Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM BENDA

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI


TUGAS : HUKUM BISNIS

DOSEN PEMBIMBING :
ANDI MUHAMMAD FUAD RAMADHAN BASRU, M.Acc

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. MUH. AFDAL M ( BICI22102 )


2. NAFYATUL REZKI TRIDITYA ( B1C122105 )
3. NUUR LATHIFAH JURAIDDIN ( B1C122110 )
4. SRI INTAN JULIANI ( B1C122118 )
5. AHMAD SAITULLAH ( B1C122129 )
6. ANISAH ALIFAH ALFIYYAH RUKMANA ( B1C122136 )
7. ANNISA NURFADHILLAH ( B1C122138 )
8.IMELDA NUR AZARAH (B1C121134 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena.atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga kami masih diberi, kesehatan kekuatan serta nikmat yang begitu
besar, Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini meskipun kami sadar bahwa
masil banyak terapat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi

Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Hukum Bisnis
bapak ANDI MUHAMMAD FUAD RAMADHAN BASRU, M.Accyang telah membimbing
kami, agar tugas ini dapat terselesaikan dengan cepat. Kami juga banyak mengucapkan
terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telab memberi motivasi kepada kami
agar kami juga dapat menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui pengetahuan tentang potensi dan
mitigasi bencana dilaut.Walaupun makalah ini masih memiliki kekurangan, kami mohon
saran dan kritiknya. Terima kasih

Kendari, 13 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Pengertian Benda dan Hukum Benda...............................................................................4
2.2 Macam-macam Benda......................................................................................................4
2.3 Cara Memperoleh Hak Kebendaan..................................................................................5
2.4 Cara Penyerahan atau Pengalihan Kebendaan.................................................................9
2.5 Piutang Yang di Istimewakan........................................................................................10
2.6 Hak Reklame ( Reclaim )...............................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum perdata Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah danlarangan
yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki
padasubyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum
privatatau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum
tatanegara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha
negara),kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara
penduduk atauwarga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan,
perceraian,kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang
bersifat perdatalainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga
mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu system
hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau
negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum
Eropakontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum
lainnya.Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.

Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku diIndonesia
tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenaldengan
BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan
Belanda) berdasarkan azas konkordansi.

Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda,BW diberlakukan mulai1859.
Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancisdengan
beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiridari
empat bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga,
yaituhukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum.
Antaralain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
diundangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

1
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hakdan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain
hak-hakkebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda
berwujudyang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii)
benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai
benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau
piutang).Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak
berlakudengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian
mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU tentanghak tanggungan.

Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu
hukumyang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan,
antara laintentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari
(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat
dan tata cara pembuatansuatu perjanjian.Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-
undang hukum dagang (KUHD) juga dipakaisebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan
KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakanKUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer.Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek
hukum(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam
hukum perdatadan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa inti permasalahan,
antaralain :

 Apakah pengertian Benda dan Hukum Benda ? 


 Apa Saja Macam-macam Benda?
 Cara Memperoleh Hak Kebendaan
 Cara Penyerahan atau Pengakihan Hak
 Piutang yang di Istimewakan
 Hak Reklame

1.3 Tujuan Makalah


Penulisan makalah dimaksudkan untuk memberikan informasi secara konferhensif kepada
pembaca tentang Hukum Benda. Sehingga para generasi muda atau pembaca dapat
mengetahui apa-apa saja Hukum Benda yang berada di Indonesia

2
1.4 Manfaat Penulisan
 Agar pembaca dapat memperoleh tambahan wawasan ilmu yang berguna untuk
hukum benda.
 Agar pembaca dapat memperoleh tambahan referensi , informasi, dan pengetahuan
hukum benda.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Benda dan HukumBenda


Benda adalah segala obyek hukum yang dapat dihaki oleh subyek hukum yakni orangatau
badan hukum. Benda berarti semua barang yang dapat menjadi alat atau hasil manusia, yaitu
semua barang, hewan dan hak-hak yang dapat dimilliki oleh orang atau badan
hukum.Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa barang
dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain – lain.Namun pengertian
benda yang dimaksud oleh KUHPerdata adalah benda berwujud seperti kendaraan bermotor,
tanah, dan lain – lain. Sedangkan benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, tidak diatur
oleh KUHPerdata, melainkan diatur dalam undang – undang tersendiri, yaitu Undang –
Undang Perlindungan HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Hukum benda adalah terjemahann dari istilah bahasa Belanda, yaitu “zakenrecht”.
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum
yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak – hak atas benda. Adapun
menurut Prof. L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan adalah peraturan mengenai hak – hak
kebendaan. Menurut Prof. sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam Hukum Benda,
ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-macam
benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak
kebendaan. Jadi hukum benda adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai
hak - hak kebendaan yang sifatnya mutlak.

