Anda di halaman 1dari 3

Nathania Orlana Halim

Korban Sindrom Putri Sulung, Si Tameng


Darurat Keluarga
Dibuat oleh Clarissa/XA/10

Lahir : Jakarta, 30 Desember 2001


Pendidikan:
● SD Ora et Labora BSD
● SMP Santa Ursula BSD
● SMA Pahoa Gading serpong
● Universitas Indonesia

Nathania Orlana Halim adalah anak pertama


sebuah keluarga dari 3 anak bersaudara, beban yang
diterima oleh anak pertama berat tentunya. Nathania
memiliki dua adik satu yang berbeda umur 4 tahun
dengannya dan satu lagi berbeda 6 tahun umurnya.
Ketika Nathania lahir, keluarganya masih belum
memiliki uang yang sangat berlimpah tidak seperti
kondisinya yang sekarang. Ia adalah anak pertama
orang tuanya dan hidupnya selama menjadi anak
pertama sangatlah berbeda dengan adik-adiknya.
Seorang putri sulung harus memikirkan adik-adiknya ketika membuat keputusan. Seperti
bagaimana Nathania mengambil PTN dibandingkan mengambil swasta karena biayanya yang
lebih murah. Menjadi anak sulung dalam keluarga dibawa dengan datangnya tanggung jawab,
harapan, dan permintaan/tuntutan tambahan. Anak sulung juga harus menjadi contoh yang baik
untuk adiknya. Tekanan yang diterima semua anak sulung sangatlah berat, menjadi anak pertama
adalah menjadi orang tua kedua buat saudara-saudaranya. Jika orang tua bagaikan payung maka,
kakak sulung adalah sebuah jaket.

Masa Sulit
Menjadi anak pertama artinya menjadi tameng pertama untuk adik-adiknya. Semua anak
sulung memiliki ujiannya masing-masing, ujian terberat yang dialami oleh Nathania adalah
ketika ayahnya mengalami kecelakaan mobil di tahun 2017 yang mengakibatkan kakinya harus
dioperasi dan tidak dapat digunakan seperti sebelumnya. Biaya pengobatan yang harus dilakukan
tidak murah dan menjadi kesadaran orang tuanya akan apa yang akan terjadi dengan
anak-anaknya jika mereka sudah tidak ada, terutama ayahnya yang dari kejadian tersebut hampir
meninggal. Karena kejadian tersebut Nathania dibebani oleh tanggung jawab keluarga oleh
ayahnya. Masalah keuangan merupakan masalah utama sebuah keluarga ketika orang tua sudah
tidak ada. Oleh karena itu, Nathania sering kali diberitahu ayahnya untuk mencari uang sampai
pada suatu tahap dimana ayahnya mengatakan bahwa lebih baik tidak kuliah kalau tidak begitu
cerdas dan lebih mending mencari uang saja. Tentu sebagai sebuah anak yang masih muda hal
tersebut sulit untuk didengar. Ia diberikan oleh ayahnya sebuah kewajiban yang sangat besar dan
ditekankan untuk mencari uang dan harus menjadi pencari nafkah keluarga, artinya Nathania
harus melupakan mimpinya demi keluarganya.
Beban yang diberikan oleh orang tuanya seumur hidupnya berat dan adik terakhirnya
yang merupakan adik yang nakal dan sulit diurus yang mendapatkan cukup banyak pengaruh
dari Nathania menyadari jasa kakaknya yang telah menanggung semua beban masa depan
keluarga selama ini. Nathania sering disalahkan oleh orang tuanya ketika adiknya membuat
kesalahan yang walaupun bukan kesalahan dia tapi orang tuanya merasa karena Nathania tertua
maka itu menjadi tanggung jawabnya. Adik termudanya menyadari hal tersebut karena ulahnya
yang banyak dan keluhan Nathania yang pernah didengar dari kakaknya yang merupakan adik
pertama Nathania. Dulu mungkin Ia tidak peduli tapi sekarang karena sudah lebih dewasa maka
adik termudanya sekarang dapat mengerti.
Nathania tumbuh menjadi anak yang sedikit memberontak akibat semua tekanan yang
diberikan oleh orang tuanya, maka seringlah amarah tersebut meledak dalam dirinya. Tapi ia
tetap dapat berhasil memikirkan adiknya saat membuat keputusan. Ia harus mempersiapkan masa
depannya dirinya serta milik adik-adiknya dan hal tersebut tidaklah mudah karena jika berbicara
tentang masa depan maka tidak ada jaminan yang pasti dan semua hal itu tidak tetap. Jadi,
Nathania harus hidup dengan siaga akan tanggung jawab yang akan ia tanggung nantinya.
Ekspektasi yang diterima sebagai anak pertama sangatlah tidak ringan, Nathania
diharapkan menjadi seorang anak yang pintar. Ia tidak boleh gagal karena jika dia gagal siapa
yang akan menjadi pelindung untuk adik-adiknya, orang tuanya dapat suatu saat menghilang dan
Nathania ialah tameng pelindung adik-adiknya jika hal tersebut terjadi. Ekspektasi yang dibuat
memberikan tekanan beban hidup yang berat bagi Nathania, Ia tidak boleh gagal dan harus
berhasil karena jika sebuah kegagalan terjadi siapa yang akan menjadi tameng untuk adik
adiknya jika ia gagal. Menurut Nathania, nilai bukanlah sesuatu yang mendefinisikan
kesuksesan di dunia nyata. Oleh karena itu, walaupun ia selalu berusaha mendapatkan nilai yang
terbaik, ia tidak akan sedih jika mendapatkan nilai yang jelek.

