Anda di halaman 1dari 93

1.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) DAN


BUDAYA KERJA INDUSTRI
MODUL AJAR SMKS Latanro Enrekang

DASAR DASAR KEJURUAN TEKNIK Kelas: X / Fase E


JARINGAN KOMPUTER DAN
TELEKOMUNIKASI Semester: 2 (Genap)

I. INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Rasni R, ST
Nama Sekolah : SMKS Latanro Enrekang
Tahun Penyusunan : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Alokasi Waktu : 36 jam pelajaran (6 Pertemuan X 6 JP)
Elemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri
Capaian Pembelajaran:
Pada akhir fase, peserta didik akan mendapatkan gambaran yang tepat mengenai
program keahlian yang dipilihnya meliputi pemahaman tentang :
1. Praktik dan konfigurasi komputer
2. Praktik kerja yang aman
3. Bahaya di tempat kerja
4. Prosedur dalam keadaan darurat
5. Penerapan budaya kerja (5R)
6. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur di tempat tinggi
Selain pemahaman yang dimiliki, peserta didik juga mampu menerapkan:
1. Peralatan/teknologi di bidang jaringan komputer dan telekomunikasi.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja
industri.
3. Alat ukur, termasuk pemeliharaan alat ukur untuk seluruh jaringan komputer
dan sistem telekomunikasi. Kemampuan peserta didik tersebut didapat melalui
penguatan wawasan dunia kerja dan kewirausahaan serta penguasaan
elemen-
elemen pembelajaran lainnya, sehingga dapat menumbuhkan passion serta vision yang dapat
memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase
berikutnya.

B. Kompetensi Awal
Peserta didik telah memiliki pengetahuan awal tentang:
1. Pemahaman tentang K3LH
2. Pemahaman tentang budaya kerja
3. Pemahaman tentang budaya 5R

C. Profil Pelajar Pancasila


Setelah mengikuti pembelajaran ini, Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan muncul pada
peserta didik adalah:
1. Mandiri, ditunjukkan dengan memiliki prakarsa untuk mengembangkan
diri dan tidak tergantung pada orang lain.
2. Kreatif, ditunjukkan dengan keluwesan berpikir dalam mencari alternatif
solusi permasalahan.
3. Bernalar kritis, ditunjukkan dengan memproses, mengolah, menganalisis,
merefleksi pemikirannya sendiri.

D. Sarana & Prasarana


Sarana & Prasarana yang dibutuhkan pada saat belajar dengan modul ini antara
lain:
1. Laptop (Guru)
2. Android (Guru Dan Siswa)
3. PC dalam LAB (siswa)
4. Perangkat Lunak perencanaan (Microsoft Office)

E. Target Peserta Didik


1. Peserta didik reguler/tipikal: 75%
2. Peserta didik dengan kesulitan belajar: 15%
3. Peserta didik dengan pencapaian tinggi: 10%

F. Model Pembelajaran yang Digunakan


Pembelajaran Discovery Learning
II. KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat budaya kerja industri berdasarkan studi kasus dan
dokumen perencanaan yang diberikan.
2. Peserta didik dapat memahami lingkup kerja pada bidang teknik jaringan
komputer dan telekomunikasi.
Kata Kunci:

Perencanaan jaringan komputer meliputi skema logic jaringan komputer, analisis


kebutuhan pelanggan meliputi dokumen kebutuhan layanan dan dokumen perangkat
keras jaringan, membuat rencana implementasi meliputi skema fisik jaringan dan
landscape/blue print area.

Deskripsi:

Peserta didik secara mandiri perorangan diberikan contoh dokumen-dokumen


perencanaan jaringan meliputi:
1. Desain topologi logic jaringan, dokumen kebutuhan pelanggan dan dokumen
implementasi berupa desain jaringan fisik. Beserta penjelasan cara membuat
dokumen desain jaringan.
2. Peserta secara mandiri diberikan sebuah kasus untuk merencanakan sebuah
dokumen perencanaan beserta dokumen kosong yang harus didesain.

B. Pemahanan Bermakna

Sebuah jaringan komputer yang mendistribusikan data dari satu kode ke kode lain
membutuhkan sebuah rencana yang baik meliputi rencana kebutuhan pelanggan,
rencana desain topologi jaringan, rencana desain pengkabelan, rencana desain
penempatan perangkat keras. Serta menghitung dana yang dikeluarkan.

C. Pertanyaan Pemantik
1. Mengapa peserta didik harus mengerti orientasi dasar teknik jaringan komputer
dan telekomunikasi ?
2. Bagaimana bekerja yang baik?
3. Bagaimana memahami K3LH?
4. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi

D. Persiapan Pembelajaran
1. Buku modul teknik jaringan komputer dan telekomunikasi
2. Contoh Dokumen Perencanaan
3. Jobsheet: dokumen kosong perencanaan (soft copy)
4. Internet
E. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip jaringan dan telekomunikasi dan
belajar dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang
disampaikan dari guru.
Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.

Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.

Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
materi dan soal.

Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan
Uraian Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta didik diberikan pertanyaan
pemantik.
2. Peserta didik bertanya jawab mengenai hal
tersebut.
3. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri (mencari
referensi dari sumber lain) tentang praktik
kerja yang aman dan bahaya di tempat
kerja dan prosedur dalam keadaan darurat.
4. Peserta didik diberikan penguatan dan
refleksi secara umum.
5. Peserta didik diberikan asesmen diagnostik
kognitif.
6. Peserta didik dibagi menjadi kelompok
berdasarkan asesmen diagnostik kognitif,
masing-masing beranggotakan 5 orang per
kelompok.
7. Peserta didik kemudian diminta untuk
mencermati contoh dokumen perencanaan
serta contoh kebutuhan pengguna dan
diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang hal-hal yang perlu dikonfirmasi,
seperti:
● K3LH
● Resiko dan bahaya kerja
● Penggunaan alat keamanan diri
Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit
1. Peserta didik dengan dipandu guru,
membuat simpulan berdasarkan hasil
penelaahan dokumen yang diberikan.
2. Peserta didik melakukan refleksi mengenai
pembelajaran hari ini. Refleksi: Hal penting
apa yang telah dipelajari hari ini?
3. Peserta didik diminta untuk
menyampaikan persepsinya tentang
pembelajaran hari ini (misalnya tentang
dokumen kebutuhan pengguna, skema
logic dan skema jaringan)
4. Guru mengingatkan topik pembelajaran
pada pertemuan berikutnya, yaitu 5R
secara mandiri.

Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 2
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip jaringan dan telekomunikasi dan
belajar dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang
disampaikan dari guru.

Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.

Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.
Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
materi dan soal.

Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
2. Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan

Uraian Kegiatan Pembelajaran


1. Peserta didik diberikan permasalahan
berupa studi kasus yang harus dikerjakan
pada lembar kerja.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri
berdasarkan kegiatan pembelajaran
pembelajaran sebelumnya tentang K3LH.
3. Guru menjelaskan langkah pengerjaan
jobsheet.
4. Peserta didik mengerjakan jobsheet
perencanaan lembar kerja menggunakan
komputer dengan aplikasi desain
(microsoft office) meliputi:
● Budaya kerja 5R
5. Peserta didik mempresentasikan atau
menyajikan hasil desain atau perencanaan
jaringan secara utuh meliputi:
 Budaya kerja 5R

Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit


1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan
hasil diskusi untuk pembelajaran hari ini.
2. Guru memberikan penjelasan jawaban atas
pertanyaan yang ada.
3. Peserta didik menulis rangkuman
berdasarkan arahan dari guru.
Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 3
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip jaringan dan telekomunikasi dan
belajar dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang di
sampaikan dari guru.
Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.

Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.

Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
materi dan soal.

Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
2. Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan

Uraian Kegiatan Pembelajaran


1. Peserta didik diberikan permasalahan
berupa studi kasus yang harus dikerjakan
pada lembar kerja.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri berdasarkan
kegiatan pembelajaran pembelajaran
sebelumnya tentang prosedur kerja di
tempat tinggi.
3. Guru menjelaskan langkah pengerjaan
jobsheet.
4. Peserta didik mengerjakan jobsheet
perencanaan lembar kerja menggunakan
komputer dengan aplikasi desain (Microsoft
Word) meliputi:
 Prosedur kerja di tempat tinggi
 Resiko kerja di tempat tinggi
 Alat pelindung diri di tempat tinggi
5. Peserta didik mempresentasikan atau
menyajikan hasil desain atau perencanaan
jaringan secara utuh meliputi:
 Prosedur kerja di tempat tinggi
 Resiko kerja di tempat tinggi
 Alat pelindung diri di tempat tinggi
Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan
hasil diskusi untuk pembelajaran hari ini.
2. Guru memberikan penjelasan jawaban atas
pertanyaan yang ada.
3. Peserta didik menulis rangkuman
berdasarkan arahan dari guru.

Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.

F. Asesmen
1. Diagnostik Kognitif
2. Hasil Perencanaan/Desain Jaringan
3. Pilihan Ganda

G. Pengayaan & Remedial


Untuk lebih menambah luas wawasanmu mengenai teknik jaringan komunikasi dan
supaya kamu lebih termotivasi kamu bisa kunjungi link berikut: https://s.id/FX2pb
H. Refleksi Peserta Didik dan Guru
1. Apa ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua peserta didik aktif selama mengikuti kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan yang dihadapi peserta didik selama mengikuti kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah kesulitan yang dialami peserta didik dapat teratasi?
5. Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh peserta didik dapat tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
7. Apa strategi yang harus dipilih supaya peserta didik dapat menuntaskan
kompetensi?
III. LAMPIRAN

A. LKPD

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)


Dasar-Dasar Kejuruan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Satuan Pendidikan : SMK Latanro Enrekang


Kelas/Semester : X (sepuluh)/II (genap) Nama Kelompok
: .................................
Nama Anggota : 1. ...............................
2. ...............................
3. ...............................
4. ...............................
5. ...............................
Materi Pokok : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industry
Guru Pengampu : Rasni R, ST

a. Media
Media: Internet, Googel, Yutube

b. Lembar Analisis
Nama praktik: prosedur kerja/k3LH/Bahaya kerja/pekerjaan di tempat tinggi
Langkah kerja yang dibuat:
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
c. Lembar Penilaian
1. Penilaian Keterampilan Rubrik Penilaian
Penilaian Tidak ada Kurang lengkap Lengkap
Langkah/dialog Tidak ada kejelasan Dianalisis point langkah- Dianalisis dan point-
lengkap (5) langkah tapi kurang tepat (10) point lengkap (20)

Analisis langkah Tidak dianalisis (5) Dianalisis tapi tidak lengkap Dianalisis dan
dialog (10) lengkap (20)

Presentasi Tidak aktif dalam Aktif dalam presentasi dan Aktif dalam
presentasi (5) tidak bisa menjawab presentasi dan
menjawab semua
pertanyaan (20)
Hasil akhir dari Kurang lengkap Kurang lengkap langkah- Lengkap langkah-
kesimpulan langkah- langkahnya langkahnya tapi menyertakan langkahnya dan
yang didapat (10) hasil presentasi (25) menyertakan
kesimpulan hasil
presentasi (40)

2. Penilaian Sikap
NO NAMA Disiplin Kerjasama Tanggung Jawab Jumlah Skor NILAI

*) Ketentuan

1. 20 => jika peserta didik sangat kurang konsisten memperhatikan perilaku yang tertera
dalam indikator
2. 40 => jika peserta didik kurang konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator
3. 60 => jika peserta didik mulai konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator
4. 80 => jika peserta didik konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam indikator
5. 100 => jika peserta didik selalu konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator

Format penilaian : NILAI = (Jumlah Skor / 300) X 100


B. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik MATERI

K3LH

1. Konsep K3
Menurut konsep K3 ada aspek K3 diperuntukkan diantaranya:

 Pelaku/tenaga kerja (pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut berhak mendapat


perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional),
 Lingkungan sekitar (baik orang, tanaman, binatang yang secara tidak langsung
dapat terkena dampak dari resiko kecelakaan kerja dan jaminan keselamatan diatur
di lingkungan tempat kerja)
 Alat kerja/managemen kerja (peralatan yang digunakan mengalami kerusakan/hilang
saat digunakan dan terjamin aman dan effisien)
Semua aspek tersebut perlu diadakan pembinaan noma-norma untuk mewujudkan
dalam undang–undang yang memuat ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi dan
pemerintah sebagai monitor agar undang–undang tersebut berjalan dan tidak ada pihak
yang dirugikan.

2. Pengertian K3
A. Pengertian K3
Ada 3 pengertian K3:

1) Secara Etimologi:
K3 adalah memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien.

2) Secara Filosofi:
K3 adalah uatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam
mencapai adil, makmur, dan sejahtera.

3) Secara Keilmuan:
K3 adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.

4) Secara institusi:
a. Menurut Occupational Safety Health Administrasi (OSHA)

K3 adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah aplikasi ilmu dalam


mempelajari risiko keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun
bukan. Kesehatan keselamatan kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri
atas fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur,
transportasi, penanganan material bahaya.

b. Menurut International Labour Organization (ILO)

K3 adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja


baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan,
mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan,
melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di
lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan
untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang
dengan tugasnya.

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas pelaksanaan K3 di


semua tempat kerja di mana terdapat tenaga kerja, hubungan kerja atau kegiatan
usaha dan sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah Indonesia.

d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 463/MEN/1993

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya perlindungan yang


ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja atau perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta agar setiap produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.

5) Menurut para ahli


a. Mathis dan Jackson

Menurut Mathis dan Jackson, gagasan K3 adalah sebuah kegiatan yang


akan menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman bagi karyawan, menghindari
gangguan fisik dan mental melalui pelatihan K3, mengarahkan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas dari karyawan, serta memberikan bantuan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah dan
perusahaan tempat mereka bekerja.

b. Flippo

Menurut Flippo, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah


pendekatan menentukan standar yang sangat komprehensif dan spesifik bagi
karyawan dengan menentukan kebijakan pemerintah tentang praktik perusahaan
di tempat kerja dan menerapkannya melalui surat panggilan, denda, dan sanksi
lainnya.

c. Hadiningrum

Menurut Hadiningrum, definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah pengawasan terhadap sumber daya manusia (SDM), permesinan, material,
dan metode yang mencakup lingkungan kerja sehingga pekerja tidak mengalami
kecelakaan.
d. Widodo

Menurut Widodo, pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah sebuah bidang yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja di suatu lembaga atau lokasi proyek.

e. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization


(WHO)

Menurut WHO (World Health Organization), definisi Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan tingkat tertinggi kesehatan fisik, mental dan sosial bagi pekerja
di semua jenis pekerjaan; pencegahan masalah kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi kerja; serta perlindungan pekerja dari risiko pekerjaannya karena faktor-
faktor yang merugikan kesehatan.

B. Fungsi dan Tujuan K3


1) Fungsi K3
Dalam implementasinya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki
cukup banyak fungsi dan manfaat, baik untuk perusahaan maupun bagi pekerja.
Berikut ini adalah beberapa fungsi K3 secara umum:

● Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi, menilai risiko dan bahaya untuk


keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
● Membantu memberikan saran tentang perencanaan, proses pengorganisasian,
desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
● Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan pekerja di
lingkungan kerja.
● Memberikan saran tentang informasi, pendidikan, serta pelatihan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
● Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan program
pengendalian bahaya.
● Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah- langkah pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya.

Dari penjelasan dan definisi para ahli yang telah disebutkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
hal penting yang harus diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga sejalan
dengan amanat Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 87.

Implementasi K3 di area kerja ditujukan untuk melindungi rekan kerja,


keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja. Fungsi K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua perusahaan yang menjadi area kerja untuk sekelompok orang memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap
berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

2) Fungsi K3 secara khusus adalah sebagai berikut:

● Sebagai alat untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko


dari bahaya keselamatan di tempat kerja.
● Sebagai alat untuk memberikan saran terhadap perencanaan dan
pengorganisasian dalam praktik kerja, termasuk juga desain area kerja.
● Sebagai alat dalam memberikan informasi, pelatihan, dan edukasi terkait
kesehatan kerja dan Alat Pelindung Kerja (APD).
● Dan sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaaan
serta tindakan darurat lainnya.
Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi
sehingga dapat digunakan secara efektif.

3) Tujuan K3
Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tujuan
dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mencegah kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.

Adapun tujuan dari K3 secara khusus adalah sebagai berikut:

● Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.


● Meningkatkan derajat kesehatan pekerja melalui promosi K3.
● Menjaga status kesehatan para pekerja pada kondisi yang optimal.
● Menciptakan sistem kerja yang aman.
● Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupul materil akibat
terjadinya kecelakaan kerja, dan
● Melakukan pengendalian terhadap resiko yang ada di tempat kerja.

Tujuan menerapkan K3 adalah

 melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja,


 menjamin sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien,
dan
 menjamin proses produksi berjalan lancar.