2.2 Macam-macam Benda


Benda tetap Undang – undang membagi benda dalam beberapa macam, yaitu :

 Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor
kuda)
 Benda yang dapat diperdagangkan(praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan
yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan – jalan dan
lapangan umum)
 Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda)
 Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah)

Dari pembagian macam-macam benda yang telah disebutkan diatas, yang paling penting
adalah pemabgian benda bergerak dan benda tak bergerak, sebab pembagian ini mempunyai
akibat yang sangat penting dalam hukum. Menurut Pasal 540 KUHPerdata, tiap-tiap
kebendaan adalah benda bergerak atau benda tak bergerak:
4

Benda-benda diklasifikasikan sebagai benda tak bergerak, berdasarkan sifatnya, tujuan


pemakaiannya, dan ditentukan undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 506, 507, dan
508 KUH Perdata:

 Benda yang menurut “sifatnya” tak bergerak. Terbagi atas 3 (tiga) macam yaitu
(1) tanah, (2) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan
berakar serta bercabang (seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, yang belum
dipetik dan sebagainya), dan (3) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena
didirikan diatas tanah yaitu karena tertanam dan terpaku seperti bangunan.
 Benda yang menurut “tujuan pemakaiannya” supaya bersatu dengan benda tak
bergerak pada sub 1 seperti: (1) Pada pabrik, segala jenis mesin-mesin, katel-katel
dan alat-alat lain yang dimaksudkan supaya terus-menerus berada disitu untuk
digunakan dalam menjalankan pabrik; (2) Pada suatu perkebunan, segala sesuatu
yang digunakan sebagai rabuk bagi tanah, ikan dalam kolam dan lain-lain; (3)
Pada rumah kediaman, segala kaca, tulisan-tulisan, dan lain-lain serta alat-alat
untuk menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding, sarang
burung yang dapat dimakan (wallet); dan (4) Barang-barang reruntuhan dari suatu
bangunan, apabila dimaksudkan untuk dipakai guna mendirikan lagi bangunan itu.
 Benda menurut “Penetapan Undang-Undang” sebagai benda yang tak bergerak,
seperti (1) Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak
(seperti hak postal, hak hipotek, hak tanggungan, dan sebagainya); (2) Kapal-
kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas. Benda tidak bergerak adalah benda-
benda yang karena sifatnya, tujuan pemakaiannya atau karena penetapan undang-
undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak, misalnya tanah, bangunan, dan
sebagainya.

Benda bergerak, diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, dan ditentukan undang-undang


sebagaimana diatur dalam pasal 509, 510, dan 511 KUH Perdata:

 Benda yang menurut “sifatnya” bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau
dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misalnya kendaraan, alat-alat
perkakas, dan sebagainya.
 Benda yang menurut “Penetapan Undang-Undang” sebagai benda bergerak ialah
segala hak atas benda-benda yang harus dibayar selama hidup seseorang, hak
menuntuk dimuka pengadilan agar uang tunai atau benda-benda bergerak
diserahkan kepada seseorang (penggugat); saham-saham dari perseroan dagang dan
hak terhadap surat-surat berharga lainnya; hak kekayaan intelektual.

2.3 Cara Memperoleh Hak Kebendaan


Hak kebendaan, ialah hak mutlak atas suatu benda di nama hak itu memberikan
kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga. Lebih
5

lanjut, Sri Soedewi Masjchoen Sofwan menyatakan , hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak
mutlak atas suatu benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda
dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga.

Hak kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

 Hak menikmati, seperti hak milik, bezit, hak memungut (pakai) hasil, hak pakai, dan
mendiami.
 Hak memberi jaminan, seperti gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, dan system
resi gudang.

Cara memperoleh hak kebendaan yaitu:

Hak Menikmati :
a ) Hak Bezit

Menurut Subekti, besit ialah suatu keadaan lahir, dimana seseorang menguasai suatu
benda seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa.

