Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan dan Sikap


(Psikomotor dan Afektif)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI

Disusun Oleh :
Marda Lena (2121170)
Foni Putri Adha (2121171)
Olivia Afrina Yenaldi (2121178)
Anggi Angraini (2121190)

Dosen Pengampu
AINUL WARDIYAH, M.Si

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023 M / 1444 H

2
Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan dan Sikap
(Psikomotor dan Afektif)

Marda Lena1, Foni Putri Adha2, Olivia Afrina Yenaldi3, Anggi Angraini4
Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
e-mail: mardalena0003@gmail.com, Ppon3662@gmail.com,
cuwikafrina@gmail.com, Aanggi782@gmail.com

Abstractk

Keywords :Affective, Psychomotor

Abstrak

Untuk melakukan suatu penilaian tentu guru harus memperhatikan beberapa


bidang salah satunya yaitu penilaian kompetensi keterampilan dan sikap
(psikomotor dan afektif)

Kata Kunci: Psikomotor, Afektif

PENDAHULUAN

Pendidikan akan dikatakan berkualitas jika mampu mengembangkan


seluruh potensi serta keterampilan peserta didik yang dibutuhkan dimasa depan.
Untuk proses pendidikan yang berkualitas paling tidak akan mewujudkan peserta
didik yang beriman, sopan santun, berpengatahuan, berketerampilan, dan
memiliki rasa tanggung jawab. Menurut Afandi(2013), tujuan tersebut harus

1
selalu di sandingkan dengan perkembangan zaman dan tuntunan persaingan di
masa depan yang lebih dikenal istilah life skill dalam bentuk soft skill dan hard
skill. Oleh karena itu dalam teknik penilaian baik itu kompetensi keterampilan dan
sikap (psikomotor dan afektif) sangat di perlukan dalam proses pendidikan yang
di lakukan oleh seseorang guru kepada peserta didiknya.

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yakni


penelitian yang objek kajiannya menggunakan data pustaka berupa buku-buku
sebagai sumber datanya. Penelitian ini dilakukan dengan membaca, menelaah, dan
menganalisis berbagai literatur yang ada.
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan
sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi.
karena penelitian merupakan bagian saja dari usaha pemecahan masalah yang
lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah.
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dari kegunaan tertentu. Istilah cara ilmiah menunjukkan arti bahwa
kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan
sistematis. Rasional dalam penelitian adalah bahwa penelitian dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, bukan hasil mediasi. Empiris adalah bahwa kegiatan
penelitian dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Adapun sistematis adalah
bahwa proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis.

2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penilaian Psikomotor

Penilaian psikomotorik adalah penilaian yang digunakan untuk


mengetahui sejauh mana setiap siswa belajar dan sejauh mana mereka
menerapkan hasil belajar nya. Kompetensi keterampilan atau psikomotorik
merupakan ranah kompetensi yang berkaitan dengan skill atau kemampuan
bertindak. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif.

Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan prilaku atau perubahan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif
nya.

Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah


psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972)
menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah
mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–
reaksi fisik dan keterampilan tangan.

Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam


suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Menurut Mardapi (2003),
keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar,
kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang
muncul ketika bayi lahir.

Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek


yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan
motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,

3
seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan. Buttler (1972)
membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor
chaining, rule using.

Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal


yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan
keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed
untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta didik sudah mampu
menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan
gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong,
dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan
pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek.

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,

(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,

(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil
belajar psikomotor mencakup:

(1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja

(2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan


pengerjaan

(3) kecepatan mengerjakan tugas

(4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol

4
(5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil


belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu
peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik.

Penilaian psikomotorik memiliki ranah penilaian seperti aspek lainnya.


Adapun indikator dalam penilaian psikomotorik antara lain :

1. Peniruan

Terjadi ketika mengamati suatu pergerakan. Mulai dengan memberi respon


terhadap yang diamati dan peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan
tidak sempurna

2. Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti arahan yang menetapkan


suatu penampilan melalui latihan.

3. Ketetapan

Menekankan kecermatan dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.


Respons- respons lebih ter koreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum.

4. Artikulasi

Menekankan suatu koordinasi rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang


tepat serta mencapai yang diharapkan.

Penilaian psikomotor banyak digunakan di luar kelas atau dalam mata


pelajaran olah raga, misalnya kemampuan dalam memukul bola, kompetensi
kuncinya adalah kemampuan siswa menempatkan bola pada titik ayun yang benar

5
sehingga tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Tidak
sebatas di luar kelas, penilaian psikomotor ini dapat juga dilakukan di dalam
kelas. Cara-cara penilaian psikomotor di kelas dapat ditunjukkan dengan kinerja,
penugasan dan yang lainnya. Seorang guru hendaknya dapat mengembangkan
sendiri instrumen untuk mengukur tujuan pembelajaran yang dikehendakinya
dalam suatu proses pembelajaran. Suatu pandangan yang kurang tepat apabila
laporan penilaian siswa secara individual hanya berbentuk capaian kognitif saja
sudah dianggap cukup memadai untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Seharusnya laporan penilaian siswa mencakup seluruh aspek
kemampuan siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor, sehingga dapat
memberikan informasi yang menyeluruh tentang pencapaian kemampuan siswa
dalam pembelajaran.