C. Faktor ancaman risiko kecelakaan kerja

Bahaya potensial di lingkungan kerja meliputi:

 Faktor Fisik
 Faktor Kimia (uap, gas, debu, asap)
 Faktor Biologi
 Faktor Fisiologis/Ergonomi
 Faktor Psikososial
Penjelasannya:

1) Faktor Fisik

a. Suhu

Suhu terlalu tinggi menyebabkan:


 Heat Stroke
 Heat Cramp
 Heat Exhaustion

Suhu terlalu rendah menyebabkan:

 Frostbite
 Chilblain
 Trenchfoot

b. Tekanan
Tekanan udara tinggi
 Pada pekerja penyelam dan pekerja tambang

Tekanan udara rendah


 Pada pekerja penerbang dan astronot

c. Kebisingan
 Kerusakan indra pendengaran, kejiwaan, berdebar

d. Pencahayaan
 Menyebabkan kelainan indra penglihatan

e. Radiasi
 Radiasi sinar infra merah
 Radiasi sinar ultra violet
 Radiasi sinar rontgen

f. Konstruksi bangunan dan lingkungan kerja


 Kecelakaan, terjatuh, tertimpa
 Penyakit Infeksi (ISPA)

 Emosional/Psikis

2) Faktor Kimia

a. Debu, dapat menimbulkan Pneumoconosis antara lain:


 Silicosis
 Stanosis
 Asbestosis
 Berryliosis
b. Uap
 Uap logam, menimbulkan demam uap logam, dermatitis, keracunan.
 Gas, menyebabkan keracunan (gas Sianida, Asam sulfida, CO, dan lain-lain).
 Larutan, menyebabkan kerusakan pada kulit (Benzen, etanol, dan lain-lain).

3) Faktor Biologi:
 Bakteri, Jamur, Parasit, Virus

4) Faktor Fisiologis:
 Kelelahan karena tidak serasi alat kerja, frekuensi, beban, dan lain-lain).

5) Faktor Psikososial
 Hubungan sesama pekerja, stress kerja, shift, pasca kerja, dan lain-lain.

KESULITAN DALAM PERHITUNGAN PAK (Penyakit Akibat


Kerja)

a. Banyak masalah yang kurang mendapat perhatian dari para ahli kesehatan dan
institusi pendidikan serta perusahaan.
b. Seorang pekerja biasanya tidak menyadari bahwa masalah yang mereka alami
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Bahkan meskipun hubungannya sudah
jelas, mereka tetap akan mengabaikannya karena takut kehilangan pekerjaan.
c. Kesadaran akan PAK sulit dicapai karena lamanya antara pajanan awal dengan
gejala yang muncul pada saat pemeriksaan.
d. Membuat hubungan sebab akibat sulit untuk diakses karena banyaknya jenis
bahaya kerja yang dapat mengenai pekerja.
e. Sejumlah masalah kesehatan yang dicurigai oleh ahli kesehatan sebagai PAK tidak
dilaporkan lebih lanjut karena asosiasinya dengan pekerjaan masih samar dan
karena syarat pelaporan tidak kuat.
f. Bertolak belakang dengan penyakit yang bukan akibat kerja. Penyakit akibat kerja
hampir selalu rentan terhadap pencegahan.

UPAYA PENCEGAHAN
 Legislatif Control
 Administratif Control
 Engineering Control
 Medical Control dengan Pelayanan Kesehatan

PENYAKIT & KECELAKAAN AKIBAT KERJA

Disebabkan oleh pemajanan zat-zat berbahaya di lingkungan kerja, ada


beberapa pendekatan perlindungan di antaranya:
 NAB
 Konsentrasi maksimum

PENEGAKAN DIAGNOSA
 Annamnesa penyakit (keluhan, riwayat pekerjaan, dan penyakit)
 Hazard/faktor resiko pekerjaan
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tempat kerja
 Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan timbulnya gejala dan
penyakit

PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Pelayanan Paripurna:
 Pelayanan Promotif
 Pelayanan Preventif
 Pelayanan Kuratif
 Pelayanan Rehabilitatif Penjelasan:

a. Pelayanan Promotif
 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja
 Pemeliharaan berat badan ideal
 Perbaikan gizi menu seimbang dan makanan sehat
 Pemeliharaan tempat, cara, dan lingkungan kerja yang sehat
 Konsultasi untuk perkembangan kejiwaan yang sehat
 Olah raga fisik dan rekreasi

c. Pelayanan Preventif
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus:
 Imunisasi
 Kesehatan lingkungan kerja
 Perlindungan diri terhadap bahaya pekerjaan
 Penyerasian pekerja dengan mesin, alat kerja
 Pengendalian bahaya lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomi)
 Suplemen gizi
 Survailance kesehatan kerja

d. Pelayanan Kuratif

Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan pelayanan


diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja.

e. Pelayanan Rehabilitatif

Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang


masih ada secara maksimal. Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif
sesuai kemampuannya.

MENURUT ILO (International Labour Organization) ASURANSI

 Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan


pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi
syarat K3.

PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


 Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-
syarat K3 di tempat kerja.

3. Praktik kerja yang aman


A. Faktor yang menimbulkan potensi cedera atau penyakit akibat kerja
Tidak ada orang yang ingin mengalami kecelakaan kerja, tapi kadang kala hal
tersebut tidak terhindarkan. Selain perusahaan wajib menyediakan sarana keselamatan
kerja, Anda juga sebaiknya mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang umum terjadi
agar dapat menghindarinya.

Kecelakaan kerja adalah insiden atau kejadian yang mengakibatkan seseorang


menderita cedera fisik maupun mental. Kecelakaan ini terjadi karena hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan, misalnya kecelakaan di tempat kerja atau di
perjalanan saat Anda melakukan pekerjaan.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan pada 2019, total kecelakaan kerja


di Indonesia mencapai 77.295 kasus. Meski jumlah ini turun 33 persen dibanding 2018,
angka tersebut masih cukup tinggi sehingga Anda patut waspada selama menjalankan
tugas.

Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena kombinasi beberapa faktor penyebab


terjadinya insiden. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja itu sendiri dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu:

1) Faktor manusia
Faktor ini merupakan tindakan yang diambil atau tidak diambil untuk
mengontrol cara kerja di perusahaan.

2) Faktor material
Penyebab kecelakaan kerja ini berupa ledakan, kebakaran, dan paparan tidak
terduga dari zat beracun yang digunakan dalam industri yang bersangkutan,
misalnya zat asam atau zat kimia berbahaya.

3) Faktor peralatan
Faktor ini termasuk peralatan yang tidak terjaga dengan baik sehingga rentan
mengalami kegagalan fungsi dan mengakibatkan kecelakaan kerja.

4) Faktor lingkungan
Penyebab kecelakaan kerja ini mengacu pada keadaan tempat kerja, misalnya
suhu, kebisingan, kualitas udara, maupun kualitas pencahayaan.

5) Faktor proses
Ini termasuk ancaman yang muncul dari proses produksi, seperti debu yang
beterbangan, uap, asap, hingga suara bising yang berhubungan dengan faktor
produksi.

Jenis cedera akibat kecelakaan kerja

Tidak semua kecelakaan kerja menimbulkan korban cedera, meski tidak


jarang juga hal ini justru mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Cedera akibat
kecelakaan kerja sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat
keparahannya, yaitu:
● Cedera fatal (fatality): kecelakaan kerja yang sampai mengakibatkan
seseorang meninggal dunia.
● Cedera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja (loss time injury):
kecelakaan kerja yang mengakibatkan seseorang menderita cacat permanen
atau kehilangan waktu produktifnya selama satu hari kerja atau lebih.
● Cedera yang menyebabkan kehilangan hari kerja ( loss time day): kecelakaan
kerja yang mengakibatkan karyawan tidak bisa masuk kerja.
● Tidak mampu kerja atau kerja terbatas ( restricted duty): kecelakaan yang
mengakibatkan karyawan mengalami perubahan bagian atau jadwal/pola kerja.
● Dirawat di rumah sakit (medical treatment injury): kecelakaan kerja yang
mengakibatkan seseorang harus dirawat inap di rumah sakit atau rawat jalan
dengan pengawasan dokter.
● Cedera ringan (first aid injury): misalnya luka lecet, mata
kemasukan debu hingga iritasi, dan lain-lain.
● Tidak menimbulkan cedera (non-injury accident): kejadian potensial yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Namun, kebakaran, peledakan, dan
pembuangan limbah tidak termasuk dalam cedera kategori ini.

B. Undang–undang Keselamatan Kerja


Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Tahun 2003, setiap pekerja berhak
mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (UU Keselamatan


Kerja) mengatur tentang prinsip-prinsip dasar yang berkaitan dengan pelaksanaan
keselamatan kerja. Tindakan harus diambil untuk mencegah kecelakaan dan ledakan;
untuk mengurangi kemungkinan kebakaran dan untuk memadamkan api; dan setiap
tindakan lain yang disebutkan sehubungan dengan tempat kerja. Undang-undang
tersebut juga memiliki ketentuan terkait pintu keluar kebakaran; pertolongan pertama
jika terjadi cedera, perlindungan dari polutan seperti gas, kebisingan, dan lain-lain;
perlindungan dari penyakit akibat kerja; dan penyediaan alat pelindung diri bagi
pekerja.

Semua kecelakaan harus dilaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Ketenagakerjaan. UU Keselamatan Kerja mencantumkan daftar industri yang
memerlukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan
tahunan juga harus dilakukan.

Pihak pengusaha yang mempekerjakan 100 (seratus) atau lebih pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan/kegiatan berisiko tinggi, maka harus menetapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan persyaratan hukum.
Perwakilan pekerja harus menyetujui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja, pemasok, dan
pelanggan. Kementerian Ketenagakerjaan harus mengawasi penerapan sistem tersebut
serta mengevaluasi dan menilai sistem tersebut secara berkala.

C. Undang–undang Kesehatan Kerja


Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 Tahun 1964 tentang Persyaratan Kesehatan
dan Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja, menetapkan persyaratan tertentu
di tempat kerja yang sesuai. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah
kebakaran, kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit akibat kerja, penyebaran debu,
gas, uap, dan bau yang tidak sedap. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan
peraturan baru melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja yang mencabut
peraturan tahun 1964 di atas. Peraturan baru memberikan pedoman baru untuk nilai
ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman kualitas udara dalam
ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak.

Bangunan harus menyediakan penerangan yang cukup, pengatur suhu, dan


ventilasi; kebersihan, penyimpanan, dan pembuangan limbah secara berkala; bangunan
harus dibangun dengan baik dan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar;
pengecatan dinding dan langit-langit secara berkala setidaknya setiap 5 (lima) tahun
sekali; WC terpisah untuk pria dan wanita (satu WC untuk setiap 15 karyawan);
pengaturan higienis untuk kebutuhan personel; minuman dan makanan; penginapan
personel (jika ada); stasiun kerja dan pengaturan tempat duduk; dan penerangan
darurat pada malam hari di tempat kerja.

Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha dapat berakhir apabila


pengusaha memerintahkan pekerja untuk melakukan pekerjaan yang membahayakan
nyawa, keselamatan,

kesehatan dan atau moral pekerja, yang tidak diberitahukan atau diberitahukan kepada
pekerja pada saat perjanjian kerja dibuat.

D. Undang–undang Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja.
Tujuan dari dibentuknya hukum ketenagakerjaan adalah untuk:

● memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan


manusiawi;
● mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
● memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
● meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja
dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan
kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja
berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang
dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang
dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-
66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk
antara pengusaha dan pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan
substansi dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum
lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban


untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak
untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak
untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah

menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk mendapatkan
perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan
diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisihan-
perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka
peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan
Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut
memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui
perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan
Hubungan Industrial.

Peraturan-peraturan terkait Ketenagakerjaan:

● Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


● Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
● Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
● Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
● Undang-Undang No. 39 Tahun 200 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
● Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81
Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan)
● Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No. 182
Concerning the Prohibition and
Immediate Action for Elimination of the Worst Forms of Child Labour (Konvensi
ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk
Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak)
● Undang-Undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 111
Concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi
ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan)
● Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 Pengesahan tentang ILO Convention No.
138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO
mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja)
● Undang-Undang No. 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 105
concerning the Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan
Kerja Paksa)
● Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Hari Tua
● Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Pensiun
● Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kerja dan Jaminan Kematian
● Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengawasan
Terhadap Penyelenggaraan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri
● Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
● Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
● Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
● Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja
● Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan
Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia

● Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2013 tentang Koordinasi Pemulangan


Tenaga Kerja Indonesia
● Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

E. Simbol–simbol Keselamatan Kerja


1. Landasan Hukum
a. Undang-undang No 1 Tahun 1970 Pasal 14b.
―Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja‖

b. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4.
 Manfaat Pemasangan Rambu
 Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan umum
 Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
 Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
 Mengingatkan para pelaksana di mana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri sebelum memulai aktivitas di tempat kerja.
- Menunjukkan di mana peralatan darurat keselamatan berada.
- Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.

Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat


tentang zat-zat berbahaya seperti asam atau untuk menunjukkan fitur-fitur keselamatan
seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum atau instruksi
spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang ditunjuk. Yang
dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam
laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk:

● Gambar-gambar/poster
● Tulisan/logo/semboyan/motto
● Simbol-simbol
Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya.
Adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktivitas dalam bentuk
sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut di atas teraplikasikan dalam rangka untuk
mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang
aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan undang–
undang keselamatan kerja yang berlaku.

Adapun rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah:

● Rambu Larangan
● Rambu Peringatan
● Rambu Pertolongan
● Rambu Prasyarat
Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk dipahami dan
disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan
rambu–rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan
bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itu sangatlah perlu adanya penjelasan
pengetahuan tentang simbol, kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-
rambu dengan standar internasional.

Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu– rambu keselamatan


dan kesehatan kerja yang berlaku dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah
asal pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang dilakukan dengan
memperhitungkan:

● Mengidentifikasi bahaya;
● Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
● Menentukan jenis rambu dan indikator apa yang perlu digunakan.
Rambu–rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa simbol atau kode yang
menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada di lokasi
tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam pelaksanaannya
dibedakan dalam bentuk warna–warna dasar yang sangat mencolok dan mudah
dikenali. Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa warna:

● Warna Merah–tanda Larangan (Pemadam Api)


● Warna kuning–tanda Peringatan atau Waspada atau berisiko bahaya
● Warna Hijau–tanda zona aman atau pertolongan
● Warna Biru–tanda wajib ditaati atau prasyarat
● Warna Putih–tanda informasi umum
● Warna oranye–tanda beracun
Warna–warna tersebut di atas merupakan warna dasar sebagai latar belakang
(background), sedangkan gambar atau logo/simbol di atas warna dasar tersebut
merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa
warna putih atau hitam.

Adapun bentuk–bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang
perlu dipahami adalah seperti dalam tabel sebagai berikut:
Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda–tanda atau simbol ada 3 (tiga)
bentuk dasar yaitu:

● Bentuk Bulat–Wajib atau bentuk larangan


● Segitiga–tanda peringatan
● Segi Empat-darurat, informasi dan tanda tambahan

Bentuk dasar rambu–rambu standar yang perlu dipahami

c. Simbol keselamatan di tempat kerja


Rambu K3 Peringatan biasanya memiliki latar belakang warna kuning
sebagaimana yang telah menjadi panduan dalam standar internasional rambu
keselamatan dan kesehatan kerja. Pyrani dan Reynolds dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa pemberian rambu termasuk poster K3 memiliki efektivitas 51%
setelah 2 minggu dan turun menjadi 11% setelah 4 bulan.
Berikut ini rambu peringatan K3 di tempat kerja:

No Keterangan Simbol

1 Rambu K3 Perlintasan Pejalan


Kaki

2 Rambu Bahaya Overhead


Crane

3 Rambu Peringatan Orang di


Balik Pintu

4 Rambu Peringatan Mudah


Terbakar

5 Rambu Peringatan Jalan


Menurun

6 Rambu Jalan Menaik


7 Jaga Pintu tertutup

8 Rambu Awas Ada Anjing

9 Rambu Peringatan Zat Korosif

10 Rambu Bahaya Tegangan


Tinggi

11 Rambu Bahaya Tabung Gas

12 Rambu Bahaya Suhu Rendah


13 Rambu Bahaya Radioaktif

14 Rambu Bahaya Radiasi Non-


Pengion

15 Rambu Bahaya Permukaan


Panas

16 Rambu Bahaya Pengisian


Baterai

17 Rambu Bahaya Pekerjaan di


Jalan

18 Rambu Bahaya Ledakan

19 Rambu Bahaya Kebisingan

20 Rambu Bahaya Biologis


21 Rambu Awas Lantai Licin

22 Rambu Area Jalur Kabel

23 Rambu Diawasi CCTV

24 Rambu Tegangan Listrik Tinggi

25 Rambu K3 Dilarang Membuat


Api Terbuka

26 Rambu K3 Dilarang Makan dan


Minum

27 Rambu K3 Bukan Air Minum

28 Rambu Dilarang Merokok

29 Rambu Dilarang Menggunakan


Handphone
30 Rambu Dilarang Memotret

Dan masih banyak lagi di atas hanya sebagian kecil rambu- rambu yang ada.

d. Simbol Keselamatan Kerja di Laboratorium TKJ


Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda–tanda
yang dipasang di tempat kerja atau laboratorium guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan di sekeliling tempat tersebut terhadap
kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sesuai dengan
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa
―Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.‖

Yang dimaksudkan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah semua


bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk: Gambar-gambar/poster,
tulisan/logo/semboyan/motto, simbol- simbol. Rambu dalam workshop yang sering
dipasang adalah: Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu Pertolongan, Rambu
Prasyarat. Keempat rambu tersebut di atas sangatlah penting untuk dipahami dan
disosialisasikan. Di samping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan
rambu–rambu di tempat kerja sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi yang jelas apa yang harus diketahui dan dipersiapkan pada
daerah tersebut.

Kita ketahui bahwa rambu-rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi
agar kita semua terhindar dari kecelakaan. Berikut ini beberapa gambar dan penjelasan
rambu-rambu.

1) Rambu Larangan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan larangan yang wajib ditaati. Siapa
saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualian.
Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau
informasi yang terpasang (Unfallverhutung–sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu
larangan yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih,
dan logo berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai
berikut:
2) Rambu Peringatan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan peringatan yang perlu


diperhatikan kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat
mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan. Adapun peringatan yang perlu
diikuti adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri
rambu peringatan yang sering ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang
berwarna kuning, dan logo/gambar berwarna hitam, dengan bingkai berwarna
hitam.

3) Rambu Prasyarat/Wajib Dilaksanakan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan persyaratan dilaksanakan kepada


siapa saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun prasyarat yang perlu dilaksanakan
adalah sesuai dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri
rambu prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar
belakang berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.
4) Rambu Pertolongan

Rambu ini adalah rambu yang memberikan bantuan/pertolongan serta arah


yang ada di lingkungan itu karena arah/pertolongan tersebut merupakan petunjuk
arah yang harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat.

Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada


tempat yang strategis dan mudah terlihat. dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan
atau petunjuk arah tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan
logo/gambar warna putih.
5) Strategi Penerapan

Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil


bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai
kondisi tempat kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi:

 Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam


menghadapi kejadian kecelakaan kerja.
 Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3 bersifat formal
ataukah informal.
 Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3 yang optimal
sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas.

F. Proses kerja yang aman


Setiap bidang pekerjaan haruslah memprioritaskan keselamatan kerja. Selain untuk
menjamin keberlanjutan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, penerapan prosedur
keselamatan kerja di tempat kerja ditujukan untuk menanggulangi kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja.

Seperti yang kita ketahui bersama, tidak semua tempat kerja dapat memenuhi
persyaratan keselamatan dan kesehatan. Bahkan, cukup banyak bangunan tempat
bekerja yang tidak laik untuk difungsikan. Misalnya saja keberadaan ventilasi dan pintu
masuk atau keluar yang terbatas, struktur bangunan yang membahayakan, temperatur
udara yang terlalu ekstrem, maupun tingkat kebisingan yang dapat berisiko terhadap
rusaknya indra pendengaran.

Perusahaan yang tidak dapat menjamin keselamatan dan kesehatan pekerjanya


bukan hanya dapat mengakibatkan kecelakaan yang menyebabkan sakit atau cacat fisik
saja, melainkan juga dapat menyebabkan masalah psikologis dan sosial seperti stres
akibat jam kerja terlalu tinggi, kekerasan di dalam organisasi, atau masalah lainnya.
5 Tips Keselamatan Kerja di Tempat Kerja

Agar keselamatan pekerja terjamin, maka terdapat beberapa tips yang dapat Anda
terapkan di tempat kerja. Adapun 5 (lima) tips untuk menjamin keselamatan kerja di
tempat kerja adalah sebagai berikut:

1. Patuhi prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bukan hanya diaplikasikan


pada perusahaan yang memiliki risiko kecelakaan tinggi saja. Perusahaan dengan
risiko kecelakaan rendah pun harus memperhatikan dan menerapkan standar
keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja. Bahkan perusahaan dengan sektor
jasa diwajibkan untuk melindungi pekerja, keluarga pekerja, dan orang lain yang
juga terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Melakukan pengendalian terhadap risiko
yang ada di tempat kerja.

2. Lakukan perawatan dan pemeliharaan alat kerja secara rutin Perawatan dan

pemeliharaan peralatan kerja sangatlah


penting untuk dijadwalkan secara rutin. Selain bertujuan untuk efisiensi usia mesin,
peralatan kerja yang terawat dengan baik akan menjamin keselamatan dan
keamanan bagi para pekerja yang akan menggunakannya.

Kerusakan peralatan kerja seperti mesin-mesin produksi kerap terjadi karena


buruknya perawatan. Dengan membuat catatan penggunaan mesin dan memantau
aktivitas operasionalnya secara rutin, maka setiap kegiatan yang berhubungan
dengan produksi tidak akan terganggu produktivitasnya.

3. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor


PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Adapun lokasi-lokasi pekerjaan
yang wajib mengenakan APD di antaranya adalah sebagai berikut:

● Tempat kerja dengan peralatan atau instalasi yang berbahaya dan dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran maupun ledakan.
● Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau
bersuhu rendah.
● Pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran gedung atau bangunan lainnya termasuk juga bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah.
● Pekerjaan pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengelolaan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan
lapangan kesehatan.
● Pekerjaan pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas
bumi atau mineral baik yang dilakukan di permukaan, di dalam, maupun di
dasar perairan.
● Pekerjaan pengangkutan barang, binatang dan manusia yang dilakukan di
daratan, melalui terowongan, permukaan air, di dalam air, maupun di udara.
● Pekerjaan bongkar muat barang di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
bandar udara, dan gudang.
● Pekerjaan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
● Pekerjaan pada ketinggian layaknya di bidang konstruksi bangunan gedung
bertingkat.
● Pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.
● Pekerjaan yang memiliki risiko tertimbun tanah, kejatuhan, terjatuh, hanyut
atau terpelanting.
● Pekerjaan dalam ruang terbatas seperti tangki, sumur, atau lubang.
● Pekerjaan yang memiliki risiko terkena kotoran, api, asap, gas, sinar atau
radiasi, suara atau getaran.
● Pekerjaan pembuangan atau pemusnahan limbah dan sampah.
● Pekerjaan di bidang pemancaran dan penyiaran televisi, radio, atau telepon.

● Pekerjaan di bidang pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset


yang menggunakan alat berat, dan
● Pekerjaan yang menggunakan peralatan atau instalasi listrik dan mekanik.
Adapun Alat Pelindung Diri yang wajib dikenakan saat memasuki area kerja
seperti yang telah disebutkan di atas antara lain adalah sebagai berikut:
- Alat pelindung kepala, yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan
atau kejatuhan benda tajam dan keras.
- Alat pelindung wajah, yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari
paparan bahan kimia berbahaya maupun paparan partikel-partikel yang
melayang di udara.
- Alat pelindung telinga, yang berfungsi untuk melindungi telinga terhadap
kebisingan atau tekanan suara yang berisiko merusak pendengaran.
- Alat pelindung pernapasan, yang berfungsi untuk melindungi organ
pernapasan dari bahan kimia, mikro- organisme, maupun partikel kecil
lainnya seperti debu, asap, dan gas beracun.
- Alat pelindung tangan, yang berfungsi untuk melindungi tangan maupun jari-
jari dari panas api, radiasi, bahan kimia, dan lainnya, dan
- Alat pelindung kaki, yang berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
benturan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
berbahaya, dan lainnya.

4. Ikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi profesional Kompetensi merupakan suatu

hal yang dikaitkan dengan


kemampuan, pengetahuan/wawasan, dan sikap yang dijadikan suatu pedoman
dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja.

Dalam hal ini, mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga harus
relevan terhadap pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang telah ditentukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengikuti pelatihan
dan sertifikasi kompetensi juga dapat menyiapkan pekerja yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang profesional
sehingga mereka siap untuk memberikan kontribusinya sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.

5. Penuhi persyaratan keandalan bangunan gedung

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya


dalam melakukan setiap pekerjaannya. Salah satu cara untuk menjamin
keselamatan seseorang saat ia sedang bekerja di dalam bangunan gedung adalah
dengan dilakukannya penilaian keandalan bangunan gedung.

―Sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 16 Undang- Undang No. 28


Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bahwa keandalan bangunan gedung
adalah keadaan bangunan yang telah memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.‖

Bukti bahwa bangunan gedung telah andal dan laik secara fungsi dapat
ditunjukkan dengan terbitnya Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Sertifikat ini diterbitkan
oleh pemerintah daerah atas bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan
telah memenuhi persyaratan kelaikan teknis sesuai fungsi bangunan berdasar hasil
pemeriksaan dari instansi maupun penyedia jasa SLF. Dengan begitu, dapat
disimpulkan bahwa dengan dimilikinya SLF, maka bangunan gedung yang
digunakan sebagai tempat beraktivitasnya manusia telah terjamin keamanannya.

Berikut adalah cara-cara bekerja dengan aman yang bisa menjadi acuan setiap
pekerja dan juga perusahaan.

1) Staff Training

Satu-satunya cara untuk dapat mengurangi kecelakaan kerja adalah


dengan terus menerus memberikan penyuluhan atau program training tehadap
semua pekerja. Tidak peduli sudah sejauh mana keahlian pekerja dalam
mengoperasikan bidang tertentu. Yang jelas tetap harus terus diingatkan
mengenai keselamatan kerja. cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak
aman adalah selalu

melakukan penyuluhan agar karyawan semakin aware atau peduli terhadap


keselamatan kerja.

2) Pekerja yang kompeten

Karyawan yang diterima bekerja harus karyawan yang kompeten.


Maksudnya adalah karyawan yang mempunyai kepedulian terhadap
keselamatan kerja. Karyawan yang memiliki keahlian khusus dan tambah
kompeten adalah karyawan yang bisa dikatakan dapat menunjang kemajuan
perusahaan juga.

3) Selalu menggunakan alat keselamtan kerja sesuai standar Peraturan

penggunaan alat keselamatan kerja harus


wajib dipatuhi. Bahkan kalau bisa jika ada karyawan yang tidak menggunakan
alat keselamtan kerja atau tidak mematuhi standar kerja dapat langsung
diberikan surat peringatan. Jika masih membandel dapat juga langsung
diberhentikan. Karyawan tipe seperti ini malah justru akan memicu karyawan-
karyawan yang lain untuk tidak mematuhi aturan perusahaan.

4) Memberikan rambu-rambu

Karyawan yang paling safety pun harus terus memperhatikan rambu-


rambu dalam bekerja. Bukan sekadar mengingatkan, tapi retraining hal-hal
yang berkaitan dengan kecelakaan kerja.

5) Perlengkapan kerja harus full service

Jika perusahaan ingin mengurangi tingkat kecelakaan di perusahaannya,


perusahaan harus memberikan fasilitas secara penuh. Contoh, memberikan
sepatu safety yang berkualitas, memberikan jaket safety yang berkualitas,
memberikan helmet yang berkualitas dan lain-lain.

6) Tempat atau area kerja selau dalam keadaan bersih

Faktor lain yang menyebabkan kecelakaan kerja adalah fakor kebersihan.


Jika lingkungan kerja bersih maka secara otomatis pikiran para pekerja akan
bersih juga. Hal ini sangat berkaitan jika kita kaitkan ke faktor psikologis.

7) Berikan reward kepada karyawan

Perusahaan sebaiknya selalu memberikan peng- hargaan kepada


karyawan-karyawan yang rajin dan selalu mematuhi aturan keselamatan kerja
agar dapat memicu semangat dalam menjaga dan peduli terhadap
keselamatan kerja bagi karyawan yang lainnya.

G. Bahaya di tempat kerja


a. Bahaya-bahaya di tempat kerja
1. Bahaya Kerja Ergonomi

Bagi Anda yang berkecimpung di dunia kerja berkaitan dengan gadget, maka
ada bahaya yang perlu diwaspadai. Risiko kerja ergonomi ini akan dialami bagi Anda
yang banyak menghabiskan waktu di depan layar komputer.

Istilah bahaya ini disebut dengan repetative stain injuries atau cedera akibat
adanya gerakkan repetitif dalam waktu yang lama. Risiko kerja ergonomi merupakan
cedera persendian karena kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi secara
terus menerus.

Untuk menghindari hal ini terjadi, maka Anda harus mengetahui posisi duduk
yang benar saat seharian berada di depan komputer atau laptop. Pastikan
menggunakan meja serta kursi pendukung dan meregangkan otot agar tidak terjadi
bahaya tersebut.
2. Bahaya Bekerja Pada Sektor Kimia

Bagi Anda yang berkecimpung di lingkungan dengan zat kimia berbahaya dan
beracun, maka tidak luput dari risiko kecelakaan kerja. Contoh bahaya di tempat
kerja yang bisa Anda alami meliputi reaksi alergi di kulit, mata, hingga keluhan medis
pada bagian pernapasan.

Biasanya zat kimia yang beracun dapat menyebabkan seseorang mengalami


fibrosis paru-paru. Untuk meminimalisir bahaya tersebut, maka pastikan Anda
menggunakan semua perlengkapan keamanan yang diwajibkan.

Apalagi jika Anda berkecimpung di area berbahaya tersebut dalam kurun waktu
yang lama. Maka, sangat perlu tindakan pencegahan agar tidak mengalami risiko
kecelakaan kerja yang berpengaruh buruk pada kesehatan Anda.

3. Bahaya Kerja Biologi

Bahaya kerja biologis paling mengancam pada tenaga kesehatan. Bahaya ini
berasal dari berbagai mikroorganisme, seperti tumbuhan maupun hewan yang
mengancam kesehatan manusia.

Terdapat berbagai macam penyakit akibat bakteri dan virus, seperti hepatitis B
dan C, HIV atau AIDS, hingga tuberkulosis yang rentan menular ke tenaga
kesehatan.

Contoh bahaya di tempat kerja ini juga dapat mengancam kesehatan orang-
orang yang bekerja dengan hewan. Para pekerja ini rentan terkena penyakit seperti
antraks dan rabies.

Untuk mencegah dan menurunkan resiko bahaya akibat mikroorganisme yaitu


dengan cara vaksinasi. Meskipun tubuh terkena bahaya tersebut, namun tubuh
memiliki imunitas yang mengurangi gejala penyakit yang timbul.

4. Bahaya Kerja Fisik Pada Pekerja

Jenis bahaya fisik yang bisa terjadi pada Anda dapat berupa suhu lingkungan
bahkan vibrasi. Bising secara konstan dapat dirasakan oleh pekerja konstruksi
bangunan dan menimbulkan efek yang buruk bagi telinga seperti ketulian.

Sedangkan vibrasi akibat penggunaan mesin dalam waktu lama akan


menyebabkan mual, nyeri otot, bahkan gangguan pembuluh darah.

5. Bahaya Kerja Psikologis

Selain dapat memengaruhi fisik, lingkungan kerja juga dapat menyebabkan


gangguan psikologis. Hal yang paling sering menyebabkan adalah stres akibat
perubahan jenis pekerjaan, tanggung jawab, hingga lingkungan kerja.

Gangguan psikologis yang termasuk ke dalam contoh bahaya di tempat kerja


ini bisa diatasi dengan mengatur waktu dengan baik, dan beristirahat.

Setiap pekerjaan memiliki risiko kesehatan masing-masing yang patut Anda


waspadai. Untuk itu, Anda perlu mengatur waktu sebaik mungkin agar tempat kerja
yang digunakan mencari nafkah tidak malah menjadi sumber penyakit. Selain itu,
cobalah beristirahat dan refreshing agar terhindar dari bahaya kerja psikologis, fisik,
biologi, kimia, dan ergonomi.

b. Prosedur–prosedur dalam keadaan darurat


Prosedur Peringatan Dini dan Keadaan Darurat adalah tata cara dalam
mengantisipasi keadaan darurat. Adapun prosedur darurat yang ada di Mahkamah
Syar‘iyah Sigli adalah sebagai berikut:

1. Apabila anda melihat keadaan tanda bahaya


 Tetap tenang;
 Bunyikan alat tanda bahaya/bel/alarm;
 Hubungi nomor telepon keadaan darurat.

PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP KEBAKARAN

● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat


Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memadamkan sumber api dengan menggunakan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya kebakaran kepada:
● Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Pidie
● Petugas Pelayanan Kesehatan
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni
ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-
orang yang turun bersamanya.
● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung
tentang situasi keamanan gedung.

PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP GEMPA BUMI

● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat


Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai mengumpulkan massa (penghuni gedung).
● Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya gempa bumi kepada:
- Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Pidie
- Petugas Pelayanan Kesehatan.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni
ruangan untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai atau tempat yang aman dari
gempa.
● Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-
orang yang turun bersamanya.

● Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung


tentang situasi keamanan gedung.
● Jangan berlindung di bawah tangga dan jauhi area tangga!

2. Apabila Anda mengalami keadaan darurat, maka:

● SEGERA: Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika diketahui/didengar


terdapat tanda bahaya atau ketika Anda diminta untuk melakukannya;
● HINDARI: Kepanikan;
● IKUTI: Instruksi dan bekerja sama dengan mereka yang bertanggung jawab atas
keadaan darurat;
● MATIKAN: Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja;
● JANGAN: Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari barang-
barang pribadi dan/atau orang lain;
● PERGI: Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan menghalangi
petugas dan peralatan mereka;
● JANGAN: Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan, petugas
atau pihak yang berwenang akan hal tersebut.
● Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling tidak jika kita
memahami prosedur peringatan dini dan keadaan darurat maka kita bisa mengambil
langkah-langkah dan keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi
keadaan darurat seperti kebakaran dan gempa bumi.

H. Penerapan budaya kerja industri (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)


a. Pengertian Budaya Kerja Industri

Budaya Kerja adalah falsafah yang didasari pada pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan
dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita,
pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Gering Supriyadi
dan Tri Guno). Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga
perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi

berbagai tantangan di masa yang akan datang. Pembentukan budaya kerja


memerlukan proses yang panjang, dimulai dari karakter kerja individu yang baik
yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang
disebut budaya kerja.

Budaya kerja di dunia terdapat faktor–faktor yang dapat memengaruhi


manajemen SDM Global, yakni politik, ekonomi, budaya, dan hukum. Di dalam
faktor–faktor yang memengaruhi manajemen SDM Global salah satunya adalah
budaya. Budaya suatu organisasi yang menyosialisasikan orang Robbins (2003: 312
dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76). Jadi budaya adalah suatu faktor yang dapat
memengaruhi manajemen SDM yang dapat menjadi masalah apabila keadaannya
terhalang pada suatu hal tertentu. Untuk itu manajemen SDM harus memperhatikan
faktor terkait khususnya budaya, karena apabila kebiasaan terus dibiarkan akan
merusak budaya yang ada pada suatu perusahaan khususnya pada manajemen
perusahaan atau organisasi (Septiadi dan Zunaidah, 2014: 76).

Suatu budaya yang kuat akan mendesak lebih banyak pengaruh serta
mendukung atau memengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan dengan dampak
yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat Robbins (2003: 308 dalam Septiadi
dan Zunaidah, 2014: 76). Banyak karyawan yang kurang memperhatikan standar
operasional kerja, sehingga tercipta sebuah budaya kerja yang menurunkan
produktivitas kerja. Budaya kerja yang diterapkan oleh karyawan dapat menjadikan
suatu kebiasaan yang sulit diubah, sehingga memerlukan waktu untuk mengubahnya
kembali.

b. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja adalah perbandingan kegiatan antara efektivitas keluaran
dengan efektivitas masukan, artinya sebagai sikap mental yang diperlukan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan dalam setiap pekerjaannya (Muchdarsyah,
2010: 102 dalam Septiadi dan Zunaidah, 2014: 79). Produktivitas kerja mencakup
sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar
pada keyakinan diri bahwa

kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih
baik dari hari ini (Sinungan, 2008: 2).

c. Nilai–nilai dan Budaya Kerja

Nilai dan budaya kerja merupakan bagian dari revolusi mental untuk
mewujudkan manusia yang berintregitas. Mau bekerja keras dan semangat
bergotong–royong. Terdapat lima nilai–nilai dan budaya kerja yang ditetapkan
sebagai acuan para karyawan untuk dipahami dan diamalkan dalam bekerja,
bersikap dan berkontribusi dalam pengembangan industri.

1. Intregitas

Jack Weich, dalam bukunya yang berjudul ―Winning‖ mengatakan,


―intregitas adalah sepatah kata yang kabur (tidak jelas). Orang–orang yang
memiliki intregitas mengatakan kebenaran dan orang–orang itu memegang kata–
kata mereka. Mereka bertanggung jawab atas tindakan- tindakan mereka di masa
lalu, mengakui kesalahan mereka dan mengoreksinya. Mereka mengetahui hukum
yang berlaku dalam negara mereka, industri mereka dan perusahaan mereka,
baik yang tersurat maupun yang tersirat dan menaatinya. Mereka bermain untuk
menang secara bersih (benar), seturut peraturan yang berlaku. Berbagai survei
dan studi kasus telah mengidentifikasi intregitas atau kejujuran sebagai suatu
karakteristik pribadi yang paling dihasrati dalam diri seorang pemimpin (Jack
Weich dan Winning, 2005).

2. Profesional

David H. Maister (1998 : 56) mengatakan bahwa orang– orang profesional


adalah orang–orang yang diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil,
punya ilmu pengetahuan, bertnggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius
dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Semua itu membuat istilah
profesionalisme identik dengan kemampuan, ilmu atau pendidikan dan
kemandirian.

3. Produktif

Produktif adalah sikap yang berkonsep pada hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini (Bambang Tri Cahyono,
1996: 283).

4. Kompetitif

Kompetitif adalah sebuah kata yang menggambarkan situasi kerja saat ini.
Jika dibandingkan dengan era yang terdahulu, lingkungan kerja saat ini jauh lebih
kompetitif. Persaingan yang semakin ketat menuntut kita untuk terus memiliki
sikap kompetitif.
5. Inovatif

Inovatif adalah mencurahkan segala pikiran atau kemampuan diri dalam


berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru bagi diri kita, masyarakat, dan
lingkungan kerja.

D. Budaya Kerja 5R

Sering kita melihat, mendengar, bahkan mengalami kejadian yang


mengakibatkan celaka di sekitar kehidupan kita. Misalnya kejadian di kantor, ada
yang terpeleset, tersandung, tersengat listrik atau kejadian yang lebih serius lagi.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Kelihatannya hanya sepele, akan tetapi akan menjadi
serius apabila menjadi perhatian bagi semua.

Mengapa kejadian tersebut sepele? Karena kita semua tidak peduli, tidak
menganggap penting atau tidak mencatat kejadian tersebut, apalagi
menganalisisnya. Wooow. Seharusnya semua kejadian itu dapat dicegah dengan 5R
atau 5 S.

5R sering kali kita lihat di berbagai tempat pelayanan maupun di perkantoran.


Baik berupa banner, logo ataupun poster. Lalu, bagaimana implementasinya?

5R merupakan kegiatan yang sangat sederhana dapat dilakukan oleh semua


orang dan aplikatif, akan tetapi luar biasa hasilnya apabila dilaksanakan dengan baik.
Sehingga 5R tidak hanya sebagai slogan saja akan tetapi dapat diimplementasikan.
Mari kita bahas lebih lanjut secara singkat.

Apakah itu 5S/5R?

5R atau 5 S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja


secara intensif yang bersal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam
usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatkan kinerja perusahaan/tempat kerja secara menyeluruh.

5 S atau di Indonesia dikenal dengan 5R merupakan singkatan yang isinya


adalah:

● SEIRI/Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barang- barang yang tidak


diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang
benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja.
● SEITON/Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan
sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.
● SEISO/Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja
sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.
● SEIKETSU/Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus
mematuhi tahap sebelumnya (3 S/3 R).
● SHITSUKE/Rajin, pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing- masing pekerja
dalam menjalankan seluruh tahapan 5S/5R

Penerapan 5S/5R harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya. Jika


tahap pertama/Seiri/Ringkas tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya
tidak dapat dijalankan secara maksimal dan seterusnya.

Dimana 5R dapat diterapkan??

5R dapat diterapkan di seluruh tempat kerja, bahkan di rumah kita sendiri


karena pada hakikatnya semua orang senang dan nyaman bekerja di tempat yang
bersih, rapi, aman dan nyaman. 5R merupakan teori yang sangat sederhana, mudah
dimengerti oleh semua orang dan sangat mudah diterapkan. Lalu bagaimana cara
menerapkan dengan baik?

Mengapa 5R penting ?

Sebenarnya filosofi melaksanakan 5R adalah untuk mencapai tingkat efisiensi


dan efektivitas yang sangat tinggi. Efisiensi sangat berhubungan dengan biaya (cost)
sedangkan efektif sangat berhubungan dengan waktu. Apakah itu sulit? Sebenarnya
tidak, karena tidak membutuhkan biaya yang besar atau murah. Selain itu kalau
diterapkan dengan baik akan memberikan citra yang positif. Selain itu 5R
dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, rapi,
aman, nyaman dan menyenangkan yang akan membentuk personal yang disiplin,
sikap kerja yang positif, budaya positif, peka, dan kreatif yang selanjutnya akan
membentuk budaya disiplin.

Bagaimana cara menerapkannya?

Meskipun mudah dan murah, akan tetapi kunci dari pelaksanaannya adalah
komitmen dan kepedulian terhadap lingkungan kita. Komitmen tentu saja yang
berhubungan dengan pimpinan, sedangkan kepedulian sangat berhubungan erat
dengan seluruh karyawan yang ada di lingkungan pekerjaan dan terlibat aktif
seluruhnya sehingga butuh kebersamaan dari seluruh karyawan.

Implementasi 5R dibutuhkan struktur, sistem, dan sumber daya yang tersedia.


Adapun tahapan-tahapan untuk melaksanakan 5R, sebagai berikut:

1. Persiapan

● Komitmen tertulis dari pimpinan; Sebelum 5R diterapkan di lingkungan kerja,


yang terpenting pada awal adalah adanya komitmen yang kuat dari pimpinan
tinggi. Karena tanpa komitmen tertulis akan sulit diterapkan.
● Pembentukan struktur organisasi pelaksanaan 5R yang melibatkan dari pejabat
struktural dan karyawan. Struktur organisasi harus disusun lengkap dengan
pembagian tugas dalam tim.
● Sosialisasi 5R kepada seluruh karyawan. Agar seluruh karyawan mendukung
kegiatan 5R, dibutuhkan sosialisasi sebagai sarana pemberian informasi
tentang 5R, misalnya tentang tujuan, struktur, dan kegiatan-kegiatan 5R.

2. Penerapan
● Pelatihan bagi tim 5R. Pelatihan singkat diperlukan bagi tim 5R agar
memahami tugas, tujuan, dan kegiatan- kegiatannya.
● Promosi. Promosi perlu dilakukan agar 5R dapat diterima oleh seluruh
karyawan bahkan sebagai media informasi bagi semua orang yang berkunjung
ke tempat kerja, sehingga tempat kerja mendapatkan citra yang positif dari
pengunjung. Promosi dibuat dengan berbagai media misalnya pembuatan
leaflet, poster, banner, logo, slogan- slogan, dan lain-lain. Selain itu juga
dibuat lomba-lomba antar bagian/unit.
● Operasional awal, dengan membandingkan sebelum dan sesudah kegiatan.
Misalnya:

Pada saat penerapan, dibutuhkan pembinaan langsung dari anggota tim agar hasilnya
maksimal. Pelaksanaan 5R dari masing-masing bagian juga diperlukan kreativitas dan seni agar hasilnya
baik dan lebih menarik.

3. Evaluasi

Setelah R-1-2-3 (Ringkas, Rapi, Resik) diimplementasikan, maka dilaksanakan


R-4 (Rawat) dengan menyusun standar perawatan. Sebelum
dilakukan evaluasi, perlu dilaksanakan dahulu pembinaan secara berkala,
misalnya setiap bulan sekali atau tiga bulan sekali. Pada saat awal pelaksanaan
diperlukan pembinaan yang lebih sering agar seluruh karyawan
memahami setiap tahapan dalam 5R. Untuk pelaksanaan
pembinaan diperlukan instrumen pembinaan demikian pula untuk evaluasi
dibutuhkan pula instrumen evaluasi, sehingga diperlukan
penetapan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan 5R pada
suatu bagian harus diintegrasikan dengan indikator kegiatan yang lain.

4. Pembudayaan

Rajin/Shitsuke (R ke 5) akan terwujud apabila 5R sudah menjadi budaya.


Untuk mewujudkan 5R menjadi budaya dibutuhkan tahapan-tahapan antara lain,
setelah 5R dilaksanakan secara bertahap, akan menjadi kebiasaan melaksanakan
5R, selanjutnya dilakukan evaluasi berkelanjutan sehingga menunjukkan bahwa
5R sudah menjadi budaya kerja di tempat kerja.
I. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat
tinggi (pemanjatan)
A. Menurut Kemnaker (2015), jumlah kecelakaan yang dialami pekerja konstruksi
relatif tinggi, yaitu 31,9% dan 26% dari total kecelakaan akibat jatuh dari
ketinggian.

Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
tinggi dan menyumbang kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan
proyek konstruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah
besar dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah
kecelakaan kerja di ketinggian.

Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja baik di sektor


konstruksi atau operasional struktur masih memprihatinkan karena jumlah kasusnya
besar. Menurut Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian
menempati urutan nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan
kerja pada ketinggian di sektor konstruksi ini banyak terjadi pada saat pembangunan
gedung atau pekerjaan konstruksi layang.

Sebetulnya ada beberapa bahaya bekerja di ketinggian, yakni terjatuh, terpeleset,


tersandung, dan kejatuhan material dari atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor
terbesar penyebab cedera serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari
ketinggian.

Dilansir republika.co.id, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah kecelakaan


kerja yang dialami pekerja konstruksi relatif tinggi, yaitu 31,9% dari total kecelakaan.
Jatuh dari ketinggian (26%), terbentur (12%), dan tertimpa (9%). Sementara secara
global, data International Labour Organization (ILO) tahun 2015 menyebutkan, dari 142
kematian akibat kecelakaan kerja, penyebab utamanya adalah jatuh dari ketinggian
sebesar 45%.

Kasus umum yang banyak terjadi di antaranya jatuh dari tangga, jatuh akibat tidak
menggunakan alat pelindung jatuh/tidak menggunakannya dengan benar, ataupun
jatuh akibat melakukan pekerjaan di atas perancah.

Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang sama sekali tanpa
pengalaman, mengabaikan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), tidak
mematuhi prosedur keselamatan, dan kurang peduli pada keamanan.

1. Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian, Bagaimana Cara Menggunakannya


dengan Benar?

Pekerjaan konstruksi membutuhkan serangkaian peralatan khusus untuk


bekerja di ketinggian dan itu membutuhkan pemeriksaan serta pemeliharaan
agar fungsinya tetap optimal. Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan
jatuh perseorangan merupakan jantung dari program keselamatan sektor
konstruksi yang baik.

Supervisor atau pengawas lapangan perlu mempertimbangkan untuk


meningkatkan praktik keselamatan saat menggunakan peralatan-peralatan ini.

1) Tangga

Jatuh dari ketinggian merupakan penyebab utama kematian para


pekerja konstruksi dan kontraktor dan penggunaan tangga yang tidak tepat
merupakan penyebab utama jatuh dari ketinggian.

Potensi cedera akibat penggunaan tangga memang terbilang tinggi


terutama di sektor konstruksi, baik karena terjatuh dari tangga, tangga
ambruk ataupun terpeleset saat menaiki anak tangga.

Penyebab utama kecelakaan saat penggunaan tangga, di antaranya:

● Kondisi tangga sudah rusak atau cacat.


● Posisi penempatan tangga kurang tepat.
● Tangga ditempatkan pada permukaan yang kotor, licin, atau tidak rata.
● Pekerja tidak mematuhi prosedur keselamatan menggunakan tangga.
Penggunaan tangga yang tidak tepat menjadi penyebab utama jatuh
dari ketinggian pada pekerjaan konstruksi. Maka, setiap pekerja harus
memahami prosedur keselamatan menggunakan tangga dengan benar.

Keselamatan tangga melibatkan pemeriksaan, persiapan, cara


menaiki/menuruni tangga dengan benar, dan pertimbangan yang hati-hati
tentang konsekuensi penyalahgunaan tangga. Ingatlah tips keselamatan
penggunaan tangga pada pekerjaan konstruksi berikut ini:

● Pilih tangga yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.


● Periksa komponen yang kendur atau rusak pada anak tangga,
injakannya, pegangan, penguat sekrup yang hilang, engsel, baut, mur,
dan perangkat keras lainnya. Jika Anda menemukan kerusakan pada
tangga, laporkan kepada atasan dan pasang rambu bahwa tangga tidak
dapat digunakan atau sedang diperbaiki.
● Baca dan ikuti label atau tanda peringatan sebelum Anda naik dan
melakukan aktivitas.
● Tempatkan tangga pada permukaan yang stabil, rata, bersih, tidak licin,
dan di area bebas dari gangguan lalu lintas kendaraan.
● Gunakan barikade pelindung/guard untuk mencegah kemungkinan
tertabrak. Kunci atau beri palang setiap pintu dekat tangga yang bila
terbuka mengarah kepada Anda.
● Berdirikan tangga dengan perbandingan sudut 4:1, artinya jika tangga
disandarkan pada dinding dengan tinggi 4 meter, maka jarak kaki tangga
dengan dinding adalah 1 meter. Bisa juga berdirikan tangga dengan
sudut 75° atau boleh kurang, asalkan terdapat penopang pada bagian
bawah tangga.

● Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun.


● Gunakan metode 3 titik tumpu (3-points contact) saat naik ataupun turun
tangga. 3 titik tumpu artinya 2 kaki berpijak dengan satu tangan
berpegang pada anak tangga dan satu tangan bergerak menanggapi
tangga atau 2 tangan berpegang pada anak tangga dengan satu kaki
berpijak dan kaki lain bergerak menggapai tangga.
● Ujung tangga harus lebih tinggi sekitar 1 meter di atas lantai kerja.
● Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan memegang anak
tangga. Jangan bekerja di samping kiri atau kanan.
● Jangan menggunakan tangga sebagai jembatan.
● Jangan meletakkan tangga pada kotak, tong, atau benda lain yang tidak
stabil untuk mendapatkan tinggi tambahan.
● Jangan memaksakan melakukan pekerjaan dengan posisi tangga yang
jauh dari objek yang Anda

kerjakan. Atur kembali posisi tangga lebih dekat dengan pekerjaan.


● Jangan memindahkan atau menggeser tangga sementara pekerja atau
peralatan masih berada di tangga.
● Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak tangga dan sol
sepatu Anda terhadap adanya bahan-bahan yang licin.
● Gunakan alat pelindung jatuh saat memanjat apabila diperlukan.
● Hindari membawa barang dengan beban berlebih saat menaiki/menuruni
tangga. Periksa informasi kapasitas beban maksimum tangga dan jika
membawa peralatan, gunakan tas atau tools belt yang memudahkan
saat naik/turun tangga.
● Hindari menggunakan tangga atau step ladders untuk tugas-tugas berat
atau dalam durasi panjang, karena seharusnya peralatan tersebut hanya
digunakan untuk pekerjaan ringan dan durasi pendek (maksimum 30
menit pada satu waktu).

2) Full Body Harness

Bagi Anda yang bekerja di sektor konstruksi tentu sudah familiar


dengan penggunaan full body harness. Full body harness berfungsi sebagai
alat pelindung jatuh perseorangan saat bekerja di ketinggian dan
penggunaannya lebih dianjurkan dibanding safety belt terutama jika Anda
bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Rambu K3 APD Full Body Harness


Hal ini dikarenakan full body harness memiliki kelebihan dengan tali
pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh pekerja sehingga
kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil. Sayangnya
meski manfaatnya sangat besar sebagai alat pelindung jatuh, masih banyak
pekerja yang mengabaikan penggunaannya, mulai dari cara penggunaan,
pemeriksaan, hingga perawatannya. Penyebabnya bisa karena kurangnya
pengetahuan, pelatihan, atau pengalaman pekerja.
Saat Anda bekerja di ketinggian, ada beberapa langkah penting yang
harus Anda perhatikan saat menggunakan full body harness:

● Pegang bagian D-Ring pada full body harness dan goyangkan secara
perlahan, pastikan tidak ada webbing/tali yang terpelintir dan
pengencangnya (chest strap) terbuka.
● Pegang tali bahu (shoulder strap) dan masukkan tangan satu persatu ke
dalam tali. Pastikan D-Ring berada di bagian belakang badan Anda,
tepatnya di bagian punggung (antara tulang belikat).
● Tarik dan kencangkan tali kaki (leg strap), lalu pasangkan/hubungkan
pada buckle. Untuk jenis quick connect buckle, Anda akan mendengar
bunyi ―klik‖, jika buckle sudah terpasang dengan benar. Atur

lingkar tali pada kaki sesuai kenyamanan Anda. Pastikan tali kaki tidak
tertukar.
● Pasangkan tali dada (chest strap) dan hubungkan tab buckle pada
receptor sampai terdengar bunyi ―klik‖.
● Pastikan dengan tangan bahwa full body harness sudah terpasang benar
dan tidak ada tali yang terpelintir.
● Biarkan orang yang kompeten memeriksa full body harness dan
memasang lanyard pada D-Ring (bila diperlukan).

Full body harness harus diperiksa secara visual sebelum digunakan,


termasuk juga alat pelindung jatuh lainnya seperti lanyard dan lifeline.
Pemeriksaan peralatan secara berkala oleh orang yang kompeten untuk
mengecek kerusakan harus dilakukan setidaknya setiap 6 bulan dan
sebelum memulai pekerjaan di ketinggian. Pastikan juga full body harness
yang Anda gunakan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku,
seperti Permenaker No.9 Tahun 2016, OSHA 1926.502, ANSI Z359, CSA
Z259, dll.

3) Perancah

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA),


diperkirakan sekitar 2,3 juta pekerja konstruksi melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan perancah. Dengan begitu, banyak juga pekerja yang
berpotensi mengalami sejumlah bahaya terkait perancah seperti terjatuh,
tertimpa jatuhan benda, dan tersengat aliran listrik.
Poster K3 Tips Aman Bekerja dengan Perancah

Berikut beberapa potensi bahaya dalam penggunaan


perancah:

● Runtuhnya seluruh atau sebagian unit perancah akibat kegagalan


komponen atau beban berlebih yang mengakibatkan pekerja terjatuh
atau terperosok.
● Jatuh dari ketinggian akibat lemahnya papan lantai kerja.
● Tertimpa benda-benda jatuh dari perancah dan melukai pekerja yang
berada di bawah.
● Terpeleset dan terjatuh akibat lantai kerja yang kotor dan licin.
● Tersengat aliran listrik (electrocution).
● Dengan banyaknya pekerja yang berpotensi terkena bahaya saat
menggunakan perancah, maka

penerapan keselamatan penggunaan perancah perlu menjadi prioritas.

Perancah harus dipasang oleh pekerja yang ahli di bawah pengawasan


orang yang kompeten dan perancah telah diperiksa dengan benar sebelum
digunakan. Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua
pekerjaan berisiko tinggi saat bekerja di ketinggian.

Berikut tips saat menggunakan perancah:

● Pastikan pekerja sudah mendapatkan pelatihan mengenai penggunaan


perancah yang tepat dan pengendalian bahaya saat bekerja di atas
perancah, penggunaan alat pelindung jatuh, dan apa yang harus
dilakukan apabila ada perubahan pada tempat kerja atau jenis perancah.
● Scaffolder atau pengawas memeriksa dan memastikan perancah dalam
kondisi aman sebelum digunakan.
● Lantai kerja, bagian deck, dan pagar pengaman sudah terpasang dan
dalam kondisi aman.
● Gunakan alat bantu untuk memindahkan material dari bawah ke atas.
● Gunakan tangga yang sudah terpasang kuat dan kokoh untuk naik dan
turun dari perancah.
● Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu keselamatan dan
full body harness.
● Perhatikan rekan kerja yang bekerja di atas atau di bawah Anda setiap
saat. Jika Anda melihat ada hal yang tidak sesuai prosedur atau
ketidaknormalan pada perancah, hentikan pekerjaan Anda dan laporkan
pada atasan.
● Periksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang digunakan,
mencakup harness (webbing, D-ring, buckle), lanyard, dan lifeline.
● Jangan membawa barang berlebih saat menaiki perancah.

● Jangan menggunakan pengait silang (cross bracing) saat naik/turun


dari perancah.
● Jangan bekerja di atas perancah saat cuaca buruk.
● Jangan menyimpan bahan atau peralatan pada pagar pengaman.
● Jangan bekerja dekat jalur aliran listrik kecuali Anda terlatih dan
berwenang melakukannya.
● Penting!
o Amankan semua bahan atau peralatan dari lantai kerja sebelum
memindahkan perancah.
o Gunakan pengunci roda setiap saat bila perancah tidak sedang
bergerak berpindah.
o Tidak ada seorang pun yang menaiki perancah saat sedang bergerak
dipindahkan.
o Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan perancah
kecuali mendapatkan izin dan diawasi oleh pengawas yang
berwenang.
o Dilarang menggunakan perancah yang belum diberi scafftag
● Jenis-jenis scafftag untuk perancah:
o Tanda hijau : aman
o Tanda kuning: aman dengan syarat (perlu tambahan alat pengaman
lainnya)
o Tanda merah: tidak aman (perancah tidak boleh digunakan)
Tips Singkat Bekerja di Ketinggian:

● Bila memungkinkan, minimalkan melakukan pekerjaan di ketinggian dan


lakukan pekerjaan sebanyak mungkin di ground level (permukaan
tanah). Namun, jika sudah tidak ada pilihan lain dan terpaksa harus
bekerja di ketinggian, maka prioritas selanjutnya adalah bagaimana
melindungi pekerja agar tidak terjatuh dari ketinggian.
● Pastikan pekerjaan direncanakan dengan benar, diawasi, dan dilakukan
oleh orang-orang yang kompeten dan bersertifikat dengan keterampilan,
pengetahuan, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan itu.
● Pahami fall protection plan yang dirancang perusahaan.
● Pastikan pekerja sudah memiliki Surat Izin Kerja untuk bekerja di
ketinggian.
● Pastikan peralatan kerja yang digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan
di ketinggian yang akan dilakukan, stabil, dan cukup kuat untuk
pekerjaan, dipelihara serta diperiksa secara rutin.
● Gunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian. Pastikan Anda
menggunakan alat pelindung jatuh dengan benar dan peralatan dalam
kondisi baik.
● Buat perencanaan tanggap darurat dan prosedur penyelamatan sebagai
tindakan pencegahan bila terjadi kondisi darurat saat bekerja di
ketinggian.
● Patuhi prosedur aman bekerja di ketinggian.

B. Instalasi Kabel Udara atau aerial cables

Kabel udara adalah kabel yang ditambatkan pada tiang telepon, di mana
penambatan pada bearer kabel yang terbuat dari lilitan kawat baja atau juga disebut
dengan messenger wire. Jika tidak tersedia berarer, maka kabel dijepit dengan clip
yang ditautkan pada tiang. Kabel udara ditempatkan pada tiang telepon dengan
ketentuan sebagai berikut;

a. Terbuat dari tiang besi dengan panjang 7 meter, 9 meter dan 12 meter
dipasang untuk di dalam kota.
b. Terbuat dari tiang beton dengan panjang 12 meter dipasang untuk luar
kota.

Pemasangan tiang;

a. Ditanam 1/5 bagian yang masuk ke dalam tanah.


b. Untuk tiang besi dipasang pondasi penguat tiang dari adukan semen setinggi
30 cm.
c. Jarak antar tiang antara 40-50 meter.
d. Penempatan tiang jangan menutup akses jalan atau di depan pintu
gerbang rumah.

Sambungan kabel udara ditempatkan di dekat tiang telepon, karena:

a. Memudahkan pemasangan.
b. Memudahkan pemeliharaan.
Didekat sambungan biasanya diberi spare kabel (kabel cadangan) yang diloop
agar tidak terjadi gangguan bending. Hal ini jika terjadi gangguan masih terdapat
sisa kabel yang dapat disambung.

Loop kabel ini panjangnya antara 4-6 meter.

Cara pemasangan kabel udara pada tiang ada dua metode yaitu ';

1. Cara Gantung.

Yaitu kabel digantung pada tiang, dengan tidak memotong bearer, digunakan
untuk;

a. Rute lurus dengan jarak kurang dari 50 meter.

b. Peralatan yang dipasang pada tiang adalah


1. Stainless steel band
2. Suspension clamps
3. Stainless steel band
2. Cara Tambat

Cara tambat digunakan untuk;


a. Rute belok atau melengkung dan ujung akhir kabel.
b. Jarak antar tiang lebih dari 50 meter.
c. Memotong bearer untuk ditambatkan pada tiang dengan menggnakan span
wartel.

ditambat karena rute belok atau melengkung

ditambat karena anar tiang lebih dari 50 meter


Penggunaan Tiang 7 meter atau T-7 adalah untuk;

● tiang yang digunakan untuk kabel distribution atau kabel yang menuju ke
pelanggan atau sekitar perumahan.
Penggunaan Tiang 9 meter atau T-9 adalah untuk;

● tiang yang digunakan untuk jarak 60 meter yang ditempatkan di luar kota
atau penyeberangan jalan raya.
Penggunaan Tiang 12 meter atau T-12 untuk;
● penyeberangan rel kereta api atau penyeberangan sungai yang lebarnya >
50 meter.

C. Bekerja pada menara telekomunikasi

Bila Anda akan menyusun prosedur maka hal berikut mungkin bisa
menginspirasi Anda:

1. Persiapan APD (Alat Pelindung Diri) dan peralatan:

● Sama atau sesuai dengan jenis pekerjaan, tetapi secara umum sama dengan
bekerja pada ketinggian pada siang hari seperti: fullbody harness, double hook
lanyard dengan absorber, climbing helmet, safety shoes, dan seterusnya.
● Lampu penerangan kepala, disarankan 3 (tiga) buah, lampu utama, cadangan
dan indikator.

● Penerangan untuk tim di bawah: sejenis senter berkekuatan besar (torch with
narrow angle).
● Lampu indikator untuk menunjukan posisi bawah/darat, karena dalam
kegelapan yang absolut akan sulit bagi pemanjat untuk membedakan mana
bagian atas dan bawah dari menara.
● Peralatan lain yg disarankan sesuai standar perusahaan masing-masing tetapi
paling tidak disediakan: P3K, nomor telepon darurat, pita pembatas area kerja,
dan lain-lain.

2. Persiapan memanjat:

● Sudah pernah memanjat/survei menara yang akan dipanjat pada siang hari
atau sebelum gelap.
● Pastikan pemanjat telah mendapat pelatihan: Teknisi Akses Tali tingkat 1 dan
membawa lisensi yang diterbitkan sesuai dengan jenis pelatihannya.
● Siapkan APD & peralatan sesuai dengan yang disarankan di atas.
● Periksa kelayakan APD & peralatan tersebut untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya, dari pengalaman lampu kepala yang menggunakan
baterai dapat bertahan 8 jam kerja, tetapi belum pernah dibuktikan untuk
kelanjutannya dalam percobaan kami.

3. Mulai memanjat:

● Bagi pemanjat, sama dengan bekerja pada malam hari, pastikan titik tambat
berada di atas kepala atau minimum sebatas dada. Ini untuk memperkecil
jarak jatuh.
● Titik tambat hanya diletakkan di area yang berbeda, untuk memastikan bila
titik tambat gagal di satu tempat tidak berpengaruh terhadap titik tambat
lainnya.
● Gunakan pemeriksaan tambatan: lihat, dengar, dan uji. Lihat di mana Anda
lakukan penambatan atau meletakkan hook, dengar apakah bunyi 'klik' untuk
memastikan penguncian, dan uji dengan sedikit memberikan tarikan untuk
memastikan titik tambatan.
● Kalau bekerja gunakan work positioning lanyard yang biasanya berbentuk
single lanyard.

● Bagi yang di bawah/darat, tetap berada di lokasi untuk mengawasi pergerakan


pemanjat serta memberikan pertolongan bila diperlukan.

Sangat disarankan pekerjaan di menara telekomunikasi, utamanya yang


diperlukan pemanjatan hanya dibatasi pada lingkup, penyesuaian arah antena
(pointing), pelepasan atau pemasangan kabel sederhana, pemeriksaan atau
pekerjaan perbaikan ringan saja. Untuk pengangkatan (rigging & lifting) sebaiknya
dilakukan siang hari sebelum pekerjaan lain yang hanya bisa/disarankan dikerjakan
pada malam hari.

C. Glosarium
Hardware : merupakan komponen komputer yang secara
fisik dapat dilihat dan diraba, dan merupakan satu kesatuan sehingga
membentuk sebuah komputer yang siap dioperasikan.
LCD : Liquid Cryistal Display merupakan salah satu jenis teknologi yang
digunakan pada monitor komputer.
Keyboard : adalah papan ketik yang biasa kita gunakan
untuk memasukkan karakter, angka, dan simbol ke komputer untuk
diolah menjadi informasi.
Access Point : adalah peralatan yang digunakan sebagai titik
tengah atau penghubung antara komputer- komputer dengan
menggunakan koneksi nirkabel.
Brainware : termasuk dalam bagian komponen pembangun
sistem komputer. Brainware merupakan sebutan atau istilah bagi
seseorang yang mengoperasikan komputer.
Cold Booting : merupakan proses menghidupkan komputer
pada saat perangkat komputer itu dalam keadaan mati atau belum
menyala.
CPU (Central Pro- cessing Unit) atau Prosesor
DHCP (Dynamic Host Configurati-
on Protocol)
: merupakan pemroses data dalam sebuah perangkat komputer.

: merupakan metode yang dilakukan dalam pemberiam nomor IP address pada suatu host
secara otomatis.