Menurut Pasal 538 KUHPerdata bezit atas sesuatu kebendaan diperoleh dengan cara
melakukan perbuatan menarik kebendaan itu dalam kekuasaannya, dengan maksud
mempertahankannya untuk diri sendiri. Menurut Pasal 540 KUHPerdata, cara-cara
memperoleh bezit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

 Dengan jalan occupatio (pengambilan benda) artinya memperoleh bezit tanpa


bantuan dari orang yang mem-bezit lebih dahulu. Jadi bezit diperoleh karena
perbuatannya sendiri mengambil barang secara langsung.
 Dengan jalan tradition (pengoperan) artinya memperoleh bezit dengan bantuan
dari orang yang mem-bezit lebih dahulu. Jadi bezit diperoleh karena penyerahan
dari orang lain yang sudah menguasainya terlebih dahulu.

Disamping kedua cara tesebut, bezit juga dapat diperoleh karena warisan. Menurut Pasal
541 KUHPerdata bahwa segala sesuatu bezit yang merupakan bezit dari seorang yang telah
meninggal dunia beralih kepada ahli warisnya dengan segala sifat dan cacat-
cacadnya.Menurut Pasal 593 KUHPerdata orang yang sakit ingatan tidak dapat memperoleh
bezit, tetapi anak yang belum dewasa dan perempuan yang telah menikah dapat memperoleh
bezit.

b ) Hak milik

Pasal 570 KUHPerdata, menyebutkan, bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati
suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya,
asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang diadakan oleh
6

kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak mengganggu hak orang lain,
kesemu Banya dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu untuk
kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan menurut
ketentuan undang-undang.

Berdasarkan Pasal 584 KUHPerdata, ada 5 cara untuk memperoleh hak milik atas benda,
yaitu :

 Pemilikan/pendakuan (Pasal 585, 586, dan 587 KUHPerdata)


 Perlekatan (Pasal 500 sampai dengan 502 dan Pasal 586 sampai dengan Pasal 609
KUHPerdata)
 Lampau waktu/daluwarsa (Pasal 610 KUHPerdata, lebih lanjut diatur dalam Buku IV
Pasal 1955 jo Pasal 1963 dan Pasal 1967 KKUHPerdata)
 Pewarisan (Pasal 611)
 Penyerahan (levering) (Pasal 612, 613, 616 KUHPerdata (lihat Pasal 1459
KUHPerdata)
c ) Hak memungut (pakai) hasil (vruchtgebruik)

Pasal 756 KUHPerdata, menyebutkan bahwa hak memungut hasil adalah hak kebendaan
untuk mengambil hasil dari barang milik orang lain, seakan-akan dia sendiri pemiliknya,
dengan kewajiban memelihara barang tersebut sebaik-baikinya.Dan menurut Pasal 759
KUHPerdat, hak memungut hasil dapat diperoleh karena undang-undang atau karena
kehendak pemilik.

d ) Hak pakai dan mendiami

Pasal 818 KUHPerdata menentukan hak pakai dan hak mendiami diperoleh dan berakhir
dengan cara yang sama seperti hak pakai hasil Hak pakai sama dengan hak mendiami. Istilah
hak mendiami dipergunakan jika mengenai rumah (Pasal 826 KUHPerdata). Hak mendiami
tidak boleh diserahkan atau disewakan kepada orang lain (Pasal 827 KUHPerdata)

Hak pakai dibedakan antara barang bergerak dan barang tak bergerak.Hak pakai barang
bergerak diatur dalam Buku II KUHPerdata, sedangkan hak pakai barang tak bergerak
(tanah) diatur dalam UUPA (UU No.5 Tahun 1960). Menurut KUHPerdata, hak pakai tidak
termasuk obyek hipotek (lihat Pasal 1164 KUHPerdata), karena hak pakai bukan merupakan
hak kebendaan. Hak pakai adalah hak perorangan dan tidak dapatdialihkan tanpa persetujuan
pemilik.

Hak Memberi Jaminan :


a ) Gadai

Yang diatur didalam bab 20 buku II KUH Perdata. Gadai adalah suatu hak kebendaan
yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
7

oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan
kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
daripada orangorang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150 KUH Perdata).

b ) Hipotek

Yang diatur dalam bab 21 buku II KUH Perdata. Hipotek adalah suatu hak kebendaan
atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan
suatu perikatan (Pasal 1162 KUH Perdata).

c ) Hak tanggungan

Sebagaimana diatur dalam UU Hak Tanggungan. Menurut pasal 1 butik (1) UU Hak
tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
UU Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain. Dalam penjelasan butir (3)
UU Hak tanggungan disebutkan bahwa hak tanggungan merupakan jaminan atas tanah yang
kuat dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya


(droit de preference).
 Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada
(droit de suite).
 Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
 Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.