Masa Kini
Untung sekarang ayahnya sudah tidak lagi membebankan Nathania dengan semua
tanggung jawab keluarga karena untungnya adik-adiknya sekarang sudah dapat berdiri sendiri
dan kurang ketergantungannya kepada Nathania. Kedua adiknya sekarang sudah berada di usia
dimana mereka harus mempersiapkan pilihan hidup dan Nathania pula harus siaga dengan masa
depannya. Sekarang Nathania Orlana Halim sedang melakukan pendidikan di Universitas
Indonesia di Jurusan Management. Berniat serta berharap untuk memulai kegiatan magangnya
pada tahun 2023 ini di Perusahaan di Jakarta. Ia ingin membuat sebuah ” local brand clothing”
katanya. Peran yang akan diincar di magangnya adalah business consulting yang bukan di
sekuritas atau pasar modal.

Bebannya telah menjadi ringan setelah ayahnya mencapai kestabilan ekonomi kembali
walaupun sepertinya sebentar lagi, Nathania harus melalui masa sulit kembali karena ayahnya
yang sudah mendekati usia pensiun sedangkan Nathania masih belum mendapatkan pekerjaan
dan kedua adiknya masih belum menyelesaikan pendidikan SMA mereka. Ketika, ayahnya jatuh
ke usia pensiun Nathania ialah yang akan menjadi penanggung jawab atas kehidupan
adik-adiknya kedua dari orangtuanya dan setelah mendapatkan pekerjaan harus dapat membantu
menafkahkan keluarganya. Tapi sepertinya Nathania kali ini tidak perlu menahan serangan dunia
untuk melindungi keluarganya dengan tamengnya sendiri. Hidup Nathania bagaikan sungai yang
selalu mengalir, sebuah nyamuk tidak akan bisa berkembang biak disana karena air tersebut tidak
pernah berhenti.

https://romeltea.com/pengertian-feature/
http://remajasampit.blogspot.com/2012/12/contoh-feature-biografi.html
https://projectchild.ngo/blog/2022/05/30/first-childs-struggles/
https://www.streetdirectory.com/etoday/-eaowue.html
https://www.quora.com/As-the-eldest-child-did-you-feel-unfairly-burdened-helping-raise-your-siblings-Did-you-end-up-
having-children-of-your-own-later-in-life

Anda mungkin juga menyukai