Anda di halaman 1dari 3

BISAKAH DONALD TRUMP “DIJATUHKAN”?

oleh Naugi Avrilio

Rencana pencabutan atau pemakzulan jabatan Presiden Amerika Serikat


Donald Trump oleh DPR Amerika Serikat menjadi topik hangat yang
diperbincangkan ditengah-tengah masyarakat, ada yang setuju ada yang tidak.
Rupanya, banyak masyarakat yang menanti apa yang akan terjadi nantinya.
Penyelidikan untuk memakzulkan Trump sendiri sudah dilakukan sejak tanggal
24 September 2019, namun puncaknya baru terjadi pada tanggal 18 Desember
2019 ketika sidang pemakzulan Trump di Gedung DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) AS.

Mengapa Donald Trump harus dimakzulkan? Menurut partisan dan politisi


dari Partai Demokrat, Presiden AS dinilai telah menyalahgunakan jabatannya
untuk mengintai, bahkan berusaha menjegal lawan politiknya, yakni Joe Biden
(mantan Wakil Presiden AS era Obama). Pemerintah Ukraina dipaksa oleh Trump
dan pengacara pribadinya Rudy Giuliani untuk menyelidiki Hunter Biden, putra
Joe Biden.

Sedikit sejarah mengenai pemakzulan. Berdasarkan KBBI, berasal dari kata


makzul, yang artinya berhenti memegang jabatan atau turun takhta. Arti dari
pemakzulan sendiri adalah proses, cara, perbuatan memakzulkan. Intinya,
pemakzulan adalah perbuatan atau proses untuk memaksa seorang pemimpin
berhenti memegang jabatannya. Pemakzulan ini tidak hanya terjadi di Amerika
saja, bahkan negara kita, Indonesia, pun pernah menyaksikan Presiden RI
dimakzulkan. Ialah Gus Dur, Presiden RI yang ke-4, dimakzulkan oleh MPR
karena dugaan korupsi pada saat itu.

Amerika Serikat sendiri sudah mengalami tiga kali percobaan pemakzulan,


mulai dari Andrew Johnson (1868), Bill Clinton (1998), hingga Donald Trump
(2019). Sebenarnya, secara teknis, Presiden AS tahun 1973 Richard Nixon juga
mengalami pemakzulan oleh DPR AS, namun Ia memutuskan untuk
mengundurkan diri sebelum voting pemakzulan dilakukan. Sidang lanjutan untuk
pemakzulan Trump akan dilakukan bulan Januari 2020 ini.

Selain karena penyalahgunaan jabatan, Trump dinilai telah melakukan


kebijakan yang merugikan relasi Amerika Serikat terhadap dunia internasional.
Terbaru, Trump mengakui bahwa Ialah yang menugaskan pasukan US Air Force
untuk melancarkan serangan ke Iran dan berhasil menyerang Jenderal Tentara Iran
yang juga orang paling berpengaruh kedua setelah Ayatollah Ali Khameini,
Qaseem Soleimani. Atas serangan tersebut, dikhawatirkan terjadi serangan
balasan yang berbuah perang besar. Selain masalah serangan Iran, Trump juga
memiliki masalah dengan China yang berbuah perang dagang, tarif impor harga
produk antarnegara menjadi naik secara signifikan, dan juga berimbas pada
produksi produk di kedua negara.
Kembali ke pertanyaan judul, bisakah seorang Trump dimakzulkan?
Jawabannya adalah possibly impossible. Kenapa begitu? Karena sebenarnya bisa
saja dimakzulkan begitu saja, asalkan partai oposisi (Demokrat) mau bekerja
sekeras mungkin memengaruhi orang-orang partai Republikan yang mendominasi
Senat AS (semacam MPR di Indonesia), karena untuk dapat memakzulkan Trump
dibutuhkan suara sebanyak 67 dari 100 kursi, sementara Republikan memiliki 53
kursi dari total 100 kursi di Senat. Sedangkan kita melihat hasil suara dari sidang
di DPR AS adalah untuk poin pertama sebanyak 230 orang mendukung, 197
menentang. Untuk poin kedua, 229 orang mendukung, 198 menantang. Ini terjadi
karena Demokrat lebih mendominasi DPR AS dibandingkan Republikan.

Tidak hanya keunggulan jumlah kursi di Senat yang membuat Trump


nampaknya sulit untuk dimakzulkan. Faktor masyarakat awam yang merupakan
pemilih tetap Trump dan bahkan swing voters juga bisa memengaruhi sulitnya
oposisi menjatuhkan sang Presiden. Mereka-mereka ini merasa bahwa Presiden
Trump telah membuat semacam “Supremasi Amerika” dengan kebijakan yang
pro-masyarakat dan pro-Amerika Serikat, serta buruh/pekerja di AS pun juga
merasa dengan kehadiran Trump sebagai Presiden sangat membantu kegiatan
mereka dengan kebijakannya. Dan juga pemilihan 2020 sudah semakin dekat,
jadinya terkesan sia-sia untuk menjatuhkan Presiden Trump saat ini. Selain upaya
pemakzulan, Partai Demokrat juga menempuh jalan konstitusional dengan sudah
melakukan Debat Nasional Partai Demokrat, yang calon-calonnya, selain Joe
Biden, adalah Bernie Sanders, dan Andrew Yang, orang Asia-Amerika pertama
yang maju sebagai kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat.

Sejauh ini hanya dua cara inilah yang paling ideal dan masuk akal yang bisa
dilakukan oleh Partai Demokrat untuk dapat melawan hegemoni Donald Trump.
Masyarakat Amerika Serikat dan seluruh dunia akan menjadi saksi persidangan
Senat terkait pemakzulan bulan Januari ini, dan jikalau gagal, dunia pun juga
menjadi saksi Pemilihan Umum Presiden AS di bulan November 2020. Banyak
yang berharap Trump kalah dalam “pertarungan” ini, tapi tak sedikit juga yang
masih menginginkan Ia tetap pada posisinya dan menang pemilu November nanti.

Upaya persuasi opini dari Partai Demokrat sudah digaungkan untuk dapat
menjalankan misi khusus ini. Tetapi nampaknya tidak banyak orang-orang Partai
Republikan yang membelot atau berkhianat dari Trump jika kita melihat hasil
pemungutan suara di DPR Amerika kemarin. Bahkan, justru ada sekitar tiga orang
Demokrat yang tidak satu suara dengan partainya. Hal ini tidak mematahkan
semangat dari partai sayap kiri tersebut untuk dapat memakzulkan Donald Trump
tahun ini.

Percobaan pemakzulan bukanlah “barang” baru dalam sejarah konstitusi


Amerika Serikat. Tiga Presiden sudah menghadapi pemakzulan yang dilakukan
DPR dan Senat. Johnson dan Clinton sukses melewati percobaan pemakzulan ini.
Trump sendiri ada kemungkinan untuk mengikuti jejak dua Presiden sebelumnya,
seperti yang saya utarakan sebelumnya, it’s possibly impossible untuk oposisi
dapat dengan mudah menjatuhkan Presiden Trump dari jabatannya sebagai
Presiden Amerika Serikat.

Anda mungkin juga menyukai