Berdasarkan pasal 18 ayat (1) UU Hak Tanggungan, hapusnya hak tanggungan karena:

 Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan.


 Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan.
 Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh ketua pengadilan
negeri.
 Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.
d ) Jaminan Fidusia

Sebagaimana diatur UU Fidusia. Fidusia menurut pasal 1 ayat (1) UU Jaminan Fidusia adalah
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik

8
benda. Lebih lanjut dalam pasal 1 ayat (2) UU Jaminan fidusia menyatakan dengan tegas
bahwa Fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak, baik berwujud maupun tidak

berwujud, dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya.

Berdasarkan pasal 25 ayat (1) UU Fidusia, jaminan fidusia dihapus karena:

 Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia.


 Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia.
 Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

e ) Resi Gudang

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2011 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 tentang Resi Gudang (UU Resi Gudang).

Jaminan resi gudang adalah hak jaminan yang dibebankan pada resi gudang untuk pelunasan
utang, yang memberikan kedudukan diutamakan bagi penerima hak jaminan terhadap
kreditur yang lain sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1 angka (9) UU Resi Gudang. Resi
gudang merupakan bukti kepemilikan barang. Adapun barang yang dimaksud adalah barang
bergerak yang bersifat terbatas, yakni: hasil pertanian, perkebunan, perikanan, yang meliputi:
gabah, beras, jagung, kopi, kakao/cokelat, lada, karet, dan rumput laut. Barang dagangan
milik debitur yang dijadikan jaminan tersebut harus disimpan di gudang terakreditasi yang
dikelola oleh pihak ketiga. Selain jaminan kebendaan, dikenal pula jaminan perorangan,
yakni perjanjian penanggungan (Pasal 1820 KUH Perdata), perjanjian tanggung
menanggung/tanggung renteng (Pasal 1278 KUH perdata), dan penjanjian garansi (pasal
1316 KUH Perdata). Perbedaan antara jaminan kebendaan dan jaminan perorangan adalah
bahwa jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai ciri-ciri
hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu
mengikuti bendanya dan dapat dialihkan.Adapun jaminan perorangan adalah jaminan yang
menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu terhadap harta kekayaan debitur umumnya. (Salim HS, 2008, hal.
112)

2.4 Cara Penyerahan atau Pengalihan Kebendaan


Dalam lalu lintas hukum, cara memperoleh hak kebendaan yang paling sering dijumpai
adalah dengan penyerahan (lavering). Lavering dalam KUHP Perdata dibagi menjadi tiga
cara sebagai berikut.

9
1. Feitelijke Levering.

Perbuatan yang berupa penyerahan kekauasaan atas suatu benda.Cara ini merupakan suatu
penyerahan secara nyata dan riil.Feitelijke levering berlaku atas penyerahan benda bergerak.
Hal ini berarti dengan terjadinya penyerahan secara fisik atas suatu benda bergerak tersebut,
hak kebendaan sekaligus beralih

2. Juridische Levering.

Perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak kebendaan kepada orang
lain. Perbuatan ini merupakan penyerahan secara formal atau resmi. Penyerahan hak
kebendaan atas tanah secara Feitelijke levering saja tidak cukup karena harus ada penyerahan
secara yuridid untuk memindahkan hak kepada orang lain, yaitu dengan membuat surat
penyerahan (akte van transport) yang disebut dengan balik nama. Dengan membuat akta
autentik atau akta dibawah tangan, penyerahan hak kebendaan atas tanah harus dilakukan
secara Juridische Levering.

3. Cessie.

Penyerahan piutang atas nama atau benda tidak berwujud lainnya, yaitu dengan dibuat
akta autentik atau akta dibawah tangan. Dengan demikian, hak-hak atas benda tersebut
dilimpahkan oleh pemilik lama kepada pemilik baru. Contohnya adalah penyerahan saham
atas nama.

