Disusun oleh :
Abstraksi
Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) sekarang ini sudah menjadi hal yang
esensial bagi suatu perusahaan yang ingin terus bertahan di tengah lingkungan persaingan
bisnis yang kuat. ERP mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang ada pada perusahaan
menjadi satu sehingga dapat dilakukan control yang menyeluruh terhadap proses bisnis
perusahaan. Selain itu, akses terhadap informasi yang berguna untuk mendukung pengambilan
keputusan oleh manajemen menjadi lebih mudah dilakukan. Akan tetapi, implementasi ERP
pada suatu perusahaan tidak akan berjalan mulus tanpa mengetahui factor-faktor penentu
keberhasilan (critical success factor) pengimplementasian ERP. Pada paper ini membahas
critical success factor (CSR) untuk pengimplementasian ERP yang didapatkan melalui studi
literature yang didapatkan dari internet. Dengan adanya paper ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan bagi organisasi atau perusahaan yang akan mengimplementasikan
ERP pada proses bisnisnya.
Kata kunci : enterprise resource planning (ERP), critical success factors (CSF)
1. Pendahuluan
Untuk bertahan di dunia bisnis yang sangat kompetitif, diperlukan peningkatan proses bisnis
pada perusahaan. Untuk meningkatkan performansi dari proses bisnis perusahaan dibutuhkan
suatu pendekatan atau cara untuk meraihnya. Satu pendekatan yang terbukti dapat meningkatkan
proses bisnis pada perusahaan adalah pengimplementasian teknologi informasi (Information
Technology). Namun, implementasi IT tidak bisa langsung dilaksanakan tanpa ada perubahan
yang menyeluruh pada proses bisnis perusahaan. Business process reengineering (BPR)
merupakan metode yang digunakan untuk merubah atau mendesain ulang keseluruhan proses
bisnis perusahaan secara radikal. Setelah dilakukan desain ulang terhadap proses bisnis
perusahaan, maka pengimplementasian IT bisa dilakukan pada perusahaan.
Pengimplementasian IT pada perusahaan khususnya perusahaan dengan skala besar
cenderung untuk menggunakan paket sistem yang ditawarkan oleh vendor. Paket sistem ini
dinamakan Enterprise Resource Planning (ERP). Sistem ERP ini sudah mencakup keseluruhan
proses bisnis dari organisasi sehingga akan memberikan mamfaat yang besar bagi organisasi.
Namun, pengimplementasian ERP ini tidak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor-faktor
yang harus diketahui dan diperhatikan dengan cermat oleh organisasi yang akan
mengimplementasikan sistem ERP supaya usaha yang dilakukan dapat berhasil sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Teori
2.1 Definisi Enterprise Resource Planning (ERP)
Pada definisi dasarnya, ERP adalah sistem informasi perusahaan yang terintegrasi dan
mengontrol semua proses bisnis di keseluruhan organisasi. Menurut Nah dan Lau, ERP adalah
suatu paket sistem perangkat lunak bisnis yang memungkinkan perusahaan mengelola secara
efisien dan efektif menggunakan sumber daya (material, sumber daya manusia, finansial, dll)
dengan menyediakan solusi total yang terintegrasi untuk kebutuhan pemrosesan informasi
organisasi. Fasilitas perangkat lunak ini, jika diimplementasikan dengan baik, integrasi dari
semua informasi fungsional mengalir sepanjang organisasi menjadi sebuah paket tunggal
dengan database yang umum. Oleh karena itu, hal ini memberikan kemudahan dan akses
langsung ke informasi yang berhubungan dengan inventori, produk atau data konsumen,
infomasi sejarah terdahulu. [3]
Sistem ERP mengotomatisasi dan mengintegrasikan inti fungsionalitas dari organisasi.
ERP memfasilitasi aliran informasi antara fungsi-fungsi yang berbeda dari perusahaan, dan
juga mengizinkan berbagi informasi di seluruh unit organisasi dan lokasi geografis.[4]
ERP awalnya meliputi semua transaksi rutin dalam sebuah organisasi saja. Namun,
kemudian diperluas mencakup konsumen eksternal dan pemasok. Nah and Lau menyatakan
sebagian besar sistem ERP sekarang ini memiliki fungsi dan kemampuan untuk memfasilitasi
arus informasi di seluruh proses bisnis internal dan eksternal. Lebih jauh lagi, sistem ERP
memiliki kemampuan untuk “melampaui dinding perusahaan itu sendiri untuk berhubungan
lebih baik dengan supplier, distributor dan konsumen untuk terlibat di dalam e-business”. [3]
Sekarang ini, banyak organisasi swasta dan publik di seluruh dunia menerapkan sistem
ERP untuk mengganti sistem fungsional yang lama yang tidak lagi kompatibel dengan
lingkungan bisnis modern. Namun, menurut Kroenke, proses perpindahan dari aplikasi
fungsioanl ke sebuah sistem ERP adalah sulit dan menantang. Ditambah lagi, perubahan ke
sistem ERP mahal dan membutuhkan pengembangan prosedur baru, pelatihan dan konversi
data. [3]
Sebuah studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group menunjukkan bahwa hanya 3
(tiga) aplikasi ERP yang dapat diklasifikasikan meraih kesuksesan (Soh, 2000). Sebuah
penelitian baru mengindikasikan bahwa tingkat kegagalan ERP mungkin lebih dari 50 persen :
40 persen dari semua instalasi ERP mencapai hanya sebagian implementasi dan 20 persen dari
usaha pengadopsian ERP mengalami kegagalan total (Trunick, 1999, Escelle, 1999). Ptak dan
Schragenheim (1999) juga melaporkan bahwa antara 60 dan 90 persen implementasi ERP
tidak mencapai return of investment (ROI) yang diidentifikasi pada fase penyetujuan proyek.
[4]
Terlepas dari masalah-masalah yang diidentifikasi pada pengimplementasian ERP, jumlah
perusahaan yang memilih untuk sistem ERP akan tumbuh terus dalam 3 arah : (1) vendor ERP
akan mengintegrasikan solusi mereka mendukung e-business dan workflow-management; (2)
aplikasi ERP akan diupgrade ke tempat fungsional tambahan (CRM, SCM, APS); dan (3)
solusi ERP akan disederhanakan dengan target ratusan dan ribuan perusahaan menengah dan
kecil. [4]
Dalam kaitannya dengan mamfaat yang ditawarkan oleh sistem ERP, banyak perusahaan
mempertimbangkannya sebagai infrastruktur sistem informasi yang esensial untuk dunia
busnis yang kompetitif sekarang ini dan menyediakan dasar untuk pertumbuhan di masa
datang. Sebuah survey atas 800 perusahaan top di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
sistem ERP diperhitungkan atas 43% dari dana aplikasi perusahaan (Somer & Nelson, 2001).
Penetrasi pasar dari sistem ERP bervariasi dari industri ke industri. Sebuah laporan dari
Computer Economics Inc. menyatakan bahwa 76% dari perusahaan manufaktur, 35% dari
perusahaan asuransi dan kesehatan dan 24% dari agensi pemerintah federal telah mempunyai
sistem ERP atau sedang berada pada proses (Stedman, 1999). ARC Advisory Group (2006)
memperkirakan bahwa pasar sistem ERP dunia $16.67 miliar pada 2005 dan diperkirakan
melebihi $21 miliar pada 2010. [6]
Terus meningkatnya karena sifat integratif dari sistem ERP dan kemampuannya untuk
memasukkan praktik “bisnis terbaik” banyak perusahaan besar menggunakan sistem ini untuk
mendukung ekspansi internasional. Sistem dapat memfasilitasi kendali dan koordinasi dari
berbagai operasi internasional secara real time. Koordinasi dan kendali dapat terjadi melalui
implementasi dari praktik bisnis terstandarisasi, tidak bergantung lokasi, waktu dan mata uang
(Bingi , 1999; Madapusi and D’Souza, 2005). Texas instruments dengan 13,000 pengguna di
seluruh dunia, 45,000 produk dan 120,000 pesanan per bulan mengimplementasikan sebuah
sistem ERP untuk mendukung operasi mereka. Sistem tersebut membolehkan perusahaan
untuk menstandarisasi proses bisnis perusahaan, meningkatkan efisiensi rantai persediaan dan
meraih waktu respon kurang dari 3 (Sarkis and Sundarraj, 2003). Di regional Australia
perusahaan seperti BHP Billiton, Fonterra, Monash University, Carter Holt Harvey, Bluescope
Steel dan National Australia Bank menggunakan sistem ERP untuk mendukung operasi global
mereka. [6]
3.1.2 Stakeholder
Perubahan organisasi beresiko, tetapi resiko dapat dikurangi dengan menunjuk orang
yang tepat di tim (Champy, 1997), dan untuk mengidentifikasi stakeholder yang penting dan
menemukan kebutuhan mereka (Kotonya dan Sommerville, 1997). Seberapa baik sebuah SI
berjalan pada perusahaan bergantung pada keterlibatan user pada proses pengembangannya
(Cherry dan Macredie, 1999). Sukses dari keterlibatan ini bergantung pada seberapa baik
orang bekerja dan berkomunikasi serta jarak komunikasi ada (Saiedian and Dale 2000).
Menurut Champy (1997) stakeholder organisasi memiliki dua kebutuhan selama perubahan
organisasi : kepercayaan pada menajemen dan pengetahuan tentang arti dari perubahan.
Komitmen dari puncak adalah krusial jika proyek berpengaruh pada sebagian besar dari
organisasi (Milis dan Mercken, 2002). Sponsor yang kuat dibutuhkan bahkan sebelum proyek
diluncurkan untuk memprakarsai dan mengumpan sumber daya (Poon dan Wagner, 200).
Menurut Proccacino (2001) sponsor yang terikat itu penting, tetapi kepercayaan pada
manajemen bahkan lebih penting. [1]
3. Analisis Permasalahan
Implementasi ERP pada perusahaan tidak selalu berjalan dengan mulus. Ada banyak hal yang
mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi ERP pada suatu perusahaan atau organsiasi.
Hal ini juga bergantung pada keadaan masing-masing organsiasi karena organisaasi berbeda satu
sama lain. Sehingga sangat perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keberhasilan dari implementasi ERP pada perusahaan. Faktor-faktor ini didapat dari pengalaman
pengimplementasian ERP sebelumnya. Untuk itu perlu diadakan pengidentifikasian faktor-faktor
penting penentu keberhasilan implementasi ERP.
4. Usulan Solusi
Dari permasalahan di atas, maka pada paper ini akan dilakukan pengidentifikasian terhadap
critical success factor (CSF) dalam pengimplementasian ERP berdasarkan literatur-literatur dari
berbagai sumber. Literatur ini berupa paper akademik dari jurnal internasional yang didapatkan
melalui proses pencarian di internet.
5. Implementasi
Critical Succes Factors (CSF) digunakan secara luas di bidang sistem informasi. CSF dapat
difahami sebagai beberapa area kunci dimana sesuatu harus berjalan dengan benar pada
pengimplementasiannya untuk mencapai keberhasilan. Studi sebelumnya mengidentifikasikan
berbagai macam CSF untuk implementasi ERP, antara faktor yang berhubungan dengan konteks
yang secara konstan muncul. Berikut ini adalah CSF yang umum diketahui yang didapatkan dari
beberapa literatur yang diidentifikasi oleh beberapa peneliti dan relevan bagi kesuksesn
pengimplementasian proyek ERP.