Download : merupakan suatu kegiatan mengambil data dari


internet.
Flashdisk : merupakan salah satu media penyimpanan
dalam dunia komputerisasi.
Input devices : merupakan perangkat yang digunakan untuk
memasukkan data–data dan memberikan perintah pada
komputer.
Jumper : merupakan connector (penghubung) sirkuit elektrik yang digunakan
untuk menghubungkan atau memutus hubungan pada suatu sirkuit.
Justify : perataan kanan dan kiri suatu paragraf dalam aplikasi pengolah kata.
Maintenance : merupakan suatu kegiatan merawat komputer
baik dari segi hardware maupun software, agar komputer tersebut
selalu dalam keadaan baik.
Motherboard : merupakan pengendali atau pengontrol semua
hal yang terhubung untuk berkomunikasi dengan peranti yang
lainnya dalam sistem.
Output device : merupakan perangkat keras komputer yang
digunakan untuk mengomunikasikan hasil pengolahan data yang
dilakukan oleh komputer untuk pengguna.
PING : adalah suatu utilitas yang biasa digunakan untuk mengecek koneksi
antara dua perangkat atau komputer dalam jaringan komputer. Ping
biasanya dijalankan melalui terminal Linux ataupun command prompt
Windows.
Power supply : merupakan alat yang menyediakan tenaga
listrik bagi semua komponen di dalam unit sistem.
Software : merupakan suatu program yang digunakan
dalam komputer berupa instruksi-instruksi (perintah) yang dapat
dimengerti oleh komputer.

Mengetahui Enrekang, 16 Januari 2023


Kepala Sekolah Guru Mata pelajaran

Baharuddin Yusuf, S. Pd. MM Rasni R, ST


Nip. 19711101 200212 1 004 Nip. 19790415 201004 2 001
6. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) DAN
BUDAYA KERJA INDUSTRI
MODUL AJAR SMK Latanro Enrekang

DASAR DASAR KEJURUAN TEKNIK Kelas: X / Fase E


JARINGAN KOMPUTER DAN
TELEKOMUNIKASI
Semester: 2 (Genap)

I. INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Rasni R, ST
Nama Sekolah : SMK Latanro Enrekang
Tahun Penyusunan : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Alokasi Waktu : 18 jam pelajaran (3 Pertemuan X 6 JP) Elemen :
Media dan jaringan telekomunikasi Capaian Pembelajaran:
Peserta didik mampu menggunakan alat ukur, termasuk pemeliharaan alat ukur untuk
seluruh jaringan komputer dan sistem telekomunikasi yang dipilihnya meliputi
pemahaman tentang praktik kerja yang aman:
1. prinsip dasar sistem IPV4/IPV6
2. prinsip dasar sistem TCP IP
3. prinsip dasar sistem Networking Service
4. prinsip dasar sistem keamanan jaringan telekomunikasi
5. prinsip dasar sistem seluler
6. prinsip dasar sistem microwave
7. prinsip dasar sistem VSAT IP
8. prinsip dasar sistem Optik
9. prinsip dasar sistem WLAN
Selain pemahaman yang dimiliki, peserta didik juga mampu menerapkan:
1. Peralatan atau teknologi di bidang jaringan komputer dan telekomunikasi.
2. Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur untuk seluruh jaringan komputer dan
sistem telekomunikasi.
3. Alat ukur, termasuk pemeliharaan alat ukur untuk seluruh jaringan komputer
dan sistem telekomunikasi. Kemampuan

Peserta didik tersebut didapat melalui penguatan wawasan dunia kerja dan
kewirausahaan serta penguasaan elemen- elemen pembelajaran lainnya, sehingga
dapat menumbuhkan passion serta vision yang dapat memotivasi dalam
merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase
berikutnya.

B. Kompetensi Awal
Peserta didik telah memiliki pengetahuan awal tentang:
1. Peserta didik memahami IP address
2. Peserta didik memahami jaringan dasar
3. Peserta didik memahami pengkabelan
C. Profil Pelajar Pancasila
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan muncul pada
peserta didik adalah:
1. Mandiri, ditunjukkan dengan memiliki prakarsa untuk mengembangkan
diri dan tidak tergantung pada orang lain.
2. Kreatif, ditunjukkan dengan keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.
3. Bernalar kritis, ditunjukkan dengan memproses, mengolah, menganalisis,
merefleksi pemikirannya sendiri.

D. Sarana & Prasarana


Sarana & Prasarana yang dibutuhkan pada saat belajar dengan modul ini antara
lain:
1. Laptop (Guru)
2. Android (Guru dan Siswa)
3. PC dalam LAB (Siswa)
4. Perangkat Lunak perencanaan (Microsoft Office)

E. Target Peserta Didik


1. Peserta didik reguler/tipikal: 75%
2. Peserta didik dengan kesulitan belajar: 15%
3. Peserta didik dengan pencapaian tinggi: 10%

F. Model Pembelajaran yang Digunakan


Pembelajaran secara Luring

II. KOMPONEN INTI


A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat budaya kerja industri berdasarkan studi kasus dan
dokumen perencanaan yang diberikan.
2. Peserta didik dapat memahami lingkup kerja pada bidang teknik jaringan
komputer dan telekomunikasi.
3. Peserta didik dapat memahami teori media dan jaringan telekomunikasi.
Kata Kunci:

Perencanaan jaringan komputer meliputi skema logic jaringan komputer. Analisis


kebutuhan pelanggan meliputi dokumen kebutuhan layanan dan dokumen perangkat
keras jaringan. Membuat rencana implementasi meliputi skema fisik jaringan dan
landscape/blue print area.

Deskripsi:

Peserta didik secara mandiri perorangan diberikan contoh dokumen-dokumen


perencanaan jaringan meliputi:
1. Prinsip dasar IP address, TCP/IP, networking service, keamanan jaringan
telekomunikasi,seluler, microwave, vsat ip, optik, dan WLAN.
2. Peserta secara mandiri diberikan sebuah kasus untuk menjelaskan teori prinsip
dasar komputer dan sistem telekomunikasi.
B. Pemahanan Bermakna

Peserta didik memahami teori media dan jaringan telekomunikasi agar peserta didik
tidak hanya bisa mempraktikkan tapi juga paham apa yang dipraktikkan.

C. Pertanyaan Pemantik
1. Mengapa peserta didik harus mengerti prinsip dasar pada media dan
jaringan telekomunikasi?
2. Apa perbedaan IP v4 dan IP v6?
3. Bagaimana memahami media dan jaringan telekomunikasi?
D. Persiapan Pembelajaran
1. Buku modul teknik jaringan komputer dan telekomunikasi
2. Contoh Dokumen Perencanaan
3. Jobsheet: dokumen kosong perencanaan (soft copy)
4. Internet

E. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 4
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip jaringan dan telekomunikasi dan
belajar dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang
disampaikan dari guru.

Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.
Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.

Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
materi dan soal.

Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
2. Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan

Uraian Kegiatan Pembelajaran


1. Peserta didik bertanya jawab mengenai hal
tersebut.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri (mencari
referensi dari sumber lain) tentang praktik
kerja yang aman dan bahaya di tempat
kerja dan prosedur dalam keadaan darurat.
3. Peserta didik diberikan penguatan dan
refleksi secara umum.
4. Peserta didik diberikan asesmen diagnostik
kognitif.
5. Peserta didik dibagi menjadi kelompok
berdasarkan asesmen diagnostik kognitif,
masing-masing beranggotakan 5 orang
perkelompok.
6. Peserta didik kemudian diminta untuk
mencermati contoh dokumen perencanaan
serta contoh kebutuhan pengguna dan
diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang hal-hal yang perlu dikonfirmasi,
seperti:
● Perbedaan IP v4 dan IP v6
● Kegunaan TCP/IP, networking service
● Pentingnya keamanan jaringan
telekomunikasi
Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit
1. Peserta didik dengan dipandu guru,
membuat simpulan berdasarkan hasil
penelaahan dokumen yang diberikan.
2. Peserta didik melakukan refleksi mengenai
pembelajaran hari ini. Refleksi: Hal penting
apa yang telah dipelajari hari ini?
3. Peserta didik diminta untuk menyampaikan
persepsinya tentang pembelajaran hari ini
(misalnya tentang dokumen kebutuhan
pengguna, skema logic, dan skema
jaringan)
4. Guru mengingatkan topik pembelajaran
pada pertemuan berikutnya, yaitu 5R
secara mandiri.

Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 5
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang
akan dipelajari dengan menerapkan prinsip
jaringan dan telekomunikasi dan belajar
dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang
disampaikan dari guru.

Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.

Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.

Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
materi dan soal.
Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan,
Uraian Kegiatan Pembelajaran
1. Peserta didik diberikan permasalahan
berupa studi kasus yang harus dikerjakan
pada lembar kerja.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri berdasarkan
kegiatan pembelajaran sebelumnya
tentang penggunaan dan pemeliharaan
alat ukur.
3. Guru menjelaskan langkah pengerjaan
jobsheet.
4. Peserta didik mengerjakan jobsheet
perencanaan lembar kerja menggunakan
komputer dengan aplikasi desain (Microsoft
Office) meliputi:
 Perbedaan IP v4 dan IP v6
 Kegunaan TCP/IP,networking service
 Pentingnya keamanan jaringan
telekomunikasi
5. Peserta didik mempresentasikan atau
menyajikan hasil desain atau perencanaan
jaringan secara utuh meliputi:
 Kegunaan TCP/IP, networking service

Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit


1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan
hasil diskusi untuk pembelajaran hari ini.
2. Guru memberikan penjelasan jawaban atas
pertanyaan yang ada.
3. Peserta didik menulis rangkuman
berdasarkan arahan dari guru.

Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 6
Alokasi
Tahapan Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyapa siswa 15 Menit
2. Peserta didik disuruh berdoa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
pembelajaran dan disuruh untuk
menuliskan jumlah salat yang dikerjakan di
hari sebelumnya (Profil beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia)
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
4. Guru menyampaikan pertanyaan pemantik.
5. Mengaitkan kejadian sehari-hari dengan
materi.
6. Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari materi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Inti Mulai dari diri 225 menit
1. Peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip jaringan dan telekomunikasi dan
belajar dari aneka sumber.
2. Peserta didik menjawab pemantik yang
disampaikan dari guru.

Eksplorasi Konsep
1. Peserta didik membaca uraian materi
tentang jaringan dan telekomunikasi.
Ruang Kolaborasi
1. Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan kalimatnya sendiri (Profil Mandiri)
2. Peserta didik lain atau guru menanggapi
jawaban dari peserta lainnya.

Refleksi Terbimbing
1. Peserta didik menanyakan kepada guru jika
mengalami kesulitan saat berdiskusi.

Demonstrasi Kontekstual
1. Peserta didik mengerjakan soal yang ada di
Materi

Elaborasi Pemahaman
1. Guru membimbing siswa
2. Siswa bisa bertanya jika ada kesulitan,

Uraian Kegiatan Pembelajaran


1. Peserta didik diberikan permasalahan
berupa studi kasus yang harus dikerjakan
pada lembar kerja.
2. Peserta didik diberikan waktu untuk
melakukan eksplorasi mandiri berdasarkan
kegiatan pembelajaran sebelumnya
tentang prosedur kerja di tempat tinggi.
3. Guru menjelaskan langkah pengerjaan
jobsheet.
4. Peserta didik mengerjakan jobsheet
perencanaan lembar kerja menggunakan
komputer dengan aplikasi desain (Microsoft
Word) meliputi:
 Perbedaan IP v4 dan IP v6
 Kegunaan TCP/IP, networking service
 Pentingnya keamanan jaringan
telekomunikasi.
5. Peserta didik mempresentasikan atau
menyajikan hasil desain atau perencanaan
jaringan secara utuh meliputi:
 Pentingnya keamanan jaringan
telekomunikasi.

Penutup Koneksi Antar Materi 30 Menit


1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan
hasil diskusi untuk pembelajaran hari ini.
2. Guru memberikan penjelasan jawaban atas
pertanyaan yang ada.
3. Peserta didik menulis rangkuman
berdasarkan arahan dari guru.

Aksi Nyata
1. Guru memberikan tugas mencari contoh
lain yang ada di sekitar yang berkaitan
dengan materi.
2. Guru memberikan motivasi.
3. Guru menutup dengan memberikan
salam.

F. Asesmen
1. Diagnostik Kognitif
2. Hasil Perencanaan/Desain Jaringan
3. Pilihan Ganda

G. Pengayaan & Remedial


Untuk lebih menambah luas wawasanmu mengenai media dan jaringan telekomunikasi,
dan supaya kamu lebih termotivasi kamu bisa kunjungi link berikut: https://maliki.id/
media dan jaringan telekomunikasi.

H. Refleksi Peserta Didik dan Guru


1. Apa ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua peserta didik aktif selama mengikuti kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan yang dihadapi peserta didik selama mengikuti kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah kesulitan yang dialami peserta didik dapat teratasi?
5. Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh peserta didik dapat tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
7. Apa strategi yang harus dipilih supaya peserta didik dapat menuntaskan
kompetensi?
III. LAMPIRAN
I. LKPD

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)


Dasar-Dasar Kejuruan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

Satuan Pendidikan : SMK Latanro Enrekang


Kelas/ Semester : X (sepuluh)/ I (genap)
Nama Kelompok : .................................
Nama Anggota : 1. ...............................
2. ...............................
3. ...............................
4. ...............................
5. ...............................
Materi Pokok : Media dan jaringan telekomunikasi Guru Pengampu
: Rasni R, ST

a. Media
Media : Internet, Modul, PPT, LKPD

b. Lembar Analisis
Nama praktik: perbedaan IP address Langkah kerja
yang dibuat:
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
c. Lembar Penilaian
1. Penilaian keterampilan rubrik penilaian
Penilaian Tidak ada Kurang lengkap Lengkap
Langkah/dialog Tidak ada kejelasan (5) Dianalisis point langkah- Dianalisis dan point-
lengkap langkah tapi kurang point lengkap (20)
tepat (10)

Analisis langkah Tidak dianalisis (5) Dianalisis tapi tidak Dianalisis dan lengkap
dialog lengkap (10) (20)
Presentasi Tidak aktif dalam Aktif dalam presentasi Aktif dalam presentasi
presentasi (5) dan tidak bisa menjawab dan menjawab semua
pertanyaan (20)

Hasil akhir dari Kurang lengkap Kurang lengkap Lengkap langkah-


kesimpulan yang langkah- langkahnya langkah- langkahnya langkah nya dan
didapat (10) tapi menyertakan hasil menyertakan
presentasi (25) kesimpulan hasil
presentasi (40)

2. Penilaian Sikap
No Nama Disiplin Kerja sama Tanggung jawab Jumlah Skor Nilai

*) Ketentuan

1. 20 => jika peserta didik sangat kurang konsisten memperhatikan perilaku yang tertera
dalam indikator
2. 40 => jika peserta didik kurang konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator
3. 60 => jika peserta didik mulai konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator
4. 80 => jika peserta didik konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam indikator
5. 100 => jika peserta didik selalu konsisten memperhatikan perilaku yang tertera dalam
indikator

Format penilaian : NILAI = (Jumlah Skor / 300) X 10


B. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik MATERI

1. Prinsip dasar sistem IPV4/IPV6

IPV4 atau singkatan dari Internet Protocol Version 4 merupakan sebuah


protokol untuk penggunaan paket penggantian Link Layer Networks seperti ethernet.
IPv4 menawarkan alamat yang banyaknya diperkirakan hingga 4,3 milyar karena
IPv4 hanya memiliki 32 bit.

IPV 6 atau singkatan dari Internet Protocol Version 6 merupakan sebuah


protokol yang lebih mutakhir dan fitur yang lebih bagus dibanding IPv4. Ia memiliki
kemampuan untuk memberikan angka alamat yang jumlahnya tidak terbatas karena
IPv6 memiliki 128 bit. IPv6 menggantikan IPv4 dalam rangka untuk mengakomodir
pertumbuhan angka dari jaringan di seluruh dunia dan membantu menyelesaikan
masalah alamat IP yang kelelahan.

Salah satu perbedaan antara IPV4 dan IPV 6 adalah penampilan dari alamat IP.
IPv4 menggunakan empat 1 byte angka desimal, yang dipisahkan dengan titik
(contohnya 192.168.1.1), sedangkan IPv6 menggunakan angka hexadesimal yang
dipisahkan dengan titik dua (contoh: fe80::d4a8:6435:d2d8:d9f3b11).

a. Fitur Perbedaan

IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang
didukung terbatas 4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT mampu
untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya
IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju
pertumbuhan internet dunia.

IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 10^38 alamat IP yang
unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah
keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.

b. Routing

IPv4: Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel


routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop switch.

IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6
memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar.
c. Mobilitas

IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming


saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain.

IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan
ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini
mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.

d. Keamanan

IPv4: Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header


IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4.

IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur
wajib dalam standar implementasi IPv6.

e. Ukuran header

IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header options yang
dapat bervariasi.

IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti
Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum, dan Padding telah
dimodifikasi.

f. Header checksum

IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat
lapis ke 3), sehingga menambah delay.

IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara


end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai.

g. Fragmentasi

IPv4: Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses


menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum
Transmission Unit (MTU) paket dipecah- pecah sebelum disatukan kembali di tempat
tujuan.

IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Di samping itu,
terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat
menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari
ujung ke ujung.

h. Configuration

IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan


secara manual.

IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration di mana ketika sebuah host
terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.
i. Kualitas Layanan

IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan.

IPv6: Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas


layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data
berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi.

2. Prinsip Dasar Sistem TCP IP

Komunikasi data merupakan proses pengiriman data dari satu komputer ke


komputer lain. Untuk dapat mengirimkan data diperlukan alat khusus yang disebut
network interface (interface jaringan). Jenis network interface ini bermacam-macam
tergantung pada media fisik yang digunakan. Dalam proses pengiriman data ini
terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Pertama, data harus dapat
dikirimkan ke komputer yang tepat sesuai tujuannya. Hal ini akan menjadi rumit jika
komputer tujuan transfer data ini tidak berada pada jaringan lokal. Melainkan di
tempat yang jauh. Jika lokasi komputer yang saling berkomunikasi jauh (secara
jaringan) maka terdapat kemungkinan data rusak atau hilang.

Dalam memecahkan masalah transfer data di atas para ahli jaringan komputer
pun melakukan hal yang sama untuk setiap problem komunikasi data, diciptakan
solusi khusus berupa aturan-aturan untuk menangani problem tersebut. Untuk
menangani semua masalah komunikasi data, keseluruhan aturan ini harus bekerja
sama satu dengan yang lainnya. Sekumpulan aturan untuk mengatur proses
pengiriman data ini disebut sebagai protokol komunikasi data. Protokol ini diterapkan
dalam bentuk program komputer (software) yang terdapat pada komputer dan
perlalatan komunikasi lainnya.

TCP/IP adalah sekumpulan protokol yang didesain untuk melakukan fungsi-


fungsi komunikasi data pada Wide Area Network (WAN). TCP/IP terdiri atas
sekumpulan protokol yang masing-masing bertanggung jawab atas bagian-bagian
tertentu dari komunikasi data. Berkat prinsip ini, tugas masing-masing

protokol menjadi sederhana. Protokol yang lain tidak perlu mengetahui cara kerja
protokol yang lain, sepanjang ia masih saling mengirim dan menerima data.

TCP/IP terdiri atas empat lapis kumpulan protokol, yaitu:


1. Network Interface Layer
2. Internet Layer
3. Transport Layer
4. Application Layer

Jika suatu protokol menerima data dari protokol lain di layer atasnya, ia akan
menambahkan informasi tambahan miliknya ke data tersebut. Informasi ini disebut
header yang berfungsi sesuai dengan fungsi protokol tersebut. Setelah itu data
diteruskan ke protokol pada layer di bawahnya.

Lapisan terbawah yaitu network interface layer. bertanggung jawab mengirim


dan menerima data ke dan dari media fisik (kabel, serat optik, dan gelombang
radio).

Lapisan berikutnya adalah internet layer yang bertanggung jawab dalam proses
pengiriman paket ke alamat yang tepat. Pada layer ini terdapat tiga macam protokol
yaitu, IP, ARP, dan ICMP. IP (internet Protokol) berfungsi untuk menyampaikan
paket data ke alamat yang tepat. ARP (Address Resolution Protokol) ialah protokol
yang digunakan untuk menentukan alamat hardware dari host yang terletak pada
jaringan yang sama.

Transport layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan


komunikasi antara dua host. Kedua protokol tersebut ialah TCP (Transmission
Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol).

Layer Teratas ialah Application Layer. Pada layer inilah terletak semua aplikasi
yang menggunakan protokol TCP/IP seperti email, FTP, HTTP, dan sebagainya.

3. Prinsip Dasar Sistem Networking Service/Layanan Jaringan

Dalam jaringan komputer, layanan jaringan adalah aplikasi yang berjalan pada
lapisan aplikasi jaringan ke atas, yang menyediakan penyimpanan data, manipulasi,
presentasi, komunikasi, atau kemampuan lain yang sering diimplementasikan
menggunakan arsitektur client-server atau peer-to-peer berdasarkan protokol
jaringan lapisan aplikasi.

Setiap layanan biasanya disediakan oleh komponen server yang berjalan di satu
atau lebih komputer (sering kali komputer server khusus yang menawarkan banyak
layanan) dan diakses melalui jaringan oleh komponen klien yang berjalan di
perangkat lain. Namun, komponen klien dan server dapat dijalankan pada mesin
yang sama.

Klien dan server akan sering memiliki antarmuka pengguna, dan terkadang
perangkat keras lain yang terkait dengannya.

4. Prinsip Dasar Sistem Keamanan Jaringan Telekomunikasi

Keamanan jaringan merupakan bagian yang sangat penting pada saat ini, di
saat perkembangan teknologi yang sangat maju dan hampir semua data yang ada di
dunia ini terintegrasi dengan jaringan komputer maka keamanan jaringan adalah hal
utama yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah jaringan komputer.

Keamanan jaringan merupakan suatu cara dan upaya yang digunakan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi terhadap sistem agar terhindar dari
serangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin melakukan
pencurian data.

Prinsip Dasar Keamanan Jaringan


Prinsip keamanan jaringan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

a. Kerahasiaan (secrecy)

Secrecy berhubungan dengan hak akses untuk membaca data, informasi, dan
suatu sistem komputer. Dalam hal ini suatu sistem komputer dapat dikatakan aman
jika suatu data atau informasi hanya dapat dibaca oleh pihak yang telah diberi
wewenang secara legal.

b. Integritas (integrity)

Integrity berhubungan dengan hak akses untuk mengubah data atau informasi
dari suatu sistem komputer. Dalam hal ini suatu sistem komputer dapat dikatakan
aman jika suatu data atau informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang telah
diberi hak.

Contoh: e-mail di intercept di tengah jalan, diubah isinya, kemudian diteruskan


ke alamat yang dituju dengan cara virus, trojan horse, atau pemakai lain yang
mengubah informasi tanpa ijin, ―man in the middle attack‖ di mana seseorang
menempatkan diri di tengah pembicaraan dan menyamar sebagai orang lain.

c. Ketersediaan (availability)

Availability berhubungan dengan ketersediaan data atau informasi pada saat


yang dibutuhkan. Dalam hal ini suatu sistem komputer dapat dikatakan aman jika
suatu data atau informasi yang terdapat pada sistem komputer dapat diakses dan
dimanfaatkan oleh pihak yang berhak.

d. Authentication

Aspek ini berhubungan dengan metode untuk menyatakan bahwa informasi


betul-betul asli, orang yang mengakses dan memberikan informasi adalah benar
orang yang dimaksud, atau server yang kita hubungi adalah server yang asli.

e. Akses Kontrol

Akses kontrol merupakan fitur-fitur keamanan yang mengontrol bagaimana


user berkomunikasi dengan sistem. Akses kontrol melindungi sistem dari akses yang
tidak berhak dan umumnya menentukan tingkat otorisasi setelah prosedur otentikasi
berhasil dilengkapi.

5. Prinsip Dasar Sistem Seluler

Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi bergerak,


yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah satu atau kedua
terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan tempat ini, sistem
komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi.

Sistem komunikasi seluler dapat melayani banyak pengguna pada cakupan


area geografis yang cukup luas dalam frekuensi yang terbatas. Sistem ini juga
menawarkan kualitas yang cukup tinggi dan tidak kalah jika dibandingkan dengan
telepon tetap (Public Switched Telephone Network atau PSTN) -- barangkali lebih
dikenal dengan istilah telepon rumah--. Untuk menambah kapasitas, daerah
jangkauannya dibatasi dengan adanya pembagian area menjadi sel-sel. Dengan
adanya sel-sel ini, kanal radio dapat dipergunakan kembali --istilahnya re-use-- oleh
base station pada jarak yang berjauhan. Ketika pengguna jasa seluer berpindah dari
satu sel ke sel lain, panggilan dijaga agar tidak terinterupsi dengan menggunakan
salah satu teknik switching, yaitu handoff. Berikut ini adalah gambaran umum sistem
komunikasi seluler.

Dari gambar, dapat dilihat bahwa sistem komunikasi seluler terdiri dari komponen
berikut.

1) PSTN, tersusun atas local networks, exchange area networks, dan long-haul
network. PSTN menginterkoneksikan antara telepon dengan peralatan
komunikasi lain.
2) Mobile Switching Center (MSC) atau Mobile Telephone Switching Office
(MTSO). Dalam sistem komunikasi seluler, MSC berfungsi untuk
menghubungkan antara telepon seluler dengan PSTN. Dalam sistem seluler
analog, MSC berfungsi untuk mengatur agar sistem tetap beroperasi. Suatu
MSC dapat menangani 100.000 pelanggan seluler dan 5.000 panggilan dalam
waktu yang bersamaan.
3) Base Station, sering disebut juga sebagai Base Transceiver Station (BTS) pada
sistem GSM, cell site (site). Pada base station, terdapat beberapa pemancar
(sering kali disebut sebagai transmitter atau TX) dan penerima (receiver atau
RX). TX dan RX akan menangani komunikasi full duplex secara serempak.
Biasanya, TX dan RX dikombinasikan menjadi transceiver (TRX) yang
diletakkan di dalam suatu Radio Base Station (RBS). Base station biasanya juga
mempunyai menara untuk membantu proses pemancaran atau penerimaan
sinyal pada antena.

4) Mobile Station (MS). MS merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh


pelanggan jasa komunikasi seluler untuk memperoleh layanan. Beberapa
komponen yang ada pada MS adalah transceiver, antena, rangkaian
pengontrol, dan sebagainya. Selain itu, MS juga dilengkapi dengan kartu
Subscriber Identity Module (SIM) yang berisi nomor identitas pelanggan.

6. Prinsip Dasar Sistem Microwave

Microwave atau gelombang mikro ialah salah satu jenis gelombang yang
memiliki frekuensi dan daerah panjang gelombang tertentu. Terlihat pada gambar
di bawah.
Sangat banyak gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat berbeda
karena memiliki panjang gelombang yang berbeda dan frekuensi yang juga
berbeda. Yang perlu diketahui secara umum ialah bagaimana peningkatan energi
dari gelombang sesuai dengan panjang gelombangnya. Semakin kecil panjang
gelombang maka energinya makin besar, begitu pula sebaliknya, sesuai dengan
rumus E=hc/λ . Energi berbanding terbalik dengan λ (panjang gelombang). Maka
sinar gamma-lah yang memiliki energi terbesar sedangkan gelombang radio yang
memiliki energi terendah. Untung saja gelombang radio yang dipakai dalam
komunikasi manusia di bumi, untuk HP menggunakan gelombang mikro.

7. Prinsip Dasar Sistem VSAT IP

VSAT adalah singkatan dari Very Small Aperture Terminal. VSAT adalah
antena parabola kecil yang menggunakan satelit untuk jalur komunikasi. Ekstensi
VSAT sendiri mengacu pada ukuran antena, yang biasanya kecil tetapi masih kuat
untuk digunakan sebagai terminal telekomunikasi satelit. Antena VSAT dengan
diameter besar umumnya antara 0,6 dan 2,4 meter. Namun ada juga antena
VSAT besar dengan panjang 3-6 meter. Dengan menggunakan satelit di luar
angkasa, sistem telekomunikasi VSAT dapat menempuh jarak jauh. VSAT
digunakan untukberlangganan internet satelit, data, TV, LAN, suara, faks, dan
VoIP.

VSAT adalah sistem komunikasi Wide Area Network atau WAN. Singkatnya,
WAN adalah jaringan yang memiliki jangkauan yang sangat luas dan dapat
mencakup negara atau benua. Apa fungsi VSAT? VSAT adalah alat yang berguna
untuk menerima dan mengirimkan sinyal ke dan dari satelit. Sementara satelit
bertindak sebagai pengikut sinyal ketika menerima sinyal dari VSAT. Kemudian
sinyal yang ditransmisikan oleh satelit mencapai hub atau kantor pusat.

Jaringan berbasis VSAT memberikan solusi efisien, metode cost effective


dan reliable untuk distribusi data ke sejumlah lokasi berbeda tanpa terkait jarak.
Berbeda dengan jaringan terestrial yang selalu mempertimbangkan jarak, biaya
investasi lebih tinggi, semakin jauh lokasi dihilangkan. Secara umum, sistem VSAT
beroperasi pada frekuensi Ku-band dan C-band. Ku-band digunakan di Eropa dan
Amerika Utara dengan antena VSAT kecil. C-band banyak digunakan di Asia.
Afrika dan Amerika Latin dan membutuhkan antena yang lebih besar.
a. Cara Kerja Very Small Aperture Terminal (VSAT)
Secara umum, VSAT bekerja dengan cara sebagai berikut, informasi yang
ditransmisikan akan diteruskan ke hub dan kemudian ditransmisikan melalui VSAT
di Bumi ke satelit. Bagian satelit berfungsi sebagai penguat frekuensi. Informasi
yang diterima dikonfirmasi dan dikirim kembali pada frekuensi yang lebih tinggi
(pengiriman ulang). Setelah informasi dikirimkan, hub di bumi mengontrol semua
operasi jaringan komunikasi.

b. Manfaat Very Small Aperture Terminal (VSAT)


Bagi perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, perbankan, energi,
hingga institusi pemerintahan yang membutuhkan koneksi yang stabil dan
berkomunikasi dengan kantor cabang di berbagai daerah terpencil. Bahkan untuk
perusahaan dengan layanan seluler, solusi VSAT Nomadik memastikan bahwa
komunikasi data tidak terganggu bahkan di lokasi terpencil.
Pengalaman kami lebih dari tiga dekade menyediakan berbagai solusi TI
dan Komunikasi Data serta jaringan infrastruktur yang kami miliki menjadikan
Lintasarta unggul dalam penyediaan layanan IP VSAT. Didukung oleh para ahli
VSAT lokal, Lintasarta mengoperasikan lebih dari 14.000 layanan VSAT di
Indonesia. Ini menjadikan Lintasarta perusahaan dengan
titik layanan VSAT terbanyak di Indonesia. Menggunakan media akses satelit
serta teknologi Time
Division Multiplex (TDM)/Time Division Multiple Access berbasis standar
Internet Protocol (IP), Spektrum berkisar dari lalu lintas rendah melalui broadband
hilir dan broadband hulu. Lintasarta IP VSAT juga dapat menjawab kebutuhan
komunikasi yang mudah dipindahkan melalui IP VSAT Nomadic, karena
dapat dipasang pada kendaraan dan antena dapat secara otomatis disejajarkan
dengan satelit. Layanan IP-VSAT Lintasarta adalah solusi untuk pertumbuhan
bisnis
yang efisien.

Jenis VSAT Berdasarkan Band Spektrum

a. VSAT C-Band

Layanan VSAT PSN dengan spektrum C-band dikenal dengan kehandalannya


terhadap perubahan cuaca dan Service Level Agreement (SLA) yang tinggi. VSAT
C-band umumnya digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan tingkat keandalan
dan keamanan yang tinggi, seperti aplikasi perbankan, layanan darurat, dan
implementasi ERP.

Dalam hal alokasi bandwidth untuk VSAT C-band, PSN menyediakan layanan
VSAT Internet Protocol (VSAT-IP) dengan rasio bandwidth multi-klien dan layanan
single carrier per channel (SCP) yang membatasi ketersediaan bandwidth tertentu
(Khusus) untuk memastikan setiap terminal VSAT.

b. VSAT Ku-Band

Ubiqu adalah layanan VSAT Ku-Band terbaru dari PSN yang menawarkan
koneksi broadband dengan perangkat antena yang lebih kecil dan harga yang
lebih rendah.
Layanan Ubiqu dapat digunakan siapa saja yang membutuhkan koneksi
internet, baik itu di rumah, di sekolah, di pedesaan (kantor desa), di perusahaan
kecil dan menengah (UKM), di klinik, di rumah sakit, dan berbagai jenis
perusahaan lintas industri.

Ubiqu menjadi solusi layanan internet broadband di mana saja di seluruh


Indonesia karena dapat melayani area tanpa jaringan komunikasi terestrial seperti
radio, GSM, kabel dan serat.

Aplikasi Apa Saja yang Dapat Menggunakan VSAT?

Jaringan VSAT dapat digunakan untuk transmisi data, suara, dan video
berdasarkan protokol Internet Protocol (IP). Karena VSAT adalah teknologi
berbasis satelit di mana penundaan propagasi terjadi karena penghapusan satelit
dari permukaan bumi, aplikasi yang menggunakan teknologi ini harus dilakukan
sehingga jumlah transfer klien-server yang berselang dipertahankan seminimal
mungkin berkurang.

8. Prinsip Dasar Sistem Optik

Serat optik, fiber optik atau kabel optik adalah saluran transmisi terbuat dari
kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan data melalui media
berupa cahaya dari suatu tempat ke tempat lain dengan waktu yang sangat cepat
dan data yang sangat besar (Saydam, 1997).

