Anda di halaman 1dari 2

Diskusi 4 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank

1
NAMA : Komang Kian Pramantroa Wijaya
NIM : 042280382

1. Bacalah kasus dibawah ini!

Tak Kunjung Sehat, Izin Bank Ini Dicabut OJK

Market - Redaksi, CNBC Indonesia

13 August 2019 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menutup Bank


Perkreditan Rakyat (BPR). Kal ini OJK menutup BPR Calliste Bestari yang beralamat di
Jalan Raya Denpasar - Tabanan No.7B, Banjar Grokgak Kabupaten Badung, Bali.

Pencabutan izin usaha BPR Calliste Bestari ditetapkan dalam Keputusan Anggota Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-141/D.03/2019 tentang Pencabutan Izin
Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Calliste Bestari pada tanggal 13 Agustus 2019.

Penetapan BDPI tersebut berlaku sejak tanggal 16 Mei 2018 sampai 16 Mei 2019 dan dalam
masa tersebut pemegang saham dan pengurus telah diberikan kesempatan untuk melakukan
penyehatan melalui action plan yang dibuat oleh Direksi.

"Dalam masa BDPI tersebut, kinerja BPR Calliste semakin memburuk tercermin dari rasio
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) posisi 28 Februari 2019 menjadi di
bawah 4% sehingga memenuhi ketentuan ditetapkan sebagai BPR Dalam Pengawasan
Khusus (BDPK) terhitung sejak 29 Maret 2019 sampai 29 Juni 2019," ujar OJK dalam
keterangan tertulis, Selasa (13/8/2019).

"Selanjutnya, sampai dengan batas waktu tersebut, Pengurus dan Pemegang Saham
Pengendali (PSP) tidak dapat merealisasikan upaya penyehatan rasio KPMM paling sedikit
8% sehingga memenuhi kriteria BPR tidak dapat disehatkan dan diteruskan kepada
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya."

Penyebab BPR Callieste bermasalah karena adanya praktek perbankan yang tidak sehat baik
oleh Pengurus maupun Pemegang Saham sehingga kinerja keuangan BPR menjadi buruk
terutama rasio KPMM tidak memenuhi standar yang ditetapkan sesuai ketentuan yang
berlaku paling sedikit 8%. "Otoritas Jasa Keuangan mengimbau kepada nasabah BPR agar
tetap tenang karena dana masyarakat di perbankan termasuk BPR dijamin LPS sesuai
ketentuan yang berlaku," ujar OJK.

Berdasarkan kasus yang anda baca, sebutkan aturan dalam melaksanakan pegawasan
kesehatan bank dan pokok-pokok yang diatur dalam peraturan tersebut!

Dasar pengaturan kesehatan bank adalah UU No.7 Tahun 1992 yang diperbaharui dengan
UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pengaturan tentang kesehatan perbankan dalam UU
ini tertuang dalam Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : Bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian.

Saat ini ketentuan pengukuran tingkat kesehatan bank umum di Indonesia, dalam peraturan
otoritas jasa keuangan No.4/POJK.02/2016 tentang penilaian kesehatan bank umum. Sebelum
adanya OJK ketentuan tingkat kesehatan bank umum diatur dengan peraturan bank Indonesia
PBI No.13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum. Saat ini meskipun PBI
No.13/1/PBI/2011 sudah dicabut, namun peraturan pelaksanaan PBI No.13/1/PBI/2011
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan OJK
Diskusi 4 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
1
NAMA : Komang Kian Pramantroa Wijaya
NIM : 042280382

No.4/POJK.02/2016. Adapun cakupan penilaian kesehatan bank umum menurut peraturan OJK
No.4/POJK.02/2016 adalah sebagai berikut

1. Profil resiko, merupakan penilaian terhadap resiko inheren dan kualitas penerapan
manajemen resiko dalam operasional bank
2. Good corporate governance (GCG), merupakan penilaian terhadap manajemen bank
atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
3. Rentabilitas, merupakan penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber
earnings, dan sustainability earnings bank
4. Permodalan capital, yang merupakan penilaian terhadap tingkat kecukupan
permodalan dan pengelolaan permodalan

Pokok-pokok yang diatur dalam pengawasan kesehatan bank sesuai POJKNo.4 Tahun 2016 sbb:

 Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko.
Penilaian tingkat kesehatan bank secara konsolidasi dilakukan bagi bank yang melakukan
pengendalian terhadap perusahaan anak.
 Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari Profil risiko (risk
profile), Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan
(capital).
 Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment) tingkat kesehatan bank dan
hasil self assesment tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan dari direksi
wajib disampaikan kepada dewan komisaris. selanjutnya hasil self assesment dimaksud
wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
 Periode penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester(untuk
posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
 Apabila dari hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan permasalahan
atau pelanggaran yang secara signifikan memengaruhi atau akan memengaruhi
operasional dan/ atau kelangsungan usaha bank maka Bank Indonesia berwenang
menurunkan peringkat komposit tingakt kesehatan bank.

SUMBER

Murti, Lestari. 2020. Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai