.
Sepanjang implementasi, Nestlé USA membuat kesalahan besar yang hampir menghancurkan
proyek tersebut. Ketika proyek dimulai, satu tim dari 50 top eksekutif dan 10 senior profesional IT
telah berkumpul untuk mengembangkan kumpulan best practices untuk semua divisi Nestlé USA.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan best practices ini untuk semua fungsi dari organisasi.
Setiap fungsi dari manufaktur sampai penjualan nantinya akan dipaksa untuk meninggalkan
pendekatan lama mereka dan menerapkan best practice baru yang sudah dikembangkan. Secara
bersamaan, tim teknis dituduh karena melaksanakan implementasi struktur data umum di seluruh
perusahaan (Worthen, 2002).
Pada saat awal 2000, implementasi telah berubah menjadi bencana. Karyawan banyak yang
tidak mengerti bagaimana menggunakan sistem baru dan hanya sedikit yang bersedia untuk
membantu meluruskan kekacauan yang telah dikembangkan (Worthen, 2002).

18
3.1 Masalah implementasi Nestlé USA tidak sampai pada isu karyawan.
Kesulitan teknis mulai muncul juga pada saat peluncuran sistem. Dalam rangka untuk
menghadapi Y2K−Year 2 Kilo;sebuah istilah yang merujuk kepada kekacauan akibat kesalahan
perhitungan komputer pada tahun baru 2000−, tim proyek telah mengabaikan titik integrasi di
antara banyak modul aplikasi SAP yang dikembangkan. Ini berarti bahwa modul yang berbeda
tidak dapat berhubungan dengan yang lain (tidak terintegrasi). Jadi ketika tenaga penjual
memberikan diskon kepada pelanggan dan memasukkan ke dalam sistem, bagian akun piutang dari
sistem tidak tahu tentang diskon tersebut. Hasilnya adalah pelanggan membayar tagihannya tetapi
faktur yang muncul seolah-olah itu hanya sebagian yang dibayar. Pada saat Juni 2000, Nestlé USA
dipaksa untuk berhenti untuk peluncurannya dan manajer proyek dihapus dari proyek dan
dipindahkan ke Swiss (Worthen, 2002).
Berdasarkan uraian dari contoh kasus Nestlé di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
implementasi ERP suatu perusahaan tidak sama dengan implementasi yang pernah dihadapi oleh
perusahaan lainnya. Meskipun ada berita buruk yang didengar atas implementasi ERP dan hal yang
terkait dengan ERP, tetap terdapat kemungkinan untuk meraih kesuksesan dalam menerapkan
ERP. Seperti yang dirasakan oleh Nueske’s Applewood Smoked Meats.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan
makalah “ERP ” penulis menyimpulkan bahwa ERP merupakan suatu sistem sangat bagus dan
komplek dan tidak semua perusahaan dapat memkainnya, karena di lihat dari segi nilai jual.
Dengan adanya ERP, manajemen bisa melakukan analisa terhadap perusahaan untuk mengetahui
tren dan perkembangan di perusahaan sehingga dapat melakukan pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih
banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Referensi:
Bangsa, Bentar Dwika Putra. 2015. Faktor Sukses Implementasi Enterprise Resource Planning
(Studi Kasus : Implementasi ERP di Nestlé). Makalah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Worthen, Ben. 2002. Nestlé's Enterprise Resource Planning (ERP) Odyssey. Daring, dalam
(https://goo.gl/GidcmC), diakses Selasa, 4 Oktober 2016.

20

Anda mungkin juga menyukai