d) Technological infrastructure
Infrastruktur IT yang memadai, hardware dan jaringan sangat penting untuk keberhasilan
sistem ERP. Jelas bahwa implementasi ERP melibatkan transisi yang kompleks dari sistem
informasi warisan dan proses bisnis untuk sebuah infrastruktur IT yang terintegrasi dan bisnis
proses yang umum pada keseluruhan organisasi. Pemilihan hardware didorong oleh pilihan
perusahaan atas sebuah paket perangkat lunak ERP. Vendor perangkat lunak ERP secara
umum mensertifikasi hardware mana (konfigurasi hardware) yang harus digunakan untuk
menjalankan sistem ERP. Faktor ini telah dipertimbangkan secara kritis oleh praktisi, begitu
juga dengan para peneliti. [2]
e) Change management
Manajemen perubahan merupakan perhatian utama banyak perusahaan yang terlibat
dalam proyek pengimplementasian ERP. Banyak implementasi ERP yang gagal mencapai
keuntungan yang diharapkan, kemungkinan karena perusahaan meremehkan usaha yang
terlibat dalam manajemen perubahan.mengidentifikasi perubahan organisasi merupakan
tubuh dari pengetahuan yang digunakan untuk memastikan bahwa perubahan yang kompleks,
seperti itu terkait dengan sebuah sistem informasi besar yang baru, dapatkan hasil yang tepat,
pada waktu yang tepat dan biaya yang tepat pula. Secara umum, satu dari kendala utama yang
dihadapi implementasi ERP adalah perlawanan terhadap perubahan. Perlawanan atas
perubahan merupakan salah satu hambatan yang dihadapi oleh sebagian besar perusahaan.
Resistensi dapat merusak karena dapat menimbulkan konflik antar actor, itu sangat bisa
memakan waktu. Untuk menerapkan sistem ERP yang berhasil, cara organisasi melakukan
bisnis perlu dirubah dan cara-cara orang melakukan pekerjaan harus berubah juga. Metodolgi
improvisasi perubahan yang berulang sebagai sebuah teknik yang berguna untuk identifikasi,
pengelolaan dan melacak perubahan dalam penerapan sebuah sistem ERP. Manajemen
perubahan adalah penting dan salah satu CSF yang diidentifikasi pada literature. Sangat
penting untuk keberhasilan implementasi proyek dimulai dari fase permulaan dan berlanjtu
sepanjang siklus hidup. [2]
f) Management of Risk
Setiap proyek penerapan IT membawa unsur-unsur penting resiko, maka ada
kemungkinan bahwa perkembangan akan menyimpang di beberapa titik dalam siklus hidup
proyek. Resiko proyek pengimplementasian ERP digambarkan sebagai ketidakpastian,
kecenderungan atau kerentanan yang dapat menyebabkan proyek menyimpang dari rencana
yang ditetapkan. Manajemen resiko merupakan kompetensi untuk menangani krisis yang
tidak terduga dan penyimpangan dari rencana. Pelaksanaan proyek sistem ERP dicirikan
sebagai kegiatan yang kompleks dan melibatkan kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan. Oleh karena itu, manajemen resiko untuk meminimalisasi dampak insiden yang
tidak direncanakan pada proyek dengan identifikasi dan pengalamatan resiko potensial
sebelum konsekuensi yang signifikan terjadi. Telah dipahami bahwa resiko kegagalan proyek
secara substansial berkurang jika mengikuti strategi manajemen resiko yang tepat. [2]
g) Top Management Support
Dukungan manajemen atas telah secara konsisten diidentifikasi sebagai faktor sukses
yang terpenting dan krusial pada proyek pengimplementasian sistem ERP. Manajemen atas
menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan dan kewenangan atau kekuatan untuk
keberhasilan proyek. Dukungan manajemen atas pada pengimplementasian ERP memiliki dua
aspek utama : (1) menyediakan kepemimpinan; dan (2) menyediakan sumberdaya yang
dibutuhkan. Untuk mengimplementasikan sistem ERP yang berhasil, manajemen sebaiknya
memantau kemajuan implementasi dan menyediakan arah yang jelas terhadap proyek. Mereka
harus bersedia untuk memungkinkan adanya perubahan cara berpikir dengan menerima
bahwa banyak belajar harus dilakukan pada semua lever, termasuk mereka sendiri. [2]
h) Effective Communication
Komunikasi merupakan salah satu tugas yang menantang dan sulit pada proyek
implementasi ERP. Hal ini dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan bagi penerapan
sistem ERP. Hal ini penting untuk menciptakan suatu pemahaman, suatu persetujuan atas
penerapan dan berbagi informasi antara tim proyek dan mengkomunikasikan ke seluruh
organisasi hasil dan tujuan pada setiap tahapan implementasi. Disamping untuk mendapatkan
persetujuan dan penerimaan user, komunikasi akan memungkinkan implementasi untuk
memulai penerimaan akhir yang dibutuhkan. Komunikasi harus dimulai lebih awal pada
proyek implementasi ERP dan dapat bisa juga termasuk tinjauan atas sistem dan alas an untuk
impementasi itu konsisten dan berkesinambungan. [2]
j) User Involvement
Keterlibatan user mengacu pada keadaan psikologis individu dan didefinisikan sebagai
pentingnya dan relevansi sistem terhadap user. partisipasi pengguna dalam pelaksanaan
proses. Hal ini juga didefinisikan sebagai partisipasi user dalam pelaksanaan proses. Ada dua
area untuk keterlibatan user ketika perusahaan memutuskan untuk menerapkan sistem ERP :
(1) keterlibatan user dalam tahap definisi kebutuhan perusahaan terhadap sistem ERP dan (2)
partisipasi user pada implementasi sistem ERP. Fungsi dari ERP bergantung kepada user
untuk menggunakan sistem setelah sistemnya aktif, tetapi user juga merupakan faktor penting
pada implementasi. [2]
k) Use of consultants
Karena kompleksitas penerapan sistem ERP, hal ini memerlukan penggunaan ahli baik
internal maupun eksternal yang berpengatahuan luas tentang instalasi dan software. Banyak
perusahaan lebih suka atau harus memiliki konsultan eksternal untuk melakukan
implementasi ERP. Terungkap dalam riset mengenai implementasi bahwa konsultan bisa saja
terlibat pada tahapan yang berbeda pada proyek implementasi ERP. Jelasnya, hal ini
merupakan faktor penentu keberhasilan dan harus dikelola dan dipantau dengan sangat teliti.
[2]
m) Culture
Budaya memiliki pengaruh yang substansial dan jelas pada organisasi, kelakuan
organisasi dan manajemen organisasi. Banyak kesulitan yang dihadapi ketika
mengimplementasi dan menggunakan teknologi dari barat, manajemen proses, metode sistem
informasi dan teknik sistem informasi pada negara-negara berkembang. Pada konteks ini
masih bisa diperdebatkan bahwa perbedaan cultural akan berarti bahwa faktor penting pada
suatu budaya bisa jadi kurang penting pada budaya lainnya dan sebaliknya.[5]
Budaya adalah sekumpulan keyakinan bersama dalam suatu Negara atau komunitas
dimana seseorang tinggal. Budaya dipelajari, tidak bisa diturunkan. Ini mencerminkan
kemampuan manusia untuk merasakan, berkomunikasi dan belajar. Jika kita setuju bahwa
budaya dipelajari, maka itu akan mempengaruhi kelakuan pada organisasi dan pada tingkat
individu. Oleh karena itu, budaya memaksakan aturan, nilai dan praktik pada masyarakat.
Pada tingkat kebudayaan, Hofstede berpendapat bahwa terdapat 4 (empat) elemen yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara satu Negara dengan Negara lainnya. [5]
Jarak kekuasaan – digunakan untuk mengindikasikan hubungan ketergantungan
di Negara tertentu. Sebagai contoh : Australia memiliki jarak kekuasaan yang
rendah dengan struktur organisasi yang datar dan kewenangan terpusat yang
rendah. China lebih hirarkis dan jarak kekuasaan yang besar dan kewenangan
lebih terpusat.