Pengalihan hak benda bergerak menurut KUH Perdata cukup dilakukan secara lisan, yakni
sewaktu jual beli dilakukan si penjual langsung menyerahkan barangnya kepada si pembeli,
maka pada saat itu hak terhadap benda tersebut telah beralih kepada si pembeli tersebut.

2.5 Piutang Yang di Istimewakan


Hak privilege atau hak istimewa adalah hak yang didahulukan.Mengenai hak privilege dapat
Anda lihat dalam Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), yaitu suatu
hal yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih
tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.

Menurut J. Satrio dalam bukunya yang berjudul Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan,
mengatakan bahwa dari perumusan dalam Pasal 1134 KUHPer, tampak bahwa hak istimewa
diberikan oleh undang-undang, artinya: piutang-piutang tertentu, yang disebutkan oleh
undang-undang, secara otomatis mempunyai kedudukan yang didahulukan. Hak privilege ini
bersifat accesoir dan tidak dapat berdiri sendiri.

Lebih lanjut J. Satrio (ibid, hal. 28-29) mengatakan bahwa para pihak tidak dapat
memperjanjikan suatu privilege, artinya memperjanjikan bahwa tagihan yang timbul dari
perjanjian yang mereka tutup mengandung privilege; semua privilege adanya ditentukan

10

secara limitatif oleh undang-undang dan bahkan orang tidak diperkenankan untuk
memperluasnya dengan jalan penafsiran terhadap perikatan-perikatan (tagihan-tagihan), yang
tidak secara tegas di dalam undang-undang, dinyatakan sebagai hak tagihan yang
diistimewakan.

Menurut J. Satrio (ibid, hal. 29-30) privilege harus dituntut, harus dimajukan, artinya kalau
pemilik tagihan yang diistimewakan tinggal diam saja, maka tagihannya dianggap sebagai
tagihan biasa (konkuren). Pemilik tagihan tersebut harus menuntut agar ia dimasukkan dalam
daftar tingkatan menurut tingkat yang diberikan kepadanya menurut undang-undang dan
dengan demikian mendapat pelunasan menurut urutan tingkatnya dalam daftar.

2.6 Hak Reklame ( Reclaim )


Menurut Pasal 1145 KUH Perdata, hak reklame ialah hak yang diberikan kepada penjual
untuk menuntut pengembalian barang jualan yang masih ada di tangan pembeli.Menurut
Dorhout Mess, hak reklame adalah upaya pemecahan perjanjian timbal balik secara sepihak,
karena dengan berhasilnya penjual melaksanakan hak reklamenya, pecahlah perjanjian jual-
beli bersifat timbal-balik dengan sedirinya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum secarafisika,
karenadalam pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat diberikan hak diatasnya.
Terdapat beberapa batasan tentang benda dipandang dari sifat/karakternya, seperti benda
berwujud /tidak berwujud, benda habis / tidak habis dibagi, benda bergerak/tidak bergerak,
benda habis/tidakhabis terpakai, benda yang sudah/akan ada dan lain sebagainya.

Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang lebih


tuakedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak itu melekat. Hak
atasKebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaaan yang member
kenikmatan(misalnya Bezit ; Hak Milik /eigendom; Hak Memungut Hasil; Hak Pakai) dan
hak kebendaanyang bersifat memberi jaminan (misalnya Gadai, Hipotik,).

Dasar hukum benda selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:

a) Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.

b) Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaanmerek perusahaan dan merek perniagaan.

c) Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai
bendatak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.

d) Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hakatas
tanahdan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal inidisebabkan
karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. oleh karenaitu saran dan kritikan
akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan makalah ini.semoga
kita senantiasa terhindar dari bahayanarkoba, mari kita isi waktu luang dengan kegiatan
kegiatan yang bermanfaatyang dapat meningkatkan kualitas diri kita. seperti berolahraga,
aktif di kegiatan majelis ta’lim pelajar (rohis) dan lain sebgainya. dengan demikian berarti
kitadapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua, dengan senantiasa berusaha
sekuat tenaga membahagiakan mereka.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34830502/Makalah_Hukum_Benda

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/
e3e052b3f4ef47971bef9be05daad0fa.pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-privilege-dan-hak-retensi-lt51584b636a944

http://www.skripsi.id/2015/03/cara-penyerahan-hak-kebendaan.html?m=1

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/
Hukum_Benda_dan_Kebendaan_kel._2_C_ESy_Aspek_Hukum_Dalam_Bisnis_.-libre.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/6391/3/BAB%20II.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai