Anda di halaman 1dari 29

Seminar Pemeriksaan Akuntansi

Sarbanes-Oxley act 2002 dan


pengaruhnya terhadap auditing

DISUSUN OLEH KELOMPOK 11 :

ASHA CINTIA LESTARI (1102113063)


OKTARIANI WEFA (1102112945)
RIZKY FITRIYANTI (1102121235)
SANDY WIDAYATI (1102120230)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di akhir abad ke 20 sampai dengan awal abad ke 21, terjadilah suatu skandal akuntansi
terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Skandal ini melibatkan perusahaan-perusahaan
besar yang telah go publik di Amerika Serikat seperti Enron, Worldcom, Adelphia, Tyco
International, dan Peregrine System. Skandal ini yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar
bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini
mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional. Tidak hanya pasar saham
nasional USA saja yang terpengaruh, tetapi juga segera meluas ke berbagai negara lainnya
karena harga-harga saham bursa lain serta tingkat kepercayaan masyarakat pada pasar saham
global juga anjlok secara keseluruhan. Skandal-skandal ini merupakan contoh yang sangat
menyedihkan bagaimana fraud scheme berdampak sangat buruk bagi investor, pasar, pegawai,
dan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai jawaban tuntutan publik atas terjadinya skandal perusahaan besar yang juga ternyata
melibatkan Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam kelompok Big Five seperti Arthur
Anderson, PWC, dan KPMG tersebut, disahkanlah Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Akta
(Undang-undang) ini diberi nama sesuai dengan dua pencetusnya yaitu, Paul Sarbanes (Senator
partai Demokrat dari negara bagian Maryland) dan Michael G.Oxley (Representatif partai
Republik asal negara bagian Ohio).
Undang-undang ini ditandatangani dan disahkan oleh George W. Bush pada tanggal 30 Juli
2002 dalam Ascotiation Certified Fraud Examiner (ACFE) Annual Fraud Conference ke 14 di
Chicago, Illinois. Undang-undang ini merupakan terobosan yang sangat besar bagi penilaian
corporate governance sekaligus merupakan pelengkap Securities Act of 1933 dan 1934. Undangundang ini diharapkan membawa dampak yang positif bagi Akuntan Publik Bersertifikat (CPA),
Kantor Akuntan Publik (KAP), perusahaan-perusahaan yang telah go publik, dan lain-lain.

Pada dasarnya pemerintah mengatur perusahaan melalui berbagai cara. Tujuannya adalah
agar perusahaan-perusahaan dapat bersaing secara sehat, tidak merugikan masyarakat secara
umum, dan juga tidak merusak lingkungan secara berlebihan. Secara lebih terinci, Suradi dalam
Mengenal Sarbanes Oxley Act (SOX/SOA) menyatakan bahwa tujuan pengaturan berkaitan
dengan lima hal:
1.

Mengatur persaingan (regulate competition)

2.

Melindungi konsumen (protect consumers)

3.

Mendorong keadilan dan keselamatan (promote equity and safety)

4.

Melindungi lingkungan alam (protect natural environment)

5.

Adanya etika untuk mencegah dan menegakkan hukum terhadap tindakan ilegal

(ethics to deter and provide for enforcement againts misconduct)

BAB II
ISI

A.

Pengertian SOA (Sarbanes Oxley Act)

Sarbanes Oxley Act, biasa disebut SOX, SOA atau SarbOx, bertujuan untuk
mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaanperusahaan besar di Amerika.
SOA adalah sebuah landasan yang disahkan pada 23 januari oleh kongres Amerika Serikat.
Undang-Undang tersebut dikenal sebagai Public Company Accounting and Investor Protection
Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan
publik yang sering kali disebut SOX atau Sarbox.
Untuk auditor (eksternal dan Internal), SOX merupakan sistem baru dalam proses audit
perusahaan swasta, sebuah revisi atau independensi dan level baru dari proses pelaporan audit
pada perusahaan publik. Untuk manajemen perusahaan diwajibkan untuk meningkatkan jaminan
terhadap konflik kepentingan, sertifikasi yang jelas atas penyimpanan dokumen penting,
pelaporan internal kontrol atas laporan keuangan dan perbaikan atas kriteria pengungkapan.
Untuk audit komite, SOX merupakan sebuah lanjutan dari peraturan bagi perusahaan-perusahaan
publik termasuk tanggung jawab langsung untuk memantau proses audit eksternal, persetujuan
awal atas seluruh jasa audit ataupun jasa bukan audit, revisi peraturan mengenai independensi
dan keahlian keuangan dan pengawasan, menerima dan mencari pemecahan yang mungkin atas
keluhan mengenai pelaporan keuangan perusahaan dan isu yang berasal dari hasil audit.

B.

Isi Pokok dari SarbanesOxley act

1.

Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit

terhadap

perusahaan publik.
2.

Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam bidang
keuangan.

3.

Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan

dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.


4.

Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan keuangan
perusahaannya.

5.

Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka akan dipenjara selama 20 tahun

dan denda sebesar US$ 5 juta.


6.

Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan konsultasi,

ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama. Hal ini untuk
menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
7.

Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange Commission

(Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer) Ancaman hukuman 10 tahun
penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
8.

Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada wakil

pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui bagaimana saham
mereka berpengaruh terhadap keputusan.
9.

Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan menyimpang

kepada pihak yang berwewenang.


10. Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya penyimpangan
kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu; penasihat hukum tersebut
berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika manajer senior tersebut mengabaikan
laporan tersebut.

Berikut ini dijelaskan beberapa bagian (section) dari Sarbanes-Oxley Act

yang perlu

mendapat perhatian.
A. Seksi 101
Seksi 101 SOX mengatur tentang pembentukan dan administrative provisions
dari Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB memiliki 5
anggota yang menguasai keuangan (financially-literate), menjabat selama 5 tahun.
Dua anggota dari PCAOB harus CPA (Certified Public Accountant), dan sisa tiga
anggotanya tidak harus dan dapat bukan CPA.
B. Seksi 102
Seksi 102 SOX mengatur tentang pendaftaran atau registrasi dengan PCAOB.
Kantor akuntan publik (audit firms) yang terlibat dalam audit perusahaan publik
harus terdaftar dalam audit perusahaan publik harus terdaftar pada PCAOB.
C. Seksi 103
Seksi 103 SOX mengatur tentang auditing, pengendalian mutu, dan aturan,
aturan dan standar indenpendensi. PCAOB akan membuat standar auditing dan standar
atestasi yang berkaitan, standar pengendalian mutu, dan standar etik yang
digunakan kantor akuntan publik dalam penyusunan dan penerbitan laporan audit
dari emiten (issuers) sebagaimana yang disyaratkan oleh Sarbones-Oxley Act (SOX)
dan peraturan SEC. PCAOB akan memasukkan standar auditing suatu persyaratan
bahwa kantor akuntan publik harus menyusun dan memelihara kertas kerja untuk
periode paling sedikit 7 tahun.
D. Seksi 104
Seksi 104 SOX mengatur tentang inspeksi kantor akuntan publik. Inspeksi
pengendalian mutu tahunan harus dilakukan setiap tahun untuk kantor akuntan publik
yang melakukan audit lebih dari 100 emiten. Kantor akuntan publik yang lain harus
diinspeksi paling sedikit 3 tahun sekali. Inspeksi khusus dapat dilakukan berdasarkan
permintaan SEC atau PCAOB.

E. Seksi 105
Seksi 105 SOX mengatur tentang investigasi dan tindakan disipliner (disciplinary
procedings). Apabila PCAOB telah menentukan bahwa sebuah kantor akuntan publik
melakukan praktik yang melanggar Sarbanes-Oxley Act (SOX), peraturan-peraturan
PCAOB, atau peraturan pasar modal yang berkaitan dengan penerbitan laporan audit,
PCAOB dapat menjatuhkan sanksi, mencakup suspensi sementara atau pencabutan
(revocation) izin permanen atau dikeluarkan dsari asosiasi akuntan publik, denda
financial, pemberian hukuman (censure), pendidikan atau pelatihan tambahan, atau
sanksi lain yang diberikan berdasarkan peraturan PCAOB.
F. Seksi 201
Seksi 201 mengatur jasa di luar ruang lingkup praktik auditor. Adalah melanggar
hukum bagi sebuah kantor akuntan publik yang memberikan jasa non audit kepada
emiten. Jasa non-audit dapat diberikan apabila jasa tersebut disetujui terlebih dahulu oleh
komite audit. Komite audit akan mengungkapkan kepada investor dalam laporan
berkala keputusannya dalam pemberian persetujuan pendahuluan untuk jasa non-audit.
G. Seksi 203
Seksi 203 SOX mengatur rotasi partner audit. Partner yang mengepalai atau
mengkoordinasi dan partner penelaah (reviewing partner) harus dirotasikan setiap 5
tahun.
H. Seksi 204
Seksi 204 SOX mengatur tentang laporan auditor kepala komite audit. Kantor
akuntan publik harus melaporkan kepada komite audit semua:
a. Kebijakan dan praktik akuntansi kritikal yang digunakan;
b. Seluruh perlakuan alternatif dari informasi keuangan dalam prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principle/GAAP) yang telah
didiskusikan dengan manajemen.
I. Seksi 206
Seksi 206 SOX mengatur tentang benturan kepentingan (conflicts of interest)
CEO, kontroler, CFO, Chief Accounting Officer atau orang yang berada dalam posisi
ekuivalen tidak boleh dijabat oleh kantor akuntan publik perusahaan selam periode
satu tahun setelah audit (1 years period preceding audit).

J. Seksi 207
Seksi 207 SOX mengatur tentang studi keharusan rotasi akuntan publik terdaftar.
GAO akan melakukan studi atas pengaruh potensial dari mensyaratkan keharusan rotasi
dari kantor akuntan publik.
K. Seksi 301
Seksi 301 SOX mengatur tentang komite audit perusahaan publik. Setiap anggota
dari komite audit harus merupakan anggota independen dari board of directors
emiten. Komite audit harus secara langsung bertanggung jawab atas penunjukan,
kompensasi, dan pengawasan dari pekerjaan kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh
emiten.
L. Seksi 302
SOXs Act 2002 seksi 302 ini merupakan dokumen penjelasan manajemen
atas internal kontrol
bertanggungjawab

yang

ada

pada

perusahaan.

Pihak manajemen

yang

dalam pengungkapan ini adalah direktur utama dan direktur

keuangan perusahaan.
Dibawa ini adalah contoh pernyataan manajemen:
Kami

sudah merancang

internal

kontrol

atas

laporan

keungan

perusahaan

kami,dan kami sudah memantau pelaksanaan internal kontrol tersebut, dengan


tujuan untuk menyediakan jaminan kepada

pihak

luar

atas keandalan

laporan

keuangan perusahaan kami, dan memberikan jaminan lebih lanjut bahwa laporan
keuangan perusahaan kami sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di
Amerika Serikat.
M. Seksi 303
Seksi 303 SOX mengatur tentang pengaruh yang tidak tepat atas pelaksanaan
audit. Adalah melanggar hukum bagi setiap pejabat atau direktur dari emiten
melakukan tindakan apapun untuk secara curabg mempengaruhi, memaksakan,
memanipulasi, atau menyesatkan siapapun auditornya yang ditunjuk dalam
pelaksanaan suatu audit dengan tujuan untuk membuat laporan keuangan secara
material menyesatkan.

N. Seksi 404
SOXs Act seksi 404 ini berisi kewajiban bagi manajemen perusahaan untuk
menilai internal control yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya;
1. Perusahaan harus mengevaluasi internal kontrol atas laporan keuangannya
setiap tahun. Manajemen

harus menyimpulkan

efektifitas

dari

internal

kontrol setiap akhir tahun. Pihak yang bertanggungjawab untuk mengevaluasi


internal kontrol perusahaan adalah departemen internal control/audit
2. Akuntan

publik

yang

disewa

perusahaan harus menegaskan

dan

melaporkan hasil evaluasi atas


internal

kontrol

atas

laporan

keuangan perusahaan.

Seksi 404
memberikan

perhatian

internal kontrol
laporan

secara

khusus
kepada

perusahaan atas

keuangannya.

Dalam

mengevaluasi internal kontrol yang


dilaksanakan perusahaan, manajemen
melalui

departemen

internal

kontrol/audit perlu menggunakan kerangka yang disusun oleh COSO (Committee of


Sponsoring Organization of the Tradeway Commission).
O. Seksi 407
Seksi 407 SOX mengatur tentang pengungkapan dari keahlian keuangan komite
audit. SEC akan menerbitkan peraturan yang mensyaratkan emiten mengungkapkan
apakah paling sedikit satu anggota dari komite audit adalah ahli keuangan seperti yang
didefinisikan dalam seksi 407 SOX.
P. Seksi 701
Seksi 701 SOX mengatur tentang studi GAO dan laporan yang berkaitan dengan
konsolidasi dari kantor akuntan publik. GAO akan melakukan studi untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menuntun konsolidasi kantor akuntan sejak
1989, pengaruh dari konsolidasi atas pembentukan modal dan pasar ekuitas, dan solusi

terhadap setiap masalah yang diidentifikasi, mencakup cara-cara untuk meningkatkan


kompetensi dan jumlah perusahaan yang mampu untuk menyediakan jasa audit
kepada organisasi usaha besar yang bergantung pada peraturan sekuritas.
Q. Seksi 802
Seksi 802 SOX mengatur tentang hukuman kriminal untuk mngubah dokumen.
Adalah tindak pidana yang tergolong berat (felony) secara sengaja merusak atau
menciptakan dokumen untuk menghalangi (impede/obstruct) atau mempengaruhi
setiap investigasi federal yang sedang berlangsung atau akan diadakan.
R. Seksi 806
Seksi 806 SOX mengatur tentang Employee Whistleblower Protection.
Seksi 806

memungkinkan suatu aksi sipil bagi pekerja perusahaan publik yang

mendapatkan pembalasan (retailiation) dari pemberi kerja karena mengungkapkan


aktivitas illegal. Seksi 806 dari Sarbanes-Oxley Act melarang perusahaan publik
membebaskan (discharging),

menurunkan

jabatan (threatening), mengganggu

(harassing) atau dengan cara-cara lain melakukan diskriminasi terhadap setiap pejabat,
karyawan, kontraktor, subkontraktor, atau agen, karena suatu tindakan yang sesuai
dengan hukum (lawful act) yang dilakukan oleh orang tersebut, memberikan
informasi, menyebabkan informasi diberikan, ataupun membantu dalam menyelidiki
setiap tindakan tersebut yang melanggar hukum, seperti mail, Wire, bank dan securities
fraud.
S. Seksi 906
Sarbanes Oxley Act section 906 berisi :
1. CEO dan CFO melakukan sertifikasi bahwa, laporan periodik fully complies
peraturan yang dikeluarkan oleh US SEC, informasi yang terkandung pada laporan
periodik tersebut disajikan secara wajar, dalam keseluruhan hal yang material,
terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
2. Hukuman atas penyimpangan dalam section 906 bagi individu yang secara sadar
melakukanpenyimpangan dikenakan denda sampai dengan $1 juta dan hukuman
penjara sampai dengan 10 tahun. Dan, bagi individu yang dengan sengaja dan
secara sadar melakukan penyimpangan, akan dikenakan denda sampai dengan $5
juta dan hukuman penjara sampai dengan 20 tahun.

T. Seksi 1102
Seksi 1102 SOX mengatur tentang perusakan catatan ataupun penghilangan
acara kerja (official proceeding). Setiap orang yang secara korup mengubah,
merusak (destroy/mutilate) atau menyembunyikan setiap catatan, dokumen atau objek
lain dengan maksud untuk merusak integritas objek tersebut atau ketersediaanya untuk
penggunaan dalam acara kerja pejabat atau merusak, mempengaruhi atau
menghalangi setiap acara kerja pejabat akan didenda dan/atau dipenjarakan samapai
dengan 20 tahun.

C.

Manfaat Sarbanes Oxley-Act

Terdapat beberapa manfaat adanya Sarbanes Oxley-Act, yaitu :


Manfaat Sarbanes Oxley Act dalam Audit Sistem Informasi
Manfaat

SOA

dalam

Audit

Sistem

Informasi

adalah

untuk

meningkatkan

programperlindungan bagi pegawai yang menjadi pengadu atau pemberi informasi, yang
mendapatkanperlakuan buruk dari perusahaannya setelah membeberkan adanya fraud manipulasi
dan membantu investigasi seperti: dipecat, didemosikan, diskors, diancam, dilecehkan dan
berbagai perlakuan diskriminatif lainnya. Selain itu juga menuntut perusahaan untuk memahami,
mendokumentasi, dan menyempurnakan kontrol internal terkait pelaporan keuangan, dengan
terus meningkatkan akurasiproses bisnis dan informasi transaksionalnya, serta membangun
perbaikan proses secara berkelanjutan.
Dalam

Sarbanes-Oxley

Act

diatur

tentang

akuntansi,

pengungkapan

dan

pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai
informasikeuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi
pejabat di bidangkeuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit
yang independen.Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.

Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit dan pihak manajemen.

2.

Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang

independendan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.


3.

Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan.

4.

Mendefinisikan jasa non-audit yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien.

5.

Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud.

6.

Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest.

7.

Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru.


Pengaturan yang ketat dalam Sarbanes Oxley akan memberikan manfaat bagi perusahaan yang menerapkan

Sarbanes Oxley dan bagi konsumen dalam perusahaan tersebut.

Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan


Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan, adalah :
1.

Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik, sehingga

akuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya dan diandalkan.
2.

Kepercayaan investor lebih meningkat.

3.

Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya.

4.

Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance Corporation dengan baik.

Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen


Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen, adalah :
1.

Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

2.

Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan.

3.

Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan.

Secara garis besar manfaat SOA


Selain itu terdapat manfaat SOA secara garis besar, adalah :
1.

Mengatur persaingan (regulate competition)

2.

Melindungi konsumen (protect consumers)

3.

Mendorong keadilan dan keselamatan (promote equity and safety)

4.

Melindungi lingkungan alam (protect natural environment

5.

Etika untuk mencegah & menegakkan hukum terhadap tindakan ilegal (ethicts to deter and

provide for enforcement against misconduct).

D.

Tujuan Sarbanes Oxley-Act

SOA memiliki 5 tujuan utama yaitu:


1.

Meningkatkan kepercayaan publik akan pasar modal.

2.

Menerapkan Tata Pemerintahan Yang Baik.

3.

Menyediakan akuntabilitas yang lebih baik dengan membuatmanajemen dan direksi

bertanggung jawab akan laporan keuangan.


4.

Meningkatkan kualitas audit.

5.

Menempatkan penekanan yang lebih kuat pada struktur di sekitar duniausaha untuk

mencegah, mendeteksi, menginvestigasi kecurangan danperbuatan tidak baik. (Newman and


Noyes, 2007)

E.

Para Pengguna dari Sarbanes-Oxley Act

Sarbox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities) dalam semua
perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, untuk segala ukuran. Namun secara spesifik,
Sarbox berlaku bagi:
1.

Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock Exchange atau

bursa lainnya di AS.


2.

Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai asset $10 juta atau lebih.

3.

Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal, dan memenuhi syarat lain seperti penerbitan

surat-surat utang jangka panjang seperti obligasi.


4.

Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum, tetapi menerapkan Sarbox

secara sukarela.
5.

Perusahaan yang registerasinya masih pending. misal perusahaan yang melakukan IPO

untuk saham atau surat utang.

F.

Kebutuhan akan Penerapan SOA di Perusahaan


Sarbaness-Oxley Act (SOA) diterbitkan untuk memproteksi kepentingan investor dengan cara

menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), full disclosure, dan akuntabilitas
dalam perusahaan (Sarbanes dan Oxley, 2002). SOA khususnya Section-404 mensyaratkan adanya
laporan manajemen tahunan (annual management report) tentang pengendalian intern perusahaan atas
pelaporan keuangan dan laporan manajemen tersebutmerupakan subjek yang akan diaudit.

Pada dasarnya SOA ditujukan kepada perusahaan publik yang terdaftar dalam bursa saham.
Namun juga dapat diterapkan pada perusahaan non-publik. Karena Dalam SOA diatur tentang
akuntansi,

pengungkapan

dan

pembaharuan

governance

yang mensyaratkan

adanya

pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil
yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi
eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.
Perusahaan sangat perlu Sarbanes Oxley untuk menunjukkan kepada masyarakat
bahwa perusahaan tersebut tidak ada unsur fraud (manipulasi) didalamnya khususnya pada
perusahaan publik yang harus mempunyai kepercayaan terhadap masyarakat. Sarbanes Oxley Act
juga meningkatkan perlindungan bagi pegawai karena SOA mewajibkan semua perusahaan
publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai untuk
melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan hotlines ini akan mendorong para pegawai
untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan
inilah elemen penting dan kritis bagi program pencegahan fraud (manipulasi).

G.
1)

Resiko tidak Complience (Mematuhi) Terhadap SOA bagi Perusahaan


Dalam Financial
Resiko tidak compliance (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan dalam hal financial

adalah dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan khususnya perusahaan public jika
ternyata terdapat fraud (manipulasi) dalam perusahaan tersebut. Karena dapat mengakibatkan
hilangnya kepercayaan masyarakat dan menarik semua saham-sahamnya dan akan menyebabkan
kebangkrutan bagi perusahaan.
2)

Dalam Non-Financial
Resiko tidak compliance (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan dalam hal non-

financial adalah

dapat

menyebabkan

perlakuan

buruk

bagi

pegawai

jika

terjadi

pengakuan/membeberkan dan memberi informasi jika terjadi fraud(manipulasi) dan membantu


investigasi di dalam perusahaan, seperti dipecat, didemosika, dilecehkan dan berbagai perlakuan
diskrimatif lainnya.

H.

Pro dan Kontra Penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA)

Berikut ini sejumlah kritik terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA):


1.

Membutuhkan biaya besar (it is too costly)


Salah satu perkiraan berdasarkan suatu survai yang dilakukan oleh Financial Executives

International menyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan sebesar US$5 milyar harus
menyisihkan anggaran rata-rata sebesar US$4.7 juta untuk menerapkan pengendalian intern yang
dipersyaratkan oleh SOA, kemudian juga harus masih mengeluarkan lagi biaya tahunan sebesar
US$1.5 juta untuk menjaga kepatuhan.
2.

Memiliki dampak negatif bagi perusahaan terhadap persaingan global (it impacts

negatively on a firm's global competitiveness)


Argumen ini juga mendasarkan atas biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kepatuhan
operasi internal terhadap undang-undang. Kritik ini berargumen bahwa perusahaan lain yang
berasal diluar USA tidak harus menanggung beban ini, kenapa perusahaan-perusahaan USA
harus menanggungnya?
3.

Pengeluaran pemerintah juga meningkat untuk menerapkan undang-undang tersebut

(government costs also increase to regulate the law)


The SEC (Bapepam-LK) menerima tip (pengaduan) tentang adanya pelanggaran hukum
melalui e-mail yang telah disediakan (http://www.sec.gov/complaint.shtml). Jumlah pengaduan
meningkat dari 77.000 pada tahun 2001 menjadi 180.000 pada tahun 2003. SEC menerima
pengaduan sekitar 250.000 pada tahun 2006. Setiap had diterima lebih dari 1.300 pengaduan
lewat e-mail. Sebagian besar pengaduan tersebut berkisar tentang adanya permasalahan
akuntansi pada perusahaan publik.
4.

Chief Financial Officer (CFO) bertambah bebannya dan tertekan karena harus mematuhi

akuntabilitas yang dipersyaratkan oleh undang-undang


Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah CFO menyatakan bahwa sejak 2001, 1/5
dari eksekutif keuangan mengatakan bahwa mereka merasakan lebih tertekan karena harus
menggunakan metode akuntansi dengan penuh pertimbangan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang lebih baik. Selain itu mereka juga harus melakukan sertifikasi terhadap laporan
keuangan.

5.

Menurunnya Minat Perusahaan Privat Untuk Menjadi Perusahaan Publik


Maksudnya adalah dengan menerapkan SOA menyebabkan perusahaan harus menanggung

biaya yang begitu besar sehingga untuk perusahaan ukuran kecil dan menengah enggan untuk go
publik.

Berikut ini sejumlah pro terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA):


Paul Volcker (ahli dari SEC) dan Arthur Levitt (ahli dari Federal Reserve), memberikan
sejumlah pembelaan berupa argumen terhadap sejumlah kritik terhadap penerapan SOA:
1.

Biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan SOA adalah lebih kecil dibandingkan jika tidak

menggunakannya (the cost of implementing SOA are minimal to the costs of not having it).
Misalkan terjadinya kerugian dalam saham sebesar US$7 triliun, hal ini belum terhitung
kerugian yang dialami oleh pegawai, keluarga pegawai, dan dampak ekonomi secara
keseluruhan.

2.

Pernyatahan bahwa Perubahan yang dipersyaratan untuk menerapkan SOA adalah sulit

adalah sepenuhnya salah. (the changes required to implement this law are difficult)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah Corporate Board Member menyatakan
bahwa lebih 60% dari 153 direktur berkeyakinan bahwa SOA memiliki dampak positif bagi
perusahaan mereka, dan lebih dari 70% berpendapat bahwa hukum juga memiliki dampak positif
bagi mereka.

3.

Tidak adanya data pendukung terhadap argumen bahwa penerapan SOA akan

menyebabkan perusahaan tidak mampu bersaing dalam lingkungan global.


The NASDAQ stock exchange menyatakan telah terjadi penambahan 6 (enam)
perusahaan internasional yang listing dalam kuartal kedua selama 2004. Dan berdasarkan survei
yang dilakukan oleh Broadgate Capital Advisory dan the Valuae Alliance menyatakan
bahwa hanya 8% dari 143 perusahaan asing yang telah go public dan sahamnya diperdagangkan
dibursa USA mengklaim bahwa karena SOA akan menyebabkan mereka untuk berfikir
ulang untuk memasuki pasar USA.

4.

Jika satu perusahaan menerapkan SOA sebagai alasan tidak untuk go public, perusahaan

tidak harus go public atau menggunakan dana dari para investor.


Pasar USA termasuk salah satu pasar yang paling diminati di dunia karena memiliki regulasi
yang sangat baik.

5.

Para pejabat dibidang keuangan (financial officer) yang protes tentang persyaratan dari

SOA, ada kemungkinan mereka tertekan karena sebelumnya tidak memiliki pengendalian intern.

Pada tahun 2003, sebanyak 57 perusahaan dari skala kecil hingga terbesar mengatakan
bahwa mereka memiliki kelemahan yang sangat mengkhawatirkan tentang pengendalian, setelah
para auditor yang bertugas melakukan tes terhadap pengendalian keuangan diberhentikan.
Keputusan ini diambil oleh perusahaan untuk menekan biaya.
Polemik tentang biaya dan manfaat yang diperoleh dari penerapan SOA terus akan berlanjut.
Paul Volcker dan Arthur Levitt menegaskan bahwa "meskipun diperlukan biaya dalam
meningkatkan kepatuhan, kita berkeyakinan bahwa suatu investasi dalam tata kelola perusahaan
yang baik, professional integrity, dan transaparansi akan dibayar kembali deviden yang
berbentuk meningkatnya kepercayaan dari investor, pasar yang lebih efisien, dan partisipasi
pasar yang lebih baik dimasa mendatang.

I.

Good Corporate Governance (GCG)


Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi adalah dengan

cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan
terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara konsisten.
Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah sebagai
berikut:
-

Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,


akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar Perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien, serta


memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.

Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan


tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan
terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaa.

Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.

Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.

Implementasi Good Corporate Governance perusahaan telah menghasilkan hal-hal penting


sebagai berikut:
-

Surat Edaran Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Tanggal 7 Juli 2006 Nomor : SE.
57/DIRUT/0706 tentang Pelaksanaan GCG di PT Pos Indonesia (Persero).

Surat Edaran Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Tanggal 20 November 2006 Nomor :
SE. 95/DIRUT/1106 tentang Pelaksanaan Pedoman Etika Bisnis PT Pos Indonesia
(Persero).

Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Tanggal 9 September 2009 Nomor : KD.
52/DIRUT/0909 tentang Tata cara Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) di Lingkungan PT Pos Indonesia (Persero).

Keputusan Bersama Komisaris dan Direksi Tanggal 30 Desember 2009 Nomor KD 74


/DIRUT/1209 dan 649/Dekom/1209 tentang Panduan Penerapan Good Corporate
Governance di PT Pos Indonesia (Persero).

Keputusan Bersama Komisaris dan Direksi Tanggal 30 Desember 2009 Nomor KD 75


/DIRUT/1209 dan 650/Dekom/1209 tentang Board Manual PT Pos Indonesia (Persero).

Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Tanggal 17 Juni 2010 Nomor : KD.
37/DIRUT/0610 tentang Pedoman Etika Bisnis dan Tata Perilaku (Code of Conduct)
Insan PT Pos Indonesia.

Ada lima prinsip utama Good Corporate Governance, yaitu:


-

Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan


keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai Perusahaan.

Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana Perusahaan dikelola secara profesional


tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban


Manajemen Perusahaan sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efektif.

Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan Perusahaan terhadap


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder


yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi
atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

Tahap-tahap Penerapan GCG


Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk
melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan
tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancer dan mendapatkan dukungan
dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah
berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw, 2003)
a.

Tahap Persiapan

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama:


1)

awareness building,

2)

GCG assessment, dan

3)

GCG manual building.

Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti
penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan
meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan
melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.

GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi
perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level
penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan
infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan
kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspekaspek apa yang perlu
mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk
mewujudkannya.

GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan
hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya,
penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat
dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini dapat
dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota
perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti:
Kebijakan GCG perusahaan
Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan
Pedoman perilaku
Audit commitee charter
Kebijakan disclosure dan transparansi
Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
Roadmap implementasi

b.

Tahap Implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai


implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:
1.

Sosialisasi
Diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait

dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi
perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah
pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCGchampion di
perusahaan.
2.

Implementasi
yaitu

kegiatan

yang

dilakukan

sejalan

dengan

pedoman

GCG

yang

ada,

berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang
melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula
upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang
ditimbulkan oleh implementasi GCG.
3.

Internalisasi
yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upayaupaya untuk

memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan
perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar
dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benarbenar tercermin
dalam seluruh aktivitas perusahaan.

J.

Penerapan SOA di Indonesia

Hingga saat ini, komisi pasar bursa Indonesia belum mengadopsi peraturan ini untuk
diterapkan pada perusahaan yang sahamnya sudah diperdagangkan di pasar bursa dalam negeri.
Dengan mengacu kepada pengalaman Amerika Serikat di atas, apalagi mengingat keterpurukan
perekonomian Indonesia salah satunya disebabkan oleh buruknya corporate governance dan
semakin banyak perusahaan Indonesia go public di dalam maupun luar negeri, sudah seyogyanya
pihak-pihak yang berkompeten seperti DPR, Departemen Keuangan (Bapepam), dan Ikatan

Akuntan Indonesia segera membuat atau mengadopsi undang-undang dan peraturan yang serupa
dengan Sarbanes-Oxley Act.
Apabila SOA ini diadopsi di Indonesia, tentunya akan memberikan dampak positif antara
lain:
-

Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Meningkatkan kepercayaan investor

atas keandalan

laporan

keuangan, sehingga

menggiatkan kegiatan investasi.


-

Memberikan shock therapy bagi manajemen dan auditor yang nakal karena dalam
UU ini diatur mengenai sanksi yang diberikan atas kenakalan mereka.

Namun, tentu saja hal itu bukan perkara mudah. Dibutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar
termasuk sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki integritas yang tinggi. Selain itu
perlu dipertimbangkan apakah sebanding antara manfaat dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Untuk beberapa bagian, Indonesia sebenarnya sudah membuat aturan yang terdapat
dalam SOX, antara lain:
a.

Pembentukan Komite Audit.


Sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.

KEP-29/PM/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan


Kerja Komite Audit, yang dimaksud dengan Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh
Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite Audit
bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atas hal-hal
yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan
tugas Dewan Komisaris, antara lain meliputi:
1)

Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti

laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya.


2)

Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan

di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan.
3)

Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.

4)

Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan

manajemen risiko oleh direksi.


5)

Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan

dengan Emiten atau perusahaan public, dan


6)

Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.


Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun, telah diatur melalui Peraturan Meneg

BUMN No. PER-05/MBU/2006 tanggal 20 Desember 2006 tentang Komte Audit Bagi Badan
Usaha Milik Negara.

b.

Pembentukan badan sejenis PCAOB


Mengenai pembentukan badan semacam PCAOB perlu dibuat semacam kajian apakah badan

tersebut merupakan bagian dari Bapepam ataukah badan yang terpisah. Karena pada dasarnya
Bapepam telah menjalankan fungsi dan tugas PCAOB.
Dalam

RUU

Akuntan

menyelenggarakan fungsi

Publik

Regulasi

disebutkan

Profesi

Akuntan

bahwa
Publik

Departemen
dan

Keuangan

berwenang

untuk

menyelenggarakan:
1)

Perizinan;

2)

Pembinaan dan Pengawasan;

3)

Pengenaan Sanksi Perizinan;

4)

Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan (PPL) & Ujian Profesi;

5)

Kebijakan penyusunan dan penetapan standar;

6)

Registrasi Asosiasi Profesi;

7)

Penyusunan, penetapan & pemberlakuan standar akuntansi keuangan dan standar teknis

profesi akuntan publik;


8)

Penyelenggaraan Ujian Profesi;

9)

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (PPL);

Namun, Menteri Keuangan dapat melimpahkan sebagian dari kewenangannya kepada


satu asosiasi profesi akuntan, instansi pemerintah, atau lembaga independen yang dibentuk
khusus untuk melaksanakan kewenangan tersebut. Dalam RUU juga diatur mengenai sanksi
pidana yang akan diterima oleh Akuntan Publik apabila menyatakan pendapat atas laporan

keuangan tidak berdasarkan bukti audit yang sah, relevan, dan cukup. Meskipun RUU ini banyak
mendapat tanggapan negatif, namun diharapkan dapat meminimalisir peluang profesi akuntan
melakukan tindakan kecurangan dalam pelaksaan audit.

c.

Audit atas pengendalian intern


Untuk pelaporan keuangan, khususnya pada pengelolaan keuangan negara sebagaimana

diatur dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) laporan audit atas laporan
keuangan yang diterbitkan tidak hanya laporan opini atas laporan keuangan, melainkan juga
laporan atas pengendalian intern dan laporan atas kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan. Dan, ketiganya diterbitkan dengan satu perikatan, yaitu audit.
Bapepam-LK pada tahun 2007 telah mengkaji kemungkinan mewajibkan audit terhadap
sistem pengendalian internal di perusahaan publik untuk meningkatkan akuntabilitas laporan
keuangannya beserta manfaat dan biayanya. Mengingat pentingnya implementasi SOA dalam
rangka mencegah praktik kecurangan
pelaporan keuangan di perusahaan publik, maka sudah saatnya Bapepam-LK mengadopsi
salah satu ketentuan dalam SOA tersebut yaitu pemberlakuan audit pengendalian internal pada
perusahaan yang telah go publik. Semoga implementasi GCG melalui SOA di perusahaan publik
di Indonesia dapat segera terwujud, sehingga fraudulent financial reporting dapat dicegah atau
dihindari.
Di Indonesia, praktek pemeriksaan internal kontrol dengan metodologi SOX 404 ini sudah
dilakukan, namun hanya oleh segelintir perusahaan yang umumnya adalah perusahaan
multinasional yang sahamnya diperdagangkan di pasar bursa AS dan yang beroperasi di
Indonesia. Hanya sedikit jumlah orang yang mengetahui bagaimana pemeriksaan dan penilaian
internal kontrol atas laporan keuangan menurut metodologi SOX 404 ini.

d.

Prinsip GCG
Surat

Keputusan

Menteri

BUMN

Nomor

KEP-117/M-MBU/2002

secara

resmi

memerintahkan seluruh BUMN untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance


(GCG) secara konsisten dalam day-to-dayoperasional organisasi BUMN. Dengan demikian,
Indonesia merupakan negara lain selain Amerika yang menerapkanmandatory system of
corporate governance. Jika membandingkan dengan apa yang terjadi dengan negara-negara

seperti Australia, Inggris, Belanda, dan Jerman yang memilih sistem sukarela (voluntary
system) yang merupakan terjemahan dari prinsip "setuju atau menjelaskan kenapa tidak setuju";
di Inggris prinsip ini dikenal dengan "comply or explain", sedangkan orang Australia
menyebutnya dengan "if not, why not" (Miko: 2006). Mandatory system merupakan prinsip yang
mulai diberlakukan di Amerika setelah tragedi runtuhnya perusahan-perusahaan raksasa.

K.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN SOA

Keunggulan Penerapan SOA


1)

Tanggung Jawab Perusahaan

Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk bertanggungjawab secara


terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara akurat dan tidak menimbulkan salah tafsir. Selain itu, pernyataan manajemen juga harus
mencakupbahwa laporan keuangan yang disajikan telah menerapkan sistem pengawasan internal
yang sehat.Komite Audit harus berperan aktif antara lain dengan melakukan pengawasan ketat
terhadap auditor, melakukan pemisahan antara audit service dengan non-audit service, dan
melakukan persetujuan dan pengungkapan atas semua jasa non-audit
2)

Auditor

Walaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan publik tetapi dalam undangundang ini diperketat lagi kewajiban mempertahankan independensi akuntan dan membentuk
Dewan Pengawas Akuntan Publik. Undang-undang ini melarang pemberian jasa non-audit
diluar jasa perpajakan dan juga mencantumkan adanya kewajiban untuk melakukan tugas bergilir
terhadappelaksana dan penanggung jawab audit.
3)

Perluasan Pengungkapan

Dalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan, antara lain: penilaian
setiaptahun oleh manajemen dan auditor terhadap sistem pengawasan internal, kewajiban
untukmenyajikan laporan proforma, pelaporan transaksi saham internal dalam jangka waktu dua
hari, pengungkapan semua pembiayaan yang bersifat off-balance sheet dan pembiayaan yang
bersifatkontingensi (seperti pada industri perbankan), dan beberapa informasi tertentu yang
dianggap penting harus di laporkan secara real time.

4)

Analis Saham

Analis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi yang berkenaan dengan
kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of interest)
5)

Securities Exchange Committee (SEC)

SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan, meningkatkan


kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan peraturannnya dan menaikkan biaya
hukuman terhadap setiap pelanggaran UU pasar modal.

Keterbatasan Penerapan SOA


Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian internal terbukti
dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses pelaporan frauds yang disaksikan
olehpegawai dan perlindungan terhadap pegawai tersebut atas pelaporannya. Tapi sayangnya
SOA memiliki beberapa kelemahan, yang pertama adalah memfokuskan pada pemberian sanksi danperlakuan
terhadap subjek, namun pada kenyataanya kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan hanya
terjadi karena individu yang melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih dikarenakan
adanya permainan dalam sistem.
Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti kebanyakan
kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-masing individu, yang
seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan baik, dengan sengaja melakukan
pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada
sistem yang dapat menakut-nakuti orang-orang yang memiliki peluang untuk melakukan
kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun individu.
Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk dipopulerkan. Ini
terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di Amerika yang secara
menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa kasus fraud lebih parah dan sampaisampai menyebabkan kerusakan ekonomi global. Ada komponen lain yang menyebabkan internal
controls tidak berjalan secara semestinya, yaitu ketika moral hazard atas individu yang terjadi
dalam sebuahperusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya adalah AIG yang merupakan salah
satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Funddan peluang pengendalian uang yang besar oleh
manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan skandal keuangan.

Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya dilakukan oleh
komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan pengontrolan yang dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap kondisi sebuah perusahaan yang sudah dianggap
baik haruslah ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada sebuah perusahaan harus dilakukan secara
berkala agar pendeteksian kecurangan bisa ditemukan lebih awal. Pembuatan regulasi dan sanksi
luar biasa dalam pengendalian moral hazard harus dilakukan agar tidak terjadi suatu kegagalan
sistemik yang akan mengakibatkan semua instrument pengendalian baik regulasi pemerintah,
kode etik perusahaan, maupun nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki
lagi dari awal.

L.

Kendala Penerapan Sarbanes Oxley-Act di Indonesia

Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi di Indonesia ada


beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan pembentukan Sarbanes-Oxley
Act diantaranya:
1.

Keputusan

Mentri

Keuangan

(KMK)

Tgl

30

Sept

2002,

No.423/KMK.06/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik. Selanjutnya Menteri Keuangan RI pada


tanggal 5

Februari

2008 menerbitkan Peraturan

Menteri

Keuangan

No.

17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang merupakan penyempurnaan Keputusan


Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003 tentang Jasa Akuntan
Publik yang dianggap sudah tidak memadai).
2.

Keputusan

Menteri

BUMN

Tgl

31

Juli

2002, nomor:

KEP-117/M-

MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN


3.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 November

2002, nomor: KEP-20/PM/2002. tentang Independensi Akuntan yang memberikan jasa audit di
Pasar Modal
4.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Desember

2003, nomor: KEP-40/PM/2003. tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan
5.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 24 September

2004, nomor: KEP29/PM/2004, tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja


Komite Audit.

BAB III
PENUTUP
A. Rekomendasi
Perusahaan perlu menerapkan SOA sebagai langkah untuk mencegah perusahaan tersebut
bertindak curang (fraud) dan lebih terbuka terhadap lingkungan sekitar perusahaan tersebut serta
meningkatkan kepercayaan investor. Selain itu, dengan adanya SOA akan membuat persaingan
antar-perusahaan menjadi lebih sehat.
B. Kesimpulan
Sarbanes Oxley Act bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal
akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika. Secara umum SOA
mengatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance, yang mensyaratkan
adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasilhasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan komite
audit yang independen, pembatasan kompensasi eksekutif dan lain-lain. Sehingga pada intinya
SOA memberikan persyaratan bagi sebuah perusahaan terhadap pengendalian internalnya.
Perdebatan mengenai untung rugi penerapan SOA masih terus terjadi. Para
pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting untuk
mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan antara lain
memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah
bahwa SOA tidak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan
menempatkan perusahaan-perusahaan pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing.
Manfaat dari undang-undang semacam Sarbanes-Oxley dalam jangka panjang tidak dapat
disangkal. Peningkatan transparansi dan pengaturan industri audit yang mendorong efektifitas
dan independensi auditor diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan
investor terhadap pasar modal. Kendala-kendala, terutama dalam jangka pendek pasti akan ada
dan perubahan cara untuk mempertemukan permintaan dan penawaran jasa audit pasti akan
membutuhkan pengorbanan baik dari sisi klien maupun auditor. Namun, demi manfaat jangka
panjang dan menguatnya pasar modal dan perekonomian Indonesia, penerapan undang-undang
semacam Sarbanes-Oxley tersebut sangat patut untuk dipertimbangkan. Komponen-komponen
pokok dari undang-undang tersebut secara integratif harus ada dalam semua undang-undang dan
peraturan-peraturan yang relevan seperti undang-undang akuntan, undang-undang pasar modal,

peraturan Bapepam dsb. Kajian mengenai penyesuaian yang perlu dilakukan agar undangundang tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia harus dilakukan dengan tetap menjaga agar
tujuan-tujuan pokok dari undang-undang tersebut dapat tercapai. Dengan melihat kepada
pengalaman di AS, kita menyadari bahwa penyusunan undang-undang dan perturan-peraturan
tersebut dan pengimplementasiannya adalah pekerjaan yang tidak mudah dan berat namun kita
juga sadar bahwa ini harus segera dipikirkan dan ditangani secara serius.

C.

DAFTAR PUSTAKA

http://dito-gudboy.blogspot.com/2010/03/sarbanes-oxley-act.html
http://www.scribd.com/doc/31300664/Penerapan-Sarbanes-Oxley-di-Indonesia
http://www.scribd.com/doc/86749658/PENDAHULUAN-PKMGT
http://www.scribd.com/doc/29602286/7/Pengertian-Sarbanes-Oxley-Act-of-2002
http://princesdavinaquu.blogspot.com/2010/11/sarbanes-oxley-act-and-impact-to.html
http://wawannurjuniawan.blogspot.com/2011/11/tugas-34-sox-sarbanes-oxley-act-dan.html
http://zaharast91.blogspot.com/2012/10/sarbaness-oxley-act.html
http://www.scribd.com/doc/31300664/Penerapan-Sarbanes-Oxley-di-Indonesia
http://rebellion-rudi.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-tujuan-sarbanes-oxley.html
http://www.syamatahari.com/2008/06/sarbanes-oxley-act-2002.html
http://zakiyudin-ikhtar.blogspot.com/2012/08/sarbanes-oxley-act-2002.html
http://www.docstoc.com/docs/90578238/PENERAPAN-SARBANES-OXLEY-UNTUKMENJADI-GOOD-CORPORATE-GOVERNANCE-PADA-PT-TELEKOMUNIKASIINDONESIA-TB#
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf
http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9913&type=2#.UWeNG8Vvq_J

Anda mungkin juga menyukai