Individualis dan kolektivitas – kolektivitas berkaitan dengan kepentingan
kelompok dari pada kepentingan individu. Sebagai contoh : orang Australia
cenderung individualis, sementara orang China kolektif social.
Penghindaran ketidakpastian – sejauh mana anggota-anggota suatu budaya
merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu atau tidak diketahui. Sebagai
contoh : Australia menunjukkan penghindaran ketidakpastian yang rendah dan
secara umum menerima pengambilan resiko sebagai bagian yang utuh dari
kehidupan bisnis. China cenderung memiliki penghindaran ketidakpastian yang
tinggi sehingga aka nada kecemasan mengenai situasi tidak menentu dan resiko
yang tidak diketahui. Ketepatan menjadi sangat penting.
Maskulinitas dan femininitas – sejauh mana kekuasaan digunakan dan dianggap
di masyarakat. Pada masyarakat yang lebih feminine seperti China, manajer
secara umum menggunakan intuisi lebih banyak daripada berpikir lagis untuk
menyelesaikan masalah. Pada masyarakat yang yang cenderung maskulin seperti
Australia, manajer lebih agresif. Besar dilihat seperti kecantikan. Uang dan
rasionalitas mendominasi. [5]
6. Kesimpulan
Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang sangat kompetitif, suatu organisasi
sebaiknya mengimplementasikan ERP untuk mendapatkan peningkatan performansi dari proses
bisnisnya. Dengan ERP, organisasi akan terintegrasi secara menyeluruh sehingga akan
memudahkan pengendalian dan ketersediaan informasi yang real-time akan mempercepat proses
pengambilan keputusan.
Setelah dilakukan studi terhadap literatur-literatur yang didapatkan di internet, maka
didapatkan faktor-faktor penting yang mendukung kesuksesan atau critical success factor (CSF)
pengimplementasian ERP pada suatu perusahaan atau organisasi.
Daftar Pustaka
[ 1 ] Aggestam, L., Soderstrom, E., Managing Critical Success Factors In a B2B Setting,
IADIS International Journal : ISSN: 1645 – 7641
http://www.iadis.org/ijwi/files/vol4_issue1/8_Aggestam.pdf diakses terakhir pada tanggal 12
Desember 2009.
[2] Bhatti, T. R., Critical Success Factors For The Implementation Of Enterprise Resource
Planning (erp): Empirical Validation, The Second International Conference on
Innovation in Information Technology (IIT’05) http://www.it-
innovations.ae/iit005/proceedings/articles/F_4_IIT05_Bhatti.pdf diakses terakhir pada
tanggal 12 Desember 2009.
[3] Al-Fawwaz, K., Al-Salti, Z. dan Eldabi, T., Critical Success Factors In ERP
Implementation: A Review, European and Mediterranean Conference on Information
Systems 2008 http://www.iseing.org/emcis/EMCIS2008/Proceedings/Refereed
%20Papers/Contributions/C%2064/Camera%20Ready%20Copy.pdf diakses terakhir pada
tanggal 12 Desember 2009.
[4] Vuksic, V. B., Spremic, M., ERP System Implementation and Business Process Change :
Case Study Of a Pharmaceutical Company, Journal of Computing and Information.
Technology-CIT http://web.efzg.hr/dok/INF/Spremic/ERP-PLIVA-Case-Study-FINAL.pdf
Diakses terakhir pada tanggal 12 Desember 2009.
[5] Shanks, G., Parr, A., Hu, B., Corbitt, B., Thanasankit, T., dan Seddon, P., Differences in
Critical Success Factors in ERP Systems Implementation in Australia and China: A
Cultural Analysis. http://is2.lse.ac.uk/asp/aspecis/20000073.pdf diakses terakhir pada
tanggal 12 Desember 2009.
[6] Hawking, P., Implementing ERP Systems Globally: Challenges and Lessons Learned for
Asian Countries, Journal of Business Systems, Governance and Ethics.
http://www.jbsge.vu.edu.au/issues/vol02no1/Hawking.pdf diakses terakhir pada tanggal 12
Desember.