Perangkat Penilaian Psikomotor

Domain psikomotorik meliputi hal-hal berikut (Slavin,2010) :

1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam


mengerakkan sebagian anggota badan

2) Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan


gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.

3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara


menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.

Perangkat penilaian psikomotorik yang digunakan untuk mengukur


domain psikomotor adalah tes penampilan atau unjuk kerja yang telah dikuasai
peserta didik, seperti: tes simulasi, tes identifikasi, dan tes unjuk kerja. Tes
penampilan atau perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, maupun
unjuk kerja datanya dapat diperoleh dengan menggunakan daftar cek (check list)
ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika digunakan
untuk menghadapi subjek dalam jumlah yang lebih besar, atau jika perbuatan

6
yang dinilai memiliki resiko tinggi. Skala penilaian cocok untuk menghadapi
peserta didik dengan jumlah terbatas.

Perangkat Penilaian Psikomotor Untuk melakukan pengukuran hasil


belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pendidik, yaitu
membuat soal dan membuat perangkat/ instrumen untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa lembar
kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk
mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau
portofolio.

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi


keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian
(rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang
jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan
aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai
unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek
keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 - 5. Portofolio
adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinambungan
sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju
satu kompetensi tertentu.

Penilaian Afektif

Menurut Alport, afektif merupakan bentuk integrasi dari beberapa


karakter, yaitu prediksi respons baik dan tidak baik, sikap dibentuk oleh
pengalaman, dan tercermin dalam kegiatan sehari-hari, 402 Ciri khas
pembelajaran afektif menurut De Block, adalah menghayati melalui alam
perasaan tentang nilai dari objek yang dihadapi, baik berupa orang, benda,
kejadian, atau peristiwa.

7
Menurut Arifin terdapat dua hal yang berhubungan dengan penilaian
afektif yang harus dinilai, Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam
pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian dan
internalisasi. Kedua, sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat empat tipe karakteristik
afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri dan nilai.

Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non intelektual


seperti sikap. minat, dan motivasi. Penilaian afektif di perlukan mengingat afektif
berpengaruh terhadap perilaku siswa di masa depan. Alasan mengapa kita perlu
mempromosikan pentingnya sikap positif siswa terhadap belajar karena siswa
yang memiliki sikap positif terhadap belajar akan menjadi pembelajar di masa
depan. Banyak studi menunjukkan bahwa sikap dan minat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.

Menurut Suwandi, sikap dalam pembelajaran dapat dinilai dari beberapa


hal, yaitu sikap terhadap mata pelajaran, sikap terhadap guru atau pengajar, sikap
terhadap pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan mata pelajaran."

Untuk mengetahui hasil dari dimensi afektif dapat menggunakan


instrumen non-tes. Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran dalam aspek afektif. Untuk penilaian afektif menggunakan teknik
non-tes. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kochhar bahwa untuk
menilai sikap atau afektif bisa menggunakan teknik non-tes.

Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif

Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif

8
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan reaksi psikologi.
Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang
adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap
karakteristik afektif diri sendiri.

Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan


fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan
saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang
ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.

Ada sebelas langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif


sebagai berikut:

1. Menentukan Spesifikasi Instrumen Dalam menyusun spesifikasi instrument,


perlu diperhatikan komponen-komponen penting, yaitu tujuan pengukuran, kisi-
kisi instrumen, bentuk dan format instrumen, dan panjang instrumen.

2. Menulis Instrumen Dalam menulis instrumen, terlebih dahulu merancang kisi-


kisi instrumen agar dapat memudahkan mengatur jumlah butir- butir pernyataan
atau indikator yang akan dinilai.

a. Instrumen Sikap Indikator

1) Memiliki buku membaca pemahaman.

2) Membaca buku membaca pemahaman keterampilan berpikir. tentang

3) Mengerjakan tugas/latihan tentang thinking skill

Pernyataan

1) Memiliki buku penting untuk lebih mendalami topik pelajaran.

2) Saya senang membaca buku membaca pemahaman.

3) Saya tidak senang mengerjakan latihan tentang keterampilan berpikir di


rumah.

9
b. Instrumen Minat Indikator

1) Memiliki catatan tentang keterampilan berpikir.

2) Mengikuti perkuliahan membaca pemahaman.

3) Memiliki berbagai buku membaca pemahaman.

Pernyataan

1) Buku saya dipenuhi catatan dan coretan-coretan penting mengenai topik yang
dipelajari.

2) Saya selalu hadir perkuliahan membaca pemahaman.

3) Saya senang mengerjakan latihan dari berbagai buku membaca.

c. Instrumen Konsep Diri Indikator

1) Memiliki kecepatan memahami topik pembelajaran.

2) Menunjukkan topik yang mudah/sulit dipahami.

3) Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik.

Pernyataan

1) Saya lambat memahami konsep keterampilan berpikir.

2) Saya merasa mudah mengikuti pembelajaran keterampilan berpikir.

3) Saya mampu mengerjakan latihan-latihan tentang topik yang dibahas dengan


baik.

d. Instrumen Nilai Indikator

1) Memiliki keyakinan akan peran sekolah/kampu.

2) Menyakini keberhasilan peserta didik.

3) Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru/ dosen

10
Pernyataan

1) Saya berkeyakinan bahwa guru/dosen mampu membawa peserta didik untuk


memahami pelajaran dengan baik.

2) Saya memiliki keyakinan bahwa peran sekolah/ kampus amat besar dalam
menentukan keberhasilan peserta didik.

3) Saya berkeyakinan peserta didik mampu berhasil dengan usaha sendiri.

e. Instrumen Moral Indikator

1) Memegang janji.

2) Memiliki kepedulian terhadap orang lain.

3) Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas.

4) Memiliki kejujuran.

Pernyataan

1) Jika berjanji sama teman, saya harus menepati.

2) Jika teman mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, maka saya akan
membantu.

3) Saya menyelesaikan tugas-tugas saya tepat waktu.

4) Jika bercerita dengan teman, saya akan mengungkapkan yang benar saja dan
tidak melebih-lebihkan.

PENUTUP

Penilaian psikomotorik adalah penilaian yang digunakan untuk


mengetahui sejauh mana setiap siswa belajar dan sejauh mana mereka
menerapkan hasil belajar nya.

11
Dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat
proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non intelektual


seperti sikap. minat, dan motivasi. Penilaian afektif di perlukan mengingat afektif
berpengaruh terhadap perilaku siswa di masa depan.

Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan


fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan
saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang
ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.

Ada sebelas langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif


sebagai berikut:

1. Menentukan Spesifikasi Instrumen Dalam menyusun spesifikasi instrument,


perlu diperhatikan komponen-komponen penting, yaitu tujuan pengukuran, kisi-
kisi instrumen, bentuk dan format instrumen, dan panjang instrumen.

2. Menulis Instrumen Dalam menulis instrumen, terlebih dahulu merancang kisi-


kisi instrumen agar dapat memudahkan mengatur jumlah butir- butir pernyataan
atau indikator yang akan dinilai.

a. Instrumen Sikap Indikator

1) Memiliki buku membaca pemahaman.

2) Membaca buku membaca pemahaman keterampilan berpikir. tentang

3) Mengerjakan tugas/latihan tentang thinking skill

Pernyataan

1) Memiliki buku penting untuk lebih mendalami topik pelajaran.

12
2) Saya senang membaca buku membaca pemahaman.

3) Saya tidak senang mengerjakan latihan tentang keterampilan berpikir di


rumah.

b. Instrumen Minat Indikator

1) Memiliki catatan tentang keterampilan berpikir.

2) Mengikuti perkuliahan membaca pemahaman.

3) Memiliki berbagai buku membaca pemahaman.

Pernyataan

2) Buku saya dipenuhi catatan dan coretan-coretan penting mengenai topik yang
dipelajari.

2) Saya selalu hadir perkuliahan membaca pemahaman.

3) Saya senang mengerjakan latihan dari berbagai buku membaca.

c. Instrumen Konsep Diri Indikator

1) Memiliki kecepatan memahami topik pembelajaran.

2) Menunjukkan topik yang mudah/sulit dipahami.

3) Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik.

Pernyataan

2) Saya lambat memahami konsep keterampilan berpikir.

2) Saya merasa mudah mengikuti pembelajaran keterampilan berpikir.

3) Saya mampu mengerjakan latihan-latihan tentang topik yang dibahas dengan


baik.

d. Instrumen Nilai Indikator

13
1) Memiliki keyakinan akan peran sekolah/kampu.

2) Menyakini keberhasilan peserta didik.

3) Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru/ dosen

Pernyataan

2) Saya berkeyakinan bahwa guru/dosen mampu membawa peserta didik untuk


memahami pelajaran dengan baik.

2) Saya memiliki keyakinan bahwa peran sekolah/ kampus amat besar dalam
menentukan keberhasilan peserta didik.

3) Saya berkeyakinan peserta didik mampu berhasil dengan usaha sendiri.

e. Instrumen Moral Indikator

1) Memegang janji.

2) Memiliki kepedulian terhadap orang lain.

3) Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas.

4) Memiliki kejujuran.

Pernyataan

5) Jika berjanji sama teman, saya harus menepati.

6) Jika teman mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, maka saya akan
membantu.

7) Saya menyelesaikan tugas-tugas saya tepat waktu.

4) Jika bercerita dengan teman, saya akan mengungkapkan yang benar saja dan
tidak melebih-lebihkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.291
Samsuri, Dasar-dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Rineka
Cipta,2013), h.94

Arifin Sukanti, Penilaian Afektif Dalam Pembelajaran Akuntansi, Jurnal


Pendidikan Akuntansi Indonesia, vol. IX 2011.1.76

Sarwiji Suwandi, Model Assesmen Dalam Pembelajaran (Surakarta:


Yuma Pustaka, 2010), h. 80

Kochhar, Pembelajaran Sejarah Teaching of History (Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), h. 56-63.

Zainal Arifin, Evaluasi Pembalajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2012),h.180

15

Anda mungkin juga menyukai