Fiber optik dikembangkan pada akhir tahun 1960 yang terbuat dari bahan
dielektrik berbentuk seperti kaca. Di dalam fiber inilah energi cahaya yang
dibangkitkan oleh sumber cahaya disalurkan sehingga dapat diterima di ujung
unit penerima (receiver).

Perbedaan sistem komunikasi optik dengan sistem komunikasi biasa terletak


pada proses pengiriman sinyalnya. Pada sistem komunikasi biasa sinyal informasi
diubah menjadi sinyal listrik/elektrik, lalu dilewatkan melalui kabel tembaga.
Setelah sampai di tujuan sinyal tersebut lalu diubah kembali menjadi informasi
yang sama seperti yang dikirimkan. Sedangkan pada sistem komunikasi optik,
informasi diubah menjadi sinyal listrik kemudian diubah lagi menjadi optik/cahaya.
Sinyal tersebut kemudian dilewatkan melalui serat optik, setelah sampai di
penerima, cahaya tadi diubah kembali menjadi sinyal listrik dan akhirnya
diterjemahkan menjadi informasi.
Kelebihan Serat Optik

Kelebihan serat optik dibandingkan dengan media transmisi yang lain adalah
sebagai berikut (Widodo, 1995):
 Memiliki bandwidth yang sangat lebar. Dalam sistem digital dapat mencapai
orde gigahertz, sehingga mampu membawa informasi yang sangat besar.
 Ukuran sangat kecil dan murah, sehingga mudah dalam penanganan dan
instalasi.
 Isyarat cahaya tidak terpengaruh oleh derau elektris maupun medan
magnetis.
 Isyarat dalam kabel serat terjamin keamanannya.
 Karena dalam serat tidak terdapat tenaga listrik, maka tidak akan terjadi
ledakan maupun percikan api. Di samping itu serat tersebut tahan terhadap
gas beracun, bahan-bahan kimia, dan air, sehingga cocok bila ditanam di
bawah tanah.
 Susutan sangat rendah, sehingga memperkecil jumlah sambungan dan
jumlah pengulang (repeater). Yang pada gilirannya akan menurunkan
biaya.

Struktur Serat Optik


Secara umum struktur serat optik dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
dengan penjelasan sebagai berikut (Putu, 2009):
a. Core (Inti Kabel)
Core berfungsi untuk menyalurkan cahaya dari satu ujung ke ujung lainnya.
Core yaitu elemen pertama dari fiber optik yang merupakan konduktor
sebenarnya yaitu sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan
silika (SiO2), biasanya diberi dopping dengan germanium oksida (GeO2) atau
fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasanya) yang tidak
menghantarkan listrik. Inti memiliki diameter antara 3–200 µm. Ketebalan dari
core merupakan hal yang penting, karena menentukan karakteristik dari kabel.
Core (inti) dari serat optik terbuat dari material kristal kaca kelas tinggi dan indeks
bias core besarnya sekitar 1,5.

b. Cladding (Selubung)
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Cladding yaitu lapisan selimut/selubung yang
dilapiskan pada core yang memiliki diameter antara 125–250 µm. Cladding juga
terbuat dari gelas tetapi indeks biasnya lebih kecil dari indeks bias core.
Hubungan antara kedua indeks dibuat kritis karena untuk memungkinkan
terjadinya pemantulan total dari berkas cahaya yang merambat berada di bawah
sudut kritis sewaktu dilewatkan sepanjang serat optik.

c. Coating (Pelindung)
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis yang melindungi serat optik
dari kerusakan dan sebagai pengkodean warna pada serat optik. Coating yaitu
bagian pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan plastik elastis
(PVC) yang berfungsi untuk melindungi serat optik dari tekanan luar.

d. Streng thening (Serat Penguat)


Streng thening serat berfungsi sebagai serat yang menguatkan bagian
dalam kabel sehingga tidak mudah putus dan terbuat dari bahan serat kain
sejenis benang yang sangat banyak dan memiliki ketahanan yang sangat baik.

e. Jacket Cable (Selongsong Kabel)


Jacket kabel berfungsi sebagai pelindung keseluruhan bagian dalam kabel
serat optik serta di dalamnya terdapat tanda pengenal dan terbuat dari bahan
PVC.

Jenis-jenis Serat Optik


Terdapat dua jenis serat optik, yaitu sebagai berikut (Sharma dkk, 2013):

a. Singlemode Fiber (SMF)


Serat optik singlemode memiliki core yang kecil dan memiliki hanya satu
jalur cahaya. Perbedaan antara indeks bias core dan cladding sangat kecil. SMF
memiliki kapasitas yang lebih besar untuk mentransmisikan informasi karena
dapat mempertahankan akurasi jumlah cahaya untuk jarak tempuh yang lebih
besar dan tidak menunjukkan penyebaran cahaya yang disebabkan oleh beberapa
mode. Atenuasi serat SMF juga lebih rendah bila dibandingkan dengan MMF.
Kekurangan dari serat jenis ini adalah diameter core yang kecil yang membuat
menyambungan cahaya ke dalam core lebih sulit, pembangunan yang sulit dan
biaya yang relatif mahal.

b. Multimode Fiber (MMF)


Multimode fiber memiliki diameter core dan indeks bias relatif lebih besar
daripada singlemode fiber dan memungkinkan sejumlah besar cahaya
melewatinya. Ukuran core kabel multimode secara umum adalah berkisar antara
50 sampai dengan 100 mikrometer. Biasanya ukuran NA yang terdapat di dalam
kabel multimode pada umumnya adalah berkisar antara 0,20 hingga 0,29. NA
atau numerical aperture adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk
menangkap cahaya, juga dipakai untuk mendefinisikan acceptance cone dari
sebuah serat optik. Jenis serat optik Multimode dapat dikategorikan menjadi dua
macam yaitu serat optik multimode step index dan serat optik multimode gradded
index.

Prinsip Kerja Serat Optik


Prinsip kerja serat optik digambarkan dengan penjelasan sebagai berikut (Praja
dkk, 2013):
 Sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah
oleh tranducer electrooptic (Dioda/Laser Dioda) menjadi gelombang cahaya.
 Gelombang cahaya selanjutnya ditransmisikan melalui kabel serat optik
menuju penerima/receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik.
 Pada penerima/receiver sinyal optik ini diubah oleh tranducer Optoelektronik
(Photo Dioda) menjadi sinyal elektris kembali.

Dalam perjalanan sinyal optik dari transmitter menuju receiver biasanya


akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan
kabel dan konektor- konektor di perangkatnya. Oleh karena itu jika jarak
transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi
untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang
perjalanannya.

9. Prinsip Dasar Sistem WLAN.

A. Konsep Dasar WLAN

WLAN adalah singkatan dari Wireless Local Area Network yaitu suatu jenis
jaringan komputer yang menggunakan gelombang radio sebagai alat atau media
transmisi data. Informasi atau data ditransfer dari satu komputer ke komputer
yang lainnya menggunakan gelombang radio. Frekuensi radio yang digunakan
jaringan WLAN ini untuk koneksi, transmisi data, atau point access (titik akses)
adalah transciver dua arah yang bekerja di 2,4 GHz (802.11b, 802.11g) hingga 5
GHz (802.11a).

Fungsi utama Wireless LAN adalah untuk mengakses jangkauan wilayah LAN
atau area lokal menggunakan jaringan nirkabel (tanpa kabel) dengan frekuensi
radio. Jaringan tersebut dibangun dari empat komponen utama yaitu: Access
point, mobile atau desktop PC, wireless LAN interface, dan atnena.

Access Point–Perangkat yang menjadi sentral koneksi dari user ke ISP,


Access-Point memiliki fungsi untuk mengonversikan sinyal frekuensi radio (RF)
menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui media kabel, ataupun
disalurkan ke perangkat WLAN yang lainnya dengan dikonversikan ulang menjadi
sinyal frekuensi radio.

Mobile atau Desktop PC–Perangkat akses untuk user, mobile PC biasanya


sudah terpasang pada port PCMCIA. Tetapi untuk Desktop PC umumnya harus
ditambahkan wireless adapter melalui PCI card ataupun USB.
WLAN Interface–Peralatan yang dipasangkan di Mobile atau desktop PC
(Personal Computer), dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card
International Association) card, PCI card maupun melalui port USB.

Antena–Antena external (optional) yang dipakai untuk memperkuat daya


pancar. Antena tersebut dapat dirakit sendiri oleh pengguna/user.

Cara kerja yang digunakan pada WLAN yaitu melalui jaringan tanpa kabel
atau melalui udara yaitu menggunakan glombang elektromagnetik dengan
teknologi spread spectrum technology (SST). Teknologi ini mampu membuat
penggunanya bisa menggunakan satu pita frekuensi secara bersamaan. Teknologi
ini (STT) merupakan salah satu pengembangan dari teknologi sebelumnya yaitu
Code Division Multiple Access (CDMA).

Teknologi SST menggunakan dua pendekatan metode, yaitu:

a) Direct Sequence Spead Spectrum (DSSS)

Merupakan metode yang bisa mentransfer sinyal ke pita frekuensi tetap


sebesar 17MHz. Metode ini menggunakan direct sequence yaitu memancarkan
sinyal dengan lapisan (multipex) dengan signature yang mengurangi noise dan
interferensi. Kode yang sudah sesuai dengan frekuensi maka akan diproses
sedangkan kode yang tidak sesuai akan diabaikan.

b) Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)

Yaitu metode transmisi sinyal radio ke pita frekuensi tetap dengan


1MHz. Selain itu FHSS mengubah frekuensi pembawa di antara frekuensi lain
yang menggunakan pita spektrum besar. Prinsip metode ini menggunakan pita
yang sempit bergantian dalam pemancaran sinyal secara priodik yang
berpindah dari satu kanal frekuensi ke kanal lainnya antara 20 hingga 400
milidetik.

Kelebihan Dan Kelemahan WLAN Kelebihan WLAN,

seperti di bawah ini:


a) Mobilitas tinggi

Memungkinkan pemakainya untuk mengakses informasi di mana pun


dia berada tentunya dalam jangkauan WLAN, tak terpaku pada satu tempat
saja. Mobilitas yang tinggi tentunya bisa meningkatkan kualitas layanan dan
kualitas produktivitas.

b) Mudah dan kecepatan instalasi

Instalasi WLAN tergolong mudah dan juga cepat, sebab dapat dilakukan
tanpa harus memasangkan kabel di atap/dinding.

c) Fleksibilitas Tinggi

Memungkinkan untuk membuat jaringan komputer di mana kabel tidak


memungkinkan untuk digunakan.

d) Biaya Operasional Murah

Meskipun biaya investasi awal untuk perangkat keras WLAN lebih


mahal daripada LAN, tapi biaya instalasi dan perawatan jaringan WLAN lebih
murah, sehingga secara total dapat menurunkan besar biaya kepemilikan.

e) Scalable

Dapat menggunakan berbagai macam topologi jaringan komputer


sesuai dengan kebutuhan.

Kekurangan WLAN, seperti di bawah ini:


a) Kerahasiaan dan keamanan data kurang terjamin.
b) Biaya peralatannya rata-rata mahal.
c) Delay (penundaan) yang besar.
d) Adanya masalah propagasi radio misalnya seperti: terhalang, terpantul,
dan banyak sumber interferensi.
e) Kapasitas dari jaringan menghadapi keterbatasan spektrum (pita
frekuensi tak dapat diperlebar akan tetapi dapat dimanfaatkan secara
efisien).

B. WIFI (Wireless Fidelity)

WIFI (Wireless Fidelity) yaitu suatu teknologi komunikasi nirkabel yang


memanfaatkan gelombang radio untuk menghubungkan dua perangkat atau lebih
untuk dapat saling bertukar informasi. Teknologi WIFI saat ini banyak digunakan
pada perangkat mobile seperti smartphone dan laptop hingga ke perangkat
elektronik lainnya seperti televisi, DVD Player, digital kamera, printer, konsol
game dan bahkan lebih luas lagi hingga ke perangkat rumah tangga lainnya
seperti lampu, kulkas, dan pengatur suhu (AC).

Teknologi WIFI ini merupakan teknologi yang berbasis pada standar IEEE
802.11. memiliki kemampuannya yang memperbolehkan Jaringan Area Lokal
(Local Area Network atau LAN) untuk beroperasi tanpa memerlukan kabel
(nirkabel), Teknologi WIFI ini menjadi semakin populer dan menjadi pilihan
praktis bagi sebagian besar jaringan bisnis ataupun rumah tangga.

1) Cara Kerja WiFi

WiFi sering disebut juga dengan WLAN atau Wireless Local Area
Network. Sinyal radio adalah kunci yang memungkinan komunikasi dalam
jaringan WiFi. Teknologi WiFi ini menggunakan dua frekuensi gelombang radio
dalam mengirimkan dan menerima sinyal radio. Kedua frekuensi gelombang
radio tersebut adalah frekuensi 2,4GHz dan 5GHz.

Router menerima data dari internet akan menerjemahkannya menjadi


sinyal radio yang kemudian ditransmisikan dari antena WiFi ke perangkat
penerima WIFI seperti ponsel pintar dan laptop yang dilengkapi dengan
rangkaian WiFi. Komputer atau ponsel pintar menerima sinyal WiFi ini akan
segera membacanya dan menerjemahkannya menjadi data yang dapat
dimengerti oleh perangkat-perangkat tersebut. Dengan demikian terjadilah
koneksi diantara pengguna dan jaringan. Demikian pula dengan pengiriman
informasi dari komputer atau ponsel, perangkat tersebut akan
menerjemahkan data menjadi sinyal radio dan mentransmisikannya
menggunakan antena. Router nirkabel menerima sinyal
tersebut dan menerjemahkannya. Router kemudian mengirimkan
informasi ke internet menggunakan koneksi ethernet kabel fisik.

Jarak jangkauan sebuah router WiFi atau hotspot WiFi


dalam ruangan adalah sekitar 30 meter namun dapat lebih luas
lagi apabila di luar ruangan. Pada umumnya, kecepatan koneksi
juga sangat tergantung pada kedekatan perangkat penerima
dengan sumber sinyal radionya. Koneksi WiFi akan meningkat
apabila perangkat pengguna berada di dekat router atau titik
hotspotnya. Sebaliknya, koneksi sinyal WiFi akan semakin lambat
apabila berada di wilayah yang jauh dari sumber sinyalnya.

Ada dua jenis jaringan WLAN yang dapat dibentuk dengan


menggunakan sistem WiFi. Kedua jaringan tersebut adalah
jaringan infrastruktur dan jaringan ad-hoc.

a. Jaringan Infrastruktur (Infrastructure Network)

Aplikasi jaringan infrastruktur ini ditujukan untuk


perkantoran atau untuk menyediakan ―hotspot‖. Peralatan WLAN
diinstalasi sebagai pengganti sistem kabel sehingga dapat
memberikan penghematan biaya yang cukup besar. Jaringan
kabel backbone masih tetap diperlukan dan terhubung ke server.
Jaringan nirkabel kemudian dipecah menjadi beberapa bagian
yang disebut dengan sel, masing-masing dilayani oleh Stasiun
Pangkalan (Base Station) atau Access Point (AP) yang bertindak
sebagai pengendali untuk sel yang bersangkutan. Setiap Access
Point dapat memiliki jangkauan antara 30 dan 300 meter
tergantung pada lingkungan dan lokasi Access Point.

b. Jaringan Ad-Hoc

Jenis jaringan lain yang dapat digunakan disebut jaringan


Ad-Hoc. Jaringan ini terbentuk ketika sejumlah komputer dan
periferal (contohnya printer dan scanner) pada suatu lokasi ingin
dihubungkan bersama antara satu dengan yang lainnya.
Hubungan sejumlah komputer atau perangkat periferal ini
mungkin diperlukan ketika beberapa orang sedang berkumpul
dan memerlukan aktivitas berbagi data atau juga perlu
mengakses printer tanpa harus menggunakan koneksi kabel.
Dalam situasi ini

para pengguna hanya berkomunikasi antara satu sama lainnya


dan tidak dengan jaringan kabel yang lebih luas. Jaringan Ad-Hoc
ini tidak perlu menggunakan Titik Akses (Access Point) dan
algoritma khusus dalam protokol.
C. Glosarium
IP address : sebaris angka yang dimiliki setiap
komputer, ponsel, atau gawai ―pintar‖
lainnya yang terhubung melalui internet.
TCP/IP : standar komunikasi data yang digunakan
oleh komunitas internet dalam proses tukar-
menukar data dari satu komputer ke komputer lain
di dalam jaringan internet.
Network Service : service yang mencakup perusahaan
telekomunikasi, data carriers, ISP, Wireless-
communication service provider dan operator cable
yang menawarkan sambungan berkecepatan
tinggi.

Mengetahui Enrekang 16 Januari 2023

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Baharuddin Yusuf, S. Pd. MM Rasni R, ST


Nip. 19711101 200212 2 004 Nip. 19790415 201004 2 001

Anda mungkin juga menyukai